Anda di halaman 1dari 229

Friday , 25 May 2018

Search...

 Home
‫لِللاه‬
ِّ ‫س ُو‬ َ ‫لَِِ هإلَهَِِ هإلَِِّللاُِِ ُم َح َّمد‬
ُ ‫ِِر‬
 Senarai Artikel
 Himpunan Hadith Rasulullah
Himpunan Hadith Rasulullah

Himpunan Hadith Rasulullah


Dari Abu Hurairah dia berkata: “Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
seraya berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seorang lelaki yang ingin merampas
harta bendaku?” Beliau menjawab: “Jangan kamu berikan hartamu kepadanya!” Laki-laki itu bertanya
lagi: “Lalu bagaimana jika dia hendak membunuhku?” Beliau menjawab: “Bunuhlah dia!” Laki-laki itu
bertanya lagi: “Lalu bagaimana pendapatmu kalau dia berhasil membunuhku?” Beliau menjawab: “Maka
kamu syahid.” Dia bertanya lagi: “Bagaimana pendapatmu jika aku yang berhasil membunuhnya?” Beliau
menjawab: “Dia yang akan masuk ke dalam api neraka.” (Sahih Muslim, no. 201)
Dari Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Ketika para sahabat ingin memandikan
jenazah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berselisih pendapat. Mereka berkata: ‘Demi
Allah, kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan, apakah kita menanggalkan pakaian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana kita melepaskan pakaian jenazah-jenazah kita ataukah kita
mandikan beliau dengan pakaiannya?’ Ketika mereka berselisih, Aisyah berkata: ‘Allah mengirim rasa
mengantuk kepada mereka, hingga demi Allah tidak ada kaum dari laki-laki kecuali dagu mereka
menempel pada dada mereka kerana tertidur lelap.’ Dia berkata: ‘Kemudian ada yang berbicara dari
samping rumah yang mereka tidak mengetahui siapa itu,’ Ia berkata: ‘Mandikanlah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan pakaiannya!’ Aisyah berkata: ‘Mereka pun bergegas kepada beliau, mereka
memandikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pakaiannya, disiramkan air disertai dengan
daun bidara pada beliau, dan para lelaki menekan-nekan beliau dengan kain.’ Aisyah berkata: ‘Jika aku
menerima perkara yang aku tinggalkan, tidaklah ada yang memandikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kecuali para isteri beliau.” (Musnad Ahmad, no. 25102)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Ketika orang-orang berkumpul untuk memandikan (jenazah) Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika itu di dalam rumah hanya ada keluarga, (iaitu) pakciknya, Al Abbas bin
Abdul Muttalib, Ali bin Abi Thalib, Al Fadl bin Abbas, Qutsam bin Al Abbas, Usamah bin Zaid bin Haritsah
dan Shalih maulanya (bekas budaknya). Setelah mereka berkumpul untuk memandikannya, Aus bin
Khauli Al Anshari, salah seorang Bani Auf bin Al Khazraj yang ikut serta perang Badar, menyeru Ali bin
Abu Thalib dari balik pintu, dia berkata: “Wahai Ali, aku persaksikan engkau kepada Allah dan kedudukan
kami terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka Ali berkata: “Masuklah.” Maka dia pun
masuk lalu menghadiri pemandian (jasad) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun dia tidak ikut
memandikan sama sekali. Lalu beliau disandarkan ke dadanya dan masih mengenakan gamisnya. Al
Abbas, Al Fadhal dan Qutsam membalikkannya bersama Ali bin Abu Thalib, sementara Usamah bin Zaid
dan Shalih, menyiramkan air, lalu Ali memandikannya. Tidak ada yang terlihat dari Rasulullah
sebagaimana yang biasa terlihat dari mayit.” Dia (Ibnu Abbas) berkata: “Demi ayah dan ibuku sebagai
tebusannya, engkau sungguh mempesona, baik dalam keadaan hidup mahupun setelah meninggal.”
Setelah selesai memandikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan air dan daun sidr (bidara),
mereka mengeringkannya, kemudian dilakukan apa yang biasa dilakukan terhadap mayit. Kemudian
dikenakan pada beliau tiga pakaian, (iaitu) dua pakaian putih dan sehelai pakaian luar (yang terbuat dari
kapas dan wol). Selanjutnya Al Abbas memanggil dua orang laki-laki seraya mengatakan: “Salah seorang
kalian pergi menemui Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Abu Ubaidah biasa membuatkan lubang kubur bagi
penduduk Makkah. Dan, seorang lagi pergi menemui Abu Thalhah bin Sahl Al Anshari. Abu Thalhah
biasa membuatkan lahad untuk penduduk Madinah.” Kemudian Al Abbas berkata kepada keduanya saat
melepas kepergian mereka: “Ya Allah, berilah pilihan bagi Rasul-Mu.” Lalu keduanya pun berangkat,
ternyata orang yang bertugas menemui Abu Ubaidah tidak menemukan Abu Ubaidah, sementara orang
yang bertugas menemui Abu Thalhah dapat menemui Abu Thalhah. Lalu dia pun datang, kemudian
membuatkan lahad untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Musnad Ahmad, no. 2239)
Dari Ja’far bin Muhammad, dia berkata: “Air ini dulu sebagai air untuk memandikan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ketika mereka memandikan beliau setelah wafat, untuk membersihkan tubuh Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Ali pernah meminumnya.” (Musnad Ahmad, no. 2279)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
memandikan mayit hendaklah dia mandi.” (Musnad Ahmad, no. 7442, no. 7443)
Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memandikan
mayat maka hendaklah dia mandi, dan barangsiapa mengusungnya maka hendaklah dia berwudhu’.”
(Musnad Ahmad, no. 9485)
Dari Aisyah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Barangsiapa yang
memandikan mayit kemudian dia menunaikan amanah iaitu dengan tidak menyebarkan aib mayit (aurat
yang dia lihat ketika memandikannya), maka dia akan keluar dari dosa-dosanya seperti saat dia
dilahirkan ibunya, hendaknya seorang mayit dimandikan oleh orang yang lebih dekat kekerabatanya
dengannya jika dia tahu, namun jika dia tidak tahu maka suruhlah orang yang menurut kalian memiliki
kewarakan (sifat berhati-hati) dan amanah.” (Musnad Ahmad, no. 23735, no. 23763)
Dari Mihjan bin Al Adra’ bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda di hadapan orang
ramai: “Hari Pembebasan, Hari Pembebasan, Hari Pembebasan!” dan mengulanginya tiga kali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh seorang sahabat: “Apakah Hari Pembebasan itu?”
Beliau bersabda: “Dajjal akan datang, memanjat dan menetap di atas bukit Habsyi, melihat ke arah
Madinah dan bertanya kepada para pengikutnya: ‘Adakah kalian melihat istana putih itu? Itulah masjid
Muhammad’.” Kemudian Dajjal akan cuba mendekati kota Madinah dan mencari jalan di setiap sudut.
Tetapi malaikat menghalanginya dengan pedang. Dan Dajjal akan sampai ke tanah lapang al-Jurf dan
membuat khemah. Madinah akan bergegar sebanyak tiga kali dan akan ada orang munafik lelaki atau
wanita keluar untuk menyertai Dajjal. Ini adalah hari pembersihan.” (Syaikh Musthafa al-‘Adawi, Sahih al-
Musnad, Hadith al-Fitan, Jilid: 1991, m/s 496)
Dari Mihjan bin Al Adra’ bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah kepada manusia
seraya bersabda: “Hari Al-Khalash, dan apakah itu hari Al-Khalash? Hari Al-Khalash, dan apakah itu hari
Al-Khalash? Hari Al-Khalash, dan apakah itu hari Al-Khalash?” Beliau mengulanginya hingga tiga kali,
lalu ditanyakanlah kepada beliau: “Dan apakah itu hari Al-Khalash?” Beliau menjawab: “Iaitu, saat
keluarnya Dajjal, lalu dia menaiki gunung Uhud sehingga dia pun melihat kota Madinah. Dia pun berkata
kepada para sahabatnya: ‘Tidakkah kalian melihat istana yang putih ini? Ini adalah masjidnya Ahmad
(Muhammad).” Kemudian dia mendatangi Madinah, dan dia pun mendapati pada setiap jalannya satu
Malaikat yang telah siap dengan hunusan pedangnya. Lalu dia mendatangi Sabhatul Harf (tanah kering
di penghujung kota Madinah), kemudian dia memukul-mukul perkhemahan, kubah beserta tempat-tempat
duduknya, dengan itu, kota Madinah pun bergetar dengan tiga kali getaran. Sehingga tidak seorang
munafik pun baik laki-laki atau perempuan dan tidak juga seorang fasik pun baik laki-laki mahupun
perempuan yang tersisa, kecuali semuanya keluar mengikuti Dajjal. Dan hari itulah yang dinamakan
Yaumul Khalash (hari pembersihan).” (Musnad Ahmad, no. 18207)
Dari Anas bin Malik mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dajjal datang hingga
singgah di pinggiran Madinah kemudian Madinah bergoncang tiga kali, sehingga setiap kafir dan munafik
menemuinya.” (Sahih Bukhari, no. 6591)
Dari Anas Bin Malik berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dajjal datang dan
menginjak bumi selain Makkah dan Madinah, dia mendatangi Madinah dan melihat setiap jalan-jalannya
ada barisan malaikat. Lalu Dajjal mendatangi tanah tandus lantas (Dajjal) mendirikan khemahnya
sehingga Madinah terjadi goncangan sebanyak tiga kali, hingga setiap orang munafik baik laki-laki dan
perempuan menuju kepadanya.” (Musnad Ahmad, no. 12517)
Dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ancaman al-Masih ad-Dajjal tak akan
memasuki Madinah, sebab ketika itu Madinah mempunyai tujuh pintu yang setiap pintu dijaga oleh dua
malaikat.” (Sahih Bukhari, no. 6592, Musnad Ahmad, no. 19545)
Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam mendekati kami dari
kamar dan kami sedang memperbincangkan Hari Kiamat. Lalu beliau bersabda: “Tidak akan terjadi hari
kiamat sehingga kalian melihat sepuluh tanda: Terbitnya matahari dari arah barat, munculnya asap,
dabbah (munculnya haiwan melata), Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya Isa bin Maryam, Dajjal, terjadinya
kerosakan di tiga tempat: di barat, di timur dan di negeri Arab, dan api yang keluar dari hujung tanah Adn
yang mengiring manusia, dan api tersebut turun bersama mereka di mana mereka turun dan akan
beristiraehat bersama mereka sebagaimana mereka berkata.” (Musnad Ahmad, no. 15558)
Dari Abu Qatadah Al Ansari radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
ditanya mengenai puasa pada hari Isnin, maka beliau pun menjawab: “Di hari itulah saya dilahirkan, dan
pada hari itu pula, wahyu diturunkan atasku.” (Sahih Muslim, no. 1978, Musnad Ahmad, no. 21508)
As-Suhaeli telah menyebutkan bahawa Abbas bin Abdul Muthalib melihat Abu Lahab dalam
mimpinya,dan Abbas bertanya padanya: ”Bagaimana keadaanmu?” Abu Lahab menjawab: “Di neraka,
cuma setiap Isnin siksaku diringankan kerana aku membebaskan hambaku Tsuwaibah kerana gembiraku
atas kelahiran Muhammad.” (Sunan Al-Baihaqi, no. 13701)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman
akan (kembali) menyebar di Madinah sebagaimana ular yang keluar (mencari makan) lalu masuk ke
dalam lubangnya (untuk berlindung).” (Sahih Bukhari, no. 1743, Sunan Ibnu Majah, no. 3102, Musnad
Ahmad, no. 10036)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya iman
itu (kembali) masuk pada Madinah, sebagaimana ular masuk di dalam sarangnya.” (Sahih Muslim, no.
210, Musnad Ahmad, no. 7510)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku
diperintahkan (untuk berhijrah) ke suatu tempat yang daya tariknya lebih dominan daripada tempat-
tempat lain, iaitu kota Madinah, kota ini membersihklan manusia (yang jahat) sebagaimana alat tempa
besi yang membersihkan karat besi.” (Sahih Bukhari, no. 1738)
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperintah untuk hijrah
ke suatu negeri yang akan menguasai negeri-negeri lain. Sebahagian orang-orang munafik
menamakannya ‘Yatsrib’ (padahal nama sebenarnya adalah) Madinah. Ia akan menghilangkan (para
penjahatnya) sebagaimana tukang pandai besi menghilangkan kotoran besi.” (Sahih Muslim, no. 2452)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata: “(Lembah) Buthhan berada di atas sungai-sungai dari syurga.”
(Al-Jami’ Al-Saghir, hasan)
Dari Ali bin Abi Talib radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Jika kalian melihat bendera-bendera hitam, maka
tetaplah bertahan di bumi. Jangan gerakkan tangan-tangan dan kaki-kaki kalian. Kemudian akan muncul
suatu kaum yang lemah tidak dihiraukan (rendahan). Hati mereka seperti batangan baja (kaku-keras).
Mereka (mengaku) pemegang daulah (negara/kekuasaan). Mereka tidak menepati janji dan kesepakatan.
Mereka mengajak kepada kebenaran (al-haq) sedangkan mereka bukan orang yang benar. Nama
mereka menggunakan kuniyah (Abu.. Abu..) dan nisbat mereka menggunakan nama daerah. Rambut
mereka terurai seperti wanita, hingga mereka berselisih di antara mereka. Kemudian Allah
mendatangkan kebenaran kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Riwayat Abu Nuaim, Kanz al-Ummal
11/283)
Dari Abu Sa’id Al Khudri dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila ada dua
khalifah yang dibaiah, maka bunuhlah yang paling terakhir dari keduanya.” (Sahih Muslim, no. 3444)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri dia berkata: “Ali radhiallahu ‘anhu mengirimkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam emas yang masih kotor dengan debu. Beliau kemudian mambahagi-bahagikannya kepada
empat orang iaitu Al Aqra’ bin Habis Al Hanzhali, Al Mujasyi’i, Uyainah bin Badr Al Fazari dan Zaid Al
Khail Ath Tha`i, kemudian ke salah orang dari bani Nabhan, Alqamah bin Ulatsah Al ‘Amiri dan seorang
dari bani Kilab.” Sa’id Al khudri berkata, “Orang-orang Quraisy dan Ansar kemudian marah, mereka
mengatakan: “Beliau memberikan kepada tokoh-tokoh penduduk Najd dan membiarkan kita.” Beliau pun
bersabda: “Aku hanya melunakkan hati mereka.” Sa’id berkata: “Kemudian datanglah seorang laki-laki
yang matanya cekung, berdahi lebar, janggut panjang dan kepala gundul. Laki-laki itu berkata: “Wahai
Muhammad, bertaqwalah kamu kepada Allah!” Beliau bersabda: “Siapa yang taat kepada Allah jika aku
bermaksiat? Bukankah Allah mempercayaiku untuk menyampaikan amanah kepada penduduk bumi,
sementara kalian tidak mempercayaiku?” Sa’id berkata: “Lalu ada seorang lelaki yang memohon izin
untuk membunuh laki-laki tersebut, dan aku kira orang itu adalah Khalid bin Al Walid. Namun beliau
melarangnya.” Sa’id berkata: “Ketika orang tersebut telah berlalu pergi, beliau bersabda: “Sesungguhnya
dari keturunan orang ini akan muncul suatu kaum yang membaca Al-Quran namun tidak melampaui
kerongkongannya. Mereka keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya. Mereka
membunuh orang-orang Islam namun bersikap baik kepada penyembah berhala. Jika aku mendapati
mereka, maka aku akan membunuh mereka sebagaimana pembunuhan kaum Aad (kaumnya Nabi
Hud).” (Sunan Abu Daud, no. 4136)
Dari Abdullah bin ‘Amru dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Akan keluar suatu kaum dari arah timur, mereka membaca Al-Quran tetapi tidak pernah melewati
kerongkongan mereka, setiap tanduk mereka dipotong maka akan tumbuh tanduk yang baru, sehingga di
sisa-sisa mereka itu akan muncul Dajjal.” (Musnad Ahmad, no. 6658)
Dari Ali bin Abi Talib, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Al-Mahdi dari
(keturunan) kami, iaitu ahlul bait yang Allah memperbaiki (keadaannya) dalam satu malam.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 4075, Musnad Ahmad, no. 610)
Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: “Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
tiba-tiba seorang pemuda dari Bani Hasyim datang, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat
mereka, maka kedua mata beliau terlihat berbinar-binar dan berubah wajahnya.” Lalu saya bertanya:
“Kenapa kami masih melihat di wajah anda ada sesuatu yang kami benci?” Beliau menjawab:
“Sesungguhnya kami adalah ahli bait yang Allah memilihkan akhirat buat kami atas dunia. Dan sungguh,
sepeninggalku nanti ahli baitku akan menemui musibah, bencana dan pengusiran, sehingga suatu kaum
dari timur datang dengan membawa bendera-bendera hitam, mereka meminta (diterapkannya) kebaikan
namun ditolak. Kemudian mereka berperang dan mendapatkan kemenangan, akhirnya mereka diberi apa
yang mereka minta, lalu kaum tersebut tidak mahu menerima sehingga mereka menyerahkan urusan
tersebut kepada seorang laki-laki dari ahli baitku, lantas dia memenuhinya dengan keadilan sebagaimana
(sebelumnya) bumi dipenuhi dengan kejahatan. Barangsiapa dari kalian mendapatinya, maka
berbaiahlah walau dalam keadaan merangkak di atas salju.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4072)
Daripada Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil
memegang tangan Ali bin Abi Talib, beliau bersabda: “Akan keluar dari sulbi ini seorang pemuda yang
memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu menyakini demikian itu hendaklah bersama
pemuda Bani Tamim itu. Sesungguhnya dia datang dari sebelah Timur dan dialah pemegang panji-panji
Al-Mahdi.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Tsauban radhiallahu ‘anhu, dia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Akan datang panji-panji hitam (kekuasaan) dari sebelah Timur, seolah-olah hati mereka (pendukung-
pendukung) umpama kepingan-kepingan besi (jiwa berani). Barangsiapa mendengar tentang mereka,
hendaklah datang kepada mereka dan berbaiahlah kepada mereka sekalipun merangkak di atas salji.”
(Riwayat Abu Nu’aim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nanti
akan keluar seorang yang dipanggil “Sufyani” dari tengah Damsyik. Kebanyakan yang mengikut mereka
ialah dari kabilah Kalb. Dia akan membunuh orang sehingga membelah perut perempuan dan
membunuh kanak-kanak. Maka berhimpunlah kabilah Qais untuk menentang mereka. Kabilah Qais
dikalahkan sehingga tidak tinggal seorang pun dari mereka. Ketika itu keluar seorang dari ahli baitku di
Harrah. Berita kemunculannya akan sampai kepada Sufyani maka Sufyani dan bala tenteranya pergi
untuk menyerangnya. Di satu padang pasir mereka ditelan oleh bumi dan tidak terselamat seorang pun
dari mereka kecuali seorang yang menceritakan tentang mereka.” (Mustadrak Al-Hakim, hadith ini sahih
mengikut syarat Al-Bukhari dan Muslim tetapi mereka berdua tidak mengemukakan di dalam kitab
masing-masing)
Dari Muhammad bin Ali katanya: “Sesungguhnya Al-Mahdi kita itu mempunyai dua tanda yang tidak
pernah terjadi semenjak Allah Taala menjadikan langit dan bumi. Bulan gerhana pada malam pertama
bulan Ramadhan, kemudian matahari pula gerhana pada pertengahan bulan Ramadhan itu. Kedua-dua
tanda ini tidak pernah berlaku semenjak Allah Taala menjadikan langit dan bumi.” (Sunan Ad-Daraqutni)
Nua’im bin Hammad meriwayatkan daripada Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu katanya: “Bila terhenti
perdagangan dan jalan-jalan fitnah banyak berlaku, akan keluarlah tujuh orang ulama’ dari pelusuk dunia
yang berlainan (tempatnya) dengan tidak berjanji. Setiap orang dari mereka dibaiahkan oleh tiga ratus
dan belasan orang lelaki sehinggalah mereka berjumpa di Makkah. Maka bertemulah tujuh orang itu.
Sebahagian mereka bertanya kepada sebahagian yang lain: “Apakah yang membuatkan kamu datang ke
sini?” Mereka berkata: “Kami datang mencari orang yang sepatutnya fitnah-fitnah ini tenang di tangannya
dan Konstantiniyyah akan ditaklukinya. Kami mengenalinya dengan namanya, nama ayahnya, nama
ibunya dan tenteranya. Maka ketujuh orang ulama’ itu bersepakat di atas perkara tersebut. Mereka pun
mencarinya dan menemuinya di Makkah. Mereka berkata kepadanya: “Engkaulah fulan bin fulan?” Dia
menjawab: “Tidak, bahkan saya adalah daripada Ansar.” Sehinggalah dia melepaskan diri dan lari
daripada mereka. Tujuh orang ulama’ itu pun menggambarkan sifat-sifatnya kepada orang-orang yang
mengetahui tentangnya dan mengenalinya, maka dikatakan: “Itulah orang yang kamu cari! Dia sudah
pergi ke Madinah.” Mereka pun pergi mencarinya di Madinah tetapi dia melarikan diri pula. Mereka
datang pula ke Makkah mencarinya dan menemuinya lalu berkata: “Engkau fulan bin fulan? Ibumu
fulanah binti fulan? Padamu ada tanda begini begini, engkau telah melarikan diri daripada kami sekali.
Sekarang hulurkanlah tanganmu untuk kami berbaiah denganmu.” Dia berkata: “Aku bukan orang yang
kamu cari itu!” Sehingga dia melarikan diri daripada mereka. Mereka mencarinya semula di Madinah, dia
pula datang ke Makkah. Kemudian mereka menemuinya di Makkah dekat rukun (Hajar Aswad) dan
Maqam (Ibrahim). Mereka pun berkata kepadanya: “Engkaulah tanggung dosa kami dan darah-darah
kami dipikul olehmu jika engkau tidak hulurkan tanganmu untuk kami berbaiah denganmu. Ini tentera-
tentera Sufayani telah pun menghadap untuk mencari kita. Mereka dipimpin oleh seorang lelaki daripada
Hiram.” Maka dia pun duduk di antara rukun dan Makam Ibrahim serta menghulurkan tangan lalu
dibaiahkan kepadanya. Ketika itu Allah campakkan perasaan kasih sayang kepadanya di dalam hati
manusia dan dia pun bersama golongan yang bagaikan singa-singa di waktu siang dan bagaikan rahib-
rahib di waktu malam.” (Ibid, jilid 2, m/s 72)
Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang hamba di neraka
Jahannam yang selama seribu tahun berseru ‘Wahai Yang Maha Pengasih! Wahai Yang Maha Pemberi!’
Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada Jibril ‘alaihissalam: “Pergilah dan datangkan kepada-Ku
hamba-Ku yang berseru ini.” Jibril berangkat dan mendapati penduduk neraka dalam keadaan
menelungkupkan wajahnya sembari menangis. Lalu Jibril kembali kepada Rabbnya dan memberitahu-
Nya. Maka (Allah Azza Wa Jalla) berfirman: “Datangkan kepada-Ku hamba-Ku ini, sesungguhnya dia
berada di tempat sedemikian”, maka (Jibril ‘alaihissalam) membawanya dan meletakkannya di depan
Rabbnya Azza Wa Jalla, kemudian (Allah Azza Wa Jalla) berfirman kepadanya: “Wahai hamba-Ku
bagaimana kamu di tempatmu dan ruang istirehatmu?” Maka dia menjawab: “Wahai Rabbku, saya
berada di seburuk-buruk tempat dan seburuk-buruk ruang istirehat, maka (Allah Azza Wa Jalla) berfirman
(kepada Jibril ‘alaihissalam): “Kembalikan hamba-Ku.” Maka (sang hamba) menyatakan protesnya:
“Wahai Rabbku, sesungguhnya saya tidak berharap saat saya telah Engkau keluarkan, lalu dikembalikan
lagi (ke neraka).” (Allah Azza Wa Jalla) kemudian berfirman: “Biarkanlah hamba-Ku ini.” (Musnad Ahmad,
no. 12931)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Antara seorang muslim
dengan muslim yang lainnya adalah haram untuk merosak hartanya, harga dirinya serta darahnya.
Cukuplah seorang muslim itu dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya sesama muslim.” (Sunan
Abu Daud, no. 4238)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menzinai
isteri atau hamba orang lain maka dia bukan dari golonganku.” (Sunan Abu Daud, no. 4502)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukan dari golongan
kami orang yang menipu seorang wanita agar memusuhi suaminya (merosak hubungan), atau seorang
budak agar memusuhi tuannya.” (Sunan Abu Daud, no. 1860)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa merosak
seorang pembantu atas hak tuannya maka dia bukan dari golongan kami, dan barangsiapa merosak
seorang perempuan atas hak suaminya maka dia bukan dari golongan kami.” (Musnad Ahmad, no. 8792)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah dipaparkan
kepadaku tiga golongan yang akan masuk syurga pertama kali dan dan tiga golongan yang akan masuk
neraka pertama kali. Ada pun yang pertama kali masuk syurga adalah; orang yang mati syahid, budak
yang bagus ibadahnya dan patuh pada tuannya, serta orang miskin yang mempunyai tanggungan
keluarga dan dia menahan dirinya untuk meminta-minta. Sedangkan tiga golongan yang pertama kali
akan masuk neraka adalah; pemimpin yang kejam, orang kaya yang banyak harta namun tidak
memberikan hak hartanya, serta orang fakir yang sombong.” (Musnad Ahmad, no. 9128, no. 9815)
Dari Utbah bin Abdu As Sulami bahawa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa meninggal.” Dan Hasan berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki muslim memiliki tiga orang anak yang meninggal dunia sebelum
baligh, kecuali mereka akan menjemputnya dari lapan pintu syurga, dari pintu mana saja yang dia
kehendaki.” (Musnad Ahmad, no. 16981, no. 16986)
Dari Yazid bin Mu’awiyah berkata, bahawa dia bertemu Abu Dzar yang sedang menuntun untanya,
sementara pada leher unta tersebut tergantung sebuah geriba. Aku bertanya: ‘Wahai Abu Dzar,
ceritakanlah apa yang kau dengar dari Rasulullah!’ Dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tiada seorang suami isteri yang Muslim ditinggal mati oleh tiga orang
anaknya yang belum berumur baligh, kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam syurga kerana kasih
sayangnya kepada mereka. Dan tidaklah seorang Muslim menginfakkan sepasang dari hartanya di jalan
Allah kecuali para malaikat penjaga syurga akan berebut untuk menerimanya.” Yazid menyebutkan:
“Kecuali Allah akan memasukan keduanya ke dalam syurga dengan keutamaan kasih sayang-Nya
kepada mereka.” (Musnad Ahmad, no. 20480)
Dari Abu Ubaidah bin Abdullah dari ayahnya dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa ditinggal mati tiga anaknya yang belum mencapai baligh, mereka akan menjadi
benteng baginya yang akan membentengi dari neraka.” Abu Ad-Darda’ berkata: “Aku telah ditinggal mati
dua anak.” Beliau menjawab: “Dan dua anak juga.” Ubai bin Ka’Ab Abu Al-Mundzir pemimpin pembaca Al
Quran berkata: “Aku telah ditinggal mati satu anak saja.” Beliau menjawab: “Dan satu anak juga tetapi hal
itu terjadi pada pertama kali musibah.” (Musnad Ahmad, no. 3870)
Dari Hanzhalah Al-Usayyidi (salah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dia berkata:
“Saya pernah berjumpa dengan Abu Bakar dan dia berkata kepada saya: ‘Bagaimanakah keadaanmu ya
Hanzhalah?’ Saya (Hanzhalah) menjawab: ‘Hanzhalah telah menjadi orang munafik.’ Abu Bakar
terperanjat seraya berkata: ‘Subhanallah, apa maksud ucapanmu tadi hai Hanzhalah?’ Saya menjawab:
‘Ketahuilah olehmu hai Abu Bakar, ketika kami berada di sisi Rasulullah, beliau sering mengingatkan
kami tentang siksa neraka dan nikmat syurga hingga seolah-olah kami melihatnya dengan mata kepala
kami sendiri. Akan tetapi, ketika kami keluar dari sisi Rasulullah, maka kami pun berlaku kasar dan jahat
kepada isteri dan anak-anak kami serta sering melakukan perbuatan yang tidak berguna. Jadi, kami ini
sering lengah.’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah, kami juga sering berbuat seperti itu hai Hanzhalah.’
Kemudian saya dan Abu Bakar pergi menuju ke rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sesampainya di sana, saya berkata: ‘Ya Rasulullah, Hanzhalah telah menjadi munafik.’ Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: ‘Apa maksudmu hai Hanzhalah?’ Saya meneruskan ucapan saya:
‘Ya Rasulullah, ketika saya berada di sisi engkau, kemudian engkau menerangkan kepada saya tentang
siksa neraka dan nikmat syurga, seolah-olah saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri. Akan
tetapi, ketika saya telah keluar dari sisi engkau, maka saya pun berlaku kasar kepada isteri dan anak-
anak saya serta sering melakukan perbuatan yang tidak berguna. Jadi saya sering bersikap lengah.’
Mendengar pernyataan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Demi Zat yang jiwaku
ditangan-Nya, sungguh jika kamu senantiasa menetapi apa yang kamu lakukan ketika kamu berada di
sisiku dan ketika kamu berzikir, nescaya para malaikat akan berjabat tangan denganmu dalam setiap
langkah dan perjalananmu. Tetapi, tentunya yang demikian itu dilakukan sedikit demi sedikit (dari waktu
ke waktu, secara berkala, tidak secara terus).’ Beliau mengulangi kata-kata itu tiga kali.” (Sahih Muslim,
no. 4937, Sunan Ibnu Majah, no. 4229, Musnad Ahmad, no. 16949)
Dari Qais dia berkata: “Saya pernah bertanya kepada Ammar: ‘Bagaimanakah pendapatmu tentang
peperangan melawan Ali? Atau, bagaimana pesan Rasulullah yang telah disampaikan kepadamu?’
Ammar menjawab: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menyampaikan pesan kepada
kami suatu pesan yang tidak beliau sampaikan juga kepada semua orang.’ Saya diberitahu oleh
Hudzaifah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: ‘Di kalangan sahabatku ada dua belas
orang munafik. Di antara mereka ada lapan orang yang tidak akan masuk syurga hingga ada seekor unta
yang dapat masuk ke dalam lubang jarum. Lapan orang di antara mereka pasti akan tertimpa Dubailah,
sedangkan yang empat lagi aku tidak hafal apa yang dikatakan Syu’bah tentang mereka’.” (Sahih Muslim,
no. 4983, no. 4984)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memiliki dua saudara
perempuan, kemudian berlaku baik dalam memelihara mereka selama mereka berdua bergaul
dengannya, maka dia akan masuk syurga bersama keduanya.” Sedang Muhammad bin Ubaid berkata:
“Dia dikurnia dua orang puteri, kemudian berlaku baik dalam memeliharanya selama keduanya masih
dalam pengawasannya, kecuali Allah akan memasukkannya kedalam syurga.” (Musnad Ahmad, no.
2000)
Dari Urwah bin Zubair bahawa Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan
kepadanya, katanya: “Seorang wanita bersama dua anaknya pernah datang kepadaku, dia meminta
(makanan) kepadaku, namun aku tidak memiliki sesuatu yang dapat dimakan melainkan satu buah
kurma, kemudian aku memberikan kepadanya dan membahagi untuk kedua anaknya, setelah itu wanita
tersebut berdiri dan beranjak keluar, tiba-tiba Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang dan aku pun
memberitahukan peristiwa yang baru aku alami, beliau bersabda: “Barangsiapa yang diuji sesuatu kerana
anak-anak perempuannya lalu dia berlaku baik terhadap mereka, maka mereka akan melindunginya dari
api neraka.” (Sahih Bukhari, no. 5536, Sahih Muslim, no. 4763, Sunan At-Tirmidzi, no. 1838, hasan sahih,
Musnad Ahmad, no. 23433)
Dari Uqbah bin Amir berkata: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia dapat bersabar dalam mengurusi mereka,
memberinya makan, minum serta pakaian kepada mereka dari usaha kerasnya, maka mereka akan
menjadi penghalang baginya dari api neraka di hari Kiamat kelak.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3659, Musnad
Ahmad, no. 16762)
Dari Auf bin Malik bahawa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba
muslim memiliki tiga anak perempuan lalu menafkahi mereka hingga mereka menikah atau meninggal
dunia melainkan mereka akan menjadi penghalangnya dari neraka.” Seorang wanita bertanya: “Wahai
Rasulullah, atau dua anak perempuan?” Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Atau dua anak
perempuan.” (Musnad Ahmad, no. 22881)
Dari Aisyah radhiallaahu ‘anha, dia berkata: “Orang-orang Habsyah pernah masuk ke dalam masjid untuk
bermain, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilku: “Wahai Humaira (ertinya: yang pipinya
kemerah-merahan), apakah engkau ingin melihat mereka?” (Riwayat An-Nasa’i dalam Al-Kubra, 5:307)
Dari Wahsyiy bin Harb bahawa para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang.” Beliau bersabda: “Kemungkinan
kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Hendaklah kalian makan
secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkat padanya.” Abu Daud
berkata: “Apabila engkau berada pada sebuah pesta kemudian dihidangkan makan malam, maka
janganlah engkau memakannya hingga pemilik rumah mengizinkanmu.” (Sunan Abu Daud, no. 3272)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Permisalan para ulama’ di bumi
seperti bintang-bintang di langit, digunakan sebagai petunjuk dalam kegelapan daratan dan lautan. Jika
bintang-bintang itu hilang, dikhuatirkan orang-orang yang mencari petunjuk menjadi sesat.” (Musnad
Ahmad, no. 12139)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah perbuatan
aniaya kerana aniaya adalah mendatangkan kegelapan pada hari Kiamat. Berhati-hatilah dengan
kebakhilan kerana hal itu telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian, hal itu telah membawa
mereka kepada pertumpahan darah dan menghalalkan segala yang diharamkan.” (Musnad Ahmad, no.
13937)
Dari Abdullah bin ‘Amru berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya kemudian dijadikanlah mereka dalam keadaan
kegelapan, lalu Dia mengambil cahaya-Nya dengan sekehendak-Nya kemudian dilemparkan kepada
mereka, cahaya itu akan mengenai bagi yang dikehendaki-Nya, dan tidak akan mengenai bagi yang tidak
dikehendaki-Nya. Bagi yang mendapatkan cahaya pada hari itu, dia akan mendapatkan petunjuk, dan
bagi yang tidak mendapatkan cahaya pada hari itu, dia akan tersesat. Maka itu yang aku katakan bahawa
pena Allah telah kering dengan apa yang telah ditentukan.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2566, hasan, Musnad
Ahmad, no. 6559)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Orang-orang yang berjalan menuju masjid dalam kegelapan malam, mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan rahmat Allah.” (Sunan Ibnu Majah, no. 771)
Dari Tsauban bin Bajdad, budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata: “Aku pernah berdiri
di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba datanglah salah seorang rahib dari orang-orang
Yahudi seraya berkata: ‘Semoga keselamatan tercurah atasmu wahai Muhammad. Maka aku pun
mendorongnya dengan keras hingga dia hampir saja terjungkal kerananya.’ Lantas dia bertanya: ‘Kenapa
kamu mendorongku?’ Aku menjawab: ‘Tidak bolehkah kamu memanggilnya dengan panggilan
Rasulullah?’ Rahib Yahudi itu menjawab: ‘Cukuplah kami memanggilnya dengan nama yang diberikan
keluarganya kepadanya.’ Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ‘Namaku ialah
Muhammad, nama yang diberikan keluargaku kepadaku.’ Yahudi itu berkata: ‘Aku datang untuk bertanya
beberapa pertanyaan kepadamu.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bertanya: ‘Adakah
sesuatu yang bermanfaat bagimu jika aku berbicara denganmu.’ Dia menjawab: ‘Aku akan
mendengarkan dengan kedua telingaku ini.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat garis-
garis ke tanah dengan tongkat yang ada di tangan beliau seraya berkata: ‘Bertanyalah!’ Yahudi itu
berucap: ‘Hari ketika bumi diganti dengan bumi dan langit yang lain… (Ibrahim, ayat 48), kala itu manusia
berada di mana?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Mereka berada dalam kegelapan di
bawah sirat (jambatan).’ Dia bertanya: ‘Lalu siapakah orang yang pertama diizinkan untuk menyeberangi
jambatan itu?’ Beliau menjawab: ‘Orang-orang fakir dari kaum Muhajirin.’ Yahudi itu bertanya lagi: ‘Apa
hidangan istimewa bagi mereka ketika memasuki syurga?’ Beliau menjawab: ‘Organ yang paling bagus
dari hati ikan hiu.’ Dia bertanya lagi: ‘Setelah itu hidangan apa lagi yang diberikan untuk mereka?’ Beliau
menjawab: ‘Mereka disembelihkan sapi syurga yang dimakan dari sisi-sisinya.’ Dia bertanya lagi: ‘Apa
minuman mereka?’ Beliau menjawab: ‘Minuman yang diambil dari mata air yang bernama Salsabila.’ Dia
berkata: ‘Kamu benar.’ Kemudian dia melanjutkan ucapannya: ‘Aku juga datang untuk mengajukan
beberapa pertanyaan yang jawabannya tidak diketahui seorang pun di muka bumi ini kecuali seorang
Nabi atau seorang atau dua orang lelaki saja.’ Beliau berkata: ‘Apakah akan memberikan manfaat
kepadamu jika aku menjawabnya?’ Dia menjawab: ‘Aku akan mendengarkannya dengan kedua
telingaku.’ Dia berkata: ‘Aku datang dengan sebuah pertanyaan mengenai anak.’ Beliau menjawab: ‘Air
mani seorang lelaki berwarna putih dan air mani seorang wanita berwarna kuning, jika keduanya
menyatu lalu air mani si lelaki mendahului atas air mani wanita maka janin itu akan berkelamin laki-laki
dengan izin Allah. Namun jika air mani wanita mendahului atas air mani si lelaki maka janin itu akan
berkelamin wanita dengan izin Allah.’ Yahudi itu berkata: ‘Kamu benar, dan kamu memang benar-benar
seorang Nabi.’ Lalu lelaki Yahudi itupun beranjak pergi. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: ‘Sungguh aku pernah ditanya seseorang tentang pertanyaan yang dia juga menanyakannya
kepadaku, dan aku sama sekali tidak tahu jawabannya sampai Allah memberitahukannya kepadaku.’
(Sahih Muslim, no. 473)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa minta perlindungan untuk Hasan
dan Husain, beliau membaca:
َ ‫ان َوهَا هم ٍة َومِ ْن ُك ِل‬
‫عي ٍْن ََل هم ٍة‬ ٍ ‫ط‬َ ‫َّللا التها هم ِة مِ ْن ُك ِل َش ْي‬
ِ‫ت ه‬ ِ ‫أُعِيذُ ُك َما بِ َك ِل َما‬
“Aku memohon perlindungan kepada Allah untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna, dari setiap kejahatan syaitan dan binatang berbisa yang mematikan, dan dari setiap mata
yang hasad.” Kemudian beliau bersabda: “Dahulu bapa kalian (Ibrahim) juga pernah minta perlindungan
dengan keduanya untuk anaknya, Ismail dan Ishaq.” Abu Daud berkata: “Ini adalah dalil bahawa Al-
Quran bukanlah makhluk.” (Sunan Abu Daud, no. 4112)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Tiadalah seseorang dari kami (para isteri Nabi) kecuali hanya
memiliki satu baju yang dipakai ketika mengalami haid. Jika baju tersebut terkena darah haid, ia dibasahi
dengan air ludahnya lalu membersihkanya dengan kukunya.” (Sahih Bukhari, no. 301, Sunan Abu Daud,
no. 304)
Dari Asma’ binti Abu Bakar As-Siddiq bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan solat
gerhana, maka beliau berdiri dan dipanjangkan (lama) berdirinya, kemudian rukuk maka
dipanjangkannya rukuk, kemudian berdiri lagi dan dipanjangkan berdirinya, kemudian rukuk maka
dipanjangkannya rukuk, kemudian bangkit (dari rukuk), kemudian sujud dan memanjangkan sujudnya,
kemudian mengangkat (kepala dari sujud), kemudian sujud dan memanjangkan sujudnya, kemudian
berdiri lagi dan memanjangkan berdirinya, kemudian rukuk maka dipanjangkannya rukuk, kemudian
berdiri (bangkit dari rukuk) dan dipanjangkan berdirinya, kemudian rukuk maka dipanjangkannya rukuk,
kemudian bangkit (dari rukuk), kemudian sujud maka dipanjangkannya sujud, kemudian mengangkat
(kepala dari sujud), lalu sujud dan dipanjangkannya sujud, selesai salam beliau bersabda: “Telah
didekatkan syurga kepadaku hingga seandainya aku dibenarkan (berani) untuk mengambilnya tentu aku
akan bawakan kepada kalian kurma dari kurma-kurma di dalamnya. Dan didekatkan juga neraka
kepadaku hingga aku berkata: ‘Wahai Rabb, aku bersama mereka. Tiba-tiba aku melihat seorang
wanita’.” Aku (Nafi’, yakni perawi) menduga beliau mengatakan: “Dicakar-cakar oleh seekor kucing.” Aku
bertanya: “Apa yang menyebabkan demikian?” Mereka menjawab: “Wanita tersebut menahan kucing
tersebut hingga mati kelaparan kerana dia tidak memberinya makan atau membiarkan kucing tersebut
pergi mencari makan.” Nafi’ berkata: “Aku menduga beliau mengatakan: ‘Mencari makan dari serangga di
permukaan tanah’.” (Sahih Bukhari, no. 703, Sunan Ibnu Majah, no. 1255, Musnad Ahmad, no. 25724)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada di tempat
isterinya, lalu salah seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka isteri
Nabi yang beliau ketika itu sedang berada di rumahnya memukul piring yang berisi makanan, maka
beliau pun segera mengumpulkan makanan yang terjatuh ke dalam piring, lalu beliau bersabda: “Ibu
kalian rupanya sedang terbakar cemburu.” Kemudian beliau menahan sang khadim (pembantu) hingga
didatangkan piring yang berasal dari rumah isteri yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau
menyerahkan piring yang bagus kepada isteri yang piringnya pecah, dan membiarkan piring yang pecah
di rumah isteri yang telah memecahkannya.” (Sahih Bukhari, no. 4824)
Dari Uthman bin Mauhab, dia berkata: “Seorang laki-laki pernah pergi Haji, kemudian dia melihat orang-
orang sedang duduk-duduk, lalu dia berkata: “Siapakah yang sedang duduk-duduk itu?” Mereka
menjawab: “Mereka adalah orang-orang Quraisy.” Laki-laki itu bertanya lagi: “Siapakah syaikh itu?”
Mereka menjawab: “Dia adalah Ibnu Umar.” Lantas dia mendatangi Ibnu Umar seraya berkata: “Aku ingin
bertanya kepadamu tentang sesuatu, oleh kerana itu, jelaskanlah kepadaku.” Laki-laki itu berkata: “Aku
nasihatkan kepadamu demi kesucian rumah ini (Kaabah), apakah kamu tahu bahawa Uthman bin Affan
lari dari perang Uhud?” Ibnu Umar menjawab: “Ya.” Orang itu bertanya lagi: “Apakah kamu juga tahu
bahawa dia tidak ikut perang Badar?” Ibnu Umar menjawab: “Ya.” Orang itu bertanya lagi: “Apakah kamu
juga tahu bahawa dia tidak hadir dan tidak ikut Bai’ah Ar-Ridhwan?” Ibnu Umar menjawab: “Ya”. Orang
itu berkata: “Allahuakbar.” Kemudian Ibnu Umar berkata: “Ke marilah, aku akan menjelaskan semua yang
kamu tanyakan kepadaku! Mengenai larinya Uthman pada perang Uhud, sungguh aku bersaksi bahawa
Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Sedangkan tidak ikutnya dia pada perang Badar, sebab
ketika itu dia sedang merawat puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang sakit, dimana
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Kamu mendapat pahala dan bahagian
sebagaimana mereka yang ikut perang Badar.” Sedangkan tidak hadirnya dia saat Bai’ah Ar-Ridhwan,
sungguh seandainya ada orang lain di kota Makkah yang lebih mulia dari Uthman bin Affan, tentu beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam akan mengutusnya untuk menggantikan posisi Uthman. Namun Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Uthman, sementara peristiwa Bai’ah Ar-Ridhwan terjadi setelah
Uthman berangkat menuju Makkah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dengan membuka telapak
tanganya yang kanan: “Ini tangannya Uthman”, lalu beliau menggenggamkan telapak tagannya yang
kanan ke telapak tangan kiri, lalu bersabda: “Ini untuk Uthman.” Kemudian Ibnu Umar berkata kepada
orang itu: “Sekarang pergilah kamu dengan membawa keterangan tadi.” (Sahih Bukhari, no. 3759, Sunan
At-Tirmidzi, no. 3639, hasan sahih)
Dari Khabbab bin Al-Arat, dia berkata: “Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Kaabah: “Tidakkah tuan
memohon pertolongan buat kami? Tidakkah tuan berdoa memohon kepada Allah untuk kami?” Beliau
bersabda: “Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian (ditangkap), maka digalikan lubang untuknya
dan dia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia
dibelah menjadi dua bahagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Dan ada yang disisir
kulitnya dengan besi hingga tinggal tulangnya, namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi
Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengenderai kuda berjalan
dari Sana’a menuju Hadramaut dan tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada)
kekhuatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa.” (Sahih Bukhari,
no. 3343, Musnad Ahmad, no. 25959)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: “Allah sangat murka kepada seseorang yang telah
dibunuh oleh Nabi shallallahu ‘alahi wasallam (yang berperang) di jalan Allah dan Allah sangat murka
kepada suatu kaum yang telah membuat wajah Nabiyullah shallallahu ‘alahi wasallam berdarah.” (Sahih
Bukhari, no. 3766)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah sangat marah
terhadap suatu kaum yang melakukan perbuatan ini terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Dan ketika itu beliau sambil menunjuk taringnya yang patah. Dan beliau juga bersabda: “Allah sangat
murka terhadap orang yang dibunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perang fi sabilillah
‘Azza Wa Jalla.” (Sahih Muslim, no. 3348)
Dari Sahal bin Sa’ad, dia berkata: “Demi Allah, sungguh aku telah mengetahui orang yang telah
mengubati luka Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, orang yang menuangkan air, dan dengan apa
beliau diubati.” Dia melanjutkan: “Fatimah, puteri Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yang telah
mencuci (luka beliau), sementara Ali bin Abu Talib menuangkan air dengan menggunakan perisai, ketika
Fatimah melihat darah semakin mengalir deras, dia terus mengambil potongan tikar dan membakarnya,
setelah itu dia menempelkan (abu bekas pembakaran tersebut) pada luka beliau hingga darahnya
terhenti, pada waktu itu gigi seri beliau patah, wajah beliau terluka dan topi baja beliau pecah.” (Sahih
Bukhari, no. 3767)
Dari Sahal bin Sa’ad bahawa dia ditanya oleh seseorang mengenai luka yang pernah diderita Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam pertempuran Uhud, maka dia menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam terluka, gigi taringnya patah, dan topi baja yang beliau kenakan juga pecah. Lalu Fatimah binti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membersihkan darah beliau, sedangkan Ali menyiramkan air dari
perisai. Ketika Fatimah melihat darah semakin bertambah banyak keluar, dia mengambil potongan
pelepah kurma lalu dia bakar hingga menjadi abu, kemudian abu tersebut diletakkan di atas luka beliau
hingga darahnya berhenti keluar.” (Sahih Muslim, no. 3345, Sunan Ibnu Majah, no. 3455)
Dari Sahal bin Sa’ad As Sa’idi, dia berkata: “Sungguh saya mengetahui kejadian pada waktu Perang
Uhud, siapa yang melukai wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan siapa yang membuat darah
pada luka di wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhenti dan yang mengubatinya, serta siapa
pula yang membawa air dengan menggunakan perisai dan dengan apa lukanya diubati hingga berhenti
mengalirkan darah.” Sahal melanjutkan: “Ada pun orang yang membawa air di dalam perisai adalah Ali
dan yang mengubati lukanya adalah Fatimah. Dia membakar potongan tikar usang ketika (melihat)
darahnya tidak juga berhenti mengalir, lalu meletakkan abunya pada luka tersebut, setelah itu lukanya
pun mengering.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3456)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Ketika perang Uhud, orang-orang lari dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sedangkan Abu Talhah tetap bertahan dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
melindungi beliau dengan perisainya. Abu Talhah adalah seorang yang ahli memanah yang apabila
(panahnya) mengenai sasaran akan menembus kulit. Pada perang itu dia telah mematahkan dua atau
tiga anak panah kerana sangat kuatnya bidikannya. Ada seorang laki-laki lalu di hadapannya dengan
membawa sarung anak panah dan berkata: “Berikan ini kepada Abu Talhah.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mendongakkan kepala beliau melihat keberadaan musuh, maka Abu Talhah berkata:
“Wahai Nabi Allah, demi ayah dan ibuku sebagai tebusan, janganlah tuan mendongakkan kepala sebab
boleh jadi ada panah musuh yang akan mengenai tuan. Cukup aku saja sebagai taruhannya.” Anas
berkata: “Sungguh aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim, keduanya mengangkat
pakaiannya setinggi mata kakinya sehingga terlihat perhiasan yang ada pada betisnya. Keduanya
membawa kendi-kendi air untuk memberi minum kepada mulut-mulut dari orang yang terluka. Sementara
itu pedang musuh telah mengenai badan Abu Talhah dua atau tiga kali.” (Sahih Bukhari, no. 3527)
Dari Atha bin Yasar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang hamba sakit,
Allah Ta’ala mengirim kepadanya dua orang Malaikat seraya berfirman: “Lihatlah apa yang dia katakan
terhadap para penjenguknya.” Jika dia bertahmid dan memuji Allah, maka mereka berdua akan
mengangkatnya ke hadapan Allah ‘Azza Wajalla -dan Dia Maha Tahu-, lalu Allah berfirman: “Aku berjanji
kepada hamba-Ku, jika Aku mewafatkannya, maka Aku akan memasukkan dia ke syurga. Jika Aku
menyembuhkannya, nescaya Aku akan mengganti untuknya daging yang lebih baik dari dagingnya, dan
darah yang lebih baik dari darahnya. Dan Aku akan ampuni keburukan-keburukan dirinya.” (Muwatha’
Malik, no. 1475)
Dari Mu’adz bin Jabal bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tangannya dan
bersabda: “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku mencintaimu.” Kemudian beliau bersabda: “Aku wasiatkan
kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai solat untuk mengucapkan:
َ‫ش ْك ِركَ َو ُحس ِْن ِعبَا َدتِك‬ َ ‫الله ُه هم أَعِنِي‬
ُ ‫علَى ِذ ْك ِركَ َو‬
“Ya Allah, bantulah aku untuk berzikir dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan
baik.” (Sunan Abu Daud, no. 1301, Sunan An-Nasa’i, no. 1286)
Dari Abu Hurairah bahawa ada seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang
terkenal dengan banyak solat, puasa dan sedekah, hanya saja dia menyakiti tetangganya dengan
lisannya.” Maka beliau bersabda: “Dia di neraka.” Lelaki itu berkata: “Wahai Rasulullah, ada seorang
wanita yang terkenal dengan sedikit puasa, sedekah dan solatnya, dia hanya bersedekah dengan
sepotong keju, tetapi dia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Maka beliau bersabda: “Dia di
syurga.” (Musnad Ahmad, no. 9298)
Dari Abdullah bin Amru, dia berkata: “Ayahku menikahkanku dengan seorang wanita suku Quraisy.
Ketika dia menemuiku, aku tidak mahu (melayaninya) dan tidak selera terhadapnya. Yang demikian
kerana aku begitu kuat beribadah berupa puasa dan solat. Lalu Amru bin Al-Ash datang kepada menantu
perempuannya dan bertanyakannya: “Bagaimana suamimu?” Dia menjawab: “Dia sebaik-baik suami,
atau seperti suami yang paling baik. Sayangnya, dia tidak pernah melucuti pakaian kami (untuk
bersetubuh) dan tidak pernah mengenal tidur bersamaku satu tilam.” Kemudian dia pun menemuiku,
mencaci maki dan mencercaku seraya berkata: “Aku telah menikahkanmu dengan seorang wanita
Quraisy yang mempunyai kedudukan akan tetapi kamu malah menyusahkannya dan tidak
memperlakukannya sebagai layaknya suami isteri.” Kemudian Amru bin Al-Ash menghadap Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam dan melaporkan mengenaiku kepada beliau. Lalu beliau mengutus utusan
untuk memanggilku. Aku pun akhirnya menghadap beliau. Beliau bertanya kepadaku: “Apakah kamu
selalu berpuasa di siang hari?” Saya menjawab: “Ya.” Beliau bertanya lagi: “Apakah kamu juga selalu
melaksanakan soat malam?” Saya menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Saya berpuasa tapi juga berbuka
(tidak berpuasa), saya melaksanakan solat malam tapi juga tidur, dan aku juga mengumpuli para isteriku,
barangsiapa tidak menyukai sunnahku bererti dia bukan golonganku.” Beliau berkata: “Bacalah (sampai
khatam) Al-Quran dalam waktu satu bulan!” Saya menjawab: “Aku lebih kuat dari itu.” Beliau berkata:
“Kalau begitu khatamkanlah dalam jangka waktu sepuluh hari.” Aku berkata: “Aku lebih kuat dari itu.”
Beliau berkata: “Kalau begitu khatamkanlah dalam jangka waktu tiga hari.” Kemudian beliau bersabda
lagi: “Berpuasalah tiga hari pada setiap bulan.” Aku berkata: “Aku masih mampu jika lebih dari itu.” Dan
dia masih merasa mampu hingga Nabi berkata: “Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah (tidak
berpuasa) sehari sebab puasa yang paling utama ialah puasa saudaraku, Nabi Daud.” Kemudian beliau
bersabda: “Setiap hamba itu mempunyai rasa semangat, dan setiap rasa semangat itu pasti ada masa
kebosanan, dan kebosanan mengalihkan kepada sunnah atau kepada bid’ah. Barangsiapa yang
kebosanannya mengalihkan kepada sunnah, bererti dia telah mendapat petunjuk, dan barangsiapa
kebosanan dipergunakan selain itu, bererti dia binasa.” Setelah itu dia berkata: “Aku lebih suka menerima
rukhsah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam daripada berpaling atau dipalingkan daripadanya. Akan
tetapi aku berpisah dengan beliau, sedang aku telah melakukan ajaran yang aku benci jika ku selisihi dan
jesteru beralih ke yang lain.” (Musnad Ahmad, no. 6188)
Dari Jabir bin Sulaim atau Sulaim, dia berkata: “Aku datang kepada Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam
ketika beliau sedang duduk bersama para sahabatnya, kemudian aku bertanya: “Siapakah di antara
kalian yang disebut sebagai Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam?” Sulaim melanjutkan: -Beliau waktu itu
menunjuk dirinya sendiri atau mungkin ditunjuk oleh para sahabatnya- dan ternyata dia berselimutkan
selendang yang hujungnya sampai menyentuh kedua kakinya.” Sulaim bertanya: “Wahai Rasulullah, aku
merasa bodoh terhadap banyak hal, maka ajarilah aku!” Beliau menjawab: “Bertakwalah kepada Allah
‘Azza Wajalla, dan janganlah meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun hanya dengan
menuangkan bekas airmu ke bejana orang yang memerlukan air, dan jauhilah olehmu kesombongan,
kerana Allah Tabaraka Wa Ta’ala tidak menyukai kesombongan, jika ada seseorang yang mencacimu
dan menghinamu kerana dia tahu tentang dirimu, maka janganlah kamu membalas menghinanya kerana
kamu tahu tentang dia, maka itu akan menjadi pahalamu dan akan menjadi dosa baginya, dan janganlah
kamu sekali-kali mencaci seseorang.” (Musnad Ahmad, no. 19715)
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah
kalian mencaci orang-orang yang telah menjadi mayat, sehingga kalian pun menyakiti mereka yang
masih hidup.” (Musnad Ahmad, no. 17499)
Dari Iyadh bin Himar, dia bertanya: “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki dari kaumku mencaciku
sementara dia sendiri tidak lebih mulia dariku, maka apakah saya berdosa jika membalas cacian
darinya?” Beliau bersabda: “Dua orang yang saling mencaci adalah dua syaitan yang saling
merendahkan dan saling berkata-kata dusta.” (Musnad Ahmad, no. 16836)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Terlaknatlah orang yang
mencaci ayahnya, terlaknatlah orang yang mencaci ibunya, terlaknatlah orang yang menyembelih untuk
selain Allah, terlaknatlah orang yang merubah batas-batas tanah, terlaknatlah orang yang menyesatkan
orang buta dari jalan, terlaknatlah orang yang menyetubuhi binatang dan terlaknatlah orang yang
melakukan perbuatan kaum Luth.” Beliau mengucapkan berulang kali, tiga kali tentang liwat (perbuatan
kaum Luth).” (Musnad Ahmad, no. 2764)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Rombongan pertama yang masuk syurga rupa mereka seperti bentuk bulan purnama, mereka tidak
akan pernah berhingus, tidak meludah dan tidak pula membuang air besar. Alat perabot mereka di dalam
syurga terbuat dari emas, sisir-sisir mereka terbuat dari emas dan perak, tempat perapian mereka terbuat
dari kayu cendana, peluh mereka seharum minyak kasturi. Setiap orang dari mereka memiliki dua isteri
(bidadari) yang sumsum tulangnya kelihatan dari betis-betis mereka dari balik daging kerana teramat
sangat cantiknya. Tidak ada perselisihan (pertengkaran) di sana dan tidak ada pula saling benci. Hati
mereka bagaikan hati yang satu yang sentiasa bertasbih pagi dan petang.” (Sahih Bukhari, no. 3006,
Sahih Muslim, no. 5065, Sunan At-Tirmidzi, no. 2460, sahih, Musnad Ahmad, no. 7851)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Pernah disebut-sebut tentang orang yang mati syahid di sisi Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau pun bersabda: “Bumi tidak akan pernah kering dengan darah
seorang syahid hingga dia dijemput oleh kedua isterinya (dari kalangan bidadari), keduanya seperti
wanita penyusu (untuk anak orang lain) yang menaungi kedua anak susuannya di suatu tanah lapang, di
tangan masing-masing mereka terdapat selembar selendang yang lebih baik dari dunia dan seisinya.”
(Sunan Ibnu Majah, no. 2788, Musnad Ahmad, no. 7614)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tempat seluas tali busur
salah seorang kalian di syurga itu lebih baik daripada dunia seisinya, seandainya salah satu bidadari
syurga turun ke bumi, maka akan memenuhinya dengan bau kasturi dan bau harum, dan mahkota yang
ada di kepalanya lebih baik daripada dunia seisinya.” (Musnad Ahmad, no. 12142)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kedudukan
terendah penduduk syurga adalah dia memiliki tujuh darjat, dan dia berada di tempat ke enam, dan ke
tujuh ada di atasnya. Dia mempunyai tiga ratus pembantu, setiap hari akan dihidangkan jamuan
kepadanya sebanyak tiga ratus piring besar, terbuat dari emas, pada setiap piring ada jenis (makanan)
yang tidak terdapat pada piring yang lain. Dia merasakan nikmat (merasai makanan) di awal
sebagaimana di akhirnya juga. Dan dia akan berkata: ‘Wahai Rabb, sekiranya Engkau izinkan, aku akan
memberi makan dan minum seluruh penduduk syurga, dan itu tidak akan mengurangi nikmat yang ada
padaku sedikit pun’. Dan dia juga akan mendapatkan sebanyak tujuh puluh dua isteri dari bidadari selain
dari isteri-isterinya di dunia, dan tempat duduk salah seorang dari mereka (isteri-isteri) adalah sebanding
dengan satu mil dari bumi.” (Musnad Ahmad, no. 10511)
Dari Ali bin Abi Talib radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di syurga ada pasar yang tidak berlaku jual beli di dalamnya, kecuali (ada) gambar
wanita dan laki-laki. Jika seorang lelaki tertarik dengan salah satu gambar wanita, dia (hanya) cukup
masuk ke dalamnya dan di dalamnya sudah tersedia sekumpulan bidadari bermata jeli, mereka
mengangkat suara yang tidak pernah didengar oleh makhluk sama sekali, mereka mengatakan: ‘Kami
kekal tidak mati, kami selalu redha tidak pernah marah, dan kami selalu senang tidak pernah sengsara,
beruntunglah bagi orang yang menjadi milik kami dan kami menjadi miliknya’.” (Musnad Ahmad, no.
1273)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang
Mukmin menginginkan anak di syurga, maka kehamilannya, kelahirannya dan umur bayinya (terjadi)
sesuai (seperti) yang diinginkan.” Abu Isa berkata: “Para ahli ilmu berbeza pendapat dalam masalah ini,
sebahagian mereka mengatakan bahawa kelak di syurga ada jimak (bersetubuh) namun tidak melahirkan
anak. Ishaq bin Ibrahim berkata dalam hadith Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila seorang Mukmin
menginginkan anak di syurga, maka akan dapat dalam sesaat sebagaimana yang dia inginkan, akan
tetapi dia tidak menghendakinya.” Abu Razin Al-Uqaili berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya penghuni syurga tidak mempunyai anak di dalam syurga.” (Sunan At-Tirmidzi,
no. 2487, hasan gharib)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pergi keluar
berperang di jalan Allah pada awal (pagi) hari atau pergi keluar berperang pada akhir (siang) hari lebih
baik dari pada dunia dan seisinya. Dan sungguh panjang (sehasta) busur panah seorang dari kalian di
syurga atau tempat (sarung) cambuknya lebih baik dari dunia dan seisinya. Dan seandainya seorang
perempuan (bidadari) penduduk syurga muncul di tengah penduduk bumi nescaya dia akan menerangi
apa yang ada di antara keduanya (cakerawala langit dan bumi) dan aroma wanginya akan memenuhi
cakerawala itu dan sungguh penutup kepala yang ada di kepalanya itu lebih baik dari pada dunia dan
seisinya.” (Sahih Bukhari, no. 2587, Sunan At-Tirmidzi, no. 1575, hasan sahih, Musnad Ahmad, no.
11984)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya putih
betisnya seorang wanita penghuni syurga akan tampak kelihatan dari balik tujuh puluh kain hingga
terlihat tulangnya yang jernih, yang demikian itu kerana Allah telah berfirman: ‘Seakan-akan bidadari itu
permata yakut dan marjan’ (Ar-Rahman: 58). Ada pun permata yaqutnya terbuat dari batu yang jika
dimasukkan sesuatu ke dalamnya kemudian kamu bersihkan, nescaya kamu akan dapat melihat dari
belakangnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2456)
Dari Al-Miqdam bin Ma’di Karib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang
mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan; dosanya akan diampuni sejak darahnya tumpah di
awal pertempuran, diperlihatkan tempat duduknya di syurga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan
dari ketakutan yang besar ketika dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata
darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk
memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1586, hasan sahih
gharib)
Dari Ali bin Abi Talib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnnya di
syurga ada sekumpulan para bidadari, mereka memanggil-manggil dengan suara kuat, para makhluk
belum pernah mendengar sepertinya. Mereka berkata: ‘Kami wanita-wanita kekal, kami tidak lenyap,
kami adalah wanita-wanita menyenangkan, kami tidak cemberu, kami wanita-wanita redha, kami tidak
marah. Beruntunglah siapa yang menjadi milik kami dan kami menjadi miliknya’.” (Sunan At-Tirmidzi,
2488, gharib)
Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, dia bertanya: “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama,
wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Wanita-
wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang
tampak daripada apa yang tidak tampak.” Saya bertanya: “Kerana apa wanita dunia lebih utama daripada
mereka?” Beliau menjawab: “Kerana solat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah
meletakkan cahaya pada wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulit mereka putih bersih,
pakaian mereka berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya
terbuat dari emas. Mereka berkata: ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah-lembut dan tidak jahat
sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami redha dan tidak pernah
merungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya’.” (Riwayat At-
Thabrani)
Dari Buraidah bin Al-Hashib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Penghuni syurga
itu sebanyak seratus dua puluh baris, lapan puluh di antaranya dari ummat ini dan empat puluhnya dari
seluruh ummat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2469, hasan)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang beriman kelak di syurga
diberi kekuatan bersetubuh seperti ini dan seperti ini.” Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah
mampu seperti itu?” Beliau menjawab: “Mereka diberi kekuatan jimak hingga seratus kali ganda.” (Sunan
At-Tirmidzi 2459, hasan sahih)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berlindunglah kalian
kepada Allah dari dari Jubbil Huzni.” Para sahabat bertanya: “Apa itu Jubbil Huzni wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Sebuah lembah di (dalam) Neraka Jahannam, namun Neraka Jahannam sendiri
berlindung darinya setiap hari sebanyak seratus kali (riwayat lain empat raus kali).” Kami bertanya: “Dan
siapakah yang akan memasukinya?” Beliau menjawab: “Para pembaca Al-Quran (Qari) yang
mempamerkan perbuatan mereka (riya’).” (Sunan At-Tirmidzi 2305, hasan gharib, Sunan Ibnu Majah, no.
252)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa membaca ‘Qul
huwallaahu ahad’ setiap hari seratus kali, nescaya dosa-dosanya selama lima puluh tahun akan
terhapus, kecuali jika dia mempunyai hutang.” Dan dengan sanad ini pula, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa masuk tidur ke tempat tidurnya, kemudian mengiring ke
sebelah kanannya sambil membaca ‘Qul huwallaahu ahad’ sebanyak seratus kali, maka pada hari
Kiamat, Rabb Tabaraka wa Ta’ala akan berkata kepadanya: ‘Wahai hamba-Ku, masuklah syurga di
sebelah kananmu’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2823, gharib)
Dari Ubadah bin As-Shamit bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di syurga ada
seratus tingkat, jarak antara setiap tingkat seperti antara laangit dan bumi dan Firdaus adalah syurga
tertinggi, darinya empat sungai syurga memancar, di atasnya ‘Arsy, bila kalian meminta kepada Allah,
mintalah syurga Firdaus.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2454, sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 4322, Musnad
Ahmad, no. 21676)
Dari Abdullah bin Amru radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Terdapat dua sifat yang tidaklah seorang Muslim menjaganya melainkan dia masuk syurga, ketahuilah
kedua sifat tersebut adalah mudah namun orang yang melakukannya sedikit iaitu; bertasbih kepada Allah
setiap selesai solat sebanyak sepuluh kali, memujinya sebanyak sepuluh kali, bertakbir sebanyak
sepuluh kali.” Abdullah bin ‘Amru berkata: “Dan aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menghitungnya dengan tangannya. Beliau bersabda: “Itulah seratus lima puluh dengan lisan dan lima
ratus di dalam timbangan, dan apabila engkau telah bersiap-siap untuk tidur maka engkau bertasbih,
bertakbir dan bertahmid kepada-Nya sebanyak seratus kali. Maka itu adalah seratus dengan lisan dan
seribu dalam timbangan. Siapakah di antara kalian dalam satu hari satu malam melakukan dua ribu lima
ratus keburukan?” Para sahabat berkata: “Bagaimana seseorang boleh tidak menghitungnya
(mengamalkannya)?” Beliau bersabda: “Itu terjadi kerana salah seorang di antara kalian didatangi syaitan
ketika dia dalam solatnya, kemudian syaitan berkata: ‘Ingatlah ini, ingatlah ini’, hingga dia berpaling dari
solatnya, sehingga dia tidak melakukannya. Dan syaitan datang kepadanya ketika sedang berbaring, dia
terus menidurkannnya hingga dia tertidur.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3332, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i,
no. 1331, Sunan Ibnu Majah, no. 916, Musnad Ahmad, no. 6616)
Dari Ummu Habibah binti Abu Sufyan, dia pernah berkata: “Wahai Rasulullah, nikahilah saudaraku binti
Abu Sufyan.” Maka beliau kembali bertanya: “Apakah engkau suka akan hal itu?” Aku menjawab: “Ya.
Namun aku tidak mahu ditinggal oleh anda. Hanya saja aku suka bila saudariku ikut serta denganku
dalam kebaikan.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Sesungguhnya hal itu tidaklah
halal bagiku.” Aku berkata: “Telah tersebar berita bahawa anda ingin menikahi binti Abu Salamah.” Beliau
bertanya: “Anak wanita Ummu Salamah?” Aku menjawab: “Ya.” Maka beliau pun bersabda: “Meskipun
dia bukan anak tiriku, dia tidaklah halal bagiku. Sesungguhnya dia adalah anak saudaraku sesusuan.
Tsuwaibah telah menyusuiku dan juga Abu Salamah. Kerana itu, janganlah kalian menawarkan anak-
anak dan saudari-saudari kalian padaku.” Urwah berkata: “Tsuwaibah adalah bekas hamba Abu Lahab.
Waktu itu, Abu Lahab membebaskannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan ketika Abu Lahab meninggal, beliau pun diperlihatkan kepada sebahagian keluarganya di alam
mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan. Sang kerabat berkata padanya: “Apa yang telah kamu
dapatkan?” Abu Lahab berkata: “Setelah kalian, aku belum pernah mendapati sesuatu nikmat pun,
kecuali aku diberi minum kerana memerdekakan Tsuwaibah.” (Sahih Bukhari, no. 4711)
Dari Salamah bin Qais bahawa mereka datang sebagai utusan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketika hendak beranjak pulang, mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang (berhak)
mengimamkan kami?” Beliau menjawab: “Orang yang paling banyak menghafal Al-Quran, atau
mengambil Al-Quran.” Salamah berkata: “Ketika itu, di antara orang-orang tersebut tidak ada yang paling
banyak hafalan Al-Qurannya sebagaimana aku.” Katanya lagi: “Mereka lalu menyuruhku maju (menjadi
imam), padahal ketika itu aku masih kanak-kanak. Aku mengimamkan mereka dengan menggunakan
jubah.” Dia berkata lagi: “Tidaklah aku mendapati sekumpulan orang, melainkan akulah yang menjadi
imam mereka. Dan, aku pulalah yang mengsolatkan jenazah mereka hingga hari ini.” (Musnad Ahmad,
no. 19443)
Dari Ibnu Abbas, dia berkat: “Orang yang pertama kali mengerjakan solat adalah Ali.” Abu Isa berkata:
“Para ulama’ berbeza pendapat mengenai hal ini, sebahagian mereka berkata: “Orang yang pertama kali
masuk Islam adalah Abu bakar As-Siddiq.” Sebahagian mereka berkata: “Orang yang pertama kali
masuk Islam adalah Ali.” Sebahagian ulama’ lain mengatakan: “Orang yang pertama kali masuk Islam
dari kalangan pemuda adalah Abu Bakar, sedangkan Ali masuk Islam ketika dia masih kanak-kanak
dalam usia lapan tahun, sedangkan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan wanita adalah
Khadijah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3667, sahih)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian
mendoakan kecelakaan atas diri kalian, janganlah kalian mendoakan kecelakaan bagi anak-anak kalian,
dan janganlah kalian mendoakan kecelakaan atas pembantu kalian, dan janganlah kalian mendoakan
kecelakaan atas harta kalian, jangan sampai kalian berdoa tepat saat diperolehnya pemberian sehingga
Allah mengabulkan doa kalian.” (Sunan Abu Daud, no. 1309)
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata bahawa ketika ayat berikut diturunkan, iaitu firman-Nya: “Siapakah
yang mahu memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (membelanjakan hartanya di jalan
Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya.” (Al-Baqarah: 245) Maka Abu Dahdah
Al-Ansari berkata: “Wahai Rasulullah, apakah memang Allah menginginkan pinjaman dari kami?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Benar, Abu Dahdah.” Abu Dahdah berkata: “Wahai Rasulullah,
hulurkan tanganmu.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghulurkan tangannya kepada Abu
Dahdah, lalu Abu Dahdah berkata: “Sesungguhnya aku meminjamkan kepada Tuhanku kebun milikku.”
Abdullah bin Mas’ud melanjutkan kisahnya bahawa di dalam kebun milik Abu Dahdah terdapat enam
ratus pohon kurma, sedang isteri dan anak-anaknya tinggal di dalam kebun itu. Maka Abu Dahdah
datang ke kebunnya dan memanggil isterinya: “Hai Ummu Dahdah.” Ummu Dahdah menjawab:
“Labbaik.” Abu Dahdah berkata: “Keluarlah kamu, sesungguhnya aku telah meminjamkan kebun ini
kepada Tuhanku.” (Tafsir Ibnu Katsir, juz 2, hlm. 644-645)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Ada seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, si fulan memiliki pohon
kurma yang tumbuh di kebunku yang aku usahakan. Tolong, perintahkan dia agar memberikannya
padaku sehingga aku dapat menyempurnakan kebunku itu.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (kepada si fulan): “Berikan saja pohonmu, dan (dijamin) bagimu pohon kurma di syurga.”
Sayangnya dia menolak. Lalu Abu Dahdah mendatangi pemilik pohon itu dan berkata: “Tukarlah pohon
kurmamu dengan (seluruh) kebunku”, dan akhirnya orang itu bersetuju. Maka Abu Dahdah mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, telah aku tukar pohon kurmanya
dengan kebunku.” Rasulullah lantas bersabda: “Dan sekarang berikan pohon kurmamu kepadanya
kerana aku telah memberikan (jaminan) pohon kurma syurga padamu.” Lantas Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak pohon kurma yang Abu Dahdah nikmati di syurga kelak.”
Rasulullah mengucapkannya berulang kali.” Anas berkata: “Kemudian Abu Dahdah mendatangi isterinya
dengan berkata: “Wahai Ummu Dahdah, keluarlah dari kebun, aku telah menukarnya dengan pohon
kurma di syurga.” Ummu Dahdah lantas berkata: “Sungguh beruntung perniagaan ini”, atau dengan
kalimah yang semisalnya.” (Musnad Ahmad, no. 12025)
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata: “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengiringi
jenazah Abu Dahdah, beliau berada di atas kudanya sedang kami berjalan di sekelilingnya.” Seorang
lelaki dari suatu kaum berkata: “Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Betapa banyak tangkai-
tangkai kurma yang menggantung di syurga untuk Abu Dahdah.” (Musnad Ahmad, no. 19989)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Aku menahan diri selama satu tahun. Sebenarnya aku
ingin bertanya kepada Umar bin Al-Khattab mengenai satu ayat, namun aku tidak bertanya padanya
hanya kerana perasaan segan. Hingga suatu ketika, dia keluar untuk menunaikan ibadah Haji, lalu aku
pun keluar bersamanya. Di tengah perjalanan pulang, Umar pergi ke arah pepohonan Araq hendak
buang hajat, dan aku pun berdiri menunggunya hingga hajatnya selesai. Kemudian aku pun merasa
senang dengannya, aku bertanya: “Wahai Amirul Mukminin, siapakah dua orang wanita dari isteri-isteri
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang saling bantu-membantu menyusahkan beliau?” Maka Umar
menjawab: “Keduanya adalah Hafsah dan Aisyah.” Aku berkata: “Demi Allah, sesungguhnya sejak
setahun yang lalu aku ingin menanyakan hal ini padamu, hanya tidak pernah aku lakukan kerana segan
kepadamu.” Umar berkata: “Janganlah kamu melakukan hal itu. Bila kamu menduga bahawa mengetahui
tentang sesuatu, maka tanyakanlah. Jika memang aku mengetahuinya, nescaya aku akan
mengkhabarkannya padamu.” Kemudian Umar berkata: “Demi Allah, di masa Jahiliyah dulu, kami tidak
pernah mempertimbangkan idea atau saranan yang berasal dari kaum wanita, sehingga Allah
menurunkan ayat berkenaan dengan hak mereka, dan Dia memberi hak yang dibahagikan-Nya.” Umar
melanjutkan: “Maka ketika menghadapi suatu persoalan yang hendak aku pertimbangkan, tiba-tiba
isteriku berkata: ‘Seandainya kamu berbuat seperti ini dan itu!’ Maka aku katakan padanya: ‘Ada apa
denganmu, kenapa turut campur dan untuk apa campur tanganmu dalam persoalan yang aku inginkan?’
Isteriku menjawab: ‘Sungguh engkau sangat aneh wahai Ibnul Khattab! Apakah kamu tidak mahu diajak
berbincang padahal anak perempuanmu sendiri mengajak berbincang bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam hingga beliau melalui hari-harinya dengan perasan marah’.” Akhirnya Umar bergegas
mengambil pakaiannya dan segera menemui Hafsah dan berkata padanya: “Wahai anakku,
sesungguhnya kamu mengajak berbincang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau
melalui hari-harinya dengan perasaan marah.” Hafsah berkata: “Demi Allah, kami benar-benar akan
mengajak berbincang bersama beliau.” Aku katakan padanya: “Ketahuilah, aku peringatkan padamu
akan siksaan Allah dan juga amarah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam wahai anakku. Jangan sekali-
kali engkau merasa rugi (cemburu) kerana kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padanya.”
Maksudnya adalah kecintaan beliau pada Aisyah. Umar melanjutkan kisahnya: “Kemudian aku keluar
hingga aku menemui Ummu Salamah kerana dekatnya hubungan kerabatku dengannya, lalu aku
membicarakannya padanya. Ummu Salamah berkata: “Sungguh aneh kamu ini wahai Ibnul Khattab.
Kamu telah memasuki semua urusan. Hingga kamu hendak memasuki urusan yang terjadi antara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan para isteri-isterinya.” Umar berkata: “Ummu Salamah
membantahku, dengan sebuah bantahan yang telah menghilangkan apa yang menjadi keinginanku
sebelumnya. Maka aku pun segera keluar dari kediamannya. Waktu itu, aku memiliki seorang sahabat
dari kalangan Ansar, jika aku tidak hadir (dalam majlis Rasulullah) maka dia akan menyampaikan berita
yang ada. Dan jika dia yang tidak hadir, maka akulah yang menyampaikan berita baru padanya. Ketika
itu, kami takut terhadap seorang raja dari raja-raja Ghassan. Telah tersebar berita, bahawa dia akan
berjalan ke tempat kami berada, sementara bayang-bayangnya telah memenuhi dada-dada kami.
Ternyata, salah seorang sahabatku yang Ansar itu mengetuk pintu, seraya berkata: “Bukalah pintu,
bukalah pintu.” Aku bertanya: “Apakah raja Al-Ghassani telah datang?” Dia menjawab: “Bahkan yang
lebih dahsyat daripada itu. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceraikan
isteri-isterinya terlebih lagi Hafsah dan Aisyah.” Maka aku segera mengambil pakaianku dan keluar,
hingga bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di tempat minum miliknya, yang jika
beliau menaikinya maka beliau menggunakan tangga, sementara pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam Aswad berada di tangga. Maka aku katakan kepadanya: “Katakanlah pada beliau bahawa ini
Umar bin Al-Khattab.” Kemudian beliau pun mengizinkanku. Lalu aku menuturkan kisah kejadian ini pada
beliau. Ketika kisah (yang diceritakan) sampai pada kejadian bersama Ummu Salamah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pun tersenyum. Ketika itu beliau berada di atas tikar yang tidak dilapisi
sesuatu apa pun. Di bawah kepalanya hanya terdapat bantal yang terbuat dari kulit yang berisikan sabut.
Pada kedua kakinya terdapat daun-daunan yang dihamparkan, sementara di kepalanya terdapat kulit
yang telah disamak. Aku melihat bekas tikar itu (membekas) di sebelah kiri badannya, dan aku pun
menangis. Beliau bertanya: “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Kisra dan Kaisar keduanya berada dalam kesenangan, sementara kamu wahai
Rasulullah..” Akhirnya beliau bersabda: “Tidakkah kamu redha apabila dunia ini menjadi milik mereka,
sedangkan akhirat untuk kita?” (Sahih Bukhari, no. 4532, Sahih Muslim, no. 2705)
Dari Abdullah bin Abbas telah menceritakan kepadaku Umar bin Al-Khatthab, dia berkata: “Ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mengasingkan diri dari para isterinya, lalu saya memasuki masjid dan saya
lihat orang-orang sedang bermain-main kerikil. Mereka semua berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah menceraikan para istrinya.” Kejadian itu terjadi sebelum ada perintah hijab. Kemudian
saya (Umar) berkata: “Saya ingin tahu kepastiannya sekarang juga. Lalu saya menemui Aisyah sambil
bertanya: “Wahai puteri Abu Bakar, belum puas jugakah kamu menyakiti hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam?” Dia menjawab: “Apa urusanku denganmu wahai Ibnul Khattab? Sebaiknya kamu
menguruskan tempatmu sendiri (maksudnya disuruh untuk menasihati Hafsah, puterinya).” Umar
melanjutkan: “Kemudian saya menemui Hafsah binti Umar, lalu saya berkata kepadanya: “Wahai Hafsah,
sudah puaskah kamu menyakiti hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh kamu telah
mengetahui bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mencintaimu, kalau bukan kerana aku,
nescaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceraikanmu.” Kerana itu dia (Hafsah) menangis
semahu-mahunya. Lalu saya bertanya kepadanya: “Di manakah sekarang Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam?” Dia menjawab: “Beliau ada di ruangan peribadinya.” Kemudian saya pergi untuk menemui
beliau, tiba-tiba saya bertemu dengan Rabah, seorang pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sedang duduk dengan menjulurkan kakinya di atas kayu yang berada di depan pintu ruangan, iaitu kayu
yang dibuat tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk naik, lantas saya memanggilnya: “Wahai
Rabah, mintakanlah izin untuk saya bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!” Kemudian Rabah
menoleh ke ruangan lalu memandangku tanpa mengatakan suatu apa pun, lalu saya memanggilnya
dengan agak keras: “Wahai Rabah, mintakanlah izin untuk saya menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, sebab saya mengira, bahawasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tahu jika
kedatanganku kerana Hafsah, demi Allah seandainya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkanku untuk memenggal lehernya, sungguh saya akan memenggal lehernya!” Perkataanku
itu saya katakan dengan nada yang keras. Kemudian dia memberi isyarat supaya saya naik. Saya terus
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau sedang berbaring di atas tikar, lantas saya
duduk dekat beliau. Sewaktu beliau membetulkan sarungnya, terlihat olehku bekas tikar di tulang rusuk
beliau, kuperhatikan di tempat penyimpanan barang, ternyata saya tidak mendapati apa-apa kecuali
sekantung gandum kira-kira satu sha’ dan seukuran qarazh berada di sudut ruangan dan sehelai kulit
yang menggantung.” Umar melanjutkan: “(Melihat keadaan seperti itu) air mataku menitis.” Lalu beliau
bertanya: “Kenapa kamu menangis wahai Ibnul Khattab?” Saya menjawab: “Wahai Nabiyullah,
bagaimana saya tidak menangis, sebab saya melihat tikar ini membekas di rusuk anda, dan saya tidak
melihat sesuatu pun di tempat penyimpanan barang anda ini selain apa yang telah saya lihat, padahal
istana Persia dan Kaisar Romawi berlimpah-limpah dengan buah-buahan dan sungai-sungai, sedangkan
anda adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang pilihan-Nya, hanya beginilah tempat
penyimpanan barang anda!” Beliau bersabda: “Hai Ibnul Khattab, tidak sukakah kamu jika akhirat untuk
kita sedangkan dunia untuk mereka?” Saya menjawab: “Tentu.” Umar berkata: “Ketika saya masuk
menemui beliau (tadi), seakan-akan wajah beliau sedang marah, lalu saya bertanya: “Wahai Rasulullah,
apakah yang menyusahkan anda perihal isteri-isteri anda? Jika anda menceraikan mereka, maka Allah
dan sekalian Malaikat-Nya, Jibril, Mikail, saya sendiri dan Abu Bakar serta orang-orang yang beriman
akan tetap bersama anda.” Dan saya belum pernah mengucapkan kata-kata seperti itu kepada beliau
sambil memuji Allah, kecuali saya berharap semoga Allah membenarkan ucapanku kepada beliau,
kemudian turunlah ayat pilhan berikut ini: “Jika Nabi menceraikanmu sekalian, mungkin Rabbnya akan
mengganti baginya dengan isteri-isteri yang lebih baik dari kalian (At-Tahrim: 5)”, dan ayat: “Dan jika
kamu berdua saling membantu untuk menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah
Pelindungnya, begitu pula Jibril dan orang-orang Mukmin yang shalih serta seluruh Malaikat adalah
penolongnya pula (At-Tahrim: 4).” Sedangkan Aisyah dan Hafsahlah yang bekerja sama berdemo dan
mempengaruhi isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain, lalu saya berkata: “Wahai
Rasulullah, apakah anda menceraikan mereka?” Beliau menjawab: “Tidak.” Saya melanjutkan: “Wahai
Rasulullah, ketika saya memasuki masjid, saya melihat kaum Muslimin sedang mempermainkan kerikil
sambil berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceraikan para isterinya’, apakah saya
harus turun dan menjelaskan kepada mereka bahawa anda tidak menceraikan mereka?” Beliau
menjawab: “Ya, jika kamu mahu.” Saya sentiasa berbicara dengan beliau, hingga hilang kesan marah
dari wajah beliau dan berganti dengan senyuman. Dan beliau adalah manusia yang memiliki deretan gigi
paling baik. Kemudian Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam turun, saya pun turun dengan berpegangan
batang pohon kurma, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam turun seperti berjalan di atas
bumi, tidak berpegangan dengan apa pun, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah, padahal anda di
ruangan itu baru dua puluh sembilan hari!” Beliau bersabda: “Sesungguhnya sebulan itu hanya dua puluh
sembilan hari.” Lantas saya berdiri di depan pintu masjid sambil menyeru dengan suara yang lantang
bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menceraikan para isteri beliau. Kemudian turunlah
ayat: “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita yang menyenangkan dan menakutkan, mereka
langsung menyiarkannya. Padahal, apabila mereka menyerahkannya kepada Allah dan pemimpin (Ulil
Amri) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin suatu kepastian tentang kebenarannya akan
mengetahuinya dari mereka (An-Nisa’: 83).” Dan sayalah yang memastikan kebenaran berita tersebut,
kemudian Allah ‘Azza Wa Jalla menurunkan ayat pilihan (iaitu Al-Ahzab: 28-29).” (Sahih Muslim, no.
2704)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Abu Bakar datang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sedangkan orang-orang sedang duduk di depan pintu beliau, namun dia tidak diberi izin.
Kemudian Umar datang meminta izin namun tidak diberi izin. Lalu (tidak lama kemudian) keduanya
diizinkan, Abu Bakar dan Umar lalu masuk, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk dan diam,
sedangkan para isterinya ada di sekitarnya. Umar radhiallahu ‘anhu berkata (dalam hati): “Saya akan
berbicara kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga beliau dapat tertawa.” Lalu Umar berkata:
“Wahai Rasulullah, jika anda melihat anak perempuan Za’id (isteri Umar) meminta nafkah (berlebihan)
tadi, maka akan saya cekik lehernya”, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga terlihat gigi
gerahamnya. Beliau bersabda: “Mereka yang ada di sekililingku sebagaimana kamu lihat, mereka (juga)
meminta nafkah.” Lalu Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berdiri menuju Aisyah dan hendak memukulnya dan
Umar berdiri hendak menuju Hafsah. Keduanya berkata: “Apakah kalian meminta Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam apa yang tidak beliau miliki?” Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencegah
keduanya. Lalu para isterinya berkata: “Demi Allah kami tidak akan meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam setelah ini apa yang tidak beliau miliki.” Jabir bin Abdullah berkata: “Lalu ‘Azza Wa Jalla
menurunkan ayat Khiyar (ayat yang isinya memberi pilihan, apakah mereka tetap bersama dengan Nabi
atau diceraikan) dan dimulai dari Aisyah. Lalu beliau bersabda: “Saya hendak mengemukakan suatu
perkara yang saya tidak ingin kamu tergesa-gesa memutuskannya sehingga meminta pendapat kepada
kedua orang tuamu.” Aisyah bertanya: “Apakah itu?” Lalu beliau membacakan ayat di hadapan Aisyah:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu..” hingga akhir ayat. Aisyah berkata: “Apakah tentang anda
saya harus meminta pendapat pada kedua orang tuaku? Saya akan memilih Allah dan Rasul-Nya, saya
berharap anda tidak menceritakan kepada isteri yang lainnya apa yang telah saya pilih.” Beliau bersabda:
“Sesungguhnya (Allah) ‘Azza Wa Jalla tidak mengutusku sebagai orang yang keras tapi mengutusku
sebagai Mu’alim dan orang yang mudah. Tidaklah salah satu isteriku bertanya tentang pilihanmu kecuali
pasti akan saya khabarkan.” (Musnad Ahmad, no. 13991)
Dari Sa’id bin Musayyab bahawa Umar bin Al-Khattab berkata: “Seorang wanita yang kehilangan
suaminya dan tidak mengetahui keberadaannya, maka hendaklah dia menunggunya selama empat
tahun. Kemudian menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari dan setelah itu boleh menikah
lagi.” Malik berkata: “Jika dia menikah setelah masa iddah selesai, kemudian suaminya (kedua) telah
menggaulinya atau belum menggaulinya, maka suami pertama tidak berhak lagi atasnya.” Malik
melanjutkan: “Inilah yang berlaku di kalangan kami selama ini. Namun jika suaminya kembali ketika dia
belum menikah lagi, maka suaminya lebih berhak atas dirinya.” Malik kembali melanjutkan: “Saya
mendapati sekelompok orang mengingkari pendapat yang dilontarkan sebahagian kelompok terhadap
Umar bin Al-Khattab, ketika dia mengatakan: ‘Diberikan pilihan bagi suaminya yang pertama, untuk
mengambil maharnya atau kembali pada isterinya’.” Malik berkata: “Telah sampai pula kepadaku
pendapat Umar bin Al-Khattab mengenai seorang wanita yang diceraikan suaminya yang sedang
musafir, lalu dia merujuk lagi kepadanya. Namun rujuknya tersebut tidak sampai pada pihak isteri, dan
hanya khabar talaknya sampai kepada isterinya, kemudian isteri menikah lagi dengan lelaki lain. Jika
suami yang kedua telah menggaulinya atau belum menggaulinya, maka suami yang pertama yang telah
mentalaknya, tidak ada lagi hak atasnya.” Malik berkata: “Pendapat ini adalah pendapat yang aku
pandang paling baik dalam hal ini dan dalam hal suami yang hilang.” (Muwatha’ Malik, no. 1052)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Aku mendengar Umar Ibnul Khattab berkata: “Wanita mana saja yang
diceraikan suaminya dengan talak satu atau dua, kemudian dia dibiarkan hingga masa iddahnya habis,
lalu dia menikah lagi dengan lelaki lain. Kemudian suaminya (yang kedua) meninggal dunia atau
mencerikannya, kemudian dia dinikahi lagi oleh suaminya yang pertama, maka dia tetap meneruskan
baki talak yang pernah dijatuhkan oleh suaminya yang pertama.” Malik berkata: “Beginilah sunnah yang
berlaku di antara kami, dan tidak ada perselisihan di dalamnya.” (Muwatha’ Malik, no. 1072)
Dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata: “Aku melihat Ash Shaltu bin Abdullah bin Naufal bin Abdul
Mutallib mengenakan cincin pada jari kelingking sebelah kanan. Aku lalu bertanya: “Apa ini?” Dia
menjawab: “Aku melihat Ibnu Abbas mengenakan cincinnya seperti ini, dia menghadapkan mata
cincinnya ke telapak tangannya.” Dia (Muhammad bin Ishaq) berkata: “Dia tidak berpendapat kecuali
Ibnu Abbas sendiri yang menyebutkan bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenakan
cincinnya seperti itu.” (Sunan Abu Daud, no. 3693)
Dari Anas bin Malik bahawa ketika Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, dia menulis surat kepadanya
(tentang zakat) sedangkan ukiran pada cincin tersebut terdapat tiga baris, baris pertama bertuliskan
Muhammad, baris kedua bertuliskan Rasul dan baris ketiga bertuliskan Allah.” (Sahih Bukhari, no. 5429)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memakai cincin dari perak, mata
cincinnya dari Habsyah dan diukir padanya ‘Muhammad Rasulullah’.” (Sunan An-Nasa’i, no. 5101, Sunan
Ibnu Majah, no. 3631, Musnad Ahmad, no. 12706)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membuat cincin dari perak dengan
bertuliskan Muhammad Rasulullah. Beliau berkata kepada para sahabat: “Sesungguhnya aku telah
membuat cincin dari perak dengan bertuliskan Muhammad Rasulullah, maka tidak boleh seorang pun
memahat tulisan pada cincin seperti yang ada pada cincinku ini.” (Sahih Bukhari, no. 5428, Sahih Muslim,
no. 3901, Sunan Ibnu Majah, no. 3629, Sunan At-Tirmidzi, no. 1667, sahih hasan)
Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membuat cincin dari perak.
Pada awalnya, cincin itu ada di tangan beliau, setelah itu beralih ke tangan Abu Bakar, lalu berpindah ke
tangan Umar, dan terakhir di pakai oleh Uthman, sebelum akhirnya cincin itu terjatuh ke dalam sumur
Aris. Tulisan cincin itu adalah ‘Muhammad Rasulullah’.” (Sahih Bukhari, no. 5424, Sahih Muslim, no.
3899)
Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memakai cincin emas
selama tiga hari, ketika para sahabatnya melihat, tersebarlah (orang memakai) cincin emas. Maka
Rasulullah pun membuangnya, dan aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh beliau. Kemudian beliau
memerintahkan untuk membuat cincin dari perak dan memerintahkan untuk memberi ukiran ‘Muhammad
Rasulullah’. Cincin itu ada di tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau wafat,
kemudian beralih di tangan Abu Bakar hingga wafat, kemudian di tangan Umar hingga wafat, kemudian
di tangan Uthman selama enam tahun masa pemerintahannya. Ketika banyak buku yang harus dia beri
cop mohor, dia pun memberikan cincin itu kepada salah seorang sahabat Ansar untuk menempelkan cop
mohor. Ketika sahabat Ansar itu keluar ke sumur milik Uthman, cincin itu jatuh. Cincin itu kemudian dicari
namun tidak ditemui. Uthman kemudian memerintahkan untuk membuat cincin baru yang sama dan
memberi ukiran ‘Muhammad Rasulullah’.” (Sunan An-Nasa’i, no. 5122)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Cincin Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbuat dari perak, sedangkan
mata cincinnya (batu) dari Habsyah.” (Sahih Muslim, no. 3907, Sunan Abu Daud, no. 3682, Sunan At-
Tirmidzi, no. 1661, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 12879)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memakai cincin perak bermata batu
Habsyi di tangan kanannya. Beliau meletakkan mata cincinnya di sebelah dalam telapak tangannya.
(Sahih Muslim, no. 3908, Sunan An-Nasa’i, no. 5102)
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah meminta dibuatkan
cincin dari emas. Apabila beliau memakainya, beliau selalu meletakkan mata cincin tersebut pada
bahagian dalam telapak tangan. Kemudian para sahabat pun meniru apa yang dilakukan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada suatu ketika, beliau duduk di atas mimbar dan terus menanggalkan
cincin itu sambil berkata: “Dulu aku selalu mengenakan cincin ini dan meletakkan mata cincinnya di
bahagian dalam.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuang cincin itu seraya berkata: “Demi
Allah saya tidak akan memakainya lagi.” Melihat hal itu, para sahabat pun ikut membuang cincin
mereka.” (Sahih Bukhari, no. 6160, Sahih Muslim, no. 3898, Musnad Ahmad, no. 6049)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku berikan khabar
gembira kepada kalian dengan datangnya Al Mahdi, dia diutus kepada umatku ketika terjadi perselisihan
dan kegoncangan di antara manusia, lalu bumi akan dipenuhi dengan keseimbangan dan keadilan
sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kejahatan dan kezaliman. Penduduk langit dan bumi redha
dengannya, kemudian dia membahagi-bahagikan kekayaan secara adil.” Seorang laki-laki bertanya
kepadanya: “Apa maksudnya secara adil?” Beliau menjawab: “Iaitu sama rata di antara manusia.” Beliau
melanjutkan: “Kemudian Allah memenuhi hati ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
kekayaan (kepuasan) sehingga mereka tidak saling memerlukan antara satu dengan yang lainnya. Dan
keadilannya menyebar luas sehingga seorang penyeru menyeru: “Siapakah yang memmerlukan harta?”
Maka tidak ada seorangpun yang berdiri kecuali seorang laki-laki. Penyeru tersebut berkata: “Datanglah
kepada penjaga harta iaitu bendahara dan katakan kepadanya: ‘Al Mahdi memerintahkan kepadamu
agar kamu memberikan harta kepadaku’.” Lantas bendahara itu berkata kepadanya: “Ambillah sepenuh
kedua telapak tanganmu.” Setelah dia meletakkan harta tersebut di wadahnya, dia menyesal dan
berkata: “Sungguh, aku adalah orang yang paling rakus dari umat Muhammad, apakah aku akan
memenuhi tanganku hingga aku tidak kuat dengan sesuatu yang mereka merasa cukup darinya!”
Kemudian dia mengembalikan harta tersebut dan tidak akan menerimanya lagi, maka dikatakan
kepadanya: “Kami tidak akan mengambil sesuatupun yang pernah kami berikan.” Hal itu berlanjutan
hingga Al Mahdi tinggal selama tujuh tahun, -atau- lapan tahun, -atau- selama sembilan tahun, kemudian
tidak akan ada lagi kehidupan yang baik setelah itu. -atau beliau bersabda- kemudian tidak ada lagi
kehidupan yang baik setelah itu.” (Musnad Ahmad, no. 10898, no. 11061)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Al Mahdi itu dari
keturunanku, dahinya lebar dan hidungnya mancung, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan
sebagaimana bumi pernah dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Dia akan berkuasa selama tujuh
tahun.” (Sunan Abu Daud, no. 3736)
Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Ketika kami solat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba
seseorang mengucapkan ‘Allahu akbar kabiraw wal hamdu lillahi katsiiraw wasubhaanallahi bukratan wa
ashiilan (Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik
waktu pagi dan petang)’. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Siapakah yang
mengucapkan kalimah tadi?” Seorang sahabat menjawab: “Saya wahai Rasulullah.” Beliau bersabda:
“Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-pintu langit dibuka kerana kalimah itu.”
Kata Ibnu Umar: “Maka aku tak pernah lagi meninggalkannya semenjak aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan hal itu.” (Sahih Muslim, no. 943, Sunan At-Tirmidzi, no. 3516,
hasan gharib, Sunan An-Nasa’i, no. 876)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Seorang laki-laki datang dan masuk saf (barisan) sementara nafasnya
masih termengah-mengah, lalu dia mengucapkan ‘Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban
mubaarakan fiih (Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, baik, lagi barokah)’.” Seusai solat,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Siapakah di antara kalian yang mengucapkan kalimah
tadi?” Para sahabat terdiam. Beliau mengulangi pertanyaannya: “Siapakah yang mengucapkan kalimah
tadi, kerana hal itu tidak ada masalah baginya.” Lantas seorang sahabat berkata: “Aku tadi datang,
sementara nafasku masih termengah-mengah, maka ku ucapkan kalimah itu (maksudnya pendek dan
ringkas).” Beliau bersabda: “Tadi aku melihat dua belas malaikat berebut-rebut (agar menjadi yang
pertama) mengangkat kalimah tersebut (ke tempat penerimaan amalan).” (Sahih Muslim, no. 942, Sunan
Abu Daud, no. 650, Sunan An-Nasa’i, no. 891, Musnad Ahmad, no. 11593)
Dari Abdullah bin Ja’far, dia berkata: “Ketika datang berita kematian Ja’far, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Buatkan makanan untuk keluarga Ja’far, sesungguhnya telah datang kepada
mereka perkara yang menyibukkan mereka.” (Sunan Abu Daud, no. 2725, Sunan Ibnu Majah, no. 1599,
Musnad Ahmad, no. 1660)
Dari Abdullah bin Ja’far bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak layak bagi
seorang Nabi untuk mengatakan: ‘Sungguh aku lebih baik dari Yunus bin Matta’.” (Sunan Abu Daud, no.
4050, Musnad Ahmad, no. 1665)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak layak
bagi seorang hamba berkata bahawa aku (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) lebih baik dari pada
Yunus bin Matta ‘alaihissalam.” (Sahih Bukhari, no. 3163, Sahih Muslim, no. 4382, Sunan Abu Daud, no.
4049, Musnad Ahmad, no. 3520)
Dari Sa’id bin Zaid, dia berkata: “Demi Allah, satu peperangan yang diikuti seorang laki-laki yang
mengakibatkan wajahnya dipenuhi debu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah lebih
utama daripada seluruh amalan soleh salah seorang kalian, sekalipun dia diberi umur seperti umur Nabi
Nuh ‘alaihissalam.” (Sunan Abu Daud, no. 4031, Musnad Ahmad, no. 1543)
Dari Ka’ab bin Amru bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa dengan menyebut: “Ya Allah,
saya berlindung kepada-Mu dari meninggal kerana tertimpa bangunan, terjatuh dari ketinggian, penyakit
tua, tenggelam, terbakar, saya berlindung kepada-Mu dari gangguan syaitan menjelang kematian, saya
berlindung kepada-Mu dari mati dalam berperang di jalan-Mu dalam keadaan keadaan melarikan diri dan
dari kematian kerana tersengat oleh binatang berbisa.” (Musnad Ahmad, no. 14976)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perumpamaan Ahlul Baitku
seperti bahtera Nuh, barangsiapa yang menaikinya dia akan selamat, dan barangsiapa yang tertinggal
dia akan tenggelam (binasa).” (Riwayat At-Thabrani dalam Mu’jamul Kaabir 3/160/1, dhaif)
Dari Abu Umamah Al-Bahili bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diberitahu
sesungguhnya Allah akan menikahkan aku di dalam syurga dengan Maryam binti Imran dan Kalsum
saudara perempuan Musa dan Asiah isterinya Firaun.” Maka aku (Abu Umamah) berkata: “Keseronokan
untuk engkau ya Rasulullah.” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran, 8/193, dhaif)
Dari Sa’ad bin Junadah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah
mengahwinkan aku di dalam syurga dengan Maryam binti Imran dan wanita (isteri) Firaun dan saudara
perempuan Musa.” (Riwayat At-Thabrani, dhaif, As-Suyuti, Al-Jami’ As-Saghir no. 1744, dhaif)
Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bahkan
wanita dunia lebih afdhal dari pada para bidadari.” (Riwayat At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no.
780, dhaif)
Dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu, dia berkata kepada isterinya: “Jika engkau ingin menjadi isteriku di
syurga maka janganlah engkau menikah lagi setelah aku meninggal, kerana seorang wanita di syurga
akan menjadi isteri bagi suaminya yang terakhir di dunia. Kerananya Allah mengharamkan isteri-isteri
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menikah lagi setelah meninggalnya Nabi, kerana mereka adalah
isteri-isteri Nabi di syurga.” (As-Shahihah, no 1281)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Isteri-isteri kalian dari
golongan penghuni syurga adalah yang penuh kasih sayang, yang apabila dia menyakiti suami atau
disakiti suami, dia akan datang kepada suaminya itu sambil meletakkan tangannya di telapak tangan
suaminya seraya berkata: ‘Saya tidak akan tidur hingga kamu redha kepada saya’.” [Riwayat Ad-
Daruquthni dalam Al-Ifrad, At-Thabrani (19/140/307) dalam Al-Ausath (5648), hasan]
Dari Abdullah bin Amru bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan
memandang kepada wanita yang tidak mengsyukuri suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.”
[Riwayat An-Nasa’i dalam Isyratun Nisa’ (251) secara mauquf dan sanadnya sahih, At-Thabrani, Al-
Bazzar]
Dari Al-Hushain bin Mihshan bahawa makciknya pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
untuk suatu keperluan. Setelah urusannya selesai, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bertanya
kepadanya: “Apakah kamu mempunyai suami?” Dia menjawab: “Ya.” Beliau bertanya lagi:
“Bagaimanakah sikapmu terhadapnya?” Dia menjawab: “Saya tidak pernah mengabaikannya, kecuali
terhadap sesuatu yang memang saya tidak sanggup.” Beliau bersabda: “Lihatlah selalu akan keadaanmu
terhadapnya. Sesungguhnya yang menentukan syurga dan nerakamu terdapat pada (sikapmu terhadap)
suamimu.” (Musnad Ahmad, no. 18233)
Dari Abu Umamah Al-Bahili, dia berkata: “Dua orang disebutkan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, salah seorang adalah ahli ibadah (abid) dan yang lain seorang yang berilmu, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti
keutamaanku dari orang yang paling rendah (darjatnya) di antara kalian.” Kemudian beliau melanjutkan
sabdanya: “Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada
di dalam sarangnya, bahkan ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan
kebaikan kepada manusia.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2609, hasan gharib sahih)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam lalu beliau datangi isteri-isteri beliau. Para isteri beliau berkata: “Kami tidak punya apa-apa
selain air.” Maka kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada orang banyak:
“Siapakah yang mahu mengajak atau menjamu orang ini?” Maka seorang laki-laki dari Ansar berkata:
“Aku.” Sahabat Ansar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui isterinya lalu berkata: “Muliakanlah tamu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini.” Isterinya berkata: “Kita tidak memiliki apa-apa kecuali
sepotong roti untuk anakku.” Sahabat Ansar itu berkata: “Hidangkanlah makanan kamu itu lalu
matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu.” Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka
isterinya menyediakan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan anaknya, kemudian dia berdiri
seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali. Suami isteri hanya menggerak-
gerakkan mulutnya (seperti mengunyah sesuatu) seolah keduanya turut sama menikmati hidangan.
Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar kerana tidak makan malam. Ketika pagi harinya,
pasangan suami isteri itu menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau berkata: “Malam
ini Allah tertawa atau kagum kerana perbuatan kalian berdua.” Maka kemudian Allah menurunkan firman-
Nya (Al-Hasyr ayat 9): “Dan mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) daripada diri mereka
sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Sahih Bukhari, no. 3514)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Pada Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita
kepada para isterinya, lalu ada salah satu dari mereka yang berkata: “Wahai Rasulullah, itu adalah cerita
khurafat.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah kalian tahu apa itu khurafat? Khurafat
adalah seorang laki-laki dari Udzrah (kabilah Yaman) yang ditawan oleh para jin di masa Jahiliyyah, dia
tinggal bersama mereka dalam jangka waktu sekian lama, kemudian para jin tersebut mengembalikannya
kepada alam manusia, lalu Khurafat bercerita kepada orang-orang tentang hal-hal yang menghairankan
yang dia lihat di alam jin, hingga akhirnya orang-orang berkata: ‘Cerita Khurafat’.” (Musnad Ahmad, no.
24085)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Sesungguhnya orang-orang mengatakan: ‘Abu Hurairah adalah yang
paling banyak (menyampaikan hadith dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam)’, kalau bukan kerana
dua ayat dalam Kitabullah aku tidak akan menyampaikannya.” Lalu dia membaca ayat: “Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa penjelasan dan petunjuk…”,
hingga akhir ayat: “..Allah Maha Penyayang (Al-Baqarah: 159-160).” Sesungguhnya saudara-saudara kita
dari kalangan Muhajirin, mereka disibukkan dengan perdagangan di pasar-pasar, dan saudara-saudara
kita dari kalangan Ansar, mereka disibukkan dengan pekerjaan mereka dalam mengurus harta mereka.
Sementara Abu Hurairah selalu menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan lapar,
dia selalu hadir ketika orang-orang tidak dapat hadir, dan dia dapat menghafal ketika orang-orang tidak
dapat menghafalnya.” (Sahih Bukhari, no. 115)
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash, dia berkata ketika Uthman bin Affan terbunuh: “Aku bersaksi bahawa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan terjadi suatu fitnah di mana orang yang duduk
ketika itu lebih baik dari orang yang berdiri, dan orang yang berdiri ketika itu lebih baik dari orang yang
berjalan, dan orang yang berjalan ketika itu lebih baik dari orang yang berlari.” Aku bertanya: “Bagaimana
pendapat anda jika ada yang masuk ke rumahku dan mengulurkan tangannya untuk membunuhku?”
Beliau bersabda: “Jadilah kamu seperti putera Adam (bersikap seperti Habil yang hendak dibunuh oleh
Qabil)!” (Musnad Ahmad, no. 1523)
Dari Abu Musa bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di hadapan
kalian akan terjadi berbagai macam fitnah sebagaimana gelapnya malam yang mencengkam. Pada pagi
harinya seseorang dalam keadaan Mukmin, namun pada petang harinya telah menjadi kafir. Dan pada
petang harinya dalam keadaan Mukmin, namun pada pagi harinya telah menjadi kafir. Mereka yang
duduk lebih baik daripada yang berdiri, dan yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan mereka
yang berjalan lebih baik daripada mereka berlari. Maka hancurkanlah tombak kalian, putuskanlah tali
busur kalian, dan pukulkan pedang kalian ke batu (musnahkan), dan jika salah seorang dari kalian masuk
ke dalam rumahnya, hendaklah dia menjadi anak Adam yang terbaik (bersikap seperti Habil yang hendak
dibunuh oleh Qabil).” (Musnad Ahmad, no. 18897)
Dari Abul Asy’ats Ash-Shan’ani, dia berkata: “Yazid bin Mu’awiyah mengutus kami menemui Ibnu Zubair.
Maka ketika sampai di Madinah, saya menemui Fulan. Laki-laki itu itu lalu berkata: “Orang-orang telah
melakukan apa yang telah mereka lakukan, lalu bagaimanakah menurutmu?” Abul Asy’ast pun
menjawab: “Kekasihku, Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam telah berwasiat kepadaku: “Jika kamu
mendapati sesuatu dari fitnah-fitnah ini maka pergilah kamu ke gunung Uhud, lalu pukulkanlah mata
pedangmu padanya (musnahkannya), kemudian duduklah di rumahmu. Kemudian jika ada seseorang
yang memasuki rumahmu, maka segeralah masuk ke dalam bilikmu, jika dia masuk ke dalam bilikmu
maka duduklah dengan meletakkan kedua lutut. Setelah itu katakanlah: ‘Kembalilah dengan membawa
dosaku dan dosamu, hingga kamu akan menjadi penghuni neraka dan itu merupakan balasan bagi
orang-orang yang zalim (ucapan Habil kepada Qabil).’ Sungguh, aku telah menghancurkan mata
pedangku dan duduk di dalam rumahku.” (Musnad Ahmad, no. 17299)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang fitnah
(pembunuhan dan kekafiran) yang mana orang yang tidur lebih baik dari yang tidur dengan miring dan
orang yang tidur dengan miring lebih baik dari orang yang duduk dan orang yang duduk lebih baik
daripada orang yang berdiri dan yang berdiri lebih baik dari yang berjalan dan yang berjalan lebih baik
dari yang berlari dan orang yang berlari lebih baik dari yang berkenderaan dan yang berkenderaan lebih
baik dari yang terbunuh semuanya masuk neraka.” Ibnu Mas’ud bertanya: “Wahai Rasulullah, bilakah hal
itu terjadi?” Nabi menjawab: “Hal itu terjadi pada hari-hari harj (banyaknya pembunuhan).” Aku bertanya:
“Bilakah terjadinya harj?” Nabi menjawab: “Iaitu ketika seseorang merasa tidak aman dengan teman
duduknya.” Aku bertanya: “Apa yang engkau perintahkan jika aku mendapati hal itu?” Nabi berkata:
“Tahanlah diri dan tanganmu dan masuklah ke dalam rumahmu.” Aku berkata: “Wahai Rasulullah,
bagaimana jika seseorang masuk ke rumahku?” Nabi menjawab: “Masuklah ke dalam bilikmu.”Aku
bertanya: “Bagaimana jika dia masuk ke bilikku?” Nabi menjawab: “Masuklah ke dalam masjidmu, dan
lakukan hal ini -Nabi berkata sambil menggenggam tangan kanannya di pergelangan tangannya- dan
ucapkan: ‘Rabbku adalah Allah’ hingga engkau meninggal dalam keadaan demikian.” (Musnad Ahmad,
no. 4061)
Dari Ubay bin Ka’ab, dia berkata: “Tidak seorang laki-laki pun dari penduduk Madinah yang mendirikan
solat menghadap kiblat yang rumahnya paling jauh dari masjid kecuali dia (fulan). Dia selalu menghadiri
solat lima waktu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka aku katakan kepadanya: “Sekiranya
engkau membeli seekor keldai sehingga engkau dapat menaikinya ketika panas dan malam yang gelap.”
Laki-laki itu menjawab: “Demi Allah, aku tidak ingin rumahku berdekatan dengan masjid Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka aku khabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga
beliau bertanya laki-laki tersebut, maka laki-laki itu pun menjawab: “Wahai Nabi Allah, semoga (setiap
langkah) kepulanganku kepada keluargaku dan pemergianku menuju masjid dicatat (pahala) oleh Allah.”
Beliau menjawab: “Semoga Allah memberikan semuanya padamu”, atau “Semoga Allah memberikan
semua yang engkau harapkan.” (Musnad Ahmad, no. 20267, no. 20269)
Dari Anas bin Malik, dia bekata: “Usaid bin Hudhair dan seorang laki-laki lain dari kaum Ansar berbicara
di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam perihal keperluan mereka berdua hingga
berlalu sebahagian waktu malam, sedang malam itu sangat gelap gelita. Setelah itu mereka pulang dari
sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedang di tangan setiap dari mereka berdua terdapat sinar
yang dapat menerangi tongkat salah seorang dari mereka, sehingga mereka berdua dapat berjalan di
bawah terang sinarnya. Dan ketika mereka dipisahkan oleh jalan, tongkatnya masih dapat memberikan
cahayanya kepada yang lain, sehingga setiap dari mereka berjalan dengan sinar tongkatnya hingga ke
rumah.” (Musnad Ahmad, no. 11955)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Ada seorang laki-laki Badwi bernama Zahir, dia menghadiahi Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah hadiah dari desa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering berbekal
dengannya jika mengadakan sebuah perjalanan. Sering juga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
mengatakan: “Zahir orang desa sedangkan kita orang kota.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat
mencintai Zahir, sekalipun buruk wajahnya. Suatu hari ketika dia sedang berjualan, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mendatanginya seraya memeluknya dari belakang tanpa pengetahuannya. Zahir
berteriak: “Tolong beritahu saya siapa ini?”, lalu dia menoleh dan melihatnya, ternyata beliau adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia tidak melepas punggungnya yang melekat dengan dada
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila Zahir tahu si pemeluknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
mengatakan: “Siapa yang hendak membeli hamba?” Maka Zahir berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah
kalau begitu Tuan akan mendapati saya seperti orang murahan (tidak laku).” Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam lantas bersabda: “Akan tetapi, di sisi Allah kamu bukanlah orang yang murah”, atau
beliau bersabda: “Akan tetapi, di sisi Allah kamu sangatlah mahal.” (Musnad Ahmad, no. 12187)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa: “Ya Allah, muliakanlah Islam
dengan Abu Jahal bin Hisyam atau Umar.” Ibnu Abbas berkata: “Ternyata di pagi harinya, Umar datang
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memeluk Islam.” Abu Isa berkata: “Hadith ini
darjatnya gharib melalui jalur ini, dan sebahagian mereka (ahli hadith) telah memberi komentar mengenai
diri An-Nadhr Abu Umar, kerana dia meriwayatkan dari para perawi yang riwayatnya munkar.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3616, dhaif jiddan)
Dari Umar bin Al-Khattab, dia berkata: “Ketika perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melihat pasukan orang-orang Musyrik berjumlah seribu pasukan, sedangkan para sahabat beliau hanya
berjumlah tiga ratus sembilan belas orang. Kemudian Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam
menghadapkan wajahnya ke arah kiblat sambil menengadahkan tangannya, beliau berdoa: “Ya Allah,
tepatilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika
pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, nescaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-
Mu di muka bumi ini.” Demikianlah, beliau sentiasa berdoa kepada Rabbnya dengan mengangkat
tangannya sambil menghadap ke kiblat, sehingga selendang beliau terjatuh dari bahunya. Abu Bakar lalu
mendatangi beliau seraya mengambil selendang dan meletakkannya di bahu beliau, dan dia selalu
menyertai di belakang beliau.” Abu Bakar kemudian berkata: “Ya Nabi Allah, cukuplah kiranya anda
bermunajat kepada Allah, kerana Dia pasti akan menepati janji-Nya kepada anda.” Lalu Allah
menurunkan ayat: “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-
Nya bagimu: ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut (Al-Anfaal: 9)’, Allah lalu membantunya dengan tentera Malaikat.”
Ibnu Abbas berkata: “Pada hari itu, ketika seorang tentera Islam mengejar tentera Musyrikin yang berada
di hadapannya, tiba-tiba terdengar olehnya bunyi suara cemeti di atas kepala seorang Musyrik itu, dan
suara seorang penunggang kuda berkata: ‘Majulah terus wahai Haizum!’ Tanpa diduga, seorang Musyrik
yang berada di hadapannya telah mati terkapar dengan hidungnya bengkak, dan mukanya terbelah
seperti bekas pukulan cambuk serta seluruh tubuhnya menghijau. Lalu tentara Muslim itu datang
melaporkan peristiwa yang baru saja dialaminya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka
beliau bersabda: “Kamu benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.” Pada hari itu, tentara
kaum Muslimin dapat membunuh tujuh puluh tentara kaum Musyrikin, dan berhasil menawan tujuh puluh
orang tawanan. Tatkala tawanan telah mereka tahan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya
kepada Abu Bakar dan Umar: “Bagaimana pendapat kalian mengenai tawanan ini?” Abu Bakar
menjawab: “Wahai Nabi Allah, mereka itu adalah anak-anak pakcik dan masih keluarga kita, aku
berpendapat, sebaiknya kita ambil tebusan dari mereka. Dengan begitu, kita akan menjadi kuat terhadap
orang-orang kafir, semoga Allah menunjuki mereka supaya masuk Islam.” Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Bagaimana pendapatmu wahai Ibnu Al-Khattab?” Aku menjawab:
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak setuju dengan pendapat Abu Bakar. Menurutku, berilah
aku kesempatan untuk memenggal leher mereka, berilah kesempatan kepada Ali supaya memenggal
leher Uqail, dan berilah kesempatan kepadaku supaya memenggal leher si fulan -maksudnya
saudaranya sendiri-, kerana mereka adalah para pemimpin kaum kafir dan pembesar-pembesar mereka.”
Umar berkata: “Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyetujui pendapat Abu Bakar dan
tidak menyutujui pendapatku. Di keesokan harinya, aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
aku dapati beliau sedang duduk menangis berdua dengan Abu Bakar, lalu aku berkata: “Ceritakanlah
kepadaku, apa sebabnya anda berdua menangis? Jika boleh menangis maka aku akan menangis, jika
tidak boleh maka aku akan pura-pura menangis untuk kalian.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Aku menangis kerana tebusan yang diambil sahabatmu dari kalangan para tawanan itu lebih
murah daripada harga kayu ini.” -iaitu kayu yang berada dekat Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam-
Lalu Allah Azza wa jalla menurunkan ayat: “..Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai seorang tawanan
sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi ini.. -hingga firman-Nya- ..maka makanlah
olehmu sebahagian harta rampasan.. (Al-Anfaal: 67-69)’. Kerana itulah Allah menghalalkan harta
rampasan buat mereka.” (Sahih Muslim, no. 3309, Musnad Ahmad, no. 203)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak kami untuk
menunaikan solat (ghaib) untuk kematian An-Najasyi, Raja negeri Habsyah. Beliau bersabda: “Mintalah
ampunan untuk saudara kalian (An-Najasyi).” Abu Hurairah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengatur saf mereka di Mushalla (tanah lapang), lalu beliau solat (ghaib) dan bertakbir atasnya
sebanyak empat kali takbir.” (Sahih Bukhari, no. 1242, Sahih Muslim, no. 1581)
Dari Imran bin Husain bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami:
“Sesungguhnya saudara kalian, (Raja) An-Najasyi telah meninggal dunia, maka berdirilah dan solatlah
(ghaib) untuknya.” Maka kami berdiri dan berbaris sebagaimana berbaris untuk solat jenazah. Lalu kami
solat untuknya seperti layaknya solat untuk jenazah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 960, sahih gharib)
Dari Abu Hurairah bahawa seorang wanita berkulit hitam atau seorang pemuda biasanya menyapu
masjid. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kehilangan orang itu, sehingga beliau pun
menanyakannya. Para sahabat menjawab: “Orang itu telah meninggal.” Beliau bersabda: “Kenapa kalian
tidak memberitahukan kepadaku?” Sepertinya mereka menganggap remeh urusan kematiannya. Beliau
pun bersabda: “Tunjukkanlah kepadaku di mana letak kuburannya.” Maka para sahabat pun
menunjukkan kuburannya, dan akhirnya beliau mengsolatkannya. Setelah itu, beliau bersabda:
“Sesungguhnya kuburan-kuburan ini telah dipenuhi kegelapan bagi penghuninya. Dan Allah benar-benar
memberikan mereka cahaya kerana solat yang aku kerjakan ke atas mereka.” (Sahih Muslim, no. 1588,
Musnad Ahmad, no. 8676)
Dari Sa’id bin Al-Musayyab, dia berkata: “Ummu Sa’ad wafat namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak berada di Madinah. Tatkala beliau kembali, beliau mensolatkannya padahal sudah berlalu waktu
satu bulan dari kematiannya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 959)
Dari Asy-Sya’bi, dia berkata: “Telah mengkhabarkan kepadaku seseorang yang telah melihat Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa dia telah melihat satu kuburan menyendiri, lalu dia membariskan
para sahabatnya di belakangnya, lalu dia mensolatinya. Ada yang bertanya kepadanya: “Siapa yang
mensolatkannya?” Dia menjawab: “Ibnu Abbas.” Abu Isa At-Tirmidzi berkata: “Hadith Ibnu Abbas
merupakan hadith hasan sahih. Sebagian ulama’ dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan yang lainnya mengamalkannya. Ini juga merupakan pendapat Syafi’e, Ahmad dan Ishaq.
Sebahagian ulama’ berkata: ‘Tidak boleh solat di atas kuburan’. Ini adalah pendapat Malik bin Anas.
Abdullah bin Mubarak berkata: ‘Jika mayit telah dikubur dan belum disolatkan, maka disolatkan di atas
kuburannya’. Ibnu Mubarak berpendapat bahawa solat di atas kuburan adalah boleh. Ahmad dan Ishaq
berkata: ‘Boleh solat di atas kuburan hingga waktu sebulan’. Mereka berdua berkata: ‘Kami sering
mendengar dari Ibnu Musayyab bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam solat di atas kuburan Ummu
Sa’ad bin Ubadah setelah satu bulan’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 958)
Dari Ummu Salamah, dia berkata: “Ketika hari penaklukan kota Makkah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memanggil Fatimah lalu berbisik kepadanya, tiba-tiba Fatimah menangis, kemudian beliau
bebicara kepadanya (kali kedua), maka Fatimah tersenyum. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam wafat, maka aku bertanya kepadanya tentang sesuatu yang membuatnya menangis dan
tersenyum.” Fatimah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhabarkan kepadaku
bahawa beliau akan meninggal dunia, maka aku menangis, kemudian beliau memberitahuku bahawa aku
adalah penghulu wanita ahli syurga kecuali kepada Maryam binti Imran maka aku pun tersenyum.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 3808, hasan gharib)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dihadiahkan baju
jubah terbuat dari sutera nipis padahal sebelumnya beliau pernah melarang memakai sutera. Lalu orang-
orang pun menjadi kagum kerananya. Maka beliau bersabda: “Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya, sungguh sapu tangan Sa’ad bin Mu’adz di syurga lebih baik daripada ini.” (Sahih Bukhari,
no. 3009, Sahih Muslim, no. 4515, Sunan At-Tirmidzi, no. 3782, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 12916)
Dari Waqid bin Amru bin Sa’ad bin Mu’adz, dia berkata: “Aku menemui Anas bin Malik, lalu dia berkata
kepadaku: “Siapa kamu?” Aku menjawab: “Aku Waqid bin Amru bin Sa’ad bin Mu’adz.” Dia berkata:
“Engkau sangat mirip dengan Sa’ad”, lalu dia menangis, dan tangisannya pun semakin menjadi, lalu dia
berkata: “Semoga Allah merahmati Sa’ad, dia adalah orang yang paling besar dan tinggi di antara orang-
orang.” Setelah itu dia berkata lagi: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus pasukan ke
Ukaidir di Dumah (nama tempat), lalu Ukaidir pun mengirimkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berupa selendang sutera yang bersulam emas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
kemudian mengenakannya (sebelum ada larangan sutera) lalu berdiri di atas mimbar, maka orang-orang
pun menyentuh dan memandang selendang tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu
bertanya: “Apakah kalian kagum dengan selendang ini?” Mereka menjawab: “Kami tidak pernah melihat
kain seindah ini!” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Sungguh, sapu tangan Sa’ad bin
Mu’adz di syurga lebih bagus dari apa yang kalian lihat.” (Sunan An-Nasa’i, no. 5207, Musnad Ahmad,
no. 11776)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Ada seorang laki-laki berkulit hitam atau wanita berkulit
hitam yang menjadi tukang sapu masjid meninggal dunia yang tidak diketahui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam akan kamatiannya. Suatu hari beliau diberitahu, maka beliau bersabda: “Apa yang telah terjadi
dengan orang itu?” Mereka menjawab: “Dia telah meninggal, wahai Rasulullah.” Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Kenapa kalian tidak memberitahu aku?” Mereka berkata: “Kejadiannya begini
dan begini”, lalu mereka menjelaskan. Kemudian beliau bersabda: “Tunjukkan kepadaku kuburannya!”
Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kuburan orang itu kemudian solat (jenazah)
untuknya.” (Sahih Bukhari, no. 1251, Sunan Abu Daud, no. 2788, Sunan Ibnu Majah, no. 1519, Musnad
Ahmad, no. 8280)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma bahawa bapanya terbunuh dalam perang Uhud sebagai
syahid sementara dia meninggalkan hutang, lalu para pemilik hutang mendesak agar hak-hak mereka
ditunaikan, maka aku datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau meminta agar para
pemilik piutang mahu menerima kebunku sebagai pembayaran dan pelunasan hutang bapaku namun
mereka menolaknya sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tunggu hingga esok.” Akhirnya
esok paginya beliau mengelilingi pohon-pohon kurma lalu berdoa minta keberkatan pada buah-
buahannya. Maka aku dapatkan buah-buah kurma itu tumbuh banyak lalu aku gunakan untuk membayar
hutang kepada mereka dan buahnya masih berbaki untuk kami.” (Sahih Bukhari, no. 2220)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma bahawa dia mengkhabarkan bahawa bapanya wafat dan
meninggalkan hutang sebanyak tiga puluh wasaq kepada orang Yahudi. Kemudian Jabir meminta
penangguhan pelunasannya namun orang Yahudi itu menolaknya lalu Jabir menceritakannya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar membantuya dalam permasalahannya dengan orang itu.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi dan berbicara dengan orang Yahudi tersebut
agar bersedia menerima kebun kurma Jabir sebagai pelunasan hutang bapanya namun orang Yahudi
tersebut tetap tidak mahu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi pohon kurma
milik Jabir lalu mengelilinginya kemudian berkata kepada Jabir: “Bersungguh-sungguhlah kamu untuk
membayar hutang dengan buah yang ada pada pohon kurma ini.” Maka Jabir menandainya setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi lalu dia melunasi hutang sebanyak tiga puluh wasaq dan
masih berbaki sebanyak tujuh belas wasaq. Kemudian Jabir datang menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuk mengkhabarkan apa yang terjadi namun didapatinya beliau sedang melaksanakan
solat Asar. Ketika sudah selesai, Jabir mengkhabarkan kepada beliau tentang baki buah kurma tersebut.
Maka beliau bersabda: “Khabarkanlah hal ini kepada Umar bin Al-Khattab.” Maka Jabir pergi menemui
Umar lalu mengkhabarkannya, maka Umar berkata: “Sungguh aku sudah mengetahui ketika beliau
mengelilingi pohon kurma tersebut untuk memberkatinya.” (Sahih Bukhari, no. 2221)
Dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Kami pernah duduk bermajlis dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dihadirkan kepada beliau satu jenazah kemudian orang-orang berkata:
“Solatkanlah jenazah ini.” Maka beliau bertanya: “Apakah orang ini punya hutang?” Mereka berkata:
“Tidak.” Kemudian beliau bertanya kembali: “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Mereka menjawab:
“Tidak.” Akhirnya beliau mengsolatkan jenazah tersebut. Kemudian didatangkan lagi jenazah lain kepada
beliau, lalu orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, solatkanlah jenazah ini.”
Maka Beliau bertanya: “Apakah orang ini punya hutang?” Dijawab: “Ya.” Kemudian beliau bertanya
kembali: “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Ada, sebanyak tiga dinar.” Maka
beliau bersabda: “Solatkanlah saudaramu ini.” Berkata Abu Qatadah: “Solatkanlah wahai Rasulullah,
nanti hutangnya aku yang menanggungnya.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengsolatkan
jenazah itu.” (Sahih Bukhari, no. 2127)
Dari Abdullah bin Az-Zubair, dia berkata: “Ketika Az-Zubair (bapanya) terlibat dalam perang Jamal, dia
memanggilku, maka aku berdiri disampingnya. Dia berkata: “Wahai anakku, ketahuilah bahawa tidaklah
ada yang terbunuh pada hari ini melainkan dia orang zalim atau orang yang dizalimi. Dan sungguh aku
tidak melihat diriku akan terbunuh hari ini melainkan sebagai orang yang dizalimi dan sungguh perkara
yang paling menggelisahkan aku adalah hutang yang ada padaku, apakah kamu lihat dari hutang itu
masih akan ada yang baki harta untuk kita?” Dia melanjutkan: “Wahai anakku, untuk itu juallah harta kita
lalu lunasilah hutangku.” Az-Zubair berwasiat dengan sepertiga hartanya, dan sepertiga untuk anak-
anaknya, iaitu Bani Abdullah bin Az-Zubair. Dia berkata lagi: “Sepertiga dari sepertiga. Jika ada lebih dari
harta kita setelah pelunasan hutang maka sepertiganya untuk anakmu.” Dan sebahagian dari anak-anak
Abdullah sepadan usianya dengan sebahagian anak-anak Az-Zubair iaitu Khubaib dan Abbad. Ketika itu
Az-Zubair mempunyai sembilan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan. Abdullah berkata: “Dia (Az-
Zubair) telah berwasiat kepadaku tentang hutang-hutangnya dan berkata: “Wahai anakku, jika kamu tidak
mampu untuk membayar hutangku maka mintalah bantuan kepada majikanku.” Abdullah berkata: “Demi
Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksudkan hingga aku bertanya: “Wahai bapaku, siapakan majikan
bapa?” Dia berkata: “Allah.” Abdullah berkata: “Demi Allah aku tidak menemukan sedikit pun kesulitan
dalam melunasi hutangnya setelah aku berdoa: “Ya maula Zubair, iqdhi ‘anhu dainahu (Wahai Tuannya
Az-Zubair, lunasilah hutangnya).” Maka Allah melunasinya. Kemudian Az-Zubair radhiallahu ‘anhu
terbunuh dan tidak meninggalkan satu dinar pun juga dirham kecuali dua bidang tanah yang salah
satunya berupa hutan serta sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Basrah, satu rumah di Kufah dan
satu rumah lagi di Mesir. Abdullah berkata: “Hutang yang menjadi tanggungannya terjadi ketika ada
seseorang yang datang kepadanya dengan membawa harta untuk dititipkan dan dijaganya, lalu Az-
Zubair berkata: “Jangan, tapi jadikanlah sebagai pinjamanku (yang nanti akan aku bayar) kerana aku
khuatir akan hilang sedangkan aku tidak memiliki kekuasaan sedikit pun dan tidak juga sebagai
pemungut hasil bumi atau sesuatu kekuasaan lainnya melainkan selalu ikut berperang bersama Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar atau Uthman radhiallahu ‘anhum.” Abdullah bin Az-Zubair
berkata: “Kemudian aku menghitung hutang yang ditanggungnya dan ternyata aku jumlahkan sebanyak
dua juta dua ratus dua puluh ribu.” Hakim bin Hizam menemui Abdullah bin Az-Zubair seraya berkata:
“Wahai anak saudaraku, berapa banyak hutang saudaraku?” Abdullah merahsiakannya dan berkata:
“Dua ratus ribu.” Maka Hakim berkata: “Demi Allah, aku mengira harta kalian tidak akan cukup untuk
melunasi hutang-hutang ini.” Maka Abdullah berkata kepadanya: “Bagaimana pendapatmu seandainya
harta yang ada dua juta dua ratus ribu?” Hakim berkata: “Aku mengira kalian tetap tidak akan sanggup
melunasinya. Seandainya kalian tidak mampu mintalah bantuan kepadaku.” Dahulu Az-Zubair membeli
hutan itu seratus tujuh puluh ribu lalu Abdullah menjualnya dengan harga satu juta enam ratus ribu
kemudian dia berdiri dan berkata: “Bagi siapa saja yang mempunyai hak (piutang) atas Az-Zubair
hendaklah dia menagih haknya kepada kami dari hutan ini.” Maka Abdullah bin Ja’far datang kepadanya
kerana Az-Zubair berhutang kepadanya sebanyak empat ratus ribu seraya berkata kepada Abdullah bin
Az-Zubair: “Kalau kalian mahu, hutang itu aku bebaskan untuk kalian.” Abdullah bin Az-Zubair berkata:
“Tidak.” Abdullah bin Ja’far berkata lagi: “Atau kalau kalian mahu kalian boleh lunasi di akhir saja
(tunda).” Abdullah bin Az-Zubair berkata: “Tidak.” Abdullah bin Ja’far berkata lagi: “Kalau begitu, ukurlah
bahagian hakku.” Abdullah bin Az-Zubair berkata: “Hak kamu dari batas sini sampai sana.” Maka
Abdullah menjual sebahagian dari tanah hutan itu sehingga dapat melunasi hutang tersebut dan masih
berbaki empat setengah bahagian lalu dia menemui Mu’awiyah yang ketika itu bersamanya ada Amru bin
Uthman, Al-Mundzir bin Az-Zubair dan Ibnu Zam’ah. Mu’awiyah bertanya kepadanya: “Berapakah nilai
hutan itu?” Abdullah menjawab: “Setiap bahagian bernilai seratus ribu.” Mu’awiyah bertanya lagi:
“Bakinya tinggal berapa?” Abdullah berkata: “Empat setengah bahagian.” Al-Mundzir bin Az-Zubair
berkata: “Aku mengambil bahagianku senilai seratus ribu.” Amru bin Uthman berkata: “Aku mengambil
bahagianku senilai seratus ribu.” Dan berkata Ibnu Zam’ah: “Aku juga mengambil bahagianku seratus
ribu.” Maka Mu’awiyah berkata: “Jadi berapa bakinya?” Abdullah berkata: “Satu setengah bahagian.”
Mu’awiyah berkata: “Aku mengambilnya dengan membayar seratus lima puluh ribu.” Maka Abdullah bin
Ja’far menjual bahagiannya kepada Mu’awiyah dengan harga enam ratus ribu.” Setelah (Abdullah) ibnu
Az-Zubair menyelesaikan pelunasan hutang bapanya, anak-anak Az-Zubair (yang lain) berkata: “Berilah
hak warisan kami.” Abdullah berkata: “Demi Allah, aku tidak akan membahagikannya kepada kalian
sebelum aku umumkan pada musim-musim Haji selama empat musim iaitu siapa yang mempunyai hak
(piutang) atas Az-Zubair hendaklah menemui kami agar kami melunasinya.” Demikianlah Abdullah
mengumumkan pada setiap musim Haji. Setelah berlalu empat musim dia membahagikannya kepada
mereka (anak-anak Az-Zubair). Urwah berkata: “Adalah Az-Zubair meninggalkan empat orang isteri,
maka Abdullah meninggalkan sepertiga harta bapanya sebagai wasiat bapanya sehingga setiap isteri Az-
Zubair mendapatkan satu juta dua ratus ribu sedangkan harta keseluruhan milik Az-Zubair berjumlah lima
puluh juta dua ratus ribu.” (Sahih Bukhari, no. 2897)
Dari Ali bin Abi Talib bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lebih mendahulukan pembayaran
hutang, sebelum perlaksanaan wasiat. Sementara kalian lebih mendahulukan wasiat daripada
pembayaran hutang. Abu Isa berkata: “Menurut jumhur ulama’, hadith ini diamalkan. Yakni, hendaklah
dimulai dari hutang terlebih dahulu, sebelum pelaksanaan wasiat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2048, hasan)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang kaya yang menunda-
nunda membayar hutang adalah zalim, dan jika hutang salah seorang dari kalian dihalalkan oleh orang
kaya hendaklah dia menerimanya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 2395)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya harus berpuasa (membayarkan) untuknya.”
(Sahih Bukhari, no. 1816, Sahih Muslim, no. 1935, Sunan Abu Daud, no. 2048, Musnad Ahmad, no.
23266)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Nabi shallallahu ‘alahi wasallam biasa mengucapkan (doa):
‫ار َومِ ْن ش َِر فِتْنَ ِة ْال ِغنَى َوأَعُوذُ بِكَ مِ ْن ِفتْنَ ِة‬ ِ ‫ب النه‬ ِ ‫عذَا‬ َ ‫ار َو‬ ِ ‫ب ْالقَب ِْر َومِ ْن فِتْنَ ِة النه‬ َ ‫س ِل َو ْال َه َر ِم َو ْال َمأْث َ ِم َو ْال َم ْغ َر ِم َومِ ْن ِفتْنَ ِة ْالقَب ِْر َو‬
ِ ‫عذَا‬ َ ‫الله ُه هم ِإنِي أَعُوذُ ِبكَ مِ ْن ْال َك‬
‫ض مِ ْن ال هدن َِس َوبَا ِع ْد‬ َ
َ َ‫ب ْاْل ْبي‬ ‫ه‬
َ ‫طايَا َك َما نَقهيْتَ الث ْو‬ ْ
َ ‫َق قَل ِبي مِ ْن ال َخ‬ ْ ْ ْ ‫ه‬
ِ ‫اي بِ َماءِ الثلجِ َوالبَ َر ِد َون‬
َ ‫ي‬
َ ‫ا‬‫ط‬َ ‫خ‬َ ‫ِي‬ ‫ن‬‫ع‬َ ْ
‫ِل‬ ‫س‬ ‫غ‬ْ ‫ا‬ ‫م‬‫ه‬ ‫ه‬
ُ ‫ه‬ ‫الل‬ ‫ل‬ِ ‫ها‬ ‫ج‬ ‫ه‬
‫د‬ ‫ال‬ ‫ِيح‬ ‫س‬ ‫م‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ْالفَ ْق ِر َوأ َعُوذُ بِكَ مِ ْن ِفتْنَ ِة‬
ِ
‫ب‬ ْ
ِ ‫ق َوال َم ْغ ِر‬ ْ
ِ ‫ع ْدتَ بَيْنَ ال َم ْش ِر‬ َ ‫اي َك َما بَا‬ َ ‫بَ ْينِي َوبَيْنَ َخ‬
َ َ‫طاي‬
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, kelupaan, kesalahan dan terlilit hutang, dan dari
fitnah kubur serta siksa kubur, dan dari fitnah neraka dan siksa neraka dan dari buruknya fitnah kekayaan
dan aku berlindung kepada-Mu dari buruknya fitnah kefakiran serta aku berlindung kepada-Mu dari fitnah
Al-Masih Ad-Dajjal. Ya Allah, bersihkanlah kesalahan-kesalahanku dengan air salju dan air embun,
sucikanlah hatiku dari kotoran-kotoran sebagaimana Engkau menyucikan baju yang putih dari kotoran.
Dan jauhkanlah antara diriku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan
barat.” (Sahih Bukhari, no. 5891)
Dari Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
berdoa dalam solatnya dengan (membaca):
‫ت الله ُه هم إِنِي أَعُوذُ بِكَ مِ ْن ْال َمأْث َ ِم َو ْال َم ْغ َر ِم‬
ِ ‫ب ْالقَب ِْر َوأَعُوذُ بِكَ مِ ْن فِتْنَ ِة ْال َمسِيحِ ال هدجها ِل َوأَعُوذُ ِبكَ مِ ْن فِتْنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َما‬ ِ ‫عذَا‬ َ ‫الله ُه هم ِإنِي أَعُوذُ ِبكَ مِ ْن‬
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, saya berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih
Ad-Dajjal, saya berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, saya berlindung kepada-Mu
dari dosa dan pengaruh hutang.” Kemudian ada seseorang berkata: “Betapa banyak engkau meminta
perlindungan dari pengaruh berhutang wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Jika seseorang telanjur
hutang, maka dia akan suka berdusta dan menyelisihi janji.” (Sahih Muslim, no. 925, Sunan Abu Daud,
no. 746, Sunan An-Nasa’i, no. 1292)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: “Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan berkata: “Saudara perempuanku bernazar untuk menunaikan Haji, namun dia meninggal.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Kalaulah dia mempunyai hutang, apakah kamu
berkewajiban melunaskannya?” Jawabnya: “Ya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan: “Maka
lunasilah (hutang) kepada Allah, kerana ia lebih berhak untuk dipenuhi.” (Sahih Bukhari, no. 6205, Sunan
Ad-Darimi, no. 2227)
Dari Tsauban bekas hamba Rasulullah, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa di saat rohnya berpisah dengan jasadnya, (dan) dia terbebas dari tiga perkara maka dia
akan masuk syurga, iaitu, sombong, mencuri ghanimah sebelum dibahagi dan hutang.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 2403, Musnad Ahmad, no. 21391, Sunan Ad-Darimi, no. 2479)
Dari Qabisah bin Mukhariq, dia berkata: “Aku mempunyai beban tanggungan (hutang atau diat), maka
aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk minta penyelesaiannya. Beliau bersabda:
“Berdirilah wahai Qabisah hingga datang kepada kami sedekah, maka kami memerintahkan untuk
memberikan kepadamu darinya.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Qabisah
sesungguhnya sedekah itu tidak halal kecuali bagi salah seorang dari tiga golongan, iaitu, seorang laki-
laki yang memiliki tanggungan (denda atau hutang di luar kemampuannya), maka halal baginya meminta-
minta sehingga dia mendapatkan apa yang dapat mencukupi keperluan hidupnya. Seorang laki-laki yang
tertimpa musibah besar hingga habis hartanya, maka halal baginya meminta-minta, sampai dia
mendapatkannya lalu dia berhenti dari meminta-minta. Dan seorang laki-laki yang terkena musibah
kefakiran hingga tiga orang dari kaumnya bersaksi seraya berkata: ‘Kefaqiran telah menimpa Fulan’,
maka halal baginya meminta-minta, sehingga dia mampu menegakkan kehidupannya kembali kemudian
dia menahan diri dari meminta-minta. Wahai Qabisah selain dari tiga golongan itu maka meminta-minta
adalah haram. Keharaman yang menyebabkan pelakunya memakan dari barang yang haram.” (Sahih
Muslim, no. 1730, Sunan Abu Daud, no. 2533, Sunan An-Nasa’i, no. 2533)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan beliau sedang berkhutbah di atas mimbar, lalu orang tersebut berkata: “Bagaimana pendapat anda
jika saya berperang di jalan Allah dengan bersabar, mengharapkan pahala dan maju tidak mundur,
apakah Allah akan mengampuni dosa-dosaku?” Beliau menjawab: “Ya, kecuali hutang. Tadi Jibril telah
mengkhabarkannya kepadaku.” (Sunan An-Nasa’i, no. 3104, Muwatha’ Malik, no. 875)
Dari Muhammad bin Jahsy, dia berkata: “Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kemudian beliau mendongakkan kepala beliau ke langit kemudian beliau meletakkan
telapak tangan beliau pada kening beliau kemudian bersabda: “Subhanallah, apakah yang telah
diturunkan dari sikap keras?” Kemudian kami diam dan terkejut. Kemudian setelah esok harinya saya
bertanya kepada beliau: “Wahai Rasulullah, sikap keras apakah yang telah diturunkan ini?” Beliau
bersabda: “Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya seseorang terbunuh di jalan Allah,
kemudian dihidupkan, kemudian terbunuh, kemudian dihidupkan, kemudian terbunuh dan dia memiliki
tanggungan hutang maka dia tidak akan masuk syurga hingga dibayarkan hutangnya.” (Sunan An-Nasa’i,
no. 4605)
Dari Imran, dia berkata: “Ummul Mukminin Maimunah pernah berhutang, hingga keluarganya berkata
kepadanya: “Janganlah kamu melakukannya.” Dan mereka mengingkari perbuatannya tersebut.
Maimunah berkata: “Memang benar, aku mendengar Nabiku dan kekasihku shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tidaklah seorang Muslim berhutang, sementara Allah mengetahui bahawa dia ingin
membayarnya, maka Allah akan membayarkannya di dunia.” (Sunan Ibnu Majah, no. 2399, Sunan An-
Nasa’i, no. 4607, Musnad Ahmad, no. 25588)
Dari Buraidah bin Al-Hashib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
memberi penangguhan pada orang yang kesusahan maka baginya sedekah setiap harinya.” Berkata
Buraidah: “Kemudian aku mendengar beliau bersabda: “Barangsiapa memberi penangguhan kepada
orang yang kesusahan membayar hutang, terhitung baginya sedekah setiap harinya.” Berkata Buraidah:
“Aku mendengar beliau bersabda: “Barangsiapa yang memberi penangguhan kepada orang yang
kesusahan membayar hutang, terhitung baginya sedekah setiap harinya.” Kemudian aku mendengar
beliau bersabda: “Barangsiapa yang memberi penangguhan pada orang yang kesusahan membayar
hutang, baginya sedekah setiap harinya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dia
mendapat sedekah setiap harinya sebelum waktu (pembayaran) tiba, dan setelah waktunya (pembayaran
hutang) tiba baginya sedekah sepertinya setiap harinya.” (Musnad Ahmad, no. 21968)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang
mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud (niat) akan membayarnya maka Allah akan
membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merosakkannya
(merugikannya) maka Allah akan merosakkan orang itu.” (Sahih Bukhari, no. 2212, Musnad Ahmad, no.
8378)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dia berkata: “Seorang laki-laki mendapat musibah pada masa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam terkait dengan buah yang telah dibelinya, sehingga hutangnya menjadi
banyak, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersedekahlah kepadanya.” Lantas
orang-orang bersedekah kepadanya, akan tetapi (harta sedekah itu) belum mencapai jumlah untuk
melunaskan hutangnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda kepada orang yang
dihutanginya (pemiutang): “Ambillah apa yang kamu temukan dan tidak ada cara lain bagimu selain cara
tersebut.” (Sahih Muslim, no. 2910, Sunan Abu Daud, no. 3009, Sunan At-Tirmidzi, no. 591, hasan sahih,
Sunan An-Nasa’i, no. 4599, Sunan Ibnu Majah, no. 2347, Musnad Ahmad, no. 10890)
Dari Qais bin Sa’ad bin Ubadah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengunjungi kami
di rumah milik kami, beliau lalu mengucapkan: “Assalamualaikum warahmatullah.” Sa’ad (ayahku) lalu
menjawab salam tersebut dengan suara perlahan. Aku bertanya: “Apakah kamu tidak memberi izin
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Sa’ad menjawab: “Biarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memperbanyak salam kepada kita.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
mengucapkan salam lagi: “Assalamualaikum warahmatullah.” Sa’ad lalu menjawab salam tersebut
dengan suara perlahan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali mengucapkan salam:
“Assalamualaikum warahmatullah.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak pulang,
sementara Sa’ad mengikutinya dari belakang. Sa’ad berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
mendengar salammu, dan aku juga telah menjawab salammu dengan suara yang perlahan dengan
harapan engkau memperbanyak salam kepada kami.” Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersama Sa’ad kembali ke rumah Sa’ad. Sa’ad kemudian mempersilakan Rasulullah untuk mandi, maka
beliau pun mandi. Lalu dia menyediakan kain yang telah dicelup dengan minyak za’faran atau Wars
(sejenis tumbuhan), sehingga beliau mengelap tubuhnya dengan kain tersebut. Setelah itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “Ya Allah, jadikanlah selawat
(kesejahteraan) dan rahmat-Mu tercurah kepada keluarga Sa’ad bin Ubadah.” Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyantap makanan, dan ketika beliau ingin berlalu pergi, Sa’ad
mendekatkan keldai yang telah diberi alas selembar kain kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sa’ad berkata: “Wahai Qais, temanilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kemudian bersabda kepadaku: “Naiklah.” Aku diam. Kemudian beliau bersabda lagi:
“Engkau ikut naik atau engkau tidak usah ikut?” Maka aku pun memutuskan untuk tidak ikut.” (Sunan Abu
Daud, no. 4511, Musnad Ahmad, no. 14928)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengutusku untuk menyelesaikan keperluan beliau. Maka aku berangkat kemudian kembali setelah
menyelesaikan tugasku itu, lalu aku menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku memberi salam
kepada beliau namun beliau tidak membalas salamku. Kejadian itu menimbulkan kegusaran dalam hatiku
yang hanya Allah sajalah yang lebih mengetahuinya. Kemudian aku berkata dalam hatiku barangkali
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganggap aku terlambat menunaikan tugas dari beliau.
Kemudian aku memberi salam kembali dan sekali lagi beliau tidak membalasnya. Timbul lagi kegusaran
dalam hatiku yang lebih besar dari yang pertama. Kemudian aku memberi salam lagi, lalu beliau
membalasnya seraya bersabda: “Sesungguhnya yang menghalangiku menjawab salammu adalah
kerana aku sedang melaksanakan solat”. Ketika itu beliau sedang berada di atas haiwan tunggangannya
yang tidak menghadap ke arah kiblat.” (Sahih Bukhari, no. 1141, Musnad Ahmad, no. 14256)
Dari Muhajir bin Qunfudz bahawa dia memberi salam kepada Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam ketika
beliau sedang berwudhu’, namun beliau tidak menjawab salamnya. Seusai berwudhu’ beliau bersabda:
“Tidak ada yang menghalangiku menjawab salammu, selain kerana aku tidak suka menyebut nama Allah
Tabaraka wa Ta’ala kecuali dalam keadaan suci.” (Musnad Ahmad, no. 19834)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mahu
mengambil kalimah-kalimah ini dariku lalu mengamalkannya atau mengajarkan pada orang yang akan
mengamalkannya?” Abu Hurairah menjawab: “Saya, wahai Rasulullah.” Beliau meraih tanganku lalu
menyebut lima perkara: “Jagalah dirimu dari hal-hal yang haram nescaya kamu menjadi orang yang
paling kuat beribadah, terimalah pemberian Allah dengan rela nescaya kau menjadi orang terkaya,
berbuat baiklah terhadap tetanggamu nescaya kamu menjadi orang Mukmin, cintailah untuk manusia
seperti apa yang kau cintai untuk dirimu sendiri nescaya kau menjadi orang Muslim (yang baik), jangan
banyak tertawa kerana banyak tertawa itu mematikan hati.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2227, hasan, Musnad
Ahmad, no. 7748)
Dari Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang laki-laki
yang membawa khamar di sebuah kapal untuk dia jual sedang bersamanya ada seekor kera.” Beliau
bersabda: “Maka ketika laki-laki tersebut akan menjual khamar dia mencampurnya dengan air, lalu kera
tersebut mengambil bekas wangnya dan membawanya naik ke atas tiang kapal sehingga kera tersebut
membuang dinar ke laut dan ke kapal hingga ia membahagi-bahagikannya.” (Musnad Ahmad, no. 7710)
Dari Abu Rafi’ bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abbas: “Wahai pakcikku,
mahukah jika aku memberimu hadiah, mahukah jika aku memberikan manfaat kepadamu, mahukah jika
aku menyambung silaturahim kepadamu?” Dia menjawab: “Tentu, ya Rasulullah.” Beliau bersabda:
“Solatlah empat rakaat, di setiap rakaat engkau membaca Fatihatul kitab (surah Al-Fatihah) dan satu
surah. Apabila selesai membaca, maka ucapkanlah: ‘Subhanallahu wal hamdulillah wa laa ilaaha illallahu
wallahu akbar (Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah, Allah Maha Besar)’ sebanyak lima belas kali sebelum rukuk. Kemudian rukuk dan
ucapkanlah bacaan itu lagi sepuluh kali. Kemudian angkatlah kepalamu dan ucapkanlah lagi sepuluh kali,
kemudian sujud dan ucapkanlah lagi sepuluh kali, kemudian angkatlah kepalamu dan ucapkanlah lagi
sepuluh kali, kemudian sujud dan ucapkanlah lagi sepuluh kali, kemudian angkatlah kepalamu dan
ucapkanlah lagi sepuluh kali sebelum engkau bangun. Semua itu genap berjumlah tujuh puluh lima
dalam setiap rakaat, dan berjumlah tiga ratus dalam empat rakaat. Sekiranya dosa-dosamu seperti pasir
yang menggunung, Allah akan mengampuninya.” Abbas berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan
orang yang tidak mampu mengucapkan itu dalam sehari?” Beliau bersabda: “Lakukanlah sekali dalam
seminggu, jika tidak mampu maka lakukanlah sekali dalam sebulan”, hingga beliau bersabda: “Maka
lakukanlah sekali dalam setahun.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1376, Sunan Abu Daud, no. 1105)
Dari Zuhair bin Uthman bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Walimah pada hari pertama
adalah sesuatu yang hak, pada hari kedua adalah sesuatu yang baik, dan pada hari yang ketiga adalah
suatu perbuatan sum’ah (ingin di dengar) dan riya’ (ingin dilihat).” Qatadah berkata: “Telah menceritakan
kepada kami seorang laki-laki bahawa Sa’id bin Al Musayyab pernah diundang pada hari pertama,
kemudian dia memenuhi undangan tersebut, dan dia diundang pada hari kedua, kemudian dia memenuhi
undangan tersebut, dan diundang pada hari ketiga, kemudian dia tidak memenuhi undangan tersebut
seraya berkata: “Dia adalah orang yang sum’ah dan riya’.” Kemudian dia melempar sang utusan dengan
kerikil.” (Sunan Abu Daud, no. 3254, Sunan Ad-Darimi, no. 1976)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Aku selalu menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan
perut merasa kenyang meskipun lapar, sehingga aku tidak dapat makan roti, tidak dapat mengenakan
kain sutera dan tidak memiliki pelayan yang boleh membantuku. Bahkan aku mengikat perutku dengan
kerikil, dan aku minta orang lain agar aku dapat membacakan ayat kepadanya sehingga dia boleh
memberiku sesuatu yang aku makan. Dan sebaik-baik manusia bagi orang miskin adalah Ja’far bin Abu
Talib, dia pulang ke rumah dengan mengajak kami lalu memberi kami makan dengan apa yang ada di
dalam rumahnya. Hingga dia mengeluarkan Ukkah (tempat air terbuat dari kulit) yang sudah tidak ada
isinya lagi, kami lalu membelahnya dan menjilati apa yang ada di dalamnya.” (Sahih Bukhari, no. 5012)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berwudhu’
dan memperbaiki wudhu’nya kemudian keluar dengan sengaja menuju masjid, lalu mendapati orang-
orang sudah mengerjakan solat, Allah akan menuliskan pahala baginya seperti pahala orang yang
menghadirinya, dan hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (Sunan An-Nasa’i, no. 846)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
berwudhu’, lalu dia menyempurnakan wudhu’nya, kemudian mendatangi (solat) Jumaat, mendengarkan
(khutbah) tanpa berkata-kata, maka akan diampuni (dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu
dengan hari Jumaat yang lain, ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang memegang-megang (bermain)
batu kerikil, maka dia telah berbuat (sesuatu) yang sia-sia.” (Sahih Muslim, no. 1419, Sunan Abu Daud,
no. 886, Sunan At-Tirmidzi, no. 458, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 1080, Musnad Ahmad, no.
9120)
Dari Abu Nadhrah, dia berkata: “Telah menceritakan kepadaku seorang Syaikh dari Thufawah, dia
berkata: “Aku datang kepada Abu Hurairah di Madinah dan tidak melihat seorang pun sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling rajin beribadah dan yang lebih baik dalam mengurus tamu selain
dia. Ketika aku berada di rumahnya pada suatu hari, dia sedang dalam berada di atas ranjangnya
membawa kantung yang berisi kerikil atau biji kurma dan di bawahnya terdapat seorang hamba wanita
yang hitam. Dia bertasbih menggunakan kerikil tersebut hingga setelah dia menghabiskan apa yang ada
dalam kantung, dia melemparnya kepada hamba tersebut yang kemudian (hamba tersebut)
mengumpulkannya dan mengembalikannya ke dalam kantung serta menyerahkannya kepada Abu
Hurairah. Kemudian Abu Hurairah berkata: “Mahukah aku ceritakan kepadamu sesuatu dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam?” Syaikh tersebut berkata: “Ya.” Abu Hurairah berkata: “Ketika aku sedang
tidak enak badan di masjid, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang hingga masuk masjid,
kemudian bersabda: “Siapakah yang mengetahui seorang pemuda dari Daus?” Beliau mengatakannya
sebanyak tiga kali. Kemudian seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, itu dia sedang kurang sihat
badan di sebelah masjid.” Kemudian beliau datang berjalan kaki hingga sampai kepadaku, lalu beliau
meletakkan tangannya padaku dan mengucapkan perkataan yang baik kepadaku. Kemudian aku berdiri
dan beliau pergi berjalan hingga sampai ke tempat beliau melakukan solat. Beliau menghadap kepada
mereka dan bersama beliau terdapat dua baris orang laki-laki dan satu baris orang wanita atau dua baris
orang wanita dan satu baris orang laki-laki. Beliau bersabda: “Apabila syaitan melupakanku dari
sebahagian solatku, maka (untuk mengingatkannya) hendaknya (bagi) laki-laki bertasbih dan (bagi)
wanita menepuk tangan.” Abu Hurairah berkata: “Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melakukan solat dan tidak lupa sedikitpun dari solatnya, kemudian beliau bersabda: “Tetaplah kalian di
tempat duduk kalian di sini.” Kemudian beliau memuji Allah Ta’ala lalu bersabda: “Apakah ada di antara
kalian seseorang yang apabila mendatangi isterinya dan menutup pintunya (menggaulinya) dan keluar
menceritakan kepada orang lain: ‘Aku melakukan demikian dan demikian’?” Mereka berkata: “Ya.”
Kemudian mereka terdiam. Kemudian beliau menghadap kepada para wanita dan berkata: “Apakah di
antara kalian ada yang menceritakannya?” Kemudian mereka terdiam, lalu terdapat seorang wanita
muda yang berdiri. Wanita muda yang montok pada salah satu kedua bahunya dan menaikkan lehernya
agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihatnya dan mendengar perkataannya. Kemudian dia
berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya para laki-laki membicarakannya dan para wanita
membicarakannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tahukah apa permisalan
seperti itu? Sesungguhnya permisalan hal tersebut adalah seperti syaitan betina yang bertemu dengan
syaitan jantan di jalanan, kemudian syaitan jantan tersebut menunaikan hajatnya terhadap syaitan betina
sementara orang-orang melihat kepadanya. Ketahuilah bahawa minyak wangi laki-laki adalah yang kuat
baunya dan tidak nampak warnanya, dan ketahuilah sesungguhnya minyak wangi wanita adalah yang
nampak warnanya dan tidak kuat baunya. Ketahuilah, janganlah seorang laki-laki berbaring bersama
seorang laki-laki dalam satu kain, dan janganlah seorang wanita berbaring dengan seorang wanita dalam
satu kain, kecuali dengan seorang anak kecil atau orang tua.” Kata Abu Hurairah: “Dan beliau
menyebutkan yang ketiga, namun aku lupa yang ketiga.” (Sunan Abu Daud, no. 1859, Musnad Ahmad,
no. 10554)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Jibril pergi
bersama Ibrahim menuju Jamrah Aqabah, lalu syaitan menampakkan diri kepadanya (Ibrahim).
Kemudian dia (Ibrahim) melemparinya dengan tujuh kerikil, syaitan itu pun hilang. Kemudian dia
menghampiri Jamrah Wustha, syaitan itu pun menampakkan diri lagi, lalu Ibrahim pun melemparinya
dengan tujuh kerikil, lalu syaitan itu pun menghilang. Kemudian dia (Ibrahim) mendatangi Jamrah
Qushwa, syaitan itu pun menampakkan diri kembali, lalu Ibrahim melemparinya dengan tujuh kerikil, lalu
syaitan itu pun menghilang. Kemudian, ketika Ibrahim hendak menyembelih puteranya Ismail, dia berkata
kepada ayahnya: “Wahai ayah, ikatlah aku agar tidak meronta-ronta sehingga darahku mengenaimu
ketika engkau menyembelihku.” Maka Ibrahim pun mengikatnya, ketika Ibrahim mengambil pisau dan
hendak menyembelih, diserukan dari belakangnya: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu.” (Musnad Ahmad, no. 2658)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa bertasbih
kepada Allah selesai solat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali,
dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan,
dan menyempurnakan ke seratus dengan membaca ‘Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul
mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadiir’, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni
walau sebanyak buih di lautan.” (Sahih Muslim, no. 939, Musnad Ahmad, no. 8478, Muwatha’ Malik, no.
439)
Dari Abu Dzar, dia berkata: “Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya pergi dengan membawa banyak
pahala, mereka melakukan solat sebagaimana kami melakukan solat, mereka berpuasa sebagaimana
kami berpuasa, mereka mempunyai kelebihan harta yang mereka sedekahkan sementara kami tidak
memiliki harta untuk bersedekah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai
Abu Dzar, mahukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimah yang dengannya kamu dapat menyusul
orang yang telah mendahuluimu dan orang yang di belakangmu tidak dapat mengejarmu kecuali orang
yang mengerjakan seperti apa yang kamu kerjakan?” Dia menjawab: “Ya, wahai Rasulullah!” Beliau
bersabda: “Engkau bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali setiap selesai solat, bertahmid tiga puluh
tiga kali, bertasbih tiga puluh tiga kali dan kamu tutup dengan ucapan Laa ilaaha illallahu wahdahu laa
syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah semata-mata, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh kerajaan, dan bagi-
Nya segala puji dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu), nescaya dosa-dosanya akan
diampuni walaupun sebanyak buih lautan.” (Sunan Abu Daud, no. 1286)
Dari Abdullah bin Amru, dia berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghitung
tasbih.” Ibnu Qudamah berkata: “Iaitu dengan tangan kanannya.” (Sunan Abu Daud, no. 1284)
Dari Yusairah (Ummu Yasir) bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka (para
wanita) agar menjaga takbir, mengsucikan Allah (tasbih), serta tahlil, dan menghitung zikir menggunakan
ruas-ruas jari, kerana ruas-ruas tersebut akan ditanya dan diminta untuk berbicara. (Sunan Abu Daud,
no. 1283)
Dari Mu’aiqib bin Abi Fatimah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kamu
mengusap (kerikil pada wajah) ketika kamu sedang solat, namun apabila kamu terpaksa melakukan hal
itu, maka cukuplah kamu meratakannya sekali.” (Sahih Muslim, no. 849, Sunan Abu Daud, no. 809,
Sunan At-Tirmidzi, no. 347, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 1016)
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas bahawa dia bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemui
seorang wanita sementara di hadapannya terdapat biji-bijian atau kerikil yang dipergunakan untuk
bertasbih. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku akan memberitahukan kepadamu
sesuatu yang lebih mudah bagimu daripada ini dan lebih utama!” Lalu beliau mengucapkan: “Maha Suci
Allah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan di langit, dan Maha Suci Allah sebanyak makhluk yang Dia
ciptakan di bumi, dan Maha Suci Allah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan di antara keduanya dan
Maha Suci Allah sebanyak apa yang Dia ciptakan, dan Allah Maha Besar seperti itu, segala puji bagi
Allah seperti itu, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah seperti itu, dan tidak ada daya
serta kekuatan kecuali kerana Allah seperti itu.” (Sunan Abu Daud, no. 1282, Sunan At-Tirmidzi, no.
3491, hasan gharib)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya (batu) kerikil-
kerikil itu akan meminta (dengan nama Allah) kepada orang yang mengeluarkannya dari masjid (agar
tidak dikeluarkan).” (Sunan Abu Daud, no. 389)
Dari Shafiyyah binti Huyyay berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemuiku sementara di
tanganku terdapat empat ribu biji kurma yang aku gunakan untuk bertasbih. Kemudian beliau bersabda:
“Sungguh engkau telah bertasbih dengan ini! Mahukah aku ajarkan kepadamu sesuatu yang lebih
banyak pahalanya daripada apa yang engkau gunakan untuk bertasbih?” Maka aku katakan: “Ya, ajarkan
kepadaku.” Kemudian beliau bersabda: “Ucapkanlah: ‘Subhanallaah, ‘adada khalqihi (Maha suci Allah,
sebanyak jumlah makhluk-Nya)’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3477, gharib)
Dari Amru bin Salamah, dia berkata: “Dahulu kami pernah duduk di depan pintu Abdullah bin Mas’ud
radhiallahu ‘anhu sebelum solat subuh, ketika dia keluar kami berjalan bersamanya menuju masjid.
Kemudian Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu datang menemui kami dan bertanya: “Apakah Abu
Abdur Rahman (Abdullah bin Mas’ud) telah datang menemui kalian?” Kami menjawab: “Belum”, lalu
beliau duduk bersama kami hingga (Abu Abdur Rahman) datang. Tatkala dia datang, kami semua berdiri
dan menghampirinya, Abu Musa berkata kepadanya: “Wahai Abu Abdur Rahman, baru saja di masjid aku
melihat satu kejadian baru yang tidak aku sukai. Setahuku, alhamdulillah, sekalipun itu diniatkan
kebaikan.” Dia bertanya: ‘Apakah itu gerangannya?” “Jika kamu masih hidup kamu akan melihatnya”,
kata Abu Musa. Abu Musa melanjutkan: “Aku melihat di masjid, sekelompok orang yang (duduk)
melingkar sambil menunggu solat, setiap lingkaran ada seorang (ketua)nya dan tangan-tangan mereka
membawa kerikil, lalu si (ketua) berkata: ‘Ucapkanlah takbir seratus kali’, dan mereka bertakbir seratus
kali, ‘Dan ucapkanlah tahlil seratus kali’, lalu mereka bertahlil seratus kali, ‘Dan ucapkanlah tasbih seratus
kali’, lalu mereka mengucapkan tasbih seratus kali.” Abu Abdurrahman bertanya: “Lantas apa yang telah
kau katakan kepada mereka?” Abu Musa menjawab: “Aku belum berkata apa pun kepada mereka,
kerana aku menunggu pendapatmu atau perintahmu.” Abu Abdurrahman berkata: “Tidak sebaiknyakah
kamu perintahkan saja mereka untuk menghitung dosa-dosa mereka, serta kamu jamin bahawa kebaikan
mereka tidak akan hilang?” Kemudian Abu Abdurrahman beranjak dan kami pun berlalu bersamanya,
hingga dia sampai di lokasi jemaah zikir yang diceritakannya. Dia berdiri di hadapan mereka dan berkata:
“Apa yang sedang kalian lakukan?” Mereka menjawab: “Wahai Abu Abdur Rahman, ini adalah batu-batu
kerikil untuk menghitung takbir, tahlil dan tasbih.” Dia berkata: “Hendaklah kalian menghitung dosa-dosa
kalian (saja), aku menjamin amal kebaikan kalian tidak akan hilang, celakalah kalian umat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, alangkah cepatnya masa kehancuran kalian, padahal mereka para sahabat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih ramai, dan baju mereka belum rosak, juga bekas makanannya
belum pecah, demi Zat yang jiwaku berada di genggaman tangannya, sesungguhnya kalian seakan-akan
memiliki agama yang lebih baik dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, atau kalian sengaja hendak membuka pintu kesesatan?” Mereka menjawab: “Demi Allah
wahai Abu Abdur Rahman, kami tidak menginginkan kecuali kebaikan.” Abu Abdurrahman menjawab:
“Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tetapi dia tidak dapat mencapainya, sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan kepada kami bahawa ada satu kaum yang
membaca Al-Quran namun tidak melampaui tenggorokan mereka, demi Allah, aku tidak tahu siapa tahu
majoriti mereka adalah dari kalian.” Abu Abdurrahman lantas berpaling dari mereka. Amru bin Salamah
berkata: “Kami melihat kebanyakan dari yang berada di kelompok jemaah zikir tersebut di hari
kemudiannya mencaci-maki kami pada hari (perang) Nahrawan bersama orang-orang Khawarij.” (Sunan
Ad-Darimi, no. 206)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada lima kunci ghaib yang
tidak diketahui seorang pun kecuali oleh Allah. Tidak seorang pun yang mengetahui apa yang akan
terjadi esok hari, dan tidak seorang pun yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam rahim, dan tak
satu jiwa pun yang tahu apa yang akan diperbuatnya esok, dan tak satu jiwa pun yang tahu di bumi mana
dia akan mati serta tidak seorang pun yang mengetahui bila turunnya hujan.” (Sahih Bukhari, no. 981,
Musnad Ahmad, no. 4887)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Seorang wanita yang sedang ditinggalkan suaminya menemui seorang
laki-laki untuk membeli sesuatu darinya. Laki-laki itu berkata: “Masuklah ke kamar itu hingga aku
memberikannya padamu.” Wanita tersebut pun masuk, dan laki-laki itu menciuminya dan meraba-
rabanya, maka wanita itu berkata: “Celaka kamu! Aku sudah menikah.” Lalu laki-laki itu pun
meninggalkannya dan menyesali atas apa yang baru saja dilakukannya. Maka dia pun mendatangi Umar
dan memberitahu kepadanya tentang apa yang telah diperbuatnya, maka Umar berkata: “Celaka kamu!
Boleh jadi dia sudah menikah?” Laki-laki itu berkata: “Sesungguhnya dia sedang ditinggal oleh
suaminya.” Umar berkata: “Datanglah pada Abu Bakar dan tanyakan padanya.” Maka laki-laki itu pun
menemui Abu Bakar dan menceritakan kepadanya apa yang telah dia lakukan, maka Abu Bakar berkata:
“Celaka kamu! Boleh jadi dia sudah menikah?” Laki-laki itu menjawab: “Sesungguhnya dia sedang
ditinggal oleh suaminya.” Abu Bakar berkata lagi: “Kalau begitu temui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan ceritakan padanya.” Maka laki-laki itu pun menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
memberitahukan padanya apa yang telah dia perbuat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Boleh
jadi dia sudah punya suami?” Laki-laki itu menjawab: “Sesungguhnya dia sedang ditinggal oleh
suaminya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam dan turunlah ayat: ‘Dan dirikanlah solat
pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam…’ hingga
firman-Nya yang berbunyi: ‘…bagi orang-orang yang ingat’.” Lalu laki-laki itu berkata: “Wahai Rasulullah,
apakah ayat ini diturunkan khusus untuk saya, atau untuk manusia pada umumnya?” Maka Umar
berkata: “Tidak, dan sekali-kali tidak untukmu saja. Tapi untuk manusia seluruhnya.” Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam pun tertawa dan berkata: “Umar radhiallahu ‘anhu benar.” (Musnad Ahmad,
no. 2304)
Dari Abu Hurairah dan Huzaifah keduanya berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Kelak di hari akhirat Allah Tabaraka Wa Ta’ala akan mengumpulkan semua manusia. Lalu
orang-orang Mukmin bangkit, dan syurga telah didekatkan kepada mereka. Mereka mendatangi Nabi
Adam seraya berkata: “Wahai bapa kami, mohonlah agar pintu syurga segera dibukakan untuk kami.”
Adam menjawab: “Aku tidak layak memintakan hal ini untuk kalian, bukankah yang mengeluarkan kalian
adalah kerana kesalahan bapa kalian dari syurga ini? Pergilah kalian dan mintalah kepada anakku
Ibrahim Khalilullah.” Lalu Ibrahim menjawab: “Aku tidak layak memintakan hal ini untuk kalian, aku
hanyalah seorang Khalil (kekasih) yang di depannya masih ada beberapa orang kekasih. Mintalah
kepada Musa ‘alaihissalam yang pernah diajak berbicara oleh Allah dalam sebuah percakapan.” Maka
mereka pun mendatangi Musa ‘alaihissalam, namun dia juga berkata: “Aku tidak layak memintakan hal ini
untuk kalian. Mintalah kepada Nabi Isa yang telah diciptakan dengan kalimah Allah dan ditiupkan
daripada-Nya.” Tapi Nabi Isa juga menolak seraya berkata: “Aku tidak layak memintakan hal ini untuk
kalian.” Maka mereka pun mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” Kemudian dia
(Muhammad) berdiri dan dibukakan pintu untuknya, kemudian diutuslah amanah dan silaturrahim hingga
keduanya berdiri di kedua tepi sirat (jambatan), kanan dan kiri. Lalu orang yang paling cepat dari kalian
ketika melalui sirat adalah seperti kilat.” Aku (Abu Hurairah) berkata: “Ayah dan ibuku sebagai
tebusanmu, secepat kilat bagaimana maksud tuan?” Beliau menjawab: “Tidakkah kamu melihat
bagaimana kilat itu berlalu dan kembali lagi dengan sekelip mata? Kemudian yang kedua secepat
hembusan angin, lalu secepat burung terbang, lalu ada juga orang yang berlari dengan kencang di
atasnya disebabkan oleh amal kebajikannya. Ketika itu Nabi kalian berdiri di dekat sirat, dan selalu
mendoakan: “Wahai Rabbku, selamatkanlah dia, selamatkanlah dia.” Hingga sampai pada hamba-hamba
yang amalannya sangat sedikit, hingga ada seorang lelaki yang datang dan tidak dapat melalui sirat itu
kecuali dengan merangkak, sedang pada kedua sisinya terdapat rangkaian besi tajam yang tergantung
dan akan mengambil setiap orang yang diperintahkan untuk diambil, hingga ada orang yang selamat tapi
tubuhnya tercarik-carik, dan ada pula orang yang akhirnya terlempar ke dalam api neraka.” Dan demi Zat
yang jiwa Abu Hurairah ada di tangan-Nya, sesungguhnya dasarnya neraka itu dapat dicapai dengan
perjalanan tujuh puluh tahun lamanya.” (Sahih Muslim, no. 288)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga orang yang
tidak akan masuk syuga. Iaitu, pecandu khamar (arak), orang yang memutuskan tali silaturrahim dan
orang yang membenarkan sihir. Dan barangsiapa yang mati dalam keadaan kecanduan khamar, maka
Allah ‘Azza Wajalla akan memberinya minum dari sungai-sungai Ghuthah.” Ditanyakanlah: “Apa itu
sungai Ghuthah?” Beliau menjawab: “Suatu sungai yang mengalir dari kemaluan para penzina yang
baunya dapat mengganggu para penduduk neraka.” (Musnad Ahmad, no. 18748)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah
orang yang paling berlaku lunak menyentuh bahu-bahu temannya (ketika meratakan saf solat).” (Sunan
Abu Daud, no. 575)
Dari An-Numan bin Basyir, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa menghadap kepada
jemaah lalu bersabda: “Luruskanlah saf-saf kalian! -beliau mengucapkannya tiga kali- Demi Allah,
hendaklah kalian benar-benar meluruskan saf-saf kalian, atau Allah benar-benar akan membuat hati
kalian saling berselisih.” Kata Nu’man: “Maka saya melihat seseorang melekatkan (merapatkan) bahunya
dengan bahu temannya (orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut
dan mata kaki temannya.” (Sunan Abu Daud, no. 566, Musnad Ahmad, no. 17703)
Dari Abdullah bin Umar bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tegakkanlah
saf-saf, sejajarkanlah antara bahu-bahu, tutuplah celah-celah dan lemah lembutlah terhadap kedua
tangan saudara kalian, dan janganlah kalian membiarkan celah-celah itu untuk syaitan. Barangsiapa
yang menyambung saf maka Allah akan menyambung hubungan dengannya dan barangsiapa yang
memutusnya maka Allah akan memutus hubungan dengannya.” Abu Daud berkata: “Makna dari kalimah
‘lemah lembutlah kalian terhadap tangan saudara kalian’ adalah apabila ada seseorang yang baru datang
dan masuk ke dalam saf, maka yang lain hendaknya melembutkan bahunya hingga dia dapat masuk ke
dalam saf.” (Sunan Abu Daud, no. 570)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Luruskanlah saf-saf kalian,
sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku.” Anas berkata: “Dan setiap orang dari
kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan kakinya pada kaki temannya.” (Sahih Bukhari,
no. 683)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas bahu mereka, maka jika jenazah tersebut
termasuk orang soleh (semasa hidupnya) maka dia (jenazah tersebut) berkata: “Bersegeralah kalian
(membawa aku).” Dan jika dia bukan dari orang soleh, maka dia akan berkata: “Celaka, ke mana mereka
akan membawanya?” Suara jenazah itu akan didengari oleh setiap makhluk kecuali manusia dan
seandainya manusia mendengarnya, tentu dia jatuh pengsan.” (Sahih Bukhari, no. 1230, Sunan An-
Nasa’i, no. 1883, Musnad Ahmad, no. 11127)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: “Aku pernah bermalam di rumah Maimunah, lalu Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bangun untuk membuang hajat. Kemudian beliau membasuh wajah dan
kedua tangannya, lalu beliau mendatangi tempat air yang digantung dan membuka talinya. Kemudian
beliau berwudhu’ di antara dua wudhu’ (dua kali dalam membasuh), tidak banyak namun sempurna.
Kemudian beliau melaksanakan solat, aku pun berdiri dan berjalan jengket khuatir beliau akan melihat
bahawa aku memperhatikannya, lalu aku berwudhu’ dan berdiri untuk solat. Maka aku berdiri di sebelah
kiri beliau lalu beliau meraih telingaku dan menarikku ke sebelah kanannya. Solat beliau pun selesai
hingga tiga belas rakaat. Kemudian beliau berbaring dan tertidur hingga terdengar tarikan nafasnya. Lalu
Bilal mengumandangkan azan untuk solat, kemudian beliau solat tanpa berwudhu’ lagi. Di dalam doanya
beliau mengucapkan: ‘Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, cahaya di dalam pendengaranku,
cahaya pada penglihatanku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di hadapanku,
cahaya di belakangku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku dan muliakanlah cahaya bagiku’.” (Sahih
Bukhari, no. 5841, Sahih Muslim, no. 1279, Musnad Ahmad, no. 2436)
Dari Ummu Athiyyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Ketika salah seorang puteri Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam (Zainab) wafat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kami seraya berkata:
“Mandikanlah menggunakan daun bidara dengan ganjil, tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian
anggap perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kapur barus (wangian) atau yang semisal kapur
barus. Dan bila kalian telah selesai beritahu aku.” Ketika kami telah selesai, kami memberi tahu beliau,
kemudian beliau memberikan kain beliau kepada kami. Maka kami menyisir (dan menguraikan lalu
memintalnya) rambut kepalanya menjadi tiga pintalan dan kami letakkan di belakangnya.” (Sahih Bukhari,
no. 1184, Sunan At-Tirmidzi, no. 911, sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 1862, Musnad Ahmad, no. 19860)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang terbunuh
kerana sesuatu yang tidak jelas atau menjadi sasaran lemparan batu, cambuk atau tongkat, maka
diyatnya adalah diyat pembunuhan secara tidak sengaja, dan barangsiapa yang membunuh secara
sengaja maka dia akan diqisas (bunuh balas). Barangsiapa yang menghalanginya (akan terlaksana
qisas) maka dia akan mendapatkan laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia. Tidak akan diterima
ibadahnya baik amalan sunnah atau wajib.” Dalam riwayat lain: “Tidak akan diterima darinya taubat
ataupun fidyah.” (Sunan Abu Daud, no. 3935, Sunan An-Nasa’i, no. 4707)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Ada hamba perempuan yang ditemukan dalam keadaan kepalanya
dihimpit antara dua buah batu, lantas orang-orang bertanya kepadanya: “Siapakah yang melakukan
perbuatan kejam ini kepadamu? Apakah si fulan? Ataukah si fulan?” Hamba perempuan itu hanya diam,
namun ketika mereka menyebut nama seorang Yahudi, hamba perempuan itu mengakuinya dengan
anggukan kepala. Maka Yahudi itu pun ditangkap. Ketika Yahudi itu mengakui perbuatannya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk meremukkan kepalanya dengan batu (diqisas).” (Sahih
Muslim, no. 3167, Sunan Abu daud, no. 3924)
Dari Abu Salamah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima hadiah namun tidak
menerima zakat.” Dia berkata: “Maka ada seorang wanita Yahudi Khaibar yang memberi hadiah daging
guling yang telah dilumuri racun kepada beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabatnya lalu makan daging kambing tersebut. Kemudian, beliau bersabda: “Angkatlah tangan kalian
(berhenti makan) kerana sesungguhnya daging kambing ini telah memberiku khabar bahawa ia telah
dilumuri racun.” Bisyr Ibnul Al-Bara bin Ma’rur Al-Anshari akhirnya meninggal dunia. Rasulullah kemudian
mengutus utusan kepada wanita Yahudi tersebut. Beliau bertanya: “Apa yang mendorongmu untuk
melakukan hal itu?” Wanita itu menjawab: “Jika engkau seorang Nabi, maka apa yang aku lakukan tidak
akan membahayakanmu. Namun jika engkau hanya seorang raja, maka dengannya (daging beracun)
aku telah mengistirehatkan manusia darimu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas
memerintahkan agar wanita itu dibunuh, maka dia pun dibunuh. Kemudian pada ketika sakit yang
membawanya kepada kematian, beliau bersabda: “Aku masih merasakan apa yang pernah aku makan di
Khaibar, dan sekarang adalah waktu terputusnya punggungku (kematianku).” (Sunan Abu Daud, no.
3912)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa dia pernah mengerjakan solat kemudian tiba-tiba anak Marwan lalu di
depannya. Kemudian dia menghalanginya namun anak tersebut tidak mundur kemudian dia
memukulnya. Lalu anak itu keluar dalam keadaan menangis hingga pergi kepada Marwan dan
memberitahukan kepadanya. Lalu Marwan berkata kepada Abu Sa’id: “Kenapa engkau memukul anak
saudaraku?” Dia berkata: “Saya tidak memukulnya, sesungguhnya saya memukul syaitan. Saya
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Apabila seseorang di antara kalian
melakukan solat kemudian ada orang yang ingin lalu di hadapannya, lalu dia mencegahnya
semampunya, apabila orang tersebut mengabaikan maka hendaknya dia memeranginya kerana itu
adalah syaitan’.” (Sunan An-Nasa’i, no. 4779)
Dari Sa’ad bin Abu Waqas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
ingin berbuat keburukan terhadap penduduk Madinah, Allah akan mencairkan tubuhnya sebagaimana
Dia meleburkan garam dalam air.” (Sahih Muslim, no. 2458, Sunan Ibnu Majah, no. 3105, Musnad
Ahmad, no. 1476)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sempurnakanlah sujud
kalian, dan janganlah salah seorang di antara kalian membentangkan kedua sikunya sebagaimana anjing
memembentangkan tangannya (yakni meletakkan kedua-dua tangan dan siku di atas tanah umpama
anjing tidur).” (Sahih Bukhari, no. 779, Sahih Muslim, no. 762, Sunan Abu Daud, no. 762, Sunan At-
Tirmidzi, no. 256, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 882, Musnad Ahmad, no. 11623)
Dari Al-Barra’ bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kalian sujud maka
letakkanlah kedua telapak tanganmu (pada tanah) dan angakatlah kedua sikumu.” (Sahih Muslim, no.
763, Musnad Ahmad, no. 17760)
Dari Abdullah bin Malik Ibnu Buhainah, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila sujud,
beliau merenggangkan kedua lengan beliau (dari badan) hingga nampak putih kedua ketiak beliau (tidak
ada bulu ketiaknya).” (Sahih Bukhari, no. 3300, Sunan An-Nasa’i, no. 1094, Musnad Ahmad, no. 21847)
Dari Abdurrahman bin Syibli, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang (sujud
dengan cepat) seperti burung gagak mematuk (tergesa-gesa) dan seperti binatang buas yang sedang
membentangkan kakinya (menghamparkan lengan ketika sujud) dan melarang seseorang mengambil
lokasi khusus di masjid (untuk ibadahnya) sebagaimana unta menempati tempat duduknya.” (Sunan Abu
Daud, no. 731, Sunan An-Nasa’i, no. 1100, Sunan Ibnu Majah, no. 1419, Musnad Ahmad, no. 15114,
Sunan Ad-Darimi, no. 1289)
Dari Abu Qatadah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seburuk-buruk manusia
yang mencuri adalah orang yang mencuri dalam solatnya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana seseorang mencuri dalam solatnya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iaitu
seorang yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya”, atau beliau bersabda: “Iaitu orang yang tidak lurus
tulang belakangnya dalam rukuk dan sujud.” (Musnad Ahmad, no. 21591)
Dari Wa’il bin Hajar, dia berkata: “Saya melihat apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sujud, beliau
meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan apabila bangkit, beliau mengangkat kedua
tangannya sebelum kedua lututnya.” Muhammad bin Juhadah berkata: “Apabila beliau bangkit, maka
beliau bangkit dengan menumpu kedua lututnya dengan bersandarkan pada kedua pahanya.” (Sunan
Abu Daud, no. 713)
Dari Wa’il bin Hajar, dia berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila sujud,
beliau meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan apabila bangkit beliau mengangkat
kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” Abu Isa berkata: “Hadith ini hasan gharib. Hadith ini
diamalkan oleh kebanyakan ahli ilmu, mereka berpendapat hendaknya seseorang meletakkan kedua
lututnya sebelum kedua tangannya, dan mengangkat kedua tangan sebelum kedua lututnya ketika
bangkit.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 248, Sunan An-Nasa’i, no. 1077, Sunan Ibnu Majah, no. 872, Sunan Ad-
Darimi, no. 1286)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari
kalian hendak sujud, maka hendaklah dia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya dan
janganlah dia turun (untuk sujud) seperti duduknya unta.” (Sunan Abu Daud, no. 714, Sunan An-Nasa’i,
no. 1079, Musnad Ahmad, no. 8598)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nabi Ibrahim
‘alaihissalam bertemu dengan bapanya, Azar, pada hari Kiamat. Ketika itu wajah Azar ada debu hitam
lalu Ibrahim berkata kepada bapanya: “Bukankah aku sudah katakan kepada ayah agar ayah tidak
menentang aku?” Bapanya berkata: “Hari ini aku tidak akan menentangmu!” Kemudian Ibrahim berkata:
“Wahai Rabb, Engkau sudah berjanji kepadaku untuk tidak menghinakan aku pada hari berbangkit. Lalu
kehinaan apalagi yang lebih hina daripada keadaan bapaku yang jauh (dariku)?” Allah Taala berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengharamkan syurga bagi orang-orang kafir.” Lalu dikatakan kepada Ibrahim:
“Wahai Ibrahim, apa yang ada di kedua telapak kakimu?” Maka Ibrahim melihatnya yang ternyata ada
seekor anjing hutan yang kotor. Maka anjing itu dipegang kakinya lalu dilemparkan ke neraka.” (Sahih
Bukhari, no. 3101)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kedalam Al-Bait
(Kaabah) dan beliau temui patung Nabi Ibrahim dan patung Maryam, maka beliau bersabda: “Tidakkah
mereka mendengar bahawa malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar
(patung)? Ini patung Ibrahim (yang digambarkan oleh seseorang sedang mengundi nasib) padahal dia
(Ibrahim) tidak pernah (mengajarkan) mengundi nasib (dengan melempar anak panah).” (Sahih Bukhari,
no. 3102)
Dari Ibnu Abbas bahawasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika masuk Kaabah, beliau
menemukan gambar Nabi Ibrahim dan gambar Maryam, maka beliau bersabda: “Tidakkah mereka telah
mendengar bahawa malaikat itu tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar. Sedang
ini Ibrahim dalam bentuk gambar, lalu apa bezanya dengan gambar yang lain?” (Musnad Ahmad, no.
2378)
Dari Busr bin Sa’id dari Zaid bin Khalid bahawa Abu Talhah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah bersabda: “Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada
gambar.” Busr berkata: “Kemudian Zaid menderita sakit, maka kami pun menjenguknya, ternyata di
pintunya terdapat tirai yang bergambar, lantas kataku kepada Ubaidullah anak tiri Maimunah isteri Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tidakkah Zaid pernah mengkhabarkan kepada kami tentang gambar di hari
pertama?” Ubaidullah menjawab: “Apakah kamu tidak mendengarnya waktu dia mengatakan: “Kecuali
corak (atau tulisan) pada kain?” (Sahih Bukhari, no. 5501, Sahih Muslim, no. 3931)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia mengatakan bahawa ketika dia sedang bersama Bunanah, ada
seorang budak wanita datang kepadanya dengan mengenakan gelang kaki yang berbunyi kuat. Aisyah
lalu berkata: “Jangan kalian masukkan dia untuk menemuiku hingga kalian memotong gelangnya.”
Setelah itu dia berkata lagi: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‘Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat loceng’.” (Sunan Abu Daud, no.
3695, Musnad Ahmad, no. 24859)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata: “Aku pernah membeli
numruqah (bantal yang digunakan untuk duduk) yang ada gambarnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
pun berdiri di depan pintu dan tidak masuk ke dalam rumah. Seolah-olah aku melihat kemarahan di
wajah beliau, maka aku bertanya: “Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya,
sebenarnya dosa apa yang telah aku lakukan?” Beliau bersabda: “Ada apa dengan bantal ini?” Dia
menjawab: “Aku telah membelinya agar anda duduk di atasnya atau anda jadikan sebagai bantal (tempat
bersandar).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya pemilik gambar ini akan
disiksa pada hari Kiamat. Dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkan yang telah kalian buat’.” Kemudian beliau
bersabda: “Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada gambarnya.” (Sahih
Bukhari, no. 5504, Sahih Muslim, no. 3941, Musnad Ahmad, no. 24896)
Dari Ali bin Abi Talib, dia berkata: “Aku pernah memasak makanan, lalu aku memanggil Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau kemudian datang dan masuk ke dalam rumah. Ketika beliau melihat kain yang
bergambar (makhluk bernyawa) beliau keluar seraya bersabda: ‘Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke
dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar’.” (Sunan An-Nasa’i, no. 5256)
Dari Suhail, dia berkata: “Abu Shalih pernah menganjurkan kami iaitu apabila salah seorang dari kami
hendak tidur, maka hendaknya dia berbaring dengan cara mengiring ke kanan seraya membaca doa: ‘Ya
Allah, Tuhan langit dan bumi, Tuhan yang menguasai Arasy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala
sesuatu, Tuhan yang membelah dan menumbuhkan biji-bijian, Tuhan yang menurunkan kitab Taurat,
Injil, dan Al Quran. Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu, kerana
segala sesuatu itu berada dalam genggaman-Mu. Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Awal, maka tidak
ada sesuatu pun yang mendahului-Mu. Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Akhir, maka tidak ada sesuatu
setelah-Mu. Ya Allah, Engkaulah Yang Zahir, maka tidak ada yang menutupi-Mu. Ya Allah, Engkaulah
Tuhan Yang Batin, maka tidak ada yang samar dari-Mu. Ya Allah, lunaskanlah hutang-hutang kami dan
bebaskanlah kami dari kefakiran.’ Abu Shalih meriwayatkan hadith ini dari Abu Hurairah dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Sahih Muslim, no. 4888)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah mempunyai sembilan
puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya, maka dia masuk syurga.” (Sahih
Bukhari, no. 6843, Sahih Muslim, no. 4836)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Allah memiliki sembilan
puluh sembilan nama, seratus kurang satu, tidaklah seseorang menghafalnya melainkan dia akan masuk
syurga, dan Dia adalah ganjil (Esa) dan menyukai yang ganjil.” (Sahih Bukhari, no. 5931)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghafal,
mengamalkan, membenarkan, dan menjaganya akan masuk syurga.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3428,
hasan sahih)
Dari Urwah bin Az-Zubair, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Aisyah ketika dia
berumur enam tahun, kemudian beliau hidup bersama dengannya (menggaulinya) ketika berumur
sembilan tahun. Dan Aisyah hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga selama sembilan
tahun.” (Sahih Bukhari, no. 4761)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku ketika saya
berumur enam tahun, dan beliau membawa pulangku (membina rumah tangga denganku) ketika saya
berumur sembilan tahun.” (Sahih Muslim, no. 2548, Sunan An-Nasa’i, no. 3326)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahinya
ketika dia berusia enam tahun dan berumah tangga dengannya ketika berusia sembilan tahun dan tatkala
beliau wafat dia berusia lapan belas tahun.” (Sahih Muslim, no. 2550)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berwasiat dengan tiga perkara.
Beliau berkata: “Keluarkan orang-orang Musyrik (kafir) dari Jazirah Arab, berikanlah hadiah kepada para
utusan sebagaimana dahulu aku memberikan hadiah kepada mereka.” Ibnu Abbas berkata: “Aku lupa
yang ketiga.” (Sahih Bukhari, no. 2932, Sunan Abu Daud, no. 2634)
Dari Umar bin Al-Khattab bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Sungguh aku akan
mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab. Dan tidak aku tinggalkan padanya
kecuali orang Muslim.” (Sahih Muslim, no. 3313, Sunan Abu Daud, no. 2635, Sunan At-Tirmidzi, no.
1532, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 196)
Dari Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dia berkata: “Di antara perkataan terakhir yang diucapkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah: “Keluarkanlah orang-orang Yahudi Hijaz dan penduduk Najran dari
Jazirah Arab.” (Musnad Ahmad, no. 1607, Sunan Ad-Darimi, no. 2386)
Dari Ibnu Syihab bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan berkumpul dua
ajaran (agama) di Jazirah Arab.” Umar bin Al-Khattab menyelidiki tentang perkara itu hingga dia yakin
bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan berkumpul dua ajaran di Jazirah
Arab”, lalu dia mengusir Yahudi Khaibar. (Muwatha’ Malik, no. 1388)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Suatu hari kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Di tengah perjalanan Rasulullah bersabda: “Sebentar tadi Jibril datang kepadaku, dia berkata:
“Wahai Muhammad, dahulu kala Allah mempunyai seorang hamba yang sangat soleh. Dia beribadah
kepada Allah selama lima ratus tahun. Seluruh hidupnya dia abdikan hanya kepada Allah. Dia tinggal di
puncak sebuah gunung yang terletak di tengah lautan. Luas dan tinggi gunung tersebut sekitar tiga puluh
hasta, sementara lautnya terbentang luas sekitar empat ribu farsakh. Tidak jauh dari tempat dia
beribadah, di kaki gunung, keluarlah air tawar sebesar jari yang keluar dari celah-celah batu sebagai
tempatnya menghilangkan rasa haus. Di tempat tadi juga ada sepohon delima yang setiap malam
mengeluarkan buahnya. Apabila petang hari tiba, dia turun dari puncak gunung menuju kepada air tawar
tadi untuk mengambil wudhu’ sekaligus minum dan makan buah delima sebagai mengisi perutnya yang
kosong. Setelah itu dia kembali beribadah. Demikianlah rutinnya sehari-hari. Suatu hari dia memohon
kepada Allah agar dimatikan dalam keadaan sujud, lalu Allah mengabulkan permohonannya itu, dia pun
mati dalam keadaan sujud. Ketika dia sudah berada di hadapan-Nya (pada hari Kiamat), Allah kemudian
berfirman: “Wahai hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga dengan rahmat-Ku.” Hamba itu menjawab: “Ya
Allah, aku masuk syurga kerana amalku, bukan kerana rahmat-Mu.” Allah kembali berfirman: “Wahai
hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga dengan rahmat-Ku.” Hamba tadi kemudian menjawab kembali:
“Ya Allah, bukan kerana rahmat-Mu aku masuk ke dalam syurga, melainkan kerana ibadahku. Aku
habiskan seluruh umurku hanya untuk beribadah kepada-Mu.” Allah lalu berfirman: “Hamba-Ku ini
membandingkan nikmat yang telah Aku beri dengan amal ibadah yang telah dilakukannya. Ketahuilah
wahai hamba, nikmat penglihatan sahaja yang Aku berikan kepadamu itu cukup untuk membalas amal
ibadahmu yang lima ratus tahun itu, belum lagi dengan nikmat-nikmat-Ku yang lain.” Allah berfirman lagi:
“Baiklah wahai hamba, mendekatlah dan jawablah pertanyaan-pertanyaan-Ku ini. Wahai hamba,
siapakah yang telah menciptakanmu dari tiada?” Hamba itu menjawab: “Engkau ya Allah.” Allah kembali
bertanya: “Siapa yang memberimu kesihatan sehingga kau dapat beribadah selama lima ratus tahun?”
Hamba itu kembali menjawab: “Engkau ya Allah.” Allah kembali bertanya: “Siapa yang menempatkanmu
di tengah lautan sehingga kau dapat beribadah dengan tenang? Siapa pula yang telah mengeluarkan air
tawar sebagai tempatmu minum padahal kau berada di tengah lautan yang masin airnya? Siapa pula
yang telah mengeluarkan buah delima dari pohonnya yang selalu berbuah setiap hari sebagai
makananmu padahal buah itu (sepatutnya) ada setahun sekali? Siapa pula yang mematikanmu ketika
kau sedang sujud?” Hamba itu menjawab: “Engkau ya Allah.” Allah kembali berfirman: “Semua itu adalah
rahmat-Ku, dan kerananya (rahmat) pula Aku memasukkanmu ke syurga. Engkaulah hamba-Ku yang
paling beruntung, kerananya masuklah ke dalam syurga.” Hamba itu kemudian masuk ke dalamnya
(syurga).” (Riwayat Al-Hakim, sanadnya sahih)
Dari Rufaifi’ bin Tsabit Al-Ansari, dia berkhutbah: “Ketahuilah bahawa aku tidak berbicara kepada kalian
kecuali apa yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada ketika perang Hunain
beliau bersabda: “Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat untuk menyiramkan
airnya kepada tanaman orang lain -iaitu menggauli wanita-wanita tawanan yang sedang hamil-, dan tidak
halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat untuk menggauli wanita tawanan
hingga dia membiarkannya mengalami haid, dan tidaklah halal bagi seseorang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat untuk menjual harta rampasan perang hingga harta tersebut telah dibahagikan.”
(Sunan Abu Daud, no. 1844, Musnad Ahmad, no. 16383)
Dari Ibnu Abbas bahawa makciknya Maimunah Ummul Mukminin berkata: “Aku meletakkan air mandi
untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau mandi junub dengannya. Beliau menuangkan bejana
dengan tangan kirinya pada tangan kanan, lalu beliau mencuci kedua telapak tangannya. Setelah itu
beliau memasukkan tangannya ke dalam bejana, menyiram kemaluan dengan air dan menggosokkan
tangannya ke dinding atau tanah. Kemudian beliau berkumur dan memasukkan air ke dalam lubang
hidung, membasuh muka dan kedua lengan sikunya. Lalu mengalirkan air ke atas kepalanya tiga kali,
mengalirkan air ke seluruh tubuhnya, lalu menjauh dan membasuh kedua kakinya.” (Sunan At-Tirmidzi,
no. 96, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 566, Musnad Ahmad, no. 25612)
Dari Abu Bakrah, dia berkata: “Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam sedang solat, ketika beliau sujud,
tiba-tiba Al-Hasan bin Ali melompat ke atas punggungnya atau di lehernya, kemudian Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wasallam mengangkatnya dengan lembut supaya dia tidak tersungkur (jatuh). Beliau
melakukannya tidak hanya sekali itu saja, seusai beliau mengerjakan solat, orang-orang bertanya:
“Wahai Rasulullah, kami melihat engkau berbuat sesuatu kepada Al-Hasan yang belum pernah kami lihat
(sebelumnya).” Beliau bersabda: “Dia adalah penyejuk hatiku di dunia dan sesungguhnya anakku ini
adalah Sayyid (tuan), semoga dengannya Allah Tabaraka Wa Taala mendamaikan dua kelompok kaum
Muslimin.” (Musnad Ahmad, no. 19611)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Malu itu sebahagian iman
dan iman ada di syurga, sedangkan perkataan keji itu dari perangai yang kasar dan perangai yang kasar
ada di neraka.” (Musnad Ahmad, no. 10108)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Tidak ada seorang pun yang lebih mirip dengan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam daripada Al-Hasan bin Ali.” (Sahih Bukhari, no. 3469, Sunan At-Tirmidzi, no. 3709, hasan
sahih, Musnad Ahmad, no. 12581)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Tidak ada seorang pun yang paling mirip dengan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam selain dari Al-Hasan bin Ali dan Fatimah. Semoga kesejahteraan Allah limpahkan
kepada mereka semua.” (Musnad Ahmad, no. 12213)
Dari Ibnu Abu Malikah, dia berkata: “Fatimah radhiallahu ‘anha pernah menimang Al-Hasan bin Ali, dia
berkata: “Dia (Al-Hasan) mirip dengan Nabi dan tidak mirip dengan Ali.” (Musnad Ahmad, no. 25218)
Dari Abu Juhaifah, dia berkata: “Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan Al-
Hasan bin Ali sangat menyerupai beliau.” (Sahih Bukhari, no. 3279, Sahih Muslim, no. 4324, Sunan At-
Tirmidzi, no. 3710 hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 17999)
Dari Uqbah Bin Al-Harith, dia berkata: “Aku keluar bersama Abu Bakar As-Siddiq selesai solat Asar
setelah beberapa malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, tiba-tiba Ali lalu di sampingnya,
kemudian dia melalui Al-Hasan bin Ali yang sedang bermain bersama anak anak, maka
menggendongnya di atas bahunya, seraya berkata: “Demi bapaku, dia mirip dengan Nabi dan tidak mirip
dengan Ali.” Uqbah berkata: “Dan Ali tertawa.” (Sahih Bukhari, no. 3278, Musnad Ahmad, no. 39)
Dari Ali bin Abi Talib, dia berkata: “Al-Hasan adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dari bahagian dada hingga kepala, sedangkan Al-Husain adalah orang yang
paling mirip dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari bahagian dada hingga ke bawah dari itu.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 3712, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 735, no. 812)
Dari Abdur Rahman bin Yazid, dia berkata: “Kami mendatangi Huzaifah bin Al-Yaman lalu kami berkata:
“Tunjukkan pada kami siapa orang yang paling mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari
segi tingkah laku dan sifatnya, kami akan mengambil darinya dan mendengarnya. Huzaifah bin Al-Yaman
berkata: “Orang yang paling mirip Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari segi tingkah laku dan sifat
adalah Ibnu Ummi Abed hingga dia bersembunyi dariku di rumahnya. Para sahabat-sahabat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam yang terjaga tahu bahawa Ibnu Ummi Abed adalah yang paling mirip di
antara mereka dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Musnad Ahmad, no. 22219)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Wahai Rasulullah! Apakah tuan ingat kepada keluarga tuan
pada hari Kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Adapun di tiga tempat maka saya
tidak lagi mengingati mereka, iaitu ketika pembahagian kitab amal, di mizan (timbangan amal), dan di
sirat (jalan antara syurga dan nereka.” (Musnad Ahmad, no. 23555)
Dari Al-Hasan bahawasanya Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Di antara doa yang seringkali dipanjatkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah: ‘Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinika (Wahai
Zat Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu’. Saya (Aisyah) berkata:
“Wahai Rasulullah! Kenapa engkau banyak berdoa dengan doa ini?” Lalu beliau bersabda:
“Sesungguhnya hati anak Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah ‘Azza Wa Jalla, jika Dia
berkehendak maka Allah akan mencondongkannya dan jika berkehendak maka Allah akan
meluruskannya.” (Musnad Ahmad, no. 23463)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju pasar Bani
Qainuqa’ dengan memimpin tanganku, beliau lalu berkeliling di dalamnya, setelah itu beliau pulang dan
duduk ihtiba’ di dalam masjid, lalu bertanya: “Di mana orang jahil itu, panggil ke mari.” Maka setelah itu
datanglah Al-Hasan ‘alaihissalam, dia tampak senang sekali seraya melompat ke dalam pangkuannya,
beliau kemudian memasukkan lidahnya ke dalam mulut Al-Hasan dan bersabda: “Ya Allah sesungguhnya
aku mencintainya, maka cintailah dia dan cintailah siapa saja yang mencintainya”, beliau ucapkan itu
hingga tiga kali. Abu Hurairah berkata: “Maka tidaklah aku melihat Al-Hasan kecuali air mataku
bercucuran, atau mengalir, atau menangis.” (Musnad Ahmad, no. 10471)
Dari Ya’la Al-Amiri, bahawa dia pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
memenuhi undangan makan-makan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memenuhi undangan
tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi orang-orang sementara Al-Husain sedang
bermain bersama beberapa orang anak, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin
mengambilnya, anak itu pun lari ke sana ke mari hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mentertawakannya hingga akhirnya beliau mengambilnya.” Kemudian beliau meletakkan salah satu
tangannya di bawah tengkuk anak itu dan tangan yang lain di bawah dagunya. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan bibirnya pada bibir anak itu seraya menciumnya, kemudian beliau
bersabda: “Al-Husain sebahagian dari diriku dan aku sebahagian darinya, Allah akan mencintai siapa
yang mencintai Al-Husain. Dan Al-Husain merupakan umat dari umat-umat yang terbaik.” (Musnad
Ahmad, no. 16903)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata; “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam teringat akan
Khadijah, beliau selalu memujinya dengan pujian yang bagus. Maka pada suatu hari saya merasa
cemburu hingga saya berkata kepada beliau: “Alangkah sering engkau mengingati wanita yang hujung
bibirnya telah memerah, padahal Allah telah menggantikan untuk engkau yang lebih baik darinya.” Serta
merta Rasulullah bersabda: “Allah ‘Azza Wa Jalla tidak pernah menggantikan untukku yang lebih baik
darinya, dia adalah wanita yang beriman kepadaku ketika manusia kafir kepadaku, dan dia telah
membenarkanku ketika manusia mendustakan diriku, dan dia juga membantuku dengan hartanya ketika
manusia menghindar diri mereka dariku, dan Allah ‘Azza Wa Jalla telah mengurniakan anak kepadaku
dengannya ketika Allah tidak mengurniakan anak kepadaku dengan isteri-isteri yang lain.” (Musnad
Ahmad, no. 23719)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian
makan janganlah dia membersihkan tangannya hingga dia menjilatinya atau membersihkannya dengan
lidahnya.” (Sahih Bukhari, no. 5035, Sahih Muslim, no. 3787, Sunan Abu Daud, no. 3349, Sunan Ibnu
Majah, no. 3261, Musnad Ahmad, no. 1823)
Daripada Ma’qil bin Yasar radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sekiranya kepala salah seorang daripada kamu ditusuk dengan jarum besi, itu adalah lebih baik bagi
kamu daripada kamu menyentuh wanita yang tidak halal bagi kamu.” (Riwayat At-Thabrani, Mu’jam Al-
Kabir, 20/211-212, no. 486 & 487)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Tatakala turun ayat: ‘Berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang
terdekat iaitu kaum kerabatmu yang benar-benar ikhlas (Asy-Syu’ara: 214)’, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam keluar dan menaiki bukit Safa lalu berteriak seolah-olah memanggil: “Wahai para
sahabatku.” Sebahagian mereka tertanya-tanya siapakah yang berteriak. Sebahagian mereka menjawab:
“Muhammad.” Maka mereka pun mulai berkumpul kepada beliau. Lalu beliau pun bersabda: “Wahai Bani
Fulan! Bani Fulan! Bani Fulan! Wahai Bani Abdul Manaf! Wahai Bani Abdul Muttalib!” Maka mereka
semua pun menghampiri beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudan bersabda: “Apakah
pendapat kalian seandainya aku khabarkan kepada kalian bahawa (ada) satu pasukan tentera berkuda di
balik lembah ini akan menyerang kalian. Apakah kalian akan mempercayaiku?” Mereka menjawab: “Kami
tidak pernah mendapati kamu berdusta.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi:
“Sesungguhnya aku membawa berita ancaman kepadamu tentang azab yang pedih.” Abu Lahab
mencela: “Celaka kamu! Apakah kamu minta kami berkumpul hanya untuk mendengar perkara ini (iaitu
memberitahu berita ancaman azab)?” Lantas Abu Lahab berlalu pergi. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla
menurunkan surah: ‘Tabbat yadaa abii lahabiw watab… (Al-Lahab:1-5)’.” (Sahih Bukhari, no. 4397, no.
4589, Sahih Muslim, no. 307)
Dari Watsilah bin Asqa’ bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah
memilih Ismail dari anak keturunan Ibrahim dan memilih Kinanah dari anak keturunan Ismail, dan memilih
Quraisy dari Bani Kinanah, dan memilih Hasyim dari suku Quraisy serta memilihku dari Bani Hasyim.”
(Sahih Muslim, no. 4221, Sunan At-Tirmidzi, no. 3538, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 16373)
Dari Al-Muttalib bin Abu Wada’ah, dia berkata: “Al-Abbas datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, seakan-akan beliau mendengar sesuatu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di atas
mimbar sambil berkata: “Siapakah saya?” Mereka menjawab: “Anda adalah utusan Allah, atasmulah
keselamatan.” Beliau bersabda: “Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib, sesungguhnya
Allah telah menciptakan makhluk-Nya dan menjadikan aku paling baik di antara mereka. Kemudian Dia
menjadikan mereka dua kelompok, dan menjadikan aku berada di kelompok terbaik dari dua kelompok
tersebut (Arab dan orang-orang asing). Kemudian Dia menjadikan berkabilah-kabilah, dan menjadikanku
yang terbaik dari kabilah itu, kemudian Dia menjadikan mereka berumah-rumah, dan menjadikan
rumahku yang terbaik dari rumah-rumah mereka dan keperibadian yang paling baik nasabnya daripada
diri mereka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3541, hasan)
Dari Abbas bin Abdul Muttalib, dia berkata: “Ya Rasulullah! Sesungguhnya orang-orang Quraisy sedang
duduk-duduk dan saling menyebut garis keturunan di antara mereka, lalu mereka menjadikan sifatmu
seperti pohon kurma yang tumbuh di permukaan bumi.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk-Nya dan menjadikan aku paling baik di antara mereka,
paling baik di antara kelompok mereka, dan paling baik di antara dua kelompok (Arab dan orang-orang
asing). Kemudian Dia memilih dari berbagai kabilah tersebut dan menjadikanku yang terbaik dari kabilah
itu, lalu Dia memilih rumah-rumah dan menjadikanku sebaik-baik rumah mereka, maka akulah yang
sebaik-baik jiwa di antara mereka dan sebaik-baik rumah di antara mereka.” (Sunan At-Tirmidzi, no.
3540, hasan)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Dan (keturunan Rasulullah itu adalah keturunan) dari seorang Nabi
kepada seorang Nabi yang lain, kemudian kepada seorang Nabi sehinggalah dilahirkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai seorang Nabi.” (Riwayat At-Thabrani, Al-Bazzar, Abu Nu’aim dalam
Dalail Al-Nubuwwah, Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat Al-Kubra)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menziarahi kubur ibunya, lalu beliau
menangis sehingga orang yang berada di sekelilingnya pun ikut menangis. Kemudian beliau bersabda:
“Saya meminta izin kepada Rabb-ku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi tidak diperkenankan
oleh-Nya. Kemudian saya meminta izin untuk menziarahi kuburnya, maka diperkenankan oleh-Nya.
Kerana itu, berziarahlah kubur kerana ia akan mengingatkan kalian akan kematian.” (Sahih Muslim, no.
1622, Sunan Ibnu Majah, no. 1561)
Dari Anas bin Malik bahawa seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah, di manakah bapaku?” Beliau
menjawab: “Dia di dalam neraka.” Ketika laki-laki tersebut berlalu pergi, maka beliau memanggilnya
seraya berkata: “Sesungguhnya bapaku dan bapamu di dalam neraka.” (Sahih Muslim, no. 302, Sunan
Abu daud, no. 4095, Musnad Ahmad, no. 11747)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mematahkan
tulang orang yang mati sama seperti mematahkannya ketika dia masih hidup.” (Sunan Abu Daud, no.
2792, Sunan Ibnu Majah, no. 1606, Musnad Ahmad, no. 23596)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh kegembiraan
Allah kerana taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap haiwan
tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba haiwan tersebut terlepas, padahal di
atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk menemukannya
kembali. Kemudian dia beristirehat di bawah pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya
sudah berdiri di sampingnya. Dia pun segera mengambil tali kekangnya kemudian berkata: ‘Ya Allah
Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.’ Dia telah salah berdoa kerana terlalu gembira.” (Sahih Muslim,
no. 4932)
Dari Ibnu Abbas bahawasanya pada suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke bilik
kecil. Kemudian saya pun menyiapkan bekas berisi air untuk beliau. Ketika keluar dari kamar kecil,
Rasulullah bertanya: “Siapa yang telah menyiapkan air ini?” Saya menjawab: “Saya, Ibnu Abbas ya
Rasulullah.” Kemudian Rasulullah pun berdoa: “Ya Allah, faqihkanlah dia (berilah dia pemahaman) di
dalam agama.” (Sahih Bukhari, no. 140, Sahih Muslim, no. 4526)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangannya di atas
bahuku, kemudian beliau berdoa: “Allahumma faqqihhu fi ad din wa ‘allimhu at ta’wil (Ya Allah
fahamkanlah dia terhadap agama dan ajarilah dia ilmu takwil).” (Musnad Ahmad, no. 2274, no. 2731)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada akhir malam,
lalu aku solat di belakang beliau, kemudian beliau meraih tanganku hingga menempatkanku sejajar
dengan beliau. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali pada solatnya, aku mundur,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan solatnya. Selesai solat beliau bertanya kepadaku:
“Aku telah menempatkanmu sejajar denganku, namun mengapa engkau mundur?” Aku menjawab:
“Wahai Rasulullah, apakah layak bagi seseorang solat sejajar dengan engkau, padahal engkau adalah
Rasulullah yang telah Allah anugerahkan kepadamu?” Rupanya beliau kagum kepadaku kerana
ucapanku, lalu beliau berdoa untukku agar Allah menambahkan ilmu dan kefahaman kepadaku.
Kemudian aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidur hingga aku mendengar dari beliau
tarikan nafasnya, kemudian Bilal datang dan berkata: “Wahai Rasulullah, ayuh dirikan solat (Subuh).
Maka beliau berdiri lalu solat tanpa mengulangi wudhu’.” (Musnad Ahmad, no. 2902)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Di antara tanda pemahaman (ilmu) seseorang adalah dengan
mengatakan Allahu a’lam (Allah Maha Mengetahui) untuk sesuatu yang tidak dia ketahui.” (Sahih
Bukhari, no. 4448)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah, barangsiapa
di antara kalian yang mengetahui sesuatu, hendaklah mengatakan seperti yang dia ketahui dan
barangsiapa di antara kalian tidak mengetahui, hendaklah mengucapkan Allahu a’lam (Allah Maha
Mengetahui), kerana orang yang paling tahu di antara kalian adalah yang mengatakan untuk sesuatu
yang tidak dia ketahui Allahu a’lam.” (Sahih Muslim, no. 5006, Sunan At-tirmidzi, no. 3177, hasan sahih)
Dari Amir bin Rabi’ah, dia berkata: “Kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah
perjalanan di malam yang gelap gelita hingga kami tidak mengetahui ke mana arah kiblat, maka setiap
orang dari kami solat menurut keyakinannya. Keesokan harinya hal itu kami sampaikan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka turunlah ayat: ‘Maka kemana pun kamu menghadap di situlah wajah
Allah (Al-Baqarah: 115)’.” Abu Isa berkata: “Kebanyakan para ahli ilmu sependapat dengan pemahaman
hadith ini, mereka mengatakan: ‘Apabila suasana mendung (gelap) seseorang solat tidak menghadap
kiblat, setelah itu mengetahui bahawa dia shalat tidak menghadap kiblat maka solatnya sah’. Pendapat
inilah yang diambil oleh Sufyan Ats Tsauri, Ibnu Al-Mubarak, Ahmad dan Ishaq.” (Sunan At-Tirmidzi, no.
315, hasan)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Aku hafal dua bekas ilmu (hadith) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Yang satu telah aku sebarkan dan sampaikan, yang satu lagi sekiranya aku sampaikan maka
dipotong orang leherku ini (dibunuh).” (Sahih Bukhari, no. 117)
Dari Ummu Salamah, dia berkata: “Aku berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika
Maimunah sedang bersamanya. Lalu masuklah Ibnu Ummi Maktum -iaitu ketika perintah hijab telah
turun-. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Berhijablah kalian berdua darinya.” Kami
bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah dia buta sehingga tidak boleh melihat dan mengetahui kami?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bertanya: “Apakah kalian berdua buta? Bukankah kalian berdua
dapat melihat dia?” (Sunan Abu Daud, no. 3585, Sunan At-Tirmidzi 2702, hasan sahih, Musnad Ahmad,
no. 25326) [Abu Daud berkata: “Ini hanya khusus untuk isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
tidakkah engkau lihat bagaimana Fatimah binti Qais di sisi Ibnu Ummi Maktum! Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah berkata kepada Fatimah binti Qais: “Bukalah hijabmu di sisi Ibnu Ummi Maktum, sebab
dia adalah seorang laki-laki buta, maka tidak mengapa engkau letakkan pakaianmu di sisinya.”]
Dari Al-Qasim bin Muhammad, dia berkata: “Aku menemui Aisyah (Ummul Mukminin) kemudian aku
katakan: “Wahai ibuku, perlihatkan kepadaku kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kedua
sahabatnya radhiallahu ‘anhuma!” Kemudian dia memperlihatkan tiga kuburan kepadaku yang tidak tinggi
dan tidak rata dengan tanah di halaman yang berwarna merah. Abu Ali berkata: “Dikatakan
sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di depan dan Abu Bakar di sisi kepalanya, sedang
Umar berada di sisi kedua kakinya, kepalanya di sisi kedua kaki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(Sunan Abu Daud, no. 2803)
Dari Dzakwan bahawasanya Abdullah bin Abbas datang meminta izin kepada Aisyah, lalu aku datang,
sementara berhampiran Aisyah ada putera saudaranya, yakni Abdullah bin Abdurrahman, lalu aku
berkata: “Ibnu Abbas meminta izin masuk.” Abdullah, anak saudaranya, membisikkan kepadanya, dia
berkata: “Abdullah bin Abbas meminta izin masuk.” Ketika itu Aisyah hampir meninggal, lalu dia berkata:
“Aku tidak memerlukan Ibnu Abbas.” Abdullah (anak saudaranya) berkata: “Wahai Bonda, sesungguhnya
Ibnu Abbas termasuk anak-anakmu yang soleh, biarkanlah dia (masuk) mengucapkan salam kepadamu
dan melepasmu.” Aisyah berkata: “Berilah dia izin bila engkau mahu.” Maka aku pun memasukkannya.
Ketika Ibnu Abbas duduk, dia berkata: “Bergembiralah.” Aisyah pun berkata: “Engkau juga.” Ibnu Abbas
berkata lagi: “Tidak ada (perbezaan) antara engkau dan pertemuanmu kepada Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam dan para kerabatmu, kecuali keluarnya roh dari jasad. Engkaulah isteri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling dicintai oleh Rasulullah dan Rasulullah tidak mencintai kecuali
yang baik. Ketika kalungmu terjatuh di malam hari di Abwa’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetap
bertahan (di sana) hingga pagi hari masih di tempat itu, sedangkan orang-orang tidak mempunyai air,
maka Allah menurunkan ayat: ‘Maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)’, itu adalah kerana
sebabmu. Dan tidaklah Allah ‘Azza Wajalla menurunkan rukhsah (keringanan) bagi umat ini (kecuali
kerana itu). Allah pun telah menurunkan kebebasanmu (dari tuduhan zina) dari atas langit ketujuh, yang
dibawakan oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), sehingga tidak ada satu pun dari masjid-masjid Allah yang (di
dalamnya) disebut nama Allah, kecuali (ayat itu) sentiasa dibaca di waktu malam dan di waktu siang.”
Lalu Aisyah berkata: “Biarkan aku wahai Ibnu Abbas, demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku
ingin menjadi seseorang yang dilupakan.” (Musnad Ahmad, no. 2366)
Dari Abu Salamah dan Yahya keduanya berkata: “Tatkala Khadijah wafat, Khaulah binti Hakim isteri
Uthman bin Mazh’un datang seraya berkata: “Wahai Rasulullah! Tidakkah engkau akan menikah lagi?”
Beliau bertanya: “Dengan siapa?” Dia menjawab: “Jika engkau mahu, dengan gadis, dan jika engkau
mahu, dengan janda.” Beliau bertanya: “Siapa gadis perawannya?” Dia menjawab: “Dia adalah anak
perempuan ciptaan Allah yang paling engkau cintai, Aisyah binti Abu Bakar.” Beliau bertanya: “Ada pun
yang janda?” Dia menjawab: “Saudah binti Zam’ah, dia telah beriman kepadamu dan mengikuti apa yang
engkau katakan.” Beliau bersabda: “Pergilah (kepada mereka) dan ceritakan kepadaku.” Lalu dia masuk
ke rumah Abu Bakar seraya berkata: “Wahai Ummu Rumman, kebaikan dan keberkatan apakah yang
telah Allah masukkan kepada kalian?” Ummu Rumman kembali bertanya: “Apa maksudnya?” Dia
menjawab: “Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah mengutusku untuk meminangkan Aisyah.” Ummu
Ruman berkata: “Tunggulah Abu Bakar hingga dia datang.” Akhirnya Abu Bakar pun datang. Dia berkata:
“Kebaikan dan keberkatan apakah yang telah Allah masukkan kepada kalian?” Abu Bakar kembali
bertanya: “Apa maksudnya?” Dia menjawab: “Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah mengutusku
untuk meminang Aisyah.” Abu Bakar berkata: “Apakah dia (Aisyah) sesuai untuk beliau, kerana dia
adalah anak perempuan saudaranya.” Lalu dia kembali kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
dan menceritakan hal itu kepadanya. Beliau bersabda: “Kembalilah kepadanya dan katakan kepadanya:
“Saya dan kamu adalah saudara dalam agama, dan anakmu sesuai untukku.” Kemudian dia kembali dan
menceritakan hal itu kepadanya. Abu Bakar berkata: “Tunggulah.” Lalu dia pergi. Ummu Ruman berkata:
“Sesungguhnya Muth’im bin Ady telah meminta Aisyah, tapi demi Allah, dia tidak pernah sama sekali
berjanji apa pun dan Abu Bakar menangguhkannya. Abu Bakar pun menemui Muth’im bin ‘Ady,
sementara di sisinya ada isterinya, Ummul Fata. Ummul Fata berkata: “Wahai Ibnu Quhafah, semoga
engkau boleh memasukkan suami kami ke dalam agama yang kamu anuti apabila dia menikahi anakmu.”
Abu Bakar berkata kepada Muth’im bin Ady: “Saya katakan sebagaimana yang dia katakan.” Abu Bakar
berkata: “Sesungguhnya dia telah mengatakan hal itu. Dia pun pergi dari sisinya, dan sungguh Allah telah
menghilangkan janji yang ada pada dirinya yang telah dia janjikan. Kemudian Abu Bakar berkata kepada
Khaulah: “Panggilkan Rasulullah kepadaku.” Lalu dia memanggilnya dan menikahkan Aisyah dengan
beliau. Tatkala itu, Aisyah masih berumur enam tahun. Kemudian Khaulah binti Hakim pergi menemui
Saudah binti Zam’ah, dia bertanya: “Kebaikan dan keberkatan apakah yang telah Allah masukkan
kepadamu?” Saudah balik bertanya: “Apa maksudnya?” Dia menjawab: “Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam telah mengutusku untuk meminangkanmu.” Saudah berkata: “Saya sangat menyukainya,
temuilah ayahku dan ceritakan hal itu kepadanya.” Ayah Saudah adalah seorang yang sudah tua dan
sudah cukup umur. Dia pernah terlambat melaksanakan haji. Lalu Khaulah menemuinya dan
mengucapkan salam seperti yang diucapkan pada masa Jahiliyyah. Lalu dia bertanya: “Siapa ini?”
Khaulah menjawab: “Khaulah binti Hakim.” Dia bertanya: “Ada keperluan apa kamu?” Khaulah berkata:
“Muhammad bin Abdullah telah mengutusku untuk meminang Saudah.” Dia berkata: “Ini adalah sekufu’
yang mulia. Lalu apa yang dikatakan sahabatmu, Saudah?” Khaulah menjawab: “Dia sangat menyukai
hal itu.” Dia berkata: “Panggilkan dia untukku.” Lalu aku memanggilnya dan dia berkata: “Wahai anakku!
Sesungguhnya wanita ini mengaku bahawa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutalib telah
mengutusnya untuk meminangmu dan dia adalah sekufu’ yang mulia. Apakah engkau senang bila aku
menikahkanmu dengan beliau?” Saudah menjawab: “Ya.” Dia berkata: “Panggilkan beliau untukku.” Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepadanya dan dia menikahkan Saudah dengannya.
Kemudian saudaranya Saudah, Abdu bin Zam’ah, datang sehabis berhaji. Dia menaburkan tanah di
kepalanya seraya berkata: “Setelah saya masuk Islam, demi engkau sesungguhnya aku adalah orang
bodoh, hari di mana aku menaburkan tanah di kepalaku, hari tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam menikahi Saudah binti Zam’ah.” Aisyah berkata: “Lalu kami datang ke Madinah dan kami
singgah di tempat bani Harith bin Khazraj di Sunhi.” Aisyah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam datang dan memasuki rumah kami, dan berkumpullah orang-orang Ansar baik lelaki atau pun
perempuan. Ibuku juga mendatangiku sementara aku sedang bermain dengan dua orang temanku, lalu
ibuku mengambilku dari tempat bermainku. Ketika itu rambutku rontok, lalu dia membersihkannya dan
membuangnya. Kemudian dia mengusap wajahku dengan air, dia menuntunku hingga dia dan aku
sampai di depan pintu. Saya tidak bergerak hingga jiwaku terasa tenang. Lalu ibuku menemuiku sedang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah duduk di atas ranjang di rumah kami, sementara di
sekelilingnya para lelaki dan wanita Ansar. Lalu ibuku mendudukkanku di pangkuannya, dia berkata:
“Mereka adalah keluargamu, semoga Allah memberkatimu terhadap mereka dan semoga Allah
memberkati mereka atas dirimu.” Lalu para lelaki dan wanita segera beranjak pergi dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mulai menggauliku di rumah kami. Tidaklah disembelihkan untukku unta dan
tidak pula kambing, hingga Sa’ad bin Ubadah mengirimkan panci besar kepada kami. Dia
mengirimkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau ingin mengelilingi para
isteri-isterinya, sementara aku ketika itu masih berumur sembilan tahun.” (Musnad Ahmad, no. 24587)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dengan membawa khazirah (sejenis sup) yang telah aku masak untuk beliau. Lalu aku katakan kepada
Saudah, sedangkan Nabi berada di antara diriku dan dirinya: “Makanlah.” Lalu dia (Saudah) menolak,
maka aku katakan: “Engkau makan atau aku akan lumurkan ke wajahmu.” Akan tetapi dia (Saudah) tetap
menolak. Maka aku letakkan tanganku ke dalam khazirah, lalu aku taburkan ke wajahnya. Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa, lalu beliau meletakkan tangan beliau ke tangan Saudah seraya
berkata: “Lumurilah wajahnya (pula).” Maka Nabi pun tertawa untuknya.” (Musnad Abu Ya’la, no. 4412,
hasan)
Dari Abis bin Rabi’ah, dia berkata: “Saya pernah melihat Umar mencium Hajar Aswad, dan setelah itu dia
berkata: “Aku menciummu dan aku tahu bahawa kamu hanyalah batu, sekiranya aku tidak melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menciummu, nescaya aku tidak akan menciummu.” (Sahih
Muslim, no. 2231, Sunan Abu Daud, no. 1597, Sunan At-Tirmidzi, no. 788, hasan sahih, Musnad Ahmad,
no. 171)
Dari Abdullah bin Mughaffal bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Antara dua azan
(azan dan iqamah) ada solat (sunnah).” Kemudian pada ucapan beliau yang ketiga kalinya, beliau
menambahkan: “Bagi yang mahu mengerjakannya.” (Sahih Bukhari, no. 591, Sahih Muslim, no. 1384,
Sunan Abu Daud, no. 1091, Sunan At-Tirmidzi, no. 170, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 674, Sunan
Ibnu Majah, no. 1152, Musnad Ahmad, no. 19651)
Dari Abu Sa’id dia berkata kepada Abdullah bin Abdurrahman: “Jika engkau berada di gurun pasir maka
keraskanlah suara azanmu, sebab aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah mendengar suara azan itu baik jin, manusia, pohon-pohonan dan batu kecuali ia akan menjadi
saksi baginya paa hari Kiamat.” (Sahih Bukhari, no. 6993, Sunan Ibnu Majah, no. 715, Musnad Ahmad,
no. 10607)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Muadzin itu
mendapat keampunan sejauh suaranya itu (terdengar), dan semua makhluk hidup dan benda mati akan
menjadi saksi baginya, dan orang yang menghadiri solat tersebut (ikut berjemaah) dicatat baginya
ganjaran dua puluh lima kebaikan dan dihapus darinya dosa antara kedua solat itu.” (Sunan Abu Daud,
no. 432, Sunan Ibnu Majah, no. 716, Musnad Ahmad, no. 8960)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
mengumandangkan azan selama dua belas tahun, maka wajib baginya syurga. Dan dengan azannya,
dalam setiap harinya akan dituliskan enam puluh kebaikan, dan tiga puluh kebaikan untuk setiap iqamah
yang dia lakukan.” (Sunan Ibnu Majah, no. 720)
Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang
paling panjang lehernya pada hari Kiamat adalah para muadzin.” (Sunan Ibnu Majah, no. 717, Musnad
Ahmad, no. 16258)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Jika seorang muadzin sudah mengumandangkan azan (Maghrib),
maka para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berebut mendekati tiang-tiang (untuk solat sunat)
hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar, sementara mereka tetap dalam keadaan menunaikan
solat sunat dua rakaat sebelum Maghrib. Dan di antara azan dan iqamah Maghrib sangatlah sedikit
(waktunya).” (Sahih Bukhari, no. 589)
Dari Salim bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Bilal
mengumandangkan azan di malam hari, makan dan minumlah kalian (sahur) hingga Ibnu Ummi Maktum
mengumandangkan azan.” Salim bin Abdullah berkata: “Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang laki-
laki buta, dia tidak mengumandangkan azan hingga dikatakan padanya: ‘Subuh telah tiba, subuh telah
tiba’.” (Sahih Bukhari, no. 582, Sahih Muslim, no. 1827, Sunan At-Tirmidzi, no. 187, hasan sahih, Sunan
An-Nasa’i, no. 633, Musnad Ahmad, no. 4323, Muwatha’ Malik, no. 148)
Dari Bilal bin Rabah bahawa dia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk azan solat Subuh,
lalu dikatakan kepadanya: “Beliau sedang tidur.” Maka bilal pun berkata: “As sholatu khairun minan
naum, as sholatu khairun minan naum (Solat itu lebih baik daripada tidur, solat itu lebih baik daripada
tidur).” Hingga lafaz itu ditetapkan untuk dikumandangkan pada azan Subuh.” (Sunan Ibnu Majah, no.
708, Sunan Ad-Darimi, no. 1166)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Ketika manusia sudah banyak (yang masuk Islam), ada yang
mengusulkan cara memberitahu masuknya waktu solat dengan sesuatu yang mereka boleh fahami.
Maka ada yang mengusulkan dengan menyalakan api dan ada juga yang mengusulkan dengan memukul
loceng. Lalu diperintahlah Bilal untuk mengumandangkan kalimah azan dengan genap (dua kali) dan
mengganjilkan iqamah (sekali).” (Sahih Bukhari, no. 571, Sahih Muslim, no. 570)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya manusia
mengetahui apa (kebaikan) yang terdapat pada azan dan saf pertama, mereka tidak akan
mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, mereka akan melakukannya. Dan seandainya mereka
mengetahui kebaikan yang terdapat dalam bersegera (ke masjid) melaksanakan solat (di awal waktu),
nescaya mereka akan berlumba-lumba. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan yang terdapat
pada solat Isyak dan Subuh, nescaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.”
(Sahih Bukhari, no. 580, Sahih Muslim, no. 661, Sunan An-Nasa’i, no. 537, Musnad Ahmad, no. 6928,
Muwatha’ Malik, no. 136)
Dari Al-Barra’ bin Azib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah dan para malaikat
mendoakan (orang-orang) yang berada di saf hadapan. Seorang muadzin akan diampuni sejauh
suaranya, dan setiap yang mendengarnya dari semua yang basah dan kering akan membenarkannya,
dan dia mendapat pahala seperti pahala orang yang ikut solat bersamanya.” (Sunan Nasa’i, no. 642,
Musnad Ahmad, no. 17774)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya mengucapkan selawat untuk orang orang yang berada di saf kanan.”
(Sunan Abu Daud, no. 578)
Dari Abu Umamah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah dan
para malaikat mendoakan saf pertama.” Mereka bertanya: “Dan saf kedua?” Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat mendoakan saf pertama.” Mereka bertanya: “Dan saf kedua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dan saf kedua?” Rasulullah bersabda: “Luruskan saf-
saf kalian, ratakan bahu-bahu kalian, bersikaplah lembut pada tangan-tangan saudara kalian dan
tutuplah celah-celah kalian kerana sesungguhnya syaitan menyelah di antara kalian seperti anak-anak
kambing kecil.” (Musnad Ahmad, no. 21233)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah
‘Azza Wa Jalla dan para malaikat-Nya ‘alaihimussalam berselawat kepada orang yang merapat saf dan
barangsiapa yang menutup barisan solat yang kosong, Allah mengangkat darjatnya.” (Musnad Ahmad,
no. 23446)
Dari Malik bin Al Huwairits, dia berkata: “Dua orang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, keduanya ingin melakukan suatu perjalanan (musafir). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu
bersabda: “Jika kalian berdua sudah keluar, maka (bila hendak solat) azan dan iqamahlah. Dan yang
menjadi imam hendaklah yang paling tua di antara kalian.” (Sahih Bukhari, no. 594, Sahih Muslim, no.
1081, Sunan Abu Daud, no. 498)
Dari Sa’ad bin Abu Waqas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
mendengar azan kemudian mengucapkan: ‘Aku juga bersaksi bahawa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah semata-mata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku juga bersaksi bahawa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku redha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan
Muhammad sebagai Nabi’, maka dosanya akan diampuni.” (Sunan Abu Daud, no. 441, Sunan Ibnu
Majah, no. 713, Musnad Ahmad, no. 1482)
Dari Abu Asy Sya’tsa, dia berkata: “Kami duduk-duduk bersama Abu Hurairah di dalam masjid, lalu
seorang muadzin mengumandangkan azan, dan ketika itu pula ada seorang laki-laki di dalam masjid
beridri kemudian keluar, sementara Abu Hurairah mengikutinya dengan pandangan mata. Setelah itu dia
berkata: “Orang ini telah menderhakai Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam (tidak menunaikan solat
pada waktu).” (Sahih Muslim, no. 1047, Sunan Abu Daud, no. 451, Sunan At-Tirmidzi, no. 188, hasan
sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 725, Sunan An-Nasa’i, no. 676, Musnad Ahmad, no. 8947)
Dari Uthman bin Affan bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
mendengarkan azan di masjid kemudian keluar (dari masjid) bukan kerana suatu hajat, dan dia tidak
ingin kembali lagi, maka dia adalah orang munafik.” (Sunan Ibnu Majah, no. 726)
Dari Ibnu Umar bahawa dia pernah mengumandangkan azan pada suatu hari yang dingin dan berangin.
Kemudian dia berkata: “Solatlah di tempat tinggal kalian.” Dia melanjutkan perkataannya: “Jika malam
sangat dingin dan hujan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan seorang muadzin untuk
mengucapkan: “Hendaklah kalian solat di tempat tinggal kalian.” (Sahih Bukhari, no. 626, Sahih Muslim,
no. 1125, Musnad Ahmad, no. 4352, Muwatha’ Malik, no. 143)
Dari Sa’id bin Musayyab, dia berkata: “Barangsiapa solat di sebidang tanah, nescaya malaikat solat di
sebelah kanan dan kirinya. Jika dia mengumandangkan azan dan iqamah, atau iqamah saja, nescaya
para Malaikat solat di belakangnya seperti gunung.” (Muwatha’ Malik, no. 146)
Dari Wahab bin Abdullah, dia berkata; “Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu
Bilal keluar dan azan. Dia (Bilal) memiringkan badannya ke kanan dan ke kiri.” (Sunan An-Nasa’i, no.
639)
Dari Abdullah bin Zaid, dia berkata: “Pada awalnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkehendak
cara panggilan solat, dan beliau menyuruh sahabatnya memukul kentongan (batang kayu/tabuh). Lalu
aku bermimpi. Aku melihat seseorang mengenakan dua kain hijau membawa kentongan. Lalu aku
bertanya: “Wahai hamba Allah, kamu menjual kentongan ini?” Dia bertanya: “Apa perlumu dengan
kentongan?” Aku menjawab: “Akan aku pergunakan untuk panggilan solat.” Dia lalu berkata: “Mahukah
engkau ku tunjukkan yang lebih baik dari itu?” Aku menjawab: “Apa itu?” Dia menjawab: “Ucapkanlah:
‘Allahu akbar Allahu akbar, Allahu akbar Allahu akbar – Asyhadu an laa ilaaha illallah, Asyhadu an laa
ilaaha illallah – Asyahadu anna Muhammadan Rasulullah, Asyahadu anna Muhammadan Rasulullah –
Hayya ‘alas sholaah, Hayya ‘alas sholaah – Hayya ‘alal falaah, Hayya ‘alal falaah – Allahu akbar Allahu
akbar -Laa ilaaha illallah’.” Lalu aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
mengkhabarkan perihal mimpiku kepada beliau. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun
bersabda: “Sesungguhnya sahabat kalian telah bermimpi, keluarlah ke masjid bersama Bilal, beritahulah
kepada Bilal dan hendaklah dia yang menyerukan hal itu, sebab suaranya lebih kuat daripada kamu.”
Maka aku keluar bersama Bilal menuju masjid, aku ceritakan mimpiku hingga dia menyerukannya. Dan
Umar Ibnu Al-Khattab mendengar suara itu hingga dia mendatangi Rasulullah seraya berkata: “Wahai
Rasulullah, Demi Allah aku juga bermimpi sebagaimana yang dia mimpikan!” (Sunan Abu Daud, no. 421,
Sunan Ibnu Majah, no. 698)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila solat telah
ditegakkan (iqamahnya), maka janganlah kalian mendatanginya dengan tergesa-gesa. Datangilah solat
dengan tenang. Solatlah pada rakaat yang kalian dapati. Dan sempurnakan yang kalian tertinggal.
Kerana salah seorang dari kalian dalam hitungan solat selama dia munuju solat.” (Sahih Muslim, no. 945,
Musnad Ahmad, no. 9550, Muwatha’ Malik, no. 137)
Dari As Sa’ib bin Yazid, dia berkata: “Pada mulanya azan pada hari Jumaat dikumandangkan ketika
imam sudah duduk di atas mimbar. Iaitu apa yang biasa dipraktikkan sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, Abu Bakar dan Umar radliallahu ‘anhum. Pada masa Khilafah Uthman bin Affan radliallahu
‘anhu ketika manusia sudah semakin banyak, maka pada hari Jumaat dia memerintahkan azan yang
ketiga. Sehingga dikumandangkanlah azan (ketiga) tersebut di Az Zaura (tempat tinggi di pasar
Madinah). Kemudian berlakulah urusan tersebut menjadi ketetapan.” (Sahih Bukhari, no. 865, Sunan Abu
Daud, no. 919, Sunan An-Nasa’i, no. 1375)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tertolak doa
antara azan dan iqamah.” (Sunan Abu Daud, no. 437, Sunan At-Tirmidzi, no. 196, hasan sahih, Musnad
Ahmad, no. 11755)
Dari Sahal bin Sa’ad bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua perkara yang tidak
ditolak atau jarang ditolak, iaitu berdoa ketika azan, dan (berdoa) ketika perang di saat sebahagian
mereka membunuh sebahagian yang lain.” (Sunan Abu Daud, no. 2178, Sunan Ad-Darimi, no. 1174)
Dari Tsa’labah bin Abu Malik Al Qurazhi dia mengkhabarkan bahawa mereka melaksanakan solat
Jumaat pada zaman Umar bin Khatthab ketika Umar telah keluar. Jika Umar telah keluar dan duduk di
atas mimbar, muadzin akan mengumandangkan azan. Kami masih duduk berbicara, jika muadzin telah
diam dan Umar berdiri berkhutbah, maka kami pun diam dan tidak ada seorang pun yang berbicara.”
Ibnu Syihab berkata: “Keluarnya imam menghentikan solat (sunat), dan khutbahnya menghentikan
perbicaraan.” (Muwatha’ Malik, no. 215)
Dari Mihjan bin Abi Mihjan bahawasanya dia pernah berada dalam majlis Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Lalu dikumandangkanlah azan solat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdiri
mengerjakan solat dan kembali. Sedangkan Mihjan masih berada di majlis dan tidak solat bersamanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apa yang menghalangimu solat bersama orang-orang?
Bukankah kamu seorang Muslim?” Mihjan menjawab: “Benar wahai Rasulullah! Tapi saya sudah solat
bersama keluargaku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kamu datang ke masjid,
maka solatlah bersama orang-orang walau sudah solat.” (Muwatha’ Malik, no. 272)
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq bahawa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membetulkan saf
perang Badar dengan anak panah beliau, lalu beliau melalui depan Sawad bin Ghaziyyah, salah seorang
sekutu Bani Ady bin An-Najjar. Ketika itu safnya tidak lurus, kemudian beliau memukulkan anak
panahnya ke perut Sawad lalu memerintahkan: “Luruskan barisanmu, hai Sawad!” Sawad pun berkata:
“Wahai Rasulullah, engkau telah menyakitiku, padahal engkau diutus Allah Taala dengan membawa
kebenaran dan keadilan. Berilah aku kesempatan untuk membalasmu (qisas)!” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyedari hal itu dan terus menyingkapkan bajunya seraya bersabda: “Silakan engkau
balas!” Sawad kemudian memeluk dan mencium perut Nabi. Beliau bertanya: “Apa yang mendorongmu
melakukan ini, wahai Sawad?” Sawad berkata: “Seperti yang engkau lihat ya Rasulullah, peperangan
hampir terjadi. Aku ingin agar pada saat akhir aku denganmu, kulitku bersentuhan dengan kulitmu.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mendoakan kebaikan untuk Sawad. (Al-Bidayah Wan
Nihayah, juz 4, hal. 271, karya Ibnu Katsir)
Dari Ubay bin Ka’ab, dia berkata: “Orang-orang musyrik berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Wahai Muhammad, sebutkan nasab Rabbmu kepada kami.” Maka Allah Tabaraka Wa Ta’ala
menurunkan firman-Nya: ‘(Katakanlah) Dialah Allah yang Maha Esa, Allah adalah Rabb yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun
yang setara dengan Dia’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3287, hasan, Musnad Ahmad, no. 20272)
Dari Abu Dzar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jibril menemuiku dan memberiku
khabar gembira, bahawasanya siapa saja yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apa pun, maka dia masuk syurga.” Maka saya bertanya: “Walaupun dia mencuri dan berzina?”
Nabi menjawab: “Walaupun dia mencuri dan juga berzina.” (Sahih Bukhari, no. 6933, Sahih Muslim, no.
137, Sunan At-Tirmidzi, no. 2568, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 20462)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Jibril berjanji akan datang mengunjungi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pada suatu waktu yang ditentukan. Ketika waktu itu telah tiba, Jibril tidak datang-datang.
Di tangan beliau ada sebuah tongkat, maka diletakkannya tongkat itu sambil berkata: “Allah dan Rasul-
Nya tidak mengingkari janji.” Beliau menoleh, tiba-tiba beliau melihat seekor anak anjing kecil di bawah
tempat tidur. Beliau bertanya: “Hai Aisyah! Sejak bila anak anjing itu masuk ke sana?” Aisyah menjawab:
“Demi Allah! Aku tidak tahu!” Rasulullah menyuruh anak anjing itu dikeluarkan. Maka datanglah Jibril.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Anda berjanji akan datang pada waktu yang telah
ditentukan. Aku telah menunggu-nunggu tetapi anda tak kunjung tiba.” Jibril menjawab: “Aku terhalang
oleh anjing dalam rumah anda. Kami (para Malaikat) tidak boleh masuk ke dalam rumah yang di situ ada
anjing dan gambar-gambar.” (Sahih Muslim, no. 3927)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jibril ‘alaihissalam datang
menemuiku dan berkata: “Malam tadi aku hendak datang untuk menemuimu, dan tidak ada yang
menghalangiku untuk masuk kecuali patung yang ada di atas pintu. Di dalam rumah juga ada kain tirai
nipis yang bergambar patung, serta terdapat anjing, maka perintahkanlah memotong kepala patung yang
berada di rumah hingga berbentuk pohon, dan perintahkanlah memotong tirai untuk dijadikan dua bantal
yang diduduki, dan perintahkanlah untuk mengeluarkan anjing.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pun melakukan saranan Jibril, namun tiba-tiba anjing milik Hasan atau Husain berada di bawah ranjang
(rak), maka beliau memerintahkan untuk mengeluarkan hingga ia pun dikeluarkan.” (Sunan Abu Daud,
no. 3627)
Dari Sa’ad bin Abu Waqas, dia berkata: “Di hari terjadinya perang Uhud, aku melihat dua orang
berpakaian serba putih. Masing-masing berada di kanan dan kiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
yang aku tidak pernah melihat keduanya sebelum dan sesudah itu. Mereka ialah Jibril dan Mikail
‘alaihissalam.” (Sahih Muslim, no. 4264)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jibril
‘alaihissalam: “Kenapa saya sama sekali tidak pernah melihat Mikail tersenyum?” Jibril menjawab: “Dia
tidak pernah tersenyum sejak Neraka dicipta.” (Musnad Ahmad, no. 12864)
Dari Rifa’ah bin Rafi, dia berkata: “Jibril ‘alaihissalam datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu
berkata: “Bagaimana penilaian anda terhadap para sahabat yang mengikuti perang Badar?” Beliau
menjawab: “Mereka adalah orang yang terbaik di antara kami.” Jibril ‘alaihissalam berkata: “Malaikat
yang mengikuti perang itu juga adalah malaikat-malaikat terpilih di antara kami.” (Sahih Bukhari, no.
3692, Sunan Ibnu Majah, no. 156, Musnad Ahmad, no. 15260)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami, agar mengubah bukit Safa menjadi emas maka kami akan
beriman kepadamu.” Beliau bersabda: “Sungguh kalian akan melakukannya (beriman)?” Mereka
menjawab: “Ya.” Maka beliau berdoa lalu datanglah Jibril dan dia berkata: “Sesungguhnya Tuhanmu
‘Azza Wajalla menyampaikan salam untukmu dan Dia berfirman: ‘Jika engkau menghendaki, maka bukit
Safa akan berubah menjadi emas untuk mereka. Namun siapa saja di antara mereka yang kafir setelah
itu, Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang belum pernah Aku siksakan kepada seorang pun di
alam semesta ini. Dan jika engkau menghendaki (sebaliknya), Aku akan membukakan pintu taubat dan
rahmat untuk mereka’.” Beliau bersabda: “Bahkan pintu taubat dan rahmat-Mu (yang aku kehendaki).”
(Musnad Ahmad, no. 2058, no. 3054)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Jibril pernah duduk di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu dia
melihat ke langit dan dengan mendadak ada malaikat yang turun dari langit. Maka Jibril pun berkata:
“Sesungguhnya malaikat ini belum pernah turun sejak diciptakan beberapa ketika yang lalu.” Kemudian
ketika dia turun, dia berkata: “Wahai Muhammad, Rabbmu telah mengutusku kepadamu. Apakah kamu
ingin Rabbmu menjadikanmu seorang Raja dan seorang Nabi atau seorang hamba dan seorang utusan.”
Lalu Jibril menyela: “Bertawadhu’lah kamu kepada Rabbmu wahai Muhammad.” Maka beliau berkata:
“Seorang hamba dan seorang utusan.” (Musnad Ahmad, no. 6863)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Sa’ad bin Mu’adz terluka pada perang Khandaq kerana
panahan dari seorang Quraisy bernama Hibban bin Ariqah. Dia memanahnya tepat mengenai urat bahu
Sa’ad. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membuatkan khemah dekat masjid supaya mudah
menjenguknya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dari perang Khandaq, beliau
meletakkan senjata lalu mandi, lalu Malaikat Jibril ‘alaihissalam datang menemui beliau sambil
mengibaskan debu dari kepalanya dan berkata: “Apakah anda hendak meletakkan senjata? Demi Allah,
kami tidak akan meletakkannya. Keluarlah anda (untuk menyerbu) mereka.” Beliau bertanya: “Ke mana?”
Jibril ‘alaihissalam memberi isyarat (untuk menyerbu) Bani Quraizah. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berangkat untuk menyerbu mereka. Akhirnya Bani Quraizah sepakat tunduk pada hukum
beliau. Namun beliau menyerahkannya kepada Sa’ad. Sa’ad lalu berkata: “Aku akan memutuskan
(hukuman) kepada mereka, agar tuan membunuh para tentera perang mereka dan menawan wanita dan
anak-anak mereka serta membahagi-bahagikan harta mereka.” Kemudian Sa’ad berdoa: “Ya Allah,
sesungguhnya Engkau mengetahui bahawa tidak ada yang lebih aku cintai untuk berjihad (berperang) di
jalan-Mu selain memerangi kaum yang mendustakan Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah
mengusir beliau. Ya Allah, aku mengira bahawa Engkau telah menghentikan perang antara kami dan
mereka. Seandainya masih ada perang melawan Quraisy, panjangkanlah umurku supaya aku dapat
berjihad melawan mereka di jalan-Mu. Sekiranya memang benar Engkau telah menghentikan perang,
pancutkanlah lukaku ini dan matikanlah aku kerananya.” Maka memancutlah darah dari dadanya. Dan
tidak ada yang menghairankan mereka ketika di masjid di dalam khemah Bani Ghifar kecuali darah yang
mengalir. Mereka berkata: “Wahai penghuni khemah, apakah yang datang kepada kami ini (darah) dari
arah kalian?” Ternyata luka Sa’ad menyemburkan darah lalu dia meninggal kerana lukanya itu. Semoga
Allah meridhainya.” (Sahih Bukhari, no. 3813)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada malam aku
diisra’kan, aku melihat di atas pintu syurga tertulis ‘Sedekah akan dikalikan menjadi sepuluh kali ganda,
dan memberi pinjaman dengan lapan belas kali ganda’. Maka aku pun bertanya: “Wahai Jibril, apa
sebabnya memberi hutang lebih utama berbanding sedekah?” Jibril menjawab: “Kerana ketika seseorang
meminta sedekah, (kadangkala) dia masih memiliki (harta), sementara orang yang meminta pinjaman, dia
tidak meminta pinjaman kecuali kerana ada keperluan.” (Sunan Ibnu Majah, no. 2422)
Dari Yahya bin Sa’id, dia berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diisra’kan, beliau melihat
Ifrit dari golongan jin mengikutinya dengan membawa sebuah obor api. Setiap kali menoleh, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melihatnya. Maka Jibril berkata: “Mahukah aku ajarkan kepadamu beberapa
ayat yang jika engkau membacanya, maka apinya akan padam dan ia akan jatuh tersungkur pada
mulutnya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ya.” Maka Jibril pun berkata: “Bacalah:
‘Aku berlindung dengan wajah Allah Yang Maha Mulia dan dengan kalimah-Nya yang sempurna, yang
tidak dilampaui seorang yang baik mahupun pendosa, dari kejahatan yang turun dari langit mahupun
kejahatan yang naik ke arahnya, dan kejahatan yang tertanam di dalam bumi dan yang keluar darinya,
dari fitnah malam dan siang, dan dari bencana malam mahupun siang kecuali bencana yang
mendatangkan kebaikan, wahai Zat Yang Maha Pengasih’.” (Muwatha’ Malik, no. 1497)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah
Tabaraka wa Ta’ala jika mencintai seseorang, Dia memanggil Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku
mencintai si fulan maka cintailah dia’, sehingga Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril memanggil
seluruh penghuni langit seraya berseru: ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia’, maka
penghuni langit pun mencintainya, sehingga orang tersebut diterima oleh penduduk bumi.” (Sahih
Bukhari, no. 6931)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika diisra’kan, beliau diberi Buraq
yang lengkap dengan tali (kendali) dan pelana, tetapi ia (Buraq) mempersulitkan beliau (tidak mahu
ditunggangi) lalu Jibril berkata padanya: “Patutkah kamu lakukan ini pada Muhammad, padahal belum
ada yang menunggangimu yang lebih mulia disisi Allah ‘Azza Wajalla selain Muhammad?” Lalu
mengalirlah peluhnya.” (Sunan Tirmidzi 3056, hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 12211)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika malam aku
diisra’kan, aku melalui suatu kaum yang lidahnya dipotong-potong dengan gunting dari api. Aku bertanya:
“Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Dia menjawab: “Mereka adalah juru dakwah (khatib) bagi ummatmu,
mereka memerintahkan orang-orang untuk berbuat kebaikan namun melupakan diri mereka sendiri
padahal mereka membaca kitab. Tidakkah mereka berakal?” (Musnad Ahmad, no. 12940, no. 13027)
Dari Ali bin Husain bin Ali bin Abi Talib, dia berkata kepada Muhammad bin Amru bin Atha’: “Nama Jibril
‘alaihissalam adalah Abdullah dan nama Mikail ‘alaihissalam adalah Ubaidullah.” (Musnad Ahmad, no.
19316)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melaknat
seorang Muslim sebagai pembalasan laknat yang didengarinya, beliau juga tidak pernah membalas
dendam untuk kepentingan dirinya selain kerana alasan batasan-batasan Allah ‘Azza Wa Jalla dilanggar,
beliau juga tidak pernah sama sekali tangannya memukul sesuatu kecuali di jalan Allah, beliau juga tidak
pernah diminta sesuatu lalu dia menolaknya kecuali kerana beliau diminta untuk berbuat dosa, kerana
beliau adalah orang yang paling jauh dari hal itu, dan tidaklah beliau diberi antara dua pilihan kecuali
beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya. Dan, apabila beliau baru saja bertemu dengan
Jibril yang mengajarinya, maka beliau adalah orang yang paling dermawan, melebihi angin yang
berhembus.” (Musnad Ahmad, no. 23837)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah melaknat khamar (arak),
peminumnya, penuangkannya, orang yang minta dituangkannya, penjualnya, pembelinya, pemerahnya,
orang yang minta diperahkannya, orang yang membawanya dan orang yang minta dibawakan
kepadanya.” (Sunan Abu Daud, no. 3189, Musnad Ahmad, no. 2747)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa dia pernah bertanya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apakah beliau pernah mengalami peristiwa yang lebih berat
dari kejadian perang Uhud?” Beliau menjawab: “Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu.
Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika
peristiwa Al-Aqabah, ketika aku mendatangi Ibnu Abdi Yalil bin Abdu Kulal agar membantuku namun dia
tidak mahu memenuhi keinginanku hingga akhirnya aku pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak
menjadi tenang hingga berada berada di Qarnu At-Tsa’aalib (Qarnu Al-Manazil). Aku mendongakkan
kepalaku ternyata aku berada di bawah awan yang menaungiku lalu aku melihat ke arah sana dan
ternyata ada malaikat Jibril yang kemudian memanggilku seraya berkata: “Sesungguhnya Allah
mendengar ucapan kaummu kepadamu dan apa yang mereka timpakan kepadamu. Dan Allah telah
mengirim kepadamu malaikat gunung yang siap diperintah apa saja sesuai kehendakmu.” Maka malaikat
gunung berseru dan memberi salam kepadaku kemudian berkata: “Wahai Muhammad. Apa yang kamu
inginkan katakanlah. Jika kamu kehendaki, aku timpakan kepada mereka dua gunung ini.” Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak. Bahkan aku berharap Allah akan memunculkan dari anak
keturunan mereka orang yang menyembah Allah satu-satunya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun.” (Sahih Bukhari, no. 2992, Sahih Muslim, no. 3352)
Dari Samrah bin Jundab bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku bermimpi pada suatu
malam, ada dua laki-laki yang datang kepadaku. Keduanya berkata: “Malaikat yang menyalakan api
adalah Malik sebagai penunggu Neraka sedangkan aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail.” (Sahih
Bukhari, no. 2997)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu Uthman di depan pintu masjid,
kemudian beliau bersabda: “Wahai Uthman, ini adalah Jibril, dia mengkhabarkan kepadaku bahawa Allah
telah menikahkanmu dengan Ummu Kultsum dengan mahar seperti yang diberikan kepada Ruqayyah
dan sebagaimana kamu hidup bersamanya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 107)
Dari Talhah bin Ubaidillah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak sehari pun
syaitan terlihat lebih kerdil, lebih buruk, lebih hina, dan lebih marah kecuali pada hari Arafah. Hal itu
kerana dia melihat turunnya rahmat Allah dan terhapusnya dosa-dosa besar kecuali apa yang
diperlihatkan pada hari Badar.” Ada yang bertanya: “Apa yang syaitan lihat pada hari Badar, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dia telah melihat Jibril sedang mengatur barisan para Malaikat.”
(Muwatha’ Malik, no. 840)
Dari Abu Mas’ud bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca dua
ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada suatu malam, nescaya kedua ayat itu akan mencukupinya.” Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu bercerita: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menugaskanku
untuk menjaga harta zakat. Lalu pada suatu hari ada seseorang yang menyusup hendak mengambil
makanan, maka aku pun menyergahnya seraya berkata: “Aku benar-benar akan menyerahkanmu
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Lalu dia berkata: “Jika kamu hendak masuk ke tempat
tidur maka bacalah ayat Kursi, nescaya Allah akan sentiasa menjagamu dan syaitan tidak akan
mendekatimu hingga pagi.” Maka perkara itu disampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
beliau bersabda: “Dia telah berkata benar padamu, padahal dia adalah pendusta. Si penyusup tadi
sebenarnya adalah syaitan.” (Sahih Bukhari, no. 4624)
Dari Abu Ayyub Al-Ansari bahawa dia memiliki rak berisi kurma. Kemudian ada syaitan datang dan
mengambilnya, lalu dia mengadukan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau
bersabda: “Pergilah, bila kau melihatnya, ucapkanlah ‘Bismillah’, turutilah Rasulullah.” Lalu Abu Ayyub
menangkapnya, syaitan itu bersumpah tidak akan kembali. Akhirnya Abu Ayyub melepasnya lalu dia
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bertanya: “Apa yang dilakukan tawananmu?” Abu
Ayyub menjawab: “Dia bersumpah tidak akan kembali.” Beliau bersabda: “Ia dusta, memang ia terbiasa
berdusta.” Abu Ayyub lalu menangkap yang kedua kalinya, syaitan itu pun bersumpah untuk tidak
kembali lagi, lantas Abu Ayyub melepasnya. Setelah itu Abu Ayyub datang menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bersabda: “Apa yang dilakukan tawananmu?” Abu Ayyub
menjawab: “Dia bersumpah untuk tidak kembali.” Beliau bersabda: “Ia dusta, memang ia terbiasa
berdusta.” Setelah itu Abu Ayyub menangkapnya lagi kali ketiga, lalu berkata: “Aku tidak akan
melepaskanmu hingga aku membawamu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” Syaitan itu berkata:
“Aku ajarkan padamu tentang sesuatu, iaitu ayat Kursi, bacalah ayat Kursi di rumahmu, nescaya syaitan
tidak akan mendekatimu dan tidak juga yang lainnya.” Abu Ayyub pun menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan beliau bertanya: “Apa yang dilakukan tawananmu?” Lalu Abu Ayyub memberitahukan apa
yang diucapkan syaitan itu, maka beliau bersabda: “Ia benar walaupun sebenarnya ia pendusta.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 2805, hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 22488)
Dari Al-Barra’ bin Azib, dia berkata: “Seorang laki-laki membaca surah Al-Kahfi, sementara di sisinya
terdapat seekor kuda yang terikat dengan dua tali. Tiba-tiba dia dinaungi oleh gumpalan awan (kabut).
Kabut itu mendekat dan semakin mendekat sehingga membuat kudanya ingin lari. Ketika waktu pagi
datang, laki-laki itu pun mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan kejadian yang
dialaminya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu adalah As-Sakinah (ketenangan) yang
turun kerana (pembaca) Al-Quran.” (Sahih Bukhari, no. 4625, Sahih Muslim, no. 1325, Musnad Ahmad,
no. 17851)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dia berkata: “Pada suatu malam, Usaid bin Hudhair membaca (surah Al-
Baqarah) di tempat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya meronta-ronta. Dia membaca lagi, dan kuda
itu pun meronta-ronta lagi. Kemudian dia membaca lagi, dan kuda itu meronta-ronta kembali. Usaid
berkata: “Saya khuatir kuda itu akan memijak Yahya, maka aku pun menghampirinya. Ternyata (aku
melihat) sepertinya ada Zhullah (sesuatu yang menaungi) di atas kepalaku, di dalamnya terdapat cahaya
yang menjulang ke angkasa hingga aku tidak lagi melihatnya. Maka pada pagi harinya, aku menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, semalam saya membaca (Al-
Quran) di tempat penambatan kudaku namun tiba-tiba kudaku meronta-ronta.” Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Teruskan membaca wahai Ibnu Hudhair.” Ibnu Hudlair berkata:
“Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meronta-ronta kembali.” Beliau bersabda:
“Teruskan membaca wahai Ibnu Hudhair.” Ibnu Hudlair berkata: “Kemudian aku pun membacanya lagi,
dan kuda itu juga meloncat kembali.” Beliau bersabda lagi: “Teruskan membaca wahai Ibnu Hudhair.”
Ibnu Hudlair berkata: “Maka sesudah itu, akhirnya saya beranjak. Ketika itu Yahya (anakku) ada
berdekatan dengan kuda, maka saya khuatir kuda itu akan memijaknya. Kemudian saya melihat sesuatu
seperti Zhullah (sesuatu yang menaungi) yang di dalamnya terdapat cahaya yang naik ke atas angkasa
hingga saya tidak lagi melihatnya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Itu
adalah Malaikat yang sedang mendengarkan bacaanmu, sekiranya kamu terus membaca, nescaya pada
pagi harinya manusia akan melihatnya dan Malaikat itu tidak akan terhijab dari pandangan mereka.”
(Sahih Muslim, no. 1327, Musnad Ahmad, no. 11341)
Dari Abu Musa radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Wahai
Abu Musa, sesungguhnya kamu telah diberi Mizmar (seruling, yakni suara yang merdu) dari Mazaamir
(serulingnya) keluarga Daud (Nabi Daud).” (Sahih Bukhari, no. 4660, Sunan At-Tirmidzi, no. 3790, hasan
sahih)
Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata: “Barangsiapa yang membaca empat ayat dari awal surah Al-Baqarah, ayat
Kursi, dua ayat setelahnya dan tiga ayat terakhir dari surah Al-Baqarah, maka tidak ada satu syaitan pun
yang mendekati dirinya dan keluarganya pada hari itu, serta tidak ada pula sesuatu pun yang dia benci
(mendatangkan mudarat baginya). Tidaklah dibacakan ayat-ayat tersebut kepada orang gila, kecuali dia
pasti sembuh.” (Sunan Ad-Darimi, no. 3249)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian
menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya syaitan tidak memasuki rumah yang
dibacakan di dalamnya surah Al-Baqarah.” (Sahih Muslim, no. 1300, Sunan At-Tirmidzi, no. 2802, hasan
sahih, Musnad Ahmad, no. 7487)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Jika seorang Muslim telah berusia empat puluh tahun, Allah akan
menyelamatkannya dari segala bentuk musibah, baik penyakit gila mahu pun kusta. Jika dia berusia lima
puluh tahun, Allah akan mempermudahkan hisabnya. Jika dia berusia enam puluh tahun, Allah akan
menganugerahkannya kecintaan untuk bertaubat. Jika dia berumur tujuh puluh tahun, Allah akan
mencintainya dan dia juga dicintai penduduk langit. Jika dia berumur lapan puluh tahun, Allah akan
menerima amal kebajikannya dan dihapuskan keburukan-keburukannya. Jika dia berumur sembilan
puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, dia dijoloki
(dengan nama) tahanan Allah di muka bumi, dan dia diperbolehkan memberi syafaat untuk keluarganya.”
(Musnad Ahmad, no. 5369)
Dari Abbas bin Abdul Muttalib, dia berkata: “Wahai Rasulullah, apakah anda dapat memberi manfaat
kepada Abu Talib, kerana dia telah mengasuhmu (iaitu menolong, menjaga, memenuhi segala keperluan)
dan marah kepada musuhmu demi keselamatanmu?” Beliau menjawab: “Ya, dia berada di tepian neraka,
dan kalaulah bukan kerana diriku, nescaya dia akan berada di dasar neraka.” (Sahih Bukhari, no. 5740,
Sahih Muslim, no. 308)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah disebutkan disisinya
tentang pakciknya, Abu Talib. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semoga syafaatku
dapat menolongnya pada hari Kiamat sehingga dia diletakkan di dalam Neraka yang paling atas, apinya
mencapai mata kakinya yang membuat otaknya mendidih.” (Sahih Bukhari, no. 6079, Sahih Muslim, no.
310, Musnad Ahmad, no. 10636)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saya mendatangi pintu
syurga pada hari Kiamat, lalu saya meminta dibukakannya. Lalu seorang penjaga (Malaikat) bertanya:
“Siapa kamu?” Maka aku menjawab: “Muhammad.” Lalu ia berkata: “Khusus untukmu, aku diperintahkan
untuk tidak membukakan pintu untuk siapa pun, sebelum kamu masuk.” (Sahih Muslim, no. 292, Musnad
Ahmad, no. 11948)
Dari Abdullah bin Qais bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua buah syurga yang
perabotnya dan segala isi kandungannya terbuat dari perak dan dua buah syurga yang perabotnya dan
segala isi kandungannya terbuat dari emas. Tidak ada yang menghalangi ahli syurga untuk memandang
Rabb mereka selain hijab keagungan pada wajah-Nya di Syurga Adn.” (Sahih Bukhari, no. 4500, Sahih
Muslim, no. 265, Sunan At-Tirmidzi, no. 2451, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 182)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa sekelompok manusia pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah kami akan melihat Rabb kami pada Hari Kiamat?” Beliau
menjawab: “Apakah kalian menghadapi kesulitan melihat matahari di siang hari yang terang tanpa
awan?” Mereka menjawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Beliau pun bersabda: “Apakah kalian menghadapi
kesulitan melihat bulan di malam purnama yang tidak ada awannya?” Mereka menjawab: “Tidak.” Lalu
beliau bersabda: “Tidaklah kalian akan menghadapi kesulitan dalam melihat Rabb kalian, melainkan
sebagaimana kalian (tidak) menghadapi kesulitan dalam melihat salah satu dari keduanya. Pada hari
Kiamat, seorang penyeru akan menyeru: ‘Hendaklah setiap umat mengikuti sesuatu yang dahulu mereka
sembah’, hingga tidaklah ada seorang pun yang menyembah selain Allah berupa berhala dan patung
melainkan mereka akan terjerumus ke dalam neraka, hingga tidak ada yang tertinggal seorang pun
kecuali orang yang menyembah Allah, sama ada orang itu baik atau buruk, dan Ahli Kitab. Lalu orang
Yahudi dipanggil dan ditanyakan kepada mereka: ‘Apa yang dahulu kalian sembah?’ Mereka menjawab:
‘Kami dahulu menyembah Uzair, putera Allah.’ Maka dikatakan: ‘Kalian telah berdusta, Allah tidak
menjadikan isteri dan anak. Lalu apa yang kalian inginkan?’ Mereka menjawab: ‘Kami haus wahai Rabb
kami, maka berilah kami minum.’ Lalu mereka diberi isyarat pada sesuatu yang membuat mereka hilang
dahaganya, mereka kemudian dihalau hingga ke neraka, seakan-akan fatamorgana, sebahagian
memukul sebahagian yang lain, lalu mereka terjerumus ke dalam neraka. Kemudian kaum Nasrani
dipanggil, lalu mereka ditanya: ‘Apa yang dahulu kalian sembah?’ Mereka menjawab: ‘Kami dahulu
menyembah al-Masih, putera Allah.’ Lalu dikatakan kepada mereka: ‘Kalian telah berbohong. Allah tidak
mengambil isteri dan anak.’ Maka dikatakan kepada mereka: ‘Apa yang kalian inginkan?’ Mereka
menjawab: ‘Kami haus wahai Rabb kami, berilah kami minum.’ Lalu diisyaratkan kepada mereka:
‘Tidakkah kalian mahu minum?’ Dan mereka dikumpulkan di neraka Jahannam, seakan-akan neraka
tersebut fatamorgana yang mana sebahagian mereka memukul sebahagian yang lain, lalu jatuh ke dalam
neraka, hingga tidak tertinggal melainkan orang yang menyembah Allah dari kalangan orang baik dan
orang fajir. Allah lalu mendatangi mereka dalam bentuk yang paling ringan yang dapat mereka lihat. Allah
berfirman: “Apa yang kalian tunggu, padahal setiap ummat mengikuti apa yang mereka sembah?”
Mereka berkata: “wahai Rabb kami, kami memisahkan diri dari manusia di dunia ketika kami memerlukan
apa yang kami inginkan kepada mereka, akan tetapi kami tidak berteman dengan mereka.” Maka Allah
berfirman: “Aku adalah Rabb kalian.” Maka mereka berkata: “Kami berlindung kepada Allah dari-Mu, kami
tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.” Mereka ucapkan dua kali atau tiga kali, sehingga
sebahagian mereka hampir-hampir berbalik, maka Allah bertanya: “Apakah di antara kalian dan Dia
mempunyai tanda-tanda, yang dapat kalian kenal dengan tanda-tanda itu?” Mereka menjawab: “Ya”,
maka disingkaplah betis-Nya, sehingga tidak tertinggal orang yang sebelumnya bersujud kepada Allah
dari dalam dirinya (ikhlas) kecuali Allah izinkan baginya untuk bersujud. Dan tidak tertinggal orang yang
sebelumnya bersujud kerana ego dan riya’ kecuali Allah jadikan punggungnya menjadi satu lipatan,
setiap kali hendak bersujud maka dia tersungkur di atas tengkuknya. Kemudian mereka mengangkat
kepala mereka dan Allah telah berubah ke bentuk yang dapat mereka lihat pertama kalinya. Allah
berfirman: “Aku adalah Rabb kalian.” Maka mereka berkata: “Engkau Rabb kami.” Kemudian
dibentangkan jambatan di atas Jahannam, dan berlakulah syafaat pada ketika itu. Mereka berkata: “Ya
Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.” Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jambatan itu?”
Beliau menjawab: “Tempat yang licin yang dapat menggelincirkan, di sana terdapat besi-besi pencakar,
besi-besi pengait dan duri besi yang terbuat dari pohon-pohon berduri. Maka orang-orang Mukmin akan
melaluinya seperti kerdipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti burung, seperti kuda-kuda yang
berlari kencang dan haiwan tunggangan. Maka orang Muslim akan ada yang selamat, ada yang terkoyak-
koyak tertunda dan ada yang terlempar ke dalam neraka Jahannam. Sehingga ketika orang-orang
Mukmin terbebas dari neraka, maka demi Zat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang
dari kalian yang begitu gigih memohon kepada Allah di dalam menuntut al-haq pada hari Kiamat untuk
saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka, mereka berseru: Wahai Rabb kami, mereka selalu
berpuasa bersama kami, solat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada
mereka: “Keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam
kerana dipanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah
dimakan neraka hingga pada pertengahan betisnya dan hingga kedua lututnya. Kemudian mereka
berkata: “Wahai Rabb kami, tidak tertinggal lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada
kami.” Kemudian Allah berfirman: “Kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan di dalam
hatinya kebaikan seberat dinar, maka keluarkanlah dia.” Mereka pun mengeluarkan jumlah yang begitu
banyak, kemudian mereka berkata: “Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan di dalamnya seorang
pun yang telah Engkau perintahkan kepada kami.” Kemudian Allah berfirman: “Kembalilah kalian, maka
barangsiapa yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah
dia.” Maka mereka pun mengeluarkan jumlah yang banyak. Kemudian mereka berkata lagi: “Wahai Rabb
kami, kami tidak meninggalkan di dalamnya seorang pun yang telah Engkau perintahkan kepada kami.”
Kemudian Allah berfirman: “Kembalilah kalian, maka siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya
kebaikan seberat biji jagung, keluarkanlah.” Maka mereka pun kembali mengeluarkan jumlah yang begitu
banyak. Kemudian mereka berkata: “Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan di dalamnya kebaikan
sama sekali.” Abu Sa’id al Khudri berkata: “Jika kalian tidak mempercayai hadith ini silakan kalian baca
ayat: ‘Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan
sebesar zarah, nescaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang
besar (An-Nisa’:40)’.” Allah kemudian berfirman: “Para Malaikat, Nabi dan orang-orang yang beriman
telah memberi syafaat, sekarang yang belum memberikan syafaat adalah Zat Yang Maha Pengasih.”
Kemudian Allah menggenggam satu genggaman dari dalam neraka, dari dalam tersebut Allah
mengeluarkan suatu kaum yang sama sekali tidak melakukan kebaikan, dan mereka pun sudah
berbentuk seperti arang hitam. Allah kemudian melemparkan mereka ke dalam sungai di depan syurga
yang disebut dengan sungai kehidupan. Mereka kemudian keluar dari dalam sungai seperti biji yang
tumbuh di aliran sungai, tidaklah kalian lihat ia tumbuh (meluas) di batuan atau pohonan mengejar (sinar)
matahari. Kemudian mereka (yang tumbuh seperti biji) ada yang berwarna kekuningan dan kehijauan,
sementara yang berada di bawah bayangan akan berwarna putih. Mereka kemudian keluar seperti
mutiara, sementara di lutut-lutut mereka terdapat cincin yang telah diketahui oleh penduduk syurga. Dan
mereka adalah orang-orang yang telah Allah merdekakan dan Allah masukkan ke dalam syurga tanpa
dengan amalan dan kebaikan sama sekali. Allah kemudian berkata: “Masuklah kalian ke dalam syurga.
Apa yang kalian lihat maka itu akan kalian miliki.” Mereka pun menjawab: “Wahai Rabb kami, sungguh
Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang
pun dari penduduk bumi.” Allah kemudian berkata: “(Bahkan) apa yang telah Kami siapkan untuk kalian
lebih baik dari ini semua.” Mereka kembali berkata: “Wahai Rabb, apa yang lebih baik dari ini semua?”
Allah menjawab: “Redha-Ku, selamanya Aku tidak akan pernah murka kepada kalian.” (Sahih Muslim, no.
269)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang
pun dari kalian melainkan dikuasai satu Qarin (pendamping) dari kalangan jin dan malaikat.” Mereka
bertanya: “Kepada engkau juga, wahai Rasulullah??” Beliau menjawab: “Aku juga, tetapi Allah
membantuku mengalahkannya lalu dia masuk Islam, hingga dia tidak menyuruhku selain terhadap
kebenaran.” (Sahih Muslim, no. 5034, Musnad Ahmad, no. 4160)
Dari Urwah bin Az-Zubair, dia menceritakan bahawa Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
menceritakan kepadanya: “Rasulullah keluar dari kediamannya pada suatu malam. Aku merasa cemburu
pada beliau, lalu beliau datang dan melihat yang aku lakukan.” Beliau bertanya: “Kamu kenapa, wahai
Aisyah?” Aku menjawab: “Mengapa orang sepertiku tidak cemburu terhadap orang seperti tuan?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa syaitanmu (Qarin) mendatangimu?” Aisyah
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah ada syaitan (Qarin) menyertaiku? Beliau menjawab: “Ya.” Aisyah
bertanya: “Juga menyertai semua manusia?” Beliau menjawab: “Ya.” Aku bertanya: “Menyertai tuan
juga?” Beliau menjawab: “Ya, tetapi Rabbku menolongku mengalahkannya hingga dia masuk Islam.”
(Sahih Muslim, no. 5035, Musnad Ahmad, no. 23701)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku dilebihkan daripada Nabi Adam ‘alaihissalam
dengan dua perkara, iaitu yang pertama syaitanku (Qarin) kafir lalu Allah menolong aku sehingga dia
masuk Islam. Kedua, para isteriku membantu akan aku berbuat kebenaran. Tetapi syaitan (Qarin) Nabi
Adam tetap kafir dan isterinya (Hawa) membantu dia membuat kesalahan (di syurga).” (Riwayat Al-
Baihaqi)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak
bermusafir, maka beliau pun mengundi para isterinya. Pada suatu ketika, undian tersebut jatuh kepada
Aisyah dan Hafsah. Akhirnya kami pun bertiga pergi bersama-sama. Ketika malam tiba, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam biasanya menempuh perjalanan bersamaku sambil berbincang-bincang
dengannya. Hingga suatu ketika Hafsah berkata kepadaku: “Hai Aisyah, bagaimana jika malam ini kamu
mengenderai untaku dan aku mengenderai untamu? Setelah itu, kita akan memperhatikan apa yang
akan terjadi nanti.” Aku menjawab: “Baiklah!” Lalu Aisyah mengenderai unta milik Hafsah dan Hafsah
sendiri mengenderai unta milikku. Tak lama kemudian Rasulullah mendatangi unta milikku yang kini
dikenderai Hafsah. Rasulullah mengucapkan salam kepadanya dan menempuh perjalanan bersamanya
hingga mereka singgah di suatu tempat. Sementara itu, aku merasa kehilangan Rasulullah hingga aku
merasa cemburu. Oleh kerana itu, ketika kami singgah di suatu tempat, maka aku menhulurkan kedua
kakiku di antara pohon izkhir sambil berkata: “Ya Allah perintahkanlah kala jengking atau ular untuk
menggigitku, kerana aku tidak kuasa untuk mengatakan sesuatu kepada Rasul-Mu.” (Sahih Bukhari, no.
4810, Sahih Muslim, no. 4477)
Dari Zainab binti Jahsy bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bangun tidur dan beliau mengucapkan:
“Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab kerana keburukan yang semakin hampir, ketika ini benteng
penghalang Yakjuj dan Makjuj telah terbuka seperti ini.” Nabi melingkarkan jari telunjuk dan ibu jarinya.
Aku (Zainab) bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita akan dibinasakan sementara di tengah-tengah
kami ada orang-orang soleh?” Beliau menjawab: “Ya, bila kemaksiatan telah bermaharajalela
(menyebar).” (Sahih Bukhari, no. 6602, Sahih Muslim, no. 5129, Sunan At-Tirmidzi, no. 2113, hasan
sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 3943, Musnad Ahmad, no. 26146)
Dari Abu Said Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Tabaraka Wa
Ta’ala berfirman kepada penghuni syurga: “Wahai penghuni syurga!” Mereka menjawab: “Baik, dan kami
penuhi panggilan-Mu dan seluruh kebaikan berada di tangan-Mu!” Allah berfirman: “Apakah kalian telah
puas?” mereka menjawab: “Bagaimana mungkin kami tidak puas, sementara Engkau telah memberi kami
sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu.” Maka Allah
berfirman: “Sekarang Aku beri kalian suatu yang lebih utama daripada itu.” Penghuni syurga bertanya:
“Wahai Rabb, apa yang lebih utama dari kesemuanya?” Allah berfirman: “Aku halalkan keredhaan-Ku
untuk kalian, dan Aku tidak murka kepada kalian selama-lamanya.” (Sahih Bukhari, no. 6067, no. 6964,
Sahih Muslim, no. 5057, Sunan At-Tirmidzi, no. 2478, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 11408)
Dari Mughirah bin Syu’bah, dia bercerita bahawa Sa’ad bin Ubadah berkata: “Kalaulah kulihat seorang
laki-laki bersama isteriku, nescaya aku penggal dia dengan pedang di bahagian mata pedangnya, bukan
dengan hulunya.” Berita ini kemudian terdengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga
beliau bersabda: “Adakah kalian merasa hairan dengan kecemburuan Sa’ad? Demi Allah, sungguh aku
lebih cemburu daripada dia, dan Allah lebih cemburu daripada aku, dan kerana kecemburuan Allah itulah
Allah mengharamkan segala kejahatan, baik yang nampak mahupun yang tersembunyi. Dan tidak ada
seorang pun yang lebih suka terhadap peringatan daripada Allah, kerana itulah Allah mengutus para
Rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan tak ada seorang pun yang lebih
menyukai pujian daripada Allah, kerana itulah Allah menjanjikan syurga.” (Sahih Bukhari, no. 6866, Sahih
Muslim, no. 2755, Mussnad Ahmad, no. 17464, Sunan Ad-Darimi, no. 2130)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika penghuni syurga telah
memasuki syurga, dan penghuni neraka telah memasuki neraka, didatangkan kematian dan diletakkan di
antara syurga dan neraka, lantas ia disembelih. Kemudian ada suara menyeru: ‘Hai penghuni syurga,
sekarang tidak ada lagi kematian. Hai penghuni neraka, sekarang tak ada lagi kematian.’ Maka penghuni
syurga bertambah gembira sedangkan penghuni neraka menjadi sangat sedih.” (Sahih Bukhari, no. 6066,
Sahih Muslim, no. 5089, Musnad Ahmad, no. 5721, no. 5750, no. 8179, no. 8556, no. 10644)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah
memiliki malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan, dan mencari-cari majlis zikir. Jika mereka
mendapati suatu kaum yang berzikir kepada Allah, mereka saling memanggil: “Kemarilah terhadap apa
yang kalian cari.” Lalu mereka pun datang seraya menaungi kaum tersebut dengan sayapnya sehingga
memenuhi langit bumi. Maka Rabb mereka bertanya padahal Dia lebih tahu dari mereka: “Apa yang
dikatakan oleh hamba-Ku?” Para malaikat menjawab: “Mereka mensucikan Engkau, memuji Engkau,
mengagungkan Engkau.” Allah berfirman: “Apakah mereka melihat-Ku?” Para malaikat menjawab:
“Tidak, demi Allah mereka tidak melihat-Mu.” Allah berfirman: “Bagaimana sekiranya mereka melihat-
Ku?” Para malaikat menjawab: “Sekiranya mereka dapat melihat-Mu pasti mereka akan lebih giat lagi
dalam beribadah, lebih dalam mengagungkan dan memuji Engkau, dan lebih banyak lagi mensucikan
Engkau.” Allah berfirman: “Lalu apa yang mereka minta?” Para malaikat menjawab: “Mereka meminta
syurga.” Allah berfirman: “Apakah mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab: “Belum, demi
Allah mereka belum pernah melihatnya.” Allah berfirman: “Bagaimana sekiranya mereka telah
melihatnya?” Para malaikat menjawab: “Jika mereka melihatnya tentu mereka akan lebih berkeinginan
lagi dan ghairah serta sangat mengharap.” Allah berfirman: “Lalu dari apakah mereka meminta
berlindung?” Para malaikat menjawab: “Dari api neraka.” Allah berfirman: “Apakah mereka telah
melihatnya?” Para malaikat menjawab: “Belum, demi Allah mereka belum pernah melihatnya sama
sekali.” Allah berfirman: “Bagaimana jika seandainya mereka melihatnya?” Para malaikat menjawab:
“Tentu mereka akan lari dan lebih takut lagi.” Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan
kepada kalian bahawa Aku telah mengampuni mereka.” Salah satu dari malaikat berkata:
“Sesungguhnya di antara mereka ada si fulan yang datang untuk suatu keperluan.” Allah berfirman:
“Mereka adalah suatu kaum yang majlis mereka tidak ada kesengsaraannya bagi temannya.” (Sahih
Bukhari, no. 5929)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diutus dengan pedang
hingga hanya Allah yang diibadahi dan tiada sekutu bagi-Nya, dijadikan rezekiku di bawah naungan
tombak dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa
menyerupai (tasyabbuh) suatu kaum (bukan islam) bererti dia termasuk golongan mereka.” (Musnad
Ahmad, no. 4868, no. 4869, no. 5409)
Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukan
termasuk golonganku orang yang tasyabbuh (menyerupai atau mengikuti) dengan selain kami, janganlah
kalian tasyabbuh dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, sesungguhnya salamnya orang-
orang Yahudi adalah memberikan isyarat dengan jari tangan, sedangkan salamnya orang orang Nasrani
adalah memberikan isyarat dengan telapak tangan.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2619, hasan)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman itu ada di Yaman,
kekufuran berasal dari arah timur (kaum Majusi), ketenangan itu untuk para pemilik kambing (penduduk
Yaman). Bangga dan riya’ ada di kalangan Faddani, para pemilik kuda dan bulu. Al Masih (Dajjal) saat
tiba mendatangi belakang Bukit Uhud lalu para malaikat memalingkan wajahnya ke arah Syam dan di
sanalah dia binasa.” (Sunan At-Tirmidzi 2169, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 8918)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan memasuki syurga seorang lelaki, maka tiada
orang yang di rumah mahu pun di bilik (di dalam syurga tersebut) melainkan mereka berkata: “Selamat
datang, selamat datang.” Maka berkata Abu Bakar: “Wahai Rasulullah, (sungguh bahagia) lelaki tersebut
sehingga tidak akan hilang serta musnah pada hari tersebut.” Rasulullah meneruskan: “Sudah tentu, dan
lelaki tersebut adalah engkau wahai Abu Bakar.” (Ibnu Hibban dalam Shahihnya, no. 6867, At-Thabrani
dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 11166, al-Mu’jam al-Ausath, no. 481)
Hakim bin Sa‘ad berkata, saya mendengar Ali radhiallahu ‘anhu berkata: “Allah menurunkan nama Abu
Bakar dengan sebutan as-Siddiq dari langit.” (Al-Haitsami di dalam Majma’ al-Zawa‘id, no. 14295 -kitab
al-Manaqib, bab berkenaan manaqib Abu Bakar- dan beliau berkata: Diriwayatkan oleh At-Thabrani dan
para perawinya adalah tsiqah)
Dari Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Engkau dibebaskan oleh Allah daripada
neraka.” (Ibnu Hibban dalam Shahihnya, no. 6864, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, no. 4404, At-Thabrani
dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 7)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sakit, beliau berkata kepada saya: “Panggillah ayahmu Abu Bakar dan saudara laki-lakimu ke
sini, agar aku buatkan sebuah surat (keputusan khalifah). Kerana aku khuatir jika kelak ada orang lain
ingin mengambil kedudukannya dan berkata: ‘Akulah yang lebih berhak menjadi khalifah’, sedangkan
Allah dan kaum muslimin tidak menyetujuinya selain Abu Bakar.” (Sahih Muslim, no. 4399)
Dari Jubair bin Muth’im, dia berkata: “Ada seorang perempuan yang menanyakan sesuatu kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Rasulullah memerintahkannya agar datang lagi pada
waktu yang lain. Wanita itu berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana jika saya datang lagi, tetapi saya tidak
dapat bertemu dengan engkau?” -jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia- Maka
Rasulullah pun bersabda: “Jika kamu tidak menemuiku, maka temuilah Abu Bakar!” (Sahih Bukhari, no.
3386, Sahih Muslim, no. 4398, Musnad Ahmad, no. 16166)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus
sepuluh orang sebagai sariyah (pasukan) mata-mata dan beliau mengangkat Ashim bin Tsabit Al
Anshariy sebagai pemimpin pasukan tersebut. (Mereka berangkat) hingga ketika sampai di al-Hada’,
suatu tempat antara Ashfan dan Makkah, keberadaan mereka diceritakan kepada penduduk dari suku
Hudzail yang biasa disebut dengan Banu Lahyan. Maka suku tersebut mengerahkan hampir seratus
orang yang kesemuanya pemanah yang mahir. Mereka mencari jejak keberadaan sariyah hingga dapat
menemukan tempat makan kurma mereka di mana mereka singgah. Mereka berseru: “Ini kurma Yathrib
(Madinah).” Maka suku itu mengikuti jejak sariyah. Ketika Ashim dan pasukannya merasa ada kehadiran
musuh, mereka bersembunyi di balik bukit kecil. Namun suku itu terus mengepung mereka dan berseru
kepada mereka: “Turun dan serahkanlah kepada kami apa yang kalian miliki. Bagi kalian ada jaminan
dan perjanjian. Kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian.” Maka Ashim bin Tsabit berkata:
“Demi Allah, Aku tidak akan turun dengan jaminan orang kafir.” Lalu dia berdoa: “Ya Allah, beritahukanlah
keadaan kami kepada Nabi-Mu shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka suku itu menyerang mereka dengan
anak panah hingga mereka dapat membunuh Ashim (beserta tujuh orang anak buahnya). Akhirnya tiga
orang anggota sariyah yang masih hidup turun dengan menyetujui jaminan dan perjanjian. Di antara
mereka ada Khubaib Al Anshariy dan Zaid bin ad-Datsinah serta seorang lagi. (Setelah ketiganya turun)
mereka menangkapnya dan melepas tali busur panah mereka untuk mengikat ketiganya. Orang ketiga
berkata: “Ini merupakan awal pengkhianatan. Demi Allah, aku tidak akan mengikuti kalian. Sungguh
mereka bagiku sebagai teladan.” Yang dia maksud adalah shahabat mereka yang sudah terbunuh.
Mereka menyeretnya dan memaksanya agar mengikuti mereka namun dia menolaknya hingga akhirnya
mereka membunuhnya. Kemudian mereka pergi dengan membawa Khubaib dan Zaid hingga akhirnya
mereka menjual keduanya di Makkah sesudah perang Badar. Bani Al Harits bin Amir bin Nawfal bin
Abdul Manaf membeli Khubaib. Dahulunya Khubaib adalah orang yang telah membunuh Al Harits bin
Amir ketika perang Badar. Maka jadilah Khubaib di tangan mereka sebagai tawanan. Hingga akhirnya
mereka sepakat akan membunuhnya. Pada suatu hari dalam masa tahanannya Khubaib meminjam
kepada salah satu anak perempuan Al Harits (Zainab) sebilah pisau cukur untuk mencukur bulu
kemaluannya maka anak perempuan itu meminjamkannya. Kata Zainab: “Kemudian Khubaib memangku
anakku saat aku lengah ketika anakku menghampirinya. Hingga aku melihat anakku sedang dipangku
sementara pisau cukur berada di tangan Khubaib. Aku sangat terperanjat seketika itu dan Khubaib
mengetahui hal itu.” Maka dia (Khubaib) berkata: “Kamu khuatir aku akan membunuhnya? Sungguh aku
tidak akan melakukannya.” Zainab berkata: “Demi Allah, belum pernah aku melihat ada seorang tawanan
sebaik Khubaib. Demi Allah, aku pernah melihat dia pada suatu hari sedang memakan buah anggur di
tangannya padahal tangannya sedang dibelenggu dengan besi dan di Makkah saat itu bukan musim
buah-buahan. Sungguh itu merupakan rezeki dari Allah yang Dia berikan kepada Khubaib.” Ketika
mereka hendak keluar dari Tanah Haram untuk membunuh Khubaib di daerah halal, Khubaib berkata
kepada mereka: “Biarkanlah aku untuk melaksanakan solat dua rakaat.” Maka mereka mempersilakanya.
Khubaib solat dua rakaat kemudian berkata: “Seandainya bukan kerana sangkaan kalian bahawa aku
takut, nescaya aku akan memanjangkan solatku ini.” Kemudian Khubaib berdoa: “Ya Allah, binasakanlah
mereka semuanya dan bunuhlah mereka dan jangan Engkau sisakan seorang pun dari mereka.”
Kemudian Khubaib bersyair: “Aku tidak peduli selama aku dibunuh sebagai muslim. Pada keadaan apa
pun aku tersungkur yang penting di jalan Allah. Semuanya itu pada Zat Ilah, jika Dia berkendak. Dia
dapat memberkati urat-urat yang tercabik-cabik.” Akhirnya Abu Sirwa’ah Uqbah bin Al Harits bangkit dan
membunuhnya. Khubaib adalah orang pertama yang mencontohkan solat dua rakaat bagi setiap muslim
yang akan dibunuh sebagai tanda kesabaran. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhabarkan
kepada para sahabat beliau tentang berita mereka dan apa yang mereka alami. Orang-orang kafir
Quraisy mengirim beberapa orang mendatangi mayat Ashim bin Tsabit setelah mereka diberitakan
tentang terbunuhnya Khubaib untuk mengambil sesuatu dari bahagian jasad Ashim sebagai bukti.
Sebelumnya memang Ashim telah membunuh seorang dari pembesar mereka ketika perang Badar.
(Ketika mereka hendak membalaskan dendam kepada Ashim), Allah mengirim kepada mayat Ashim
sepasukan lebah yang melindunginya dari para utusan kafir Quraisy sehingga mereka tidak mampu
untuk mengambil sedikit pun daging dari jasad Ashim.” (Sahih Bukhari, no. 2818, no. 3690, no. 3777,
Sunan Abu Daud, no. 2287, Musnad Ahmad, no. 7749)
Dari Ali radhiallahu ‘anhu dia berkata: “Seandainya agama (Islam) itu berdasarkan akal fikiran, nescaya
bahagian bawah sepatu (khuf) lebih utama untuk diusap (dengan air) daripada bahagian atasnya, dan
sungguh saya telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusap bahagian atas kedua
khufnya.” (Sunan Abu Daud, no. 140)
Dari budak wanita milik Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, bahawa dia bertanya kepada Ummu Salamah,
isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang kain bajuku
memanjang ke bawah, dan aku berjalan di tempat-tempat kotor.” Ummu Salamah menjawab bahawa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ia (bahagian bawah kain) akan disucikan oleh tanah
(yang dilalui) setelahnya.” (Sunan Abu Daud, no. 326, Sunan At-Tirmidzi, no. 133, sahih, Sunan Ibnu
Majah, no. 524, Muwatha’ Malik, no. 41, Musnad Ahmad, no. 25283)
Dari Bani Abdil Asyhal, dia berkata: “Saya pernah bertanya: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya jalan
yang kami lalui menuju ke masjid kotor (bernajis), maka bagaimana yang kami harus lakukan apabila hari
hujan?” Beliau bersabda: “Bukankah sesudah jalan (yang kotor itu) ada jalan yang lebih bagus (suci)?”
Saya menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Maka tanah di jalan yang kotor tadi akan disucikan oleh tanah di
jalan yang suci.” (Sunan Abu Daud, no. 327, Sunan Ibnu Majah, no. 526, Musnad Ahmad, no. 26181)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya: “Ya Rasulullah, ketika
kami ingin bergegas ke masjid, kami menginjak tanah yang bernajis!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Antara tanah itu dengan yang lain saling mensucikan.” (Sunan Ibnu Majah, no. 525)
Dari Abu Umamah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi menemui para tokoh kaum
Ansar yang janggut-janggut mereka sudah memutih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Hai kaum Ansar! Pakailah warna merah, kuning dan berbezalah dengan ahli kitab.” Aku berkata: “Wahai
Rasulullah, ahli kitab mengenakan celana dan tidak memakai sarung.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Pakailah celana dan sarung sesekali dan berbezalah dengan ahli kitab.” Aku
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ahli kitab tidak mengenakan sepatu dan tidak mengenakan
sandal.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pakailah sepatu dan sandal dan berbezalah
dengan ahli kitab.” Kami berkata: “Wahai Rasulullah, ahli kitab memotong janggut dan memanjangkan
kumis.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Potonglah kumis, panjangkan janggut dan
berbezalah dengan ahli kitab.” (Musnad Ahmad, no. 21252)
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluh sakit, lalu kami
solat di belakangnya, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan
takbirnya kepada manusia. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami solat dalam
keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami solat dengan mengikuti
solatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda: “Kalian baru
saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka,
sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan
imam kalian. Jika dia solat dalam keadaan berdiri, maka solatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika
dia solat dalam keadaan duduk, maka kalian solatlah dalam keadaan duduk.” (Sahih Muslim, no. 624,
Sunan Ibnu Majah, no. 1230)
Dari Ummu Humaid Al Ansariyyah isteri Abu Humaid As Sa’di, bahawa dia menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam lalu berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyukai solat bersamamu!” Beliau
bersabda: “Aku sudah tahu jika kamu suka solat denganku, namun solatmu di bilikmu lebih baik daripada
solatmu di rumahmu, dan solatmu di rumahmu lebih baik daripada solatmu di masjid kaummu, dan
solatmu di masjid kaummu lebih baik daripada solat di masjidku.” Lalu dia diperintahkan untuk membuat
masjid di tempat yang paling tersembunyi dalam rumahnya dan yang paling gelap, setelah itu dia solat di
sana hingga dia menemui Allah Azza Wa Jalla.” (Musnad Ahmad, no. 25842)
Dari Ummu Salamah bahawa Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik solat wanita
adalah di rumah-rumah mereka.” (Musnad Ahmad, no. 25358)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Seorang laki-laki melamar seorang wanita Ansar, kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apakah engkau telah melihatnya?” Orang tersebut
berkata: “Tidak.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkannya untuk melihat
kepadanya.” (Sunan An-Nasa’i, no. 3182)
Dari Al Mughirah bin Syu’bah bahawa dia meminang seorang wanita. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Lihatlah dia! kerana hal itu akan lebih mengekalkan perkahwinan kalian berdua.”
Sebahagian ulama’ mengamalkan hadis ini. Mereka berkata: ‘Tidak mengapa melihat kepadanya, selama
tidak melihat hal-hal (bahagian anggota tubuh) yang diharamkan.’ (Sunan At-Tirmidzi, no. 1007, hasan
sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 1855, Sunan An-Nasa’i, no. 3183, Musnad Ahmad, no. 17452, Sunan Ad-
Darimi, no. 2077)
Dari Al Mughirah bin Syu’bah, dia berkata: “Saya datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
menceritakan kepada beliau tentang seorang wanita yang akan saya pinang. Maka beliau bersabda:
“Pergi dan lihatlah wanita itu, kerana hal itu akan lebih memantapkan kalian.” Maka saya pun mendatangi
seorang wanita Ansar dan meminangnya melalui kedua orang tuanya, dan saya khabarkan kepada
mereka berdua tentang apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (perintah untuk
melihat terlebih dahulu), namun mereka berdua seperti tidak menyukainya. Maka gadis (yang akan aku
pinang) itu pun mendengar dari dalam biliknya. Gadis itu lalu berkata: “Jika ternyata Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkanmu untuk melihat, maka lihatlah. Tetapi jika tidak, maka
aku akan menyumpahimu.” Gadis tersebut memberi ketegasannya kepadaku. Al Mughirah bekata:
“Kemudian saya pun melihatnya dan menyebutkan akan persetujuan kedua orang tua gadis tersebut lalu
menikahinya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1856, Musnad Ahmad, no. 17435)
Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang
wanita yang membuat beliau terpesona, kemudian beliau langsung mendatangi Saudah (isterinya),
sementara dirinya sedang membuat minyak wangi, dan dia bersama beberapa orang wanita, kemudian
mereka meninggalkan beliau bersamanya hingga beliau dapat memenuhi hajatnya. Kemudian beliau
bersabda: “Siapa pun lelaki yang melihat seorang wanita yang membuatnya terpesona, hendaknya dia
segera mendatangi isterinya, sesungguhnya isterinya memiliki apa yang dimiliki oleh wanita tersebut.”
(Sunan Ad-Darimi, no. 2118)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata berkenaan dengan wanita yang melakukan ihram: “Hendaklah
dia menutupkan wajahnya, jika dia mahu.” (Riwayat Al-Baihaqi, sahih)
Dari Safiyyah binti Shaybah katanya: “Ketika kami bersama Aisyah radhiallahu ‘anha, kami menyebut-
nyebut tentang kelebihan-kelebihan wanita Quraisy, lalu Aisyah menyampuk: “Memang benar wanita
Quraisy ada kelebihan, tetapi demi Allah sesungguhnya aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik
daripada wanita Ansar dari segi kuatnya iman dan pegangan mereka terhadap kitab Allah. Apabila Allah
turunkan ayat (yang bermaksud) “..dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju mereka dengan
tudung kepala mereka..”, serta-merta suami-suami mereka balik dan membacakan kepada mereka apa
yang Allah turunkan kepada mereka, anak perempuan mereka, saudara perempuan mereka dan semua
kaum kerabat mereka, sehingga tiada seorang perempuan pun daripada mereka melainkan bergegas
mencari apa saja kain yang ada di sekeliling mereka lalu berhijab dengannya sebagai membenarkan dan
membuktikan iman kepada apa yang Allah turunkan, maka jadilah mereka wanita-wanita yang berhijab
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seperti sekumpulan gagak hitam berada atas kepala
mereka.” (Riwayat Ibn Abi Hatim dan Abu Daud)
Dari Qais bin Zaid, dia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
menceraikan Hafsah binti Umar. Suatu ketika beliau datang mengunjunginya, maka dia (Hafsah) pun
memakai jilbabnya. Kemudian beliau berkata kepadanya: “Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku
dan mengatakan, ‘Rujukilah Hafsah, kerana dia adalah wanita yang banyak melakukan puasa dan solat
malam, dan dia adalah isterimu kelak di syurga’.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (VIII: 58), At-Thabrani
dalam kitab Al-Kabir (XVIII: 365/934) dari Hammad bin Salamah. Para periwayat hadis ini semuanya
periwayat tsiqah yang dipakai oleh Muslim, kecuali Qais bin Zaid]
Dari Imran bin Hushain, katanya: “Suatu ketika aku pernah duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Tiba-tiba Fatimah datang, lalu berdiri di hadapan beliau. Saya memandang ke arahnya, di
wajahnya ada darah yang kekuning-kuningan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
kepadanya: “Mendekatlah, Fatimah!” Lalu Fatimah pun mendekat hingga berdiri persis di depan beliau.
Beliau pun mengangkat tangan, lalu meletakkannya di dada Fatimah, pada tempat menempelnya kalung.
Lalu, beliau membuka jari jemari beliau tadi lalu berkata: “Wahai Allah, Zat yang sanggup menghilangkan
rasa lapar dan mengangkat seseorang dari kerendahan, janganlah Engkau jadikan Fatimah binti
Muhammad sakit.” Maka, aku pun pandangi Fatimah, darah telah memenuhi mukanya. Dan darahnya
tadi sudah berubah kekuning-kuningan semua. Setelah selang beberapa lama dari kejadian itu, saya
bertemu lagi dengan Fatimah. Lalu saya bertanya kepadanya (tentang penyakitnya dulu). Dia menjawab:
“Sekarang saya sudah sembuh.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam kitab At-Tahdzib (Musnad Ibnu
Abbas 1:286,481) dan Ad-Daulabi dalam kitab Al-Kina (II: 122) dengan derajat sanad la ba’sa bihi kerana
adanya beberapa hadis penyokong]
Dari Shafiyyah binti Syaibah, katanya: “Saya pernah melihat Aisyah radhiallahu ‘anha melakukan tawaf
mengelilingi Kaabah dengan memakai niqab.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (VIII: 49). Begitu juga oleh
Abdurrazzaq di dalam kitab Al-Mushannaf (V: 24-25) dari Ibnu Juraij, dari Al-Hasan bin Muslim, dari
Shafiyyah. Semua periwayat hadis ini tsiqah]
Dari Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, dia berkata: “Umar bin Al-Khatthab memberi izin kepada para
isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menunaikan haji yang terakhir kalinya. Umar mengutus
Uthman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf untuk menemani mereka. Ketika itu Uthman berseru: “Awas,
jangan sampai ada seorang pun yang mendekati mereka dan jangan ada seorang pun yang memandangi
mereka!” Para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tadi berada di dalam sekedup di atas unta. Tatkala
mereka turun untuk singgah, Uthman tempatkan mereka di suatu dataran, sementara Uthman sendiri
bersama Abdurrahman bin Auf berada di balik bukit. Dan tidak ada seorang pun yang naik ke tempat di
mana mereka tinggal.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (VIII: 152), hasan]
Dari Abu az-Zubair bahawasanya dia mendengar Jabir bin Abdullah ditanya tentang kebangkitan di
akhirat. Maka dia menjawab: “Kita dibangkitkan pada Hari Kiamat begini dan begini. Lihatlah! Apa itu di
atas manusia? Lalu dipanggillah umat-umat dengan berhalanya, dan sesuatu yang mereka sembah
dahulu, secara berturutan. Setelah itu, Rabb kita datang kepada kita lalu berfirman: ‘Siapakah yang
kalian tunggu? ‘ Maka mereka pun menjawab: ‘Kami menunggu Rabb kami.’ Allah berfirman: ‘Akulah
Rabb kamu’. Mereka berkata: ‘Sehingga kami melihat-Mu dulu’. Tampaklah pada mereka Rabb tertawa.”
Jabir melanjutkan: “Lalu Allah membawa mereka, dan mereka pun mengikutiNya. Setiap seorang di
antara mereka baik munafik atau mukmin akan diberi cahaya. Kemudian mereka mengikuti cahaya
tersebut melalui jambatan Neraka Jahannam. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan berduri yang
merenggut siapa saja yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian cahaya orang-orang munafik terpadam,
sedangkan orang-orang mukmin selamat. Selamatlah rombongan pertama yang terpancar cahaya pada
wajah mereka bagaikan bulan purnama sejumlah tujuh puluh ribu orang tanpa dihisab. Kemudian orang-
orang berikutnya seperti terangnya bintang-bintang di langit, kemudian demikianlah seterusnya.
Kemudian syafaat diizinkan. Mereka pun meminta syafaat, sehingga mereka dapat keluar dari Neraka,
iaitu orang yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah)’,
dan dahulu di hatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum. Mereka akan ditempatkan di halaman
Syurga, lalu ahli Syurga akan memercikkan mereka dengan air sehingga daging mereka tumbuh
bagaikan tumbuhnya sesuatu tumbuhan selepas banjir, dan hilanglah hangusnya. Kemudian dia (orang
terakhir meminta), sehingga diberikan kepadanya dunia dan sepuluh kali lipatnya.” (Sahih Muslim, no.
278)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha: “Ketika sakit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semakin parah, Bilal
datang menemui beliau mengkhabarkan bahawa waktu solat telah tiba. Beliau lalu bersabda: “Kalian
suruhlah Abu Bakar untuk memimpin solat jemaah bersama orang banyak.” Aku lalu berkata: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar seorang laki-laki yang lemah lembut, jika dia menggantikan tuan,
maka suaranya tidak akan boleh didengar oleh orang-orang. Alangkah lebih baik bila tuan menyuruh
Umar.” Maka beliau pun bersabda: “Suruhlah Abu Bakar untuk memimpin solat bersama orang-orang.”
Kemudian aku sampaikan kepada Hafsah: “Katakanlah kepada beliau Abu Bakar adalah seorang laki-laki
yang lemah lembut jika dia menggantikan posisi tuan, maka dia tidak akan dapat memperdengarkan
suara bacaannya kepada orang-orang. Alangkah lebih baik bila tuan menyuruh Umar’, sebab Abu Bakar
mudah menangis (dalam solat). Untuk itu, sebaiknya suruhlah Umar untuk memimpin solat orang-orang.”
Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sungguh kalian ini seperti isteri-isterinya
Yusuf. Suruhlah Abu Bakar solat bersama orang-orang.” Kemudian ketika Abu Bakar sudah memulai
solat, tak lama kemudian tubuh beliau telah rasa segar, beliau pun keluar rumah dengan diapit oleh dua
orang laki-laki. Dan seolah-olah aku melihat beliau berjalan dengan menyeret kakinya di atas tanah,
hingga masuk ke dalam masjid. Tatkala Abu Bakar mendengar kedatangan beliau maka dia pun
berkeinginan untuk mundur. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat kepadanya.
Lalu tibalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau duduk di samping kiri Abu Bakar. Abu
Bakar solat dengan bediri sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam solat dengan duduk, Abu
Bakar solat mengikuti solatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan orang-orang mengikuti
solatnya Abu Bakar.” (Sahih Bukhari, no. 672)
Dari Aisyah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Abu Bakar untuk memimpin
solat jemaah bersama orang-orang ketika beliau sakit. Maka Abu Bakar pun memimpin solat mereka.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasakan ringan pada tubuhnya, beliau pun keluar
sementara Abu Bakar sedang mengimami orang-orang solat. Ketika Abu Bakar melihat beliau datang, dia
pun berkeinginan untuk mundur. Tetapi beliau memberi isyarat kepadanya (dengan katanya): “Tetaplah
kamu pada posisimu.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di samping Abu Bakar,
sehingga dia solat mengikuti solat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang mengikuti
solatnya Abu Bakar.” (Sahih Bukhari, no. 642)
Dari Anas bin Malik bahawa Abu Bakar solat mengimami mereka pada waktu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sakit yang akan mewafatkannya, hingga ketika hari Isnin, sedangkan mereka berbaris
dalam solat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuka tirai kamar, lalu melihat kepada kami
dalam keadaan berdiri, seakan-akan wajah beliau adalah lembaran mushaf (putih cemerlang), kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum tertawa. Maka kami tercengang bingung, dan kami
berada dalam solat kerana bahagia dengan keluarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Abu
Bakar mundur kembali untuk mencapai saf (barisan belakang), dan dia menduga bahawa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk solat. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi
isyarat kepada mereka dengan tangannya untuk menyempurnakan solat mereka. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam masuk, lalu menurunkan tirai tersebut. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam wafat pada hari tersebut.” Anas bin Malik berkata: “Pandangan terakhir aku melihat pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ketika beliau membuka tabir pada hari Isnin dengan kisah
ini.” (Sahih Muslim, no. 636)
Dari Abdullah bin Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga golongan yang
Allah mengharamkan syurga ke atas mereka, (1) penagih khamar (arak), (2) anak yang derhaka kepada
orang tua, dan (3) si dayus, iaitu seorang yang merelakan keluarganya berbuat kekejian (zina, buka
aurat, bergaul bebas, maksiat).” (Musnad Ahmad, no. 5117, no. 5839)
Dari Abdullah bin Umaar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga golongan yang
Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat; (1) anak yang derhaka kepada orang tua, (2) wanita
yang menyerupai laki-laki, dan (3) si dayus, iaitu seorang yang merelakan keluarganya berbuat kekejian
(zina, buka aurat, bergaul bebas, maksiat). Dan tiga golongan mereka tidak akan masuk syurga; (1) anak
yang derhaka kepada orang tua, (2) penagih khamar (arak), dan (3) orang yang selalu menyebut-nyebut
pemberiannya.” (Sunan An-Nasa’i, no. 2515, Musnad Ahmad no. 5904)
Dari Ammar bin Yasir bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga yang tidak
memasuki syurga sampai bila-bila iaitu (1) si dayus, (2) wanita yang menyerupai lelaki dan (3) orang
yang ketagih arak.” Lalu sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kami telah faham erti orang yang ketagih
arak, tetapi apakah itu si dayus?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalla bersabda: “Iaitu orang yang tidak
memperdulikan siapa yang masuk bertemu dengan ahlinya (isteri dan anak-anaknya).” (Riwayat At-
Tabrani; Majma az-Zawaid, 4/327 dan perawinya adalah tsiqah)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperlihatkan (akan) neraka,
ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Kerana mereka sering mengingkari”. Ditanyakan:
“Apakah mereka mengingkari Allah?” Beliau bersabda: “Mereka mengingkari pemberian suami,
mengingkari kebaikan (suami). Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka
sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kesalahan darimu maka dia akan berkata: ‘Aku belum pernah
melihat kebaikan sedikitpun darimu’.” (Sahih Bukhari, no. 28)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wanita yang taat terhadap suaminya, diminta ampun
oleh burung di angkasa, ikan-ikan di dalam air, malaikat di langit, matahari dan bulan, selama wanita itu
ada dalam kerelaan (redha) suaminya. Dan setiap wanita yang derhaka kepada suaminya, maka
kepadanyalah laknat Allah, malaikat dan manusia semuanya. Dan setiap wanita yang bermuka masam
pada suaminya, dia adalah dalam kemurkaan Allah Ta’ala sampai dia bersenda gurau dengan suaminya
dan dia meminta kerelaannya. Dan setiap wanita yang keluar dari rumahnya tanpa izin suaminya,
malaikat melaknatnya hingga dia pulang.” (Riwayat Al-Bazzar)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang
kamu berdiri dari tempat duduknya, kemudian dia kembali lagi ke tempatnya itu, maka dia lebih berhak
dengan tempatnya.” (Sahih Muslim, no. 4047, Sunan Ibnu Majah, no. 3707, Musnad Ahmad, no. 7252,
Sunan Ad-Darimi, no. 2539)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah salah seorang di
antara kalian menyuruh saudaranya berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduk di tempat itu.”
Salim (perawi) berkata: “Seseorang berdiri untuk memberikan tempat duduknya kepada Ibnu Umar,
namun Ibnu Umar tidak mahu duduk di tempat itu.” (Sahih Bukhari, no. 5798, Sahih Muslim, no. 4045,
Sunan At-Tirmidzi, no. 2674, sahih, Musnad Ahmad, no. 5789)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah bahawa roda Islam itu akan terus berputar,
maka ikutilah roda Islam itu di mana sahaja ia berputar. Ketahuilah bahawa Al-Quran dan kekuasaan
(pemerintah) akan berpisah, maka janganlah kamu berpisah daripada Al-Quran. Ketahuilah
bahawasanya kamu akan dikuasai oleh para penguasa yang memutuskan perkara hanya untuk
kepentingan mereka sahaja dan bukan untuk kepentingan kamu. Jika kamu mengingkari perintah
mereka, maka mereka akan membunuhmu dan jika kamu mematuhi mereka, maka mereka akan
menyesatkan kamu.” Para sahabat bertanya: “Apa yang harus kami lakukan wahai Rasulullah?” Jawab
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Lakukanlah seperti para sahabat Isa bin Maryam. Mereka telah
digergaji dengan gergaji dan digantung di atas kayu (salib). Sesungguhnya mati kerana mentaati Allah
adalah lebih baik daripada hidup dengan melakukan maksiat kepada Allah.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Huzaifah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan kepada kami dua
hadis, aku telah mengetahui salah satu darinya, dan aku masih menunggu hadis yang kedua. Beliau
menceritakan kepada kami bahawa amanah ditempatkan pada pangkal hati seorang lelaki. Setelah Al-
Quran diturunkan, mereka mulai mempelajari dari Al-Quran dan mereka mulai mengetahui dari As-
Sunnah. Lalu beliau menceritakan kepada kami tentang hilangnya amanah dengan bersabda: “Seorang
lelaki sedang tidur lalu amanah diambil dari hatinya sehingga nampaklah bekasnya. Kemudian dia tidur
lagi lalu diambil pula amanah dari hatinya sehingga bekasnya bengkak seperti mengelembung kerana
terkena bara yang jatuh ke kaki. Bekas tersebut terus membengkak, sedangkan tidak ada apa-apa di
dalamnya.” Lalu beliau mengambil batu kecil lalu menjatuhkannya ke kaki beliau. Orang-orang kembali
meneruskan perdagangan masing-masing. Hampir tidak ada seorang pun yang menunaikan amanah,
lantas dikatakan: ‘Di kalangan Bani Fulan ada seorang lelaki yang sangat amanah.’ Sehingga dikatakan
untuk laki-laki tersebut: ‘Alangkah tabahnya! Alangkah cerdasnya! Alangkah pintarnya!’ Sedangkan di
hatinya tidak ada iman walaupun sebesar biji sawi. Benar-benar telah datang kepadaku suatu zaman,
dan aku tidak peduli kepada siapa di antara kalian yang mana aku berjual beli dengannya. Jika dia orang
Islam maka agamanya akan mencegahnya mengkhianatiku. Seandainya dia seorang Nasrani atau
Yahudi maka pemimpinnya akan mencegahnya dari mengkhianatiku. Ada pun hari ini, aku hanya berjual
beli dengan si Fulan dan si Fulan.” (Sahih Bukhari, no. 6016, no. 6559, Sahih Muslim, no. 206, Sunan At-
Tirmidzi, no. 2105, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 4043, Musnad Ahmad, no. 22171)
Dari Ibnu Umar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila Allah Azza Wajalla hendak
membinasakan seorang hamba maka Dia akan memcabut rasa malu darinya, apabila rasa malu sudah
dicabut darinya maka kamu akan mendapatinya dalam keadaan sangat dibenci. Jika kamu tidak
mendapatinya melainkan dalam keadaan sangat dibenci, maka akan dicabut amanah darinya, apabila
amanah telah dicabut darinya, maka kamu tidak mendapatinya kecuali dalam keadaan menipu dan
tertipu. Apabila kamu tidak menjumpainya melainkan dalam keadaan menipu dan tertipu, maka akan
dicabut darinya sifat kasih sayang, dan apabila dicabut darinya kasih sayang, kamu tidak akan
menjumpainya kecuali dalam keadaan terlaknat lagi terusir, dan apabila kamu tidak menjumpainya
melainkan dalam keadaan terlaknat lagi terusir, maka akan dicabut darinya ikatan Islam.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 4044)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (sewaktu haji wada’) pergi ke
tengah bukit dan berkhutbah lalu bersabda: “Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram seperti
haramnya hari kalian ini, pada bulan kalian ini dan di negeri kalian ini. Ketahuilah sesungguhnya segala
perkara pada masa jahiliyah ditinggalkan di bawah kedua kakiku, darah pada masa jahiliyah telah
digugurkan dan darah pertama yang digugurkan adalah darah kami -Uthman berkata: Iaitu darah Ibnu
Rabi’ah. Sedangkan Sulaiman mengatakan: Darah Rabi’ah bin Al Harith bin Abdul Muthalib-, dan riba
jahiliyah telah dibatalkan, riba pertama yang aku batalkan adalah riba kami iaitu riba Abbas bin Abdul
Muthalib, sesungguhnya riba tersebut semuanya dibatalkan. Bertakwalah kalian kepada Allah dalam
menghadapi para wanita, sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, dan kalian
menghalalkan faraj mereka dengan kalimah Allah, sesungguhnya hak kalian atas mereka adalah supaya
mereka tidak mempersilakan orang yang tidak kalian sukai memasuki rumah kalian, apabila mereka
melakukan hal tersebut maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Mereka memiliki
hak atas kalian untuk memberikan makan serta pakaian kepada mereka dengan cara yang baik. Dan aku
telah meninggalkan pada kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat setelahnya apabila kalian
berpegang teguh dengannya, iaitu Kitab Allah (Al-Quran). Kalian semua akan ditanya mengenai diriku,
lalu bagaimana nanti jawab kalian?” Mereka menjawab: “Kami bersaksi bahawa anda benar-benar telah
menyampaikan risalah, anda telah menunaikan tugas dan telah memberi nasihat kepada kami.”
Kemudian beliau bersabda dengan mengangkat jari telunjuknya ke langit dan mengarahkan kepada
orang-orang, lalu beliau mengatakan: “Ya Allah, saksikanlah, ya Allah saksikanlah.” (Sahih Muslim, no.
2137, Sunan Abu Daud, no. 1628, Sunan Ibnu Majah, no. 3065, Sunan Ad-Darimi, no. 1778)
Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan
khutbah kepada kami pada hari Nahar (hari raya korban), beliau bertanya: “Apakah kalian mengetahui,
hari apakah ini?” Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Sejenak beliau terdiam
sehingga kami menyangka bahawa beliau akan menamakannya bukan dengan namanya (yang sudah
kami kenal). Beliau bersabda: “Bukankah hari ini hari Nahar?” Kami menjawab: “Benar.” Beliau bertanya
lagi: “Bulan apakah ini?” Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Sejenak beliau
terdiam lagi sehingga kami menyangka bahawa beliau akan menamakannya bukan dengan namanya
(yang sudah kami kenal). Beliau bersabda: “Bukankah ini bulan Zulhijjah?” Kami menjawab: “Benar.”
Kemudian beliau bertanya lagi: “Negeri apakah ini?” Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Sejenak beliau kembali terdiam sehingga sekali lagi kami pun menyangka bahawa beliau
akan menamakannya bukan dengan namanya (yang sudah kami kenal). Beliau bersabda: “Bukankah ini
negeri Haram?” Kami menjawab: “Benar.” Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya darah kalian, harta-
harta kalian haram atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini, pada bulan kalian ini dan di negeri
kalian ini hingga hari kalian berjumpa dengan Rabb kalian. Bukankah aku telah menyampaikannya?”
Mereka menjawab: Ya, sudah.” Kemudian beliau melanjutkan: “Ya Allah, saksikanlah! Maka hendaklah
yang menyaksikan menyampaikannya kepada yang tidak hadir, kerana betapa banyak orang yang
disampaikan dapat lebih mengerti daripada orang yang mendengar. Dan janganlah kalian kembali
menjadi kafir sepeninggalku, dengan saling berperang sesama kalian.” (Sahih Bukhari, no. 1625, no.
6551, Musnad Ahmad, no. 19492, no. 19512, no. 19594)
Dari Amru bin Al Ahwash bahwa dia mengikuti Haji Wada’ bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau membaca hamdalah dan memuji Allah, memberi peringatan dan nasihat, lalu bersabda:
“Hari apakah yang paling haram, hari apakah yang paling haram, hari apakah yang paling haram?”
Orang-orang menjawab: “Hari Haji Akbar wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya darah
kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian haram (wajib dijaga kehormatannya) atas kalian seperti
haramnya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan pada bulan ini. Ketahuilah bahawa tidaklah seseorang
melakukan kejahatan melainkan akan ditanggung dirinya sendiri, begitu juga tidaklah orang tua berbuat
jahat lantas dosanya ditanggung anaknya, ataupun anak berbuat jahat lantas orang tua menanggung
dosanya. Ketahuilah bahawa Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya, tidak halal bagi seorang Muslim
apa yang dimiliki saudaranya kecuali yang dihalalkan baginya. Ketahuilah bahawa segala bentuk riba ada
zaman Jahiliyyah harus ditinggalkan dan bagi kalian adalah harta asas yang kalian miliki, kalian tidak
menzalimi ataupun dizalimi, juga riba Abbas bin Abdul Muttalib semuanya harus ditinggalkan. Ketahuilah
bahawa setiap darah pada masa Jahiliyyah harus ditinggalkan dan tuntutan darah pertama yang harus
ditinggalkan adalah darah Al Harits bin Abdul Mutallib, yang dia pernah disusui (wanita) dari Bani Laits
lalu Hudail membunuhnya. Ketahuilah, hendaklah kalian pergauli mereka (isteri) dengan kebaikan,
kerana mereka adalah diperintahkan tunduk untuk kalian, kalian tidak memiliki kekuasaan apa pun dari
mereka selain kerana ketundukan yang diwajibkan atas mereka, kecuali jika mereka melakukan hal yang
keji (dosa), jika mereka melakukan hal itu maka pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri
kalian, dan isteri kalian juga mempunyai hak atas kalian, adapun hak kalian atas isteri kalian adalah
dilarang bagi mereka mempersilakan orang yang tidak kalian sukai memasuki rumah kalian, adapun hak
mereka atasmu adalah memberi pakaian dan makanan yang baik.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3012, hasan
sahih)
Dari Amru bin Al Ahwash, dia berkata; “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
pada Haji Wada’: “Wahai sekalian manusia, hari apa yang paling dihormati (haram)?” Beliau mengulang
ucapannya tiga kali. Mereka (orang-orang) menjawab: “Hari Haji Akbar.” Beliau bersabda:
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram di antara kalian, seperti haramnya hari kalian
ini, pada bulan kalian ini dan negeri kalian ini. Ingatlah, tidaklah seorang berbuat (kemaksiatan) kecuali
atas dirinya sendiri, maka janganlah orang tua menzalimi anaknya. Ingatlah, sesungguhnya syaitan telah
berputus asa untuk disembah di negeri kalian ini selamanya. Tetapi ia (syaitan) akan mendapatkan
ketaatan pada sebahagian amal perbuatan yang kalian remehkan, sehingga ia (syaitan) redha
dengannya. Ingatlah, bahawa setiap darah dari darah (yang dicecerkan) Jahiliyyah itu telah digugurkan,
dan darah yang pertama aku telah digugurkan adalah darah Harith bin Abdul Muttalib (seseorang yang
dulu mencari wanita menyusui dari kalangan Bani Laits, lalu dia dibunuh oleh kaum Huzail). Ketahuilah
bahawa setiap riba dari riba Jahiliyyah itu telah dibatalkan. Bagi kalian adalah harta asas kalian, selama
kalian tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Ingatlah, wahai umatku. Apakah aku telah menyampaikannya?”
Beliau mengulang pertanyaannya tiga kali. Orang-orang pun menjawab: “Ya.” Lalu beliau bersabda: “Ya
Allah saksikanlah.” Beliau mengulang ucapannya ini tiga kali.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3046)
Dari Abu Hurrah Ar Raqasyi bahawa pakciknya berkata: “Aku memegang tali kekang unta Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wasallam pada pertengahan hari Tasyrik (iaitu tanggal sebelas, dua belas dan tiga belas
Zulhijjah) dan mendengar beliau bertanya: “Wahai manusia, tahukah kalian di bulan apa kalian sekarang,
di hari dan negeri mana kalian sekarang?” Para sahabat menjawab: “Di hari haram, bulan haram dan
negeri haram.” Beliau bersabda: “Sungguh darah, harta dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian,
sebagaimana sucinya hari, bulan dan negeri kalian ini sampai datangnya hari kalian bertemu Allah.
Dengarkanlah aku, hiduplah kalian dan janganlah berbuat kezaliman, ingatlah jangan berbuat zalim,
sungguh tidak halal harta seseorang kecuali dengan kerelaan hati darinya. Ketahuilah sesungguhnya
setiap darah, harta dan kebanggaan yang ada pada masa Jahiliyyah berada di bawah telapak kakiku ini
sampai Hari Kiamat, dan sesungguhnya darah yang pertama kali akan diletakkan adalah darah Rabi’ah
bin Al Harith bin Abdul Muttalib, dia mencari seorang wanita yang boleh menyusui di Bani Laits,
kemudian dibunuh oleh orang-orang Hudzail. Ketahuilah sesungguhnya setiap riba di masa Jahiliyyah
adalah dibatalkan, dan sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla telah memutuskan bahawa riba yang pertama
kali akan dibatalkan adalah riba Al Abbas bin Abdul Muttalib, bagi kalian adalah harta kalian, janganlah
kalian menzalimi dan jangan pula terzalimi. Ketahuilah sesungguhnya zaman telah berputar
sebagaimana ia berputar pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, kemudian beliau membaca ayat
‘Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu (At-Taubah:36)’. Ketahuilah
janganlah kalian kembali kepada kekafiran sepeninggalku dengan saling membunuh satu sama lain,
ketahuilah sesungguhnya syaitan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang solat, akan
tetapi ia tidak berputus asa untuk mengadu domba di antara kalian, maka takutlah kepada Allah ‘Azza
Wajalla dalam masalah wanita, kerana sesungguhnya mereka di sisi kalian ibarat tawanan yang tidak
dapat menguasai diri mereka sedikitpun, dan sungguh mereka mempunyai hak dari kalian dan kalian pun
mempunyai hak atas mereka. Janganlah mereka memasukkan ke dalam rumah kalian selain kalian
sendiri, janganlah mereka mengizinkan masuk ke dalam rumah kalian seseorang yang tidak kalian sukai,
jika kalian khuatir mereka akan nusyuz (derhaka), maka nasihatilah mereka lalu jauhilah mereka di
tempat tidur dan pukulah mereka dengan pukulan yang tidak membekas. Dan hak bagi mereka adalah
mendapatkan makanan dan pakaian dengan cara ma’ruf, sesungguhnya kalian mengambil mereka
adalah dengan amanah dari Allah dan kalian menghalalkan faraj (kehormatan) mereka dengan kalimah
Allah ‘Azza Wajalla. Dan barangsiapa mendapat amanah, maka sampaikanlah amanah itu kepada orang
yang diamanahi.” Kemudian beliau membentangkan kedua tangannya seraya bersabda: “Ketahuilah
bukankah aku telah menyampaikan, ketahuilah bukankah aku telah menyampaikan, ketahuilah bukankah
aku telah menyampaikan?” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Hendaknya orang yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir, kerana betapa banyak orang yang disampaikan berita
kepadanya, dia lebih faham dari orang yang mendengar secara langsung.” (Musnad Ahmad, no. 19774)
Dari Abu Umamah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berkhutbah pada Haji
Wada’ beliau bersabda: “Sembahlah Rabb kalian, solatlah lima waktu, puasalah di bulan Ramadhan,
tunaikan zakat harta kalian, taatilah pemimpin kalian nescaya kalian akan masuk syurga Rabb kalian.”
(Musnad Ahmad, no. 21140, no. 21228)
Dari Jubair bin Muth’im bahawa dia menghadiri khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari
Arafah ketika Haji wada’, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, demi Allah, aku tidak tahu mungkin
aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah hari ini, dan di tempat ini. Allah akan merahmati orang yang
mendengarkan perkataanku serta mahu menjaganya. Mungkin saja ada seorang yang membawa ilmu
fikih tetapi dia tidak punya pemahaman, dan mungkin saja ada orang yang menyampaikan ilmu fikih
kepada orang yang lebih memahaminya. Ketahuilah bahawa harta-harta, dan darah-darah kalian terjaga
kehormatannya atas kalian, sebagaimana kehormatan hari, bulan dan tanah ini. Dan ketahuilah, bahawa
hati seorang Muslim tidak akan dengki dengan tiga hal, iaitu ikhlas dalam beramal hanya untuk Allah,
saling memberi nasihat dengan para pemimpin, dan sentiasa berada dalam barisan orang-orang Muslim.
Kerana doa mereka akan menjaga dari belakang kalian.” (Sunan Ad-Darimi, no. 229)
Dari Umar bin Al-Khattab, dia berkata: “Ada seorang laki-laki Yahudi berkata: “Wahai Amirul Mukminin,
ada satu ayat dalam kitab kalian yang kalian baca, seandainya ayat itu diturunkan kepada kami kaum
Yahudi, tentulah kami jadikan (hari diturunkannya ayat itu) sebagai hari raya (Eid).” Maka Umar berkata:
“Ayat apakah itu?” Orang Yahudi itu berkata: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama
kalian, dan telah Aku cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-redhai Islam itu jadi agama bagi
kalian (Al-Maidah ayat 3).” Maka Umar menjawab: “Kami tahu hari tersebut dan di mana tempat
diturunkannya ayat tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu pada hari Jumaat ketika beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berada di Arafah. (Sahih Bukhari, no. 43, Sahih Muslim, no. 5334)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya: “Siapakah menusia yang
paling mulia?” Beliau bersabda: “Orang yang paling bertakwa dari mereka.” Para sahabat berkata:
“Bukan itu yang kami tanyakan.” Beliau bersabda: “Jika bukan, bererti Yusuf Nabi Allah putera Nabi Allah
(Yaa’kub) putera Nabi Allah (Ishak) putera Ibrahim kekasih Allah.” Para sahabat berkata: “Bukan itu yang
kami maksudkan.” Beliau bersabda: “Apakah tentang bangsa Arab yang kalian tanyakan? Orang yang
paling baik dari mereka di masa Jahiliyyah adalah orang yang paling baik di masa Islam, jika mereka
faham Islam.” (Sahih Muslim, no. 4383)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berkhutbah di hadapan
kami kecuali beliau mengatakan: “Tidak sempurna keimanan bagi orang yang tidak amanah, dan tidak
sempurna agama seseorang bagi yang tidak memenuhi janji.” (Musnad Ahmad, no. 11935)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada dalam suatu majlis
membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badwi lalu bertanya: “Bilakah datangnya
hari kiamat?” Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Akhirnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: “Mana orang yang bertanya
tentang hari kiamat tadi?” Orang itu berkata: “saya wahai Rasulullah!” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat.” Orang itu
bertanya: “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jika urusan
diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat.” (Sahih Bukhari, no. 57)
Dari Uthman bin Abu Al ‘Ash, dia berkata: “Amanah terakhir yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berikan kepadaku adalah agar aku mengangkat (melantik) seorang Mu’adzin yang tidak mengambil upah
dari azannya tersebut.” Abu Isa berkata: “Hadis Utsman ini derajatnya hasan sahih. Pengamalan
terhadap hadis ini menurut ulama’ adalah, bahawa mereka memakruhkan bagi tukang azan mengambil
upah atas azannya, dan mereka lebih menyukai jika mereka (mu’adzin) mengharapkan pahala dari azan
yang dia lakukan.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 193)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan jenazah perang
Badar tiga kali, setelah itu beliau mendatangi mereka, beliau berdiri dan memanggil-manggil mereka,
beliau bersabda: “Hai Abu Jahal bin Hisyam, hai Umaiyah bin Khalaf, hai Utbah bin Rabi’ah, hai Syaibah
bin Rabi’ah, bukankah kalian telah menemukan kebenaran janji Rabb kalian, sesungguhnya aku telah
menemukan kebenaran janji Rabbku yang dijanjikan padaku.” Umar mendengar ucapan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka dapat mendengar dan
bagaimana mereka dapat menjawab, mereka telah menjadi mayat?” Beliau bersabda: “Demi Zat yang
jiwaku berada ditangan-Nya, kalian tidak lebih mendengar ucapanku melebihi mereka, hanya saja
mereka tidak boleh menjawab.” Setelah itu beliau memerintahkan mereka diseret lalu dilemparkan di
sumur Badar.” (Sahih Muslim, no. 5121)
Dari Abu Bakrah dia berkata: “Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat
yang pernah aku dengar dari Rasulullah. Tatkala sampai (berita) kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bahawa penduduk Parsi telah dipimpin oleh seorang anak perempuan puteri Raja Kisra, beliau
bersabda: “Suatu kaum tidak akan beruntung (tidak akan baik keadaan mereka) jika dipimpin oleh
seorang wanita.” (Sahih Bukhari, no. 4073, no. 6570, Sunan At-Tirmidzi, no. 2188, hasan sahih, Sunan
An-Nasa’i, no. 5293, Musnad Ahmad, no. 19542)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa lupa mengerjakan
suatu solat, maka hendaklah dia melaksanakannya ketika dia ingat. Kerana tidak ada tebusannya
(kafarah) kecuali itu.” Allah berfirman: “Dan tegakkanlah solat untuk mengingati-Ku (Toha: 14).” (Sahih
Bukhari, no. 562, Sahih Muslim, no. 1102, Sunan Abu Daud, no. 374, Musnad Ahmad, no. 13345)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah memberi
kelonggaran kepadaku tentang ummatku, mereka tidak dianggap melakukan dosa dari apa yang
dibisikkan dalam dadanya (hatinya) selama tidak dikerjakan atau diucapkannya.” (Sahih Bukhari, no.
2343, Sahih Muslim, no. 181, Sunan At-Tirmidzi, no. 1103, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 3380,
Sunan Ibnu Majah, no. 2034)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mendatangiku dengan tujuan ziarah, yang
dia tidak punya keperluan lain kecuali untuk menziarahiku, maka hak bagi Allah untuk menjadikan aku
sebagai orang yang memberinya syafaat di hari kiamat.” (Riwayat Ad-Daruquthni)
Dari Ibnu Umar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berhaji, lantas
kemudian menziarahiku setelah wafatku, maka dia seperti halnya menziarahiku di waktu hidupku.”
(Riwayat Ad-Daruquthni)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah mendengar dari tuan banyak hadis namun
aku lupa.” Beliau lalu bersabda: “Hamparkanlah selendangmu.” Maka aku menghamparkannya, beliau
lalu (seolah) mencedok sesuatu dengan tangannya, lalu bersabda: “Ambillah.” Aku pun mengambilnya,
maka sejak itu aku tidak pernah lupa lagi.” (Sahih Bukhari, no. 116, no. 3375)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Sesungguhnya orang-orang mengatakan: ‘Abu
Hurairah adalah yang paling banyak menyampaikan hadis dan Allah Maha memenuhi janji.’ Dan mereka
berkata: ‘Mengapa Muhajirin dan Ansar menyampaikan hadis tidak sebanyak yang aku sampaikan?’
Sesungguhnya saudara-saudaraku dari kalangan Muhajirin mereka disibukkan dengan berdagang di
pasar-pasar dan saudara-saudaraku dari kalangan Ansar mereka disibukkan dengan pekerjaan mereka
dalam mengurus harta mereka (bercucuk tanam). Ada pun aku adalah seorang yang miskin, aku selalu
bermulazamah (mendampingi) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan isi perut sekadar keperluan
utama, dan aku selalu hadir (dalam majlis) saat mereka tidak boleh hadir dan dapat menjaga hafalan saat
mereka lupa.” Dan pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekali-kali janganlah
seorang dari kalian menghamparkan kainnya sebelum aku selesai menyampaikan sabdaku ini lalu dia
mengumpulkannya dalam dadanya yang akhirnya dia melupakan sesuatu dari sabdaku untuk
selamanya.” Maka aku hamparkan kainku yang bertujuan kerana aku tidak memiliki kain yang lain hingga
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selesai menyampaikan sabda beliau lalu aku kumpulkan dalam dadaku.”
Maka demi Zat yang mengutus beliau dengan haq, tidaklah aku lupa satu pun dari sabda beliau hingga
hari ini dan demi Allah, kalau bukan kerana dua ayat dalam Kitabullah, maka aku tidak akan
menyampaikannya sesuatu hadis pun kepada kalian selamanya.” Lalu aku membaca ayat 159 dan 160
dari surah Al-Baqarah yang ertinya: ‘Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayah, sesudah Kami menerangkannya
kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk.
Kecuali orang-orang yang bertaubat, dan memperbaiki (amal buruk mereka) serta menerangkan (apa
yang mereka sembunyikan); maka orang-orang itu, Aku terima taubat mereka, dan Akulah Yang Maha
Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani’.” (Sahih Bukhari, no. 2179)
Dari Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu berkata: “Ketika kami sampai di Madinah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mempersaudarakan antara aku dengan Saad bin ar-Rabi, lalu Saad bin ar-
Rabi berkata: “Aku adalah orang Ansar yang paling banyak hartanya, maka aku beri separuh hartaku
untukmu, kemudian lihatlah di antara kedua isteriku siapa yang engkau suka nanti akan aku ceraikan
untukmu, jika dia telah halal maka nikahilah.” Maka Abdurrahman berkata kepadanya: “Aku tidak
memerlukan itu. Begini saja, apakah ada pasar yang sedang berlangsung transaksi jual beli saat ini?”
Sa’ad menjawab: “Pasar Qainuqa’.” Lalu Abdurrahman pergi ke sana, dia membawa keju dan minyak
samin. Dia melakukan hal itu pada hari-hari berikutnya. Abdurrahman tetap berdagang di sana hingga
akhirnya dia datang dengan mengenakan pakaian yang bagus dan penuh aroma wangian. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apakah engkau sudah menikah?” Dia menjawab: “Ya,
sudah.” Lalu beliau bertanya lagi: “Dengan siapa?” Dia menjawab: “Dengan seorang wanita Ansar.”
Beliau bertanya lagi: “Dengan mahar apa engkau melakukan akad nikah?” Dia menjawab: “Dengan
perhiasan sebiji emas, atau sebiji emas.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya:
“Adakanlah walimah (resepsi) walau hanya dengan seekor kambing.” (Sahih Bukhari, no. 1907, Sunan
An-Nasa’i, no. 3335, Musnad Ahmad, no. 12649)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Sudah menjadi kebiasaan seseorang pada masa
hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila bermimpi, biasanya dia menceritakannya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku pun berharap bermimpi hingga aku dapat mengisahkannya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat itu aku masih remaja. Pada suatu hari di zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, aku tidur di masjid lalu aku bermimpi ada dua malaikat memegangku lalu
membawaku ke dalam neraka, aku melihat neraka yang ternyata adalah lubang besar bagaikan lubang
sumur (atau jurang). Neraka itu memiliki dua anjung dan aku melihat di dalamnya ada orang-orang yang
sebelumnya aku sudah mengenal mereka. Dengan melihat mereka, membuat aku berkata: “Aku
berlindung kepada Allah dari neraka.” Kemudian kami berjumpa dengan malaikat lain lalu dia berkata
kepadaku: “Janganlah kamu takut.” Kemudian aku ceritakan mimpiku itu kepada Hafsah, lalu Hafsah
menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau pun bersabda: “Sungguh
Abdullah bin Umar adalah seorang yang beruntung (bahagia) bila dia mendirikan solat malam.” Setelah
peristiwa ini Abdullah bin Umar tidak tidur malam kecuali sedikit. (Sahih Bukhari, no. 1054, Sahih Muslim,
no. 4528)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada Nabi antara aku dan
Isa Ibnu Maryam. Sungguh, kelak dia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Dia adalah
seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi atau pun pendek), berkulit merah keputih-putihan,
mengenakan kain berwarna kekuningan. Seakan rambut kepala menitis meskipun tidak basah. Dia akan
memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, dia menghancurkan salib, membunuh babi
dan membebaskan jizyah (pajak). Pada masanya Allah akan membinasakan semua agama selain Islam.
Isa akan membunuh Dajjal, dan akan tinggal di dunia selama empat puluh tahun. Setelah itu dia
meninggal dan kaum muslimin mensolatkannya.” (Sunan Abu Daud, no. 3766)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, sungguh Ibnu
Maryam (Isa) akan turun sebagai hakim yang adil, lalu dia mematahkan salib, membunuh babi,
menghapuskan jizyah (dari orang kafir) dan anak unta tidak lagi direbutkan. Permusuhan, kebencian dan
saling dengki akan hilang, dan sungguh mereka akan diseru untuk menerima harta (sedekah) namun
tidak ada seorang pun yang menerimanya.” (Sahih Muslim, no. 221, Musnad Ahmad, no. 10001)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan senantiasa ada
dari umatku sekelompok orang yang berperang di atas kebenaran, mereka akan selalu menang hingga
hari kiamat.” Beliau bersabda lagi: “Maka turunlah Isa putera Maryam, lalu pemimpin mereka berkata: ‘Ke
marilah, pimpinlah kami dalam solat.” Nabi Isa berkata: ‘Tidak, sesungguhnya sebahagian kalian adalah
pemimpin atas sebahagian yang lain, sebagai bentuk kemuliaan Allah terhadap umat ini (umat
Muhammad)’.” (Sahih Muslim, no. 225)
Dari Ubadah bin ash-Shamit radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang bersaksi bahawa tidak ada sembahan yang berhak kecuali Allah satu-satunya dengan
tidak menyekutukan-Nya dan bahawa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya dan (bersaksi)
bahawa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan roh
dari-Nya, dan syurga adalah haq (benar adanya), dan neraka adalah haq, maka Allah akan memasukkan
orang itu ke dalam syurga betapa pun keadaan amalnya dan akan dimasukkan ke dalam syurga melalui
salah satu dari ke lapan pintu syurga yang mana saja yang dia mahu.” (Sahih Bukhari, no. 3180, Sahih
Muslim, no. 41)
Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah telah
menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan
bumi.” Rasulullah menambahkan: “Dan Arsy Allah itu berada di atas air.” (Sahih Muslim, no. 4797, Sunan
At-Tirmidzi, no. 2082, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 6291)
Dari An-Nu’man bin Basyir bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah
telah menulis kitab (Al-Quran) sejak dua ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah
menurunkan dua ayat darinya sebagai penutup surah Al-Baqarah, tidaklah keduanya dibaca dalam
rumah selama tiga malam, maka syaitan akan dapat mendekatinya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2807, hasan
gharib, Sunan Ad-Darimi, no. 3253)
Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghampiri kami
saat kami sedang membicarakan sesuatu, beliau bertanya: “Apa yang kalian bicarakan?” Kami
menjawab: “Kami membicarakan hal kiamat.” Beliau bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat hingga muncul
sepuluh tanda; (1) terbitnya matahari dari barat, (2) munculnya binatang melata (Dabbah), (3) keluarnya
Ya’juj dan Ma’juj, (4) Dajjal, (5) Isa putera Maryam, (6) asap dan tiga gempa bumi, (7) gempa di barat, (8)
gempa di timur dan (9) gempa di Jazirah Arab. Dan tanda terakhir adalah (10) keluarnya api dari Yaman,
dari dasar tanah Adn yang akan menghalau manusia menuju Mahsyar.” (Sahih Muslim, no. 5162, Sunan
Abu Daud, no. 3757, Musnad Ahmad, no. 15555)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia berkata: ‘Hartaku,
hartaku’, sesungguhnya hartanya ada tiga; (1) yang dia makan lalu dia habiskan, (2) yang dia kenakan
lalu usang dan (3) yang dia berikan (sedekahkan) lalu dia miliki. Selain dari itu (harta) akan lenyap dan
akan dia tinggalkan untuk manusia.” (Sahih Muslim, no. 5259, Musnad Ahmad, no. 8457)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara tanda-tanda
orang munafik ada tiga: (1) Apabila dia berbicara nescaya dia berbohong, (2) apabila dia berjanji nescaya
dia mengingkari, dan (3) apabila dia dipercayai nescaya dia khianat.” (Sahih Bukhari, no. 32, Sahih
Muslim, no. 90, Sunan At-Tirmidzi, no. 2555, sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 4935, Musnad Ahmad, no.
8331)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata: “Ketika sakit Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bertambah parah
hingga beliau hampir pengsan, beliau diliputi beberapa penderitaan. Fatimah radhiallahu ‘anha berkata:
“Alangkah hebatnya penderitaan ayah.” Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Setelah hari ini,
ayahmu tidak akan mendapatkan penderitaan lagi.” Ketika Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam
meninggal dunia, Fatimah berkata: “Ayah, engkau telah menyambut panggilan Tuhan. Ayah, syurga
Firdauslah tempatmu. Ayah, kepada Jibril ‘alaihissalam aku ucapkan berita kematian ini.” Ketika
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dimakamkan, Fatimah berkata: “Apakah kalian tidak merasa berat
hati menaburkan debu (tanah) kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam?” (Sahih Bukhari, no. 4103)
Daripada Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Allah telah mencipta Adam di
atas bentuknya, tingginya enam puluh hasta, maka apabila Dia telah menciptanya, Dia berkata: “Pergilah
dan berilah salam ke atas kelompok itu daripada para malaikat yang duduk, dan dengarlah apa yang
mereka sapa kamu, maka sesungguhnya ia adalah penyapaan kamu dan penyapaan zuriat kamu.” Maka
Adam berkata: “As-salamu’alaikum (Sejahtera ke atas kamu)”, maka mereka (para malaikat) berkata:
“As-salamu’alaika warahmatullah (Sejahtera ke atas kamu, dan rahmat Allah)”, maka mereka
menambahnya dengan warahmatullah (dan rahmat Allah). Maka setiap sesiapa yang memasuki syurga
adalah di atas bentuk Adam (tinggi enam puluh hasta), maka manusia semenjak zaman Adam tingginya
berkurangan sehingga sekarang.” (Sahih Bukhari, no. 5759, Sahih Muslim, no. 5075)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika
seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca (zikir): “Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala
quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan
kecuali dengan pertolongan-Nya)”, maka malaikat akan berkata kepadanya: “(Sungguh) kamu telah diberi
petunjuk (oleh Allah Taala), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua
keburukan)”, sehingga syaitan-syaitan pun tidak boleh mendekatinya, dan syaitan yang lain berkata
kepada temannya: “Bagaimana (mungkin) kamu boleh (mencelakakan) seorang yang telah diberi
petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Taala)?” (Sunan Abu Daud, no. 4431, Sunan At-Tirmidzi, no.
3348, hasan sahih gharib, Ibnu Hibban)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
menerjunkan diri dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka dia akan jatuh ke neraka
jahannam, dia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa meneguk racun hingga
meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya dan dia akan meneguknya di neraka
jahannam, dia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan
(menusuk dirinya dengan) besi (senjata tajam), maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya dia
akan menusuk ke perutnya di neraka jahannam, dia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya.”
(Sahih Bukhari, no. 5333, Sunan An-Nasa’i, no. 1939, Musnad Ahmad, no. 9805)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang mencekik dirinya (hingga mati) maka dia akan dicekik di neraka dan barangsiapa
yang menikam dirinya (hingga mati) maka dia akan ditikam di neraka.” (Sahih Bukhari, no. 1276, Musnad
Ahmad, no. 9245)
Dari Jundab radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dahulu ada seorang
laki-laki mengalami luka-luka, lalu dia bunuh diri. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: “Hamba-Ku ini
tergesa-gesa dengan dirinya, maka Aku haramkan syurga untuknya.” (Sahih Bukhari, no. 1275)
Dari Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhu bahawasanya ada seorang laki-laki yang mengalami luka-luka,
kemudian dia menghampiri tempat anak panah dan melukai dirinya dengan anak panah tersebut
(sehingga mati). Maka Nabi shallallahu ‘alahi wasallam tidak mahu mengsolatkannya. (Ibnu Hibban,
sahih)
Dari Sahal bin Sa’ad As Sa’idi radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berhadapan dengan kaum Musyrikin, kemudian keduanya saling menyerang. Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bergabung dengan bala tentera dan musuhnya pun bergabung kepada bala
tentera mereka, dan di antara sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada seseorang yang tidak
meninggalkan musuh pun kecuali terus dia mengejarnya untuk dipenggal dengan pedangnya. Setelah itu
seseorang berkata: “Hari ini tidak ada seorang pun dari kita yang mendapat ganjaran pahala
sebagaimana yang didapati si fulan (orang tadi).” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya orang itu termasuk dari penduduk neraka.” Seorang laki-laki dari kaumnya berkata: “Aku
adalah sahabatnya.” Sahal berkata: “Kemudian dia berangkat bersama orang itu, apabila dia berhenti
orang itu pun berhenti dan bilamana dia bergegas maka orang itu pun bergegas bersamanya. Sahal
melanjutkan: “Kemudian laki-laki itu (orang yang berperang tadi) ditemukan dalam keadaan luka yang
sangat parah hingga dia mengharapkan segera mati. Lalu dia meletakkan pedangnya di tanah dan
hujung pedangnya diletakkah di antara dua dadanya lalu dia membunuh dirinya sendiri. Maka orang yang
bersamanya tadi pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata: “Aku bersaksi
bahawa tuan adalah benar-benar utusan Allah.” Beliau bertanya: “Kenapa kamu berkata seperti itu?”
Orang itu menjawab: “Orang yang tuan sebutkan tadi benar-benar penghuni neraka.” Mendengar
perkataannya, para sahabat merasa hairan. Aku lalu berkata: “Aku menjadi saksinya. Aku telah keluar
bersamanya di mana aku mencarinya kemudian aku dapatkan dia dalam keadaan luka parah, hingga dia
berkeinginan supaya cepat mati, lalu dia meletakkan pedangnya di tanah dan hujung pedangnya
diletakkan di antara dua dadanya setelah itu dia membunuh dirinya sendiri.” Pada kesempatan itu juga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang yang mengamalkan
amalan penduduk syurga berdasarkan yang dilihat oleh manusia padahal dia adalah dari golongan
penduduk neraka. Dan ada seseorang yang mengamalkan amalan penduduk neraka berdasarkan yang
dilihat oleh manusia padahal dia sebenarnya dari golongan penduduk syurga.” (Sahih Bukhari, no. 3881)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu
yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam syurga, maka beliau pun menjawab: “Taqwa
kepada Allah dan akhlak yang mulia.” Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan.” (Sunan At-Tirmidzi,
no. 1927, sahih gharib, Sunan Ibnu Majah, no. 4236)
Dari Tsauban (budak) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Apabila seorang muslim mengunjungi saudaranya sesama muslim (yang sakit),
maka orang itu senantiasa berada dalam sebuah taman syurga.” Beliau ditanya: “Bagaimana taman
syurga itu?” Beliau menjawab: “Taman yang penuh dengan buah-buahan yang dapat dipetiknya.” (Sahih
Muslim, no. 4660, SUnan At-Tirmidzi, no. 890, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 21355)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Subhanahu Wa Taala
berfirman: “Hai anak Adam! Aku sakit, mengapa kamu tidak menjenguk-Ku?” Jawab anak Adam: “Wahai
Rabbku, bagaimana hendak mengunjungi Engkau, padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah Taala
berfirman: “Apakah kamu tidak tahu bahawa hamba-Ku si Fulan sakit, mengapa kamu tidak
mengunjunginya? Apakah kamu tidak tahu, seandainya kamu kunjungi dia kamu akan mendapati-Ku di
sisinya?” Allah Subhanahu Wa Taala berfirman: “Hai, anak Adam! Aku meminta makan kepadamu,
mengapa kamu tidak memberi-Ku makan?” Jawab anak Adam: “Wahai Rabbku, bagaimana mungkin aku
memberi engkau makan, padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah Taala berfirman: “Apakah kamu
tidak tahu, bahawa hamba-Ku si Fulan meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberinya makan.
Apakah kamu tidak tahu seandainya kamu memberinya makan nescaya engkau mendapatkan-Ku di
sisinya?” Allah Subhanahu Wa Taala berfirman: “Hai, anak Adam! Aku meminta minum kepadamu,
mengapa kamu tidak memberi-Ku minum?” Jawab anak Adam: “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin
aku memberi Engkau minum, padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah Taala menjawab: “Hamba-
Ku si Fulan meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya
kamu memberinya minum, nescaya kamu mendapatkan-Ku di sisinya.” (Sahih Muslim, no. 4661)
Dari Ali bin Abu Talib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang
muslim menjenguk (ziarah) muslim yang lainnya pada pagi hari, kecuali akan didoakan oleh tujuh puluh
ribu malaikat hingga petang hari. Jika dia menjenguknya pada petang hari, maka dia akan didoakan oleh
tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi. Dan dia akan mendapatkan kebun di syurga kelak.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 891, hasan gharib)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah lebih senang dengan
taubat seseorang di antara kalian daripada senangnya seseorang di antara kalian kerana mendapatkan
barangnya yang hilang.” (Sahih Muslim, no. 4928, Sunan At-Tirmidzi , no. 3461, hasan sahih gharib,
Sunan Ibnu Majah, no. 4237)
Dari Ali bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hak kebaikan seorang muslim atas
muslim lainnya itu ada enam, iaitu; (1) mengucapkan salam jika bertemu, (2) memenuhi undangannya,
(3) mendoakan ‘Yarhamukallah (semoga Allah memberimu rahmat)’ apabila bersin, (4) menjenguknya
apabila sakit, (5) mengiringi jenazahnya apabila meninggal dan (6) mencintainya sebagaimana mencintai
diri sendiri.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2660, hasan, Sunan Ibnu Majah, no. 1423)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sampaikan dariku walaupun
satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari kisah Bani Israil dan itu tidak mengapa (tidak
berdosa). Dan barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja maka bersiap-siaplah
menempati tempat duduknya di neraka.” (Sahih Bukhari, no. 3202, Sunan At-Tirmidzi, no. 2593, hasan
sahih, Musnad Ahmad, no. 6198, Sunan Ad-Darimi, no. 541)
Dari Sa’ad bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Riwayatkan dari (kisah)
Bani Israil dan kalian tidak berdosa, riwayatkan dariku dan janganlah kalian berdusta, barangsiapa
berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia persiapkan tempat duduknya di neraka.”
(Musnad Ahmad, no. 11111)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata; “Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi pilihan
dari dua perkara yang dihadapinya, melainkan beliau mengambil yang paling ringan selama bukan
perkara dosa. Seandainya perkara dosa, beliau adalah orang yang paling menjauhkan diri darinya. Dan
tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah terhadap suatu perkara, melainkan bila beliau
melihat larangan Allah dilanggar, maka beliau akan marah kerana Allah.” (Sahih Bukhari, no. 3296, Sahih
Muslim, no. 4294, Sunan Abu Daud, no. 4153, Musnad Ahmad, no. 23702, Muwatha’ Malik, no. 1401)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan ada
sepasukan tentera yang akan menyerang Kaabah. Ketika mereka sampai di Baida’, mereka
ditenggelamkan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir.” Aisyah radliallahu ‘anha
bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka ditenggelamkan seluruhnya mulai orang yang pertama
hingga yang terakhir sedangkan di dalamnya ada pasukan perang mereka dan yang bukan dari golongan
mereka (yang tidak punya niat yang sama)?” Beliau menjawab: “Mereka akan ditenggelamkan
seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir kemudian mereka akan dibangkitkan pada
hari kiamat sesuai dengan niat mereka masing-masing.” (Sahih Bukhari, no. 1975)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Dalam sebuah peperangan kami pernah duduk-duduk sekitar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bersama kami ada Abu Bakar dan Umar. Lalu beliau beranjak pergi dari
sekeliling kami dan terlambat untuk kembali hingga kami khuatir kalau beliau ditangkap oleh musuh atau
tertimpa musibah. Kami semua sangat khuatir, dan orang yang paling khuatir akan keadaan beliau
adalah aku. Maka aku pun berdiri dan keluar untuk mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
hingga sampai pada sebuah kebun milik kaum Ansar dari Bani Najjar. Aku pun mengelilinginya dengan
harapan akan temui pintu masuk, namun aku tidak mendapatkannya. Dan ternyata ada sebuah aliran
sungai dari luar kebun yang masuk ke tengah-tengah kebun. Maka aku pun berusaha masuk
sebagaimana seekor musang berusaha masuk melalui sebuah lubang sempit. Dan aku pun menemukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berseru: “Abu Hurairah!” Aku pun menjawab: “Ya, wahai
Rasulullah.” “Ada apa?”, tanya beliau. Aku menjawab: “Begini wahai Rasul, engkau tadi sedang bersama-
sama dengan kami, lalu tiba-tiba engkau pergi meninggalkan kami dan lama tidak kembali hingga kami
pun sangat khuatir akan keselamatanmu, terutama aku wahai Rasul. Maka aku pun berusaha memasuki
kebun ini dari sebuah lubang yang sangat sempit sebagaimana seekor musang, dan mereka (para
sahabat yang lain) ada di belakangku.” Sambil berkata beliau memberikan kedua sandalnya kepadaku:
“Wahai Abu Hurairah, bawalah kedua sandalku ini, dan siapa pun yang kau temui di balik kebun ini yang
bersaksi bahawa tidak Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan dia menancapkan keyakinan ini
dalam hatinya, maka berilah khabar gembira kepadanya dengan syurga.” Dan kebetulan orang yang
pertama kali bertemu denganku ialah Umar, maka dia pun bertanya: “Ada apa dengan kedua sandal itu
wahai Abu Hurairah?” Aku menjawab: “Ini adalah kedua sandal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau menyuruhku untuk membawanya dan menyampaikan khabar gembira syurga kepada orang yang
pertama kali bertemu denganku sedang ia bersaksi bahawa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Allah, dan ia menyakininya dengan hatinya.” Maka Umar pun memukulku dengan tangannya tepat di
tengah-tengah dadaku (ulu hati) hingga aku jatuh terduduk, lalu berkata: “Kembalilah wahai Abu
Hurairah!” Maka aku pun kembali menemui Rasulullah dengan wajah menahan tangisan, dan ternyata
Umar saat itu juga mengikutiku. Seketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Ada apa
denganmu wahai Abu Hurairah?” Aku menjawab: “Aku telah bertemu dengan Umar, lalu aku khabarkan
kepadanya mengenai apa yang telah engkau perintahkan kepadaku namun tiba-tiba dia memukulku
dengan keras tepat di ulu hatiku hingga aku jatuh longlai, setelah itu dia berkata: “Kembalilah!” Maka
Rasul pun berkata: “Wahai Umar, kenapa kamu berbuat demikian?” Umar menjawab: “Wahai Rasulullah,
apa benar engkau telah mengutus Abu Hurairah dengan kedua sandalmu itu dan menyuruhnya memberi
khabar gembira dengan syurga bagi orang yang pertama kali ditemuinya sedang ia bersaksi bahawa
tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dengan keyakinan yang mantap dalam hatinya?” Beliau
menjawab: “Ya, benar.” Umar berkata: “Sebaiknya engkau tidak berbuat demikian wahai Rasulullah,
kerana sesungguhnya aku sangat khuatir kalau-kalau manusia akan bergantung padanya, dan biarkanlah
mereka melaksanakan amalan-amalan yang baik.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
(kepada Abu Hurairah): “Biarkanlah mereka (tetap beramal dan tidak mengetahui hadis ini).” (Sahih
Muslim, no. 46)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menunggang kenderaan sementara Mu’adz
membonceng di belakangnya. Beliau lalu bersabda: “Wahai Mu’adz bin Jabal!” Mu’adz menjawab:
“Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu.” Beliau memanggil kembali: “Wahai Mu’adz!” Mu’adz
menjawab: “Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu.” Hal itu hingga terulang tiga kali, beliau lantas
bersabda: “Tidaklah seseorang bersaksi bahawa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,
dan Muhammad adalah Rasulullah, tulus dari dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya
neraka.” Mu’adz lalu bertanya: “Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada orang ramai, sehingga
mereka bergembira dengannya?” Beliau menjawab: “Nanti mereka jadi malas (untuk beramal).” Mu’adz
lalu menyampaikan hadis itu ketika dirinya akan meninggal kerana takut dari dosa (sembunyikan hadis).”
(Sahih Bukhari, no. 125, Sahih Muslim, no. 47)
Dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah
merasakan nikmatnya iman bagi orang yang redha dengan Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai
agama serta Muhammad sebagai Rasul.” (Sahih Muslim, no. 49, Sunan At-Tirmidzi, no. 2547, hasan
sahih, Musnad Ahmad, no. 1682, no. 1683)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang mengatakan: ‘Radhiitu billaahi Rabban wa bil-islaami diinan wa bimuhammadin
rasuulan (Aku redha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai Rasul)’,
maka wajib baginya untuk masuk Syurga.” (Sunan Abu Daud, no. 1306)
Dari Anas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi hingga di
bumi tidak diucapkan lagi ‘Allah, Allah’.” (Sahih Muslim, no. 211, no. 212, Sunan At-Tirmidzi, no. 2133,
hasan, Musnad Ahmad, no. 11601, no. 12199)
Dari Abdullah bin Syaqiq, dia berkata kepada Abu Dzar: “Kalau seandainya aku melihat Rasulullah,
nescaya aku menanyakan itu kepadanya.” Abu Dzar berkata: “Tentang apa yang akan kamu tanyakan?”
Aku menjawab: “Aku akan bertanya: ‘Apakah tuan melihat Rabbmu?’ Abu Dzar berkata: “Aku telah
menanyakan itu, beliau menjawab: ‘Aku hanya melihat cahaya’.” (Sahih Muslim, no. 262, Sunan At-
Tirmidzi, no. 3204, hasan, Musnad Ahmad, no. 20351, no. 20427)
Dari Abu Musa, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri menerangkan kepada kami
lima perkara dengan bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan tidak seharusnya Dia tidur.
Dia berkuasa menurunkan timbangan amal dan mengangkatnya. Kemudian akan diangkat kepada-Nya
(maksudnya dilaporkan) segala amalan pada waktu malam sebelum (dimulai) amalan pada waktu siang,
dan begitu juga amalan pada waktu siang akan diangkat kepadaNya sebelum (dimulai) amalan pada
waktu malam. Hijab-Nya adalah cahaya (riwayat lain api). Andaikata Dia menyingkapkannya, pasti
keagungan Wajah-Nya akan membakar makhluk yang dipandang oleh-Nya.” (Sahih Muslim, no. 263,
Sunan Ibnu Majah, no. 191, Musnad Ahmad, no. 18806)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Zat yang jiwa
Muhammad ada dalam genggaman-Nya, sungguh akan datang kepada kalian suatu masa, di mana
seseorang tidak akan melihatku lagi, kemudian jika seandainya dia dapat melihatku, maka hal itu lebih
dia cintai daripada keluarga dan hartanya.” (Sahih Muslim, no. 4359, Musnad Ahmad, no. 7794)
Dari Al Miswar bin Makhramah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpidato di atas mimbar:
“Sesungguhnya Bani Hisyam bin Al Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan anak mereka
dengan Ali bin Abu Thalib, maka aku tidak mengizinkan mereka, kemudian mereka minta izin lagi, aku
pun tetap tidak mengizinkan mereka, kemudian mereka meminta izin lagi, dan tetap tidak aku izinkan,
kecuali jika Ali ingin mentalak anakku (Fatimah) kemudian menikahi anak mereka. Kerana sesungguhnya
anakku adalah sebahagian dariku. Orang yang telah menghinakannya maka akan menghinakanku pula.
Dan orang yang menyakitinya, bererti menyakitiku pula.” (Sahih Bukhari, no. 4829, Sahih Muslim, no.
4482, Sunan Abu Daud, no. 1773, Sunan At-Tirmidzi, no. 3802, Sunan Ibnu Majah, no. 1988)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku telah melihat diriku
sendiri dalam sebuah mimpi ketika di Hijr, orang-orang Quraisy bertanya kepadaku mengenai perjalanan
malamku (pada waktu isra’ dan mi’raj). Mereka menanyakan beberapa hal mengenai Baitul Maqdis yang
belum aku ketahui dengan pasti sehingga aku pun merasakan kesusahan yang sama sekali belum
pernah aku rasakan sebelumnya.” Beliau bersabda lagi: “Maka Allah pun mengangkatnya untukku agar
aku dapat melihatnya. Dan tidaklah mereka menanyakan kepadaku melainkan aku pasti akan
menjawabnya. Aku telah melihat diriku bersama sekumpulan para Nabi. Dan tiba-tiba aku diperlihatkan
Nabi Musa yang sedang berdiri melaksanakan solat, ternyata dia adalah seorang lelaki yang kurus dan
berambut kerinting, seakan-akan orang Bani Syanuah. Aku juga diperlihatkan Isa bin Maryam yang juga
sedang berdiri melaksanakan solat, Urwah bin Mas’ud Ats Tsaqafi adalah manusia yang paling mirip
dengannya. Telah diperlihatkan pula kepadaku Nabi Ibrahim yang juga sedang berdiri melaksanakan
solat, orang yang paling mirip denganya adalah sahabat kalian ini (yakni diri beliau sendiri). Ketika waktu
solat telah masuk, aku pun mengimami mereka semua. Dan seusai melaksanakan solat, ada seseorang
berkata: ‘Wahai Muhammad, ini adalah malaikat penjaga api neraka (Malik), berilah salam kepadanya!’
Maka aku pun menoleh kepadanya, namun dia segera mendahuluiku memberi salam.” (Sahih Muslim,
no. 251)
Dari Sahl bin Sa’ad bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa dapat
menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara dua bibirnya (lisan) dan di antara kedua pehanya
(kemaluan), maka aku akan menjamin baginya syurga.” (Sahih Bukhari, no. 5993, no. 6309, Sunan At-
Tirmidzi, no. 2332, hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 21757)
Dari Umar bin Al Khattab bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Andai saja kalian
bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, nescaya kalian akan diberi rezeki seperti rezekinya
burung, pergi dengan perut kosong di pagi hari dan pulang di petang hari dengan perut terisi penuh.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 2266, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 4154, Musnad Ahmad, no. 200, no.
348, no. 351)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah
sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali disertai mahramnya
dan janganlah sekali-kali seorang wanita bermusafir kecuali bersama mahramnya.” Lalu ada seorang
laki-laki yang bangkit seraya berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah mendaftarkan diriku untuk mengikuti
suatu peperangan sedangkan isteriku pergi menunaikan haji.” Maka beliau bersabda: “Tunaikanlah haji
bersama isterimu.” (Sahih Bukhari, no. 2784, Sahih Muslim, no. 2391, Musnad Ahmad, no. 1833)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hati orang tua tetap muda dalam
mencintai dua hal; (1) umur panjang dan (2) banyak harta.” (Sahih Muslim, no. 1734, no. 1735, Sunan At-
Tirmidzi, no. 2260, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 4223, Musnad Ahmad, no. 8117, no. 8345)
Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak halal bagi
seseorang untuk memberikan pemberian kemudian dia menariknya kembali, kecuali bagi seorang bapa
terhadap apa yang diberikannya pada anaknya. Dan perumpamaan seorang yang memberikan
pemberian, lalu dia menariknya kembali, adalah seperti seekor anjing yang makan hingga kekenyangan
dan muntah, lalu memakan muntahannya kembali.” (Sunan Abu Daud, no. 3072, Sunan At-Tirmidzi, no.
2058, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 3630, Musnad Ahmad, no. 2014)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang pemuda
menghormati orang yang tua kerana umurnya melainkan Allah akan menjadikan untuknya orang yang
menghormatinya kerana umurnya (di masa tuanya).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1945, gharib)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila memasuki bulan Rejab, maka
beliau bersabda: “Allahumma barik lana fi Rajabi wa Sya’ban wa barik lana fi Ramadhan (Ya Allah,
berkatilah kami di bulan Rejab dan Sya’ban dan berkatilah kami di bulan Ramadhan).” Beliau juga
bersabda: “Malam Jumaat adalah mulia dan harinya terang benderang.” (Musnad Ahmad, no. 2228)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam melarang mencukur
sebahagian rambut di kepala dan membiarkan sebahagian lain (Al Qaza’). (Sahih Bukhari, no. 5466,
Sunan Abu Daud, no. 3661, no. 3662, Sunan An-Nasa’i, no. 5133, no. 5134, no. 5135, no. 5136, Sunan
Ibnu Majah, no. 3627, Musnad Ahmad, no. 5291, no. 6134)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari
kalian dikuburkan, maka akan datang kepadanya dua Malaikat yang hitam dan kedua mata mereka biru.
Salah satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakir. Keduanya bertanya: ‘Apakah
pendapatmu mengenai lelaki ini (Muhammad)?’ Lalu dia menjawab sebagaimana yang pernah dikatakan
dahulu: ‘Dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahawa tidak ada Ilah selain Allah dan
Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.’ Keduanya berkata: ‘Kami sudah mengetahui bahawa
kamu akan mengucapkan demikian.’ Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta dikali
tujuh puluh hasta. Lalu diterangi dan dikatakan kepadanya: ‘Tidurlah.’ Dia berkata: ‘Biarkanlah aku
kembali kepada keluargaku untuk mengkhabarkan kepada mereka.’ Keduanya berkata: ‘Tidurlah seperti
pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dia cintai’, hingga Allah
membangkitkannya dari tempat tidurnya. Ada pun seorang munafik akan berkata: ‘Aku hanya mendengar
orang-orang mengatakannya lalu aku ikut mengatakannya. Aku tidak tahu.’ Keduanya (malaikat) berkata:
‘Kami sudah tahu kamu akan mengatakan demikian.’ Lalu dikatakan kepada bumi: ‘Himpitlah dia!’ Lantas
bumi menghimpitnya hingga persendiannya hancur. Dan dia terus diazab di dalamnya hingga Allah
membangkitkan dari tempat tidurnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 991, hasan)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seseorang telah
meninggal, maka akan ditampakkan padanya tempatnya pada pagi hari dan pada petangnya. Jika dia
dari penduduk syurga, maka akan ditampakkan syurga, jika dia ahli neraka maka akan ditampakkan
neraka. Dikatakan kepadanya: ‘Ini adalah tempatmu sampai Allah membangkitkanmu pada Hari Kiamat’.”
(Sahih Bukhari, no. 1290, no. 3001, Sahih Muslim, no. 5110, no. 5111, Sunan At-Tirmidzi, no. 992, hasan
sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 2043, no. 2045, Sunan Ibnu Majah, no. 4260, Musnad Ahmad, no. 5656, no.
5786, Muwatha’ Malik, no. 502)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang
muslim meninggal pada hari Jumaat atau malam Jumaat, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah
kubur.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 994, Musnad Ahmad, no. 6294, no. 6359, no. 6753)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tujuh puluh ribu orang dari
umatku akan masuk syurga tanpa dihisab.” Lalu seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, doakanlah
kepada Allah supaya aku tergolong dari kalangan mereka.” Beliau pun berdoa: “Ya Allah, masukkanlah
dia ke dalam golongan mereka itu.” Kemudian seorang dari golongan Ansar ikut berdiri dan berkata:
“Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah supaya aku tergolong dari kalangan mereka.” Beliau
bersabda: “Ukasyah telah mendahului kamu.” (Sahih Bukhari, no. 5364, no. 6060, Sahih Muslim, no. 317,
no. 320)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Seorang laki-laki bertanya: “Dimanakah tempatku jika saya terbunuh
ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Di syurga.” Setelah mendengar itu, dia membuang buah kurma yang
ada di tangannya kemudian maju bertempur sampai meninggal.” (Sahih Bukhari, no. 3740, Sahih Muslim,
no. 3518, Sunan An-Nasa’i, no. 3103)
Dari Abu Dzar bahawa Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Ditunjukkan kepadaku segala amal
umatku, yang baik dan yang buruk. Maka aku mendapatkan di antara kebaikan amal umatku adalah
membuang rintangan yang mengganggu di jalanan. Dan aku mendapatkan dalam amal buruk umatku
adalah meludah (kahak) di masjid tanpa ditanam (dibuang).” (Sahih Muslim, no. 859, Sunan Ibnu Majah,
no. 3673, Musnad Ahmad, no. 20569, no. 20570, no. 20586)
Dari Abu Barzah bahawa pada suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin
bertempur melawan musuh hingga memperoleh harta rampasan perang. Usai pertempuran, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat: “Apakah kalian kehilangan seorang sahabat
kalian?” Para sahabat menjawab: “Ya. Kami telah kehilangan fulan, fulan, dan fulan.” Rasulullah bertanya
lagi: “Apakah kalian kehilangan seorang sahabat kalian?” Para sahabat menjawab: “Ya, kami telah
kehilangan fulan, fulan, dan fulan.” Sekali lagi Rasulullah bertanya: “Apakah kalian merasa kehilangan
seorang dari sahabat kalian?” Para sahabat menjawab: “Ya, Kami telah kehilangan fulan, fulan dan
fulan.” Kemudian Rasulullah melanjutkan pernyataannya dan berkata: “Tapi aku sungguh telah
kehilangan Julaibib. Oleh kerana itu, tolong cari di manakah dia?” Lalu para sahabat berupaya mencari
jasad Julaibib di tengah-tengah korban pertempuran. Akhirnya mereka menemukan jasadnya di sebelah
tujuh orang kafir yang telah dibunuhnya, hingga dia sendiri gugur sebagai syahid di tangan orang-orang
kafir. Tak lama kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mayat Julaibib dan berdiri di
atasnya seraya berkata: “Sesungguhnya Julaibib telah membunuh tujuh orang kafir dan mereka
membunuhnya. Julaibib ini termasuk dalam kelompokku dan aku termasuk dalam kelompoknya. Julaibib
ini termasuk dalam kelompokku dan aku termasuk dalam kelompoknya.” Abu Barzah berkata: “Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan mayat Julaibib di atas kedua lengannya. Tidak ada
alas bagi jasad Julaibib kala itu selain kedua lengan Rasulullah. Lalu para sahabat menggali kubur untuk
jasad Julaibib dan dimasukkan ke dalamnya serta tidak disebutkan tentang mandi.” (Sahih Muslim, no.
4519)
Dari Abu Barzah Al Aslamy menyebutkan bahawa sudah menjadi tradisi orang-orang Ansar bila mereka
memiliki wanita janda, maka mereka tidak menikahkan anak puterinya sehingga mengetahui apakah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki hajat atau tidak. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kepada seorang lelaki Ansar: “Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu!” Lalu dia
menjawab: “Silakan kehormatan dan kemuliaan buatku.” Lalu beliau bersabda: “Sungguh aku
menginginkannya bukan untukku.” Lalu dia bertanya: “Lalu untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau
bersabda: “Untuk Julaibib.” Dia mengatakan: “Wahai Rasulullah, aku akan bermusyawarah dulu dengan
ibunya.” Lalu dia mendatangi isterinya dan mengatakan padanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
hendak menikahi puterimu.” Isterinya menjawab: “Sungguh kehormatan dan kemuliaan buatku.”
Suaminya berkata: “Tetapi bukan untuk beliau, beliau melamarkan untuk Julaibib.” Isterinya berkata:
“Apakah Julaibib itu anaknya, apakah Julaibib itu anaknya, apakah Julaibib itu anaknya? Demi Allah,
jangan kau nikahkan puterimu dengan Julaibib!” Ketika dia bangun dan hendak melaporkan keputusan
isterinya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, puterinya berkata: “Siapa yang meminangku
pada kalian?” Lalu ibunya mengkhabarkannya. Lalu puterinya itu berkata: “Apakah kalian hendak
menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Relakanlah aku, sungguh beliau tidak akan
menyengsarakan aku.” Lalu datanglah ayahnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
mengkhabari beliau, dia berkata: “Nikahkanlah ia!” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menikahkannya dengan Julaibib. Dia (Abu Barzah) berkata: Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
keluar untuk berperang hingga peperangan usai dan semua atas kehendak Allah, lalu beliau bersabda
pada para sahabatnya: “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab: “Kami kehilangan
Fulan, kami kehilangan si Fulan.” Beliau bersabda: “Lihatlah, apakah kalian kehilangan seseorang?”
Mereka menjawab: “Tidak.” Lalu Rasulullah bersabda: “Tetapi aku kehilangan seseorang, aku kehilangan
Julaibib, carilah dia di antara orang-orang yang meninggal.” Lalu mereka mencarinya dan berhasil
menemukannya di antara tujuh orang musuhnya yang berhasil dia bunuh kemudian mereka
membunuhnya.” Lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah, ini dia di antara tujuh orang yang mati, mereka
berhasil dia bunuh lalu mereka membunuhnya.” Lalu datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dan berdiri berdekatannya seraya bersabda: “Dia telah membunuh tujuh orang lalu mereka
membunuhnya, dia adalah sebahagianku dan aku dari golongannya (beliau ulang dua atau tiga kali).”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkatnya dan beliau menguburkannya yang tiada
tumpuan kecuali pundak (bahu) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau letakkan di tempat
kuburnya dan tidak disebutkan bahawa dia dimandikan.” Ishak bin Abdullah bin Abu Thalhah
menceritakan pada Tsabit, dia berkata: “Apakah kalian tahu apa yang diucapkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuknya (Julaibib)?” Dia melanjutkan: “Allahumma shubba ‘alaihal khair shubba, walaa
taj’al ‘aisyaha kaddan kaddan (Ya Allah berikanlah kebaikan untuk isterinya yang melimpah, dan jangan
engkau beri dalam kehidupannya kesempitan-kesempitan).” Dia berkata: “Tiada seorang janda Ansar
yang paling banyak berinfak (di Kota Madinah) melebihi dia, isteri Julaibib.” (Musnad Ahmad, no. 18948)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Bayi yang pertama kali lahir dalam Islam adalah Abdullah bin Az
Zubair di mana mereka membawanya ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengambil sebutir kurma kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Dan yang
pertama kali masuk ke dalam perutnya adalah air liur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Sahih Bukhari,
no. 3620)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kelak bumi akan
mengeluarkan semua isi perutnya semisal tiang dari emas dan perak lalu akan datang seorang
pembunuh seraya berkata: ‘Kerana benda inilah aku membunuh.’ Lalu datang pula orang yang
memutuskan tali silaturrahim seraya berkata: ‘Kerana benda inilah aku memutuskan tali silaturrahim.’
Lalu datang pula seorang pencuri seraya berkata: ‘Kerana benda inilah tanganku dipotong.’ Kemudian
mereka semua meninggalkannya begitu saja dan tidak mengambilnya sedikit pun.” (Sahih Muslim, no.
1683, Sunan At-Tirmidzi, no. 2134, hasan sahih gharib)
Dari Ali bin Abi Talib bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian berdusta
terhadapku (atas namaku), kerana barangsiapa berdusta terhadapku dia akan masuk neraka.” (Sahih
Bukhari, no. 103, no. 106, Sahih Muslim, no. 2, no. 4, Sunan At-Tirmidzi, no. 2583, no. 2584, Sunan Ibnu
Majah, no. 30, no. 31, no. 33, Musnad Ahmad, no. 551, no. 595)
Dari Al Mughirah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
berdusta kepadaku tidak sama dengan orang yang berdusta kepada orang lain. Barangsiapa yang
berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia bersiap-siap (mendapat) tempat duduknya di
neraka.” (Sahih Bukhari, no. 1209, Sahih Muslim, no. 5)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah
seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan (tanpa
menyelidiki kebenarannya).” (Sahih Muslim, no. 6, Sunan Abu Daud, no. 4340)
Mu’awiyah menulis surat kepada Al Mughirah bin Syu’bah (yang isinya): “Tuliskanlah untuk aku sesuatu
yang kamu dengar dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam.” Maka dia menulis untuknya: “Aku mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah membenci untuk kalian tiga hal; (1) Orang yang
menyampaikan setiap hal yang didengarnya (tanpa memeriksa kebenarannya), (2) mengsia-siakan harta
dan (3) banyak bertanya.” (Sahih Bukhari, no. 1383, Sahih Muslim, no. 3238, Musnad Ahmad, no. 17473)
Dari Imran bin Hussain bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sifat malu itu tidak datang
kecuali dengan kebaikan.” Maka Busyair bin Ka’b berkata: “Telah tertulis dalam hikmah, sesungguhnya
dari sifat malu itu terdapat ketenangan, sesungguhnya dari sifat malu itu terdapat ketenteraman.” Maka
Imran berkata kepadanya: “Aku menceritakan kepadamu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sementara kamu menceritakan kepadaku dari catatanmu (kitab terdahulu).” (Sahih Bukhari, no. 5652,
Sahih Muslim, no. 53, Sunan Abu Daud, no. 4163, Musnad Ahmad, no. 18989)
Dari Abu Mas’ud bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang diperoleh
manusia dari ucapan kenabian yang terdahulu adalah: ‘Jika kamu tidak mempunyai rasa malu, maka
berbuatlah sesukamu’.” (Sahih Bukhari, no. 3224, no. 3225, no. 5655, Sunan Abu Daud, no. 4164, Sunan
Ibnu Majah, no. 4173, Musnad Ahmad, no. 16470, no. 16478, no. 16485, no. 21314, no. 22170)
Dari Salman bin Al Islam bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Tuhan kalian Yang Maha Suci dan Maha Tinggi adalah Maha Hidup dan Mulia, Dia merasa malu dari
hamba-Nya apabila dia (hamba) mengangkat kedua tanganya kepada-Nya dan mengembalikannya
dalam keadaan kosong.” (Sunan Abu Daud, no. 1273, Sunan Ibnu Majah, no. 3855)
Dari Ali bin Abi Talib bahawa Fatimah radhiallahu ‘anha pernah mengeluh tentang apa yang dialaminya
kerana menumbuk dan menggiling tepung. Kemudian dia mendapat berita bahawa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mendapatkan tawanan (hamba), maka dia datangi beliau sekaligus dia minta seorang
pembantu namun beliau tidak setuju. Kemudian Fatimah menceritakan perkara itu kepada Aisyah. Ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang, Aisyah menceritakannya kepada beliau. Maka beliau
mendatangi kami berdua saat kami sudah masuk ke tempat tidur kami untuk beristirehat lalu beliau
bersabda: “Tetaplah kalian di situ.” Hingga aku mendapatkan kedua kaki beliau yang dingin berhampiran
dadaku. Beliau bersabda: “Mahukah kalian berdua aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang
kalian berdua pinta, iaitu jika kalian sudah berada di tempat tidur kalian, bacalah takbir (Allahu Akbar) tiga
puluh empat kali, hamdalah (Alhamdulillah) tiga puluh tiga kali dan tasbih (Subhanallah) tiga puluh tiga
kali kerana sesungguhnya bacaan-bacaan ini lebih baik dari apa yang kalian berdua minta (pembantu).”
(Sahih Bukhari, no. 2881, Sunan Abu Daud, no. 4403, Musnad Ahmad, no. 1085)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terjadi hari
kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke
mana-mana sambil membawa harta zakatnya, tetapi dia tidak mendapatkan seorang pun yang bersedia
menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-
padang rumput dan sungai-sungai.” (Sahih Muslim, no. 1681)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta
dan anak, sementara ayahku juga memerlukan hartaku.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Engkau dan hartamu milik ayahmu.” (Sunan Ibnu Majah, no. 2282, Musnad Ahmad, no. 6608)
Dari Abdullah bin Amru, dia berkata: “Seorang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan berkata: “Bapaku meminta hartaku!” Beliau bersabda: “Kamu dan hartamu adalah milik bapamu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan kembali: “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah
dari hasil usaha kalian yang terbaik, maka makanlah dari hasil usaha mereka.” (Sunan Ibnu Majah, no.
2283, Musnad Ahmad, no. 6391, no. 6706)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap umatku dimaafkan
(dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya di antara menampak-
nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah
telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata: ‘Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini
dan itu’, padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Dia pun bermalam dalam
keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya dia menyingkap apa yang telah
ditutupi oleh Allah.” (Sahih Bukhari, no. 5608, Sahih Muslim, no. 5306)
Dari Anas radhiallahu’anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang beliau riwayatkan dari
Rabbnya (hadis Qudsi), Allah berfirman: “Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal,
maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika dia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta maka Aku
mendekat kepadanya sedepa, dan jika dia mendekatkan diri kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan
mendatanginya dengan berlari.” (Sahih Bukhari, no. 6982, Musnad Ahmad, no. 10210, no. 11839, no.
11870)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman: “Aku bergantung pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan bersama hamba-Ku
ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam
diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku di tengah orang banyak, maka Aku juga akan mengingatnya di tengah
orang banyak yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku
akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan
mendekat kepadanya sedepa. Apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang
kepadanya dengan berlari.” (Sahih Muslim, no. 4850)
Dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata: “Ketika kami sedang duduk duduk di masjid bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba Mus’ab bin Umair muncul tidak membawa apa pun kecuali
selendangnya yang penuh dengan tampalan kulit, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melihatnya, beliau menangis kerana mengingat kenikmatan Mus’ab dahulu dibandingkan hari ini lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bagaimana dengan salah seorang dari kalian yang di
pagi hari mengenakan satu pakaian dan di siang harinya mengenakan yang lain lagi, dan di depannya
disiapkan hidangan makanan kemudian diganti lagi dengan hidangan yang lain, kalian selimuti rumah
kalian sebagaimana Kaabah diselimuti?” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, pada hari itu kami
lebih baik dari sekarang ini sehingga kami fokus dalam beribadah dan kami diberi kecukupan dari
tanggungan hidup.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jesteru hari ini kalian
lebih baik daripada hari itu.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2400, hasan gharib)
Dari Aisyah Ummul Mukminin bahawasanya dia berkata: “Permulaaan wahyu yang datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah beliau
bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian beliau dianugerahi kecintaan untuk
menyendiri, lalu beliau memilih Gua Hira’ dan bertahannuts iaitu ibadah di malam hari dalam beberapa
waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya untuk mempersiapkan bekal untuk
bertahannuts kembali. Kemudian beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya
datang Al Haq saat beliau di Gua Hira’, Malaikat datang seraya berkata: “Bacalah!” Beliau menjawab:
“Aku tidak boleh membaca.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan: “Maka Malaikat itu
memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!” Beliau
menjawab: “Aku tidak boleh membaca.” Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat
kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak boleh membaca.”
Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu
melepaskanku, dan berkata lagi: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam
keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khuwailid seraya berkata: “Selimuti aku, selimuti aku!”
Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya. Lalu beliau menceritakan peristiwa yang terjadi kepada
Khadijah: “Aku mengkhuatirkan diriku.” Maka Khadijah berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan
mencelakakanmu selamanya, kerana engkau adalah orang yang menyambung silaturrahim.” Khadijah
kemudian mengajak beliau untuk bertemu dengan Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul ‘Uzza, putera
pakcik Khadijah, yang beragama Nasrani di masa jahiliyah, dia juga menulis buku dalam bahasa Ibrani,
juga menulis Kitab Injil dalam bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waraqah sudah tua dan matanya
buta. Khadijah berkata: “Wahai putera pakcikku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putera
saudaramu ini.” Waraqah berkata: “Wahai putera saudaraku, apa yang sudah kamu alami.” Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waraqah berkata: “Ini
adalah Namus, seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya aku masih muda
dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya: “Apakah aku akan diusir mereka?” Waraqah menjawab: “Ya. Kerana tidak ada satu orang pun
yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi).
Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekemampuanku.” Waraqah
tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut kerana lebih dahulu meninggal dunia pada masa
fatrah (kekosongan) wahyu. Ibnu Syihab berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin
Abdurrahman bahwa Jabir bin Abdullah Al Anshari bertutur tentang kekosongan wahyu, sebagaimana
yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ceritakan: “Ketika sedang berjalan aku mendengar suara dari
langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di Gua Hira’,
duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: “Selimuti aku.
Selimuti aku.” Maka Allah Ta’ala menurunkan wahyu: “Wahai orang yang berselimut”, sampai firman
Allah “dan berhala-berhala tinggalkanlah.” Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.” (Sahih
Bukhari, no. 3)
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata: “Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad bin Abi Waqas kepada Umar.
Maka Umar menggantinya dengan Ammar. Mereka mengadukan Sa’ad kerana dianggap tidak baik
dalam solatnya. Maka Sa’ad dikirim kepada Umar dan ditanya: “Wahai Abu Ishaq, penduduk Kufah
menganggap kamu tidak baik dalam solat?” Abu Ishaq menjawab: “Demi Allah, aku memimpin solat
mereka sebagaimana solatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidaklah aku mengurangi sedikit
pun dalam melaksanakan solat Isyak bersama mereka. Aku memanjangkan bacaan pada dua rakaat
pertama dan aku pendekkan pada dua rakaat yang akhir.” Umar berkata: “Wahai Abu Ishaq, kami juga
menganggap begitu terhadapmu.” Kemudian Umar mengutus seorang atau beberapa orang bersama
Sa’ad ke Kufah. Orang itu kemudian bertanya kepada para penduduk tentang Sa’ad, tidak ada satu pun
masjid yang dikunjungi tanpa menanyakan tentang Sa’ad, mereka semua mengagumi Sa’ad dan
mengenalnya dengan baik. Hingga akhirnya sampai ke sebuah masjid milik Bani ‘Abs, lalu salah seorang
dari mereka yang bernama Usamah bin Qatadah dengan nama panggilan Abu Sa’dah berkata: “Jika
kalian minta pendapat kami, maka kami katakan bahawa Sa’ad adalah seorang yang tidak memudahkan
pasukan, bila membahagi tidak sama dan tidak adil dalam mengambil keputusan.” Maka Sa’ad berkata:
“Demi Allah, sungguh aku akan berdoa dengan tiga doa: “Ya Allah jika dia, hambamu ini, berdusta, dan
mengatakan ini dengan maksud riya’ atau sum’ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah
kefakirannya dan campakkanlah dia dengan berbagai fitnah.” Setelah beberapa masa kemudian, orang
tersebut bila ditanya mengapa keadaannya jadi sengsara begitu, maka dia menjawab: “Aku orang tua
renta yang terkena fitnah akibat doanya Sa’ad.” Abdul Malik berkata: “Aku sendiri melihat kedua alisnya
telah panjang ke bawah menutupi kedua matanya, dan sungguh dia disia-siakan saat berada di jalan-
jalan.” (Sahih Bukhari, no. 713)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Ketika Aisyah berada di rumahnya tiba-tiba dia mendengar suara di
Madinah, dia berkata: “Ada apa ini?” Orang-orang berkata: “Rombongan dagang Abdur Rahman bin Auf
yang datang dari Syam dia membawa apa saja.” Anas bin Malik berkata: “Berupa tujuh ratus ekor unta,
hingga Madinah bergetar kerana suara gemuruh.” Maka Aisyah berkata: “Saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh saya melihat Abdur Rahman bin Auf masuk syurga
dengan merangkak”, lalu hal itu sampai kepada Abdur Rahman bin Auf hingga dia berkata: “Jika saya
boleh, saya ingin masuk syurga dengan berdiri.” Selanjutnya dia menyumbangkan seluruh unta dan
barang bawaannya di jalan Allah Azza Wa Jalla.” (Musnad Ahmad, no. 23698)
Dari Ka’ab bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Roh seorang mukmin jika
meninggal, akan terbang dan bergantung di pohon syurga sampai Allah Tabaraka Wa Ta’ala
mengembalikan kepada jasadnya pada hari Allah membangkitkannya.” (Musnad Ahmad, no. 15217, no.
15218, no. 15220, no. 15227)
Dari Abdullah bin Syaqiq bahawa seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, bilakah anda dijadikan
(diutus sebagai) Nabi?” Beliau menjawab: “Tatkala Adam masih berupa roh dan jasadnya.” (Musnad
Ahmad, no. 16028, no. 19686, no. 22128)
Dari Syaddad bin Aus bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian mendatangi
orang yang telah meninggal di antara kalian, maka tutuplah matanya. Sesungguhnya penglihatan itu
mengikuti roh dan katakanlah perkataan yang baik-baik, sebab perkataan yang diucapkan keluarga
mayat itu akan diaminkan oleh malaikat.” (Musnad Ahmad, no. 16513)
Dari Ummu Salamah, dia berkata: “Ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam menemui Abu Salamah,
matanya masih terbeliak, lantas beliau memejamkannya. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya
apabila roh dicabut akan diikuti oleh mata.” Seketika keluarganya menjadi ramai. Lantas beliau bersabda:
“Janganlah kalian berdoa atas diri kalian kecuali kebaikan, kerana para malaikat mengaminkan atas apa
yang kalian ucapkan.” Kemudian beliau berdoa: “Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah darjatnya
bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah penggantinya bagi orang-orang yang ditinggalkan
setelahnya. Ampunilah kami dan dia, ya Tuhan sekalian alam. Ya Allah, luaskanlah kuburnya dan
terangilah ia di dalamnya.” (Musnad Ahmad, no. 25332)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahuma ‘anhu, dia berkata: “Suatu hari jenazah pernah melalui di hadapan
kami maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri menghormatinya dan kami pun ikut berdiri. Lalu kami
tanyakan: “Wahai Rasulullah, jenazah itu adalah seorang Yahudi.” Maka beliau bersabda: “Jika kalian
melihat jenazah maka berdirilah.” (Sahih Bukhari, no. 1228)
Dari Jabir radhiallaahu ‘anhu, dia berkata: “Ada jenazah yang melalui depan kami, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan kami pun ikut berdiri. Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, itu
adalah jenazah seorang Yahudi.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya kematian itu adalah sesuatu yang
menakutkan, jika kalian melihat jenazah, berdirilah!” (Sunan An-Nasa’i, no. 1896, Musnad Ahmad, no.
13906)
Dari Anas bin Malik bahawa ada jenazah diusung melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu
beliau berdiri, maka dikatakan kepada beliau: “Jenazah itu adalah seorang Yahudi!” Beliau bersabda:
“Kami berdiri kerana ada malaikat.” (Sunan An-Nasa’i, no. 1903)
Al Hasan bin Ali sedang duduk, lalu ada jenazah diusung melaluinya, orang-orang berdiri hingga jenazah
itu melalui. Lalu Al Hasan berkata: “Jenazah seorang Yahudi diusung, sementara Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sedang duduk di jalan yang dilaluinya, beliau tidak senang ada jenazah seorang Yahudi
berada di atas kepalanya, lalu beliau berdiri!” (Sunan An-Nasa’i, no. 1901)
Dari Al Hasan bin Ali bahawa suatu ketika jenazah melalui berhampirannya, orang-orang pun berdiri
sedang Al Hasan bin Ali tidak berdiri. Al Hasan bertanya: “Apa yang kalian lakukan?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri kerana merasa terganggu dengan bau badan seorang Yahudi.”
(Musnad Ahmad, no. 1628)
Aisyah radhiallahu ‘anha telah mengkhabarkan mengenai proses pembai’ahan terhadap kaum wanita, dia
berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita mana
pun, beliau hanya mengambil bai’ah dari mereka. Ketika mereka telah memberikan bai’ahnya kepada
beliau, maka beliau bersabda: “Pergilah, sungguh aku telah membai’ah kamu.” (Sahih Muslim, no. 3471,
Sunan Abu Daud, no. 2552, Musnad Ahmad, no. 23685)
Dari Umaimah binti Ruqaiqah, dia berkata: “Aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika
para wanita membai’ahnya untuk Islam. Kami mengatakan: “Wahai Rasulullah, kami membai’ah anda
untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh
anak-anak kami, tidak mendatangi kejahatan yang telah kami lakukan antara kedua tangan dan kaki
kami, dan tidak bermaksiat terhadap anda dalam kebaikan.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menambahkan: “Semampu dan sekuat kalian.” Kami menyahutnya: “Allah dan Rasul-Nya lebih
kami sayangi daripada diri kami. Wahai Rasulullah, kemarilah, kami akan membai’ahmu.” Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku tidak akan bersalaman dengan wanita.
Perkataanku terhadap seratus wanita adalah seperti perkataanku terhadap seorang wanita, atau seperti
perkataanku untuk satu wanita.” (Muwatha’ Malik, no. 1556, Musnad Ahmad, no. 25767)
Dari Asma’ binti Yazid bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpulkan para wanita kaum
Muslimin untuk berbai’ah, maka Asma’ berkata kepada beliau: “Tidakkah tuan menghulurkan tanganmu
wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Sesungguhnya aku
tidak berjabat tangan dengan wanita, akan tetapi aku hanya sekadar mengambil sumpah dari mereka.”
(Musnad Ahmad, no. 26291)
Dari Asma’ binti Yazid bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku
tidak pernah berjabat tangan dengan seorang wanita (yang bukan mahram).” (Musnad Ahmad, no.
26312)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Seorang laki-laki masuk masjid pada hari Jumaat sementara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah. Laki-laki itu melangkahi pundak (bahu) orang-
orang hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Duduklah! Sungguh engkau telah
terlambat dan menyakiti (orang lain).” (Sunan Abu Daud, no. 943, Sunan An-Nasa’i, no. 1382, Sunan
Ibnu Majah, no. 1105, Musnad Ahmad, no. 17036)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Segala sesuatu yang memabukkan
adalah khamar, dan segala sesuatu yang memabukkan adalah haram. Barangsiapa minum sesuatu yang
memabukkan maka solatnya selama empat puluh pagi tidak diterima, apabila dia bertaubat maka Allah
akan memberinya taubat. Dan jika pada kali keempatnya dia kembali minum, maka menjadi hak atas
Allah untuk memberinya minum dari thinah al khabal.” Beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, apakah thinah
al khabal itu?” Beliau menjawab: “Nanah penghuni Neraka. Dan barangsiapa memberi minum khamar
pada anak kecil, sementara anak kecil tidaklah mengetahui halal dan haramnya, maka Allah akan
memberinya minum dari thinah al khabal.” (Sunan Abu Daud, no. 3195)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesuatu yang
memabukkan, maka banyak dan sedikitnya adalah haram.” (Sunan Abu Daud, no. 3196, Sunan At-
Tirmidzi, no. 1788, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 3383, no. 3384, no. 3385, Musnad Ahmad, no.
5390, no. 6271, no. 6387, no. 14176)
Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu berkata: “Janganlah masuk ke tempat-tempat orang musyrik apabila
mereka melakukan upacara keagamaan mereka kerana murka Allah sedang turun kepada mereka.”
(Riwayat Al-Baihaqi)
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Sesungguhnya (sesetengah) peniaga-peniaga adalah
mereka yang jahat-jahat.” Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual
beli?” Nabi shallallahu ‘alahi wasallam menjawab: “Bahkan, tetapi peniaga (yang fujjar atau jahat) ini
mereka kerap bersumpah (tentang kehebatan barangan yang dijual) dan mereka berdosa kerananya,
mereka juga bila bercakap (ketika promosi) mereka akan sentiasa berbohong.” (Riwayat Al-Hakim, sahih
isnadnya menurut syarat Al-Bukhari & Muslim; Al-Baihaqi)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam apabila selesai daripada
solatnya, maka beliau menyapu dahinya dengan tangan kanannya sambil berdoa:
‫ اللهم أذهب عني الهم والحزن‬، ‫أشهد أن َل إله إَل هللا الرحمن الرحيم‬
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, Ya Allah jauhkan
daripadaku kesakitan dan kedukacitaan.” (Riwayat al-Tabarani, dhaif, Al-Azkar Imam Nawawi, 69)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika Nabi Sulaiman bin
Daud selesai membangun Baitul Maqdis, dia meminta Allah tiga hal; (1) hukum yang sesuai dengan
hukum-Nya, (2) kerajaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang setelahnya, dan (3) tidak ada seorang pun
yang mendatangi masjid ini kecuali untuk solat, melainkan akan keluar semua dosanya sebagaimana
bayi yang dilahirkan ibunya.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua perkara pertama telah
dikabulkan, dan aku berharap yang ketiga juga telah diberikan.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1398, Sunan An-
Nasa’i, no. 686)
Dari Ummu Salamah bahawa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang berniat umrah dari Baitul Maqdis, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Sunan
Ibnu Majah, no. 2992, no. 2993, Musnad Ahmad, no. 25347)
Dari Abu Umamah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan ada sekelompok
ummatku yang sentiasa berada di atas kebenaran, menang dan mengalahkan musuh mereka, orang
yang menentang mereka tidaklah membahayakan mereka kecuali cubaan yang menimpa mereka hingga
urusan Allah tiba dan mereka seperti itu.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah! Di mana mereka?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di Baitul Maqdis dan di sisi-sisi Baitul Maqdis.”
(Musnad Ahmad, no. 21286)
Dari Dzu Al Ashabi’, dia berkata: “Wahai Rasulullah, jika kami diuji dengan panjang umur setelah anda,
maka anda menyuruh ke mana?” Beliau bersabda: “Pergilah ke Baitul Maqdis, semoga akan lahir darimu
keturunan yang akan pergi ke masjid itu baik pagi mahu pun petang harinya.” (Musnad Ahmad, no.
16037)
Dari Al Bara’ bin Azib radhiallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam solat
menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menginginkan kiblat tersebut dialihkan ke arah Kaabah. Maka Allah menurunkan ayat:
‘Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit’ (Al-Baqarah: 144). Maka kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke Kaabah. Lalu berkatalah orang-orang yang kurang akal, iaitu
orang-orang Yahudi: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis)
yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Dia
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.” Kemudian ada seseorang
yang ikut solat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, orang itu kemudian keluar setelah
menyelesaikan solatnya. Kemudian orang itu melewati kaum Ansar yang sedang melaksanakan solat
Asar dengan menghadap Baitul Maqdis. Lalu orang itu bersaksi bahawa dia telah solat bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menghadap Kaabah. Maka orang-orang itu pun berputar
dan menghadap Kaabah.” (Sahih Bukhari, no. 384)
Dari Al Bara’ bin Azib radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: “Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tiba di Madinah, beliau solat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan,
padahal beliau amat senang jika disuruh menghadap Kaabah. Maka Allah pun menurunkan ayat:
‘Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka kami palingkan kamu ke kiblat
yang kamu redhai’ (Al-Baqarah: 144), maka beliau menghadapkan wajahnya ke Kaabah. Ketika itu
seseorang solat Asar bersama beliau, lantas keluar dan melalui sekelompok orang-orang Ansar, lalu dia
katakan kepada mereka sekaligus bersaksi bahawa dia telah solat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan kiblat beliau telah dihadapkan ke Kaabah, maka mereka pun menggeser (memusingkan)
kiblatnya yang ketika itu mereka sedang rukuk pada solat Asar.” (Sahih Bukhari, no. 6711, Sunan At-
Tirmidzi, no. 2888, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 17958)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Tatkala orang-orang sedang solat Subuh di Masjid Quba’,
datang seseorang lalu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam tadi mendapat
wahyu, beliau diperintahkan menghadap ke Kaabah. Maka menghadaplah ke sana!” Mereka pun segera
beralih ke Kaabah dalam keadaan solat, padahal sebelumnya wajah-wajah mereka menghadap ke Syam
(Baitul Maqdis).” (Sahih Bukhari, no. 4130, no. 4131, no. 4133, no. 4134, Musnad Ahmad, no. 5664,
Muwatha’ Malik, no. 411)
Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mencari keredhaan Allah sekalipun memperoleh
kebencian manusia, Allah akan mencukupkan dia dari bergantungan kepada manusia dan barangsiapa
yang mencari keredhaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari Allah, maka Allah akan
menjadikannya bergantungan kepada manusia.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2338, sahih)
Dari Ibnu Abbas bahawa seorang wanita telah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata: “Sesungguhnya ibuku memiliki tanggungan puasa satu bulan. Apakah boleh saya menunaikan
puasa tersebut untuknya?” Kemudian beliau bersabda: “Seandainya ibumu memiliki tanggungan hutang
apakah engkau akan menunaikannya?” Dia berkata: “Ya.” Beliau bersabda: “Maka hutang Allah lebih
berhak untuk ditunaikan.” (Sahih Bukhari, no. 1817, Sunan Abu Daud, no. 2878, Musnad Ahmad, no.
3245)
Dari Abdulllah bin Umar, dia berkata: “Aku mempunyai seorang isteri yang sangat aku cintai, akan tetapi
Umar tidak menyukainya. Lalu dia (Umar) berkata kepadaku: “Ceraikanlah dia.” Tetapi aku menolaknya
hingga dia (Umar) datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal itu kepada
beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda: “Ceraikanlah dia.” (Sunan Abu Daud, no.
4472, Sunan At-Tirmidzi, no. 1110, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 4769, no. 4897)
Dari Abu Darda’ bahawa seorang laki-laki mendatanginya dan berkata: “Sesungguhnya aku memiliki
seorang isteri, sedang ibuku menyuruhku untuk menceraikannya.” Abu Darda’ berkata: “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang tua (ibu bapa) adalah pintu syurga yang paling
tengah. Terserah kepada kamu (seorang anak) sama ada untuk mensia-siakan pintu itu atau
memeliharanya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1822, sahih, Musnad Ahmad, no. 20733, no. 26239)
Dari Abdullah bin Amru radhiallahu ‘anhuma bahawa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Redha Allah terdapat pada redha ibu bapa, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya ibu bapa.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 1821, sahih)
Dari Aisyah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wanita mana pun yang menikah
tanpa izin walinya maka nikahnya adalah batal, nikahnya adalah batal, nikahnya adalah batal. Jika dia
telah digauli maka dia berhak mendapatkan mahar, kerana suami telah menghalalkan kemaluannya. Jika
terjadi pertengkaran di antara mereka, maka penguasalah yang menjadi wali atas orang yang tidak punya
wali.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1021, hasan, Sunan Abu Daud, no. 1784, SUnan Ibnu Majah, no. 1869,
Musnad Ahmad, no. 23236, no. 24162, Sunan Ad-Darimi, no. 2089)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang itu akan
mengikuti agama temannya, kerananya hendaklah salah seorang di antara kalian melihat (berhati-hati)
kepada siapa dia berteman.” (Sunan Abu Daud, no. 4193, Sunan At-Tirmidzi, no. 2300, hasan, Musnad
Ahmad, no. 7685, no. 8065)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Ada seorang laki-laki ketika sedang wukuf di Arafah
(sambil berihram) terjatuh dari haiwan tunggangannya sehingga patah lehernya diinjak oleh haiwan
tunggangannya lalu mati. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mandikanlah dia
dengan air yang dicampur daun bidara dan kafanilah dengan dua helai kain dan janganlah diberi wangian
dan jangan pula diberi petutup kepala (serban) kerana dia nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat
dalam keadaan bertalbiyah.” (Sahih Bukhari, no. 1186, no. 1187, no. 1188, no. 1189, no. 1717, no. 1718,
no. 1719, Sahih Muslim, no. 2092, no. 2093, no. 2095, no. 2096, no. 2098, Sunan At-Tirmidzi, no. 874,
hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 2665, Musnad Ahmad, no. 1753, Sunan Ad-Darimi, no. 1779)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita tentang dinding (yang dibangun
Dzulqarnain), beliau bersabda: “Setiap hari mereka (Ya’juj dan Ma’juj) menggalinya, sehingga ketika
dinding itu hampir mereka menembusnya, pemimpinnya mengatakan: ‘Sekarang pulanglah kalian,
kerana esok hari kalian pasti boleh menembusnya!’ Tetapi Allah mengembalikannya seperti semula. Dan
keesokan harinya, ketika Allah hendak mengutus mereka kepada manusia, pemimpin mereka berkata:
‘Sekarang pulanglah kalian, kerana esok hari kalian akan merobohkannya jika Allah menghendaki’, ia
mengucapkan insyaAllah. Pulanglah mereka dan mereka mendapatinya (dinding) seperti keadaannya
semula saat mereka tinggalkan, lalu mereka merobohkannya dan menyerang orang-orang, lalu mereka
meminum air dan berlarilah orang-orang menghindari mereka, mereka pun melepaskan anak panah ke
langit dan seketika itu juga panah tersebut berlumuran darah. Lantas mereka berkata: ‘Kita telah
menakluk penduduk bumi dan menguasai yang berada di langit secara paksa.’ Lalu Allah mengirim ulat
pada tengkok mereka, demi Zat yang jiwaku ada dalam tangannya, sesungguhnya haiwan-haiwan bumi
menjadi gemuk dan sangat berterima kasih kerana daging-daging mereka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3078,
hasan gharib)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku telah
menyiapkan sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah
terlintas dibenak manusia untuk hamba-hambaKu yang soleh.’ Pembenarnya ada di dalam kitab Allah
‘azza wajalla: ‘Tak seorang pun mengetahui pelbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang
sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan (As-Sajadah: 17)’.” (Sahih Bukhari, no.
3003, no. 4406, no. 4407, Sahih Muslim, no. 5050, no. 5052, Sunan At-Tirmidzi, no. 3121, hasan sahih,
Sunan Ibnu Majah, no. 4319, Sunan Ad-Darimi, no. 2707)
Dari Buraidah Al Aslami bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berilah khabar gembira
kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan malam menuju masjid dengan cahaya sempurna kelak di
hari kiamat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 207, sahih, Sunan Abu Daud, no. 474, Sunan Ibnu Majah, no. 772,
no. 773)
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan sifat-sifat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, katanya:
“Beliau adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang tidak tinggi dan juga tidak pendek. Kulitnya terang
tidak terlalu putih dan tidak pula terlalu kecoklatan. Rambut beliau tidak terlalu kerinting dan tidak lurus.
Kepada beliau diturunkan wahyu saat usia beliau empat puluh tahun lalu menetap di Makkah selama
sepuluh tahun kemudian diberikan wahyu lagi dan menetap di Madinah selama sepuluh tahun lalu beliau
meninggal dunia, dan ada rambut yang beruban pada kepala dan janggut beliau dengan tidak lebih dari
dua puluh helai.” Rabi’ah berkata: “Aku pernah melihat sehelai rambut dari rambut kepala beliau
berwarna merah lalu ku tanyakan. Maka dijawab warna merah itu berasal dari minyak rambut.” (Sahih
Bukhari, no. 3283, no. 3284, no. 5449, Sahih Muslim, no. 4330, Sunan At-Tirmidzi, no. 3556, hasan
sahih, Musnad Ahmad, no. 13031, Muwatha’ Malik, no. 1434)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang laki-laki yang
sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, postur tubuhnya bagus dan berkulit coklat. Rambut beliau tidak
kerinting dan tidak lurus, jika berjalan tegap.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1676, hasan sahih gharib)
Dari Ali bin Abi Talib dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah tinggi dan tidak pula
pendek, telapak tangan dan kakinya kasar, kepalanya besar, tulang kepalanya juga besar, rambut
dadanya lebat. Jika beliau berjalan tegap, seolah-olah seseorang yang sedang naik dari suatu tempat
yang rendah. Saya belum pernah menjumpai orang seperti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebelum
dan sesudahnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3570, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 708, no. 1001)
Ali bin Abi Talib radliallahu ‘anhu mensifati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata: “Postur tubuh
beliau tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, orang yang berperwatakan sedang-sedang,
rambutnya tidak lurus dan tidak pula kerinting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak pula kurus,
wajahnya sedikit bulat, kedua biji matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendian-
persendiannya seperti pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan,
telapak kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh
seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada tanda kenabian iaitu cop para Nabi,
telapak tangannya bagus, dadanya bidang, yang paling jujur bicaranya, yang lembut perangainya, yang
paling mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandangnya tentu menaruh hormat kepadanya,
siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya. Aku tidak pernah melihat orang yang seperti
beliau sebelum mahupun sesudahnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3571, hasan gharib)
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata: “Pada malam bulan purnama aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, aku melihat beliau dan melihat bulan, ketika itu beliau tengah mengenakan pakaian
berwarna merah, beliau bagiku lebih bagus rupanya daripada bulan.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2735,
hasan gharib, Sunan Ad-Darimi, no. 57)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seorang lelaki
dalam suatu sariyyah (pasukan khusus yang ditugaskan untuk operasi tertentu). Lelaki tersebut ketika
menjadi imam solat bagi para sahabatnya selalu mengakhiri bacaan surahnya dengan ‘Qul huwallahu
ahad’ (Surah Al-Ikhlas). Ketika mereka pulang, disampaikan berita tersebut kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Tanyakanlah kepadanya kenapa dia melakukan hal itu?” Lalu
mereka pun menanyakan kepadanya. Dia menjawab: “Kerana di dalamnya terdapat sifat Ar Rahman, dan
aku senang untuk selalu membacanya.” Mendengar itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Beritahukanlah kepadanya bahawa Allah Ta’ala juga mencintainya.” (Sahih Bukhari, no. 6827, Sahih
Muslim, no. 1347)
Dari Anas bin Malik dia berkata: “Suatu ketika iringan jenazah lalu di hadapan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, mayat itu dipuji dengan kebaikan, maka beliau pun bersabda: “Telah wajib baginya,
telah wajib baginya, telah wajib baginya.” Kemudian lalu pula iringan jenazah lain di hadapan beliau,
namun mayat itu dicaci dengan keburukan, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
“Telah wajib baginya, telah wajib baginya, telah wajib baginya.” Maka Umar berkata: “Ibu dan ayahku
menjadi tebusan bagimu, telah lalu iringan jenazah lalu mayat itu dipuji dengan kebaikan kemudian anda
mengatakan: ‘Telah wajib baginya, telah wajib baginya, telah wajib baginya.’ Setelah itu, lalu pula
jenazah lain, dan mayat itu dicaci dengan keburukan lalu anda pun mengatakan: ‘Telah wajib baginya,
telah wajib baginya, telah wajib baginya’.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
“Siapa yang telah kalian puji dengan kebaikan, maka telah wajib baginya syurga. Dan siapa yang telah
kalian cela dengan keburukan, maka telah wajib pula baginya neraka. Kalian adalah para saksi Allah di
muka bumi, kalian adalah para saksi Allah di muka bumi.” (Sahih Bukhari, no. 1278, Sahih Muslim, no.
1578, Sunan An-Nasa’i, no. 1906, Musnad Ahmad, no. 12470)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah
kalian mencela orang-orang yang telah meninggal dunia, kerana mereka telah sampai (mendapatkan)
apa yang mereka lakukan (pembalasan amal).” (Sahih Bukhari, no. 1306, no. 6935, Sunan An-Nasa’i, no.
1910, Sunan AAd-Darimi, no. 2399)
Dari Anas bin Malik dia berkata: “Batas waktu yang diberikan kepada kami (oleh Rasulullah) untuk
mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, memotong bulu kemaluan adalah tidak lebih
dari empat puluh hari.” (Sahih Muslim, no. 379, Sunan At-Tirmidzi, no. 2683, sahih, Sunan An-Nasa’i, no.
14, Sunan Ibnu Majah, no. 291, Musnad Ahmad, no. 11785, no. 12637)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iblis meletakkan
istananya di atas air kemudian mengutus pasukannya. Singgahsana paling rendah di air dihuni oleh
(syaitan) yang paling besar kejahatannya. Iblis mendatangi satu persatu anggotanya, ada yang
menjawab: ‘Saya telah melakukan ini dan itu’. Maka (Iblis) berkata: ‘Kamu belum berbuat apa-apa’.
Kemudian ia (Iblis) mendatangi (syaitan) yang lain dan (syaitan) berkata: ‘Saya tidak meninggalkan dia,
sampai saya boleh memisahkan dia dengan isterinya’. Maka ia (Iblis) tersebut menjadikan anggotanya
yang telah berhasil memisahkan suami isteri itu dekat dengannya dan berkata: ‘Anak buah terbaik adalah
kamu’.” (Sahih Muslim, no. 5032, Musnad Ahmad, no. 13858)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Syaitan
mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, syaitan mengikatnya
sedemikian rupa sehingga setiap ikatan diletakkan pada tempatnya lalu (dikatakan): “Kamu akan melalui
malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan mengingati Allah maka
lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudhu’, maka lepaslah tali yang lainnya dan bila dia
mendirikan solat, lepaslah seluruh tali ikatan dan pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan
kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan seperti itu, maka pagi harinya
jiwanya merasa tidak segar dan menjadi malas.” (Sahih Bukhari, no. 3029, Sahih Muslim, no. 1295,
Sunan Abu Daud, no. 1111, Sunan An-Nasa’i, no. 1589, Sunan Ibnu Majah, no. 1319, Musnad Ahmad,
no. 7007, Muwatha’ Malik, no. 383)
Dari Abu Sa’id bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika ada seseorang lalu di
hadapan salah seorang dari kalian yang sedang solat, hendaklah dicegahnya. Jika dia tidak mahu,
dicegahnya lagi dan jika tetap tidak mahu, maka perangilah kerana dia adalah syaitan.” (Sahih Bukhari,
no. 3033)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika panggilan
solat (azan) dikumandangkan maka syaitan akan lari sambil mengeluarkan kentut agar tidak mendengar
suara azan tersebut. Apabila panggilan azan telah selesai, maka syaitan kembali. Dan bila iqamat
dikumandangkan syaitan kembali berlari dan jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi
untuk mengganggu seseorang di antara dirinya dan jiwanya seraya berkata: “Ingatlah ini dan itu.” Hingga
orang itu tidak menyedari apakah tiga atau empat rakaat solat yang sudah dikerjakannya. Apabila dia
tidak tahu tiga atau empat rakaat, maka sujudlah dua kali sebagai sujud sahwi.” (Sahih Bukhari, no. 3043,
Sunan Abu Daud, no. 433, Sunan An-Nasa’i, no. 1236, Musnad Ahmad, no. 10351)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menguap itu
dari syaitan. Maka bila seorang dari kalian menguap hendaklah sedaya upaya ditahannya kerana bila
seseorang dari kalian menguap dengan mengeluarkan suara ‘haa’, syaitan akan tertawa.” (Sahih
Bukhari, no. 3046)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah dia
memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendoakan, sedangkan
menguap datangnya dari syaitan, hendaknya dia menahan semampunya, jika dia sampai mengucapkan
‘haaah’, maka syaitan akan tertawa kerananya.” (Sahih Bukhari, no. 5755, Sunan Abu Daud, no. 4373,
Sunan At-Tirmidzi, no. 2670, hasan sahih)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iblis berkata kepada
Rabbnya: ‘Demi kemuliaan dan keagungan-Mu wahai Rabb, aku akan sentiasa menggelincirkan anak
cucu Adam selama roh mereka masih ada di dalam jasad-jasad mereka.’ Lalu Allah berfirman: ‘Demi
kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka meminta
ampun kepada-Ku’.” (Musnad Ahmad, no. 10814, no. 10940, no. 11304)
Dari Anas bin Malik sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang pertama kali
dikenakan perhiasan api neraka adalah Iblis, kemudian diletakkan pada alisnya, lantas ia diseret ke
belakang yang diikuti para keturunannya dengan berteriak-teriak: ‘Alangkah celakanya saya’, dan mereka
pun berseru: ‘Alangkah celakanya kami’. Lalu dikatakan kepada mereka: ‘Jangan kalian mengharapkan
satu kebinasaan saja, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak (Al Furqan:14)’.” (Musnad
Ahmad, no. 12078, no. 12102, no. 13113)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Apabila kamu
mendengar kokokan ayam jantan, maka mohonlah kemurahan dari Allah subhanahu wa ta’ala, kerana
pada saat itu ayam tersebut sedang melihat malaikat. Sebaliknya, apabila kamu mendengar ringkikan
keldai, maka berlindunglah kepada Allah dari segala kejahatan syaitan kerana pada saat itu keldai
tersebut melihat syaitan.” (Sahih Bukhari, no. 3058, Sahih Muslim, no. 4908, Sunan Abu Daud, no. 4438,
Sunan At-Tirmidzi, no. 4908, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 7719, no. 7920)
Dari Zaid bin Khalid bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mencela
ayam jantan, sebab ia membangunkan (orang) untuk solat.” (Sunan Abu Daud, no. 4437, Musnad
Ahmad, no. 20690)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian mendengar
gonggongan anjing dan ringkikan keldai pada waktu malam maka mintalah perlindungan kepada Allah,
sebab mereka melihat sesuatu yang kalian tidak melihatnya.” (Sunan Abu Daud, no. 4439, Musnad
Ahmad, no. 13765)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mahukah saya
beritahukan tentang solatnya orang munafik? Mereka adalah yang suka menunda (solat) asar hingga
hampir muncul dua tanduk syaitan atau di atas dua tanduk syaitan (hampir maghrib), dia berdiri dan
mematuk sebagaimana ayam jantan mematuk (solat dengan cepat, tidak tuma’ninah), mereka tidak
mengingat Allah kecuali hanya sedikit sekali.” (Musnad Ahmad, no. 13099)
Dari Ali bin Abi Talib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bayi yang
meninggal dalam kandungan ibunya akan marah kepada Rabbnya jika Dia memasukkan kedua orang
tuanya ke dalam neraka. Lalu dikatakan kepadanya: “Wahai bayi yang marah kepada Rabb,
masukkanlah kedua orang tuamu ke dalam syurga.” Maka dia (bayi) menarik keduanya (orang tua)
dengan tali pusatnya hingga masuk ke dalam syurga.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1597)
Dari Buraidah bin Al Hashib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hakim itu ada tiga
golongan, dua di neraka dan satu di syurga. Hakim yang mengetahui kebenaran lalu memutuskan
perkara tersebut dengan ilmunya, maka dia berada di syurga. Hakim yang memberi keputusan kepada
manusia atas dasar kebodohan, maka dia di neraka. Dan hakim yang berlaku curang (zalim) saat
memberi keputusan maka dia di neraka.” (Sunan Abu Daud, no. 3102, sahih, Sunan Ibnu Majah, no.
2306)
Dari Thalhah bin Ubaidullah bahawa dua orang laki-laki dari Baliy datang menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan masuk Islam. Salah seorang dari keduanya lebih semangat berjihad dari yang
lainnya, kemudian dia pergi berperang sehingga dia menemui syahid. Sedangkan orang yang kedua
masih hidup hingga setahun setelahnya, lalu dia meninggal dunia. Kemudian aku bermimpi seakan-akan
aku berada di pintu syurga. Tiba-tiba aku berada di sisi kedua laki-laki tersebut, setelah itu Malaikat
keluar dari syurga. Malaikat itu kemudian mengizinkan laki-laki yang meninggal dunia terkemudian dari
keduanya untuk memasukinya, kemudian ia keluar lagi dan mempersilakan kepada laki-laki yang mati
syahid. Lalu malaikat itu kembali kepadaku dan berkata: ‘Kembalilah kamu, sebab belum saatnya kamu
memperoleh hal ini.’ Keesokan harinya aku menceritakannya kepada orang-orang, mereka pun hairan.
Mereka lalu memberitahukannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan
kejadian tersebut. Maka beliau bersabda: “Perkara yang mana yang membuat kalian hairan?” Mereka
menjawab: “Wahai Rasulullah, laki-laki (yang pertama meninggal) adalah orang yang paling bersemangat
dalam berjihad dari yang lain, lalu dia mati syahid. Tapi mengapa orang yang kedua (laki-laki yang
meninggal terkemudian) jesteru masuk syurga terlebih dahulu darinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab: “Bukankah orang ini (laki-laki yang meninggal terkemudian) hidup setahun
setelahnya?” Mereka menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Bukankah dia mendapatkan bulan Ramadhan
dan berpuasa? Dia juga telah mengerjakan solat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?”
Mereka menjawab, “Ya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda: “Sungguh, sangat
jauh perbeZaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 3915)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila manusia membaca
surah as-Sajdah, lalu dia sujud, maka syaitan menjauh menyendiri untuk menangis seraya berkata:
“Celakalah aku, manusia disuruh bersujud maka mereka bersujud sehingga mereka mendapatkan
syurga, sedangkan aku disuruh bersujud, lalu aku enggan (kerana derhaka), sehingga aku mendapatkan
neraka.” (Sahih Muslim, no. 115, Sunan Ibnu Majah, no. 1042, Musnad Ahmad, no. 9336)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa solat (sunnah)
dalam sehari sebanyak dua belas rakaat, maka akan dibangunkan baginya rumah di syurga; dua rakaat
sebelum fajar, dua rakaat setelah zohor, dua rakaat setelah zohor, dua rakaat sebelum asar, dua rakaat
setelah maghrib, dan dua rakaat setelah isyak yang akhir.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1132)
Dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengkhabarkan bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah Azza Wa Jalla berfirman: “Aku telah mewajibkan umatmu solat lima waktu, dan Aku telah
menetapkan sebuah perjanjian di sisi-Ku, bahawa barangsiapa menjaganya sesuai waktunya, Aku akan
memasukkannya ke dalam syurga. Dan barangsiapa tidak menjaganya, maka tidak ada perjanjian di sisi-
Ku.” (Sunan Abu Daud, no. 366, Sunan Ibnu Majah, no. 1393)
Dari Buraidah bin Al Hashib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Bilal: “Hai
Bilal, silakan makan siang!” Bilal menjawab: “Aku sedang berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Kita sedang memakan rezeki-rezeki kita dan baki rezeki Bilal adalah di syurga. Hai
Bilal, tidakkah kamu merasa, bahawa orang yang berpuasa itu tulang-tulangnya bertasbih dan para
Malaikat memintakan ampunan baginya kerana suatu makanan yang dimakan di sisinya?” (Sunan Ibnu
Majah, no. 1739)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tatkala penduduk
syurga berada dalam kesenangan mereka, tiba-tiba bersinar seberkas cahaya, mereka menengadahkan
kepala mereka, ternyata Rabb mereka telah menampakkan diri ke atas mereka, lalu berfirman:
“Kesejahteraan tercurah kepada kalian wahai penduduk syurga.” Beliau bersabda: “Itulah firman Allah:
‘Salam, sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang Maha Penyayang’. Allah melihat mereka dan mereka
melihat-Nya, mereka tidak berpaling kerana merasa nikmat selama melihat kepada-Nya, hal itu terus
berlangsung hingga Allah menghilang dari mereka. Sementara cahaya dan barakah-Nya masih
membekas kepada mereka dan di tempat tinggal mereka.” (Sunan Ibnu Majah, no. 180)
Dari Ummu Salamah, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Wanita mana saja yang meninggal sementara suaminya redha kepadanya, maka dia akan masuk
syurga.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1844)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah
tertawa terhadap dua orang di mana yang satu membunuh yang lainnya namun keduanya masuk syurga.
Yang satu berperang di jalan Allah hingga terbunuh. Kemudian Allah menerima taubat orang yang
membunuhnya (setelah masuk islam) lalu dia pun (berperang) hingga mati syahid.” (Sahih Bukhari, no.
2614, Sunan Ibnu Majah, no. 187, Musnad Ahmad, no. 7877, no. 9597, no. 10225)
Dari Abu Umamah dia berkata: “Ada seorang wanita datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersama kedua anak kecilnya, dia menggendong seorang dan menuntun yang lainnya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “(Mereka adalah) wanita-wanita yang hamil, melahirkan dan
penyayang, sekiranya mereka tidak menyakiti suami-suami mereka, nescaya pasti tempat solat mereka
memasukkan mereka ke syurga.” (Sunan Ibnu Majah, no. 2003, Musnad Ahmad, no. 21152, no. 21191,
no. 21279)
Dari Sha’sha’ah bin Mu’awiyah, dia berkata: “Seorang wanita yang membawa dua anaknya datang
menemui Aisyah, Aisyah lalu memberinya tiga butir kurma. Wanita itu kemudian memberi masing-masing
anaknya satu buah, lalu dia membelah bakinya untuk keduanya itu.” Aisyah berkata: “Ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam datang, aku kemudian menceritakannya kepada beliau, maka beliau
bersabda: “Apa yang membuatmu hairan dengan sikap wanita itu? Dengannya wanita itu akan masuk
syurga.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3658)
Dari Tsauban bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wanita mana saja yang
meminta cerai kepada suaminya bukan kerana alasan yang dibenarkan, maka dia tidak akan
mendapatkan bau syurga.” (Sunan Abu Daud, no. 1899, Sunan Ibnu Majah, no. 2045, Musnad Ahmad,
no. 21345, no. 21404, Sunan Ad-Darimi, no. 2170)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Antara sebuah
umrah hingga umrah berikutnya dapat menjadi kafarah (penghapus dosa) di antara keduanya. Dan haji
yang mabrur tidaklah dibalas kecuali dengan syurga.” (Sahih Bukhari, no. 1650, Sunan Ibnu Majah, no.
2879, Musnad Ahmad, no. 9569, no. 15146)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu jalan terdapat ranting
pohon yang mengganggu orang-orang (yang melalui), lalu ada seseorang yang menyingkirkannya, maka
dia pun dimasukkan ke dalam syurga.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3672, Musnad Ahmad, no. 10028)
Dari Su’da Al Murriyah dia berkata: “Umar melalui di samping Thalhah setelah wafatnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dia berkata: “Kenapa kamu termenung? Apakah isterimu
menyakitimu?” Thalhah menjawab: “Tidak, tetapi saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya saya tahu suatu kalimah jika diucapkan oleh seseorang ketika
ajalnya tiba, maka akan menjadi cahaya untuk catatan amalnya. Dan sesungguhnya jasad dan rohnya
akan mendapatkan ketenangan ketika maut menjemputnya.” Namun (sayangnya) tidak sempat saya
tanyakan kalimah itu sampai beliau meninggal.” Umar berkata: “Saya mengetahui kalimah itu, iaitu
kalimat yang sangat diinginkan agar pakciknya (Abu Talib) mengucapkan kalimah tersebut (Laa ilaaha
illallah). Dan sekiranya beliau mengetahui ada kalimat lain yang lebih baik darinya, tentu beliau akan
memerintahkannya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3785, Musnad Ahmad, no. 182)
Dari Abu Musa, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di tengah-tengah kami seraya
menyampaikan lima kalimat, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak layak baginya
untuk tidur. Dialah yang menurunkan timbangan (mizan) dan mengangkatnya. Akan diangkat kepada-
Nya amalan di waktu malam sebelum amalan di waktu siang, dan amalan di waktu siang sebelum
amalan di waktu malam. Hijab-Nya adalah cahaya. Sekiranya Dia menyingkapnya nescaya cahaya suci
wajah-Nya akan membakar segala sesuatu sepanjang pandangan mata-Nya.” (Sunan Ibnu Majah, no.
191, Musnad Ahmad, no. 18806)
Dari Ibnu Umar dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwudhu’ satu kali dan beliau
bersabda: “Ini adalah wudhu’ orang yang solatnya tidak diterima oleh Allah kecuali dengannya.”
Kemudian beliau berwudhu’ dua kali dan bersabda: “Ini wudhu’ yang bagus.” Dan beliau berwudhu’ tiga
kali seraya bersabda: “Ini wudhu’ yang sempurna, inilah wudhu’ku dan wudhu’ kekasih Allah, Ibrahim.
Barangsiapa berwudhu’ seperti ini setelah itu mengucapkan: ‘Asyhadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu
anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu (Aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya)’, maka
akan dibuka baginya lapan pintu syurga, dia diperbolehkan masuk melalui pintu yang mana saja.” (Sunan
Ibnu Majah, no. 413)
Dari Ibnu Juraij dia berkata bahawa para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak tahu di mana
mereka akan memakamkan Nabi, sehingga Abu Bakar berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang Nabi tidak dimakamkan kecuali di tempat meninggalnya”, maka
mereka menyingkirkan tempat tidurnya dan menggali kuburan untuk beliau di bawah tempat tidur beliau.”
(Musnad Ahmad, no. 27)
Dari Ummu Salamah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Al Mahdi dari
keturunanku, dari jalur Fatimah.” (Sunan Abu Daud, no. 3735, Sunan Ibnu Majah, no. 4076)
Dari Tsauban bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kelak tiga orang akan
berperang dekat perbendaharaan kalian ini (iaitu Kaabah), dan kesemuanya adalah anak khalifah. Dan
tidak ada yang menang melainkan satu orang, lalu muncullah bendera-bendera hitam dari wilayah timur,
mereka lantas memerangi kalian dengan peperangan sengit yang sama sekali belum pernah dilakukan
kaum mana pun. Jika kalian melihatnya, maka berbai’ahlah kepadanya walaupun sambil merangkak di
atas salju, kerana sesungguhnya dia adalah khalifah Allah Al Mahdi.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4074)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kami adalah anak
keturunan Abdul Mutalib, pemuka penduduk syurga, iaitu: Aku (Rasulullah), Hamzah, Ali, Ja’far, Hasan,
Husain dan Al Mahdi.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4077)
Dari Ibnu Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang tertimpa
kemiskinan lalu menampakkannya kepada manusia, maka kemiskinannya tidak hilang, dan barangsiapa
yang menampakkannya kepada Allah, maka Allah akan mempercepat kekayaan baginya, baik dengan
kematiannya yang segera atau dengan kekayaan yang cepat.” (Sunan Abu Daud, no. 1402, Sunan At-
Tirmidzi, no. 2248, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 3675)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang
muslim yang meninggal, lalu disolati oleh umat Islam yang jumlahnya mencapai saratus (orang), yang
semua mendoakannya untuk mendapat syafaat, kecuali akan diberi syafaat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 950,
hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 1965, Musnad Ahmad, no. 22910)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di
antara umatku ada yang memberi syafaat kepada sekelompok orang, ada yang memberi syafaat untuk
sekabilah, ada yang memberi syafaat untuk segolongan dan ada yang memberi syafaat untuk seseorang
hingga mereka masuk syurga.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2364, hasan, Musnad Ahmad, no. 11177)
Dari Martsad bin Abdullah Al Yazani dia berkata: “Jika Malik bin Hubairah hendak melakukan solat
jenazah, dan melihat jumlah orang-orang hanya sedikit, dia membahagi mereka ke dalam tiga saf, lalu
dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang disolatkan tiga saf,
maka dia wajib (mendapatkan syurga).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 949, hasan)
Dari Auf bin Malik berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada (utusan) yang
mendatangiku bahawa Rabbku memberiku pilihan antara separuh dari umatku masuk syurga atau
syafaat, lalu aku memilih syafaat, syafaat tersebut untuk orang yang meninggal tanpa menyekutukan
Allah dengan apa pun.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2365, Musnad Ahmad, no. 18792, no. 21017, no. 22852,
no. 22877)
Dari Ibnu Umar dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
mampu (mengusahakan) untuk mati di Kota Madinah, maka hendaknya dia mati di dalamnya, kerana
sesungguhnya aku akan memberi syafaat bagi siapa saja yang meninggal di dalamnya.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3852, sahih gharib, Sunan Ibnu Majah, no. 3103, Musnad Ahmad, no. 5180, no. 5555)
Dari Anas bin Malik bahawa gunung Uhud muncul di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
maka beliau bersabda: “Ini adalah gunung yang mencintai kami dan kami pun mencintainya. Ya Allah,
sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan (mensucikan) kota Makkah, dan sesungguhnya aku
mengharamkan (mensucikan) di antara dua sisinya (iaitu Madinah).” (Sahih Bukhari, no. 3116, no. 3775,
no. 6788, Sahih Muslim, no. 2428, Sunan At-Tirmidzi, no. 3857, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 12052,
no. 13037, Muwatha’ Malik, no. 1382)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang akan
menghancurkan Kaabah adalah orang-orang yang betisnya kecil berasal dari negeri Habsyah (Ethiopia).”
(Sahih Bukhari, no. 1488, no. 1493, Sahih Muslim, no. 5179, no. 5180, no. 5181, Sunan An-Nasa’i, no.
2855, Musnad Ahmad, no. 9036)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dzus Suwaiqatain
(orang lelaki yang mempunyai betis kecil) dari Habsyah akan merobohkan Kaabah, dia akan merampas
perhiasan-perhiasannya, melepas kiswahnya (kain penutupnya), dan seakan-akan aku melihatnya orang
yang botak, kakinya tempang, dan dia memukulnya dengan menggunakan serkop dan kapak.” (Musnad
Ahmad, no. 6756)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Biarkanlah orang-orang
Habsyah sebagaimana mereka membiarkan kalian, sebab tidaklah harta simpanan Kaabah itu
dikeluarkan (Kaabah dihancurkan) kecuali oleh Dzus Suwaiqatain (orang lelaki yang mempunyai betis
kecil) dari negeri Habsyah.” (Sunan Abu Daud, no. 3755, Musnad Ahmad, no. 22073)
Dari Al Miqdad dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa: “Ya Allah,
berilah makan orang yang telah memberiku makan dan berilah minum orang yang telah memberiku
minum.” (Sahih Muslim, no. 3831 dalam hadis yang panjang)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dari apa yang telah dikhabarkan
oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Dahulu, ada seorang yang telah berbuat dosa. Setelah itu, dia berdoa
dan bermunajat: ‘Ya Allah, ampunilah dosaku!’ Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‘Sesungguhnya hamba-Ku mengaku telah berbuat dosa, dan dia mengetahui bahawasanya dia
mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa atau memberi siksa kerana dosa.’ Kemudian orang
tersebut berbuat dosa lagi dan dia berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah dosaku!’ Maka Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman: ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, dan dia mengetahui bahawasanya dia mempunyai
Tuhan yang mengampuni dosa atau menyiksa hamba-Nya kerana dosa. Oleh kerana itu, berbuatlah
sekehendakmu, kerana Aku pasti akan mengampunimu (jika kamu bertaubat)’.” (Sahih Muslim no. 4953,
Musnad Ahmad, no. 7607, no. 8888)
Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: “Sepertinya aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang
bercerita tetang seorang Nabi di antara para Nabi yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah-darah
sambil beliau mengusap darah yang mengalir dari wajah beliau lalu bersabda: “Ya Allah, ampunilah
kaumku kerana mereka orang-orang yang belum mengerti.” (Sahih Bukhari, no. 3218, no. 6417, Sahih
Muslim, no. 3347)
Dari Anas bin Malik dia berkata: “Sekelompok orang dari Bani Ukl atau Urainah yang berjumlah lapan
orang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka membai’ah beliau atas Islam.
Tidak beberapa lama mereka sakit kerana tidak terbiasa dengan cuaca Kota Madinah. Mereka kemudian
mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Mahukah kalian pergi ke
unta-unta yang sedang digembalakan, lalu kalian meminum susu dan air kencingnya (sebagai ikhtiar
ubat)?” Mereka menjawab: “Tentu.” Kemudian mereka pergi ke unta-unta tersebut dan meminum susu
dan air kencingnya hingga mereka sihat seperti biasa. Setelah itu mereka membunuh pengembala dan
merampas unta-untanya. Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau mengutus untuk mengejar mereka sampai dapat, setelah mereka tertangkap dan dibawa ke
hadapan beliau, maka beliau memerintahkan supaya tangan dan kaki mereka dipotong dan dicungkil
mata mereka. Setelah itu, mereka kemudian dilemparkan di bawah terik matahari yang sangat panas,
sehingga mereka mati terkapar.” (Sahih Bukhari, no. 6390, Sahih Muslim, no. 3163, Sunan At-Tirmidzi,
no. 67, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 2568, Sunan An-Nasa’i, no. 3958, Musnad Ahmad, no.
12468)
Dari Uqbah bin Amir bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Takutlah kalian dari
bercampur baur dengan dengan para wanita.” Lalu seorang laki-laki dari Ansar bertanya: “Wahai
Rasulullah, bagaimanakah pendapat tuan terhadap Al Hamwa (saudara ipar)?” Beliau bersabda: “Al
Hamwa adalah maut.” (Musnad Ahmad, no. 16708, no. 16755)
Dari Abu Musa bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh akan datang suatu zaman
di mana ada seorang lelaki yang berkeliling menawarkan sedekah berupa emas namun dia tidak
mendapatkan seorang pun yang sudi mengambilnya, dan akan ada seorang lelaki yang diikuti oleh
empat puluh wanita yang ingin merasakan kenikmatan bersamanya kerana sangat sedikitnya jumlah
kaum lelaki saat itu dan banyaknya jumlah kaum wanita.” (Sahih Bukhari, no. 1325, Sahih Muslim, no.
1680)
Dari Anas bin Malik berkata bahawa Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
seorang hamba bila telah diletakkan dikuburnya dan teman-temannya telah meninggalkannya, dia
mendengar hentakan tapak kasut mereka.” Beliau bersabda: “Dua malaikat mendatanginya, keduanya
mendudukkannya lalu bertanya padanya: “Apa yang dulu kau katakan tentang orang ini (Muhammad
Rasulullah)?” Orang mukmin menjawab: “Aku bersaksi bahawa dia adalah hamba dan utusan Allah.” Lalu
dikatakan padanya: “Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menggantikannya dengan tempat di
syurga.” Lalu dia melihat keduanya.” Qadatah berkata: “Disebutkan bagi kami bahawa kuburnya
dilapangkan seluas tujuh puluh hasta dipenuhi oleh tanaman hijau hingga hari manusia dibangkitkan.”
(Sahih Bukhari, no. 1285, Sahih Muslim, no. 5115, Sunan An-Nasa’i, no. 2023, Musnad Ahmad, no.
11823)
Dari Abdullah bin Amru dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Nabi Allah Nuh ‘alahis salam ketika maut hendak menjemputnya dia berkata anaknya:
“Aku akan mengisahkan kepadamu sebuah wasiat, aku memerintahkan kepadamu dua hal dan
melarangmu dari dua hal. (1) Aku memerintahkanmu mengucap ‘Laa ilaaha illallah’ kerana
sesungguhnya jika langit yang tujuh serta bumi yang tujuh itu diletakkan pada satu neraca lalu kalimat
‘Laa ilaaha illallah’ diletakkan pada neraca yang lainnya nescaya akan condong kepada neraca yang
diletakkan kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ padanya. (2) Dan kalau seandainya langit yang tujuh dan bumi
yang tujuh itu bersatu membentuk satu lingkaran nescaya akan dipatahkan oleh kalimah ‘Laa ilaaha
illallah wa subhaanallah wabihamdih’. Sesungguhnya ia adalah cara solatnya segala sesuatu, dan
dengannya para makhluk diberi rezeki. Dan aku melarangmu dari dua hal, iaitu dari (1) syirik dan (2)
takabbur (sombong).” Maka dikatakan kepada Rasulullah: “Kalau syirik kami telah mengetahuinya, lalu
apa yang dimaksud dengan takabbur itu?” Seseorang berkata: “Apakah takabbur itu bila salah seorang di
antara kami mempunyai sepasang sandal bagus?” Beliau menjawab: “Tidak.” Lalu ada yang berkata:
“Lalu apakah jika seseorang mempunyai baju bagus kemudian dia memakainya itu juga dianggap
sombong?” Beliau menjawab: “Tidak.” Lalu ada yang berkata lagi: “Ataukah jika seseorang mempunyai
kenderaan (bagus) lalu dia mengenderainya itu dianggap takabbur?” Beliau menjawab: “Tidak.” Lalu ada
yang berkata lagi: “Ataukah jika ada seseorang mempunyai teman yang banyak lalu mereka selalu
berkumpul padanya itu dianggap takabbur?” Beliau menjawab: “Tidak.” Lalu dikatakan kepada beliau:
“Kalau begitu apakah takabbur itu sebenarnya?” Beliau menjawab: “Bodoh terhadap kebenaran dan
meremehkan manusia.” (Musnad Ahmad, no. 6295)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tutuplah pintumu dan
sebutlah nama Allah ‘Azza Wajalla. Sesungguhnya syaitan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.
Matikanlah lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah tempat minummu walau hanya dengan potongan
kayu yang akan menghalanginya dan sebutlah nama Allah. Pasanglah penutup botolmu dan sebutlah
nama Allah ‘Azza Wajalla!” (Musnad Ahmad, no. 13912)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alahi wasallam: “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak aku pergauli dengan baik?” Beliau
menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi: “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi:
“Siapakah lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi: “Siapakah lagi?” Beliau baru menjawab:
“Kemudian barulah bapamu.” Dalam riwayat lain ditambah: “Kemudian kerabat yang paling hampir yang
terdekat.” (Sahih Bukhari, no. 5514, Sahih Muslim, no. 4621, Sunan At-Tirmidzi, no. 1819, hasan, Sunan
Abu Daud, no. 4473, Sunan Ibnu Majah, no. 2697, no. 3648, Musnad Ahmad, no. 7994, no. 19175, no.
19193)
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Redha Allah bergantung pada redha kedua-dua ibu
bapa dan murka Allah bergantung pada murka kedua-dua ibu bapa.” (Riwayat Al-Hakim)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Sesiapa yang menziarahi
kubur kedua-dua orang tuanya atau seorang daripada mereka pada setiap Jumaat, nescaya akan
diampunkan dosanya dan ditulis sebagai orang yang berbakti (kepada ibu bapanya).” (Riwayat Thabrani)
Dari Abdullah bin Amru dia berkata bahawa terdapat seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Aku datang membai’ah engkau untuk berhijrah, dan aku telah
meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Kemudian beliau berkata: “Kembalilah
kepada mereka berdua dan buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau membuat mereka menangis!”
(Sunan Abu Daud, no. 2166, Sunan An-Nasa’i, no. 4093, Sunan Ibnu Majah, no. 2772, Musnad Ahmad,
no. 6202, no. 6539, no. 6573, no. 6615)
Dari Abu Hurairah dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang anak
tidak akan dapat membalas jasa orang tuanya hingga dia mendapati orang tuanya sebagai hamba, lalu
dia membeli dan membebaskannya.” (Sahih Muslim, no. 2779, Sunan At-Tirmidzi, no. 1829, hasan sahih,
Sunan Abu Daud, no. 4471, Sunan Ibnu Majah, no. 3649, Musnad Ahmad, no. 6846, no. 7254, no. 8538,
no. 9368)
Dari Abu Usaid dia berkata: “Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-
tiba ada seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada beliau. Laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah,
apakah masih ada ruang untuk aku berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal?”
Beliau menjawab: “Ya. Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji-janji
keduanya (wasiatnya), menyambung jalinan silaturahim mereka dan memuliakan teman mereka.” (Sunan
Abu Daud, no. 4476, Sunan Ibnu Majah, no. 3654, Musnad Ahmad, no. 15479)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seseorang
akan diangkat darjatnya di syurga, lalu orang tersebut akan bertanya: “Bagaimana ini boleh terjadi?” Lalu
dijawab kepadanya: “Kerana anakmu telah memohonkan ampun untukmu.” (Sunan Ibnu Majah, no.
3650)
Dari Muawiyah bin Jahimah bahawa Jahimah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata: “Wahai Rasulullah, saya ingin berperang dan datang untuk minta petunjukmu.” Beliau bertanya:
“Apakah engkau masih memiliki ibu?” Dia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Jagalah dia, kerana syurga
itu di bawah kakinya.” (Sunan An-Nasa’i, no. 3053, Musnad Ahmad, no. 14989)
Dari Abdullah bin Amru radhiallahu ‘anhuma berkata bahawa datang seorang laki-laki kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka beliau bertanya: “Apakah kedua
orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Ya.” Maka beliau berkata: “Kepada keduanyalah
kamu berjihad (berbakti).” (Sahih Bukhari, no. 2782, no. 5515, Sahih Muslim, no. 4623, Sunan At-
Tirmidzi, no. 1594, hasan sahih)
Dari Syurahbil Ibnu Syuf’ah dari beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sesungguhnya telah
mendengar beliau bersabda: “Pada Hari Kiamat nanti anak-anak kecil memperoleh panggilan: ‘Masuklah
kalian ke dalam syurga.’ Mereka berkata: ‘Wahai Rabbku, (kami akan berdiam disini) sampai bapa-bapa
dan ibu-ibu kami memasukinya.’ Bapa dan ibu mereka pun datang. Lantas Allah ‘Azza Wajalla berfirman:
‘Kenapa Aku lihat kalian tidak juga segera memasukinya, masuklah kalian ke syurga!’ Mereka berkata
lagi: ‘Wahai Rabbku, bapa-bapa dan ibu-ibu kami?’ Lalu Allah ‘Azza Wajalla berfirman: ‘Masuklah kalian
dan bapa-bapa dan ibu-ibu kalian’.” (Musnad Ahmad, no. 16357)
Dari Ummu Sulaim binti Milhan dia adalah ibu Anas bin Malik, bahawa dia mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah dua orang muslim yang ditinggal mati oleh tiga anaknya
yang belum baligh, kecuali Allah akan memasukkan mereka ke dalam syurga dengan keutamaan Allah
dan rahmat-Nya kepada mereka.” (Musnad Ahmad, no. 25864)
Dari Salma, iaitu pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (Ummu Rafi’) dia berkata: “Fatimah
radhiallahu ‘anha mengalami sakit yang membawanya kepada kematian, dan akulah yang merawatnya.
Suatu hari aku lihat dia merasakan rasa sakit itu kembali, sebagaimana yang biasa aku lihat. Ali
radhiallahu ‘anhu kemudian keluar untuk suatu keperluan, kemudian Fatimah berkata: “Wahai ibu
(Salma), tuangkanlah air untuk mandiku.” Kemudian aku tuangkan air untuknya, lalu dia pun mandi
dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang aku lihat. Kemudian dia berkata:, “Wahai ibu, berikan
kepadaku bajuku yang baru.” Lalu aku memberikannya dan dia pun memakainya. Setelah itu ia berkata
lagi: “Wahai ibu, letakkan tempat tidurku di tengah-tengah rumah.” Maka aku pun melakukannya, lalu dia
berbaring dan menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangannya di bawah pipinya, kemudian dia
berkata: “Wahai ibu, sungguh sekarang tiba waktunya. Sungguh, sekarang tiba waktunya. Dan aku telah
bersuci maka jangan ada seorang pun yang menyingkapku.” Kemudian dia wafat di tempat tidurnya.
Kemudian Ali datang lalu aku khabarkan hal itu kepadanya.” (Musnad Ahmad, no. 26333)
Dari Jabir bin Abdillah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Syurga pernah
diperlihatkan kepadaku, lalu aku melihat isteri Abu Talhah (Ummu Sulaim). Kemudian aku mendengar
suara geseran selipar di depanku yang ternyata adalah langkah Bilal.” (Sahih Muslim, no. 4495)
Dari Anas bin Malik dia berkata bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika aku masuk
ke dalam syurga, aku mendengar bunyi kaki berjalan, maka aku pun langsung bertanya: “Bunyi kaki
siapa itu?” Para penghuni syurga menjawab: “Itu adalah Ghumaisha’ bintu Milhan (Ummu Sulaim), ibu
Anas bin Malik.” (Sahih Muslim, no. 4494, Musnad Ahmad, no. 11808, no. 13026, no. 13327)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Dulu, saya sering mengajak ibu saya untuk masuk Islam, ketika dia masih
musyrik. Pada suatu hari saya mengajaknya untuk masuk ke dalam Islam, tetapi dia mengutarakan kata-
kata yang tidak saya sukai tentang diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian saya datang
menemui Rasulullah sambil menangis dan berkata: “Ya Rasulullah, saya sering mengajak ibu saya untuk
masuk Islam, tetapi dia selalu menolak dan malah mengucapkan kepada saya kata-kata yang tidak saya
sukai tentang kamu. Oleh kerana itu mohonkanlah kepada Allah agar ibu saya mendapatkan petunjuk
dan hidayah-Nya.” Setelah mendengar penjelasan saya, Rasulullah terus berdoa: “Ya Allah, berikanlah
hidayah kepada ibu Abu Hurairah!” Lalu saya kembali ke rumah dengan perasaan gembira kerana doa
Rasulullah tersebut. Setibanya di rumah, saya mendapati pintu rumah masih tertutup. Ibu saya
mendengar bunyi langkah saya lalu berkata: “Hai Abu Hurairah, berhentilah sejenak!” Kemudian saya
mendengar suara tumpahan air. Ternyata ibu saya sedang mandi. Dia segera berpakaian dan
mengenakan tudung. Dia membuka pintu seraya berkata: “Hai Abu Hurairah, sekarang aku bersaksi
bahawasanya tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahawasanya Muhammad adalah hamba Allah
dan Rasul-Nya.” Lalu saya kembali lagi kepada RasuluIlah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya datangi
beliau sambil menangis kerana perasaan gembira. Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya sungguh senang
dan gembira, Allah telah mengabulkan doa kamu. Dan Allah telah memberikan hidayah-Nya kepada ibu
saya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memuji Allah dan mengucapkan syukur kepada-Nya. Saya
berkata: “Ya Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar saya dan ibu saya mencintai orang-orang
mukmin dan mereka juga mencintai kami!” Kemudian Rasulullah berdoa: “Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu
yang kecil ini (iaitu Abu Hurairah dan ibunya) cinta kepada orang-orang mukmin serta jadikanlah mereka
cinta kepada keduanya!” Maka tidak ada seorang mukmin yang mendengar nama saya dan tidak
bertemu dengan saya melainkan dia cinta kepada saya.” (Sahih Muslim, no. 4546, Musnad Ahmad, no.
7911)
Dari Abu Abdurrahman Al Hubuli bahawa Abu Ayyub berada dalam pasukan, ternyata ada di antara
anak-anak dipisahkan dengan ibu mereka. Ketika Abu Ayyub melihat mereka menangis, dia langsung
mengembalikan anak tersebut kepada ibunya sambil berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, maka Allah akan
memisahkan antara dirinya dengan orang-orang yang dicintainya pada Hari Kiamat.” (Sunan At-Tirmidzi,
no. 1204, hasan gharib, no. 1491, hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 22401, Sunan Darimi 2368)
Dari Thariq Al Muharabi dia berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat
kedua tangannya sampai aku melihat warna putih ketiaknya, beliau bersabda: “Ketahuilah! Seorang ibu
tidak menanggung (hukuman) akibat perbuatan jahat anaknya. Ketahuilah! Seorang ibu tidak
menanggung (hukuman) akibat perbuatan jahat anaknya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 2660)
Dari Abdullah bin Amru dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara dosa yang terbesar adalah seorang laki-laki yang melaknat kedua orang
tuanya.” Beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seorang laki-laki melaknat kedua orang
tuanya?” Beliau menjawab: “Dia melaknat bapa orang lain, hingga orang itu kemudian melaknat bapanya.
Dia melaknat ibu orang lain, hingga orang itu kemudian melaknat ibunya.” (Sahih Bukhari, no. 5516,
Sahih Muslim, no. 130, Sunan At-Tirmidzi, no. 1824, hasan sahih, Sunan Abu Daud, no. 4475, Musnad
Ahmad, no. 6243, no. 6545, no. 6734)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa ingin
ditimbang dengan timbangan yang sempurna, maka apabila berselawat kepada kami iaitu Ahlul Bait,
hendaklah dia mengucapkan: “Allahumma shalli ‘ala muhammadin waazwajihi ummahatul mu’minin
wadzurriyyatihi wa ahla baitihi kama shallaita ‘ala ali Ibrahim innaka hamidun majid (Ya Allah
limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad, para isterinya iaitu ibu bagi orang-orang yang beriman,
keturunannya dan ahlul baitnya sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada keluarga
Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung).” (Sahih Bukhari, no. 3118, no. 5883,
Sunan Abu Daud, no. 832, Sunan An-Nasa’i, no. 1277, Sunan Ibnu Majah, no. 895, Musnad Ahmad, no.
22494, Muwatha’ Malik, no. 357)
Dari Abu Umamah dia berkata: “Sesungguhnya seorang pemuda mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi
Wasallam lalu berkata: “Wahai Rasulullah! Izinkan aku untuk berzina.” Orang-orang mendatanginya lalu
melarangnya, mereka berkata: “Jangan, jangan.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Mendekatlah.” Dia mendekat lalu duduk kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apa kau menyukai berzina dengan ibumu?” Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah,
semoga Allah menjadikanku sebagai penebus tuan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-
orang juga tidak menyukai kamu berzina dengan ibu-ibu mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Apa kau menyukai berzina dengan puterimu?” Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah
wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus tuan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Orang-orang juga tidak menyukai kamu berzina dengan putri-putri mereka.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa kau menyukai berzina dengan makcikmu dari sebelah ayah?”
Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai
penebus tuan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-orang juga tidak menyukai kamu
berzina dengan makcik-makcik mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa kau
menyukai berzina dengan makcikmu dari pihak ibu?” Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah wahai
Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus tuan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Orang-orang juga tidak menyukai kamu berzina dengan makcik-makcik mereka.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa: “Ya Allah!
Ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya.” Setelah itu pemuda itu tidak pernah
melirik apa pun. (Musnad Ahmad, no. 21185)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Dajjal akan turun (muncul) pada Sabakhah (tanah tandus bergaram) dengan melalui satu
lembah, dan golongan yang paling banyak keluar untuk menuju kepadanya ialah dari kalangan kaum
wanita, sehingga seorang laki-laki akan kembali menemui isterinya, ibu, anak perempuan, saudara
perempuan dan kepada makciknya untuk mengikat mereka dengan tali kerana khuatir mereka akan
keluar menuju kepadanya (Dajjal). Kemudian Allah Ta’ala akan menjadikan kaum muslimin berkuasa
atasnya (Dajjal) sehingga mereka pun akhirnya dapat membunuhnya dan menghabisi kelompoknya,
sehingga ada seorang Yahudi yang bersembunyi di balik pohon atau batu besar, lalu batu besar itu atau
pohon itu berkata kepada orang muslim: ‘Ini ada seorang Yahudi di bawahku, bunuhlah ia’.” (Musnad
Ahmad, no. 5099)
Dari Abu Hurairah dia berkata bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Para Nabi itu
bersaudara seayah, ibu mereka berbeza-beza, namun agama mereka satu, aku adalah orang yang
paling berhak atas diri Nabi Isa dari manusia semuanya kerana tidak ada seorang Nabi pun antara aku
dengannya. Dan sesungguhnya Nabi Isa akan turun pada kalian, maka jika kalian melihatnya, kenalilah
bahawa dia adalah seorang lelaki yang berwatakan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, kulitnya merah
keputih-putihan, dia mengenakan dua baju yang kuning muda, seakan-akan kepalanya menitis padahal
tidak basah, dia menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapus pajak. Dia mengajak manusia
kepada Islam, maka pada masanya Allah menghancurkan seluruh agama kecuali Islam, dan pada
masanya pula Allah menghancurkan Al-Masih Dajjal, hingga terwujudlah keamanan di muka bumi,
sehingga singa tinggal bersama dengan unta, harimau dengan sapi, serigala bersama kambing, dan
anak-anak bermain dengan ular dan itu tidak membahayakan mereka, maka Nabi Isa akan tinggal
selama empat puluh tahun kemudian dia diwafatkan dan kaum muslimin mensolatkannya.” (Musnad
Ahmad, no. 8902, no. 9259)
Dari Syurahbil bin Sa’id bin Sa’ad bin Ubadah berkata: “Saad bin Ubadah keluar bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pada beberapa peperangan. Sementara ibunya yang berada di Madinah
mendekati ajalnya, lalu dikatakanlah kepada ibu tersebut: “Berwasiatlah.” Ibunya lalu berkata:
“Sesungguhnya harta itu adalah milik Sa’ad.” Kemudian dia meninggal sebelum Sa’ad sampai di
Madinah. Ketika Sa’ad bin Ubadah tiba, maka hal itu diberitahukan kepadanya. Sa’ad pun berkata:
“Wahai Rasulullah, apakah jika saya sedekahkan harta itu akan memberi manfaat pada ibuku?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ya.” Sa’ad lalu berkata: ‘Kebun ini dan ini adalah
sedekah atas nama ibuku.” (Muwatha’ Malik, no. 1254)
Dari Abu Bakrah dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ayah dan ibu
Dajjal tinggal selama tiga puluh tahun, keduanya tidak memiliki anak, setelah itu keduanya melahirkan
bayi buta sebelah mata, dia paling berbahaya dan sedikit manfaatnya, matanya tidur tapi hatinya tidak.”
Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ciri-ciri kedua orang tua Dajjal, beliau
bersabda: “Ayahnya tinggi, kurus, hidungnya seperti paruh dan ibunya gemuk bertangan panjang.”
Berkata Abu Bakrah: “Kami mendengar bayi lahir di kalangan Yahudi Madinah, lalu aku pergi bersama
Zubair bin Awwam hingga kami memasuki kediaman kedua orang tuanya, ternyata ciri-ciri yang
disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada pada keduanya, kami bertanya: “Apa kalian punya
anak?” Keduanya menjawab: “Kami tinggal selama tiga puluh tahun tapi tidak punya anak, setelah itu
kami punya anak buta sebelah mata, dia membahayakan dan sedikit sekali manfaatnya, matanya tertidur
tapi hatinya tidak.” Berkata Abu Bakrah: “Lalu kami keluar dari kediaman mereka berdua ternyata dia
tengah terlentang di tanah di bawah terik matahari dalam kain tebal dan dia berbicara tapi tidak difahami.
Lalu dia membuka penutup kepalanya, dia bertanya: “Apa yang kalian berdua katakan?” Kami menjawab:
“Apa kau mendengar ucapan kami?” Dia menjawab: “Ya, kedua mataku tidur tapi hatiku tidak.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 2174, hasan gharib)
Dari Ibnu Umar dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
penghuni syurga yang paling rendah darjatnya, dia akan melihat dalam sebuah istana selama dua ribu
tahun. Dia melihat bahagian paling hujungnya sebagaimana dia melihat bahagian paling dekatnya, dia
juga akan melihat para isteri dan pembantunya. Dan sesungguhnya penghuni syurga yang paling mulia
darjatnya akan melihat wajah Allah Ta’ala setiap hari sebanyak dua kali.” (Musnad Ahmad, no. 4395)
Dari Abu Sa’id bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Penghuni syurga yang
darjatnya paling rendah adalah seseorang yang memiliki lapan puluh ribu pelayan dan tujuh puluh dua
isteri, serta dibuatkan baginya kubah yang terbuat dari intan dan batu permata yang panjangnya antara
Jabiah hingga Shan’a.” (Musnad Ahmad, no. 11298)
Dari Jabir bin Abdillah berkata bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang pengubatan
dukun (mantera ala dukun) maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu adalah dari perbuatan
syaitan.” (Musnad Ahmad, no. 13621)
Dari Shafiyah dari sebahagian isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa mendatangi dukun lalu membenarkan apa yang dikatakan, tidak
diterima solatnya selama empat puluh hari.” (Musnad Ahmad, no. 16041)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mendatangi seorang
dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan apa yang dia katakan, maka dia telah kafir terhadap
wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Musnad Ahmad, no. 9171, no.
9779, Sunan Abu Daud, no. 3405, Sunan Ibnu Majah, no. 631, Sunan Ad-Darimi, no. 1116)
Dari Abu Sa’id Al Khudri dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak
akan masuk syurga lima golongan orang, (1) penagih arak, (2) orang yang percaya dengan sihir, (3)
orang yang memutuskan hubungan silaturahim, (4) dukun dan (5) mannan (orang yang mengungkit-
ungkit pemberian).” (Musnad Ahmad, no. 10684, no. 11355)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya: “Siapakah wanita yang
paling baik?” Beliau menjawab: “Yang paling menyenangkannya jika dilihat suaminya, dan mentaatinya
jika dia memerintahkannya dan tidak menyelisihinya dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci
suaminya.” (Sunan An-Nasa’i, no. 3179, Musnad Ahmad, no. 7114, no. 9281)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah merahmati seorang
pemuda yang bangun untuk solat di malam hari, lalu dia membangunkan isterinya untuk solat, jika
isterinya enggan maka dia memercikkan air di wajahnya, dan Allah merahmati seorang isteri yang
bangun untuk solat di malam hari lalu dia membangunkan suaminya untuk solat, jika suaminya enggan
maka dia memercikkan air ke wajahnya.” (Sunan Abu Daud, no. 1113, no. 1238, Sunan Ibnu Majah, no.
1326, Sunan An-Nasa’i, no. 1592, Musnad Ahmad, no. 7103, no. 9254)
Dari Hudzaifah bin Yaman dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“(Ajaran) Islam akan terkikis sebagaimana hiasan baju yang terkikis sehingga tidak diketahui apa itu
puasa, apa itu solat, apa itu ibadah dan apa itu sedekah, dan akan ditanggalkan Kitabullah (diangkat Al-
Quran) di malam hari, sehingga tidak berbaki di muka bumi walau satu ayat pun. Maka yang tinggal
adalah beberapa kelompok manusia yang telah lanjut usia dan lemah, mereka berkata: “Kami menemui
bapa-bapa kami memperkatakan kalimah ‘Laa ilaha illallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah)’, maka kami mengucapkannya.” Shilah (perawi) berkata kepada Hudzaifah: “Kalimah ‘Laa
ilaha illallah’ tidak cukup bagi mereka, kerana mereka tidak tahu apa itu solat, apa itu puasa, apa itu
ibadah dan apa itu sedekah.” Maka Hudzaifah berpaling darinya hingga dia mengulangi pertanyaan
sampai tiga kali, dan pada kali ketiganya Hudzaifah menerimanya dan berkata: “Wahai Shilah, kalimah itu
dapat menyelamatkan mereka dari neraka”, Hudzaifah mengucapkannya sebanyak tiga kali. (Sunan Ibnu
Majah, no. 4039)
Dari Uqbah bin Amir bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian melihat Allah
memberikan dunia (kekayaan dan nikmat) kepada seorang hamba pelaku maksiat dengan sesuatu yang
dia sukai, maka sesungguhnya itu hanyalah merupakan istidraj.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam membacakan ayat: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan mendadak,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Al-An’am:44).” (Musnad Ahmad, no. 16673)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, seorang
laki-laki (ahli syurga) benar-benar akan bersandaran selama tujuh puluh tahun sebelum dia berpindah,
kemudian datanglah isterinya seraya menepuk kedua bahunya, hingga dia (laki-laki tersebut) dapat
melihat wajahnya dari balik pantulan pipi isterinya yang lebih jernih dari cermin, sedang mutiara yang
paling rendah yang dia kenakan, cahayanya dapat menyinari antara timur dan barat. Kemudian isterinya
mengucapkan salam kepadanya, lalu dia (laki-laki tersebut) menjawab salamnya seraya bertanya:
“Siapakah engkau ini?” Isterinya menjawab: “Aku ini hanyalah tambahan (nikmat).” Dan sungguh
isterinya tersebut mengenakan tujuh puluh pakaian, yang paling rendah dari yang dia kenakan adalah
seperti pakaian kemewahan yang terbuat dari tubaa. Kemudian pandangannya menembus hingga dapat
melihat tulang betisnya dari balik gaunnya. Dan dia juga memakai mahkota yang dihiasi dengan mutiara-
mutiara, sedang mutiaranya yang paling rendah dapat menyinari seluruh apa yang ada antara timur dan
barat.” (Musnad Ahmad, no. 11290)
Dari Syaddad bin Aus bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang cerdas (bijak)
adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang
yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” Dan
telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khattob dia berkata: “Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian
dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab
(perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia.”
Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin Mihran dia berkata: “Seorang hamba tidak akan bertaqwa hingga
dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan
pakaiannya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2383, hasan, Sunan Ibnu Majah, no. 4250, Musnad Ahmad, no.
16501)
Dari Ummul Mukminin Aisyah dia berkata: “Saya tidak pernah melihat seorang pun yang menyerupai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik pada kekhusyukannya, perilakunya dan pendiriannya ketika
berdiri mahupun duduknya kecuali Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, (iaitu) apabila dia
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Nabi akan menyambutnya, menciumnya dan
memberinya tempat duduk di tempat duduk yang beliau tempati, begitu juga dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, apabila Fatimah menemuinya, maka dia akan berdiri dari tempat duduknya (untuk
menyambut), lalu dia akan mencium beliau dan memberinya tempat duduk di tempat duduk yang dia
tempati. Pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sakit, maka Fatimah datang menjenguk dan
menemui beliau lalu dia merebahkan kepalanya (di dada beliau) dan menciumnya, kemudian Fatimah
mengangkat kepalanya sambil menangis, lalu dia merebahkan kepalanya di dada beliau (yang kedua
kali), dan mengangkatnya kembali sambil tertawa, maka kataku (dalam hati): “Sungguh saya telah
mengira bahawa Fatimah adalah orang yang paling kuat (teguh ketabahannya) di antara wanita-wanita
kami namun ternyata dia juga boleh seperti wanita-wanita lainnya (yakni boleh sedih dan menangis).”
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, maka saya berkata kepada Fatimah: “Tahukan kamu
ketika kamu menyandarkan kepalamu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu kamu
mengangkatnya sambil menangis, setelah itu kamu menyandarkan kepalamu (yang kedua kalinya) lalu
mengangkatnya sambil tertawa, apa yang membuatmu seperti itu?” Fatimah menjawab: “Sesungguhnya
(waktu itu) saya mendapatkan khabar rahsia, beliau memberitahukan kepadaku, bahawa beliau akan
segera meninggal dunia kerana sakit yang dideritanya, maka saya menangis, kemudian beliau juga
memberitahukan kepadaku bahawa aku adalah salah seorang dari anggota keluarganya yang pertama
kali menyusul beliau (meninggal dunia), kerana itulah saya tersenyum.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3807,
hasan gharib)
Dari Umar bin Khattab, dia berkata: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam membayar mahar wanita.
Jika hal itu memang suatu kemuliaan di dunia atau sebuah ketaqwaan di sisi Allah, nescaya Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam telah melakukannya. Saya melihat beliau tidak menikahi para isterinya, juga
tidak menikahkan para puterinya (dengan mahar) lebih dari dua belas Uqiyah.” [Satu Uqiyah menurut
para ulama’ adalah empat puluh dirham. Dua belas Uqiyah adalah empat ratus lapan puluh dirham.]
(Sunan At-Tirmidzi, no. 1033, hasan sahih, Sunan Abu Daud, no. 1801, Sunan An-Nasa’i, no. 3297)
Dari Mu’adz bin Jabal bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah ada seorang isteri
yang menyakiti suaminya di dunia kecuali isterinya dari bidadari syurga berkata: ‘Janganlah kamu
menyakitinya. Semoga Allah membalasmu. Dia adalah tetamumu yang sebentar lagi akan
meninggalkanmu dan mendatangi kami’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1094, hasan gharib, Sunan Ibnu Majah,
no. 2004, Musnad Ahmad, no. 21085)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, hancurnya dunia
(nilainya) bagi Allah lebih ringan daripada pembunuhan seorang muslim (tanpa hak).” (Sunan At-Tirmidzi,
no. 1315, sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 2609, Sunan An-Nasa’i, no. 3922)
Dari Hudzaifah bin Al Yaman bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Zat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian membunuh imam
(pemimpin) kalian sendiri dan kalian saling berperang dengan pedang-pedang kalian, serta dunia kalian
diwarisi oleh orang-orang buruk di antara kalian.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2096, hasan, Sunan Ibnu
Majah, no. 4033, Musnad AHmad, no. 22213)
Dari Hudzaifah bin Al Yaman berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kiamat tidak
akan terjadi hingga orang yang paling bahagia di dunia adalah orang hina putera kepada orang hina.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 2135, hasan, Musnad Ahmad, no. 22214)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dan keluarga beliau tidak pernah
kenyang makan roti gandum selama tiga kali berturut-turut hingga beliau meninggal dunia.” (Sahih
Muslim, no. 5287, Sunan At-Tirmidzi, no. 2281, sahih hasan, Sunan Ibnu Majah, no. 3334, Musnad
Ahmad, no. 9238)
Dari Abu Hurairah berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada akhir zaman
nanti akan muncul orang-orang yang mencari dunia dengan agama, mereka mengenakan pakaian di
antara manusia dengan bulu domba kerana halusnya, lisan mereka lebih manis dari gula dan hati mereka
adalah seperti hati serigala, Allah ‘Azza Wajalla berfirman: ‘Apakah terhadap-Ku mereka berbuat tipu
daya, ataukah kepada-Ku mereka menantang, maka dengan nama-Ku aku bersumpah, akan Aku
kirimkan sebuah fitnah di kalangan mereka yang membuat orang sabar kebingungan’.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 2328)
Dari Asma’ binti Umais bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seburuk-buruk hamba
adalah hamba yang sombong, berbangga diri dan lupa terhadap Zat yang Maha Besar dan Maha Tinggi.
Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diktator dan kejam dan dia lupa terhadap Zat yang Maha
Perkasa lagi Maha Tinggi. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang lupa dan lalai dan lupa akan
kuburan dan ujian. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang melampaui batas dan berlebih lebihan,
lupa terhadap adanya permulaan dan kesudahan. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang mencari
dunia dengan mengorbankan agama. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang mencari agama dengan
hal hal yang syubhat. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang dikendalikan oleh sifat tamak. Seburuk-
buruk hamba adalah hamba yang dikuasai oleh hawa nafsu yang menyesatkannya dan seburuk-buruk
hamba adalah hamba yang dikuasai sifat rakus yang menjadikannya hina.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2372,
gharib)
Dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa
ketika menuju tempat tidurnya mengucapkan: “Astaghfirullahal ‘adzhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal
hayyul qayyum wa atuubu ilaih (Aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, yang tidak ada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, yang selalu hidup dan sentiasa mengurus makhuk-Nya. Aku
bertaubat kepada-Nya) sebanyak tiga kali, maka Allah mengampuni dosa-dosanya walaupun seperti buih
lautan, walaupun sebanyak daun pohon, walaupun sebanyak kerikil, walaupun sebanyak hari-hari di
dunia.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3319, hasan gharib)
Dari Aisyah dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua rakaat sebelum
fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (Sahih Muslim, no. 1193, Sunan At-Tirmidzi, no. 381,
hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 1738, Musnad Ahmad, no. 25083)
Dari Aisyah bahawa Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama gambar Aisyah
dalam secarik kain sutera hijau, dia berkata: “Sesungguhnya ini adalah isterimu di dunia dan akhirat.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 3815, hasan gharib)
Dari Aisyah dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik terhadap isterinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap isteriku,
apabila sahabat kalian meninggal dunia maka biarkanlah dia (tinggalkanlah dia jangan membicarakan
keburukan-keburukannya).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3830, hasan gharib sahih, Sunan Ibnu Majah, no.
1967, Sunan Ad-Darimi, no. 2160)
Dari Anas bin Malik dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebelum
munculnya Dajjal, akan ada beberapa tahun munculnya para penipu, sehingga orang jujur didustakan
sedangkan pendusta dibenarkan. Orang yang amanah dikhianati sedangkan orang yang suka berkhianat
dipercayai, dan para ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya: “Apa itu ruwaibidhah?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang fasik (bodoh) yang dia berbicara tentang urusan manusia.”
(Musnad Ahmad, no. 12820)
Dari Abu Hurairah dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam muncul
dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang
asing (iaitu orang orang yang memperbaiki salah satu dari sunnahku yang telah dirosak oleh orang-orang
setelahku).” (Sahih Muslim, no. 208, no. 209, Sunan At-Tirmidzi, no. 2554, hasan sahih, Sunan Ibnu
Majah, no. 3976, no. 3977, no. 3978, Musnad Ahmad, no. 3596, no. 8693, no. 16094, Sunan Ad-Darimi,
no. 2637)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian bersusah payah
melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga masjid iaitu masjidku ini (Masjid Nabawi, Madinah), Masjidil
Haram (di Makkah) dan Masjid Al-Aqsa (di Baitulmaqdis).” (Sahih Bukhari, no. 1115, Shahih Muslim
2475, Sunan At-Tirmidzi, no. 300, hasan sahih, Sunan Abu Daud, no. 1738, Sunan An-Nasa’i, Sunan
Ibnu Majah, no. 1399, Musnad Ahmad, no. 10103)
Dari Tsauban bin Bajdad bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
menjenguk orang sakit, maka dia sentiasa berada dalam sebuah taman syurga sampai dia pulang
kembali.” (Sahih Muslim, no. 4658, no. 4659, no. 4660, Sunan At-Tirmidzi, no. 890, sahih, Musnad
Ahmad, no. 13741, no. 21355, no. 21387, no. 21408, no. 21409, no. 21410)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang muslim
menjenguk atau menziarahi saudaranya sesama muslim kerana Allah ‘Azza Wajalla, maka Allah ‘Azza
Wajalla berfirman: ‘Engkau telah beruntung, dan beruntung, engkau telah menyiapkan rumah di syurga’.”
(Musnad Ahmad, no. 8297)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menjenguk
orang sakit, maka akan ada penyeru dari langit yang menyeru: “Kamu telah berbuat baik, baik pula
perjalananmu, dan kamu akan menempati tempat tinggal di syurga.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1433,
Musnad Ahmad, no. 7975)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang
memberikan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan nyawaku hingga aku membalas
salamnya.” (Sunan Abu Daud, no. 1745, Musnad Ahmad, no. 10395)
Dari Al Qasim bin Muhammad bahawa dia berkata: “Isteriku meninggal dunia. Lalu Muhammad bin Ka’b
Al Qurazhi bertakziah kepadaku dan dia bercerita: “Dulu di kalangan Bani Israil ada seorang laki-laki
yang faqih, alim, abid dan mujtahid. Dia mempunyai seorang isteri yang dia cintai dan dia kagumi. Suatu
ketika isterinya meninggal dunia, sehingga dia sangat terpukul dan sedih. Dia mengurung dirinya dan
mengasingkan diri dari manusia. Tidak seorang pun yang masuk menemuinya. Lalu ada seorang wanita
yang mendengar peristiwa tersebut, lalu wanita itu mendatanginya. Wanita itu berkata: “Aku ada
keperluan dengannya. Aku ingin meminta fatwanya. Aku tidak akan pernah puas hingga berbicara
dengannya secara langsung.” Orang-orang pun pergi meninggalkannya, namun dia tetap berada di
depan pintu menunggunya dan berkata: “Aku tidak akan pergi sama sekali.” Ada seseorang yang berkata
pada orang Bani Israil (lelaki alim) tersebut: “Di sini ada seorang wanita yang ingin meminta fatwamu,
dan dia berkata: “Aku tidak mahu kecuali berbicara dengannya secara langsung.” Orang-orang telah
pergi meninggalkannya, sedang dia tetap tidak meninggalkan pintu rumahmu. Lelaki alim tersebut
berkata: “Izinkan dia masuk.” Wanita itu pun masuk dan berkata: “Aku menemuimu untuk meminta fatwa
atas suatu urusan.” Lelaki alim itu pun bertanya: “Apa itu?” Wanita tersebut berkata: “Aku meminjam
perhiasan dari tetanggaku. Aku pun mengenakannya dan meminjamnya untuk beberapa waktu.
Kemudian mereka mengutus utusan kepadaku untuk memintanya, apakah aku harus
mengembalikannya?” Lelaki alim tersebut menjawab: “Ya.” Wanita itu berkata lagi: “Demi Allah aku telah
memakainya beberapa waktu.” Lelaki alim tersebut berkata: “Begitulah, mereka berhak untuk menariknya
kembali darimu setelah meminjamkannya padamu beberapa waktu.” Wanita itu berkata: “Baiklah,
semoga Allah merahmatimu. Apakah engkau juga tidak rela atas apa yang dipinjamkan Allah padamu
(isterinya), lalu Dia mengambilnya kembali, padahal Dia lebih berhak atasnya dari dirimu.” Maka sedarlah
lelaki alim tersebut atas apa yang telah terjadi. Allah memberikan manfaat atasnya dengan perkataan
wanita tersebut.” (Muwatha’ Malik, no. 499)
Dari Ubay bin Ka’ab dia berkata: “Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada dua orang lelaki
yang saling menyebutkan nasabnya, yang satu berkata: “Saya adalah Fulan bin Fulan, sedangkan kamu
tidak memiliki ibu!” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Dahulu pada masa Nabi
Musa ‘alaihis salam juga ada dua orang lelaki yang menyebutkan nasabnya, yang satu berkata: “Saya
adalah Fulan bin Fulan -sampai dia menyebutkan sembilan keturunan-, sedangkan kamu siapa, seorang
yang tidak memiliki Ibu!” Kemudian yang kedua menjawab: “Saya adalah Fulan bin Fulan bin Al Islam.”
Nabi bersabda: “Setelah itu Allah menurunkan wahyu kepada Musa ‘alaihis salam berkenaan dengan dua
orang tersebut: “Ada pun kamu wahai orang menasabkan dirinya kepada sembilan orang yang berada di
Neraka, maka engkau adalah orang yang kesepuluhnya. Ada pun engkau wahai orang yang
menasabkan diri kepada dua orang yang berada di Jannah (Syurga), maka engkau adalah orang yang
ketiga.” (Musnad Ahmad, no. 21075, no. 20241)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang
laki-laki yang membeli sebidang tanah dari orang lain, kemudian laki-laki yang membeli tanah itu
mendapatkan sebuah bekas yang di dalamnya ada emas. Maka orang yang membeli tanah itu berkata:
“Ambillah emas milikmu kerana aku hanya membeli tanah dan bukan membeli emas.” Lalu orang yang
menjual tanahnya berkata: “Yang aku jual adalah tanah ini dan apa yang ada di dalamnya.” Akhirnya
kedua orang itu meminta pendapat kepada seseorang, lalu orang yang dimintai pendapat itu berkata:
“Apakah kalian berdua mempunyai anak?” Laki-laki yang satu berkata: “Aku punya anak laki-laki.” Dan
yang kedua berkata: “Aku punya anak perempuan.” Maka orang yang dimintai pendapat berkata:
“Nikahkanlah anak laki-laki itu dengan anak perempuan itu dan berilah nafkah untuk keduanya dari emas
tadi dan juga sedekahkanlah.” (Sahih Bukhari, no. 3213, no. 3246, Sunan Ibnu Majah, no. 2502, Musnad
Ahmad, no. 7844)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya Firaun menancapkan paku sebanyak
empat buah pada kedua tangan dan kedua kaki isterinya (Asiah). Jika para penjaga Firaun menjauhi
darinya, maka para Malaikat menaunginya. Dia (Asiah) berkata: “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam syurga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan
selamatkan aku dari kaum yang zalim (At-Tahrim : 11).” Maka Allah menampakkan untuknya rumahnya di
syurga.” (Musnad Abu Ya’la, 4/1521-1522)
Dari Abdullah bin Ma’bad bin Abbas, dia berkata: “Seorang wanita mengeluhkan penyakitnya, lalu dia
berkata: “Jika Allah menyembuhkanku maka aku akan keluar untuk menunaikan solat di Baitul Maqdis.”
Maka ketika sembuh, dia pun mempersiapkan bekal untuk keluar (ke Baitul Maqdis), lalu datanglah
Maimunah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya memberi salam kepadanya. Wanita itu
kemudian mengkhabarkan kepada Maimunah perihal janjinya tersebut, maka Maimunah pun berkata:
“Duduk dan makanlah makanan yang sudah aku buat, dan solatlah di masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Solat di
dalamnya lebih baik daripada solat seribu kali di masjid lainnya, kecuali masjid Kaabah.” (Musnad
Ahmad, no. 25596)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
matahari tidak pernah ditahan untuk manusia kecuali untuk Nabi Yusya’ ketika malam perjalanan dia
menuju Baitul Maqdis.” (Musnad Ahmad, no. 7964)
Dari Jabir dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Air Zam Zam mempunyai
khasiat bergantung niat (orang) yang meminumnya.” (Musnad Ahmad, no. 14320, no. 14466)
Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: “Tatkala seseorang (raja) dari umat sebelum kalian sedang
bertafakur di kerajaannya, dia menyedari bahawa apa yang ada padanya telah menyibukkannya dari
beribadah kepada Rabbnya, lantas pada suatu malam dia keluar dengan sembunyi-sembunyi dari
istananya dan pada pagi hari dia berada di kerajaan orang lain, kemudian dia mendatangi pesisir pantai
lalu membuat batu bata dengan mendapatkan upah lalu dia boleh makan dan bersedekah dengan
bakinya. Hal itu terus berlangsung hingga khabarnya sampai kepada raja mereka berikut ibadah dan
kemurahannya. Lalu sang raja mengundangnya untuk datang namun dia menolaknya, lalu sang raja
mengulangi undangannya dan mengulangi lagi namun dia tetap enggan untuk datang, dan berkata: “Ada
urusan apa aku dengan dia?” Ibnu Mas’ud berkata: “Lalu si raja mendatanginya, tatkala lelaki itu melihat
raja, dia lari, melihat hal itu raja segera menyusulnya namun tidak dapat menyusulnya. Berkata raja
tersebut: “Wahai hamba Allah, aku tidak akan mencelakakanmu”, lantas dia berhenti hingga raja dapat
menemuinya lalu bertanya: “Siapakah engkau -semoga Allah merahmatimu-?” Dia menjawab: “Aku fulan
bin fulan, raja di kerajaan ini dan ini. Aku telah merenungi keadaanku lalu aku menyedari bahawa apa
yang ada padaku telah menghalangiku dari beribadah kepada Rabbku, maka aku meninggalkannya dan
mendatangi tempat ini untuk beribadah kepada Rabbku.” Lalu si raja berkata: “Engkau tidaklah lebih
memerlukan kepada ibadah yang engkau lakukan daripada aku.” Kemudian si raja turun dari
kenderaannya lalu mengikuti jejak lelaki itu, setelah itu keduanya beribadah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla
lalu keduanya berdoa kepada Allah untuk dimatikan. Berkata Ibnu Mas’ud: “Lalu keduanya meninggal,
jika aku berada di Rumailah, Mesir nescaya akan aku tunjukan kuburan keduanya sesuai dengan ciri-ciri
yang tunjukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. (Musnad Ahmad, no. 4085)
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma bercerita, bahawa Umar bin Khattab berkata ketika Hafsah binti
Umar menjanda dari Khunais bin Hudzafah As Sahmi -ia termasuk di antara sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang ikut serta dalam perang Badar dan meninggal di Madinah-, Umar
berkata: “Maka aku datangi Uthman bin Affan dan ku tawarkan Hafsah kepadanya.” Aku berkata: “Jika
engkau mahu, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafsah binti Umar.” Uthman hanya memberi
jawapan: “Aku akan melihat perkaraku dulu.” Aku lalu menunggu beberapa malam, kemudian dia
menemuiku dan berkata: “Nampaknya aku tidak akan menikah pada saat ini.” Umar berkata: “Kemudian
aku menemui Abu Bakar, ku katakan padanya: “Jika engkau menghendaki, maka aku akan nikahkan
engkau dengan Hafsah binti Umar.” Abu Bakar hanya terdiam dan tidak memberi jawapan sedikit pun
kepadaku. Dan kemarahanku kepadanya jauh lebih memuncak daripada kepada Uthman. Lalu aku
menunggu beberapa malam, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminangnya. Maka aku
menikahkannya dengan beliau. Kemudian Abu Bakar menemuiku dan berkata: “Sepertinya engkau
marah kepadaku ketika engkau menawarkan Hafsah kepadaku dan aku tidak memberi jawapan sedikit
pun.” Aku menjawab: “Ya.” Abu Bakar berkata: “Sebenarnya tidak ada yang menghalangiku untuk
memberi jawapan kepadamu mengenai apa yang engkau tawarkan kepadaku, kecuali aku mengetahui
bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering menyebut-nyebutnya, dan tidak mungkin aku akan
menyebarkan rahsia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalaulah beliau meninggalkannya, tentu aku
akan menerima tawaranmu.” (Sahih Bukhari, no. 3704, no. 4728, Sunan Nasa’i, no. 3207)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Saya besama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Zaid bin
Arqam yang sakit kedua matanya, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Zaid:
“Wahai Zaid, jika kedua matamu masih sakit seperti ini apa yang kamu lakukan?” Dia berkata: “Saya
bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda:
“Jika matamu masih sakit seperti itu kemudian kamu sabar dan berharap pahala dari Allah nescaya kamu
akan bertemu dengan Allah dalam keadaan tanpa dosa.” (Musnad Ahmad, no. 12126)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah ‘Azza Wajalla
berfirman: ‘Jika Aku mengambil penglihatan hambaKu, dan dia bersabar dan mengharap ganjaran-Ku,
maka ganti baginya Syurga’.” (Musnad Ahmad, no. 12135)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang solat di
masjidku empat puluh kali tanpa ketinggalan satu solat pun maka dia ditetapkan bebas dari api neraka
dan selamat dari siksa serta bebas dari kenifakan (sifat munafik).” (Musnad Ahmad, no. 12123)
Dari Ammar bin Yasir, bahawa Rasulullah pernah berdoa: “Ya Allah, dengan ilmu-Mu atas yang ghaib,
dan dengan kemaha kuasaan-Mu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau mengetahui
bahawa hidup lebih baik bagiku, dan matikanlah aku jika Engkau mengetahui bahawa kematian itu lebih
baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada-Mu agar aku takut pada-Mu dalam keadaan
sembunyi atau ramai. Aku memohon pada-Mu agar dapat berkata dengan benar diwaktu redha atau
marah. Aku minta kepada-Mu agar dapat melaksanakan kesederhanaan dalam keadaan kaya atau fakir
serta kenikmatan memandang wajah-Mu (di syurga), rindu bertemu dengan-Mu. Aku berlindung kepada-
Mu dari penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan
iman, dan jadikanlah kami sebagai penunjuk (jalan) yang lurus yang memperoleh bimbingan dari-Mu.”
(Musnad Ahmad, no. 17605)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tuhan kalian
‘Azza Wajalla merasa kagum kepada seorang laki-laki yang berperang di jalan Allah. Kemudian para
sahabatnya kalah (gugur dalam perang) dan dia mengetahui kewajibannya, kemudian dia kembali hingga
telah bercucuran darahnya. Kemudian Allah Ta’la berfirman kepada para malaikatNya: “Lihatlah kepada
hamba-Ku, dia kembali kerana menginginkan apa yang ada di sisi-Ku, dan rindu kepada apa yang ada di
sisi-Ku hingga bercucuran darahnya (syahid).” (Sunan Abu Daud, no. 2174)
Dari Abu Sa’id berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari Kiamat, Nabi Nuh
‘alaihissalam dan ummatnya datang lalu Allah Ta’ala berfirman: “Apakah kamu telah menyampaikan
(ajaran)?” Nuh ‘alaihissalam menjawab: “Sudah, wahai Rabbku.” Kemudian Allah bertanya kepada
ummatnya: “Apakah benar dia (Nuh) telah menyampaikan kepada kalian?” Mereka menjawab: “Tidak.
Tidak ada seorang Nabi pun yang datang kepada kami.” Lalu Allah berfirman kepada Nuh ‘alaihissalam:
“Siapa yang menjadi saksi atasmu?” Nabi Nuh ‘alaihissalam berkata: “Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan ummatnya.” Maka kami pun bersaksi bahawa Nabi Nuh ‘alaihissalam telah menyampaikan
risalah kepada umatnya. Begitulah seperti yang difirmankan Allah Yang Maha Tinggi (Al-Baqarah ayat
143 yang ertinya): “Dan demikianlah kami telah menjadikan kalian sebagai umat pertengahan untuk
menjadi saksi atas manusia..” (Sahih Bukhari, no. 3091, no. 4127, no. 6803, Sunan At-Tirmidzi, no. 2887,
hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 10853)
Dari Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Beruntunglah orang
yang beriman kepadaku dan melihatku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkannya sekali)
dan beruntung pula orang yang beriman kepadaku meskipun tidak melihatku (Dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengucapkannya tujuh kali).” (Musnad Ahmad, no. 12118, no. 21121, no. 21187, no.
21246)
Dari Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saya berharap untuk
bertemu dengan saudara-saudaraku.” Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Bukankah
kami adalah saudara-saudara tuan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalian adalah
sahabatku, sedang yang dinamakan ikhwanku adalah mereka yang beriman kepadaku walau tidak
melihatku.” (Musnad Ahmad, no. 12119)
Dari Ubai bin Ka’ab dia berkata: Bila dua pertiga malam berlalu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam
bangun lalu bersabda: “Wahai sekalian manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah, tiupan pertama datang
dan diiringi oleh tiupan kedua, kematian datang dengan yang ada padanya, kematian datang dengan
membawa segala kelanjutannya, kematian datang dengan membawa segala kelanjutannya.” Berkata
Ubai: “Wahai Rasulullah, aku sering membawa selawat untukmu, lalu seberapa banyak aku (perlu)
berselawat untukmu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Terserah.” Aku bertanya:
“Seperempat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Terserah, jika kau tambahi itu lebih
baik bagimu.” Aku bertanya: “Setengah?” Beliau menjawab: “Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik
bagimu.” Aku bertanya: “Dua pertiga?” Beliau menjawab: “Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik
bagimu.” Aku berkata: “Aku akan menjadikan seluruh doaku untukmu.” Beliau bersabda: “Kalau begitu,
kau dicukupkan dari dukamu dan dosamu diampuni.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2381, hasan sahih)
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat Allah
menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya serta berkata: ‘Akulah sang raja, mana
raja-raja bumi?” (Sahih Bukhari, no. 4438, no. 6834, no. 6863, Sunan Ibnu Majah, no. 188, Musnad
Ahmad, no. 8508, Sunan Darimi, no. 2679)
Dari Abdullah bin Umar dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat
Allah akan menggulung semua langit kemudian mengenggamnya dengan tangan kanan, setelah itu Allah
berfirman: “Aku adalah raja! Sekarang di manakah orang-orang yang berlaku sewenang-wenangnya, di
mana orang-orang yang berlaku sombong?” Kemudian Allah juga menggulung semua bumi dan
menggenggamnya dengan tangan-Nya yang lain. Setelah itu berfirman: “Aku adalah raja! Sekarang
dimanakah orang-orang yang berlaku sewenang-wenangnya, di mana orang-orang yang berlaku
sombong?” (Sahih Muslim, no. 4995, Sunan Abu Daud, no. 4107)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah turun ke langit dunia
pada setiap malamnya, iaitu saat sepertiga malam terakhir seraya berfirman: ‘Aku adalah Raja, Aku
adalah Raja, siapa yang berdoa pada-Ku nescaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepada-
Ku nescaya akan Aku berikan dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, nescaya akan Aku ampuni.’
Keadaan itu berlangsung hingga tiba waktu fajar.”(Sahih Muslim, no. 1262, Sahih Bukhari, no. 5846,
Sunan At-Tirmidzi, no. 408, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 7460, no. 9067)
Abu Ad Darda berkata bahawasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) secara sembunyi, maka
malaikat akan berkata: ‘Amin dan bagimu kebaikan yang sama.'” (Sahih Muslim, no. 4913, Sunan Abu
Daud, no. 1311)
Dari Abu Umamah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Azza Wajalla berfirman:
‘Ibadah seorang hamba-Ku yang paling Aku sukai adalah nasihat kerana Aku.” (Musnad Ahmad, no.
21167)
Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Tatkala Abdullah bin ‘Amru bin Haram gugur di perang Uhud, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjumpaiku seraya mengatakan: “Hai Jabir, kenapa aku melihatmu
murung?” Aku (Jabir) menjawab: “Wahai Rasulullah, ayahku telah menemumi syahidnya, sementara dia
meninggalkan anak-anak dan hutang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mahukah kamu
aku beri khabar gembira dengan apa yang Allah berikan kepada ayahmu?” Ia menjawab: “Mahu ya
Rasulullah.” Beliau bersabda: “Tidak pernah Allah mengajak bicara seseorang melainkan dari balik hijab,
sementara Dia mengajak bicara ayahmu dengan berhadapan muka, Dia lalu berfirman: ‘Wahai hamba-
Ku, memohonlah kepada-Ku, nescaya Aku akan memberimu.” Dia menjawab: ‘Wahai Rabb, hidupkan
aku kembali agar aku terbunuh di jalan-Mu untuk kedua kalinya.’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya telah
berlalu dari-Ku bahawasanya mereka tidak akan kembali lagi ke sana.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabb, kalau
begitu sampaikanlah kepada orang yang berada di belakangku.’ Beliau bersabda: “Maka Allah Ta’ala
menurunkan ayat: ‘Janganlah kamu mengira bahawa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,
bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rezeki’ (Ali Imran : 169).” (Sunan Ibnu Majah,
no. 186, no. 2790, Sunan At-Tirmidzi, no. 2936, hasan gharib)
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya seperti
sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal lalu sebahagian dari mereka ada yang mendapat
tempat di atas dan sebahagian lagi di bahagian bawah perahu. Lalu orang yang berada di bawah perahu
bila mereka mencari air untuk minum mereka harus melalui orang-orang yang berada di bahagian atas
seraya berkata: “Seandainya boleh kami lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bahagian kami
sehingga kami tidak mengganggu orang yang berada di atas kami.” Bila orang yang berada di atas
membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang di bawah itu maka mereka akan binasa
semuanya. Namun bila mereka mencegah dengan tangan mereka maka mereka akan selamat
semuanya.” (Sahih Bukhari, no. 2313, no. 2489, Sunan At-Tirmidzi, no. 2099, hasan sahih, Musnad
Ahmad, no. 17638, no. 17647, no. 17653)
An Nu’man bin Basyir berkhutbah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sungguh,
kegembiraan Allah kerana taubatnya hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian yang
pada suatu ketika dia membawa perbekalan dan minumannya di atas unta lalu dia berjalan di padang
pasir yang luas. Kemudian dia beristirehat sejenak dan tidur di bawah pohon. Tiba-tiba untanya lepas, dia
pun mencarinya ke perbukitan, namun dia tidak melihat sesuatu sama sekali, kemudian ia mencari lagi di
perbukitan yang lain, namun juga tidak melihatnya, ia pun naik lagi keperbukitan yang lain, tapi tetap
tidak menemukan sesuatu pun. Akhirnya dia kembali ke tempat istirehatnya. Tatkala dia sedang duduk,
tiba-tiba untanya datang kepadanya seraya menyerahkan tali kekangnya ke tangannya. Maka sungguh
kegembiraan Allah dengan taubatnya seorang hambanya melebihi kegembiraan orang ini ketika dia
mendapatkan untanya kembali dalam keadaan seperti semula. (Sahih Muslim, no. 4930, no. 4931, no.
4932, no. 4933, Sunan Ibnu Majah, no. 4239, Musnad Ahmad, no. 7845, no. 11364, no. 12750, no.
17696, no. 17761)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada zaman dahulu
ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut
mencari orang alim yang banyak ilmunya. Lalu ditunjukkan kepada seorang rahib dan ia pun langsung
mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia bertanya apakah taubatnya itu akan diterima? Rahib itu
menjawab: “Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.” Akhirnya laki-laki itu membunuh rahib hingga
genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang
banyak ilmunya. Lalu ditunjukkan kepadanya seorang alim dan laki-laki itu berkata: “Saya telah
membunuh seratus orang dan apakah taubat saya akan diterima?” Orang alim itu menjawab: “Ya. Tidak
ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah itu, kerana di sana banyak orang yang
beribadah kepada Allah. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah
kamu kembali ke daerahmu, kerana daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.” Maka berangkatlah
laki-laki itu. Di tengah perjalanan, laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat Rahmat dan Azab saling
berbantahan. Malaikat Rahmat berkata: “Laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat
dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.” Malaikat Azab membantah: “Tetapi, bukankah ia
belum berbuat baik sama sekali?” Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berupa manusia menemui
kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Orang tersebut berkata: “Ukurlah jarak yang terdekat
dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana
yang terdekat, maka itulah keputusannya.” Allah Ta’ala mewahyukan kepada bumi yang dituju (tempat
untuk mencari taubat) agar mendekat dan mewahyukan kepada bumi yang ditinggalkan (tempat dia
melakukan kejahatan) agar menjauh. Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahawa orang
laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut
berada dalam genggaman malaikat Rahmat. (Sahih Muslim, no. 4967, Sahih Bukhari, no. 3211, Musnad
Ahmad, no. 11262)
Dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika seorang laki-laki
berjalan pada suatu jalan dan menemukan dahan berduri lalu ia membuangnya maka Allah
menyanjungnya (berterima kasih padanya) dan mengampuni dosanya (dalam riwayat lain, dia
dimasukkan ke dalam syurga).” (Sahih Bukhari, no. 615, no. 2292, Sahih Muslim, no. 3538, no. 4743, no.
4744, Sunan At-Tirmidzi, no. 1881, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 9899, no. 10476, Muwatha’ Malik,
no. 269)
Dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu menceritakan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Para
Malaikat mengambil roh seorang laki-laki dari kaum sebelum kalian. Para Malaikat berkata: “Apakah
engkau telah melakukan suatu kebaikan?” Laki-laki itu menjawab: “Tidak.” Para malaikat berkata: “Ingat-
ingatlah!” Laki-laki itu berkata: “Dahulu aku pernah memberikan hutang kepada orang-orang, lalu aku
memerintahkan kepada para pembantuku agar memberikan tangguh kepada mereka yang kesulitan,
serta memberi kelapangan dalam pembayaran hutang kepada orang-orang yang kaya.” Allah berfirman:
“Berilah kelapangan kepadanya (diampun dosanya).” (Sahih Bukhari, no. 1935, no. 2216, no. 3194, no.
3221, Musnad Ahmad, no. 7263, no. 8037, no. 8113, Sunan Darimi, no. 2434)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Suatu hari malaikat maut diutus kepada Musa ‘alaihissalam
lalu ia berkata kepadanya: “Penuhilah panggilan Rabbmu”. Lalu Nabi Musa ‘alaihissalam memukul
matanya (mata manusia). Maka malaikat maut kembali kepada Rabbnya dan berkata: “Engkau
mengutusku kepada hamba yang tidak menginginkan mati”. Maka Allah mengembalikan matanya
kepadanya seraya berfirman: “Kembalilah dan katakan kepadanya agar dia meletakkan tangannya di
atas punggung seekor lembu jantan, yang pengertiannya setiap bulu lembu yang ditutupi oleh tangannya
bererti umurnya satu tahun”. Nabi Musa ‘alaihissalam bertanya: “Wahai Rabb, setelah itu apa?” Allah
berfirman: “Kematian”. Maka Nabi Musa ‘alaihissalam berkata: “Sekaranglah waktunya”. Kemudian Nabi
Musa ‘alaihissalam memohon kepada Allah agar mendekatkannya dengan tanah yang suci (Al
Muqaddas) dalam jarak sejauh lemparan batu”. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya aku ke sana, pasti akan aku tunjukkan
kepada kalian lokasi kuburnya yang ada di pinggir jalan di bawah tompokan pasir merah”. (Sahih Bukhari,
no. 1253, no. 3155, Sahih Muslim, no. 4375, Musnad Ahmad, no. 8262)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau menceritakan
seseorang di zaman dahulu atau orang sebelum kalian telah masuk ke dalam syurga sedang ia belum
pernah melakukan kebaikan sedikitpun. Allah telah mengurniakan kepadanya harta dan anak. Menjelang
wafat, ia berkata kepada anak-anaknya: “Hai anak-anakku, bagaimana keadaanku selaku ayah bagi
kalian?” Anak-anaknya menjawab: “Engkau adalah sebaik-baik ayah.” Beliau melanjutkan: Orang tadi
merasa dirinya bukan orang baik di sisi Allah (orang soleh), -Qatadah menafsirkan bahawa dia
menyangka belum memiliki amalan- hingga dirinya berprasangka jika Allah menakdirkan, pasti Dia
menyiksanya. Kata orang tadi: “Lihatlah, kalau aku mati, maka bakarlah aku, jika diriku telah menjadi
arang, tumbuklah (haluskanlah) aku. Jika angin berhembus kencang, maka taburkanlah abuku dalam
angin itu.” Maka sang ayah mengambil janji teguh anak-anaknya, akhirnya mereka melakukan yang
diwasiatkan oleh ayahnya, lalu Allah berfirman: “Jadilah engkau”, tiba-tiba orang itu berdiri tegap. Allah
bertanya: “Hai hamba-Ku, apa yang mendorongmu berbuat seperti itu?” Hamba itu menjawab: “Kerana
aku merasa takut terhadap-Mu.” Lalu Allah mengampuninya kerana rasa takut tersebut, padahal ia tidak
pernah melakukan perbuatan baik kecuali tauhid. Akhirnya orang itu berjumpa dengan Allah Ta’ala
dengan mendapatkan rahmat dari-Nya. (Sahih Bukhari, no. 3219, no. 6000, no. 6954, Sahih Muslim, no.
4952, Musnad Ahmad, no. 7697, no. 10674, no. 10704, no. 19171)
Dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membaca firman Allah
mengenai Ibrahim: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan
daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golonganku’ (Ibrahim: 36) hingga akhir ayat. Dan mengenai Isa ‘alaihissalam: ‘Jika Engkau menyiksa
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni
mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana’ (Al-Maidah: 118),
kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “Ya Allah, selamatkanlah umatku,
selamatkanlah umatku,” dengan bercucuran air mata. Kemudian Allah ‘Azza Wajalla berkata kepada
malaikat Jibril: “Temuilah Muhammad -dan Rabbmulah yang lebih tahu- dan tanyakan kepadanya: ‘Apa
yang membuatmu menangis?’ Maka malaikat Jibril pun bertanya kepada beliau, dan beliau shallallahu
‘alaihi wasallam menjawabnya dengan apa yang dikatakan Allah -dan Allah lebih mengetahui hal itu-.
Kemudian Allah berkata: ‘Wahai Jibril, temuilah Muhammad dan katakan bahawa Kami akan
membuatmu senang dengan umatmu dan tidak akan membuatmu sedih kerananya’. (Sahih Muslim, no.
301)
Dari Ummu Musa dari Ali, dia berkata: Kata-kata terakhir (wasiat) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah “Solat Solat, bertakwalah kepada Allah dalam hak-hak hamba yang kalian miliki.” (Musnad
Ahmad, no. 552, Sunan Abu Daud, no. 4489)
Dari Abu Dzar dia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apakah kamu
melihat Rabbmu?” Beliau menjawab: “Hanya cahaya, bagaimana mungkin aku boleh melihatNya?”
(Sahih Muslim, no. 261)
Dari Shuhaib dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bila penduduk syurga telah masuk
ke syurga, maka Allah berfirman: ‘Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada
kalian?’ Mereka menjawab: ‘Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami putih? Bukankah
Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan menyelamatkan kami dari neraka?’ Beliau
bersabda: “Lalu Allah membukakan hijab pembatas, lalu tidak ada satu pun yang dianugerahkan kepada
mereka yang lebih dicintai daripada anugerah (dapat) memandang Rabb mereka. Kemudian beliau
membaca Firman Allah: ‘Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (syurga) dan
tambahannya’ (Yunus: 26).” (Sahih Muslim, no. 266, Sunan At-Tirmidzi, no. 2475, Sunan Ibnu Majah, no.
183)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pernah ada
dua orang laki-laki dari Bani Israil yang satunya adalah seorang yang rajin beribadah sedangkan yang
satu lagi melampaui batas terhadap dirinya (suka berbuat dosa), mereka adalah dua orang yang saling
bersaudara, maka orang yang rajin beribadah selalu melihat saudaranya berbuat dosa, hingga dia
berkata: “Berhentilah!” Saudaranya yang berbuat dosa berkata: “Tinggalkanlah aku, demi Tuhanku
apakah kamu telah diutus kepadaku sebagai pengawas?” Rasulullah bersabda: “Hingga pada suatu hari
ketika dia melihat saudaranya telah berbuat dosa yang dia rasa adalah suatu hal yang besar maka dia
berkata: “Celaka kamu, berhentilah!” Saudaranya berkata: “Tinggalkanlah aku, demi Tuhanku apakah
kamu diutus kepadaku sebagai pengawas?” Rasulullah bersabda: “Maka laki-laki yang rajin beribadah
berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu” atau “tidak memasukkanmu ke dalam syurga
selama-lamanya.” Dia mengatakan salah satu darinya. Rasulullah bersabda: “Lalu Allah mengutus
malaikat kepada keduanya untuk mencabut nyawa mereka, lalu keduanya berkumpul, maka Allah
berfirman kepada orang yang berbuat dosa: “Pergi dan masuklah ke dalam syurga dengan rahmat-Ku”
dan berfirman kepada yang satu lagi: “Apakah kamu lebih tahu tentang urusan-Ku? Apakah kamu
membawa rahsia yang ada di tangan-Ku? Pergi dan bawalah dia ke neraka.” Rasulullah bersabda: “Demi
Zat yang jiwa Abul Qasim berada di genggaman-Nya, sungguh dia telah berbicara dengan sebuah
kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.” (Musnad Ahmad, no. 7942, Sunan Abu Daud, no.
4255)
Dari Abdurrahman bin Abu Laila dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika ada
ular muncul di tempat tinggal, maka katakanlah kepadanya: ‘Sesungguhnya kami meminta kepadamu
dengan perjanjian Nuh dan Sulaiman bin Daud agar engkau tidak menyakiti kami’, jika dia tetap kembali
maka bunuhlah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1405, hasan gharib, Sunan Abu Daud, no. 4576)
Dari Abdullah bin Abbas bahawa dia menceritakan: “Aku menunggang di belakang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Wahai anakku, aku
akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: “Jagalah Allah nescaya Dia akan menjagamu, jagalah
Allah nescaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah,
dan jika engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah,
seandainya umat ini bersatu untuk memberi manfaat kepadamu, nescaya mereka tidak akan mampu
memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan padamu. Dan
seandainya mereka bersatu untuk mencelakakan dirimu, nescaya mereka tidak akan mampu
mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan padamu. Pena telah diangkat dan
lembaran telah kering (maksudnya takdir telah ditetapkan).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2440, hasan sahih,
Musnad Ahmad, no. 2537)
Dari Anas bin Malik berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu di atas kesesatan, apabila kalian melihat perselisihan maka
kalian harus berada di sawadul a’zam (kelompok yang terbanyak, maksudnya yang sesuai sunnah).”
(Sunan Ibnu Majah, no. 3940)
Dari Abdullah bin Amru, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kamu nikah
perempuan kerana kecantikannya, dikhuatiri dengan kecantikan itu akan membinasakannya dan jangan
nikah perempuan yang kaya, dikhuatiri dengan kekayaannya akan menzaliminya, kahwinilah perempuan
yang mempunyai didikan agama kerana agama akan memberi nikmat kepadamu.” Nabi menambah lagi
hamba perempuan yang hitam mempunyai agama lebih baik bagi kamu. (Sunan Al-Baihaqi Kubra, no.
13633)
Dari Nafi’ bahawasanya Ibnu Umar mengkhabarkan padanya bahawa dia berhenti mengamati Ja’far bin
Abu Talib yang ketika itu dalam keadaan terbunuh, dan ku hitung ternyata ada padanya lima puluh luka
akibat sabitan pedang atau tancapan tombak, dan tak ada lagi sisa daging pada punggungnya. (Sahih
Bukhari, no. 3927)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
perang Mu’tah mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai komandan, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berpesan: “Jika Zaid bin Haritsah gugur, maka Ja’far bin Abu Talib yang mengganti, jika Ja’far
gugur, maka Abdullah bin Rawahah sebagai penggantinya.” Kata Abdullah bin Umar, aku berada di
tengah-tengah pasukan dalam peperangan itu. Lantas kami mencari-cari Ja’far bin Abu Talib, dan kami
temukan dia di antara para parajurit yang terbunuh dan ku dapati di tubuhnya ada sekitar sembilan puluh
lebih luka kerana tombak atau panah. (Sahih Bukhari, no. 3928)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata: “Abdullah bin Salam telah mendengar berita kedatangan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah maka dia menemui beliau dan berkata: “Aku akan bertanya tiga
perkara yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh seorang Nabi.” Dia bertanya: “Apakah tanda-tanda
pertama hari kiamat? Dan apakah makanan pertama penghuni syurga? Dan bagaimana seorang anak
boleh mirip dengan ayahnya dan bagaimana boleh mirip dengan ibunya?” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab: “Baru saja Jibril ‘alaihissalam memberitahu aku.” Maka Abdullah bin Salam
berkata: “Dia (Jibril) adalah malaikat yang sangat dimusuhi orang Yahudi.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Ada pun tanda pertama hari kiamat adalah api yang muncul dan akan menghalau
manusia dari timur menuju barat. Dan ada pun makanan pertama penduduk syurga adalah hati ikan hiu
sedangkan kemiripan seorang anak dengan bapanya adalah apabila suami mendatangi isterinya, apabila
air mani suami mendahului air mani isterinya bererti akan lahir anak yang mirip dengan bapanya,
sebaliknya apabila air mani isterinya mendahului air mani suaminya maka akan lahir anak yang mirip
dengan ibunya.” Maka Abdullah bin Salam berkata: “Aku bersaksi bahawa baginda adalah Rasulullah.”
Kemudian dia berkata lagi: “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi adalah kaum yang sedemikian
pembohong (menuduh) jika mereka mengetahui keIslamanku ini. Sebelum baginda bertanya mereka,
mereka juga telah mendustaiku di sisimu.” Lalu datanglah orang-orang Yahudi sedang Abdullah masuk
ke dalam rumah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Bagaimana tanggapan kalian
mengenai laki-laki yang bernama Abdullah bin Salam di kalangan kalian?” Mereka menjawab: “Dia
adalah orang alim kami dan putera dari alim kami dan orang kepercayaan kami putera dari orang
kepercayaan kami.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi: “Bagaimana pendapat
kalian jika Abdullah bin Salam memeluk Islam?” Mereka menjawab: “Semoga dia dilindungi Allah dari
perbuatan itu.” Lalu Abdullah bin Salam keluar seraya berkata: “Aku bersaksi tidak ada Ilah yang berhak
disembah selain Allah dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah utusan Allah.” Maka mereka
berkata: “Dia ini orang yang paling buruk di antara kami dan putera dari orang yang buruk.” Mereka terus
saja meremehkan Abdullah bin Salam. Lalu Abdullah bin Salam berkata: “Inilah yang aku khuatirkan tadi,
wahai Rasulullah.” (Sahih Bukhari, no. 3082, no. 3645, no. 4120, Musnad Ahmad, no. 11615, no. 13365)
Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
memakai pakaian syuhrah (pakaian kemewahan kerana ingin dipuji), Allah mengenakan baginya pakaian
kehinaan pada hari kiamat.” Abu Awanah (perawi) menambahkan: “Lalu akan dilahap oleh api neraka.”
(Sunan Abu Daud, no. 3511, Sunan Ibnu Majah, no. 3596, Musnad Ahmad, no. 5395)
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Seandainya sedikit
dari bahagian kuku saja dari keindahan yang ada di syurga muncul, nescaya akan menghiasi ruang yang
ada antara langit dan bumi. Seandainya seorang lelaki dari ahli syurga muncul kemudian tampak
gelangnya, nescaya cahayanya akan menghapus cahaya matahari sebagaimana cahaya matahari
menghapus cahaya bintang.” (Musnad Ahmad, no. 1371)
Dari Abu Sa’id al-Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah (boleh)
seorang laki-laki melihat aurat laki-laki, dan perempuan melihat aurat perempuan, dan tidaklah (boleh)
seorang laki-laki bersatu dengan laki-laki lain dalam satu baju (tidur dalam satu selimut). Dan tidaklah
(boleh) seorang wanita bersatu dengan wanita lain dalam satu baju (tidur dalam satu selimut).” (Sahih
Muslim, no. 512, Sunan Abu Daud, no. 3502, Sunan At-Tirmidzi, no. 2717, hasan gharib sahih)
Dari Imran bin Husain, bahawa seorang wanita dari Juhainah datang menghadap kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal dia sedang hamil akibat melakukan zina. Wanita itu berkata: “Wahai
Rasulullah, aku telah melanggar hukum, oleh kerana itu tegakkanlah hukuman itu (rejam) atasku.” Lalu
Nabi Allah memanggil wali perempuan itu dan bersabda kepadanya: “Rawatlah wanita ini sebaik-baiknya,
apabila dia telah melahirkan, bawalah dia ke hadapanku.” Lalu walinya melakukan pesan tersebut.
Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk merejam wanita tersebut, maka
pakaian wanita tersebut dirapikan (agar auratnya tidak terbuka saat direjam). Kemudian beliau
perintahkan agar dia direjam. Setelah direjam, beliau mensolatkan jenazahnya, namun hal itu menjadkan
Umar bertanya kepada beliau: “Wahai Nabi Allah, perlukah dia disolatkan? Bukankah dia telah berzina?”
Beliau menjawab: “Sungguh, dia telah bertaubat kalau sekiranya taubatnya dibahagi-bahagikan kepada
tujuh puluh orang penduduk Madinah, pasti taubatnya akan mencukupi mereka semua. Adakah taubat
yang lebih utama (hebat) daripada menyerahkan nyawa kepada Allah Ta’ala secara ikhlas?” (Sahih
Muslim, no. 3209, Sunan Abu Daud, no. 3852)
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang makan dengan
tangan kiri, berjalan dengan sandal sebelah, berpakaian dengan menyelimuti seluruh tubuh (tanpa
tangan dan tanpa baju dalam), dan duduk mencangkung (duduk dengan meninggikan lutut ke dada)
dengan pakaian selapis sehingga auratnya kelihatan.” (Sahih Muslim, no. 3916)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seorang laki-
laki berjalan di antara dua wanita.” (Sunan Abu Daud, no. 4589)
Dari Asma’ binti Abu Bakar dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa di antara kalian (para wanita) beriman kepada Allah dan hari akhirat, janganlah
mengangkat kepalanya terlebih dahulu (sewaktu sujud) sehingga kaum laki-laki mengangkat kepala
mereka, kerana dikhuatirkan mereka melihat aurat kaum laki-laki (kerana kecilnya kain sarung laki-laki
ketika itu, iaitu wool).” (Sunan Abu Daud, no. 725, Musnad Ahmad, no. 25710)
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi, dia berkata: “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tentang aurat
kami, siapakah yang boleh kami perlihatkan dan siapa yang tidak boleh?” Beliau menjawab: “Jagalah
auratmu kecuali kepada isteri atau budak (hamba) yang kamu miliki.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana dengan suatu kaum saling bercampur dalam satu tempat (yang mereka saling melihat aurat
antara satu dengan yang lain)?” Beliau menjawab: “Jika kamu mampu, maka jangan sampai ada seorang
pun yang melihatnya.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika salah seorang dari kami sedang
sendirian?” Beliau menjawab: “Allah lebih berhak untuk kamu malu daripada manusia.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 2693, hasan, no. 2718, hasan, Sunan Abu Daud, no. 3501)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wanita itu
adalah aurat. Jika dia keluar maka syaitan akan memperindahkannya di mata laki-laki.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 1093, hasan gharib)
Dari Ummul Hasan bahawa Ummu Salamah menceritakan kepada mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam memberi keringanan kepada Fatimah untuk memanjangkan satu jengkal pada kain pengikat
pinggangnya.” Abu Isa berkata: “Pada hadith ini terdapat keringanan bagi para wanita untuk
memanjangkan kain sarungnya (hingga menyapu tanah), sebab hal itu lebih boleh menutup auratnya.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 1654, Musnad Ahmad, no. 25343)
Dari Abdullah bin Salam, dia berkata: “Telah termaktub di dalam Taurat mengenai sifat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam dan Isa bin Maryam, bahawa (Isa) akan dikuburkan bersamanya (atau di
sampingnya).” Abu Maudud (perawi) berkata: “Dan masih berbaki satu tempat perkuburan lagi di bilik
Aisyah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3550, hasan gharib)
Dari Umar bin Al Khattab, dia berkata: “Kami berperang bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
pada bulan Ramadhan sebanyak dua kali, iaitu perang Badar dan Fathul Makkah, kami juga berbuka
(tidak berpuasa) pada keduanya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 648, Musnad Ahmad, no. 134)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Kami ikut berperang bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pada tanggal enam belas Ramadhan. Di antara kami ada yang berpuasa dan
ada pula yang berbuka. Namun mereka yang berpuasa tidaklah mencela orang yang berbuka dan yang
berbuka tidak mencela yang berpuasa.” (Sahih Muslim, no. 1880)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ya Allah, berkatilah kami di
negeri Syam kami, ya Allah, berkatilah kami di negeri Yaman kami.” Mereka (para sahabat) berkata: “Dan
di daerah Najd kami?” Beliau bersabda: “Ya Allah, berkatilah kami di negeri Syam kami, dan berkatilah
kami di negeri Yaman kami.” Mereka (para sahabat) berkata: “Dan di daerah Najd kami?” Beliau
bersabda: “Di sana akan terjadi gempa bumi dan fitnah-fitnah.” Atau beliau bersabda: “Darinya akan
muncul tanduk syaitan.” (Sahih Bukhari, no. 979, no. 6565, Sunan At-Tirmidzi, no. 3888, hasan sahih,
Musnad Ahmad, no. 5384)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai tetangga
seorang bangsa Persia yang pandai memasak. Pada suatu hari dia memasak hidangan untuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah itu dia datang mengundang beliau. Beliau bertanya: “Aisyah
bagaimana?” Orang itu menjawab: “Dia tidak!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalau
begitu aku juga tidak!” Orang itu mengulangi undangannya kembali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya: “Aisyah bagaimana?” Orang itu menjawab: “Dia tidak!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Kalau begitu aku juga tidak!” Orang itu mengulangi undangannya pula. Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Aisyah bagaimana?” Jawab orang itu pada ketiga kalinya: “Ya,
Aisyah juga.” Maka Rasulullah pergi bersama Aisyah ke rumah tetangga itu. (Sahih Muslim, no. 3798)
Dari Anas dia berkata: “Pernah kami dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditimpa hujan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian keluar seraya menyingkap (menyingsing) kainnya hingga terkena
air hujan. Maka kami pun bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa engkau lakukan hal itu?” Beliau
menjawab: “Kerana hujan adalah ciptaan yang baru saja diciptakan oleh Tuhannya.” [yakni Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ingin bertabarruk (mandapatkan barakah Allah) dengan hujan]. (Sunan Abu
Daud, no. 4436)
Dari Abdullah budak kepada Asma’ binti Abu Bakar, dia berkata: “Saya datang kepada Asma’ binti Abu
Bakar untuk memberitahukan kepadanya tentang informasi yang saya peroleh. Tak lama kemudian dia
(Asma’) memperlihatkan kepada saya sebuah jubah yang berwarna hijau dan berkerah sutera,
sedangkan kedua sisinya dijahit dengan sutera seraya berkata: “Hai Abdullah, ini adalah jubah
Rasulullah.” Setelah itu, dia meneruskan ucapannya: “Jubah ini dahulu ada pada Aisyah hingga dia
meninggal dunia. Setelah dia meninggal dunia, maka aku pun mengambilnya. Dan dahulu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sering mengenakannya. Lalu kami pun mencuci dan membersihkannya untuk
orang sakit agar dia lekas sembuh dengan mengenakannya (yakni bertabarruk).” (Sahih Muslim, no.
3855, Musnad Ahmad, no. 25705)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkunjung ke rumah
Ummu Sulaim. Lalu beliau tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim, ketika dia sedang tidak berada di
rumah.” Anas berkata: “Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumah kami
dan tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim disuruh pulang dan diberitahu
bahawasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang tidur di atas tempat tidurnya.” Anas berkata:
“Ketika Ummu Sulaim tiba di rumah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah berpeluh, dan peluh beliau
bergenang di tikar kulit di atas tempat tidur. Maka Ummu Sulaim segera membuka begnya dan segera
mengusap peluh Rasulullah dengan sapu tangan dan memerasnya ke dalam sebuah botol. Tiba-tiba
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun dan terkejut seraya berkata: “Apa yang kamu lakukan hai
Ummu Sulaim?” Ummu Sulaim menjawab: “Ya Rasulullah, kami mengharapkan keberkatan peluh engkau
untuk anak-anak kami (yakni bertabarruk).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu
benar hai Ummu Sulaim!” (Sahih Muslim, no. 4300, no. 4301, no. 4302)
Dari Anas dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sentiasa ceria dan peluhnya bagai kilauan
mutiara. Apabila beliau berjalan, maka langkahnya terayun tegap. Sutera yang pernah saya sentuh tidak
ada yang lebih halus berbanding telapak tangan beliau. Minyak kasturi dan minyak ambar yang pernah
saya cium, tidak ada yang melebihi semerbak wanginya badan beliau.” (Sahih Muslim, no. 4299, Musnad
Ahmad, no. 12902)
Dari Nafi’ bahawa Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu mengkhabarkan kepadanya bahawa ada
serombongan orang (sahabat) yang bepergian bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
singgah di al-Hijr (tempat yang pernah dihuni kaum kaum Nabi Shalih ‘alaihis salam), negeri Kaum
Tsamud, lalu mereka mengambil air dari periginya dan membuat adunan roti, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka agar menumpahkan air yang di ambil dari periginya
dan agar adunan roti dijadikan makanan buat unta dan memerintahkan mereka agar mengambil air dari
perigi-perigi yang (sering) didatangi oleh unta (Nabi Shalih)”. (Sahih Bukhari, no. 3128, Sahih Muslim, no.
5294)
Dari Shalih bin Dirham, dia berkata: “Kami berangkat untuk menunaikan haji, lalu ada seorang laki-laki
(Abu Hurairah) berkata: “Di sisi kalian ada sebuah kampung bernama Ubullah.” Kami menjawab: “Benar.”
Laki-laki itu berkata lagi: “Siapakah di antara kalian bersedia memberi jaminan padaku, bahawa dia mahu
solat untukku di Masjid Al-Asysyaar sebanyak dua atau empat rakaat, setelah itu mengatakan ‘Pahala
solat ini untuk Abu Hurairah’?” Abu Hurairah berkata: “Aku pernah mendengar kekasihku Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat Allah akan membangkitkan para syuhada’ dari
Masjid Al-Asysyaar, tidak ada yang bangkit (berdiri) bersama para syuhada’ perang Badar selain
mereka.” Abu Daud berkata: “Masjid ini ada di sisi sungai.” (Sunan Abu Daud, no. 3754)
Dari Daud bin Abu Shalih berkata: “Pada suatu hari Marwan mendapati seorang laki-laki meletakkan
kepalanya di atas kuburan (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), lalu dia berkata: “Apakah engkau
mengetahui apa yang sedang engkau lakukan?” Lalu dia pun mendatanginya ternyata dia adalah Abu
Ayyub, lalu berkata: “Ya, saya mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan mendatangi
batu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menangisi
agama ini jika penguasanya diurus oleh ahlinya akan tetapi tangisilah agama ini jika diurus oleh yang
bukan ahlinya.” (Musnad Ahmad, no. 22482)
Dari Imran Al-Alshari, dia berkata: “Abdullah bin Umar pernah menolehkan wajah kepadaku saat aku
berhenti di bawah pohon besar di tepi jalan Makkah, lalu ia bertanya: “Apa yang menyebabkanmu
berhenti di bawah pohon besar ini?” Aku menjawab: “Aku hanya ingin berteduh di bawahnya saja.” Dia
bertanya lagi: “Mungkin ada sebab lain?” Aku menjawab: “Tidak, aku tidak berhenti kecuali untuk
berteduh saja.” Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kamu
berada di antara dua gunung di Makkah dari Mina -dan beliau menggerakkan tangannya ke arah timur-,
di sana terdapat sebuah lembah yang bernama As-Sarar, di situ ada sebuah pohon besar yang biasa
digunakan oleh tujuh puluh Nabi untuk berteduh.” (Musnad Ahmad, no. 5953, Sunan An-Nasai, no. 2945,
Muwattha’ Malik, no. 844)
Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahawa suatu dia berkata kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, pernahkah anda merasakan kesulitan yang paling sulit
daripada hari peperangan Uhud?” Beliau menjawab: “Aku pernah mengalami kesulitan dari kaummu, dan
itulah kesulitan yang paling sulit yang pernah aku alamai dari mereka, iaitu peristiwa di hari Aqabah.
Ketika itu aku mendatangi Ibnu Abd Yaaliil bin Abd Kulal, tapi dia tidak mahu memenuhi harapanku
sehingga aku pergi meninggalkannya dengan penuh kecemasan, dan aku baru sedarkan diri ketika aku
sampai di Qarnits Tsa’alib. Lalu aku mendongakkan kepalaku dan ternyata aku sedang dinaungi oleh
awan, setelah aku perhatikan, ternyata malaikat Jibril ada di sana. Dia memanggilku dan berkata:
“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu dan penolakan
mereka terhadap ajakanmu. Dan Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung agar anda dapat
menyuruhnya untuk menghancurkan mereka sekehendak hatimu.” Beliau bersabda: “Lalu malaikat
penjaga gunung pun memanggilku dan mengucap salam kepadaku sambil berkata: “Wahai Muhammad,
sungguh Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu, dan aku malaikat penjaga gunung telah
diutus oleh Rabbmu untuk menemuimu supaya melaksanakan apa yang anda kehendaki. Jika anda
menghendaki, maka aku akan menutupkan dua gunung ini kepada mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda kepadanya: “Bahkan aku sangat berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang-
tulang sulbi (keturunan) mereka orang yang mahu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu pun.” (Sahih Muslim, no. 3352)
Dari Ummu Salamah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Akan terjadi perselisihan saat matinya khalifah, lalu seorang laki-laki (Al-Mahdi) akan keluar
dari Madinah pergi menuju Makkah. Lantas beberapa orang dari penduduk Makkah mendatanginya,
mereka memaksanya keluar (dari dalam rumah) meskipun dia tidak menginginkannya. Orang-orang itu
kemudian membaiahnya pada suatu tempat antara Rukun (Hajar Asawad) dan Maqam (Ibrahim). Lalu
dikirimlah sepasukan dari penduduk Syam untuk memeranginya, tetapi pasukan itu jesteru
ditenggelamkan oleh (Allah) di Al-Baida, tempat antara Makkah dan Madinah. Maka ketika manusia
melihat hal itu, orang-orang soleh dari Syam dan orang-orang terbaik dari penduduk Iraq membaiahnya
antara Rukun (Hajar Asawad) dan Maqam (Ibrahim). Lalu tumbuhlah seorang laki-laki dari bangsa
Quraisy, pakcik-pakciknya dari suku Kalb, dia lalu mengirimkan sepasukan untuk memerangi mereka
(orang-orang yang berbaiah kepada Al-Mahdi) namun mereka dapat mengalahkan mereka (pasukan
yang dikirim oleh lelaki Quraisy dari suku Kalb). Alangkah ruginya orang yang tidak ikut serta dalam
pembahagian ghanimah (harta rampasan) perang melawan suku Kalb. Dia (Al-Mahdi) lalu membahagi
ghanimah, dan membina manusia dengan sunnah Nabi mereka shallallahu ‘alaihi wasallam dan
menyampaikan Islam ke semua penduduk bumi. Dia berkuasa selama tujuh tahun, kemudian wafat dan
disolati oleh kaum muslimin.” Abu Daud berkata: “Sebahagian mereka menyebutkan: “selama sembilan
tahun.” Dan sebahagian yang lain menyebutkan: “Selama tujuh tahun.” (Sunan Abu Daud, no. 3737,
Musnad Ahmad, no. 25467)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah Azza wa Jalla berfirman: “Anak Adam telah menyakiti-Ku, dia suka mencela masa. Padahal Aku
pencipta masa. Akulah yang menggilir siang dan malam.” (Sahih Bukhari, no. 4452, no. 5713, no. 6937,
Sahih Muslim, no. 4165, Sunan Abu Daud, no. 4590)
Dari Al Miswar bin Makhramah, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda di atas mimbar: “Bani Hisyam Ibnul Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan puteri-
puteri mereka dengan Ali bin Abu Talib namun aku tidak mengizinkan mereka, kemudian aku tidak
mengizinkan mereka, kemudian aku tidak mengizinkan mereka (sebanyak tiga kali), kecuali jika Ali bin
Abu Talib menceraikan anakku dan menikahi puteri mereka. Dia (Fatimah) adalah darah dagingku, orang
yang melukai (perasaan) nya bererti melukaiku, dan orang yang menyakitinya bererti telah menyakitiku.”
(Sunan Ibnu Majah, no. 1988)
Dari Abu Juhaifah, dia berkata: “Saya menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau tengah
berada di khemah besar yang terbuat dari kulit, dan saya melihat Bilal sedang mengambilkan tempat air
wudhu’ (untuk) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sementara orang-orang berlumba-lumba untuk
mendapatkan bekas (dari air) wudhu’ beliau, dan siapa yang mendapatkannya maka dia akan
membasuhkannya, namun bagi yang tidak mendapatkannya, maka dia mengambil dari baki air yang
menitis dari temannya.” (Sahih Bukhari, no. 5411)
Dari Sahal bin Sa’ad radliallahu ‘anhu, dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada
saat perang Khaibar: “Mana Ali bin Abu Talib?” Dijawab: “Dia sedang sakit kedua matanya”. Maka beliau
memerintahkan agar memanggilnya. (Setelah Ali datang) beliau meludahi kedua matanya hingga
sembuh seakan-akan belum pernah terkena penyakit sedikit pun.” (Sahih Bukhari, no. 2724, no. 2787,
no. 3888)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma berkata: “Tatkala penggalian parit pertahanan Khandaq
sedang dilaksanakan, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan lapar. Kerana
itu aku kembali kepada isteriku, menanyakan kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai makanan? Aku
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang lapar.’ Maka dikeluarkannya suatu karung, di
dalamnya terdapat satu sha’ (segantang) gandum. Di samping itu kami mempunyai seekor anak
kambing. Lalu aku sembelih kambing itu, sementara isteriku membuat adunan tepung. Ketika aku selesai
mengerjakan pekerjaanku, aku lalu memotong-motong kecil daging kambing tersebut dan aku masukkan
ke dalam periuk. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Isteriku berkata
kepadaku: ‘Janganlah kamu mempermalukanku di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
para sahabat beliau.’ Aku langusng menemui beliau seraya berbisik kepadanya: ‘Wahai Rasulullah! Aku
menyembelih seekor anak kambing milikku, dan isteriku telah membuat adunan segantang gandum yang
kami miliki. Kerana itu sudilah kiranya anda datang bersama-sama dengan beberapa orang sahabat.’
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berteriak: “Hai para penggali Khandaq! Jabir telah membuat
hidangan untuk kalian semua. Marilah kita makan bersama-sama!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
lalu berkata kepada Jabir: “Jangan kamu menurunkan periukmu dan janganlah kamu memasak adunan
rotimu sebelum aku datang.” Lalu aku pulang. Tidak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para
sahabat. Ketika aku temui isteriku, dia berkata: ‘Bagaimana engkau ini! Bagaimana engkau ini!’ Jawabku:
‘Aku telah melakukan apa yang engkau pesankan kepadaku.’ Maka aku mengeluarkan adunan roti kami,
kemudian Nabi meludahi adunan itu untuk memberi keberkatan. Setelah itu beliau menuju periuk (tempat
memasak kambing), maka beliau meludahi dan mendoakan keberkatan kepadanya, sesudah itu beliau
berkata kepada isteriku: “Panggillah tukang roti untuk membantumu memasak. Nanti isikan gulai ke
mangkuk langsung dari kuali dan sekali-kali jangan kamu menurunkan periukmu.” Kala itu para sahabat
semuanya berjumlah seribu orang. Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi.
Tetapi periuk kami masih tetap penuh berisi seperti semula. Sedangkan adunan masih seperti semula.”
(Sahih Bukhari, no. 3793, Sahih Muslim, no. 3800)
Dari Yazid bin Abu Ubaid, dia berkata: “Aku pernah melihat bekas luka pukulan pedang pada kaki
(bahagian lutut) Salamah. Aku lalu berkata kepadanya: “Wahai Abu Muslim, luka bekas pukulan apakah
ini?” Dia menjawab: “Ini luka bekas pukulan yang aku alami pada perang Khaibar. Saat itu orang-orang
berkata: “Salamah terluka.” Maka aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau meludahi
lukaku sebanyak tiga kali. Setelah itu aku tidak merasakan sakit hingga sekarang.” (Sahih Bukhari, no.
3884, Sunan Abu Daud, no. 3396)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan orang sakit,
beliau membaca: “Bismillahi Turbatu Ardlina Bi Riiqati Ba’dlina Yusyfaa Saqiimuna Bi Idzni Rabbina
(Dengan nama Allah atas debu tanah kami, dengan ludah sebahagian kami, semoga sembuh orang yang
sakit dari kami dengan izin Rabb kami.” (Sahih Bukhari, no. 5304, no. 5305)
Dari Abi Laila, dia menuturkan sebuah kisah: “Suatu ketika Usaid bin Hudhair (seorang sahabat yang
soleh dan suka berjenaka), bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat. Usaid
menuturkan cerita yang membuat para sahabat tertawa hingga Rasulullah memukul pinggangnya. Usaid
pun mengadu: “Engkau telah membuatku merasa sakit,” kata Usaid. “Silakan membalas (Qisas),” jawab
Nabi. “Wahai Rasulullah, engkau mengenakan gamis sedang saya tidak,” ujar Usaid. Abi Laila berkata:
“Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menanggalkan gamisnya dan Usaid merangkul beliau
dan menciumi pinggang beliau.” “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah, saya
menginginkan ini,” kata Usaid. (Riwayat Al-Hakim, dan beliau berkata: Hadith ini sanadnya sahih sedang
Imam Bukhari-Muslim tidak meriwayatkannya. Adz Dzahabi menyetujuinya dan beliau berkata: Hadith ini
sahih)
Dari Urwah, dia berkata: “Demi Allah, tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila membuang
kahak lalu kahak beliau tepat jatuh di telapak tangan salah seorang dari sahabat melainkan orang itu
menggosokkannya pada wajah dan kulitnya. Dan bila beliau menyuruh mereka, mereka pun segera
bergegas melaksanakan perintah beliau. Dan apabila beliau hendak berwudhu’, selalu mereka hampir
berkelahi kerana berebut untuk mendapatkan baki air untuk wudhu’ beliau. Bila beliau berbicara, mereka
merendahkan suara mereka di hadapan beliau dan mereka tidaklah menajamkan pandangan kepada
beliau sebagai pengagungan mereka terhadap beliau.” (Sahih Bukhari, no. 2529)
Dari Yahya Ibnu Al Harits Adz Dzimari, dia berkata: “Saya pernah berjumpa dengan Watsilah Ibnu Al
Asqo’ radhiallahu ‘anhu. “Apakah engkau berbai’ah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dengan tanganmu ini?” tanyaku. “Benar” jawab Watsilah. “Hulurkan tanganmu, aku akan menciumnya!”
kataku. Dia kemudian menhulurkan tangannya dan aku mencium tangan tersebut. (Riwayat At-
Thabarani)
Dari Ja’far Ibnu Abdillah Ibnu Al Hakam bercerita: “Bahawa Khalid Ibnu Al Walid kehilangan peci
(penutup kepala/kopiah) miliknya saat perang Yarmuk. “Carilah peciku,” perintah Khalid kepada
pasukannya. Mereka mencari peci tersebut namun gagal menemukannya. “Carilah peci itu,” kata Khalid
lagi. Akhirnya peci itu berhasil ditemukan. Ternyata peci itu peci yang sudah lusuh bukan peci baru. Dan
ketika peci tersebut ditemukan, Khalid berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan
umrah lalu beliau mencukur rambut kepalanya, kemudian orang-orang segera menghampiri bahagian-
bahagian rambut beliau. Lalu saya berhasil merebut rambut bahagian ubun-ubun yang kemudian saya
taruh di peci ini. Saya tidak ikut bertempur dengan mengenakan peci ini kecuali saya diberi
kemenangan.” (Riwayat At-Thabarani dalam Al-Kabir)
Dari Abu Juhaifah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar mendatangi kami di
waktu tengahari yang panas. Beliau lalu diberi air wudhu’ hingga beliau pun berwudhu’, orang-orang lalu
mengambil baki air wudhu’ beliau seraya mengusap-ngusapkannya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam solat zohor dua rakaat dan asar dua rakaat sedang didepannya diletakkan tombak kecil.” Abu
Musa berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta bejana berisi air, beliau lalu membasuh kedua
tangan dan mukanya di dalamnya, lalu menyentuh air untuk memberkatinya seraya berkata kepada
keduanya (Abu Musa dan Bilal): “Minumlah darinya dan usapkanlah pada wajah dan leher kalian berdua.”
(Sahih Bukhari, no. 181)
Dari Uthman bin Abdullah bin Mauhab berkata: “Keluargaku pernah menyuruhku menemui Ummu
Salamah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa mangkuk berisi air, lalu Ummu
Salamah datang dengan membawa sebuah bekas dari perak yang berisi rambut Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam yang diikat. Apabila ada seseorang yang terkena sihir atau sesuatu, maka dia datang dengan
mangkuk berisi air dan diberikan kepada Ummu Salamah, lalu aku melihat ke dalam mangkuk, rambut
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sudah berubah merah.” (Sahih Bukhari, no. 5446)
Dari Musa bin Uqbah berkata: “Aku melihat Salim bin Abdullah bin Umar memilih tempat di suatu jalan
lalu melaksanakan solat di tempat tersebut. Dan dia menceritakan bahawa bapanya (Abdullah bin Umar)
pernah solat di tempat itu, dan bapanya pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga solat di
tempat itu.” (Sahih Bukhari, no. 461)
Dari Anas bin Malik berkata: “Bahawa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencukur
rambutnya, maka Abu Talhah adalah orang yang pertama mengambil rambut beliau.” (Sahih Bukhari, no.
166)
Dari Anas bin Malik dia berkata: “Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melempar Jamrah,
menyembelih haiwan korbannya dan setelah mencukur rambutnya, beliau meminta tukang cukur untuk
mencukur kembali rambutnya yang sebelah kanan. Kemudian beliau memanggil Abu Talhah Al Anshari
dan memberikan rambut tersebut kepadanya. Sesudah itu, beliau kembali meminta untuk dicukurkan
rambutnya yang sebelah kiri seraya bersabda: “Cukurlah.” Maka dia pun mencukurnya, dan setelah itu,
membahagikannya kepada orang-orang.” (Sahih Muslim, no. 2300)
Dari Anas bin Malik berkata: “Bahawasanya setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melempar
Jamratul Aqabah, beliau terus bergegas menuju kepada Unta (haiwan korbannya) dan menyembelihnya.
Sementara tukang cukur sedang duduk di sekitar itu. Maka beliau memberi isyarat dengan tangannya ke
arah kepala (agar dia mencukurnya). Lalu tukang cukur itu pun mencukur rambut beliau yang sebelah
kanan dan kemudian beliau membahagikannya kepada orang yang berada berhampirannya. Setelah itu,
(dicukur) rambut yang sebelahnya lagi, kemudian beliau bertanya: “Mana Abu Talhah?” Maka beliau pun
memberikan rambut itu padanya (yakni keberkatan).” (Sahih Muslim, no. 2299)
Dari Abu Hurairah, dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
seorang hamba mengucapkan kalimah (perkataan) tanpa diteliti (terlebih dahulu), yang kerananya
(perkataan itu), menyebabkan dia dilempar ke neraka sejauh antara jarak timur dan barat.” (Sahih
Bukhari, no. 5996, Sahih Muslim, no. 5303, no. 5304, Musnad Ahmad, no. 8567)
Dari Abu Shirmah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mahu
mencelakai seseorang, maka Allah akan mencelakakannya, siapa yang mahu menimpakan kesulitan
terhadap seseorang, maka Allah akan menimpakan kesempitan atasnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1863,
hasan gharib, Sunan Abu Daud, no. 3151)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
sentiasa beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan
dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang
tidak dia sangka-sangka.” (Sunan Abu Daud, no. 1297, Sunan Ibnu Majah, no. 3809)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa
yang meminta-minta kepada manusia sementara dia memiliki persediaan yang cukup, maka dia akan
datang pada hari kiamat sedangkan di mukanya terdapat tanda tercela bahawa dia meminta-minta.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 588, hasan, Sunan Abu Daud, no. 1385)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Zat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari
kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia mendatangi seseorang lalu
meminta kepadanya, baik orang itu memberi atau menolak”. (Sahih Bukhari, no. 1377, no. 1378, no.
1932, no. 2200, Sahih Muslim, no. 1728)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh jika seseorang di antara kalian berangkat pagi hari untuk mencari kayu bakar dan dipikul di
atas punggungnya, yang dengannya dia boleh bersedekah dan mencukupi keperluannya dari manusia,
hal itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain sama saja apakah dia memberi kepadanya
atau tidak, kerana sesungguhnya tangan yang di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah dan
mulailah memberi dari orang yang menjadi tanggunganmu”. (Sahih Muslim, no. 1727, Sunan At-Tirmidzi,
no. 616, hasan sahih gharib)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang miskin bukanlah
mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang banyak, lalu peminta itu diberi sesuap, dua suap,
atau sebutir dua butir kurma.” Para sahabat bertanya: “Kalau begitu, seperti apakah orang yang miskin
itu?” Beliau menjawab: “Orang miskin sesungguhnya ialah mereka yang tidak memiliki apa-apa untuk
memenuhi keperluannya, namun keadaannya itu tidak diketahui orang supaya orang bersedekah
padanya, dan tidak pula meminta-minta ke sana ke mari.” (Sahih Bukhari, no. 1385, Sahih Muslim, no.
1722)
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahawa beliau bersabda: “Demi Zat yang
jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nasrani
mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama (Islam) yang aku
diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (Sahih Muslim, no. 218, Musnad Ahmad,
no. 7856)
Dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam besabda: “Kalian pasti akan
mengikuti kebiasaan-kebiasaan (jejak langkah) orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta hingga seandainya mereka menempuh (masuk) ke dalam lubang biawak pun
kalian pasti akan mengikutinya”. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang baginda maksud
Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)”. (Sahih Bukhari, no. 3197, no.
6775, Sahih Muslim, no. 4822)
Dari Ya’qub bin Utbah bin al-Mughirah, dia berkata: “Ketika kaum Quraisy mendatangi Abu Talib untuk
memprotes semua kegiatan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Abu Talib menegur
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya orang-orang Quraisy
datang kepadaku lalu memprotes begini dan begitu, kerana itu tetaplah denganku dan jagalah dirimu,
serta janganlah engkau bebani aku sesuatu yang aku tidak mampu untuk menanggungnya.” Kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai pakcikku, demi Allah, seandainya matahari
diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini
(penyampaian risalah), sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, pastilah tidak akan aku
meninggalkannya.” [Ibnu Ishaq dalam al-Maghaazii (I/284-285)]
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Abu Bakar radhiallahu
‘anhu menunggang kudanya dari suatu tempat bernama Sunih hingga sampai dan masuk ke dalam
masjid dan dia tidak berbicara dengan orang-orang, lalu dia menemui Aisyah radhiallahu ‘anha dan
langsung mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sudah ditutupi (jasadnya) dengan kain
terbuat dari katun. Kemudian dia membuka penutup wajah beliau lalu Abu Bakar bersimpuh di depan
jasad Nabi, lalu menutupnya kembali. Kemudian Abu Bakar menangis dan berkata: “Demi bapa dan
ibuku, wahai Nabi Allah, Allah tidak akan menjadikan kematian dua kali kepadamu. Ada pun kematian
pertama yang telah ditetapkan buatmu itu sudah terjadi”. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
“Kemudian Abu Bakar radhiallahu ‘anhu keluar bertepatan Umar radliallahu ‘anhu sedang berbicara
dengan orang banyak. Maka (Abu Bakar radhiallahu ‘anhu) berkata kepada Umar radhiallahu ‘anhu:
“Duduklah!” Namun Umar tidak mempedulikannya. Lalu Abu Bakar berkata lagi: “Duduklah!” Namun
Umar tetap tidak mempedulikannya. Akhirnya Abu Bakar bersaksi (tentang kewafatan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam) sehingga orang-orang berkumpul kepadanya dan meninggalkan Umar, lalu Abu Bakar
berkata: “Barangsiapa dari kalian yang menyembah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sekarang sudah wafat dan barangsiapa dari kalian yang
menyembah Allah, sungguh Allah Maha Hidup yang tidak akan pernah mati. Allah Ta’ala telah berfirman
(yang ertinya): ‘Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (Ali Imran 144).’ Demi
Allah, seakan-akan orang-orang belum pernah mengetahui bahawa Allah sudah menurunkan ayat
tersebut sampai Abu Bakar radhiallahu ‘anhu membacakannya. Akhirnya orang-orang memahaminya
dan tidak ada satu pun orang yang mendengarnya (wafatnya Nabi) kecuali pasti membacakannya”. Dan
Umar berkata: “Demi Allah, aku baru tahu setelah mendengar dari Abu Bakar, hingga aku pun bergetar
dan kedua kaki tidak tahan berdiri, aku pun terjatuh ke bumi ketika mendengar bacaannya, dan aku baru
sadar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat.” (Sahih Bukhari, no. 1165, no. 4097)
Dari Aisyah, dia berkata: “Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sakit yang menyebabkan
kematiannya, beliau bersabda: “Ar Rafiiqul A’laa.” (Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang
tertinggi).” (Sahih Bukhari, no. 4082)
Dari Aisyah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika beliau masih sihat:
“Tidaklah seorang Nabi diambil nyawanya, hingga diperlihatkan terlebih dahulu tempat duduknya di
syurga, lalu disuruh memilihnya.” Tatkala beliau sakit dan ajal menjemputnya, yang pada waktu itu kepala
beliau berada di peha Aisyah, beliau pengsan. Setelah beliau sedar, beliau mengalihkan pandangannya
ke bumbung rumah kemudian bersabda: “Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi.” Aku
berkata: “Kalau begitu beliau tidak akan bersama kita. Maka aku pun mengerti bahawa ucapannya itu
adalah perkataan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat.” (Sahih Bukhari
no. 4083, no. 4104, no. 5872, Sahih Muslim, no. 4476)
Dari Aisyah bahawa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersandar di dadaku, Abdurrahman bin
Abu Bakr masuk ke rumah sambil membawa kayu siwak yang biasa dia pakai. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pun melihat kepadanya. Aku berkata kepadanya: “Berikan siwak itu kepadaku wahai
Abdurrahman!” Lalu dia memberikannya kepadaku. Kemudian aku bersihkan, dan aku kunyah
(lembutkan) setelah itu aku berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun bersiwak
dengannya. Aku tidak pernah melihat sebelumnya beliau bersiwak sebaik itu. Setelah selesai, beliau
mengangkat tangannya, atau jarinya seraya berkata: ‘Arrafiiqul A’laa, Arrafiiqul A’laa (Ya Allah, sekarang
aku memilih kekasihku yang tertinggi sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi) sebanyak tiga kali.
Lalu beliau wafat. Aisyah berkata: “Beliau wafat di antara dagu dan tenggorokanku.” (Sahih Bukhari, no.
4084)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anhu dia berkata: “Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam meninggal di rumahku,
pada hariku dan berada antara dada dan kerongkonganku.” Salah seorang dari kami membacakan doa
untuknya dengan doa yang biasa dibacakan untuk orang sakit. Aku pun ikut mendoakannya. Kemudian
beliau mengangkat pandangannya ke langit dan mengucapkan: ‘Arrafiiqul A’laa, Arrafiiqul A’laa (Ya Allah,
sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi, ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang
tertinggi).’ Lalu Abdurrahman bin Abu Bakr masuk dengan membawa kayu siwak yang masih basah.
Nabi pun menatapnya, saya mengira beliau memang memerlukan siwak tersebut.” Aisyah berkata: “Maka
aku mengambilnya, mengunyahnya, mengibas-ngibaskannya, dan membaguskannya, kemudian aku
berikan kepada beliau. Lantas beliau membersihkan giginya dan belum pernah aku melihat orang yang
membersihkan giginya sebagus yang beliau lakukan. Setelah itu beliau memberikannya kepadaku namun
jatuh (terlepas) dari tangannya. Segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan antara air liurku dengan
air liur beliau pada hari-hari terakhir beliau di dunia dan pada hari-hari pertama di akhirat kelak.” (Sahih
Bukhari, no. 4096)
Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: “Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam
pernah bersabda ketika beliau sehat: “Tak seorang Nabi pun diwafatkan selain diperlihatkan tempat
tinggalnya di syurga, kemudian dia disuruh memilih (untuk tetap hidup di dunia atau wafat).” Tatkala
beliau sakit dan kepalanya berada di pehaku, beliau pengsan beberapa saat, kemudian sedar dan
mengalihkan pandangannya ke bumbung, kemudian berujar: “Ya Allah, pertemukanlah aku dengan
kekasih yang tertinggi.” Aku berkata dalam hati: “Ini bererti beliau tidak lagi memilih untuk tetap bersama
kami, dan Aisyah faham bahawa itu adalah ucapan yang beliau perdengarkan kepada kami.” Lanjut
Aisyah: “Itulah akhir ucapan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam katakan, iaitu: “Ya Allah,
pertemukanlah aku dengan kekasihku yang tertinggi.” (Sahih Bukhari, no. 6028)
Dari Aisyah radhiallahu’anha mengatakan: “Di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ada kantung
kulit atau bejana berisi air, lantas beliau masukkan kedua tangannya dalam air dan beliau usap wajahnya
dengan keduanya dan beliau ucapkan: “Laa ilaaha illallah, sungguh kematian diiringi sakarat, sungguh
kematian diiringi sakarat.” Kemudian beliau menjulurkan tangannya dan berseru: “Ya Allah,
pertemukanlah aku dengan kekasihku yang tertinggi”, hingga akhirnya beliau wafat dan tangannya dalam
keadaan senget. (Sahih Bukhari, no. 6029)
Dari Aisyah, dia berkata: “Apabila salah seorang di antara kami sakit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengusapnya dengan tangan kanan, lalu beliau mengucapkan: ‘Adzhabil ba’sa rabban naas,
wasyfi, Anta Syaafi walaa syifaa illa syifaauka, syifaa-an laa yughaadiru saqaman (Wahai Rabb manusia,
singkirkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah ia kerana hanya Engkaulah yang boleh menyembuhkannya,
tiada kesembuhan kecuali dari-Mu, kesembuhan yang tidak akan menyebabkan penyakit lagi)’. Maka
tatkala beliau sakit dan sakitnya bertambah berat, ku pegang tangan beliau aku hendak membacakan
mentera seperti yang pernah beliau lakukan kepada kami. Tetapi beliau menarik tangannya dari
tanganku, kemudian beliau mengucapkan: ‘Allahummaghfirli, waj’alni ma’arrafiqil a’la (Ya Allah,
ampunilah aku, dan jadikanlah aku bersama kekasihku yang tertinggi).’ Lalu ku tengok beliau, ternyata
beliau telah meninggal.’ (Sahih Muslim, no. 4061, Musnad Ahmad, no. 23052, Sunan Ibnu Majah, no.
1608)
Dari Aisyah, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam ketika hendak
meninggal mengucapkan: “Allaahummaghfirlii, Warhamnii, Wa alhiqnii Birrafiiqil A’laa (Ya Allah,
ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Tertinggi).” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3418, hasan sahih)
Dari Aisyah, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal di rumahku, pada hari aku
mendapat giliranku, dan berada antara kerongkonganku dan atas perutku.” Lalu Abdurrahman bin Abi
Bakar masuk dengan membawa siwak yang masih basah dan menatapnya. Saya mengira dia
mempunyai kepentingan. (Aisyah) berkata: “Lalu aku mengambilnya, kemudian mengunyahnya,
mengibaskannya, dan membaguskannya, kemudian aku berikan kepada beliau, lalu beliau
membersihkan giginya dan belum pernah aku melihat orang yang membersihkan giginya sebagus yang
beliau lakukan. Kemudian beliau memberikannya kepadaku dan jatuh (terlepas) dari tangannya lalu aku
pun mengambilnya. Dan saya pun berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla dengan doa yang digunakan
malaikat Jibril ‘alaihissalam untuk memohon. Bila Nabi sakit, beliau selalu berdoa dengan doa itu, tapi
pada sakitnya (kali ini) beliau tidak berdoa dengannya. Kemudian beliau mengangkat pandangannya ke
langit dan mengucapkan: ‘Ar-Rafiiqul A’laa, Ar-Rafiiqul A’laa (Wahai Zat kekasih yang tertinggi, wahai Zat
kekasih yang tertinggi).’ Kemudian jiwa (nyawa) beliau melayang, segala puji bagi Allah yang telah
mengumpulkan antara air liurku dengan air liur beliau pada hari-hari terakhir beliau di dunia.” (Musnad
Ahmad, no. 23083)
Dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bergembiralah
kalian wahai orang-orang fakir muhajirin dengan mendapatkan cahaya sempurna pada Hari Kiamat,
kalian akan masuk Syurga setengah hari sebelum orang-orang kaya, dan setengah hari itu adalah lima
ratus ribu tahun.” (Sunan Abu Daud, no. 3181)
Dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Kelak akan dikatakan
kepada ahli Al-Quran: Bacalah dan naiklah (ke tingkatan dalam syurga), kemudian bacalah dengan tartil
sebagaimana kamu membacanya ketika di dunia, kerana sesungguhnya tempatmu (di syurga) ada pada
ayat terakhir yang kamu baca.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2838, hasan sahih, Sunan Abu Daud, no. 1252)
Dari Uqbah, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Sesungguhnya Allah memasukkan tiga orang ke dalam syurga kerana satu anak panah, iaitu: (1)
Pembuatnya yang menginginkan kebaikan dalam membuatnya, (2) orang yang memanah dengannya, (3)
serta orang yang mengambilkan anak panah untuknya. Panah dan naiklah kuda, kalian memanah adalah
lebih aku sukai daripada kalian menaiki kuda. Bukan termasuk hiburan (yang disunnahkan) kecuali tiga
perkara: (1) Seseorang melatih kudanya, (2) bercanda dengan isterinya, (3) dan memanah menggunakan
busurnya serta anak panahnya. Dan barangsiapa yang meninggalkan memanah setelah dia
mengetahuinya kerana tidak senang kepadanya maka sesungguhnya hal tersebut adalah kenikmatan
yang dia tinggalkan (yang dia ingkari).” (Sunan Abu Daud, no. 2152, Sunan At-Tirmidzi, no. 1561, hasan
sahih)
Dari Usamah bin Zaid dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku berdiri di hadapan
pintu syurga, maka aku pun menyaksikan bahawa kebanyakan yang memasukinya adalah orang-orang
miskin, sedang orang-orang yang memiliki kekayaaan (para pembesar) ditahan. Dan penduduk neraka
telah diperintahkan untuk dimasukkan dalam neraka. Aku berdiri di hadapan pintu neraka, dan ternyata
kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” (Sahih Bukhari, no. 4797, no. 6065, Sahih Muslim, no.
4919)
Dari Abu Umamah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Aku masuk syurga
lalu aku mendengar suara orang berjalan di hadapanku, aku bertanya: Siapa dia? Ia menjawab: Dia Bilal.
Kemudian aku berjalan dan ternyata sebahagian besar penghuni suyrga adalah orang-orang fakir
Muhajirin dan anak-anak kaum muslimin, aku tidak melihat golongan yang paling sedikit seperti orang-
orang kaya dan wanita. Dikatakan padaku: Orang-orang kaya berada di pintu ini, mereka tengah dihisab
dan diperiksa, para wanita dilalaikan oleh dua benda merah, emas dan sutera. Kemudian kami keluar
dari salah satu pintu syurga ke lapan, saat berada di pintu, aku mendatangi salah satu tepi timbangan
kemudian aku diletakkan di sana dan ummatku diletakkan disisi timbangan lain dan aku lebih berat.
Kemudian Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu didatangkan lalu diletakkan di salah satu tepi timbangan dan
seluruh ummatku didatangkan dan diletakkan di tepi timbangan lain dan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
lebih berat. Setelah itu Umar didatangkan dan diletakkan di salah satu tepi timbangan dan seluruh
ummatku didatangkan dan diletakkan di tepi timbangan lain dan Umar Radhiyallahu ‘anhu lebih berat.
Kemudian ummatku diperlihatkan, seorang demi seorang, mereka pun melintas kemudian aku
memperlambat jalan, Abdur Rahman bin ‘Auf lalu datang setelah putus asa kemudian dia berkata:
Engkau lebih saya muliakan melebihi ayah dan ibuku wahai Rasulullah! Demi Zat yang mengutusmu
dengan haq, saya tidak terlepas untuk menemui Tuan hingga saya mengira tidak akan melihat Tuan lagi
kecuali setelah beruban. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya: “Kenapa?” Dia menjawab:
Kerana banyaknya hartaku, saya dihisab dan diperiksa. (Musnad Ahmad, no. 21203)
Dari Salim Abi An-Nadhar, dia berkata: “Abdullah bin Abi Aufaa radhiallahu ‘anhuma menulis surat
kepadanya bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah oleh kalian bahawa
syurga itu berada di bawah naungan pedang”. (Sahih Bukhari, no. 2607)
Dari Abu Bakar bin Abdullah bin Qais dari ayahnya dia berkata: “Saya pernah mendengar ayahku ketika
dia sedang berhadapan dengan musuh, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya pintu-pintu syurga terletak di bawah bayangan pedang.” Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri
sambil menangis, katanya: “Hai Abu Musa, apakah anda pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda seperti itu?” Dia menjawab: “Ya.” Datuknya Qais berkata: “Kemudian dia kembali
menemui kawan-kawannya seraya berkata: “Saya menyampaikan salam buat kalian.” Kemudian dia
mengeluarkan pedang dari sarungnya lalu membuang sarung pedangnya, dengan pedang terhunus, dia
lalu berjalan menemui musuh dan berperang dengan pedangnya hingga terbunuh.” (Sahih Muslim, no.
3521)
Dari Jabir, dia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bertepatan dengan hari wafatnya Ibrahim bin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka
orang-orang pun mengatakan: “Terjadinya gerhana matahari adalah kerana kematiannya Ibrahim.” Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri menunaikan solat (gerhana) bersama para sahabat
sebanyak enam rakaat dengan empat kali sujud. Kemudian beliau mundur, maka mundur pula seluruh
saf di belakang beliau hingga sampai dekat safnya kaum wanita. Kemudian beliau maju, dan maju pula
seluruh jemaah mengikuti beliau, hingga sampai ke tempatnya semula. Sesudah itu, solat gerhana
selesai, dan matahari telah terang kembali. Di dalam khutbahnya antara lain beliau bersabda: “Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (bukti) di antara sekian banyak
bukti kebesaran Allah. Dan gerhana pada keduanya itu terjadi bukan kerana kematian seseorang. Kerana
itu, apabila kalian melihat gerhana, maka solatlah, hingga ia terang kembali. Segala yang dijanjikan Allah
telah diperlihatkan kepadaku dalam solatku yang sebentar ini. Diperlihatkannya kepadaku neraka, iaitu
ketika kalian melihat aku mundur, kerana aku takut terkena jilatannya. Sehingga nampak olehku seorang
pemilik tongkat (yang hujungnya bengkok) sedang menyeret ususnya di neraka, kerana dia (dahulu)
pernah mencuri harta jemaah haji dengan tongkatya tersebut. Jika ada orang bertanya kepadanya
kenapa dia mencuri, dia menjawab, aku tak sengaja kerana menyangkut pada tongkatku. Tetapi jika
orang lalai, dia mencuri lagi. Ku lihat juga di dalam neraka ada seorang wanita pemilik kucing. Dia
mengikat kucing itu namun tidak diberinya makan, dan tidak pula dilepaskannya agar kucing tersebut
boleh mencari makanannya sendiri seperti rumput-rumput kering, hingga akhirnya kucing itu mati
kelaparan. Kemudian diperlihatkan pula kepadaku syurga, iaitu ketika kalian melihatku maju, sehingga
aku berdiri di tempatku ini aku hulurkan tanganku untuk memetik buah-buahannya, supaya kamu semua
dapat melihatnya. Tapi ternyata aku tak dapat melakukannya. Tidak ada sesuatu pun yang dijanjikan
Allah, melainkan ku lihat nyata di dalam solatku ini.” (Sahih Muslim, no. 1508)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi tetamu dari orang kafir. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh pembantunya memerah susu seekor kambing untuk
tetamunya, lalu diminum habis oleh tetamu tersebut. Kemudian beliau memberikan lagi, dan habis pula
diminumnya. Diberikannya lagi, dia pun masih tetap meminumnya, sehingga akhirnya dia meminum
habis susu perahan tujuh ekor kambing. Beberapa waktu kemudian dia (tetamunya) masuk Islam.
Rasulullah memerintahkan supaya diperah susu seekor kambing untuknya. Susu itu diminumnya habis.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh supaya diperah susu seekor lagi lalu diberikan
pula kepadanya, tetapi dia tidak sanggup menghabiskannya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Orang mukmin minum dengan satu usus (perut), dan orang kafir minum dengan
tujuh usus (perut).” (Sahih Muslim, no. 3843)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam lalu dia berkata: ‘Ya Rasulullah! Aku telah berdosa, kerana aku bermesraan dengan seorang
perempuan di pinggir kota Madinah. Aku telah berbuat dosa dengannya selain bersetubuh. Maka
hukumlah aku dengan hukuman apa saja yang anda hendaki. Maka Umar bin Khattab berkata
kepadanya: “Seandainya engkau menutup rahsia dirimu, nescaya Allah telah menutupi kesalahanmu itu.”
Kata Abdullah: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membantah sedikit pun ucapan Umar tersebut.”
Maka berdirilah laki-laki itu kemudian pergi. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh seseorang
menyusul dan memanggilnya kembali. Kemudian beliau bacakan kepadanya ayat ini: ‘Dan dirikanlah
solat pada kedua waktu siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya segala perbuatan yang baik menghapuskan (dosa) segala perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat’ (Hud: 114). Maka bertanyalah seseorang dari suatu kaum yang
hadir: “Ya Nabiyullah! Apakah ayat itu ditujukan khusus baginya?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam: “Bahkan untuk seluruh umat manusia.” (Sahih Bukhari, no. 495, Sahih Muslim, no. 4964)
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seseorang didatangkan pada hari kiamat kemudian dilemparkan ke neraka hingga ususnya terburai
keluar dan berputar-putar di neraka seperti keldai berputar mengelilingi alat penumbuk gandumnya,
kemudian penduduk neraka bertanya: “Hai fulan! Apa yang menimpamu, bukankah dulu kau
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?” Dia menjawab: “Benar, dulu saya
memerintahkan kebaikan tapi saya tidak melakukannya dan saya melarang kemungkaran tapi saya
melakukannya.” (Sahih Bukhari, no. 3027, Sahih Muslim, no. 5305)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu bahawa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang hari kiamat. Katanya: “Bilakah terjadinya hari kiamat?” Beliau balik bertanya kepada
orang itu: “Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapinya?” Orfang itu menjawab: “Tidak ada,
kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam”. Maka beliau berkata: “Kamu
akan bersama orang yang kamu cintai”. Anas berkata: “Kami belum pernah bergembira atas sesuatu
seperti gembiranya kami dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu: “Kamu akan bersama
orang yang kamu cintai”. Selanjutnya Anas berkata: “Maka aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, Abu Bakar, Umar dan aku berharap dapat berkumpul bersama mereka disebabkan
kecintaanku kepada mereka sekalipun aku tidak memiliki amal seperti amal mereka”. (Sahih Bukhari, no.
3412, no. 5705, Sahih Muslim, no. 4777, Musnad Ahmad, no. 12307)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana anda mengatakan mengenai
seseorang yang mencintai suatu kaum, namun dia sendiri belum pernah bertemu dengan kaum
tersebut?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang akan bersama dengan
orang yang di cintainya.” (Sahih Bukhari, no. 5703, no. 5704, Sunan Abu Daud, no. 4462, Sunan At-
Tirmidzi, no. 2309, hasan sahih)
Dari Umar radhiallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tatkala
Adam melakukan kesalahan, dia berkata: “Wahai Rabbku, aku memohon kepada-Mu demi Muhammad
(tawassul) akan dosa-dosaku, agar Engkau mengampuniku.” Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam,
bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia)?” Adam
menjawab: “Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan roh-Mu
ke dalam diriku, maka Engkau mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di atas tiang ‘Arsy tertulis ‘Laa
Ilaaha illallaah Muhammadur Rasulullah’ sehingga aku tahu bahawa Engkau tidak merangkaikan ke
dalam Nama-Mu kecuali makhluk yang paling Engkau cintai.” Lalu Allah Berfirman: “Engkau benar wahai
Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluk yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku demi dia,
maka sungguh Aku mengampunimu. Dan kalau bukan kerana Muhammad, maka Aku tidak akan
menciptakanmu.” (Mustadrak Al-Hakim, juz 2 halaman 615, sahih, Al-Baihaqi dalam Dala-ilun
Nubuwwah)
Dari Anas bin Malik bahawa Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu ketika kaum muslimin tertimpa
musibah, dia meminta hujan dengan berwasilah kepada Abbas bin Abdul Muthalib seraya berdoa: “Ya
Allah, kami meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraan Nabi kami (tawassul), kemudian Engkau
menurunkan hujan kepada kami. Maka sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraan pakcik
Nabi kami (tawassul), maka turunkanlah hujan untuk kami.” Anas berkata: “Mereka pun kemudian
mendapatkan hujan.” (Sahih Bukhari, no. 954, no. 3434)
Dari Usair bin Jabir, dia berkata: “Ketika Umar bin Khattab didatangi oleh rombongan orang-orang
Yaman, dia selalu bertanya kepada mereka: ‘Apakah Uwais bin Amir dalam rombongan kalian?’ Hingga
pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab bertemu dengan Uwais seraya bertanya: ‘Apakah kamu
Uwais bin Amir?’ Uwais menjawab: ‘Ya. Benar saya adalah Uwais.’ Khalifah Umar bertanya lagi: ‘Kamu
berasal dari Murad dan kemudian dari Qaran?’ Uwais menjawab: ‘Ya benar.’ Selanjutnya Khalifah Umar
bertanya lagi: ‘Apakah kamu pernah diserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata
wang dirham pada dirimu?’ Uwais menjawab: ‘Ya benar.’ Khalifah Umar bertanya lagi: ‘Apakah ibumu
masih ada?’ Uwais menjawab: ‘Ya, ibu saya masih ada.’ Khalifah Umar bin Khattab berkata: ‘Hai Uwais,
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Uwais bin Amir
akan datang kepadamu bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari
Qaran. Dia pernah diserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar wang dirham. Ibunya
masih hidup dan dia selalu berbakti kepadanya. Kalau dia bersumpah atas nama Allah maka akan
dikabulkan sumpahnya itu, maka jika kamu dapat memohon agar dia memohonkan ampunan untuk
kalian, lakukanlah!” Oleh kerana itu hai Uwais, mohonkanlah ampunan untukku!’ Lalu Uwais pun
memohonkan ampunan untuk Umar bin Khattab. Setelah itu, Khalifah Umar bertanya kepada Uwais:
‘Hendak pergi kemana kamu hai Uwais?’ Uwais bin Amir menjawab: ‘Saya hendak pergi ke Kufah ya
Amirul Mukminin.’ Khalifah Umar berkata lagi: ‘Apakah aku perlu membuatkan surat khusus kepada
pejabat Kufah?’ Uwais bin Amir menjawab: ‘Saya lebih senang berada bersama rakyat jelata ya Amirul
Mukminin.’ Usair bin Jabir berkata: ‘Pada tahun berikutnya, seseorang dari pejabat tinggi Kufah pergi
melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Selesai melaksanakan ibadah haji, dia pun pergi mengunjungi
Khalifah Umar bin Khattab. Lalu Khalifah pun menanyakan tentang berita Uwais kepadanya. Pejabat itu
menjawab: ‘Saya membiarkan Uwais tinggal di rumah tua dan hidup dalam keadaan yang sangat
sederhana.’ Umar bin Khattab berkata: ‘Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: ‘Kelak Uwais bin Amir akan datang kepadamu bersama rombongan orang-
orang Yaman. Dia berasal dari Murad dan kemudian dari Qaran. Dia pernah diserang penyakit kusta lalu
sembuh kecuali tinggal sebesar mata wang dirham. Kalau dia bersumpah dengan nama Allah, nescaya
akan dikabulkan sumpahnya. Jika kamu dapat meminta agar dia berkenan memohonkan ampunan
untukmu, maka laksanakanlah!’ Setelah itu, orang dari pejabat Kufah tersebut terus menemui Uwais dan
berkata kepadanya: ‘Wahai Uwais, mohonkanlah ampunan untukku!’ Uwais bin Amir dengan perasaan
hairan menjawab: ‘Bukankah engkau baru saja pulang dari perjalanan suci, ibadah haji di Makkah? Maka
seharusnya engkau yang memohonkan ampunan untuk saya.’ Orang pejabat tersebut tetap bersikap
keras dan berkata: ‘Mohonkanlah ampunan untukku hai Uwais!’ Uwais bin Amir pun menjawab: ‘Engkau
baru pulang dari ibadah haji, maka engkau yang lebih layak mendoakan saya.’ Kemudian Uwais balik
bertanya kepada orang pejabat itu: ‘Apakah engkau telah bertemu dengan Khalifah Umar bin Khattab di
Madinah?’ Orang pejabat Kufah itu menjawab: ‘Ya. Aku telah bertemu dengannya.’ Akhirnya Uwais pun
memohonkan ampun untuk orang pejabat Kufah tersebut. Setelah itu, Uwais dikenal oleh masyarakat
luas, tetapi dia sendiri tidak berubah hidupnya dan tetap seperti semula. Usair berkata: ‘Maka aku
memberikan Uwais sehelai selendang yang indah, hingga setiap kali orang yang melihatnya pasti akan
bertanya: Dari mana Uwais memperoleh selendang itu?” (Sahih Muslim, no. 4613)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
memegang bahuku dan bersabda: ‘Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang
pengembara.” Ibnu Umar juga berkata: “Bila kamu berada di petang hari, maka janganlah kamu
menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu
petang, pergunakanlah waktu sihatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (Sahih Bukhari,
no. 5937, Sunan At-Tirmidzi, no. 2255)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
manusia yang paling dermawan (pemurah dalam soal harta benda) dan terutamanya pada bulan
Ramadhan ketika malaikat Jibril ‘alaihissalam mendatanginya, dan Jibril alaihissalam mendatanginya
setiap malam dari bulan Ramadhan, dia mengajarkan al-Quran kepada beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika didatangi Jibril ‘alaihissalam
kedermawanannya melebihi angin yang berhembus”. (Sahih Bukhari, no. 2981, no. 3290)
Dari Tamim ad-Dari bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Agama itu adalah nasihat.”
Kami bertanya: “Nasihat untuk siapa?” Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para
pemimpin kaum muslimin, serta orang awam (rakyat).” (Sahih Muslim, no. 82, Sunan Abu Daud, no.
4293)
Dari Yazid bin Hayyan dia berkata: “Pada suatu hari saya pergi kepada Zaid bin Arqam bersama Husain
bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam. Hai Zaid,
kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kamu pernah melihat Rasulullah. Kamu pernah
mendengar sabda beliau. Kamu pernah bertempur menyertai beliau. Dan kamu pun pernah solat jemaah
bersama beliau. Sungguh kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. Oleh kerana itu hai Zaid,
sampaikanlah kepada kami apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!
Zaid bin Arqam berkata: Hai anak saudaraku, demi Allah sesungguhnya aku ini sudah tua dan ajalku
sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebahagian dari apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh kerana itu, apa yang boleh aku sampaikan, maka terimalah dan apa
yang tidak boleh aku sampaikan, maka janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya.”
Kemudian Zaid bin Arqam meneruskan perkataannya: “Pada suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berdiri dan berpidato di suatu tempat air yang di sebut Khumm, yang terletak antara Makkah
dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan serta berkata:
“Ketahuilah hai saudara-saudara, bahawasanya aku adalah manusia biasa seperti kalian. Tidak lama lagi
utusan Tuhanku, malaikat pencabut nyawa akan datang kepadaku dan aku pun siap menyambutnya.
Sesungguhnya aku akan meninggalkan dua hal yang berat kepada kalian, iaitu: Pertama, Al-Quran yang
berisi petunjuk dan cahaya. Oleh kerana itu, laksanakanlah isi Al-Quran dan peganglah.” Sepertinya
Rasulullah sangat mendorong dan mengajak bersungguh-sungguh pengamalan Al-Quran. “Kedua,
keluargaku. Aku ingatkan kepada kalian semua agar berpegang kepada hukum Allah dalam
memperlakukan keluargaku (Ahlul Bait).” (Beliau ucapkan sebanyak tiga kali). Husain bertanya kepada
Zaid bin Arqarn: “Hai Zaid, sebenarnya siapakah Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah isteri-
isteri beliau itu adalah Ahlul Bait (keluarga) nya?” Zaid bin Arqam berkata: “Isteri-isteri beliau adalah Ahlul
Baitnya, tapi Ahlul Bait yang beliau maksudkan adalah orang yang diharamkan untuk menerima zakat
sepeninggalan beliau.” Husain bertanya: “Siapakah mereka itu?” Zaid bin Arqam menjawab: “Mereka
adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.” (Sahih Muslim, no. 4425)
Dari Kharasyah bin Al Hurr dia berkata: “Saya pernah duduk pada suatu halaqah di dalam masjid
Madinah yang dipandu oleh seorang syeikh yang berpenampilan menarik, iaitu Abdullah bin Salam, yang
dia menyampaikan nasihat kepada para jemaah.’ Kharasyah berkata: ‘Setelah Abdullah bin Salam
berdiri, maka para jemaah berseru: ‘Siapa yang ingin melihat seseorang yang termasuk ahli syurga,
maka lihatlah syeikh ini!’ Lalu saya berkata: ‘Demi Allah, saya pasti akan mengikutinya agar saya tahu di
mana letak rumahnya.’ Kemudian saya pun mengikuti syeikh tersebut yang berjalan hampir keluar dari
Madinah hingga dia masuk ke dalam rumahnya.’ Kharasyah berkata: ‘Kemudian saya meminta izin
kepadanya dan dia pun mempersilakan saya untuk masuk ke rumahnya.’ Syeikh tersebut bertanya
kepada saya: ‘Ada yang dapat saya bantu hai anak muda?’ Saya menjawab: ‘Saya tadi mendengar para
jemaah mengatakan tentang engkau ketika engkau berdiri. Barang siapa ingin melihat seseorang yang
akan masuk syurga, maka lihatlah syeikh ini, hingga akhirnya saya mengikuti engkau. Abdullah bin
Salam berkata: ‘Sebenarnya hanya Allah-lah Yang Maha Tahu tentang orang yang akan masuk syurga.
Saya akan memberitahukan kepadamu tentang apa yang mereka katakan tadi: ‘Saya pernah bermimpi
dan dalam mimpi tersebut saya didatangi oleh seorang laki-laki. Kemudian laki-laki itu berkata kepada
saya: ‘Hai Abdullah, bangunlah!’ Lalu dia memegang tangan saya dan pergi bersamanya. Ternyata di
sebelah kiri saya ada jalan yang memanjang dan saya pun ingin lalu di atas jalan itu. Tetapi laki-laki
tersebut berkata kepada saya: ‘Janganlah kamu lalui jalan itu, kerana itu adalah jalan orang-orang yang
sesat! Selain itu, ada pula jalan yang memanjang di sebelah kanan saya. Lalu laki-laki tersebut berkata
kepada saya: ‘Laluilah jalan ini!’ Kemudian dia membawa saya ke sebuah gunung. Sampainya di sana
dia berkata: ‘Naiklah!’ Tetapi, setiap kali saya naik, saya terjatuh di atas punggung saya. Kemudian dia
mengajak saya pergi hingga sampai di sebuah tiang yang hujungnya di langit dan pangkalnya di bumi
serta ada sebuah lingkaran di bahagian atasnya. Laki-laki itu berkata kepada saya: ‘Naiklah ke atas tiang
ini!’ Saya menjawab: ‘Bagaimana saya dapat naik ke atas, sedangkan hujungnya ada di langit?’ Lalu laki-
laki itu memegang tangan saya dan melemparkan saya ke atas hingga saya bergantungan di atas
lingkaran yang ada di hujung tiang tersebut. Setelah itu, dia memukul tiang tersebut hingga runtuh,
sedangkan saya tetap bergantungan di atas lingkaran tersebut sampai pagi. Abdullah bin Salam berkata:
‘Esok harinya saya datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menceritakan mimpi
tersebut kepada beliau.’ Maka Rasulullah menjelaskan mimpi itu kepada saya: ‘Jalan yang kamu lihat di
sebelah kirimu itu adalah jalan orang-orang yang sesat, sedangkan jalan yang kamu lihat di sebelah
kanan itu adalah jalan orang-orang yang baik. Gunung adalah rumah para syuhada’, tetapi kamu tidak
dapat meraihnya. Tiang itu adalah agama Islam, sedangkan lingkaran tempat kamu berpegangan adalah
agama Islam yang sentiasa akan kamu pegangi hingga kamu meninggal dunia.’ (Sahih Muslim, no. 4538)
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata: “Aku telah mengikuti solat hari raya bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau memulainya dengan solat sebelum menyampaikan khutbah, tanpa disertai azan
dan iqamah. Setelah itu beliau berdiri sambil bersandar pada tangan Bilal. Kemudian beliau
memerintahkan untuk selalu bertakwa kepada Allah, dan memberikan anjuran untuk selalu mentaati-Nya.
Beliau juga memberikan nasihat kepada manusia dan mengingatkan mereka. Setelah itu, beliau berlalu
hingga sampai di tempat kaum wanita. Beliau pun memberikan nasihat dan peringatan kepada mereka.
Beliau bersabda: “Bersedekahlah kalian, kerana kebanyakan kalian akan menjadi bahan bakar Neraka
Jahannam.” Maka berdirilah seorang wanita terbaik di antara mereka dengan wajah pucat seraya
bertanya: “Kenapa ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kerana kalian lebih banyak mengadu (mengeluh)
dan mengingkari kelebihan dan kebaikan suami.” Akhirnya mereka pun menyedekahkan perhiasan yang
mereka miliki dengan melemparkannya ke dalam kain yang dihamparkan Bilal, termasuk cincin dan
kalung-kalung mereka. (Sahih Muslim, no. 1467, Sunan An-Nasai, no. 1557)
Dari Abu Sa’id Al Khudri dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari raya Aidul Adha
atau Fitri keluar menuju tempat solat, beliau melalui para wanita seraya bersabda: “Wahai para wanita!
Hendaklah kalian bersedekah, sebab diperlihatkan kepadaku bahawa kalian adalah yang paling banyak
menghuni Neraka.” Seorang wanita yang pintar di antara mereka bertanya: “Apa sebabnya kaum wanita
paling banyak menjadi penghuni Neraka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kalian banyak melaknat
dan banyak mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat orang yang kekurangan akal
dan agamanya melebihi seorang dari kalian, wahai para wanita.” Wanita itu bertanya lagi: “Wahai
Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?” Beliau menjawab: “Bukankah
persaksian seorang wanita setengah dari persaksian laki-laki?” Kami jawab: “Benar.” Beliau berkata lagi:
“Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak solat dan
puasa?” Kami jawab: “Benar.” Beliau berkata: “Itulah kekurangan agamanya.” (Sahih Bukhari, no. 293,
Sahih Muslim, no. 114, Sunan Ibnu Majah, no. 3993, Musnad Ahmad, no. 5091, Sunan Ad-Darimi, no.
989)
Dari Abu Umamah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kalian bersiwak,
sesungguhnya siwak dapat membersihkan mulut dan menjadikan Rabb redha. Tidaklah Jibril datang
kepadaku kecuali menasihatiku untuk bersiwak hingga aku takut jika hal itu diwajibkan atasku dan
umatku. Sekiranya aku tidak khuatir memberatkan umatku sungguh akan aku wajibkan mereka untuk
bersiwak. Dan aku selalu bersiwak hingga aku khuatir gigi depanku terkikis.” (Sunan Ibnu Majah, no. 285)
Dari Usaid bin Hudhair, seorang laki-laki Ansar berkata: “Saat dia bercakap-cakap dengan sekumpulan
orang, lalu ada sesuatu yang membuat mereka tertawa, tiba-tiba Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menusuk perutnya dengan kayu.” Laki-laki itu berkata: “Berikanlah aku hak untuk mengqisas (membalas
kembali)!” Beliau bersabda: “Lakukanlah.” Laki-laki itu berkata lagi: “Tuan masih mengenakan baju,
padahal aku tidak mengenakan baju.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas melepas bajunya, namun
laki-laki itu memeluk dan mencium badan beliau seraya berkata: “Wahai Rasulullah, sebenarnya inilah
yang aku harapkan.” (Sunan Abu Daud, no. 4547)
Dari Umair bin Ishaq dia berkata: Aku melihat Abu Hurairah bertemu Al-Hasan (cucu Rasulullah), lalu Abu
Hurairah berkata kepadanya: “Singkaplah (pakaian yang menutupi) perutmu sehingga aku boleh
mencium bahagian yang pernah aku lihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menciumnya.” Umair bin
Ishaq berkata: “Kemudian Al-Hasan membukanya dan Abu Hurairah mencium perutnya.” (Musnad
Ahmad, no. 9145, no. 9995)
Dari Aisyah dia berkata: “Ketika Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa, beliau mencium
bahagian wajahku yang beliau suka hingga beliau berbuka.” (Musnad Ahmad, no. 25068)
Dari Hamzah bin Abu Usaid Al Anshari dari bapanya bahawasanya dia pernah mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berbicara saat berada di luar masjid, sehingga banyak laki-laki dan
perempuan bercampur-baur di jalan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda kepada
kaum wanita: “Hendaklah kalian memperlambat dalam berjalan (terakhir), sebab kalian tidak berhak
untuk memenuhi jalan. Hendaklah kalian berjalan di pinggiran jalan.” (Sunan Abu Daud, no. 4588)
Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku ketika
matahari sedang terbenam: “Tahukah kamu ke mana matahari itu pergi?” Aku jawab: “Allah dan Rasul-
Nya yang lebih tahu”. Beliau berkata: “Sesungguhnya matahari akan terus pergi hingga bersujud di
bawah al-‘Arsy lalu dia minta izin kemudian diizinkan dan dia minta agar terus saja bersujud namun tidak
diperkenankan dan minta izin namun tidak diizinkan dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah ke tempat
asal kamu datang”. Maka matahari itu terbit (keluar) dari tempat terbenamnya tadi”. Begitulah
sebagaimana firman Allah (Yasin ayat 38) yang ertinya: “Dan matahari berjalan pada tempat
peredarannya (orbitnya). Demikianlah itu ketetapan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
(Sahih Bukhari, no. 2960)
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Api akan muncul
dari Hadhramaut atau dari arah laut Hadhramaut sebelum hari kiamat mengumpulkan manusia.” Mereka
bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam menjawab: “Hendaklah kalian berada di Syam.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2143, hasan gharib
sahih, Musnad Ahmad, no. 4899)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jenazah Sa’ad bin Mu’adz berada di antara mereka (para Malaikat) membuat ‘Arsy ar-Rahman
bergegar.” (Sahih Bukhari, no. 3519, Sahih Muslim, no. 4511, no. 4512, Sunan At-Tirmidzi, no. 3783,
hasan sahih)
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata: Bahawasanya ayahku telah meninggal dunia dan meninggalkan
sembilan anak perempuan, atau dia berkata: Tujuh. Lantas saya menikah dengan seorang janda.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku: “Wahai Jabir, apakah kamu sudah
menikah?” Jabir berkata: “Ya.” Beliau bertanya kembali: “Dengan seorang gadis atau janda?” Jabir
berkata: “Dengan seorang janda, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda: “Kenapa tidak dengan seorang
gadis, agar kamu boleh bercumbu rayu (bergurau senda) dengannya dan dia boleh bercumbu rayu
(bergurau senda) denganmu?” Jabir berkata: “Sesungguhnya Abdullah (ayah Jabir) telah meninggal
dunia dengan meninggalkan sembilan anak perempuan atau tujuh anak perempuan, dan saya tidak suka
jika saya menikah dengan orang yang sepadan (sebaya) dengan mereka, namun saya lebih suka
menikah dengan wanita yang boleh mengurus mereka dan boleh membuat mereka baik (yang lebih tua).
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Semoga Allah memberkatimu.” (Sahih
Muslim, no. 2664, Sahih Bukhari, no. 1955)
Dari Marwan bin Salim Al Muqaffa’, dia berkata: Saya melihat Ibnu Umar menggenggam janggutnya dan
memotong janggut yang melebihi telapak tangan. Dan dia berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan: ‘Dzahabazh Zhamaa’u Wabtallatil ‘Uruuqu Wa
Tsabatil Ajru InsyaAllah (Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahala
insyaAllah)’. (Sunan Abu Daud, no. 2010)
Dari Jabir dia berkata: “Didatangkan jenazah seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam supaya beliau mahu mensolatinya, namun beliau enggan mensolatinya, maka dikatakan
kepada beliau: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kami tidak pernah melihat anda
meninggalkan solat jenazah terhadap seorang pun sebelum (jenazah) ini.” Beliau menjawab: “Kerana
sesungguhnya dia telah membenci Uthman, sehingga Allah membencinya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3642,
gharib)
Dari Al Malih dia berkata: “Kami pernah bersama Buraidah pada suatu peperangan saat cuaca mendung,
lalu dia berkata: “Segeralah laksanakan solat Asar! Kerana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda: “Barangsiapa meninggalkan solat Asar sungguh hapuslah amalnya.” (Sahih Bukhari, no. 520,
no. 559)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Zat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku berkeinginan untuk dicarikan kayu bakar, kemudian ku suruh
agar solat dikumandangkan kemudian ku suruh seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku
datangi orang-orang yang meninggalkan solat, kemudian aku bakar rumah mereka, Demi Zat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, kalau salah seorang di antara kalian tahu akan mendapat sekerat daging (unta)
yang gemuk atau dua bahagian yang baik, nescaya dia akan menghadiri solat isyak”. (Sahih Bukhari, no.
6683, Sahih Muslim, no. 1040)
Dari Jabir dia berkata: “Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, yang
memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan solat.”
(Sahih Muslim, no. 116, no. 117, Sunan Abu Daud, no. 4058, Sunan At-Tirmidzi, no. 2543, no. 2544,
hasan sahih)
Dari Abdul Malik bin Ar Rabi’ bin Sabrah dari ayahnya dari datuknya, dia berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Ajarkanlah solat kepada anak-anak di umur tujuh tahun, dan pukullah mereka
ketika meninggalkan solat di umur sepuluh tahun.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 372, hasan sahih, Sunan Ad-
Darimi, no. 1395)
Dari Hafsah (Ummul Mukminin) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa
yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum terbit fajar, tidak ada puasa baginya.” (Sunan Abu
Daud, no. 2098, Sunan At-Tirmidzi, no. 662, Sunan An-Nasai, no. 2291, no. 2292, no. 2293, no. 2294,
no. 2295)
Dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Zat yang jiwaku ada
ditangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari minyak kasturi.
Allah Azza wa Jalla berfirman: Sesungguhnya dia menahan syahwat, makanan dan minumannya demi
Aku. Maka puasa itu adalah milik-Ku, Aku-lah yang akan memberikan pahalanya. Setiap kebaikan itu
senilai dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Puasa adalah milik-Ku dan Akulah
yang akan membalasnya.” (Muwattha’ Malik, no. 603)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Puasa adalah perisai, apabila salah
seorang di antara kalian berpuasa maka janganlah dia berkata kotor, dan melakukan perbuatan bodoh.
Apabila terdapat seseorang memusuhinya atau mencelanya maka hendaknya dia mengatakan: ‘Aku
sedang berpuasa’.” (Sahih Muslim, no. 1941, Sunan Abu Daud, no. 2016)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah
‘azza wajalla telah berfirman: ‘Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya kecuali puasa. Puasa itu
adalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.’ Dan puasa itu adalah perisai. Apabila
kamu puasa, maka janganlah kamu merosak puasamu dengan rafats (perkataan yang keji), dan jangan
pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya
saya sedang berpuasa.’ Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Sesungguhnya bau mulut
orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kasturi. Dan
bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Dia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya,
dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya juga kerana puasanya.” (Sahih Bukhari, no. 1771,
Sahih Muslim, no. 1944)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaiklan khuthbah
lalu bersabda: “Zaid akan memegang bendera perang lalu dia gugur, kemudian bendera itu dipegang
oleh Ja’far lalu dia pun gugur, kemudian bendera itu dipegang oleh Abdullah bin Rawahah namun dia pun
gugur pula. Akhirnya bendera itu diambil oleh Khalid bin Al Walid padahal sebelumnya dia tidak ditunjuk.
Maka melalui dialah kemenangan dapat diraih”. Dan Anas berkata: “Kejadian itu menggembirakan kami
seolah mereka ada bersama kami”. Ayyub berkata: “Kejadian itu (karamah para syuhada’) tidaklah
menjadikan mereka ingin untuk kembali bersama kami (di dunia kecuali bila mati syahid kembali untuk
kedua kali)”. Dan kedua matanya (Rasulullah) berlinang air mata. (Sahih Bukhari, no. 2589, no. 2835, no.
3474, no. 3929, Musnad Ahmad, no. 11671)
Dari Urwah bin Zubair bahawa Aisyah (Ummul Mukminin) telah mengkhabarkan kepadanya bahawa
Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang untuk menemui Abu Bakar, dia
meminta supaya diberi bahagian dari harta peninggalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Kota
Madinah dan Fadak dan seperlima hasil rampasan perang Khaibar yang masih berbaki. Maka Abu Bakar
menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Sesungguhnya harta peninggalan
kami tidak dapat diwarisi, yang kami tinggalkan hanya berupa sedekah, dan keluarga Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam hanya boleh menikmati sedekah itu.” Demi Allah, aku tidak berani mengubah
sedikit pun sedekah yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetapkan, aku akan tetap
membiarkan seperti pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan aku akan tetap
melaksanakan apa yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ternyata Abu Bakar
tetap menolak permintaan Fatimah, oleh kerana itu Fatimah sangat gusar dan marah atas tindakan Abu
Bakar mengenai hal itu.” Urwah melanjutkan: “Hingga Fatimah enggan menyapanya -tidak mengajaknya
berbicara- hingga ajal menjemputnya, tepatnya enam bulan setelah wafatnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Ketika Fatimah meninggal dunia, jenazahnya dimakamkan oleh suaminya sendiri, Ali bin
Abu Talib, pada malam hari tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada Abu Bakar. Setelah itu Ali
pulalah yang mensolatkan jenazah Fatimah. Ketika Fatimah masih hidup, banyak orang menaruh hormat
kepada Ali, tetapi hal itu mulai berubah ketika Fatimah telah meninggal dunia. Lalu dia mulai berfikir
untuk segera berdamai dengan Abu Bakar sekaligus membai’ahnya, kerana beberapa bulan dia tidak
sempat menemuinya untuk membai’ahnya. Setelah itu, Ali menulis surat kepada Abu Bakar yang isinya:
“Aku mengharapkan kamu datang menemuiku, namun jangan sampai ada seorang pun yang ikut
menemuimu.” -sepertinya Ali tidak suka jika Abu Bakar ditemani Umar bin Khattab- Umar lalu berkata
kepada Abu Bakar: “Demi Allah, janganlah kamu menemuinya seorang diri.” Abu Bakar menjawab: “Aku
yakin, Ali tidak akan berbuat apa-apa kepadaku, demi Allah, aku akan tetap menemuinya.” Dengan
penuh keyakinan, akhirnya Abu Bakar pergi menemui Ali, ketika bertemu, Ali bin Abu Talib terus bersaksi
kepadanya (maksudnya membai’ahnya) seraya berkata: “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya aku telah
mengetahui segala keutamaan dan kebaikan yang Allah anugerahkan kepadamu, dan aku tidak merasa
iri dan dengki pada anugerah yang Allah limpahkan kepadamu. Akan tetapi menurutku, kamu telah
berbuat sewenang-wenang terhadapku, sebagai keluarga terdekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, semestinya aku mempunyai hak untuk memperoleh harta peninggalan beliau.” Ucapan-ucapan
Ali begitu derasnya kepada Abu Bakar hingga tak terasa Abu Bakar menitiskan air matanya. Dengan
perasaan haru, Abu Bakar menjelaskan kepadanya, katanya: “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-
Nya, sebenarnya keluarga dan kerabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih aku cintai
daripada keluarga aku sendiri. Mengenai harta peninggalan yang tengah kita perselisihkan ini,
sebenarnya aku selalu berusaha bersikap adil dan bijaksana serta berpijak kepada kebenaran. Dan aku
tidak akan meninggalkan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan
aku akan tetap mempertahankannya.” Maka Ali berkata kepada Abu Bakar: “Walau bagaimanapun aku
akan tetap membai’ahmu nanti petang.” Seusai melaksanakan solat zohor, Abu Bakar terus naik ke atas
mimbar, setelah membaca syahadat, dia pun cuba menjelaskan kepada kaum Muslimin yang hadir pada
saat itu, masalah keterlambatan Ali untuk berbai’ah beserta alasannya, kemudian dia membaca istighfar.
Setelah itu, tibalah giliran Ali bersaksi dan menghormati sikap Abu Bakar, Ali menyatakan bahawa dia
tidak merasa iri dan dengki sama sekali terhadap keutamaan dan kelebihan yang dianugerahkan Allah
kepada Abu Bakar, akan tetapi -lanjut Ali-: “Kami keluarga terdekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melihat berpandangan bahawa kami sebenarnya layak untuk menyatakan pendapat dalam
masalah ini (warisan), namun rupanya Abu Bakar melakukan dengan logiknya sendiri (mengikut sabdaan
Nabi) sehingga kami merasa emosi.” Majoriti kamu Muslimin yang hadir saat itu merasa gembira
mendengar pernyataan Ali, mereka berkata: “Benar yang kamu ucapkan.” Akhirnya Ali menjadi lebih
dekat dengan kaum Muslimin setelah dia berani mengungkapkan perkara itu.” (Sahih Bukhari, no. 3913,
Sahih Muslim, no. 3304)
Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap Hajar Aswad kemudian
meletakkan kedua bibirnya kepadanya, dan beliau menangis lama sekali, kemudian dia berpaling, dan
ternyata dia menemukan Umar dalam keadaan menangis pula, beliau bersabda: ‘Wahai Umar, di sinilah
(layak) ditumpahkan air mata.'” (Sunan Ibnu Majah, no. 2936)
Dari Umar bin Khattab dia berkata: “Saya pernah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat
beliau berada di atas tikar.” Umar melanjutkan: “Lalu saya duduk, ternyata saya dapati beliau hanya
mengenakan selembar kain dan tidak ada kain lain selain yang dipakainya, sementara tikar itu telah
membekas pada sisi beliau. Saya juga (melihat) segenggam gandum sekitar satu sha’ dan daun yang
dipergunakan untuk menyamak yang terletak di sudut bilik dan kulit yang menggantung. Tak terasa
kedua mataku berlinang air mata. Beliau bertanya: “Apa yang membuatmu menangis wahai Ibnu
Khattab?” Saya menjawab: “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menitiskan air mata, sementara tikar
ini membekas di sisimu, dan aku tidak melihat dalam ruanganmu kecuali apa aku lihat. Sedangkan Raja
Kisra dan Kaisar Romawi dipenuhi buah-buahan dan sungai-sungai, engkau adalah Nabi Allah dan
pilihan-Nya, namun ruanganmu hanya seperti ini!” Beliau menjawab: “Wahai Ibnu Khattab, tidakkah kamu
redha kita mendapatkan akhirat dan mereka mendapatkan dunia?” Saya menjawab: “Tentu.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 4143, Musnad Ahmad, no. 11967)
Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah
seorang mukmin mengeluarkan air mata dari kedua matanya walaupun sebesar kepala seekor lalat
kerana takut kepada Allah, kemudian ia mengenai wajahnya melainkan Allah akan membebaskannya
dari neraka.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4187)
Dari Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tangisan dikirimkan
kepada penduduk neraka, sehingga penduduknya menangis semua di dalamnya, sampai air mata
mereka habis, kemudian mereka menangis dengan air mata darah yang keluar dari wajah-wajah mereka
sehingga air-air itu terbentang di hadapan mereka seperti sungai yang jika didatangkan kapal, nescaya
kapal-kapal itu akan berlayar di dalamnya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4315)
Dari Abdullah Bin Nujai dari bapanya bahawa dia berjalan bersama Ali radhiallahu ‘anhu, dan dia adalah
pembela Ali. Ketika sampai di Niwaya dan dia sedang menuju ke Shifin, Ali menyeru: “Sabarlah wahai
Abu Abdullah, sabarlah Abu Abdullah di tepi sungai Eufrat.” Maka aku berkata: “Ada apa?” Ali menjawab:
“Aku berkunjung kepada Nabi Salallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari dan aku dapati kedua matanya
berlinang air mata, maka aku bertanya: “Wahai Nabiyullah, tidak ada seorang pun yang membuat engkau
marah, kenapa kedua matamu berlinang air mata?” Beliau menjawab: “Akan tetapi Jibril bergegas berdiri
dari sisiku tadi, dia menceritakan kepadaku bahawa Al-Husain akan terbunuh di tepi sungai Eufrat.
Apakah kamu ingin mencium bau tanahnya?” Maka aku menjawab: “Ya.” Maka beliau menghulurkan
tangannya dan menggenggam segenggam tanah, kemudian memberikannya kepadaku, maka aku tidak
kuasa untuk menahan kedua mataku berderai air mata.” (Musnad Ahmad, no. 613)
Dari Anas dia berkata: “Pada suatu ketika seorang putera Abu Talhah dan isterinya yang bernama Ummu
Sulaim, meninggal dunia. Kemudian Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya: ‘Janganlah kalian
memberitahu musibah ini kepada Abu Talhah sehingga saya sendiri yang akan memberitahukannya.”
Anas berkata: “Tak lama kemudian Abu Talhah tiba di rumah. Seperti biasa, Ummu Sulaim
menghidangkan makan malam untuk suaminya. Lalu Abu Talhah makan dan minum dengan senangnya.
Kemudian Ummu Sulaim mulai berhias lebih cantik daripada hari biasanya hingga Abu Talhah
menggaulinya. Setelah mengetahui bahawasanya Abu Talhah telah merasa puas dan lega, maka Ummu
Sulaim berkata: ‘Wahai Abu Talhah, bagaimana menurut pendapat engkau apabila ada sekelompok
orang memberikan pinjaman kepada suatu keluarga. Kemudian, ternyata pinjaman tersebut mereka
minta kembali. Apakah boleh keluarga itu menolak permintaannya? Dengan mantap Abu Talhah
menjawab: “Tentu saja keluarga itu tidak boleh menolak permintaan kelompok itu.” Lalu Ummu Sulaim
berkata: “Maka demikian dengan anak kita, ketahuilah bahawasanya anak kita yang tercinta telah diminta
oleh Zat yang telah mencipta dan memilikinya. Oleh kerana itu relakanlah kematian putera kita tersebut”.
Betapa terkejut dan marahnya Abu Talhah mendengar informasi yang disampaikan isterinya itu. Lalu ia
pun berkata kepada isterinya: “Mengapa kamu tidak memberitahu terlebih dahulu berita ini? Tetapi kamu
memberitahukannya kepadaku setelah aku menggaulimu.” Keesokan harinya Abu Talhah pergi menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menceritakan kepada beliau tentang apa yang telah terjadi
pada keluarganya. Mendengar cerita sedih tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Semoga Allah memberkati kalian berdua dalam menjalani malam kalian.” Anas berkata: ‘Beberapa bulan
kemudian, Ummu Sulaim mulai memperlihatkan tanda-tanda kehamilan. Suatu ketika Rasulullah sedang
bepergian dan Ummu Sulaim turut serta dalam perjalanan tersebut. Biasanya, apabila Rasulullah datang
dari bepergian -setibanya di Madinah- maka beliau tidak langsung masuk ke kampung. Sesampainya
dekat kota Madinah, Ummu Sulaim mulai merasakan saat-saat kelahiran hingga Abu Talhah berhenti
untuk mendampinginya sementara Rasulullah telah pergi. Abu Talhah berkata: ‘Ya Allah ya Tuhanku,
sesungguhnya Engkau Maha Tahu bahawasanya saya merasa senang keluar untuk menyertai Rasul-Mu
ketika beliau keluar. Begitu pula saya merasa senang masuk untuk menyertainya, ketika beliau akan
masuk (kota Madinah), tapi sekarang saya terhenti seperti yang Engkau lihat.” Anas berkata: Ummu
Sulaim berkata: ‘Hai Abu Talhah, saya sudah tidak tahan lagi. Marilah terus percepat perjalanan!’ Anas
berkata: ‘Akhirnya kami terus melanjutkan perjalanan.’ Anas berkata: “Ketika tiba di kota Madinah, maka
Ummu Sulaim pun melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat. Ibu saya (Ummu Sulaim) berkata
kepada saya: ‘Hai Anas, janganlah ada seorang pun yang menyusui bayi ini hingga kamu membawanya
ke hadapan Rasulullah.’ Esok harinya, saya membawa bayi tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Saya temui beliau yang pada saat itu sedang memegang alat untuk memberi tanda pada
haiwan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat saya, beliau berkata: “Hai Unais, apakah
Ummu Sulaim telah melahirkan?” Maka saya dengan senang hati menjawab pertanyaan beliau: “Ya, ia
telah melahirkan, ya Rasulullah.” Kemudian beliau letakkan alat untuk memberi tanda pada haiwan itu.
Lalu saya pun membawa bayi itu ke hadapan Rasulullah dan meletakkannya di atas pangkuan beliau.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam minta dibawakan kurma ajwa Madinah. Lalu beliau
lumatkan kurma tersebut dengan mulut beliau dan disuapkannya ke dalam mulut bayi itu. Maka bayi itu
segera mengunyahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Lihatlah, memang kaum Ansar
itu sangat menyukai kurma!” Anas berkata: “Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusap
wajah bayi itu dengan penuh kasih sayang serta memberinya nama Abdullah.” (Sahih Muslim, no. 4496)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata: Anak dari Abu Talhah dalam keadaan sakit yang parah.
Katanya: “Dan akhirnya dia meninggal dunia”. Saat itu Abu Talhah sedang bepergian. Ketika isterinya
melihat bahawa dia (anaknya) sudah meninggal, maka dia mengerjakan sesuatu dan meletakkannya di
samping rumah. Ketika Abu Talhah sudah datang, dia bertanya: “Bagaimana keadaan anak (kita)?”
Isterinya menjawab: “Dia sudah tenang dan aku berharap dia sudah beristirehat.” Abu Talhah
menganggap bahawa isterinya berkata, benar adanya. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata: Maka
dia tidur pada malam itu. Pada keesokan harinya, dia mandi. Ketika dia hendak pergi keluar, isterinya
memberitahu bahawa anaknya sudah meninggal dunia. Kemudian dia solat bersama Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam lalu dia menceritakan apa yang sudah terjadi antara dia berdua (dengan isterinya). Maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Semoga Allah memberkati kalian berdua pada malam
kalian itu”. Ada seorang dari kalangan Ansar berkata: “Kemudian setelah itu aku melihat keduanya
memiliki sembilan anak yang semuanya telah hafal Al Quran”. (Sahih Bukhari, no. 1218)
Dari Aisyah dia berkata: “Pada suatu pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumahnya
dengan mengenakan kain bulu hitam yang berhias. Tak lama kemudian, datanglah Hasan bin Ali. Lalu
Rasulullah menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Kemudian datanglah Husain dan beliau pun masuk
bersamanya ke dalam rumah. Setelah itu datanglah Fatimah dan beliau pun menyuruhnya masuk ke
dalam rumah. Akhirnya, datanglah Ali dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Lalu beliau
membaca ayat Al Quran yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
darimu hai Ahlul Bait dan membersihkanmu sebersih-bersihnya” (Al-Ahzab: 33). (Sahih Muslim, no. 4450)
Dari Auf bin Malik dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kelak pada hari kiamat
aku bersama wanita yang kedua pipinya kehitam-hitaman (kerana sibuk bekerja dan tidak sempat
berhias) seperti ini -beliau memberi isyarat dengan menyatukan jari tengah dan jari telunjuk-. Iaitu
seorang wanita janda yang ditinggal mati oleh suaminya, mempunyai kedudukan dan berwajah cantik,
dia menahan dirinya (tidak menikah) untuk merawat anak-anaknya hingga mereka dewasa atau
meninggal.” (Sunan Abu Daud, no. 4482, Musnad Ahmad, no. 22880)
Dari Ummu ‘Athiyah bahawasannya Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para gadis,
budak, para wanita yang mengurung diri, para wanita haid untuk keluar (menuju tempat solat) pada saat
dua hari raya, ada pun wanita haid, hendaknya mereka menjauh dari tempat solat dan menyaksikan
dakwahnya kaum Muslimin. Salah seorang dari kami berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika
mereka tidak memiliki jilbab?” Beliau bersabda: “Hendaknya saudara perempuannya mahu meminjamkan
jilbab untuknya.” Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Mubarak bahawasannya dia berkata: Pada hari ini
saya membenci para wanita yang ikut keluar (menuju tempat solat) pada saat dua hari raya, jika seorang
wanita enggan dan masih tetap ingin keluar, hendaknya suami mengizinkannya untuk keluar (menuju
tempat solat) dengan mengenakan pakaian biasa (pakaian yang sudah lama) dan jangan sampai mereka
berhias diri, jika mereka enggan dan masih tetap untuk keluar (menuju tempat solat), hendaknya suami
melarang untuk keluar (menuju tempat solat). (menuju tempat shalat). Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia
berkata: Sekiranya Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam melihat apa yang telah terjadi pada wanita-
wanita sekarang, nescaya beliau akan melarang mereka menuju masjid sebagaimana dilarangnya para
wanita Bani Israil. Dan diriwayatkan dari Sufyan At Tsauri bahawa hari ini dia membenci para wanita
untuk keluar (menuju tempat solat) di hari raya Eid. (Sunan At-Tirmidzi, no. 495, hasan sahih)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita
solehah.” (Sahih Muslim, no. 2668, Sunan An-Nasai, no. 3180)
Dari Abdullah bin Buraidah dari bapanya dia berkata: “Seorang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, sementara ia mengenakan cincin dari kuning tembaga. Beliau lalu berkata kepadanya:
“Kenapa aku mendapatkan bau berhala darimu?” Laki-laki itu lantas membuang cincinnya. Setelah itu dia
datang lagi dengan mengenakan cincin besi, beliau bersabda: “Kenapa melihatmu mengenakan
perhiasan penduduk neraka?” Laki-laki lantas membuangnya kembali, lalu dia bertanya: “Wahai
Rasulullah, lalu dari apa aku harus membuatnya?” Beliau menjawab: “Dari perak, namun jangan engkau
genapkan hingga (beratnya) satu mitsqal.” (Sunan Abu Daud, no. 3687, Sunan An-Nasai, no. 5100)
Dari Maimunah binti Sa’ad, dia adalah pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perumpamaan wanita yang berbangga dan sombong yang
menjulurkan (memperlihatkan) perhiasannya kepada selain suaminya seperti kegelapan pada hari
kiamat, tidak ada cahaya sedikit pun padanya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1087)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seburuk-buruk wanita kamu ialah wanita bersolek lagi suka
berbangga, mereka itu adalah perempuan munafiq, tidak akan masuk syurga kecuali seperti burung
gagak berkaki merah (sedikit masuk syurga)”. (Riwayat Al-Baihaqi)
Dari Abu Musa Al Asy’ari dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Apabila seorang wanita
memakai wangian, lalu keluar melalui orang-orang agar mereka mencium wanginya, maka wanita itu
adalah adalah begini dan begitu (maksudnya ciri wanita pelacur).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2710, hasan
sahih, Musnad Ahmad, no. 18757, Sunan Abu Daud, no. 3642, Sunan An-Nasai, no. 5036)
Dari Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian
menghalangi kaum wanita itu pergi ke masjid-masjid Allah, akan tetapi hendaklah mereka itu pergi tanpa
memakai wangi-wangian.” (Sunan Abu Daud, no. 478)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Saya bertemu seorang wanita dan mencium bau harum darinya, dan
hujung pakaiannya menjuntai (menyapu tanah). Saya lalu berkata: “Wahai Budak Al-Jabbar, apakah
engkau datang dari masjid?” Wanita itu menjawab: “Ya.” Abu Hurairah bertanya lagi: “Kerana ingin ke
masjidkah kamu memakai wangian?” Wanita itu menjawab: “Ya.” Abu Hurairah lalu berkata:
“Sesungguhnya aku mendengar kekasihku, Abu Al-Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak
akan diterima solat seorang wanita yang memakai wangian kerana ingin pergi ke masjid ini, sehingga dia
kembali dan mandi sebagaimana dia mandi dari junub.” (Sunan Abu Daud, no. 3643, Musnad Ahmad, no.
9558)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa pun wanita yang
memakai wangian, maka janganlah dia hadir bersama kami dalam solat Isyak, solat fardhu yang akhir.”
(Sahih Muslim, no. 675, Sunan Abu Daud, no. 3644)
Dari Imran bin Hushain bahawa Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah, minyak
wangi bagi laki-laki itu beraroma tetapi tidak berwarna, sedangkan minyak wangi bagi wanita itu berwarna
tetapi tidak beraroma.” Sa’id berkata: “Menurutku bahawa ucapan beliau tentang minyak wangi wanita itu
difahami dalam keadaan saat dia keluar rumah, ada pun jika wanita itu sedang bersama suaminya, maka
dia boleh mengenakan wangian sesuka hatinya.” (Sunan Abu Daud, no. 3527, Musnad Ahmad, no.
19125)
Dari Imran bin Hushain dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku:
“Sesungguhnya wangian lelaki yang terbaik adalah baunya semerbak namun warnanya tidak terlihat,
sedangkan wangian wanita yang terbaik adalah yang nampak warnanya namun baunya tidak tercium.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 2712, hasan gharib, Sunan An-Nasai, no. 5028)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak orang
yang berpuasa tidak mendapatkan bahagian (pahala) dari puasanya melainkan lapar dan dahaga, dan
berapa banyak orang yang solat malam tidak mendapatkan bahagian (pahala) dari ibadahnya melainkan
mengantuk saja.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1680, Musnad Ahmad, no. 8501)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa tidak
meninggalkan perkataan dusta (maksiat) dan mengerjakannya serta perkara jahil, maka Allah tidak
perlukan dari perbuatannya meninggalkan makan dan minumnya (puasa).” (Sahih Bukhari, no. 1770, no.
5597, Musnad Ahmad, no. 10158)
Dari Abdullah bin Zaid Al Maaziniy radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tempat yang ada di antara rumahku dan mimbarku adalah raudhah (taman) di antara taman-taman
syurga”. (Sahih Bukhari, no. 1120)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara rumahku
dan mimbarku adalah raudhah (taman) di antara taman-taman syurga, dan mimbarku berada pada
telagaku (di syurga)”. (Sahih Bukhari, no. 1121, no. 1755)
Dari Al Miswar bin Makhramah berkata: Sesungguhnya Ali bin Abu Talib pernah meminang anak
perempuan Abu Jahal (untuk dijadikan isteri) di samping Fatimah ‘alaihi salam, lalu ku dengar Rasulullah
Shallallahu’alaiwasallam memberikan khutbah kepada manusia tentang masalah itu di atas mimbar ini
sedang aku saat itu sudah baligh, beliau bersabda: “Sesungguhnya Fatimah adalah sebahagian dariku
dan aku sangat khuatir dia terfitnah dalam agamanya”. Kemudian beliau menyebutkan kerabat beliau dari
Bani Hasyim seraya menyanjungnya dalam hubungan kekerabatannya yang baik kepada beliau. Beliau
melanjutkan: “DMereka telah berbicara kepadaku lalu membenarkan aku serta berjanji kepadaku dan dia
menunaikan janjinya kepadaku. Sungguh aku bukanlah orang yang mengharamkan suatu yang halal dan
bukan pula menghalalkan apa yang haram akan tetapi, demi Allah, tidak akan bersatu puteri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan puteri musuh Allah selamanya”. (Sahih Bukhari, no. 2879, Sahih
Muslim, no. 4484)
Dari Abu Bakrah dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas mimbar bersabda,
ketika itu Al-Hasan ada disamping beliau. Sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali
melihat kepadanya lalu bersabda: “Sesungguhnya anakku ini adalah Sayyid (pemimpin) dan dengan
perantaraan Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum Muslimin”. (Sahih Bukhari, no. 3357,
no. 3463)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu ketika ada seekor
anjing mengelilingi sebuah sumur. Anjing itu hampir mati kehausan. Tiba-tiba dia terlihat oleh seorang
wanita pelacur dari bangsa Israil. Maka dia (pelacur) membuka kasutnya. Kemudian dia mencedok air
dengan kasutnya, lalu anjing itu diberi minum. Kerana hal itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni
dosa-dosa wanita itu.” (Sahih Bukhari, no. 3208, Sahih Muslim, no. 4163, no. 4164, Musnad Ahmad, no.
10178)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada
seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang amat sangat sehingga dia
turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar didapatinya seekor anjing
yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah kerana kehausan. Orang itu berkata: “Anjing ini
sedang kehausan seperti yang aku alami tadi.” Maka dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya
sepatunya dengan air dan sambil menggigit sepatunya dengan mulutnya dia naik ke atas lalu memberi
anjing itu minum. Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya.” Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita akan dapat pahala dengan berbuat baik kepada haiwan?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Terhadap setiap makhluk bernyawa diberi pahala”. (Sahih
Bukhari, no. 2190, no. 2286, no. 5550, Sahih Muslim, no. 4162, Sunan Abu Daud, no. 2187)
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ada seorang laki-laki berkata:
‘Malam ini, aku benar-benar akan bersedekah.’ Maka laki-laki itu pun keluar membawa sedekahnya, dan
disedekahkannya kepada wanita pelacur. Esok harinya, orang-orang pun mengatakan bahawa tadi
malam ada pelacur yang diberi sedekah. Maka laki-laki itu berdoa: ‘Ya Allah, segala puji bagi-Mu yang
telah mentakdirkan sedekahku jatuh di tangan pelacur. Aku akan bersedekah lagi.’ Dia pun pergi dengan
membawa sedekahnya, lalu diberikannya kepada orang kaya. Esok harinya, orang-orang pun
membicarakannya bahawa tadi malam ada orang yang memberi sedekah kepada orang kaya. Maka laki-
laki itu pun berkata: ‘Ya Allah, Untuk-Mulah segala puji, kerana Engkau telah menjadikan sedekahku
jatuh di tangan orang yang kaya, aku akan bersedekah lagi.’ Kemudian dia pergi lagi dengan membawa
sedekahnya dan diberikannya kepada pencuri. Esok harinya, orang-orang pun membicarakannya,
bahawa tadi malam ada orang yang bersedekah kepada pencuri. Laki-laki yang bersedekah itu pun
berujar: ‘Segala puji bagi Allah yang telah mentakdirkan sedekahku jatuh pada pelacur, kepada orang
kaya, dan kepada pencuri.’ Kemudian laki-laki itu didatangi malaikat seraya berkata: ‘Sedekahmu telah
diterima oleh Allah. Ada pun sedekahmu yang jatuh ke tangan perempuan pelacur, semoga dia berhenti
dari perbuatan melacur, yang jatuh kepada orang kaya semoga dia menyedari dirinya dan bersedekah
pula, sedangkan yang jatuh kepada si pencuri, semoga dia berhenti mencuri.'” (Sahih Bukhari, no. 1332,
Sahih Muslim, no. 1698, Musnad Ahmad, no. 7933, no. 8247)
Dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits dari bapanya dia berkata: Aku mendengar Uthman
radhiallahu ‘anhu berkata: “Jauhilah oleh kalian minum arak sebab ia adalah ibu semua dosa. Ada
seorang laki-laki sebelum kalian yang taat beribadah disukai oleh seorang wanita pelacur. Wanita itu lalu
mengutus budak wanitanya agar mengatakan: ‘Sesungguhnya aku memanggilmu untuk bersaksi.’ Maka
berangkatlah laki-laki itu bersama budak wanita tersebut, sementara dia sendiri bersiap-siap hingga
ketika laki-laki itu masuk dia mengunci pintu rumah tanpa ada orang selain dia. Sehingga laki-laki itu
berhadapan dengan seorang wanita cantik yang di sisinya terdapat seorang anak kecil dan botol arak.
Wanita itu lalu berkata: “Demi Allah, aku memanggilmu bukan untuk bersaksi, tetapi aku memanggilmu
untuk bersetubuh denganku, atau meneguk segelas arak, atau membunuh anak kecil ini!” Laki-laki itu
berkata: “Berikan saja aku segelas arak.” Maka wanita itu memberikan satu gelas arak kepadanya. Laki-
laki itu lalu berkata: “Tambahkanlah untukku.” Laki-laki itu tetap saja minum hingga dia menzinai wanita
itu dan membunuh seorang jiwa (anak kecil). Maka jauhilah minum arak, kerana -demi Allah- tidak akan
pernah berkumpul antara iman dan kebiasaan minum arak kecuali salah satunya akan mengeluarkan
yang lain.” (Sunan An-Nasai, no. 5572)
Dari Utay bin Dlamrah As Sa’di dia berkata: “Aku pernah melihat seorang lelaki tua di Madinah sedang
berbicara, maka aku bertanya kepada orang-orang tentang siapa dia. Mereka lantas menjawab: “Ini
adalah Ubay bin Ka’b.” Lalu ia berkata: “Sesungguhnya Adam ‘Alaihis Salam ketika ajalnya tiba, dia
berkata kepada anak-anakya: “Wahai anakku, sesungguhnya aku menginginkan buah dari Syurga.”
Mereka kemudian pergi memintakan buah untuk Adam, lalu para Malaikat menyambut mereka dengan
membawa kain kafannya (Adam) dan keranda, sementara mereka (anak-anak Adam) membawa kapak,
serkop dan cangkul. Para Malaikat lantas bertanya kepada mereka: “Wahai Bani Adam, apa yang kalian
inginkan dan kalian minta?” Atau dalam riwayat lain: “Apa yang kalian inginkan dan hendak ke mana
kalian pergi?” Mereka menjawab: “Bapa kami sakit dan menginginkan buah Syurga.” Para Malaikat
menjawab: “Pulanglah! Sungguh telah ditetapkan keputusan untuk bapa kalian (kematian).” Mereka pun
pulang. Ketika Hawa melihat para malaikat dan dia tahu siapa mereka, maka dia kembali kepada Adam
untuk menjaganya. Kemudian Adam berkata kepada Hawa: “Menyingkirlah kamu dariku, aku pernah
melakukan kesalahan kerana kamu, maka biarkan yang berada di antara aku dan para Malaikat adalah
Rabbku Tabaaraka Wa Ta’ala. Maka para Malaikat pun mencabut nyawanya, memandikan, mengkafani,
membuatkannya lubang dan lahad untuknya, serta mensolatkannya. Kemudian mereka masuk ke dalam
kuburnya dan meletakkan Adam ke dalam kuburnya, mereka letakkan batu bata di atasnya kemudian
mereka keluar dari dalam kuburnya. Setelah itu mereka menimbunnya dengan tanah seraya berkata:
“Wahai anak Adam ini adalah sunnah kalian.” (Musnad Ahmad, no. 20288)
Dari Jabir, dia berkata: Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melalui Al Hijr, beliau bersabda:
“Janganlah kalian meminta (turunnya ayat-ayat) mukjizat. Kaum Nabi Saleh telah memintanya lalu
mukjizat (berupa unta) itu telah datang dari jalan ini dan keluar dari jalan ini, namun mereka derhaka dari
perintah Rabb mereka, lalu mereka menyembelihnya. (Unta itu) meminum air mereka sehari dan mereka
minum susunya sehari lalu menyembelihnya maka datanglah angin azab kepada mereka, Allah ‘azza
wajalla menghancurkan sebahagian mereka yang ada di bawah langit, kecuali seorang laki-laki yang
berada di rumah Allah ‘azza wajalla (Al-Haram). Ditanyakan: Siapa dia wahai Rasulullah? Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dia adalah Abu Righal, ketika dia keluar dari Al-Haram, maka ia
ditimpa sesuatu yang telah menimpa kaumnya”. (Musnad Ahmad, no. 13644)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tidak pernah berbohong kecuali
tiga kali. Dua di antaranya adalah dalam masalah Zat Allah ‘azza wajalla, iaitu “Inni saqiim
(sesungguhnya aku ini sedang sakit) [ash-Shaffaat ayat 89] dan firman Allah Taala: “Bal fa’alahum
kabiiruhum haadzaa” (akan tetapi patung yang besar inilah yang melakukannya) [al-Anbiya’ ayat 63].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dan ketika pada suatu hari dia sedang bersama
dengan Sarah, isterinya, saat beliau datang kepada seorang raja yang zalim lalu raja tersebut diberi
informasi bahawa akan ada seorang laki-laki bersama seorang wanita yang paling cantik. Maka diutuslah
seseorang menemui Ibrahim lalu utusan itu bertanya kepadanya, katanya: “Siapakah wanita ini?” Ibrahim
menjawab: “Dia saudara perempuanku”. Lalu Sarah datang, maka Ibrahim berkata: “Wahai Sarah, tidak
ada orang beriman di muka bumi ini kecuali aku dan kamu dan orang ini bertanya kepadaku lalu aku
beritahu bahawa kamu adalah saudara perempuanku maka janganlah kamu mendustakan aku”. Sarah
pun dikirim kepada raja. Setelah Sarah menemui raja, raja itu rupanya ingin menyentuhnya dengan
tangannya namun tiba-tiba tangannya lumpuh, maka Raja berkata: “Berdoalah kepada Allah dan aku
tidak akan mengganggu kamu”. Maka Sarah berdoa sehingga tangan raja pulih kembali seperti semula.
Kemudian raja ingin menyentuh Sarah untuk kedua kalinya, namun tangannya tiba-tiba lumpuh bahkan
kelumpuhannya lebih parah sehingga raja memohon: “Berdoalah kepada Allah dan aku tidak akan
mengganggumu lagi”. Tangan raja pun sembuh. Kemudian raja memanggil para pembantunya seraya
berkata: “Sungguh yang kalian bawa kepadaku ini bukan manusia, melainkan syaitan”. Akhirnya Sarah
dihadiahi Hajar (sebagai pelayannya). Kemudian dia pulang dan mendapatkan Ibrahim sedang solat
maka dia memberi isyarat dengan tangannya yang bermaksud ‘Tunggu sebentar’. Sarah berkata: “Allah
telah membalikkan tipu daya orang kafir atau fajir ke tenggorokannya”. Abu Hurairah radliallahu ‘anhu
berkata: “Itulah ibu kalian (bangsa Arab), wahai anak keturunan air langit (air zamzam)”. (Maksudnya
kerana air zamzam Allah Taala keluarkan pertama kali untuk Hajar dan Ismail). (Sahih Bukhari, no. 3108)
Dari Abu Hurairah mengatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ibrahim berhijrah
bersama Sarah, kemudian mereka memasuki suatu desa yang dipimpin oleh seorang raja atau seorang
yang sombong. Raja mengutus seorang utusan untuk menemui Ibrahim: ‘Panggil Ibrahim untuk
menghadapku bersama isterinya’, lantas utusan itu membawa isterinya (Ibrahim) kepada raja. Ketika raja
berdiri menghadap Sarah, Sarah lantas berwudhu’ dan solat dan memanjatkan doa: ‘Ya Allah, jika aku
beriman terhadap-Mu dan Rasul-Mu, maka janganlah Engkau kuasakan seorang kafir kepada kami’,
ketika itu kaki raja terbenam ke dalam bumi hingga meronta-ronta dengan kakinya.” (Sahih Bukhari, no.
6436)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nabi
Ibrahim Alaihissalam berhijrah bersama Sarah lalu diberi pelayan (Siti Hajar), lalu Sarah kembali dan
berkata: “Apakah kamu mengerti bahawa Allah telah mengusir orang kafir (raja yang zalim) dan
menghadiahi seorang hamba sahaya?” Dan berkata Ibnu Sirin dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Menghadiahkan Hajar sebagai pelayan”. (Sahih Bukhari, no. 2441)
Dari Abu Musa bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam singgah kepada seorang Badwi. Beliau
dimuliakan, maka beliau bersabda kepadanya: “Wahai Badwi, katakanlah keperluanmu.” Dia menjawab:
“Ya Rasulullah, seekor unta betina dengan pelananya dan domba betina yang diperah (susunya) oleh
keluargaku.” Ini diucapkan dua kali. Rasulullah berkata kepadanya: “Mengapa kamu tidak seperti nenek
tua Bani Israil?” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, siapa nenek tua Bani Israil itu?” Rasulullah
menjawab: “Sesungguhnya Nabi Musa ‘alaihissalam hendak berjalan membawa Bani Israil, tetapi dia
tersesat di jalan. Maka para ulama’ Bani Israil berkata kepadanya: “Kami katakan kepadamu bahawa
Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengambil janji-janji Allah atas kami, agar kami tidak pergi dari Mesir sehingga
kami memindahkan tulang-tulangnya (jasad) bersama kami.” Nabi Musa bertanya: “Siapa di antara kalian
yang mengetahui kubur Yusuf?” Mereka menjawab: “Yang tahu di mana kuburan Nabi Yusuf hanyalah
seorang wanita tua Bani Israil.” Musa memintanya agar dihadirkan. Nabi Musa berkata kepadanya:
“Tunjukkan kepadaku di mana kubur Yusuf.” Wanita tua itu menjawab: “Aku tidak mahu hingga aku
menemanimu di syurga (memasuki syurga bersama Musa).” Nabi Musa tidak menyukai permintaannya,
maka diwahyukan kepada Musa: “Kabulkan permintaannya.” Nabi Musa pun memberikan (berdoa) apa
yang diminta. Lalu wanita tua itu mendatangi sebuah danau (tasik) dan berkata: “Keringkan airnya.”
Ketika air telah surut, wanita itu berkata: “Galilah di sini.” Lalu mereka menggali, mereka menemukan
tulang-tulang (jasad) Yusuf. Lalu ia diangkat dari tanah, (lalu) jalanan (yang mereka lalui) terus terlihat
terang seperti cahaya di siang hari.” (Mustadrak Al-Hakim, no. 4088, sahih)
Dari Ali, dia berkata: “Ketika Nabi Musa bersegera (naik bermunajat) kepada Tuhannya (di Bukit Tursina),
Samiri mengumpulkan perhiasan emas semampunya (perhiasan Bani Israil). Dia menghasilkan (emas)
menjadi (patung) anak lembu, kemudian dia memasukkan segenggam tanah (dari tapak Jibril ketika
peristiwa menenggelamkan Firaun) ke dalam perut patung anak lembu. Ternyata ia menjadi patung anak
lembu yang bersuara. Maka Samiri berkata kepada mereka (Kaum Bani Israil): “Ini adalah Tuhan kalian
dan Tuhan Musa.” Nabi Harun berkata kepada mereka: “Wahai kaum, bukankah Tuhan kalian telah
memberi janji baik kepada kalian?” Ketika Nabi Musa pulang kepada Bani Israil yang telah disesatkan
oleh Samiri, Nabi Musa memegang kepala saudaranya (Harun), maka Nabi Harun berkata apa yang
dikatakan Nabi Musa kepada Samiri: “Apa yang membuatmu melakukan ini (patung anak lembu
bersuara)?” Samiri menjawab: “Aku telah mengambil segenggam dari tanah tapak Jibril, lalu aku
melemparkannya. Demikianlah nafsuku memujukku.” Lalu Nabi Musa mendatangi patung anak lembu itu.
Dia meletakkan parutan dan mengikisnya di tepi sungai. Maka tidak seorang pun yang minum dari air itu
yang menyembah patung anak lembu kecuali wajahnya menguning seperti emas. Mereka berkata
kepada Nabi Musa: “Bagaimana taubat kami?” Nabi Musa menjawab: “Sebahagian dari kalian
membunuh sebahagian yang lain.” Lalu mereka mengambil pisau, maka mulailah seorang membunuh
bapanya dan saudaranya tanpa peduli, hingga yang terbunuh berjumlah tujuh puluh ribu. Lalu Allah
mewahyukan kepada Nabi Musa: “Perintahkan mereka agar berhenti. Aku telah mengampuni yang
terbunuh dan memaafkan yang hidup.” (Mustadrak Al-Hakim, no. 3434, sahih)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu’alaiwasallam bersabda: “Ada
seorang Nabi (Yusya’ bin Nun) di antara para Nabi yang berperang lalu berkata kepada kaumnya:
“Janganlah mengikuti aku seseorang yang baru saja menikahi wanita sedangkan dia hendak
menyetubuhinya kerana dia belum lagi menyetubuhinya (sejak malam pertama), dan jangan pula
seseorang yang membangunkan rumah-rumah sedang dia belum memasang atap-atapnya, dan jangan
pula seseorang yang membeli seekor kambing atau seekor unta yang bunting sedang dia menanti-nanti
haiwan itu beranak”. Maka Nabi tersebut berperang dan ketika sudah hampir mendekati suatu kampung,
datang waktu solat Asar atau sekitar waktu itu lalu Nabi itu berkata kepada matahari: “Kamu adalah
hamba yang diperintah, begitu juga aku hamba yang diperintah. Ya Allah tahanlah matahari ini untuk
kami. Maka matahari itu tertahan (berhenti beredar) hingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi
tersebut. Kemudian Nabi tersebut mengumpulkan ghanimah (harta rampasan perang) lalu tak lama
kemudian datanglah api untuk memakan (menghanguskannya) namun api itu tidak dapat memakannya.
Maka Nabi tersebut berkata: “Sungguh di antara kalian ada yang berkhianat (mencuri ghanimah) untuk
itu hendaklah dari setiap kaum ada seorang yang berbai’ah kepadaku. Maka ada tangan seorang laki-laki
yang melekat (berjabatan tangan) dengan tangan Nabi tersebut lalu Nabi tersebut berkata: “Di kalangan
kaummu ada orang yang mencuri ghanimah maka hendaklah kaum kamu berbai’ah kepadaku. Maka
tangan dua atau tiga orang laki-laki suku itu berjabatan tangan dengan tangan Nabi tersebut lalu Nabi
tersebut berkata: “Di kalangan kaummu ada orang yang mencuri ghanimah”. Maka mereka datang
dengan membawa emas sebesar kepala lembu lalu meletakkannya. Kemudian datanglah api lalu
menghanguskannya. Kemudian Allah menghalalkan ghanimah untuk kita kerana Allah melihat
kelemahan dan ketidakmampuan kita sehingga Dia menghalalkannya untuk kita”. (Sahih Bukhari, no.
2892, Sahih Muslim, no. 3287, Musnad Ahmad, no. 7890)
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Dahulu ada dua orang wanita
yang sedang bermain bersama anak mereka masing-masing. Tiba-tiba datang seekor serigala yang
menerkam dan membawa anak salah seorang dari mereka berdua. Seorang dari mereka berkata kepada
yang lain: ‘sebenarnya yang menjadi mangsa serigala tadi adalah anakmu’. Rupanya wanita yang
satunya menyangkal seraya berkata: ‘Tidak, yang menjadi mangsa oleh serigala tersebut adalah
anakmu’. Akhirnya kedua wanita meminta keputusan dari Nabi Daud, namun Nabi Daud menetapkan
bahawa anak yang masih hidup itu milik wanita yang usianya lebih tua. Kemudian keduanya pergi
menemui Nabi Sulaiman bin Daud ‘alaihima salam, lantas kedua wanita tersebut menceritakan apa yang
sebenarnya terjadi, setelah mendengar ceritanya, Nabi Sulaiman berkata: ‘Baiklah, sekarang tolong
ambilkan aku pisau, aku akan membelah dan membahagi dua anak ini untuk kalian berdua’. Tiba-tiba
wanita yang lebih muda berkata: ‘Tidak, semoga Allah merahmati anda, berikanlah anak tersebut
untuknya (wanita yang lebih tua)’. Maka Nabi Sulaiman pun menetapkan anak itu untuk wanita yang lebih
muda umurnya.” (Sahih Bukhari, no. 6271, Sahih Muslim, no. 3245, Sunan An-Nasai, no. 5307)
Dari Sa’id Al Musayyab: Telah mengkhabarkan kepadaku Abu Musa Al Asy’ari bahwasanya ia pernah
berwudhu’ di rumahnya. Setelah itu ia keluar dari rumah sambil berkata: “Pada hari ini saya berniat untuk
selalu berada dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Lalu Abu Musa pergi ke masjid dan
menanyakan keberadaan Rasulullah kepada para sahabat yang kebetulan sedang berada di sana.
“Beliau telah pergi ke arah sana”, jawab para sahabat. Kemudian Abu Musa pun keluar dari masjid
seraya mengikuti jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menanyakannya hingga beliau tiba di
sumur Aris. Abu Musa berkata: “Lalu saya duduk di sisi pintu yang terbuat dari pelepah kurma. Setelah
Rasulullah selesai membuang hajat dan wudhu’, maka saya pun berupaya untuk mendekati beliau.
Ternyata Rasulullah sedang duduk di atas sumur Aris di tengah alas duduk sambil menyisingkan pakaian
pada kedua betisnya dan menjulurkan keduanya ke dalam sumur. Lalu saya ucapkan salam kepada
beliau dan kembali duduk di sisi pintu seraya berkata: “Hari ini saya akan setia menjadi penjaga pintu
Rasulullah.” Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar sambil menolak pintu sumur. Lalu saya bertanya:
“Siapa itu di luar?” Ia menjawab: “Saya, Abu Bakar.” Saya berujar kepadanya: “Tunggu sebentar hai Abu
Bakar!” Abu Bakar menjawab: “Ya.” Aku menghampiri Rasulullah sambil berkata: “Ya Rasulullah, ada
Abu Bakar yang datang dan minta izin untuk masuk ke sini.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Suruh ia masuk dan beritahukan khabar gembira tentang syurga kepadanya!” Lalu saya
kembali menemui Abu Bakar dan saya katakan kepadanya: “Hai Abu Bakar, silakan masuk dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan khabar gembira tentang syurga kepadamu.” Abu
Bakar masuk ke dalam dan terus duduk di sebelah kanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada
alas duduk yang sama sambil menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur, sebagaimana yang dilakukan
Rasulullah dengan menyingsingkan pakaian di kedua betisnya. Lalu saya duduk kembali di sisi pintu
masuk sumur. Ketika itu, sebenarnya saya telah meninggalkan saudara saya yang sedang berwudhu’
dan akan menyusul saya. Kata saya dalam hati: ‘Kalau Allah menghendaki kebaikan baginya, nescaya
Allah akan mendatangkannya kepada saya.’ Tak lama kemudian, ada seseorang yang menggerak-
gerakkan pintu. Lalu saya bertanya kepadanya: “Siapa di luar sana?” Orang di luar yang sedang
menggerak-gerakkan pintu tersebut menjawab: “Umar bin Khattab.” Saya berkata: “Tunggu sebentar hai
Umar!” Lalu saya menghampiri Rasulullah sambil berkata: “Ya Rasulullah, ada Umar di luar dan minta
izin untuk masuk ke dalam.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Suruh ia masuk
dan beritahukan khabar gembira tentang syurga kepadanya!” Kemudian saya temui seraya berkata: “Hai
Umar, Rasulullah mengizinkanmu masuk ke dalam dan menyampaikan berita gembira tentang syurga
kepadamu.” Maka Umar bin Khattab pun masuk ke dalam, lalu duduk di sebelah kiri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sambil menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Setelah itu saya duduk
kembali sambil berkata: “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi saudara saya, nescaya Dia akan
mendatangkannya ke sini. Tak lama kemudian ada seseorang yang datang dan menggerak-gerakkan
pintu. Maka saya pun berseru kepadanya: “Siapakah di luar sana?” Orang tersebut menjawab: “Uthman
bin Affan.” Lalu saya berkata kepadanya: “Tunggu sebentar hai Uthman!” Saya menghampiri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sambil memberitahukan tentang kedatangan Uthman. Rasulullah pun
menjawab: “Suruh dia masuk dan beritahukan kepadanya khabar tentang syurga kepadanya serta
cubaan-cubaan yang akan dirasakannya. Maka saya temui Uthman bin Affan sambil berkata: “Silakan
masuk hai Uthman dan Rasulullah menyampaikan khabar gembira tentang syurga kepadamu serta
cubaan-cubaan yang akan engkau rasakan!” Lalu Uthman pun masuk ke dalam tetapi dia mendapati alas
duduk telah penuh. Akhirnya dia duduk berhadapan dengan mereka di sisi yang lain. Said bin Al
Musayyab berkata: “Aku tafsirkan posisi duduk mereka bertiga sebagai posisi kuburan mereka
sedangkan kuburan Uthman terpisah dari mereka.” (Sahih Bukhari, no. 3398, Sahih Muslim, no. 4417)
Dari Anas bin Malik, bahawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Nabi Allah
Ayyub ditimpa musibah selama lapan belas tahun. Orang yang berada berhampiran dan jauh darinya
menolaknya, kecuali dua orang laki-laki saudaranya yang selalu menjenguknya setiap pagi dan petang
hari. Suatu hari salah seorang dari keduanya berkata kepada temannya: “Ketahuilah, demi Allah, Ayyub
telah melakukan sebuah dosa yang tidak dilakukan oleh seorang manusia di dunia ini.” Temannya
menjawab: “Apa itu?” Dia menjawab: Sudah lapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dan tidak
mengangkat ujian yang menimpanya.” Lalu keduanya pergi kepada Ayyub, salah seorang dari keduanya
tidak tahan dan dia mengatakan hal itu kepada Ayyub. Maka Nabi Ayyub berkata: “Aku tidak mengerti
apa yang kalian berdua katakan. Hanya Allah mengetahui bahawa aku pernah melihat dua orang laki-laki
yang bersengketa dan keduanya menyebutkan nama Allah, lalu aku pulang ke rumah dan bersedekah
untuk keduanya kerana aku khuatir nama Allah disebut kecuali dalam kebenaran.” Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Nabi Ayyub pergi buang hajat. Jika dia membuang hajat, isterinya akan
menemaninya sampai ke tempat buang hajat. Suatu hari Nabi Ayyub terlambat (ke tempat buang hajat)
dari isterinya dan Allah mewahyukan kepada Ayyub: “Hentakkan kakimu, inilah air yang sejuk untuk
mandi dann untuk minum” (Shad ayat 42). Isterinya menunggunya cukup lama. Dia melihat dan
memperhatikannya (Ayyub) sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah menghilangkan
penyakitnya dan dia lebih tampan dari sebelumnya. Ketika isterinya melihatnya, dia berkata: “Semoga
Allah memberimu berkat, apakah kamu melihat Nabi Allah (Ayyub), seorang yang sedang diuji? Demi
Allah, kamu sangat mirip dengannya jika dia itu dalam keadaan sihat.” Nabi Ayyub berkata: Sungguh
akulah Ayyub.” Nabi Ayyub memiliki dua tempat untuk menanam hasil bumi, yang pertama untuk gandum
dan yang kedua untuk padi, lalu Allah mengirim dua kepulan awan. Ketika awan yang pertama tiba di
atas tempat penanaman gandum, ia memuntahkan emas sampai ia melimpah, dan awan yang lainnya
menumpahkan (perak) di tempat penanaman padi sampai melimpah pula.” [Abu Ya’la dalam Musnadnya
(1/176-177), Abu Nuaim dalam Al-Hilyah (3/374-375), Muslim, Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 2091]
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tatkala Nabi Ayyub
mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba muncul belalang dari emas. Lalu Ayyub mengumpulkan dan
memasukkannya ke dalam baju. Maka Rabbnya memanggilnya: ‘Wahai Ayyub, bukankah aku sudah
memberimu kecukupan (sewaktu dua awan menurunkan emas dan perak) sebagaimana kau lihat?’
Ayyub menjawab: ‘Benar, dan demi segala kemuliaan-Mu, tetapi aku tidak pernah merasa puas dari
limpahan barakah-Mu’.” (Sahih Bukhari, no. 270, Sunan An-Nasai, no. 406, Musnad Ahmad, no. 10227)
Dari Shuhaib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari Hunain menggerakkan kedua
bibirnya setelah menunaikan solat Fajar, suatu pemandangan yang belum pernah kami lihat sebelumnya.
Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, kami melihat anda melakukan sesuatu yang belum pernah anda
lakukan sebelumnya. Apa maksud anda menggerakkan kedua bibir anda?” Beliau menjawab:
“Sesungguhnya para Nabi sebelum (masa) kalian sangat kagum (ujub) akan banyaknya umatnya. Maka
Nabi itu pun berkata: ‘Mereka ini tidak akan lagi terkalah oleh sesuatu pun.’ Akhirnya Allah mewahyukan
padanya: ‘Hendaknya kamu memilih salah satu dari tiga hal iaitu: (1) Mereka dikalahkan oleh musuh dari
selain golongan mereka dan akan membinasakan mereka. (2) Atau (mereka ditimpa) kelaparan, (3) atau
kematian yang akan menjemput mereka.’ Maka Nabi itu pun bermusyawarah dengan mereka. Mereka
berkata: ‘Adapan musuh, maka tidak ada ketaatan kami terhadap mereka. Sedangkan kelaparan, maka
kami tidak akan sabar atasnya. Akan tetapi (biarlah kami dijemput) oleh kematian.’ Setelah itu, Allah pun
mengirimkan kematian atas mereka. Sehingga yang meninggal dari mereka dalam waktu tiga hari
mencapai tujuh puluh ribu orang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka sekarang aku
akan berdoa -saat melihat banyaknya jumlah mereka-, ‘Allahumma Bika Uhaawil Wabika Ushaawil
Wabika Uqaatil (Ya Allah, kepada-Mu lah ku serahkan segala daya dan upaya, dengan-Mu lah kami
menyerang, dan dengan (kekuatan-Mu lah) kami berperang).'” (Musnad Ahmad, no. 18170, no. 18176,
no. 22801)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nabi Isa
‘alaihisalam melihat ada seorang sedang mencuri lalu dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu mencuri?”
Orang itu menjawab: “Tidak, demi Allah, yang tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia”. Maka
Isa berkata: “Aku beriman kepada Allah dan aku dustakan (penglihatan) mataku”. (Sahih Bukhari, no.
3188, Sahih Muslim, no. 4366)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Seorang lelaki masuk ke dalam rumahnya, maka ketika ia melihat
keluarganya dalam keadaan kekurangan (makanan dan kelaparan) dia keluar menuju gurun, dan ketika
isterinya melihatnya, dia berdiri menuju roha (tempat menggiling adunan) dan tempat masaknya untuk
memanggang, kemudian ia berkata: “Ya Allah, berilah rezeki kepada kami.” Lalu dia melihat dan ternyata
di dalam jafnah (bekas makanan seperti piring) telah penuh dengan makanan (adunan).” Abu Hurairah
berkata: “Lalu dia pergi ke tempat masak dan ternyata juga telah penuh dengan makanan.” Abu Hurairah
berkata: “Lalu suaminya pun kembali, dia berkata: “Apakah kalian mendapatkan sesuatu sepeninggalku?”
Isterinya berkata: “Ya, dari Rabb kita.” Lalu dia pun pergi menuju tempat penggilingan adunan dan
menyapu sisa adunan tersebut, hal itu dikisahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau
pun bersabda: “Sekiranya dia tidak mengangkatnya, sungguh ia (penggiling) akan tetap berputar hingga
hari kiamat.” Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, sekiranya salah
seorang dari kalian datang ke hutan (mencari kayu) kemudian membawanya dan menjualnya sehingga
dia boleh menjaga kehormatannya adalah lebih baik daripada ia datang kepada seorang lelaki untuk
meminta-minta.” (Musnad Ahmad, no. 10245, Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, Baihaqi dalam Ad-Dalail,
Bazzar dalam Musnadnya)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada
sekelompok orang dari Bani Israil yang keluar mendatangi sebuah kuburan. Mereka berkata: “Sebaiknya
kita solat dua rakaat dan berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla agar mengeluarkan seorang yang telah
mati, lalu kita bertanya kepadanya tentang kematian.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Lalu mereka melakukannya. Ketika mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba sebuah kepala muncul
dari sebuah kubur di kuburan itu. Ia berwarna coklat dan di keningnya terdapat tanda sujud. Dia (mayat)
itu berkata: “Wahai kalian, apa yang kalian inginkan dariku? Aku telah mati seratus tahun yang lalu dan
panasnya kematian belum reda dariku sampai sekarang. Maka berdoalah kalian kepada Allah Azza Wa
Jalla agar mengembalikan diriku sebagaimana semula (mengembalikan ke dalam kubur).” [Imam Ahmad
dalam Az-Zuhd (16-17), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (9/62), Bazzar dalam Musnadnya
(1/108/192-Kasyful Astar, Abd bin Humaid dalam Al-Muntahab dari Al-Musnad (Q 1/152), Waki’ dalam
Az-Zuhd (1/280/56) dan Ibnu Abi Dawud dalam Al-Baats (5/30)]
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Saat seseorang berada di suatu
padang pasir, dia mendengar suara di awan: ‘Siramilah kebun si fulan’, lalu awan itu menjauh dan
menuangkan air. Ternyata di kebun itu ada seseorang yang tengah mengurus air dengan cangkulnya.
Dia bertanya padanya: ‘Wahai hamba Allah, siapa namamu?’ Dia menjawab: ‘Fulan.’ Sama seperti nama
yang ia dengar dari awan. Dia bertanya: ‘Hai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku?’ Dia menjawab:
‘Aku mendengar suara di awan di mana inilah airnya. Awan itu berkata: ‘Siramilah kebun si fulan,
namamu. Apa yang kau lakukan dalam kebunmu?’ Dia menjawab: ‘Kerana kau mengatakan seperti itu,
aku melihat (hasil) yang keluar darinya, lalu aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya
bersama keluargaku dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun’.” Wahab bin Kaisan dengan sanad ini,
dia berkata: “Dan aku berikan sepertiganya untuk orang-orang miskin, peminta-minta dan Ibnu Sabil
(orang-orang dalam perjalanan).” (Sahih Muslim, no. 5299, Musnad Ahmad, no. 7600)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha mengkhabarkan bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu
malam (pada bulan Ramadhan) keluar rumah di tengah malam untuk melaksanakan solat di masjid.
Maka orang-orang kemudian ikut solat mengikuti solat beliau. Pada waktu paginya orang-orang
membicarakan kejadian tersebut sehingga pada malam berikutnya orang-orang yang berkumpul
bertambah banyak lalu ikut solat dengan beliau. Pada waktu paginya orang-orang kembali membicarakan
kejadian tersebut. Kemudian pada malam yang ketiga orang-orang yang hadir di masjid semakin
bertambah banyak lagi lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk solat dan mereka ikut
solat bersama beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jemaah hingga
akhirnya beliau keluar hanya untuk solat Subuh. Setelah beliau selesai solat Fajar, beliau menghadap
kepada orang banyak kemudian beliau membaca syahadat lalu bersabda: “Amma ba’du, sesungguhnya
aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut nanti menjadi diwajibkan
atas kalian sehingga kalian menjadi keberatan kerananya”. Kemudian setelah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam meninggal dunia, tradisi solat (tarawih) secara berjemaah terus berlangsung seperti itu.
(Sahih Bukhari, no. 1061, no. 1873, Sahih Muslim, no. 1270, no. 1271)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
menunaikan solat pada malam bulan Ramadhan (solat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap
(pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (Sahih Muslim, no. 1266)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan motivasi untuk
mengerjakan (solat pada malam) Ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Beliau bersabda:
“Barangsiapa yang menunaikan (solat pada malam) Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap
(pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, sementara perkara itu tetap seperti itu. Demikian pula pada
kekhilafahan Abu Bakar hingga permulaan kekhilafahan Umar. (Sahih Muslim, no. 1267)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
menegakkan Lailatul Qadar kerana iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu”. (Sahih Bukhari, no. 34)
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: “Siapa yang melakukan solat malam sepanjang tahun, nescaya ia
akan menemui malam Lailatul Qadar.” Ubay berkata: “Demi Allah yang tidak ada Ilah yang berhak
disembah selain Allah, sesungguhnya malam itu terdapat dalam bulan Ramadhan. Dan demi Allah,
sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailatul Qadar itu adalah malam, dimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan solat di dalamnya, malam itu adalah
malam yang cerah iaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah,
pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyinar.” (Sahih Muslim, no. 1272)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh
malam yang akhir dari Ramadhan, pada baki malam kesembilan, pada yang ketujuh, pada yang kelima”.
(Sahih Bukhari, no. 1881)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Carilah Lailatul
Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan”. (Sahih Bukhari, no.
1878)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu: Ada beberapa orang yang diperlihatkan kepada mereka Lailatul Qadar
pada tujuh malam terakhir, sedang sebahagian yang lain diperlihatkan kepada mereka pada sepuluh
malam terakhir, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Carilah pada tujuh malam terakhir.”
(Sahih Bukhari, no. 6476)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Celakalah seseorang,
aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan selawat kepadaku. Dan celakalah seseorang,
bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan. Dan celakalah
seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orang tuanya tidak dapat
memasukkannya ke dalam syurga (kerana kebaktiannya).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3468, gharib)
Dari Abu Ayyub sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
berkata: “Barangsiapa yang melakukan puasa pada bulan Ramadhan kemudian ia ikutkan dengan puasa
enam hari pada bulan Syawal, maka seolah-olah ia berpuasa satu tahun.” (Sahih Muslim, no. 1984,
Sunan Abu Daud, no. 2078)
Dari Ali bin Abu Talib, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tangan Hasan dan
Husain kemudian bersabda: “Barangsiapa mencintaiku dan mencintai kedua anak ini (Hasan dan Husain)
dan bapanya (Ali bin Abi Talib) serta ibunya (Fatimah binti Muhammad), maka dia akan bersamaku di
tingkatanku pada hari Kiamat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3666, hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 543)
Dari Ali bin Abu Talib radhiallahu ‘anhu berkata: “Sungguh, aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari
pada berbohong atas nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan jika aku sampaikan kepada kalian
tentang urusan antara aku dan kalian, (ketahuilah) bahawa perang itu tipu daya. Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda: “Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang
masih muda belia, namun lemah pemahaman (kurang kekayaan intelektual). Mereka berbicara dengan
ucapan manusia terbaik (mengambilnya dari Al Quran) namun mereka keluar dari agama bagaikan anak
panah meleset keluar dari sasaran buruan yang sudah dikenainya. Iman mereka tidak sampai ke
tenggorokan mereka. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka kerana
pembunuhan atas mereka adalah pahala di hari kiamat bagi siapa yang membunuhnya”. (Sahih Bukhari,
no. 3342, Musnad Ahmad, no. 582, no. 868, no. 1032)
Dari Ali bin Abu Talib, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terjadi
kiamat sehingga salah seorang dari para sahabatku dicari-cari (kesalahannya), sepertinya barang hilang
yang dicari-cari, akan tetapi tidak menemukannya.” (Musnad Ahmad, no. 637, no. 682)
Dari Ali bin Abu Talib, dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepadaku ketika aku
sedang tidur terlelap dalam mimpi, bahawa Hasan dan Husain meminta minum.” Ali berkata: “Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri menuju kepada seekor kambing betina perawan milik kami, lalu
beliau memerah susunya, kemudian Hasan datang kepadanya dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menyingkirkannya, maka Fatimah bertanya: “Wahai Rasulullah sepertinya dia (Husain) yang paling
Engkau sukai dari keduanya?” Nabi menjawab: “Tidak, akan tetapi kerana dia (Husain) meminta minum
sebelum dia (Hasan).” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya aku, kamu (Fatimah), kedua anak ini
(Hasan dan Husain) dan yang sedang tidur ini (Ali) pada hari Kiamat akan dikumpulkan berada dalam
satu tempat.” (Musnad Ahmad, no. 753)
Dari Ali radhiallahu ‘anhu, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ibnu Mas’ud
(untuk suatu urusan), maka dia naik ke pohon kerana perintah tersebut. Para sahabat melihat ke arah
betis Abdullah bin Mas’ud yang sedang naik pohon kemudian mereka tertawa kerana betisnya yang kecil,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegur mereka: “Kenapa kalian tertawa terhadap kaki
seorang hamba Allah yang lebih berat dalam timbangan pada hari kiamat daripada gunung Uhud?”
(Musnad Ahmad, no. 876)
Dari Ibnu Abbas, bahawa seorang laki-laki datang kepadanya dan berkata: “Bagaimana pendapatmu
tentang seorang yang membunuh orang lain dengan sengaja?” Ibnu Abbas berkata: “Balasannya adalah
Neraka Jahannam, kekal di dalamnya, ia akan mendapatkan kemurkaan dan laknat dari Allah, serta akan
disediakan baginya azab yang besar.” Ibnu Abbas berkata: “Sesungguhnya ayat tersebut diturunkan
pada bahagian akhir ayat yang diturunkan. Tidak ada sesuatu pun yang menghapus ayat ini sampai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal. Dan tidak diturunkan wahyu setelah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.” Laki-laki itu berkata: “Bagaimana pendapatmu jika ia bertaubat dan beriman
serta beramal soleh kemudian ia mendapatkan petunjuk.” Ibnu Abbas berkata: “Bagaimana mungkin
orang itu akan bertaubat, sementara aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Celakalah dia, iaitu seorang yang membunuh orang lain secara sengaja. Orang yang dibunuh
itu akan datang pada hari kiamat sambil membawa pembunuhnya dengan tangan kanan atau tangan
kirinya, dan seraya membawa kepalanya dengan tangan kanan atau tangan kirinya, sedang urat di
sekitar lehernya mengalirkan darah. Di depan ‘Arsy, dia berkata: “Ya Tuhan, tanyakan kepada hamba-Mu
ini mengapa dia membunuhku?” (MUsnad Ahmad, no. 2035, no. 2551)
Dari Muslim bin Yasar Al Juhani bahawa Umar bin Al-Khattab pernah ditanya tentang ayat, “Dan
(ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka
menjawab: ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keEsaan Rabb)” (Al A’raaf: 172). Umar berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam pernah ditanya tentangnya lalu beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah menciptakan
Adam kemudian Dia mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya lalu mengeluarkan keturunan,
setelah itu berfirman: ‘Aku ciptakan mereka semua untuk (menghuni) syurga dan dengan amalan ahli
syurga.’ Kemudian Dia mengusap punggungnya (Adam), maka keluarlah keturunan darinya, setelah itu
Dia berfirman: ‘Aku ciptakan mereka untuk (menghuni) neraka dan dengan amalan ahli neraka’.” Lalu ada
orang yang bertanya: Wahai Rasulullah, kalau demikian apa gunanya beramal? Beliau menjawab:
“Sesungguhnya Allah jika menciptakan hamba sebagai ahli syurga, dia akan dipimpin oleh-Nya untuk
beramal dengan amal ahli syurga sampai mereka mati dalam keadaan demikian lalu Allah
memasukannya ke syurga. Sedangkan jika Dia menciptakan hamba itu sebagai ahli neraka, ia akan
dipimpin oleh-Nya untuk beramal dengan amalan ahli neraka sampai mereka mati dalam keadaan
demikian lalu Allah memasukkannya ke dalam neraka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3001, hasan)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Saat Allah
menciptakan Adam, Dia mengusap punggungnya lalu dari punggungnya berjatuhan setiap jiwa yang
diciptakan Allah dari keturunan Adam hingga hari kiamat dan Dia menjadikan kilatan cahaya di antara
kedua mata setiap orang dari mereka, kemudian mereka dihadapkan kepada Adam, dia bertanya: ‘Wahai
Rabb, siapa mereka?’ Allah menjawab: ‘Mereka keturunanmu’. Adam melihat seseorang dari mereka dan
kilatan cahaya di antara kedua matanya membuatnya kagum, Adam bertanya: Wahai Rabb siapa dia?
Allah menjawab: Dia orang akhir zaman dari keturunanmu bernama Daud. Adam bertanya: Wahai Rabb,
berapa lama Engkau menciptakan umurnya? Allah menjawab: Enam puluh tahun. Adam bertanya: Wahai
Rabb, tambahilah empat puluh tahun dari umurku. Saat usia Adam ditentukan, malaikat maut
mendatanginya lalu berkata: Bukankah usiaku masih berbaki empat puluh tahun? Malaikat maut berkata:
Bukankah kau telah memberikannya kepada anakmu, Daud? Adam membantah lalu keturunannya juga
membantah. Adam dibuat lupa dan keturunannya juga dibuat lupa. Adam salah dan keturunannya juga
salah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3002, hasan sahih)
Dari Ibnu Abbas, bahawa ketika turun ayat tentang hutang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya manusia yang pertama kali membantah adalah Adam ‘alaihis salam.” Atau
beliau mengatakan: “Yang pertama kali membantah adalah Adam. Sesungguhnya ketika Allah ‘azza
wajalla menciptakan Adam, Dia mengusap punggungnya lalu mengeluarkan darinya apa yang menjadi
keturunan hingga hari kiamat. Lalu ditampakkan keturunannya itu kepadanya, di antara mereka ada yang
wajahnya memancar indah berseri-seri. Adam pun bertanya: “Wahai Rabbku, siapa ini?” Allah menjawab:
“Ini anakmu, Daud.” Adam bertanya lagi, “Wahai Rabbku, berapa umurnya?” Allah menjawab: “Enam
puluh tahun.” Adam berkata: “Wahai Rabbku, tambahkan umurnya.” Allah menjawab: “Tidak, kecuali aku
menambahkan dari umurmu.” Umur Adam adalah seribu tahun, maka ditambahkan padanya empat puluh
tahun. Maka Allah ‘azza wajalla menetapkan dengan suatu ketetapan dan disaksikan oleh para malaikat.
Ketika menjelang wafatnya (Adam) dan malaikat maut pun telah datang untuk mencabut nyawanya,
Adam berkata: “Sesungguhnya masih berbaki umurku empat puluh tahun lagi.” Maka dikatakan
kepadanya: “Sesungguhnya engkau telah memberikannya kepada anakmu, Daud.” Adam berkata: “Aku
tidak melakukannya.” Maka Allah ‘azza wajalla menunjukkan catatan kepadanya dan disaksikan oleh
seluruh malaikat.” (Musnad Ahmad, no. 2157, no. 3339)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tidak akan terjadi hari
kiamat hingga seorang laki-laki dari Ahlul Baitku menjadi penguasa, namanya seperti namaku.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 2156, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 3390)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala
berfirman: “Wahai Adam.” Nabi Adam ‘alaihissalam menjawab: “Labbaika, kemuliaan milik-Mu dan segala
kebaikan berada di tangan-Mu.” Kemudian Allah berfirman: “Keluarkanlah utusan neraka.” Adam
bertanya: “Apa yang dimaksud dengan utusan neraka (berapa jumlahnya)?” Allah berfirman: “Dari setiap
seribu, sembilan ratus sembilan puluh sembilan dimasukkan ke neraka!” Ketika perintah ini diputuskan,
maka anak-anak belia menjadi beruban, dan setiap wanita hamil kandungannya berguguran dan kamu
lihat manusia mabuk padahal mereka tidaklah mabuk akan tetapi (mereka melihat) siksa Allah yang
sangat keras” (Al-Hajj : 2). Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, adakah di antara kami seseorang
yang selamat?” Beliau bersabda: “Bergembiralah, kerana setiap seribu yang dimasukkan ke neraka, dari
kalian cuma satu, sedang sembilan ratus sembilan puluh sembilannya dari Ya’juj dan Ma’juj.” Kemudian
beliau bersabda: “Dan demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap kalian menjadi di antara
seperempat ahli syurga.” Maka kami bertakbir. Kemudian beliau bersabda lagi: “Aku berharap kalian
menjadi di antara sepertiga ahli syurga.” Maka kami bertakbir lagi. Kemudian beliau bersabda lagi: “Aku
berharap kalian menjadi di antara setengah ahli syurga.” Maka kami bertakbir sekali lagi. Lalu beliau
bersabda: “Tidaklah keberadaan kalian di hadapan manusia melainkan bagaikan bulu hitam pada kulit
sapi jantan putih atau bagaikan bulu putih yang ada pada kulit sapi jantan hitam.” (Sahih Bukhari, no.
3099, no. 4372, no. 6049, Sahih Muslim, no. 327, Musnad Ahmad, no. 10854)
Dari Ibnu Mas’ud ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami: “Bagaimana
jika kalian menjadi seperempat penghuni syurga, kalian seperempatnya sementara seluruh manusia tiga
perempatnya?” Mereka menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. Beliau bertanya lagi:
“Bagaimana jika kalian menjadi sepertiganya?” Mereka menjawab: Itu lebih banyak. Beliau bertanya lagi:
“Bagaimana jika kalian menjadi sebahagiannya?” Mereka menjawab: Itu juga lebih banyak. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat, penduduk syurga berjumlah seratus dua puluh
barisan, sedangkan kalian sebanyak lapan puluh barisan.” (Musnad Ahmad, no. 4100)
Dari An Nu’man bin Basyir berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun di antara keduanya ada perkara
syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang
syubhat bererti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh
(mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang
menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhuatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah
bahawa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahawa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah
apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik
maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rosak maka rosaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati”.
(Sahih Bukhari, no. 50, Sahih Muslim, no. 2996, Sunan At-Tirmidzi, no. 1126, hasan sahih, Sunan Ibnu
Majah, no. 3974, Musnad Ahmad, no. 17649, Sunan Ad-Darimi, no. 2419)
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu berkata: Telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun di antara keduanya ada perkara yang
syubhat (samar). Maka barangsiapa yang meninggalkan perkara yang samar kerana khuatir mendapat
dosa, bererti dia telah meninggalkan perkara yang jelas keharamannya dan siapa yang banyak
berdekatan dengan perkara samar maka dikhuatirkan dia akan jatuh pada perbuatan yang haram
tersebut. Maksiat adalah larangan-larangan Allah. Maka siapa yang berada dekat larangan Allah itu
dikhuatirkan dia akan jatuh pada larangan tersebut”. (Sahih Bukhari, no. 1910, Sunan Abu Daud, no.
2892, Musnad Ahmad, no. 17692)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Dahulu, Abu Bakar mempunyai seorang pembantu yang bertugas
mengambil pajak untuknya. Abu Bakar pernah memakan (hasil) dari bahagian pajak itu. Pada suatu hari
pembantunya itu datang dengan membawa makanan, lalu Abu Bakar memakannya. Maka pembantunya
itu berkata kepada Abu Bakar: “Tahukah kamu barang yang kamu makan itu?” Abu Bakar bertanya:
“Apakah itu?” Pembantunya berkata: “Dahulu pada zaman jahiliyyah aku adalah orang yang pernah
meramal untuk seseorang (sebagai dukun) dan aku tidak pandai dalam perdukunan kecuali aku
menipunya, lalu orang itu mendatangiku dan memberikan sesuatu kepadaku. Itulah hasilnya yang tadi
kamu makan”. Maka Abu Bakar memasukkan jarinya ke dalam mulutnya hingga memuntahkan segala
sesuatu yang ada di dalam perutnya. (Sahih Bukhari, no. 3554)
Dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata: “Bahawasanya para sahabat keluar bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pada suatu perjalanan, lalu mereka singgah dengan berkelompok, satu kelompok
bersama fulan dan satu kelompok bersama fulan, aku singgah bersama kelompok yang di dalamnya ada
Abu Bakar, dan juga ada seorang badwi bersama kami. Kemudian kami singgah pada pemilik rumah dari
orang badwi, dan di dalam rumah tersebut ada seorang wanita yang sedang hamil, kemudian orang
badwi itu berkata kepadanya: “Senangkah jika engkau melahirkan seorang anak laki-laki, jika engkau
memberiku seekor kambing maka engkau akan melahirkan seorang anak laki-laki?” Lalu wanita itu pun
memberinya seekor kambing, orang badwi itu pun melantunkan sajak untuknya.” Abu Sa’id berkata:
“Kemudian ia menyembelih kambing tersebut, maka ketika orang-orang duduk dan makan daging
tersebut, seorang laki-laki berkata: “Tahukah kalian dari mana kambing ini? Lalu ia memberitahu kepada
mereka perihal kambing tersebut.” Abu Sa’id berkata: “Dan aku melihat Abu Bakar seakan-akan
mengingkarinya dan melakukan sesuatu hingga ia muntah.” (Musnad Ahmad, no. 11056)
Dari Ubaid budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa ada dua wanita puasa dan seseorang
berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya di sini ada dua wanita yang puasa, keduanya hampir mati
kerana kehausan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling darinya atau diam. Orang itu
mengulang dan memperlihatkan kepada beliau lalu berkata: Wahai Nabi Allah! Sesungguhnya keduanya
demi Allah telah mati atau hampir mati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Panggil
keduanya.” Kedua wanita itu datang kemudian gelas besar didatangkan lalu beliau bersabda kepada
salah satunya: “Muntahlah.” Wanita itu memuntahkan nanah atau darah, nanah bercampur darah dan
daging hingga memenuhi separuh wadah besar. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kepada yang lainnya: “Muntahlah.” Wanita itu memuntahkan nanah, darah, campuran nanah
dan darah, daging, luka dan lainnya hingga memenuhi wadah besar. Selanjutnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kedua wanita ini menahan diri dari yang dihalalkan Allah
namun berbuka dengan yang diharamkan Allah ‘azza wajalla pada keduanya, salah satu dari keduanya
berteman dengan yang lain, keduanya kemudian memakan daging manusia.” (Musnad Ahmad, no.
22545)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika singgah di al-
Hijr (suatu daerah pegunungan yang pernah dijadikan kaum Tsamud bertempat tinggal dan dibinasakan)
pada waktu perang Tabuk, beliau memerintahkan agar pasukan tidak minum dari air sumurnya dan tidak
mengambil airnya. Mereka berkata: “Kami telah membuat adunan roti dengan airnya dan telah
mengambil airnya”. Maka beliau memerintahkan agar membuang adunan roti dan menumpahkan air-air
tersebut”. Dan diriwayatkan dari Sabrah bin Ma’bad dan Abu Asy Syamus bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam memerintahkan agar memuntahkan makanan. Dan Abu Dzarr berkata dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam: “Iaitu agar menumpahkan adunan roti yang dibuat menggunakan air sumur itu”. (Sahih
Bukhari, no. 3127)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata: Ada seorang laki-laki Nasrani masuk Islam lalu membaca surah Al
Baqarah serta Ali Imran. Dia biasa menulis untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tapi kemudian dia
kembali kepada agama Nasrani dan berkata: “Tidak ada yang diketahui Muhammad melainkan apa yang
aku tulis untuknya”. Kemudian Allah mematikannya lalu mereka (teman-temannya) menguburkannya.
Pada keesokan harinya, jasadnya dimuntahkan oleh bumi, maka teman-temannya berkata: “Ini adalah
perbuatan Muhammad dan sahabat-sahabatnya kerana teman kita ini berpaling dari agama mereka, lalu
mereka membongkar kuburannya dan mencampakkannya”. Maka mereka kembali menguburkannya dan
menggali lubangnya lebih dalam. Namun keesokan harinya, jasadnya kembali dimuntahkan oleh bumi,
maka teman-temannya berkata: “Ini adalah perbuatan Muhammad dan sahabat-sahabatnya kerana
teman kita ini berpaling dari agama mereka, lalu mereka membongkar kuburan teman kita ini dan
mencampakkannya”. Maka mereka kembali menguburkannya dan menggali lubangnya lebih dalam lagi
sehingga yang mereka mampu. Akan tetapi kembali pada keesokan harinya jasadnya itu dimuntahkan
kembali oleh bumi hingga mereka menyedari bahawa kejadian itu bukan perbuatan manusia dan
akhirnya mereka mencampakkannya begitu saja. (Sahih Bukhari, no. 3348, Sahih Muslim, no. 1987,
Musnad Ahmad, no. 12846)
Dari Umayyah bin Makhsyi seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah duduk, sementara ada seorang laki-laki makan dan tidak
menyebutkan nama Allah hingga makanannya hanya berbaki satu suap, kemudian tatkala ia
mengangkatnya ke mulut ia mengucapkan: ‘Bismillaahi Awwalahu Wa Aakhirahu (Dengan nama Allah,
pada awal dan akhirnya)’, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa kemudian berkata: “Syaitan
terus makan bersamanya, kemudian tatkala ia menyebutkan nama Allah Azza wa Jalla, maka syaitan
memuntahkan apa yang ada di perutnya.” (Sunan Abu Daud, no. 3276)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menjulurkan
kainnya dengan rasa sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” Ummu Salamah
bertanya: “Lalu apa yang harus dilakukan kaum wanita dengan dzail (lebihan kain bahagian bawah)
mereka?” Beliau menjawab: “Mereka boleh memanjangkannya satu jengkal (iaitu dari tengah-tengah
kedua betis, ada yang menyebutkan: dari kedua mata kaki).” Ummu Salamah bertanya lagi: “Kalau begitu
punggung tapak kaki mereka akan terlihat!” Beliau bersabda: “Mereka boleh memanjangkannya sehasta,
dan jangan lebih.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1653, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 4259)
Dari Muhammad bin Zaid bin Qunfudz dari ibunya bahawasanya dia pernah bertanya kepada Ummu
Salamah (isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam): Pakaian apakah yang boleh digunakan wanita untuk
solat? Dia menjawab: Wanita solat dengan menggunakan jilbab yang panjang dan gamis (jubah) yang
menutupi telapak kakinya. (Sunan Abu Daud, no. 544, Muwattha’ Malik, no. 295)
Dari Ummu Salamah bahawasanya dia pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Bolehkah wanita solat memakai gamis (jubah) dan jilbab tanpa memakai kain sarung? Beliau menjawab:
“Boleh apabila gamisnya itu longgar yang dapat menutupi punggung kakinya. (Sunan Abu Daud, no. 545)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahawa Asma’ binti Abu Bakar masuk menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dengan mengenakan kain yang nipis, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun
berpaling darinya. Beliau bersabda: “Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak
boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya-.” (Sunan
Abu Daud, no. 3580)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahawasanya beliau bersabda:
“Allah tidak menerima solat wanita yang sudah haid (baligh), kecuali dengan memakai tutup kepala.”
(Sunan Abu Daud, no. 546, Sunan Ibnu Majah, no. 647)
Dari Urwah bin Zubair bahawa Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhabarkan
kepadanya bahawa: Sesungguhnya pada masa Jahiliyah ada empat macam bentuk pernikahan.
Pertama, adalah pernikahan sebagaimana dilakukan orang-orang pada saat sekarang ini, iaitu seorang
laki-laki meminang kepada wali sang wanita, kemudian memberikannya mahar lalu menikahinya. Bentuk
kedua iaitu seorang suami berkata kepada isterinya pada saat suci (tidak haid/subur): “Temuilah si Fulan
dan bergaullah (bersetubuh) dengannya.” Sementara sang suami menjauhinya sementara waktu (tidak
menjimaknya) hingga benar-benar ia (isteri) positif hamil dari hasil persetubuhannya dengan laki-laki itu.
Dan jika dinyatakan telah positif hamil, barulah sang suami tadi menggauli isterinya bila ia suka. Ia
melakukan hal itu, hanya untuk mendapatkan keturuan yang baik. Istilah nikah ini adalah Nikah Al
Istibdlaa’. Kemudian bentuk ketiga, sekelompok orang (kurang dari sepuluh) menggauli seorang wanita.
Dan jika ternyata wanita itu hamil dan melahirkan. Maka setelah masa bersalinnya telah berlalu beberapa
hari, wanita itu pun mengirimkan surat kepada sekelompok laki-laki tadi, dan tidak seorang pun yang
boleh menolak. Hingga mereka pun berkumpul di tempat sang wanita itu. Lalu wanita itu pun berkata:
“Kalian telah tahu apa urusan kalian yang dulu (setubuh). Dan aku telah melahirkannya, maka anak itu
adalah anakmu wahai Fulan.” Yakni, wanita itu memilih nama salah seorang dari mereka yang ia sukai,
dan laki-laki yang ditunjuk tidak dapat mengelak. Kemudian bentuk keempat, orang ramai berkumpul, lalu
menggauli seorang wanita, dan tak seorang pun yang dapat menolak bagi yang orang yang telah
menggauli sang wanita. Para wanita itu adalah wanita pelacur. Mereka meletakkan tanda pada pintu-
pintu rumah mereka sebagai tanda, siapa yang ingin mereka maka ia boleh masuk dan bergaul dengan
mereka. Dan ketika salah seorang dari mereka hamil, lalu melahirkan, maka mereka (orang banyak itu)
pun dikumpulkan, lalu dipanggilkanlah orang yang ahli selok belok nasab (Al Qafah), dan Al Qafah inilah
yang menyerahkan anak sang wanita itu kepada orang yang dianggapnya sebagai bapanya, sehingga
anak itu dipanggil sebagai anak darinya. Dan orang itu tidak boleh mengelak. Maka ketika Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus dengan membawa kebenaran, beliau pun memusnahkan
segala bentuk pernikahan jahiliyah, kecuali pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang hari ini. (Sahih
Bukhari, no. 4732)
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sulaiman bin Daud pernah
berkata: ‘Sungguh aku akan menggilir (mengauli) sembilan puluh isteriku dalam semalam, yang nantinya
mereka semua melahirkan pejuang yang berjuang di jalan Allah’. Maka sahabatnya (Malaikat) berkata
kepadanya: ‘Ucapkanlah InsyaAllah.’ Namun dia tidak juga mengucapkan InsyaAllah, dan dia tetap
menggilir mereka semua, ternyata para isterinya tidak ada yang melahirkan kecuali seorang isteri yang
melahirkan anak yang cacat. Dan demi Zat yang jiwa Muhammad berada digenggaman-Nya, sekiranya
dia mengucapkan InsyaAllah nescaya dia akan mendapatkan pejuang-pejuang yang akan berjihad di
jalan Allah.” (Sahih Muslim, no. 3126)
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata: “(Isteri) seseorang di antara kami melahirkan anak laki-laki, lalu diberi
nama ‘Muhammad’.” Maka keluarga orang itu berkata: ‘Kami tidak mengizinkan anda menamai anakmu
dengan nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Maka dia menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sambil menggendong anaknya seraya berkata: ‘Ya Rasulullah! Anakku lahir seorang laki-laki,
lalu ku beri nama ‘Muhammad’, keluargaku mengatakan tidak boleh memberi nama dengan nama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana itu?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‘Namailah dengan namaku, tetapi jangan menggelari dengan gelaranku. Aku bergelar ‘Al-Qasim’ (yang
membahagi). Kerana aku membahagi-bahagikan rahmat Allah di antara kamu sekalian.’ (Sahih Muslim,
no. 3976)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Tidak ada
seorang anak pun yang lahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang
tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana binatang
ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”
Kemudian Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu membaca firman Allah (Ar-Ruum: 30) yang ertinya: Sebagai
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Sahih Bukhari, no. 1270, Sahih Muslim,
no. 4803)
Dari Rasyid bin Hubais, Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam menemui Ubadah bin Shamit untuk
menjenguknya ketika dia sakit. Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Apakah kalian tahu,
siapa yang diistilahkan syahid di antara umatku?” Semua terdiam. Ubadah berkata: “Sandarkanlah saya”,
mereka pun menyandarkannya. Lalu Ubadah berkata: “Wahai Rasulullah, yang dinamakan syahid adalah
orang sabar yang mengharapkan balasan dari Allah”. Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
“Kalau begitu orang yang syahid dari ummatku sangat sedikit, padahal orang yang terbunuh di jalan Allah
Azzawajalla adalah syahid, orang yang mati terkena Taun adalah syahid, orang mati tenggelam adalah
syahid, orang yang mati kerana sakit perut adalah syahid, wanita yang meninggal kerana melahirkan
anaknya, anaknya menariknya dengan tali pusar untuk masuk ke syurga (syahid)”. (Musnad Ahmad, no.
15426, no. 17129, no. 21627, no. 21694)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari
kalian duduk di atas bara api, lalu terbakar baju dan kulitnya adalah lebih baik baginya daripada ia harus
duduk di atas kuburan.” (Sahih Muslim, no. 1612, Sunan Abu Daud, no. 2809, Musnad Ahmad, no. 7760,
no. 8687, no. 9355, no. 10412)
Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Akan datang kepada
manusia suatu masa yang ketika itu orang yang sabar (berpegang) di atas agamanya seperti
menggenggam bara api.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2186, gharib)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “celaka bagi bangsa
Arab, telah dekat munculnya fitnah seperti gelapnya malam, di pagi hari seseorang dalam keadaan
mukmin dan petang hari telah menjadi kafir, orang-orang menjual agamanya dengan kenikmatan dunia,
pada hari itu sedikit yang berpegang dengan agamanya, seperti seorang yang memegang bara api, -atau
beliau mengatakan:- “seperti memegang duri.” (Musnad Ahmad, no. 8711, no. 8713)
Dari Tsa’labah Al Khusyani, ia berkata: Aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam (mengenai ayat ‘Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu
akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk’, Al-Maidah: 105), lalu beliau
menjawab: “Akan tetapi, perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran hingga kamu melihat
kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, kehidupan dunia lebih diutamakan (dari urusan agama)
dan kekaguman setiap orang dengan pendapatnya, engkau harus (berpegangan) terhadap mata hatimu
dan tinggalkan orang-orang awam, kerana dibalik kalian akan ada suatu masa dimana kesabaran saat itu
laksana memegang bara api, orang yang beramal saat itu sama seperti pahala lima puluh orang yang
melakukan seperti amalan kalian.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2984, hasan gharib, Sunan Abu Daud, no.
3778, Sunan Ibnu Majah, no. 4004)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Perut salah
seorang dari kalian penuh dengan nanah itu lebih baik daripada penuh dengan bait-bait syair.” (Sahih
Bukhari, no. 5688)
Dari Abdullah bin Umar ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh rongga mulut kalian dipenuhi dengan bara api adalah lebih baik dari pada dipenuhi dengan
syair.” (Musnad Ahmad, no. 4734)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya perut
orang yang penuh muntah hingga kenyang lebih baik daripada perut yang penuh dengan syair (sajak).”
(Sahih Muslim, no. 4191, no. 4192, Sunan Abu Daud, no. 4356)
Dari Abu Sa’id Al Khudri dia berkata: “Ketika kami sedang berjalan bersama-sama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam di ‘Arj, tiba-tiba datang seorang penyair bersenandung. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tangkap syaitan itu! Sesungguhnya perut orang yang dipenuhi muntah lebih
baik daripada perut yang penuh dengan syair (sajak).” (Sahih Muslim, no. 4193)
Dari Abdullah bin Amru ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah menjadikan diriku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim kekasih. Tempat
tinggalku dan tempat tinggal Ibrahim di syurga pada hari kiamat kelak saling berhadap-hadapan.
Sementara Al Abbas berada di antara kami, dua kekasih Allah, adalah seorang mukmin.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 138)
Dari Maimunah bekas hamba Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Wahai Rasulullah, berilah
kami fatwa berkenaan dengan Baitul Maqdis.” Beliau bersabda: “Ia adalah bumi Al Muntasyar dan Al
Muntasyar (tempat dikumpulkannya manusia pada hari kiamat), datangi dan solatlah kalian di sana,
sebab solat di dalamnya seperti solat seribu kali di tempat lainnya.” Aku bertanya: “Bagaimana pendapat
tuan jika saya tidak boleh ke sana?” Beliau menjawab: “Memberi minyak yang dengannya lampu boleh
dinyalakan di dalamnya, barangsiapa melakukan itu, maka ia seperti telah mendatanginya.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 1397)
Dari Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
mempunyai dua isteri kemudian berat kepada salah seorang dari keduanya, maka pada hari kiamat ia
akan datang dengan bahu yang senget sebelah.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1959, Sunan Abu Daud, no.
1821, Sunan Ad-Darimi, no. 2109)
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di hadapan kami,
beliau mengatakan: “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kalian mati, bersegeralah
beramal soleh sebelum kalian sibuk, dan sambunglah antara kalian dengan Rabb kalian dengan
memperbanyak zikir kepada-Nya, banyak sedekah dengan sembunyi-sembunyi mahu pun terang-
terangan. Nescaya kalian akan diberi rezeki, ditolong dan dicukupi. Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah
mewajibkan kepada kalian solat jumaat di tempat berdiriku ini, di hariku ini, di bulanku ini dan di tahunku
ini hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggalkannya di waktu hidupku atau setelahku, dan dia memiliki
imam adil atau buruk, kemudian meremehkan atau menolaknya, maka Allah tidak akan menyatukannya
dan urusannya tidak akan diberkati. Ketahuilah, tidak ada solat, tidak ada zakat, tidak ada haji, tidak ada
puasa, dan tidak ada kebaikan baginya hingga ia bertaubat. Maka barangsiapa bertaubat, Allah akan
menerima taubatnya. Ketahuilah, tidak boleh seorang perempuan mengimami laki-laki, orang badwi
mengimami seorang muhajirin dan tidak boleh orang fajir (jahat) mengimami seorang mukmin (soleh),
kecuali jika ia memaksanya dengan kekuasaan yang ditakuti pedang dan cambuknya.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 1071)
Dari Abdullah bin Amru ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat
hutang itu akan diminta pembayarannya dari pemiliknya kecuali seseorang yang berhutang dalam tiga
keadaan; (1) seseorang yang berada di jalan Allah dalam keadaan lemah kemudian ia berhutang untuk
menambah kekuatannya dalam menghadapi musuh Allah dan musuhnya. (2) Dan seorang lelaki yang
meninggal sementara disampingnya ada seorang muslim yang tidak mendapatkan kain untuk
membungkus dan mengkafaninya kecuali dengan berhutang. (3) Serta seorang lelaki yang takut kepada
Allah lantaran dirinya dalam keadaan bujang, sehingga ia berhutang untuk menikah demi menjaga
agamanya. Maka Allah akan membayarkan hutang mereka pada hari kiamat.” (Sunan Ibnu Majah, no.
2426)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Batu ini
(Hajar Aswad) sungguh akan datang pada hari kiamat, ia mempunyai dua mata untuk melihat dan lidah
untuk berbicara serta bersaksi atas orang yang beristilam (mencium atau menyentuh atau berisyarat)
dengan benar.” (Sunan Ibnu Majah, no. 2935, Musnad Ahmad, no. 2105, Sunan Ad-Darimi, no. 1768)
Dari Abdullah bin Amru dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
minum arak hingga mabuk, maka solatnya tidak akan diterima selama empat puluh pagi (hari). Jika
meninggal dunia maka ia akan masuk neraka, dan jika ia bertaubat maka Allah akan menerima
taubatnya. Jika ia kembali minum arak lalu mabuk maka solatnya tidak akan diterima selama empat
puluh hari, dan jika ia mati maka ia akan masuk neraka. Dan jika ia bertaubat maka Allah akan menerima
taubatnya, dan jika ia kembali mengulanginya lagi maka Allah sangat layak memberinya minuman dari
Radaghah Al Khabal di hari Kiamat.” Mereka bertanya: “Apakah maksud dari Radaghah Al Khabal wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Peluh dari nanah dan darah penghuni neraka.” (Sunan Ibnu Majah, no.
3368, Musnad Ahmad, no. 4681)
Dari Ziyad bin Labid dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyebutkan sesuatu, lalu
beliau bersabda: “Dan itulah saat hilangnya ilmu.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana ilmu
boleh hilang, sedangkan kami masih membaca Al-Quran dan kami juga membacakannya
(mengajarkannya) kepada anak-anak kami, dan anak-anak kami juga akan membacakannya kepada
keturunannya sampai hari kiamat datang?” Beliau bersabda: “Bagaimana kamu ini wahai Ibnu Ummu
Labid (Ziyad), padahal aku melihatmu adalah orang yang paling memahami (fakih) agama di Madinah ini!
Bukankah orang-orang Yahudi dan Nasrani juga membaca Taurat dan Injil, namun mereka tidak
mengamalkan (memanfaatkan) sedikit pun apa yang terkandung di dalamnya.” (Sunan Ibnu Majah, no.
4038, Musnad Ahmad, no. 17241)
Dari Abu Musa Al Asy’ari dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari
Kiamat, manusia akan diperlihatkan amalnya dengan tiga tontonan (fasa), dua tontonan (fasa) mengenai
perdebatan dan alasan-alasan yang dikemukakan ada pun tontonan (fasa) yang ketiga akan diberikan
buku catatan amalan (hamba) dimana ada yang mengambil dengan tangan kanannya ada pula yang
mengambil dengan tangan kirinya. (Sunan Ibnu Majah, no. 4267, Musnad Ahmad, no. 18883)
Dari Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Umat ini adalah umat
Marhumah (yang dikasihi). Allah ‘azza wajalla menjadikan azab di antara mereka. Dan pada hari kiamat
nanti, akan diserahkan kepada setiap dari mereka seorang laki-laki dari Ahlu Adyan (pemeluk-pemeluk
agama lain). Allah berfirman: Ini akan menjadi tebusanmu dari api neraka.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4282,
Musnad Ahmad, no. 18827)
Dari Umar bin Khattab ia berdoa: “Ya Allah, janganlah Kau jadikan kematianku pada tangan seorang laki-
laki yang menunaikan solat kepada-Mu meskipun hanya sekali sujud, yang dengan hal itu aku akan
berhujah di depan-Mu pada hari kiamat.” (Muwattha’ Malik, no. 874)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (berdoa): “Ya Allah,
sesungguhnya aku adalah manusia biasa. Maka dari itu, siapa saja dari kaum muslimin yang pernah aku
laknat, aku cela, atau aku dera, jadikanlah hal itu sebagai selawat (doa), rahmat dan ibadah yang dapat
mendekatkannya kepada-Mu pada hari kiamat.” (Sunan Ad-Darimi, no. 2647)
Dari Aisyah dia berkata: Pada suatu hari, ada dua orang yang bertamu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Kemudian kedua orang tersebut membicarakan sesuatu yang tidak saya ketahui kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga membuat beliau marah. Tak lama kemudian, saya
mendengar Rasulullah melaknat dan mencaci mereka. Setelah kedua laki-laki itu keluar, saya pun
bertanya kepada beliau: ‘Ya Rasululah, sepertinya dua orang laki-laki tadi tidak memperoleh kebaikan,
sebagaimana yang diperoleh oleh orang lain. Rasulullah kembali bertanya: ‘Apa maksudnya ya Aisyah?’
Aisyah menjawab: ‘Maksud saya, engkau telah melaknat dan mencaci-maki kedua orang tersebut.’ Lalu
Rasulullah bersabda: ‘Hai Aisyah, tidak tahukah kamu apa yang pernah saya syaratkan kepada
Tuhanku? Sesungguhnya aku telah memohon: ‘Ya Allah, aku hanyalah seorang manusia. Jika ada
seorang muslim yang aku laknat atau aku maki, maka jadikanlah hal tersebut sebagai pelebur dosa dan
pahala baginya.’ (Sahih Muslim, no. 4705)
Dari Ali Bin Abu Talib ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di akhir zaman nanti
akan muncul suatu kaum yang dinamakan Rafidhah, mereka menolak Islam.” (Musnad Ahmad, no. 767)
Dari Ibnu Sirin dari Abidah dari Ali radhiallahu ‘anhuma berkata: “Putuskanlah sebagaimana biasa kalian
memutuskan perkara, kerana aku tidak suka perbezaan pendapat sehingga semua manusia berada
dalam kesepakatan, atau aku mati (di atas prinsip persatuan) sebagaimana para sahabatku mati”. Adalah
Ibnu Sirin berpendapat bahawa pada umumnya apa yang diriwayatkan tentang Ali (yang berselisih
dengan dua orang pendahulunya, Abu Bakar dan Umar bin Al Khattab, seperti pendapat kaum ar-
Rafidhah) adalah dusta”. (Sahih Bukhari, no. 3431)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman itu ada tujuh
puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang.
Yang paling utama adalah perkataan, Laa Ilaaha Illallahu (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah
sebahagian dari iman.” (Sahih Muslim, no. 51, Sunan At-Tirmidzi, no. 2539, hasan sahih, Musnad
Ahmad, no. 9371, no. 9372)
Dari Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yahudi terpecah
menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, Nasrani (Kristian) terpecah menjadi tujuh puluh
satu atau tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.”
(Sunan Abu Daud, no. 3980, Sunan At-Tirmidzi, no. 2564, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 3981,
Musnad Ahmad, no. 8046)
Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan bahawasanya saat sedang bersama kami ia berkata: “Ketahuilah, ketika
sedang bersama kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah! Sesungguhnya
orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahli kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan,
dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan masuk neraka
dan satu golongan masuk syurga, iaitu Al Jama’ah.” (Sunan Abu Daud, no. 3981, Musnad Ahmad, no.
16329, Sunan Ibnu Majah, no. 3982, Sunan Ad-Darimi, no. 2406)
Dari Abdullah bin Amru dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pasti akan datang
kepada ummatku, sesuatu yang telah datang pada Bani Israil seperti sejajarnya selipar dengan selipar,
sehingga apabila di antara mereka (Bani Israil) ada orang yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara
terang terangan maka pasti di antara ummatku ada yang melakukan sedemikian, sesungguhnya Bani
Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga
golongan semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya: “Siapakah
mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah golongan yang mana aku dan para
sahabatku berpegang teguh padanya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2565, hasan gharib)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu ia berkata: “Pada hari Perang Uhud, bapaku didatangkan dalam
keadaan sudah terbunuh (syahid) dengan bahagian anggota badannya ada yang terpotong hingga
diletakkan di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan jasadnya sudah ditutup dengan
kain. Maka aku menghampiri untuk membukanya namun kaumku mencegahku. Aku cuba sekali lagi
untuk membukanya namun kaumku tetap mencegahku hingga akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam memerintahkan untuk diangkat (dibawa). Saat itu Beliau mendengar ada suara teriakan. Maka
Beliau bertanya: “(Suara) siapakah itu?”. Orang-orang menjawab: “Puteri dari Amru” atau “saudara
perempuan Amru. Kemudian Beliau berkata: “Mengapa kamu menangis?” atau “Janganlah kamu
menangis, kerana malaikat sentiasa akan menaunginya dengan sayap-sayapnya hingga (jenazah) ini
diangkat”. (Sahih Bukhari, no. 1211, no. 2605, no. 3771, Sahih Muslim, no. 4517, no. 4518)
Dari Ibnu Mas’ud ia berkata bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melihat Jibril yang memiliki
enam ratus sayap. (Sahih Bukhari, no. 2993, no. 4478, Sahih Muslim, no. 253, no. 254, no. 255, Sunan
At-Tirmidzi, no. 3199, hasan gharib sahih, Musnad Ahmad, no. 3592, no. 4164)
Dari Abdullah radhiallahu ‘anhu tentang firman Allah Ta’ala pada An-Najm ayat 18 yang ertinya:
‘Sungguh dia (Muhammad) telah melihat sebahagian dari tanda-tanda kekuaaan Rabbnya yang paling
besar’, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat tikar berwarna hijau menutupi ufuk
langit (Maksudnya malaikat Jibril Alaihissalam membuka sayapnya sehingga menutupi ufuk langit).”
(Sahih Bukhari, no. 2994, no. 4480)
Dari Abdullah ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Jibril dalam bentuk aslinya, ia
memiliki enam ratus sayap, setiap sayap dapat menutupi antara langit dan bumi, dari sayapnya
berjatuhan aneka warna warni, mutiara dan yaqut. Allah Maha Mengetahui itu semua. (Musnad Ahmad,
no. 3561)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika ada seekor
lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan (ia) kemudian angkatlah (buanglah), kerana
pada satu sayapnya penyakit dan sayap lainnya terdapat penawarnya.” (Sahih Bukhari, no. 3073, no.
5336, Sunan Abu Daud, no. 3346, Sunan Ibnu Majah, no. 3495, no. 3496, Musnad Ahmad, no. 6844, no.
7055, no. 7256, no. 8129, no. 8303, no. 8675, no. 8803, no. 9344, no. 11216)
Dari Asy-Sya’biy bahawa Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bila memberi salam kepada putra Ja’far, dia
berkata: “Salam sejahtera buat anda wahai putera dari orang yang punya dua sayap (Ja’far At-Tayyar)”.
(Sahih Bukhari, no. 3433, no. 3931)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh pada
hari kiamat akan datang seseorang yang berbadan gemuk namun di sisi Allah timbangannya tidak dapat
melebihi berat sayap seekor nyamuk. Bacalah ayat: …maka akibatya Kami tidak akan memberi sebarang
timbangan untuk menilai amal mereka, pada hari kiamat kelak (Al Kahfi: 105).” (Sahih Bukhari, no. 4360,
Sahih Muslim, no. 4991)
Dari Abdurrahman bin Abdullah dari ayahnya, ia berkata: Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, kemudian beliau pergi untuk suatu keperluannya, kemudian
kami melihat seekor burung bersama kedua anaknya. Lalu kami mengambil kedua anaknya, kemudian
burung tersebut datang dan mengepak-ngepakkan sayapnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
datang dan berkata: “Siapakah yang menyakiti burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikan
anaknya kepadanya.” Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kelompok semut yang telah
kami bakar, kemudian beliau bersabda: “Siapakah yang telah membakar semut ini?” Kami katakan:
“Kami.” Beliau berkata: “Sesungguhnya tidak layak untuk menyiksa dengan api kecuali Tuhan Penguasa
api.” (Sunan Abu Daud, no. 2300)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba dari perang Tabuk
atau Khaibar, sementara bilik Aisyah ditutup dengan satir. Ketika ada angin yang bertiup, satir itu
tersingkap hingga boneka-boneka (patung mainan) Aisyah terlihat. Beliau lalu bertanya: “Wahai Aisyah,
ini apa?” Aisyah menjawab: “Anak-anak bonekaku.” Lalu beliau juga melihat patung kuda yang
mempunyai dua sayap. Beliau bertanya: “Lalu suatu yang aku lihat di tengah-tengah boneka ini apa?”
Aisyah menjawab: “Boneka Kuda.” Beliau bertanya lagi: “Lalu yang ada di bahagian atasnya ini apa?”
Aisyah menjawab: “Dua sayap.” Beliau bertanya lagi: “Kuda mempunyai dua sayap?” Aisyah menjawab:
“Tidakkah engkau pernah mendengar bahawa Nabi Sulaiman mempunyai kuda yang punya banyak
sayap?” Aisyah berkata: “Beliau lalu tertawa hingga aku dapat melihat giginya.” (Sunan Abu Daud, no.
4284)
Dari Sahl bin Sa’ad dia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya
dunia itu di sisi Allah senilai (harganya) dengan sayap nyamuk nescaya Allah tidak akan memberi orang-
orang kafir walaupun hanya seteguk air.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2242, sahih gharib, Sunan Ibnu Majah,
no. 4100)
Dari Abu Dzar ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Hai
hamba-hambaKu, kalian semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk, mintalah petunjuk padaKu
nescaya Aku akan memimpinmu, kalian semua fakir kecuali yang Aku cukupi, mintalah padaku nescaya
Aku memberimu rezeki, kalian semua pendosa kecuali yang Aku ampuni, barangsiapa di antara kalian
yang mengetahui bahawa Aku memiliki kemampuan untuk mengampuni, mintalah ampunan padaKu,
nescaya Aku ampuni dan Aku tidak perduli. Andai orang-orang pertama dan terakhir kalian, yang hidup
dan yang mati, yang basah dan yang kering berkumpul di atas hati seorang hambaKu yang paling
bertakwa, itu sama sekali tidak boleh menambah sedikit pun kekuasanKu sekalipun sebesar sayap
nyamuk, andai orang-orang pertama dan terakhir kalian, yang hidup dan yang mati, yang basah dan yang
kering berkumpul di atas hati seorang hambaKu yang paling buruk, itu tidak mengurangi sedikit pun
kekuasanKu sekali pun hanya sebesar sayap nyamuk, andai orang-orang pertama dan terakhir kalian,
yang hidup dan yang mati, yang basah dan yang kering berkumpul di atas tanah luas lalu masing-masing
dari kalian meminta sebatas keinginannya lalu Aku memberi masing-masing yang meminta, itu tidak
mengurangi kekuasaanKu seperti bagaikan bila salah seorang dari kalian melintasi laut lalu mencelupkan
jarum lalu diangkatnya (tidak terpengaruh), itu kerana Aku Maha Mulia lagi Terpuji, Aku berbuat
sekehendakKu, pemberianKu adalah kalam dan azabKu adalah kalam, sesungguhnya bila Aku
menginginkan sesuatu, cukuplah Aku berfirman: ‘Jadilah’, maka terjadilah ia.” (Sunan At-Tirmidzi, no.
2419, hasan, Sunan Ibnu Majah, no. 4247, Musnad Ahmad, no. 20405, no. 20560)
Dari Abu Ayyub ia berkata: Seorang Badwi datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu
berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya aku menyukai kuda apakah di syurga ada kuda? Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab: Jika kamu di masukkan ke dalam syurga maka kamu akan diberi
kuda dari yaqut yang mempunyai dua sayap dan kamu akan dibawa kemudian terbang ke mana saja
yang kamu sukai.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2467, dhaif)
Dari Abu Darda ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memimpinnya menuju syurga dan
para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya kerana senang kepada pencari ilmu, sesungguhnya
orang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh (makhluk) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan
di air, keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang,
sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar
dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya bererti ia telah mengambil
bahagian yang banyak.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2606, Sunan Abu Daud, no. 3157, Sunan Ibnu Majah,
no. 219)
Dari Nawwas bin Sam’an dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Al-Quran akan datang
pada hari Kiamat bersama pemiliknya yang mengamalkannya di dunia, didahului oleh surah Al-Baqarah
dan Ali-Imran.” Nawwas berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat perumpamaan untuk
keduanya (surah Al-Baqarah dan Ali-Imran) dengan tiga perumpamaan yang aku tidak akan melupakan
selamanya, beliau bersabda: “Keduanya akan datang seperti dua awan, yang di antara keduanya ada
cahaya, atau keduanya seperti dua awan tebal, atau keduanya seperti sekawanan burung yang
membentangkan sayapnya, lalu keduanya berhujah untuk pemiliknya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2808,
gharib, Musnad Ahmad, no. 16979)
Dari Masruq dia berkata: “Ketika aku duduk bersandar di samping Aisyah, maka dia berkata: ‘Wahai Abu
Aisyah (Masruq)! Ada tiga perkara, barangsiapa yang memperbincangkan salah satu darinya, bererti dia
telah melakukan pembohongan yang amat besar terhadap Allah.’ Aku bertanya: ‘Apakah tiga perkara
itu?’ Aisyah menjawab: ‘Pertama, barangsiapa memberitahu bahawa Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam melihat Tuhannya maka sungguh dia telah membesarkan kebohongannya terhadap Allah.’ Aku
yang duduk bersandar dari tadi, maka aku mulai duduk dengan baik, lalu aku berkata: ‘Wahai Ummul
Mukminin! Berilah aku masa, dan janganlah kamu membuatku terburu-buru, (dengarlah kata-kataku ini
terlebih dahulu), bukankah Allah telah berfirman: ‘Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain’ (At-Takwir: 23). Dan Firman Allah lagi: ‘Dan sungguh
Muhammad telah melihat ‘dia’ dalam bentuk rupanya yang asal sekali lagi’ (An-Najm: 13). Maka Aisyah
menjawab: ‘Aku adalah orang yang pertama bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengenai perkara ini dari kalangan umat ini. Beliau telah menjawab dengan bersabda: “Yang dimaksud
‘dia’ dalam ayat itu adalah Jibril (bukan Allah), aku tidak pernah melihat Jibril dalam bentuk asalnya
kecuali dua kali saja, iaitu sekali saat berada di Sidratul Muntaha dan sekali lagi saat berada di Jiyad
(tempat di bahagian bawah Makkah), ia memiliki enam ratus sayap yang terlalu besar sehingga
memenuhi di antara langit dan bumi.’ Kemudian Aisyah berkata lagi: ‘Apakah kamu tidak pernah
mendengar firman Allah: ‘Dia tidak dapat dilihat oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat dan
mengetahui hakikat segala penglihatan mata, dan Dialah Yang Maha Bersifat Lemah Lembut lagi Maha
Mendalam pengetahuannya’ (Al-An’am: 103). Atau, apakah kamu tidak pernah mendengar firman Allah:
‘Dan tidaklah layak bagi seorang manusia, bahawa Allah mengajaknya berbicara kecuali berupa wahyu
(dengan diberi mimpi) atau dari balik dinding (dengan mendengar suara saja) atau dengan mengutuskan
utusan (Malaikat), lalu utusan itu menyampaikan wahyu kepadanya dengan izin Allah sesuatu yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi, lagi Maha Bijaksana’ (Asy-Syura: 51). Kemudian
Aisyah berkata lagi: ‘Barangsiapa yang memberitahu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah menyembunyikan sebahagian dari kitab Allah, maka sungguh dia telah membesarkan pendustaan
terhadap Allah, sebagaimana firman Allah: ‘Wahai Rasulullah, sampaikanlah sesuatu yang diturunkan
kepadamu, dan jika kamu tidak melakukannya, maka bererti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya’ (Al-
Maidah: 67). Kemudian Aisyah berkata: “Barangsiapa memberitahu bahawa dia mampu mengkhabarkan
tentang takdir yang akan terjadi esok, maka sungguh dia telah membesarkan kebohongan terhadap
Allah. Allah berfirman: ‘Katakanlah (hai Muhammad), tidak satu pun makhluk yang di langit dan bumi
yang mengetahui keghaiban kecuali Allah’ (An-Naml: 65). Aisyah berkata: ‘Kalau seandainya Muhammad
telah menyembunyikan sebahagian dari wahyu yang diturunkan kepadanya, nescaya dia
menyembunyikan ayat ini: ‘Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang mana Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya, ‘Tahanlah terus
isterimu dan bertaqwalah kepada Allah’, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu sesuatu yang
mana Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak
untuk kamu takuti’ (Al-Ahzab: 37). (Sahih Muslim, no. 259, Sahih Bukhari, no. 2995, no. 4477, Sunan At-
Tirmidzi, no. 3200, no. 2994)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tuhanku mendatangiku dalam
wujud yang paling indah lalu berfirman: ‘Hai Muhammad.’ Aku menjawab: ‘Baik, Rabb.’ Dia bertanya:
‘Tahukah kamu apa yang diperdebatkan malaikat tertinggi?’ Beliau menjawab: ‘Rabb, aku tidak tahu.’
Lalu Dia meletakkan tangan-Nya di atas bahuku hingga aku merasakan dinginnya di antara dadaku lalu
aku mengetahui yang ada di timur dan di barat. Dia berkata: ‘Hai Muhammad.’ Aku menjawab: ‘Baik,
Rabb.’ Ia bertanya: ‘Tahukah kamu apa yang diperdebatkan malaikat tertinggi?’ Aku menjawab: ‘Tentang
ketinggian darjat, penebus (dosa), melangkahkan kaki menuju (solat) jemaah, menyempurnakan wudhu’
pada saat tidak disukai, menunggu solat setelah solat, barangsiapa hidup seperti itu, ia hidup dengan
baik, mati dalam kebaikan dan ia (terbebas) dari kesalahannya seperti saat dilahirkan ibunya.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3158, hasan gharib)
Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata: “Pada suatu pagi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam tertahan dari kami untuk solat subuh hingga hampir saja kami melihat matahari, beliau keluar
dengan cepat lalu solat diiqamati, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam solat dan mempercepatnya,
saat salam beliau memanggil dengan suara keras, beliau bersabda pada kami: “Tetaplah di saf-saf kalian
seperti ini.” Setelah itu beliau meninggalkan kami lalu bersabda “Ingat, sesungguhnya aku akan
memberitahukan kepada kalian apa yang menahanku dari kalian pagi ini. Di sebahagian malam aku
bangun lalu wudhu’ dan solat semampuku, saat solat aku mengantuk hingga tertidur. Tiba-tiba aku
berada di hadapan Rabbku Tabaraka wa Ta’ala dalam wujud yang paling indah lalu bertanya: Hai
Muhammad.’ Aku menjawab: ‘Baik, Rabb.’ Dia bertanya: ‘Tahukah kamu apa yang diperdebatkan
malaikat tertinggi?’ Beliau menjawab: ‘Rabb aku tidak tahu.’ Ia mengucapkan tiga kali, aku melihat-Nya
lalu Dia meletakkan tangan-Nya di atas bahuku hingga aku merasakan dinginnya hujung-hujung jari-Nya
di antara dadaku lalu segala sesuatu terlihat jelas olehku dan aku mengetahui. Ia bertanya: ‘Hai
Muhammad.’ Aku menjawab: ‘Baik, Rabb.’ Dia bertanya: ‘Tahukah kamu apa yang diperdebatkan
malaikat tertinggi?’ Aku menjawab: ‘Tentang penebus (dosa).’ Dia bertanya: ‘Apa itu?’ Aku menjawab:
‘Melangkahkan kaki menuju (solat) jemaah, duduk di masjid setelah solat, menyempurnakan wudhu’
pada saat tidak disukai’, lalu Dia berfirman seperti yang aku ucapkan: ‘Memberi makan, melunakkan
kata-kata, solat di malam hari saat orang-orang tidur.’ Dia berfirman: Mintalah, ucapkan, Allahumma Inni
As’aluka Fi’lal Khairaat Wa Tarkal Munkaraat Wa Hubbal Masaakiin Wa An Taghfiralii Wa Tarhamnii Wa
Idza Aradta Bi Ibaadika Fitnatan Faqbidlni Ilaka Ghara Maftunn As’aluk Hubbakja Wa Hubba Man
Yuhibbuka Wa Hubba Amalin Yuqaribbu Ila Hubbika’ (Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu berbuat
kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin, ampunilah aku dan rahmatilah
aku, bila Engkau menghendaki suatu fitnah pada hamba-hambaMu, wafatkan aku kepada-Mu dalam
keadaan tidak terkena fitnah, aku mengharap cinta-Mu, cintanya orang yang mencintai-Mu, cinta pada
amalan yang mendekatkanku pada cinta-Mu). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
“Sesungguhnya itu benar, pelajarilah.” Mereka mempelajarinya. (Sunan At-Tirmidzi, no. 3159, hasan
sahih)
Dari Zaid bin Tsabit dia berkata: “Kami menulis Al-Quran pada pelepah kurma di sisi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Beruntunglah bagi
penduduk Syam.” Lalu kami bertanya: “Kenapa boleh seperti itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda:
“Sesungguhnya Malaikat (dari) Zat Yang Maha Pengasih (Allah) telah membentangkan sayapnya di atas
negeri Syam.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3889, hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 20621, no. 20622)
Dari Nubaih bin Wahb bahwasanya Ka’ab masuk mengunjungi Aisyah Radhiyallahu’anha. Kemudian
para sahabat menyebut-nyebut nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Ka’ab berkata: ” Tiada satu
hari pun (yang ditempuh) kecuali turun seribu malaikat sehingga mengelilingi makam Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, mereka mengepakkan sayapnya dan berselawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sampai apabila petang hari tiba, mereka naik (ke atas langit) dan turunlah malaikat sepertinya
dan melakukan perbuatan seperti yang tadi, hingga apabila bumi ini terbelah, beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam keluar diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat”. (Sunan Ad-Darimi, no. 94)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Abu Jahal berkata: Apakah Muhammad menundukkan wajahnya (di tanah)
di tengah-tengah kalian? Ada yang menjawab: Ya. Ia berkata: Demi Lata dan Uzza, bila aku melihatnya
melakukan seperti itu, aku akan menginjak lehernya atau aku akan benamkan wajahnya di tanah. Abu
Hurairah berkata: Ia kemudian mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam saat beliau tengah
solat, ia hendak menginjak leher beliau. Tidak ada yang mengejutkan mereka selain ia (Abu Jahal)
mundur dan melindungi diri dengan tangan. Ada yang bertanya padanya: Kamu kenapa? Ia menjawab:
Antara aku dan dia (Rasulullah) ada parit dari api, huru hara dan pasukan bersayap (malaikat).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Andai ia (Abu Jahal) mendekatiku, malaikat akan
menyambar anggota badannya satu per satu.” (Sahih Muslim, no. 5005, Musnad Ahmad, no. 8475)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Nabi Daud memiliki kecemburuan yang besar, jika keluar ia menutup seluruh pintu
sehingga tidak ada seorang pun yang boleh menemui keluarganya (isteri) sampai ia pulang.” Beliau
bersabda: “Maka pada suatu hari Nabi Daud pergi, isterinya lalu melihat-lihat ruangan rumah, maka tiba-
tiba ada seorang lelaki berdiri di tengah-tengah rumah, ia kemudian bertanya kepada orang-orang yang
ada di dalam rumah: “Dari mana lelaki ini masuk rumah padahal pintu rumah telah tertutup?” Demi Allah,
Daud pasti akan marah.” Setelah itu Nabi Daud pulang dan menemukan lelaki tersebut berdiri di tengah-
tengah rumahnya, maka Daud bertanya kepadanya: ‘Siapa kamu?’ Laki-laki itu menjawab: ‘Aku adalah
orang yang tak pernah takut pada para raja, dan tidak ada yang boleh menghalangiku.’ Maka Daud
berkata: “Demi Allah, engkau adalah Malaikat pencabut nyawa, selamat datang dengan perintah Allah.”
Lalu Daud berjalan dengan cepat ke tempat dimana ia (akan) meninggal, ketika Daud telah meninggal
matahari pun terbit, Nabi Sulaiman berkata kepada burung-burung: ‘Naungilah Daud’, lalu burung-burung
itu pun menaunginya sehingga bumi menjadi gelap. Nabi Sulaiman berkata pada burung-burung itu:
‘Genggamlah sayap demi sayap.’ Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
memperlihatkan kepada kami bagaimana burung-burung itu melakukannya. Dan nyawa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dicabut (menjelang kewafatannya) dan pada saat itu (terasa) beratnya
kejadian pencabutan nyawa.” (Musnad Ahmad, no. 9063)
Dari Umarah bin Khuzaimah ia berkata: “Saat kami bersama Amru bin Ash melaksanakan haji dan
umrah, ia berkata: “Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di jalan bukit ini,
tiba-tiba beliau bersabda: “Lihatlah, apakah kalian melihat sesuatu?” Kami menjawab: “Kami melihat
beberapa ekor burung gagak, di antaranya ada yang sayapnya berwarna putih, paruh dan kakinya
berwarna merah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Para wanita tidak akan masuk
syurga kecuali beberapa orang dari mereka, seperti burung gagak ini di antara burung-burung gagak
lainnya.” (Musnad Ahmad, no. 17102, no. 17158)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu berkata: Seorang laki-laki datang lalu berkata: “Wahai
Rasulullah, pakaian apa yang diperintahkan untuk kami ketika ihram?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Janganlah kalian mengenakan baju, seluar, serban, kopiah (pakaian yang menutupi kepala)
kecuali seseorang yang tidak memiliki sandal, hendaklah dia mengenakan kasut tapi dipotongnya hingga
berada di bawah mata kaki dan jangan pula kalian memakai pakaian yang diberi minyak wangi atau
wangian dari daun tumbuhan. Dan wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai niqab (penutup
wajah) dan sarung tangan”. (Sahih Bukhari, no. 1707, Sunan Abu Daud, no. 1554, no. 1555, no. 1556,
Sunan At-Tirmidzi, no. 763, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 4510, no. 4636, Sunan An-Nasai, no.
2625, no. 2633, Muwattha’ Malik, no. 633)
Dari Aisyah ia berkata: Orang-orang yang berkenderaan melalui kami sementara kami sedang berihram
bersama Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam kemudian apabila mereka dekat dengan kami maka
salah seorang di antara kami menutupkan jilbabnya dari kepala ke wajahnya, kemudian apabila mereka
telah melalui kami maka kami membukanya. (Sunan Abu Daud, no. 1562, Musnad Ahmad, no. 22894)
Dari Fatimah binti Al Mundzir berkata: “Saat ihram kami pernah menutupi wajah kami, padahal kami
sedang bersama Asma’ binti Abu Bakar as-Siddiq.” (Muwattha’ Malik, no. 634)
Dari Ummu Salamah ia berkata: “Ketika turun ayat: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..’, wanita-
wanita Ansar keluar seakan-akan di atas kepala mereka ada burung gagak (kerana tertutup kerudung
hitam).” (Sunan Abu Daud, no. 3578)
Dari Aisyah ia berkata: “Tatkala disebut mengenai para wanita Ansar, ia memuji mereka seraya berkata:
“Mereka sudah dikenal kebaikannya.” Ia juga berkata: “Tatkala turun surah An-Nur, mereka segera
mengambil selendang mereka, kemudian merobeknya untuk dijadikan sebagai penutup kepala dan wajah
(niqab).” (Musnad Ahmad, no. 24375)
Dari Aisyah ia berkata: “Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, dan beliau sedang
menjadi pengantin baru dengan Shafiyyah binti Huyay (wanita Yahudi). Datanglah wanita-wanita Ansar
menyebarkan khabar tentangnya. Maka aku menyamar dengan memakai niqab lantas pergi. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melihat ke mataku dan mengetahuinya. Maka aku berpaling dan
mempercepatkan jalan, tetapi beliau menyusulku seraya mendakapku dan bertanya: “Bagaimana
pendapatmu?” Aku berkata: “Dia adalah wanita Yahudi, puteri seorang Yahudi.” (Sunan Ibnu Majah, no.
1970)
Dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid Al Juhaniy radhiallahu ‘anhuma bahawa keduanya berkata: Ada
seorang warga Arab datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata: “Wahai
Rasulullah, aku bersumpah atas nama Allah kepadamu, bahawa engkau tidak memutuskan perkara di
antara kami melainkan dengan Kitab Allah. Lalu lawan yang tutur katanya lebih baik daripadanya berkata:
“Dia benar, putuskan perkara di antara kami dengan Kitab Allah dan perkenankanlah untukku”. Maka
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam besabda: “Katakan”. Seorang warga Arab berkata: “Sesunguhnya
anakku adalah buruh yang bekerja pada orang ini lalu dia berzina dengan isterinya maka aku diberitahu
bahawa anakku harus direjam. Kemudian aku tebus anakku dengan seratus ekor kambing dan seorang
hamba wanita kemudian aku bertanya kepada ahli ilmu lalu mereka memberitahu aku bahawa atas
anakku cukup dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun sedangkan untuk isteri orang ini
direjam”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Zat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh aku akan putuskan buat kalian berdua dengan menggunakan Kitab Allah. Ada pun
seorang budak dan kambing seharusnya dikembalikan dan untuk anakmu dikenakan hukum cambuk
sebanyak seratus kali dan diasingkan selama setahun. Ada pun kamu, wahai Unais, esok pagi datangilah
isteri orang ini. Jika dia mengaku maka rejamlah”. Kemudian Unais mendatangi wanita itu dan dia
mengakuinya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar wanita itu direjam.
(Sahih Bukhari, no. 2523, no. 6143, no. 6332)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu bahawa orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam lalu bercerita bahawa ada seseorang laki-laki dari kalangan mereka dan seorang wanita
berzina. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka: “Apa yang kalian dapatkan
dalam Kitab Taurat tentang permasalahan hukum rejam?” Mereka menjawab: “Kami mempermalukan
(mengaibkan) mereka dan mencambuk mereka”. Maka Abdullah bin Salam berkata: “Kalian berdusta.
Sesungguhnya di dalam Kitab Taurat ada hukuman rejam. Cuba bawa ke mari kitab Taurat. Maka
mereka (membawa dan) membacanya secara saksama lalu salah seorang di antara mereka meletakkan
tangannya pada ayat rejam, dan dia hanya membaca ayat sebelum dan sesudahnya. Kemudian Abdullah
bin Salam berkata: “Cuba kamu angkat tanganmu”. Maka orang itu mengangkat tangannya, dan ternyata
ada ayat tentang rejam hingga akhirnya mereka berkata: “Dia benar, wahai Muhammad. Di dalam Taurat
ada ayat tentang rejam”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kedua orang yang
berzina itu agar direjam”. Abdullah bin Umar berkata: “Dan ku lihat laki-laki itu melindungi wanita tersebut
agar terhindar dari lemparan batu”. (Sahih Bukhari, no. 3363, no. 4190, no. 6320, no. 6336)
Dari Amru bin Maimun berkata: “Aku pernah melihat di zaman jahiliyyah seekor monyet sedang
dikerumuni oleh monyet-monyet lainnya. Monyet itu telah berzina lalu monyet-monyet lain merejamnya
(melempari dengan batu) dan aku ikut merejamnya bersama mereka”. (Sahih Bukhari, no. 3560)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan: Seseorang mendatangi Rasulullah yang ketika itu
sedang berada di masjid. Dia menyeru beliau dan berkata: ‘Aku telah berzina.’ Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam memalingkan mukanya, namun orang itu mendatangi dari arah mukanya yang lain dan berujar:
‘Ya Rasulullah, aku telah berzina!’ Nabi tetap berpaling, namun orang itu datang lagi dari sebelah muka
beliau yang sebelumnya dipalingkan. Setelah ia bersaksi empat kali atas dirinya, maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam memanggilnya dan bertanya: “Apakah kamu mengalami sakit gila?” ‘Tidak’,
jawabnya.”Kamu sudah menikah?” tanya Nabi. ‘Ya’, jawabnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Pergilah kalian bersama orang ini, dan rejamlah ia!” Ibnu Syihab mengatakan: Kemudian
orang yang mendengar Jabir bin Abdullah mengkhabariku, dan Jabir berkata: ‘Aku di antara yang
merejamnya, kami merejamnya di tanah lapang. Setelah dia terkena lemparan batu, dia melarikan diri,
maka kami menangkapnya di Harrah dan kami merejamnya.’ (Sahih Bukhari, no. 6317, no. 6321, no.
6325)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda
kepadaku: Aku melihatmu di alam mimpiku. Kamu dibawa oleh Malaikat dengan bertutupkan kain sutera,
lalu Malaikat itu pun berkata padaku, ‘Ini adalah isterimu.’ Maka aku pun menyingkap kain yang menutupi
wajahmu, dan ternyata wanita itu adalah kamu. Maka aku pun berkata, ‘Kalau hal ini datangnya dari
Allah, maka Allah pasti akan menjadikan kenyataan.’ (Sahih Bukhari, no. 4730, Sahih Muslim, no. 4468)
Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Apabila Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa
sallam hendak berpergian, beliau mengundi di antara isteri-isterinya. Barangsiapa yang keluar
undiannya, dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam.” Aisyah berkata:
“Kemudian beliau mengundi di antara kami pada suatu peperangan dan keluarlah undian anak panahku,
sehingga aku pergi bersama Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam. Kejadian tersebut setelah
diturunkannya ayat tentang hijab. Lalu saya dibawa di sekedupku. Di tengah perjalanan, saya turun
hingga Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari sebuah peperangan dan beliau pun kembali
ke Madinah. Pada suatu malam saya berada bersama kelompok kaum muslimin. Tatkala mereka tertidur,
saya bangun dan berjalan hingga aku mendahului mereka. Setelah saya selesai menunaikan urusanku
(hajat), saya kembali bergabung dengan kelompok kaum muslimin. Tatkala saya meraba dadaku,
ternyata kalungku yang berasal dari Zhafar, Yaman, putus. Maka saya kembali dan mencari kalungku,
pencarian itu membuatku terlambat. Dan sekelompok orang yang membawa sekedupku telah berangkat,
mereka berjalan dengan meletakkan sekedupku di atas untaku yang biasa saya kenderai. Mereka
mengira saya sudah berada di dalamnya.” Aisyah berkata: “Tatkala itu, isteri-isteri beliau kurus-kurus dan
ringan, kerana tidak pernah makan daging. Tetapi, mereka hanya memakan makanan ringan. Sehingga,
tidak ada orang yang curiga terhadap beratnya sekedup tersebut ketika mereka berjalan dan
mengangkatnya. Lagipun kala itu aku masih kecil. Akhirnya mereka pun membawa unta-untanya dan
berjalan (meneruskan perjalanan). Saya mendapatkan kalungku tatkala bala tentara telah berlalu
sehingga ketika saya mendatangi tempat duduk mereka, tidak ada seorang pun yang memanggil dan
tidak ada pula orang yang menjawab. Lalu saya kembali ke tempat dudukku. Saya berharap ada suatu
kaum (dari tentara kaum muslimin) yang menemukanku dan kembali menjemputku. Tatkala saya duduk
di tempat dudukku, saya merasa mengantuk dan tertidur. Sedangkan Shafwan bin Mu’atthal Assulami
dan orang-orang Dzakwan tinggal di belakang pasukan (memeriksa bila ada yang ketinggalan). Mereka
berjalan di awal malam dan di pagi harinya mereka sampai di tempat dudukku. Shafwan bin al Mu’atthal
Assulami melihat ada seseorang yang masih tertidur, maka dia mendatangiku dan dia telah mengenaliku
tatkala dia melihatku. Yang demikian kerana dia telah melihatku sebelum diwajibkan memakai hijab
atasku. Seketika saya terbangun dan saya mendengar dia beristirja’ (mengucapkan, inna lillahi wa inna
ilaihi raaji’un) tatkala ia mengetahuiku. Saya langsung menutupi wajahku dengan jilbabku. Demi Allah, dia
tidak berbicara sepatah kata pun dan saya sama sekali tidak mendengar satu patah kata pun kecuali kata
istirja’nya. Akhirnya ia pun menundukkan untanya dan saya pun menaikinya. Lalu ia pergi dan menuntun
unta (yang saya naiki) hingga kami berhasil menyusul pasukan kaum muslimin setelah mereka
berisitirehat di pantai Azhzhariah. Celakalah orang yang telah berburuk sangka pada urusanku. Ketika
itu, orang yang paling terlihat kesombongannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Akhirnya, saya pun
sampai di Madinah. Setelah kedatangan kami, saya mendadak sakit hampir selama satu bulan,
sementara orang-orang terus membicarakan tuduhan (yang ditujukan kepadaku), padahal aku tidak
sedikit pun merasa melakukan hal itu. Sehingga, beliau pun meragukan sakitku. Saya tidak lagi nampak
kelembutan Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah aku lihat darinya sebelumnya. Tatkala
aku sakit, Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam masuk dan memberi salam seraya bertanya:
“Bagaimana denganmu?” Seolah-olah tatkala itu beliau meragukanku, sementara saya tidak merasa
telah melakukan keburukan tersebut (dituduh curang). Setelah saya merasa mulai sembuh, saya keluar
bersama Ummu Misthah ke tempat tertutup untuk buang air, kami tidak pernah keluar kecuali di malam
hari hingga malam lagi. Tempat tertutup tersebut dibuat berhampiran rumah-rumah kami. Urusan kami
seperti para pendahulu orang-orang Arab, kami biasa membuat tempat tertutup untuk buang air di rumah.
Kemudian saya dan Ummu Misthah kembali ke rumahku setelah urusan kami selesai. Tatkala itu, Ummu
Misthah terpeleset kerana terpijak atau terjerat kainnya. Ketika itu ia berkata: “Celaka Misthah.” Saya
bertanya kepadanya: “Alangkah buruknya apa yang telah kamu katakan, engkau mencela orang yang
telah ikut perang Badar?” Dia berkata: “Ya, apakah kamu tidak mendengar apa yang dia katakan?” Saya
berkata: “Apa yang telah dia katakan?” Maka dia mengkhabarkan kepadaku dengan perkataan orang-
orang yang menuduhku. Tatkala itu saya bertambah sakit dan ketika saya kembali ke rumahku,
Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan mengucapkan salam. Kemudian beliau
bersabda: “Bagaimana keadaanmu?” Saya berkata: “Apakah engkau mengizinkanku untuk mendatangi
kedua orang tuaku?” Ia berkata: “Ketika itu saya ingin meyakinkan khabar tersebut dari mereka berdua.
Akhirnya, Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam pun mengizinkanku. Lalu saya mendatangi kedua
orang tuaku, saya bertanya kepada ibuku: “Wahai ibuku, apa yang sedang dibicarakan oleh orang-
orang?” Ia menjawab: “Wahai anakku, semoga urusanmu dimudahkan, demi Allah, tidaklah seorang
wanita yang jelas-jelas dicintai suaminya sedang ia mempunyai madu (suami lainnya), kecuali mereka
(isteri-isteri suami lainnya) akan memperbanyak tuduhan atas diri wanita tersebut.” Ia berkata: “Maha
Suci Allah, apakah ini yang dibicarakan oleh orang-orang?” Ia berkata: “Pada malam itu juga aku
menangis, hingga di pagi harinya air mataku tidak lagi boleh mengalir kerana habis dan saya tidak
bercelak ketika tidur. Ketika di pagi harinya, saya menangis. Dan, ketika itu Rasulullah shallaallahu ‘alaihi
wa sallam memanggil Ali bin Abi Talib dan Usamah bin Zaid untuk mengajak keduanya bermusyawarah
dalam rangka memisahkan isterinya selama wahyu belum turun.” Aisyah berkata: “Ada pun Usamah bin
Zaid, dia menunjuki kepada Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam dengan apa yang ia ketahui akan
jauhnya isteri beliau dari perbuatan tersebut dan dengan apa yang ia ketahui tentang kecintaannya
kepada beliau. Usamah berkata: ‘Wahai Rasulullah! Mereka adalah isteri-isterimu, kami tidak mengetahui
kecuali kebaikan.’ Adapun Ali bin Abi Talib, ia berkata: “Allah ‘azza wajalla tidak akan memberi
kesempitan kepadamu, bukankah wanita selainnya masih banyak juga. Dan sungguh, jika engkau
bertanya kepada budakmu, pasti dia akan jujur’.” Aisyah berkata: “Kemudian Rasulullah shallaallahu
‘alaihi wa sallam memanggil Barirah, beliau bertanya: “Wahai Barirah! Apakah engkau melihat ada
sesuatu yang meragukan bagimu dari diri Aisyah?” Barirah menjawab: “Demi Zat yang mengutusmu
dengan kebenaran, saya tidak melihat pada dirinya suatu yang kurang selain tak lebih saat ia masih kecil
umurnya, ia ketiduran dari menunggu adunan tepung di keluarganya lantas ada binatang jinak yang
memakan tepung itu.” Kemudian Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dan meminta
pengakuan dari seorang lelaki yang bernama Abdullah bin Ubai bin Salul. Tatkala Rasulullah shallaallahu
‘alaihi wa sallam berada di atas mimbar, Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai
seluruh kaum muslimin, siapakah yang mahu memberiku pengakuan dari seorang lelaki (Abdullah bin
Ubai bin Salul) yang telah menyakiti keluargaku. Sungguh demi Allah, saya tidak mengetahui sesuatu
pun dari keluargaku kecuali kebaikan. Mereka telah menceritakan mengenai seorang lelaki (Shafwan bin
Mu’atthal Assulami) yang saya tidak mengetahui dari dirinya kecuali kebaikan. Dan tidaklah ada orang
yang menemui isteriku kecuali ia bersamaku.” Sa’ad bin Mu’adz al Anshari berkata: “Wahai Rasulullah!
aku akan menolongmu darinya. Bila ada orang dari bani Aus akan dipenggal lehernya, sekalipun dari
saudara kami dari bani Khazraj, bila engkau memerintahkan kami maka kami akan melaksanakan
perintahmu.” Seketika itu juga Sa’ad bin Ubadah (dia adalah pemimpin dari bani Khazraj, ia adalah
seorang lelaki yang soleh, hanya saja ia masih memiliki sikap fanatik) berkata kepada Sa’ad bin Mu’adz:
“Demi Allah, engkau tidak akan boleh membunuhnya dan tidak akan mampu untuk membunuhnya.”
Maka berdirilah Usaid bin Hudlair dan dia adalah anak saudara Sa’ad bin Mu’adz, ia berkata kepada
Sa’ad bin Ubadah: “Engkau bohong, sungguh kami akan membunuhnya kerana kamu seorang yang
munafik yang memperdebatkan orang-orang munafik.” Keadaan pun semakin panas antara Bani Aus dan
Khazraj, hingga mereka ingin saling bunuh membunuh sedangkan Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa
sallam masih tetap berdiri di atas mimbar. Kemudian Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam
menenangkan mereka, hingga mereka terdiam dan beliau pun terdiam. Pada hari itu, aku pun menangis
hingga air mataku habis dan aku tidak memakai celak tatkala tidur. Malam berikutnya, aku masih
menangis hingga air mataku habis dan aku tidak memakai celak ketika tidur. Kedua orang tuaku mengira
tangisanku akan dapat membelah hatiku. Aisyah berkata: “Lalu keduanya duduk di sisiku sementara saya
masih terus menangis. Ketika itu, ada seorang wanita Ansar yang meminta izin kepadaku untuk
menemuiku, aku pun mengizinkannya. Ia pun duduk dan ikut menangis bersamaku. Tatkala kami dalam
keadaan seperti itu, Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui kami, beliau mengucapkan
salam lantas beliau duduk.” Ia berkata: “Beliau tidak pernah duduk di sisiku selama satu bulan, sejak
wahyu tidak diturunkan kepadanya mengenai urusanku.” Ia berkata: “Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa
sallam pun bersaksi, seraya mengucapkan salam sambil duduk. Beliau bersabda: “Amma ba’d, wahai
Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku berita begini dan begini, sungguh jika engkau terlepas dari
hal itu kerana tidak melakukannya, semoga Allah Azzawajalla menjauhkanmu. Jika kamu melakukan
dosa tersebut, minta ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya. Kerana, seorang hamba
yang mengakui dosanya kemudian bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya.” Aisyah berkata:
“Ketika Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam selesai berkata, air mataku semakin deras mengalir
hingga tidak terasa lagi titisan air mata tersebut.” Saya berkata kepada ayahku: “Jawablah apa yang telah
dikatakan Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam mengenai diriku.” Ayahku berkata: “Saya tidak tahu,
demi Allah, saya tidak akan berbicara kepada Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu saya
berkata kepada ibuku: “Jawablah apa yang telah dikatakan Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam
mengenai diriku!” Ibuku berkata: “Demi Allah, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan kepada
Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam.” Aisyah berkata: “Saya adalah seorang gadis yang masih kecil
usianya, saya tidak banyak membaca Al-Quran. Demi Allah, sungguh saya mengetahui engkau telah
mendengar hal ini hingga kamu merasa mantap dan percaya terhadap hal itu. Dan bila aku bicara
kepada kalian: ‘Sesungguhnya aku jauh dari perbuatan tersebut dan Allah Azzawajalla Maha Mengetahui
bila aku jauh dari perbuatan tersebut. Maka, kalian juga tidak akan percaya terhadap hal itu. Jika saya
mengaku kepada kalian dengan suatu perkara, sedang Allah Azzawajalla Maha Mengetahui bahawa
saya jauh dari perbuatan tersebut, kalian pasti akan mempercayaiku. Demi Allah, sungguh tidak ada
perkataan antara diriku dengan kalian kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Yusuf: Sabar itu
adalah baik dan Allah adalah tempat meminta pertolongan terhadap apa yang kalian tuduhkan’. (Yusuf:
18)” Aisyah berkata: “Kemudian saya mengubah posisiku, aku berbaring di atas ranjangku.” Ia berkata:
“Demi Allah, ketika itu saya mengetahui bahawa saya jauh dari perbuatan tersebut, dan Allah
Azzawajalla akan menjauhkanku kerana saya jauh dari perbuatan tersebut. Akan tetapi, demi Allah, saya
tidak mengira akan turun wahyu pada perkaraku. Dan sungguh perkaraku jauh lebih remeh daripada
Allah Azza wa jalla berfirman padaku dengan wahyu yang dibacakan. Harapan saya saat itu hanyalah
berharap supaya pada mimpinya Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam diperlihatkan bahawa Allah
Azzawajalla menjauhkan diriku dari perbuatan tersebut.” Aisyah berkata: “Demi Allah, tidaklah Rasulullah
shallaallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari majlisnya, dan tidak ada seorang pun yang keluar dari penghuni
rumah tersebut hingga Allah Azzawajalla menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya. Sehingga, keadaan
beliau berubah sebagaimana perubahan yang biasa terjadi tatkala wahyu turun, peluh beliau terus keluar
padahal hari itu adalah musim dingin. Hal itu kerana begitu beratnya firman yang telah diturunkan
kepadanya.” Aisyah berkata: “Ketika Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam mendapat khabar gembira
tersebut, beliau tertawa dan kalimah yang pertama kali beliau katakan ketika itu adalah: “Khabar gembira
wahai Aisyah! Allah Azza wa jalla telah menjauhkanmu dari perbuatan tersebut.” Kemudian ibuku berkata
kepadaku: “Berdirilah kepadanya.” Aku berkata: “Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepadanya dan aku
tidak akan memuji kecuali kepada Allah Azza wa jalla, Dia lah yang telah menurunkan wahyu yang
menjelaskan akan jauhnya diriku. Allah Azzawajalla telah menurunkan ayat yang ertinya: ‘Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu’ juga hingga sepuluh ayat (An-
Nur: 1-11). Allah Azzawajalla telah menurunkan beberapa ayat yang menjelaskan akan jauhnya diriku
dari perbuatan tersebut.” Aisyah berkata: “Abu Bakar terbiasa berinfak kepada Misthah, kerana ia adalah
kerabatnya dan ia adalah seorang yang fakir. Ia berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan pernah memberi
bantuan untuknya selamanya setelah dia menuduh Aisyah.’ Lalu Allah Azzawajalla menurunkan wahyu,
yang ertinya: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai -sampai kepada firman-Nya- apakah kamu
tidak ingin bahawa Allah mengampunimu” (An-Nur: 22). Maka Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah, saya lebih
senang bila Allah mengampuniku’. Kemudian ia kembali memberi bantuan kepada Misthah seperti biasa
ia memberi bantuan kepadanya. Abu Bakar berkata: ‘Sungguh, aku tidak akan menghentikan bantuan
selama-lamanya’.” Aisyah berkata: Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Zainab binti
Jahsy, isteri Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam, mengenai perkara yang terjadi padaku: “Apa yang kamu
ketahui, apa yang kamu lihat, atau berita apa yang telah sampai kepadamu?” Dia menjawab; “Wahai
Rasulullah! Saya selalu menjaga pendengaran dan penglihatanku, dan saya tidak mengetahui kecuali
kebaikan.” Aisyah berkata: “Padahal Zainab adalah isteri beliau yang dikenal selalu membanggakan diri
di hadapanku.” (Sahih Bukhari, no. 4381, Sahih Muslim, no. 4974)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawasanya dia berkata: “Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam solat
Subuh, sementara para wanita pergi ke masjid dengan menutupi wajah dan badan mereka dengan kain
dari bulu domba, mereka tidak diketahui kerana masih gelap.” (Sunan Abu Daud, no. 359)
Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata: “Kami berangkat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Waktu
itu kami masih muda. Kami belum mampu melakukan sesuatu. Beliau bersabda: “Wahai para pemuda,
menikahlah! Kerana (nikah) itu lebih boleh menjaga pandangan dan kemaluan kalian. Barangsiapa yang
belum mampu, berpuasalah. Sebab, puasa itu adalah perisai.” (Sahih Bukhari, no. 4678, Sunan At-
Tirmidzi, no. 1001, hasan sahih)
Dari Ibnu Ka’ab bin Malik dari bapanya dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama’, atau untuk mengolok-olok
orang bodoh atau untuk mengalihkan pandangan manusia kepadanya, nescaya Allah akan
memasukkannya ke dalam neraka”. (Sunan At-Tirmidzi, no. 2578, gharib, Sunan Ibnu Majah, no. 249)
Dari Abu Dzar ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa membuka tabir
(langsir) kemudian mengarahkan pandangannya ke dalam rumah sebelum diizinkan, lalu dia melihat
aurat pemilik rumah, maka dia telah melakukan pelanggaran yang tidak halal dilakukan, seandainya
ketika dia mengarahkan pandangannya ada seseorang yang menghadap kepadanya lalu mencucuk
kedua matanya, nescaya aku tidak menyalahkannya, namun jika seseorang melalui sebuah pintu yang
tidak ada tabirnya dan tidak tertutup kemudian dia melihatnya, maka tidak ada kesalahan baginya, akan
tetapi kesalahan ada pada penghuni rumah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2631, gharib, Musnad Ahmad, no.
20591)
Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ali, janganlah kamu
ikuti pandangan yang pertama dengan pandangan berikutnya, kerana yang pertama untukmu dan yang
kedua bukan lagi untukmu.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2701, hasan gharib, Sunan Abu Daud, no. 1837)
Dari Jarir bin Abdullah ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengenai memandang wanita yang tidak dilakukan dengan sengaja (kebetulan), maka beliau pun
memerintahkanku agar mengalihkan pandangan.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2700, hasan sahih, Musnad
Ahmad, no. 18369)
Dari Abu Zur’ah dia berkata: Aku mendengar Abu Hurairah berkata: “Pada suatu ketika Jibril pernah
datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata: Ya Rasulullah ini dia Khadijah. Ia
datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk (baik itu makanan ataupun minuman).
Oleh kerana itu, apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahawa rumahnya di syurga
terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.” (Sahih
Bukhari, no. 3536, Sahih Muslim, no. 4460)
Anas bin Malik bercerita kepada kami tentang Abu Thalhah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
pada perang Badar memerintahkan untuk melemparkan dua puluh empat orang bangkai pembesar
Quraisy ke dalam lubang (sumur yang terbuat dari bebatuan) di antara lubang-lubang yang ada di Badar
yang sangat buruk dan menjijikkan. Jika beliau mendapatkan kemenangan melawan suatu kaum, maka
beliau berdiam di tempat persinggahan selama tiga hari. Ketika Perang Badar, memasuki hari ketiga
beliau memerintahkan untuk mempersiapkan haiwan tunggangan beliau dan mengikatkan pelanannya
lalu beliau berjalan diiringi oleh para sahabat. Para sahabat berkata: “Tidak pernah diperlihatkan kepada
kami beliau berangkat melainkan kerana ada keperluan”. Hingga ketika sampai di tepi sumur itu beliau
memanggil mereka (orang kafir Quraisy yang telah mati) dengan nama-nama mereka dan nama-nama
bapa-bapa mereka: “Wahai fulan bin fulan, wahai fulan bin fulan. Apakah kalian senang jika dulu mentaati
Allah dan Rasul-Nya? Sungguh kami telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami
dengan benar. Apakah kalian juga telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh tuhan kalian dengan
benar?” Abu Thalhah berkata: Maka Umar berkata: “Wahai Rasulullah, mengapa anda berbicara dengan
jasad-jasad yang sudah tidak ada rohnya?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan:
“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidaklah lebih dapat mendengar apa yang aku
katakan berbanding mereka”. Qatadah berkata: “Allah menghidupkan mereka hingga memperdengarkan
kepada mereka ucapan beliau sebagai bentuk pelecehan, pembalasan, kerugian dan penyesalan”.
(Sahih Bukhari, no. 3679, Sunan An-Nasai, no. 2047)
Dari Jabir bin Samurah ia mengatakan: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Akan muncul dua belas pemimpin (dari umatku)”, kemudian beliau mengucapkan kalimat yang tidak
dapat kami dengar, maka ayahku berkata: Beliau mengatakan: “Kesemuanya dari Quraisy.” (Sahih
Bukhari, no. 6682, Sahih Muslim, no. 3393, no. 3394, no. 3395, no. 3396, no. 3397, no. 3398, Musnad
Ahmad, no. 19920)
Dari Abdullah bin Abu Aufa ia berkata: “Tatkala Mu’adz datang dari Syam, ia bersujud kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau bersabda: “Apa ini ya Mu’adz! Mu’adz menjawab: “Aku pernah
mendatangi Syam, aku mendapatkan mereka sujud kepada para penunggang kuda dan komandan
mereka. Maka, aku ingin melakukannya terhadapmu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kalian melakukannya, kalau saja aku diperbolehkan memerintahkan seseorang untuk
bersujud kepada selain Allah, nescaya aku akan perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya.
Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh seorang isteri itu tidak dikatakan menunaikan
hak Rabb-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk dilayani,
sementara ia sedang berada di atas pelana kenderaan, maka ia tidak boleh menolaknya.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 1843, Musnad Ahmad, no. 18591)
Dari Anas bin Malik ia berkata: “Ada sebuah keluarga dari kaum ansar yang memiliki seekor unta yang
mereka gunakan untuk menyiram ladang, unta tersebut tiba-tiba merasa sukar bagi kami untuk
mejinakkannya dan mengelak dari kami untuk ditunggangi, maka orang-orang ansar datang kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Nabi Allah! sesungguhnya ada seekor unta
yang kami gunakan untuk menyiram ladang, tiba-tiba unta tersebut merasa sukar bagi kami untuk
menjinakkannya dan mengelak dari kami untuk ditunggangi, padahal tanaman-tanaman serta pohon-
pohon kurma kami dilanda kekeringan.” Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Berdirilah
kalian”, lalu mereka berdiri, dan masuk ke dalam kebun sedangkan unta tersebut telah berada di tepi,
maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan ke arahnya dan orang-orang ansar berkata: “Wahai Nabi
Allah, sesungguhnya unta tersebut menjadi seperti anjing yang galak dan kami takut jika dia menerajang
tuan.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saya tidak ada masalah dengan unta ini”,
dan tatkala unta tersebut melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berjalan ke arah beliau
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian turun dengan bersujud di depannya lalu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam menyentuh ubun-ubunnya dan menjinakkannya dengan suatu hal yang
belum pernah terjadi sebelumnya hingga beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mempekerjakan
unta tersebut. Maka para sahabat berkata kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai Rasulullah
sesungguhnya binatang ini tidak memiliki akal namun dia bersujud kepada Tuan sedangkan kita adalah
manusia yang berakal maka kita lebih berhak untuk bersujud kepada Tuan, maka Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak boleh seorang manusia bersujud kepada manusia, dan jikalau boleh
seorang manusia bersujud kepada manusia nescaya saya akan memerintahkan seorang wanita untuk
bersujud kepada suaminya kerana besarnya hak suami terhadapnya, demi Zat yang jiwaku berada di
tangan-Nya seandainya seorang suami memiliki luka dari hujung kaki hingga hujung kepala yang
mengalirkan nanah atau darah kemudian sang isteri menciumnya hingga menjilatinya, maka hal itu belum
memenuhi seluruh haknya kepadanya.” (Musnad Ahmad, no. 12153)
Dari A’idzullah bin ‘Abdullah bahawa Mu’adz bin Jabal datang ke Yaman kemudian seorang wanita dari
Khaulan bersama dua belas anak-anaknya menemuinya, wanita itu meninggalkan ayah anak-anak itu di
rumahnya, anak yang paling terakhir sudah berjanggut. Wanita itu berdiri dan mengucapkan salam
kepada Mu’adz bin Jabal sementara dua orang di sisi kanan dan kiri wanita itu memegangi lengan
atasnya. Wanita itu berkata: Siapa yang mengutusmu? Berkata Mu’adz bin Jabal padanya: Aku diutus
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Wanita itu berkata: Kalau kau diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, bererti kau adalah utusan beliau. Tolong khabarkan padaku wahai utusan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam? Berkata Mu’adz bin Jabal padanya: Tentang apa yang kau maksudkan?
Wanita itu berkata: Katakan padaku, apa hak suami atas isterinya? Mu’adz bin Jabal berkata padanya: Ia
harus bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat. Wanita itu berkata: Saya bersumpah pada Allah
atasmu, katakan apa hak seorang suami atas isterinya? Mu’adz bin Jabal berkata padanya: Apa kau
tidak mahu mendengar, taat dan bertakwa kepada Allah! Wanita itu berkata: Tidak tapi katakanlah apa
hak seorang suami atas isterinya kerana sesungguhnya aku meninggalkan ayah mereka itu dalam
keadaan sudah tua di rumah. Kemudian Mu’adz bin Jabal berkata padanya: Demi Zat yang jiwa Mu’adz
berada ditangan-Nya, andai kau kembali kepadanya kemudian kau lihat penyakit kusta telah membakar
kulitnya dan hidungnya, dan kau lihat hidungnya mencucurkan nanah dan darah lalu kau membuangnya
dengan mulutmu agar kau boleh mencapai haknya nescaya perbuatan itu tidak akan mencapainya.
(Musnad Ahmad, no. 21063)
Dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata: Seorang badwi mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam, ia berkata: “Apa itu sangkakala?” Beliau menjawab: “Tanduk yang ditiup.” (Sunan At-Tirmidzi,
no. 2354, hasan, Musnad Ahmad, no. 6514, Sunan Ad-Darimi, no. 2678)
Dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bagaimana aku
(hendak) bersenang-senang sementara malaikat peniup sangkakala telah memasukkan tanduk
(terompet/sangkakala) ke mulut, telah menundukkan dahinya dan mendengar bilakah diperintahkan
untuk meniup lalu ia akan meniup.” Sepertinya hal itu terasa berat oleh para sahabat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam lalu beliau bersabda kepada mereka: “Ucapkan: Hasbunallah Wa Ni’mal Wakill ‘Alallahi
Tawakkalnaa (Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Dialah sebaik-baik penolong dan kepada
Allahlah kami bertawakal).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2355, hasan, no. 3166, hasan, Musnad Ahmad, no.
2853, no. 10614)
Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah beriman
(sempurna) seseorang dari kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk
dirinya sendiri”. (Sahih Bukhari, no. 12, Sahih Muslim, no. 64)
Dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, salah satunya menyebutkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
bahawa beliau menceritakan, Jibril ‘alaihis salam menyumbatkan tanah ke mulut Firaun kerana khuatir ia
mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah kemudian Allah merahmatinya atau takut kalau Allah mencurahkan
rahmat padanya. (Sunan At-Tirmidzi, no. 3032, hasan, no. 3033, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no.
2989, no. 2093)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Manusia yang sempurna dari kalangan laki-laki sekian banyak, namun tidak ada manusia sempurna dari
kalangan wanita melainkan Maryam binti Imran, Asiah isterinya Firaun. Dan keutamaan Aisyah terhadap
wanita-wanita lain bagaikan keutamaan makanan tsarid dibandingkan seluruh makanan lain.” (Tsarid
adalah sejenis makanan yang terbuat dari daging dan roti yang dibuat bubur dan berkuah). (Sahih
Bukhari, no. 3485, Sahih Muslim, no. 4459, Sunan At-Tirmidzi, no. 1757, hasan sahih)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di malam aku di Isra’kan,
aku mencium bau yang sangat harum, aku lalu bertanya kepada Jibril: “Wahai Jibril, aroma wangi apakah
ini?” Jibril menjawab: “Ini adalah aroma wanginya tukang sisir puteri Firaun (iaitu Masyitah) dan anak-
anaknya.” Aku berkata: “Ada apa dengannya?” Jibril menjawab: “Suatu hari, ia menyisir rambutnya puteri
Firaun, tiba-tiba sisirnya terjatuh dari tangannya, lalu ia mengucapkan; “Bismillah, maka puterinya Firaun
berkata: “(maksudnya) Ayahku.” Ia menjawab: “Tidak, akan tetapi Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah
Allah.” Puterinya Firaun mengancam: “Aku akan memberitahukannya (Firaun) tentang itu!” Ia menjawab:
“Silakan.” Maka puterinya Firaun memberitahukannya, lalu Firaun memanggil tukang sisirnya seraya
berkata: “Wahai Fulanah, apa benar engkau memiliki Tuhan selain diriku?” Ia menjawab: “Ya, Tuhanmu
dan Tuhanku adalah Allah.” Maka Firaun memerintahkan untuk diambilkan patung sapi yang terbuat dari
tembaga lalu dipanaskan, kemudian memerintahkannya (Masyitah) berserta anak-anaknya agar
melompat ke dalamnya. Tukang sisir itu berkata: “Aku punya satu keperluan kepadamu.” Firaun berkata:
“Apa keperluanmu?” Ia menjawab: “Aku meminta agar engkau mengumpulkan tulang-tulangku dan tulang
anak-anakku di dalam satu kain lalu menguburnya.” Firaun berkata: “Itu hakmu atas kami.” Lalu Firaun
memerintahkannya agar melemparkan anak-anaknya di hadapannya satu persatu, hingga tinggal
anaknya yang masih menyusu, ia tampak terpukul kerana anaknya tersebut, tapi anak tersebut berkata:
“Wahai ibuku, tabahkanlah, sesungguhnya azab dunia lebih ringan daripada azab akhirat.” Maka ia pun
tabah. Ibnu Abbas mengatakan: “Ada empat orang yang dapat bicara di waktu masih bayi, iaitu Isa bin
Maryam, temannya Juraij, saksinya Yusuf dan putera tukang sisir puteri Firaun.” (Musnad Ahmad, no.
2682)
Dari Ubay bin Ka’ab dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahawa ketika malam (beliau) diisra’kan,
beliau menemukan bau yang sangat harum. Maka beliau pun bertanya: “Wahai Jibril, apakah bau harum
ini?” Jibril menjawab: “Ini adalah bau harum kuburnya Masyitah, kedua anaknya beserta suami.” Jibril
melanjutkan: “Pada awal mulanya, Khidir termasuk dari kalangan orang-orang mulia Bani Israil dan dia
sering melalui seorang Rahib yang tinggal di biara. Setiap kali lalu Rahib itu muncul ke hadapannya,
lantas dia mengajarkan Islam kepadanya. Tatkala Khidir telah mencapai akil baligh, bapanya
menikahkannya dengan seorang perempuan, maka Khidir pun mengajarkan (Islam) kepada isterinya.
Lalu dia minta kepada isterinya agar tidak memberitahukan ajaran tersebut kepada seorang pun. Kerana
Khidir tidak pernah mendekati seorang wanita, maka dia mentalaknya, kemudian ayahnya
menikahkannya lagi dengan wanita lain, maka Khidir pun mengajarkan kepada isterinya yang baru dan
meminta kepadanya agar tidak memberitahukan ajaran tersebut kepada seorang pun. Ternyata salah
seorang dari keduanya menyembunyikannya dan yang lainnya menyebarkannya, maka dia bergegas
pergi sehingga tiba di suatu pulau di tengah laut. Dan di sana dua lelaki yang sedang mencari kayu
melihatnya, maka salah seorang darinya menyembunyikan sedang yang lain menyebarkan, orang yang
menyebarkan (berita itu) berkata: “Aku telah melihat Khidir.” Maka dia ditanya: “Dengan siapa kamu
melihatnya.” Dia menjawab: “Dengan fulan.” Laki-laki itu berkata lagi: “Tetapi dia menyembunyikannya.”
Dan kebiasaan dalam agama mereka, bahawa siapa berdusta maka akan dibunuh. Dia menuturkan
kembali: “Maka laki-laki itu menikahi seorang perempuan (Masyitah) yang boleh menjaga rahsia, ketika
dia sedang menyisir anak perempuan Firaun, tiba-tiba sisirnya terjatuh, sambil berkata, “Celaka Firaun.”
Maka puterinya (Firaun) memberitahukan kepada bapanya. Sedangkan wanita itu (Masyitah) memiliki
dua orang anak dan suami. Maka Firaun mengutus utusan kepada perempuan itu dan suaminya untuk
merayu agar kembali kepada agamanya, tetapi keduanya menolak, maka utusan itu berkata: “Aku akan
membunuh kalian berdua.” Keduanya berkata: “Sebagai budi baik darimu kepada kami, apabila kamu
membunuh kami hendaknya kamu jadikan kami di satu rumah.” Maka dia melakukannya. (Sunan Ibnu
Majah, no. 4020)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat garis di atas tanah empat
garis, beliau bersabda: “Tahukah kalian apa ini?” Mereka menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih
mengetahui.” Beliau bersabda: “Wanita penghuni syurga yang paling mulia adalah Khadijah binti
Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiah binti Muzahim, isteri Firaun.”
(Musnad Ahmad, no. 2536, no. 2751)
Dari ‘Atha ia berkata: Aku mendengar Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengkhabarkan kepada kami,
katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada seorang wanita dari Kaum Ansar yang
disebut namanya oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma namun kami lupa siapa namanya: “Apa yang
menghalangimu untuk menunaikan haji bersama kami?” Wanita itu berkata: “Dahulu kami memiliki seekor
unta yang selalu digunakan oleh ayah fulan dan anaknya, maksudnya adalah suami dan anak dari
perempuan itu, kemudian dia membiarkan unta tersebut untuk mengangkut air. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata: “Apabila datang bulan Ramadhan, laksanakanlah umrah kerana umrah pada bulan
Ramadhan seperti ibadah haji” atau “seperti haji” sebagaimana beliau sabdakan. (Sahih Bukhari, no.
1657)
Dari Atha’ ia berkata: Saya mendengar Ibnu Abbas menceritakan kepada kami, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang wanita dari kalangan Ansar -Ibnu Abbas
menyebutkan namanya, tetapi aku lupa-: “Apa yang menghalangimu untuk melaksanakan haji bersama
kami?” Wanita itu menjawab: “Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali dua ekor unta, yang satu ekor
dipakai suamiku pergi haji bersama anaknya sedangkan yang satu lagi ia tinggalkan agar dipakai
menyiram kebun.” Beliau bersabda: “Kalau bulan Ramadhan tiba, maka tunaikanlah umrah, sebab umrah
di bulan Ramadhan menyamai ibadah haji.” (Sahih Muslim, no. 2201)
Dari Anas dia berkata: “Suatu ketika Jibril mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika
beliau sedang duduk sedih, sebab beliau telah dilumuri darah oleh orang-orang sebahagian penduduk
Makkah (dipukuli hingga berdarah). Jibril berkata: “Apa yang terjadi padamu?” Beliau menjawab: “Mereka
telah melakukannya kepadaku apa yang telah mereka lakukan.” Jibril berkata, “Apa anda mahu aku
perlihatkan tanda (kekuasaan Allah)?” Beliau menjawab: “Ya, perlihatkanlah kepadaku.” Lalu beliau
melihat pohon yang ada di lembah dan Jibril pun berkata: “Panggillah pohon tersebut.” Lalu beliau
memanggilnya dan pohon itu datang berjalan hingga berdiri tegak di hadapan beliau. Jibril berkata lagi:
“Katakan kepadanya: ‘Kembalilah!’ Lalu beliau mengatakannya dan pohon tersebut kembali ke tempat
semula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah bagiku.” (Sunan Ibnu Majah, no.
4018, Musnad Ahmad, no. 11669)
Dari Abu Dzar ia berkata: “Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Aku menyaksikan apa yang
kalian tidak melihatnya, aku juga mendengar apa yang kalian tidak dengar; langit bersuara dan
bergemuruh, dan ia berhak untuk bersuara dan bergemuruh. Tidak ada satu tempat pun yang berukuran
empat jari tangan kecuali padanya ada malaikat yang sujud. Sekiranya kalian tahu apa yang aku tahu,
maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis, kalian tidak akan bersenang-senang dengan
para wanita (isteri) di atas ranjang-ranjang, dan kalian akan keluar menuju ke lereng-lereng tinggi untuk
mengharap (berdoa dengan keras) kepada Allah.” Abu Dzar berkata, “Demi Allah aku lebih suka untuk
menjadi sebatang pohon yang dipotong.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4180, Musnad Ahmad, no. 20539)
Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya ia berkata: Pada awal mulanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila
berkhutbah dengan berdiri, dan beliau lama sekali berdiri. Maka hal itu sangat memberatkan beliau.
Kemudian didatangkan pelepah kurma, tanah dibuat kubangan, dan pohon kurma itu ditancapkannya di
samping Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau pergunakan saat berdiri. Jika Nabi berkhutbah dan
berdiri lama, beliau bersandar pada batang kurma tersebut. Seorang lelaki yang baru datang ke Madinah
melihat kejadian ini, iaitu beliau sedang berdiri di samping batang kurma tersebut. Maka si lelaki itu
menyampaikan angan-angannya kepada orang-orang di sekelilingnya: “Kalaulah saya tahu bahawa
Muhammad akan memujiku kerana ku lakukan suatu hal yang meringankan bebannya nescaya aku
membuatkannya suatu tempat duduk yang dapat beliau pergunakan untuk berdiri, apabila dia suka maka
dia dapat duduk dan apabila dia suka dia boleh berdiri di tempat tersebut.” Lalu perihal tersebut
disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau pun berkata: “Bawa orang
tersebut ke hadapanku”. Lalu orang tersebut didatangkan dan diperintahkannya untuk membuatkan
tangga yang memiliki tiga atau empat tangga seperti yang sekarang ada pada mimbar Madinah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasakan kenyamanan dengan hal itu. Tatkala beliau
meninggalkan batang pohon tersebut (yang dulu pernah digunakannya) dan bersandar pada mimbar
yang dibuat untuknya, maka batang pohon kurma itu merasa sedih dan merintih sebagaimana rintihan
unta tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkannya. Ibnu Buraidah berkeyakinan dari
ayahnya bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mendengarkan rintihan batang kurma tersebut
beliau kembali meletakkan tangannya padanya dan berkata: “Pilihlah apakah kamu saya tanam kembali
di tempat (asal) semula atau saya tanam (nanti) di syurga sehingga kamu dapat menghisap dari sungai
dan mata airnya yang membuat pertumbuhan kamu menjadi baik dan berbuah, dan sehingga para wali
Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat memakan buah kamu (kurma) maka saya akan melakukannya.” Ayah
Ibnu Buraidah berkeyakinan bahawa dia mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata
kepada batang kurma tersebut: “Baik, telah ku lakukan (Nabi mengulangi ucapannya dua kali).” Lalu Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya dan beliau menjawab: “Batang tersebut memilih agar saya
menanamnya di syurga nanti.” (Sunan Ad-Darimi, no. 32)
Dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang kafir di
dalam kuburnya akan ditemani oleh sembilan puluh sembilan ular besar yang menggigitnya dan
menyengatnya hingga hari kiamat. Seandainya seekor dari ular besar tersebut menghembuskan angin ke
bumi, maka tidak akan tumbuh pepohonan (tanaman) yang hijau.” (Musnad Ahmad, no. 10906, Sunan
Ad-Darimi, no. 2694)
Dari Ali radhiallahu ‘anhu berkata: Kami pernah berada dekat kuburan Baqi’ Al-Ghorqad yang kemudian
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kami, lalu beliau duduk maka kami pun ikut duduk dekat
beliau. Beliau membawa sebuah tongkat kecil yang dengan tongkat itu beliau memukul-mukul
permukaan tanah dan mengorek-ngoreknya seraya berkata: “Tidak ada seorang pun dari kalian dan juga
tidak satu pun jiwa yang bernafas melainkan telah ditentukan tempatnya di syurga atau di neraka dan
melainkan sudah ditentukan jalan sengsaranya atau bahagianya”. Kemudian ada seorang yang berkata:
“Wahai Rasulullah, dengan begitu apakah kita tidak (perlu) pasrah saja menunggu apa yang sudah
ditentukan buat kita dan kita tidak perlu beramal? Kerana barangsiapa di antara kita yang telah
ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka pasti dia sampai kepada amalan orang yang
berbahagia, sebaliknya siapa di antara kita yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara maka
pasti dia akan sampai kepada amalan orang yang sengsara”. Maka beliau bersabda: “(Tidak begitu).
Akan tetapi siapa yang telah ditetapkan sebagai orang yang berbahagia, dia akan dimudahkan untuk
beramal amalan orang yang berbahagia dan sebaliknya orang yang telah ditetapkan sebagai orang yang
akan sengsara maka dia pasti akan dimudahkan beramal amalan orang yang sengsara”. Kemudian
beliau membaca firman Allah Subhanahu Wata’ala (Al-Lail ayat 5-6) yang ertinya: “Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik
(syurga).” (Sahih Bukhari, no. 1274)
Fadhalah bin Ubaid berkata: Aku mendengar Umar Ibnu Khattab berkata: “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Syuhada itu ada empat, (1) Seorang mukmin yang istimewa
keimanannya, ia bertemu musuh dan membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Mukmin inilah yang kelak
mata manusia tertuju kepadanya dengan penuh kekaguman pada hari kiamat.” Nabi mengucapkan hal ini
sambil mengangkat kepalanya hingga kopiahnya terjatuh. Ia katakan: ‘Saya tidak tahu kopiah manakah
yang dimaksud, kopiah Umarkah atau kopiah Nabi’. Beliau melanjutkan sabdanya, (2) Dan seorang
mukmin yang istimewa keimanannya dan bertemu musuh, hanya sayang tubuhnya (maksudnya dirinya)
seolah-olah terkena sedikit duri pohon kerana sifat pengecutnya yang masih ada, ia terkena anak panah
yang menyasar hingga kemudian terbunuh, orang ini berada di tingkat kedua. (3) Dan seorang mukmin
yang masih mencampuradukkan amal solehnya dan amal buruknya, ia bertemu musuh dan
membenarkan Allah hingga terbunuh, orang ini berada di tingkat ketiga. (4) Dan seorang mukmin yang
melampui batas terhadap dirinya, ia bertemu musuh dan membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Orang
ini berada di tingkat keempat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1568, hasan gharib)
Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada pohon di syurga
kecuali dahannya terbuat dari emas.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2448, hasan gharib)
Dari Asma’ binti Abu Bakar berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
ketika disebutkan kepadanya Sidratul Muntaha beliau bersabda: “Seorang pengendara berjalan di bawah
naungan dahan pohonnya selama seratus tahun atau seratus orang pengendara bernaung di bawahnya
yang dalam naungan itu sarat dengan anai-anai dari emas, buahnya seperti tempayan.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 2464, hasan sahih gharib)
Dari Abu Bakar bin Abu Musa dari ayahnya dia berkata: “Abu Talib dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
keluar menuju negeri Syam (untuk berniaga) bersama dengan pembesar-pembesar Quraisy, ketika
mereka menjumpai seorang rahib, mereka singgah dan berhenti dari perjalanan mereka, tiba-tiba
seorang Rahib keluar menemui mereka, padahal sebelum itu, rahib tersebut tidak pernah keluar
walaupun ada sekelompok orang melaluinya. Abu Musa berkata: “Maka mereka meletakkan bekalan
mereka, kemudian Rahib itu menyibak jalan mereka sampai datang (di hadapan) beliau, sambil
memegang tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Rahib itu berkata: “Orang ini akan menjadi
pemimpin semesta alam, anak ini akan menjadi utusan Rabb semesta alam dan akan diutus oleh Allah
sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Maka pembesar Quraisy berkata: “Dari mana anda tahu hal itu?”
Rahib menjawab: “Sebenarnya semenjak kalian tiba di Aqabah, tidak ada batuan dan pepohonan pun
melainkan mereka tunduk sujud, mereka tidak sujud melainkan kepada seorang Nabi, aku juga dapat
mengetahui dari cop kenabian yang berada di bahagian bawah tulang rawan bahunya yang menyerupai
buah epal.” Kemudian Rahib itu kembali dan menjamu mereka dengan makanan, ketika Rahib itu
mendatangi rombongan Quraisy yang mengikut sertakan Nabinya, sedangkan Nabi berada di antara
rombongan unta, Rahib itu berkata: “Tolong utuslah beberapa orang untuk menjemputnya.” Beberapa
saat kemudian Nabi datang dengan dinaungi sekumpulan awan di atas beliau. Ajaib, ketika Rahib itu
mendekati rombongan, ia temukan mereka tengah berebut mencari perlindungan bayang-bayang pohon.
Anehnya ketika Nabi duduk, jesteru bayang-bayang pohon itu mendekati beliau, lalu si Rahib
mengatakan ‘Cuba kalian perhatikan, bayang-bayang pohon jesteru mendekati beliau’. (Kata Abu Musa),
ketika sang rahib berdiri menghadap rombongan, ia memberi peringatan: ‘Maaf, hendaknya rombongan
ini tidak meneruskan perjalanan menuju Romawi. Sebab kalaulah mereka melihatnya, tentu mereka
mengetahuinya dengan tanda-tandanya, dan tentu mereka akan membunuhnya.’ Ketika sang rahib
menoleh, ternyata ada tujuh orang yang baru pulang dari Romawi dan menemui rombongan. Rahib
bertanya kepada mereka: ‘Apa yang mendorong kalian datang ke mari? Rombongan itu menjawab:
‘Begini, kami berangkat kerana mendengar seorang Nabi telah diutus di bulan ini, kerananya tak ada
jalan lagi bagi kami selain beberapa orang harus diutus untuk menemuinya. Kami telah diberitahu
beritanya. Keranaya kami diutus dan berangkat melalui jalan yang akan kalian lalui ini.’ Si rahib lantas
berujar kepada rombongan Makkah: ‘Mungkin kalian punya pendapat yang Allah akan memutuskannya?
Ataukah kalian hendak mengembalikan si anak ini (maksudnya Muhammad) ke Makkah?” Jawab
mereka: “Wahh, sepertinya tidak ada.” Selanjutnya rombongan itu berbaiah kepada si rahib dan tinggal
bersamanya beberapa waktu. Kata rahib: “Siapa walinya anak ini? Mereka menjawab; “Abu Talib”. Si
rahib tiada henti-hentinya menasihati Abu Talib hingga ia mahu mengembalikan Muhammad (yang ketika
itu belum menjadi Nabi). Abu Bakar memerintahkan Bilal untuk berkahwin dengannya, sedang si rahib
memberinya bekal berupa keropok dan minyak.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3553, hasan gharib)
Dari Jabir bin Samurah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di
kota Makkah terdapat sebongkah batu (hajar aswad) yang mengucapkan salam kepadaku pada malam
hari di mana aku diutus, sedangkan sekarang aku benar-benar mengetahuinya.” (Sunan At-Tirmidzi, no.
3557, hasan sahih gharib)
Dari Ali bin Abu Talib dia berkata: “(Ketika) Kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di kota
Makkah, lalu kami keluar ke suatu pelusuknya, dan tidak ada satu pun pergunungan dan pepohonan
yang kami lalui kecuali ia mengucapkan “Assalamualaika ya Rasulullah (keselamatan bagimu ya
Rasulullah).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3559, gharib)
Dari Ibnu Abbas dia berkata: “Seorang arab badwi datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam seraya berkata: “Dengan apa aku mengetahui bahawa dirimu seorang Nabi?” Beliau bersabda:
“Jika aku memanggil setandan kurma dari pohon kurma ini (ke mari) apakah kamu mahu bersaksi
bahawa aku adalah utusan Allah?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil
setandan kurma tersebut, tiba-tiba setandan kurma itu turun dan terjatuh di hadapan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: “Kembalilah.” Maka setandan kurma itu kembali ke tempatnya
semula. Setelah (peristiwa) itu seorang badwi tersebut masuk Islam.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3561,
hasan sahih gharib)
Anas bin Malik berkata: Abu Thalhah berkata kepada Ummul Sulaim: “Aku mendengar suara lirih
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, aku tahu bahawa beliau merasa lapar, apakah kamu memiliki
sesuatu?” Dia menjawab; “Ya.” Kemudian dia mengeluarkan beberapa genggam gandum, setelah itu dia
mengambil kerudungnya dan melipat sebahagian roti dan menekannya di tanganku lalu memberiku
sebahagian yang lain. Lalu dia mengutusku menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, Ummu
Sulaim berkata: “Lalu aku membawanya menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, ternyata beliau
sedang duduk-duduk di masjid bersama para sahabat, lalu aku berdiri di hadapan mereka, maka
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apakah Abu Thalhah yang mengirimmu kemari?” Aku
menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Apakah untuk membawa makanan?” Aku menjawab; “Ya.” lalu
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Bagi siapa yang ingin bersamanya maka berdirilah.”
Kemudian beliau pergi dan aku pun pergi bersama mereka, hingga aku menemui Abu Thalhah dan
mengkhabarkan hal itu kepadanya, Abu Thalhah berkata: “Hai Ummu Sulaim, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam telah datang bersama para sahabat, sedangkan kita tidak memiliki makanan
untuk menjamu mereka.” Dia menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Anas bin Malik
berkata: “Lalu Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam datang menyambut hingga Abu Thalhah bersama beliau masuk rumah,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemarilah hai Ummu Sulaim, apa yang kau miliki?”
Lalu ia datang dengan roti itu, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan (untuk di
hidangkan), maka dia membagi-bagi dan memerah susu murni (ternakan) miliknya dan
menghidangkannya sebagai lauk untuk beliau, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
mengucapkan sesuatu sebagaimana yang dikehendaki Allah, lalu bersabda: “Izinkanlah sepuluh orang
untuk masuk.” Dia pun mengizinkan, lalu mereka masuk dan makan hingga kenyang kemudian keluar.
Beliau bersabda lagi: “Izinkanlah sepuluh orang lagi untuk masuk.” Dia pun mengizinkan, lalu masuklah
sepuluh orang, setelah itu mereka makan hingga kenyang kemudian keluar. Hingga pada hari itu, seluruh
orang makan dan kenyang semuanya, ketika itu jumlah mereka sekitar tujuh puluh atau lapan puluh
orang.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3563, hasan sahih)
Dari Anas bin Malik dia berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam -ketika waktu Asar
telah tiba- dan orang-orang sedang mencari air wudhu’ namun mereka belum mendapatkannya. Lantas
dibawakan air wudhu’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam meletakkan tangannya ke dalam bejana tersebut. Beliau pun memerintahkan orang-orang
untuk berwudhu’ darinya. Anas berkata: “Aku melihat air mengalir dari bawah jari-jari beliau, sehingga
mereka berwudhu’ sampai orang yang terakhir.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3564, hasan sahih)
Dari Abdullah dia berkata: “Kalian menganggap tanda-tanda (kebesaran Allah) sebagai azab (siksa)
sedangkan kami pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganggapnya sebagai berkat.
Sesungguhnya dahulu kami makan makanan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kami
mendengar makanan tersebut bertasbih ketika kami makan.” Abdullah berkata: “Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam diberi bejana (yang terdapat sedikit air), lalu beliau meletakkan tangannya di
dalamnya, maka dari jari-jemari beliau mengeluarkan air. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Mari kita berwudhu’ dengan air yang diberkati, iaitu keberkatan yang datang dari langit.” Maka kami
semua dapat berwudhu’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3566, hasan sahih)
Dari Anas bin Malik dia berkata: “Di hari ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki kota Madinah,
maka segala sesuatu menjadi bersinar, namun di hari ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat,
semuanya berubah menjadi gelap, dan ketika kami berada di kuburannya untuk menghilangkan (debu
dan kotoran yang ada di atasnya) dengan tangan-tangan kami, seolah-olah hati kami mengingkari
(wafatnya Rasulullah).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3551, gharib sahih)
Dari Abdullah bin ‘Amru bahawa beliau pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bila kalian mendengarkan seorang Mu’adzin (azan), maka katakanlah seperti apa yang dikatakan oleh
Mu’adzin, kemudian berselawatlah kepadaku, kerana barangsiapa yang berselawat kepadaku sekali,
maka Allah akan membalas sepuluh kali selawat, dan mohonlah wasilah untukku, kerana ia adalah salah
satu kedudukan di syurga yang tidak layak diberikan kecuali kepada salah seorang dari hamba Allah dan
aku berharap semoga aku menjadi orang tersebut. Barangsiapa memohonkan wasilah untukku, maka ia
berhak untuk mendapatkan syafaat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3547, hasan sahih)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku
adalah orang yang pertama dikeluarkan (bangkitkan) dari bumi, kemudian dipakaikan kepadaku pakaian
dari syurga, lalu aku berdiri di samping ‘Arsy dan tidak ada seorang pun dari makhluk ini yang menduduki
kedudukan tersebut selain aku.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3544, hasan gharib sahih)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, sejak bilakah kenabian
dinobatkan kepada anda?” Beliau menjawab: “Ketika Adam masih berada antara roh dan jasad.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 3542, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 16028)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang Nabi suatu hari berhenti
di bawah pohon lalu dia disengat seekor semut. Kemudian Nabi tersebut menyuruh mengeluarkan
makanan dan mengeluarkan semua semut dari sarangnya setelah itu menyuruh membakarnya.
Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: “Apakah kerana seekor semut kamu kemudian
membakarnya.” (Sahih Muslim, no. 4158)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tangannya, lalu beliau
bersabda: ‘Allah Azza wa Jalla menjadikan tanah (bumi) pada hari Sabtu, menancapkan gunung pada
hari Ahad, menumbuhkan pohon-pohon pada hari Isnin, menjadikan bahan-bahan mineral pada hari
Selasa, menjadikan cahaya pada hari Rabu, menebarkan binatang pada hari Khamis, dan menjadikan
Adam ‘Alaihis Salam pada hari Jumaat setelah asar, yang merupakan penciptaan paling akhir iaitu saat-
saat terakhir di hari Jumaat antara waktu asar hingga malam.” (Sahih Muslim, no. 4997, Musnad Ahmad,
no. 7991)
‘Atha berkata, aku mendengar Jabir bin ‘Abdullah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa memakan dari pohon ini, -maksudnya bawang putih-, maka hendaklah dia tidak
mendatangi kami (dan solat) di masjid-masjid kami.” Aku bertanya: “Apa yang beliau maksudkan itu?”
Maka Jabir menjawab: “Aku tidak melihat maksud beliau yang lain kecuali yang mentah (belum
dimasak).” (Sahih Bukhari, no. 807)
Dari Syarik bin ‘Abdullah bin Abu Namir bahawa dia mendengar Anas bin Malik menceritakan, bahawa
ada seorang laki-laki masuk ke dalam Masjid pada hari Jumaat dari pintu yang berhadapan dengan
mimbar, sedangkan saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menyampaikan khutbah.
Orang itu kemudian menghadap ke arah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serata berkata, “Wahai
Rasulullah, harta benda telah habis dan jalan-jalan terputus. Maka mintalah kepada Allah agar
menurunkan hujan buat kami!” Anas berkata, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat
kedua tangannya seraya berdoa: “Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah
berilah kami hujan.” Anas melanjutkan kisahnya, “Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikit pun
awan baik yang tebal mahu pun yang tipis. Juga tidak ada antara tempat kami dan bukit itu rumah atau
bangunan satu pun. Tiba-tiba dari bukit itu tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah
membumbung sampai ke tengah langit, awan itu pun menyebar dan hujan pun turun.” Anas melanjutkan,
“Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari. Kemudian pada Jumaat berikutnya,
orang itu masuk kembali dari pintu yang sama dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berdiri
menyampaikan khutbahnya. Kemudian orang itu menghadap beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah,
harta benda telah binasa dan jalan-jalan pun terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menahan
hujan!” Anas berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas mengangkat kedua tangannya
seraya berdoa: “Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja dan jangan membahayakan kami. Ya
Allah turunkanlah di atas bukit-bukit, gunung-gunung, bendungan air (danau), dataran tinggi, jurang-
jurang yang dalam serta pada tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.” Anas berkata, “Maka hujan
berhenti. Kami lalu keluar berjalan-jalan di bawah sinar matahari.” Syarik berkata, “Aku bertanya kepada
Anas bin Malik, ‘Apakah laki-laki itu adalah laki-laki yang pertama?’ Anas menjawab, ‘Aku tak tahu’.
(Sahih Bukhari, no. 957)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bahawasanya Beliau
berjalan melalui dua kuburan yang penghuninya sedang disiksa, lalu Beliau bersabda: “Keduanya
sungguh sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan kerana berbuat dosa besar. Yang
satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing sedang yang satunya lagi kerana selalu mengadu
domba.” Kemudian Beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah daunnya lalu
membelahnya menjadi dua bahagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan
tersebut. Mereka bertanya: “Kenapa anda melakukan ini?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Semoga diringankan (siksanya) selama batang pohon ini basah.” (Sahih Bukhari, no. 1273, no. 1289,
no. 5592)
Dari Samrah bin Jundab berkata; Sudah menjadi kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bila selesai
melaksanakan suatu solat, Beliau menghadapkan wajahnya kepada kami lalu berkata: “Siapa di antara
kalian yang tadi malam bermimpi”. Dia (Samrah bin Jundab) berkata: “Jika ada seorang yang bermimpi
maka orang itu akan menceritakan, saat itulah Beliau berkata,: “MaasyaAllah (atas kehendak Allah)”.
Pada suatu hari yang lain Beliau bertanya kepada kami: “Apakah ada di antara kalian yang bermimpi?”
Kami menjawab: “Tidak ada.” Beliau berkata: “Tetapi aku tadi malam bermimpi iaitu ada dua orang laki-
laki yang mendatangiku kemudian keduanya memegang tanganku lalu membawaku ke negeri yang
disucikan (Al-Muqaddasah), ternyata di sana ada seorang laki-laki yang sedang berdiri dan yang satunya
lagi duduk yang di tangannya memegang sebatang besi yang hujungnya bengkok (biasanya untuk
menggantung sesuatu). Batang besi tersebut dimasukkan ke dalam satu sisi mulut (dari geraham) orang
itu hingga menembus tengkuknya. Kemudian dilakukan hal yang sama pada sisi mulut yang satunya lagi,
lalu dilepas dari mulutnya dan dimasukkan kembali dan begitu seterusnya diperlakukan. Aku bertanya:
“Apa ini maksudnya?” Kedua orang yang membawaku berkata: “Berangkatlah.” Maka kami berangkat ke
tempat lain dan sampai kepada seorang laki-laki yang sedang berbaring bersandar pada tengkuknya,
sedang ada laki-laki lain yang berdiri di atas kepalanya memegang batu atau batu besar untuk
menghancurkan kepalanya. Ketika dipukulkan, batu itu menghancurkan kepala orang itu, maka orang itu
menghampirinya untuk mengambilnya dan dia tidak berhenti melakukan ini hingga kepala orang itu
kembali utuh seperti semula, kemudian dipukul lagi dengan batu hingga hancur. Aku bertanya: “Siapakah
orang ini?” Keduanya menjawab: “Berangkatlah.” Maka kami pun berangkat hingga sampai pada suatu
lubang seperti dapur api dimana bahagian atasnya sempit dan bahagian bawahnya lebar dan di
bawahnya dinyalakan api yang apabila api itu didekatkan, mereka (penghuninya) akan terangkat dan bila
dipadamkan penghuninya akan kembali kepadanya, penghuninya itu terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Aku bertanya: “Siapakah mereka itu?” Keduanya menjawab: “Berangkatlah.” Maka kami pun berangkat
hingga sampai di sebuah sungai yang airnya adalah darah, di sana ada seorang laki-laki yang berdiri di
tengah-tengah sungai. Dan di tepi sungai ada seorang laki-laki yang memegang batu. Ketika orang yang
berada di tengah sungai menghadapnya dan bermaksud hendak keluar dari sungai maka laki-laki yang
memegang batu melemparnya dengan batu ke arah mulutnya hingga dia kembali ke tempatnya semula
di tengah sungai, dan terjadilah seterusnya begitu, setiap dia hendak keluar dari sungai, akan dilempar
dengan batu sehingga kembali ke tempatnya semula. Aku bertanya: “Apa maksudnya ini?” Keduanya
menjawab: “Berangkatlah.” Maka kami pun berangkat hingga sampai ke suatu taman yang hijau, di
dalamnya penuh dengan pepohonan yang besar-besar sementara di bawahnya ada satu orang tua dan
anak-anak dan ada seorang yang berada dekat dengan pohon yang memegang api, manakala dia
menyalakan api maka kedua orang yang membawaku naik membawaku memanjat pohon lalu keduanya
memasukkan aku ke sebuah rumah (perkampungan) yang belum pernah aku melihat seindah itu
sebelumnya dan di dalamnya ada orang laki-laki, orang-orang tua, pemuda, wanita dan anak-anak lalu
keduanya membawa aku keluar dari situ lalu membawaku naik lagi ke atas pohon, lalu memasukkan aku
ke dalam suatu rumah yang lebih baik dan lebih indah, di dalamnya ada orang-orang tua dan para
pemuda. Aku berkata: “Ajaklah aku keliling malam ini dan terangkanlah tentang apa yang aku sudah lihat
tadi.” Maka keduanya berkata: “Baiklah. Ada pun orang yang kamu lihat mulutnya ditusuk dengan besi
adalah orang yang suka berdusta dan bila berkata selalu berbohong, maka dia dibawa hingga sampai ke
ufuk lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari kiamat. Ada pun orang yang kamu lihat kepalanya
dipecahkan adalah seorang yang telah diajarkan Al-Quran oleh Allah lalu dia tidur pada suatu malam
namun tidak melaksanakan Al-Quran pada siang harinya, lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari
kiamat. Dan orang-orang yang kamu lihat berada di dalam dapur api, mereka adalah para penzina
sedangkan orang yang kamu lihat berada di tengah sungai adalah mereka yang memakan riba’
sementara orang tua yang berada di bawah pohon adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, sedangkan anak-
anak yang ada di sekitarnnya adalah anak-anak kecil manusia. Ada pun orang yang menyalakan api
adalah malaikat penunggu neraka, sedangkan rumah pertama yang kamu masuki adalah rumah bagi
seluruh kaum mukminin, sedangkan rumah yang ini adalah perkampungan para syuhada’ dan aku adalah
Jibril dan ini adalah Mikail, maka angkatlah kepalamu. Maka aku mengangkat kepalaku ternyata di atas
kepalaku ada sesuatu seperti awan. Keduanya berkata: “Itulah tempatmu.” Aku berkata: “Biarkanlah aku
memasuki rumahku.” Keduanya berkata: ” Umurmu masih tersisa dan belum selesai dan seandainya
sudah selesai waktunya kamu pasti akan memasuki rumahmu.” (Sahih Bukhari, no. 1297, Musnad
Ahmad, no. 19306)
Dari Sa’id bin Abi Al Hasan berkata: Aku pernah bersama Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu ketika datang
seorang kepadanya seraya berkata: “Wahai Abu Abbas, aku adalah seorang yang mata pencarianku
adalah dengan kemahiran tanganku iaitu membuat lukisan seperti ini.” Maka Ibnu Abbas berkata: “Aku
tidaklah menyampaikan kepadamu perkataan melainkan dari apa yang pernah aku dengar dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang Beliau bersabda: “Siapa yang membuat gambar lukisan,
Allah akan menyiksanya hingga dia meniupkan roh (nyawa) kepada gambarnya itu dan sekali-kali dia
tidak akan boleh mendatangkanhya selamanya.” Maka orang tersebut sangat ketakutan dengan wajah
yang pucat pasi lalu berkata: “Bagaimana pendapatmu kalau aku tidak boleh meninggalkannya kecuali
tetap menggambar?” Dia (Ibnu Abbas) berkata: “Gambarlah olehmu pepohonan dan setiap sesuatu yang
tidak memiliki nyawa.” (Sahih Bukhari, no. 2073)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di
syurga ada sebuah pohon yang jika bayangannya ditempuh oleh para pengendara, memerlukan waktu
seratus tahun lamanya, bacalah firman Allah jika kamu mahu, (al-Waqi’ah ayat 30) yang ertinya “Dan
naungan yang terbentang luas”, dan hujung panah seseorang dari kalian di syurga lebih baik daripada
tempat matahari terbit atau terbenam.” (Sahih Bukhari, no. 3013)
Dari Sa’id bin Jubair berkata Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma; “Wanita pertama yang menggunakan ikat
pinggang adalah ibu Nabi Isma’il ‘Alaihissalam. Dia menggunakannya untuk menghilangkan jejak dari
Sarah kemudian Ibrahim ‘Alaihissalam membawanya berserta anaknya Ismail yang saat itu ibunya masih
menyusuinya hingga Ibrahim ‘Alaihissalam menempatkan keduanya dekat Baitullah (Kaabah) pada
sebuah sumur di atas zamzam di hujung al-Masjidil Haram. Waktu itu di Makkah tidak ada seorang pun
yang tinggal di sana dan tidak ada pula air. Ibrahim menempatkan keduanya di sana dan meninggalkan
semacam karung berisi kurma dan kantung/geriba berisi air. Kemudian Ibrahim pergi untuk meninggalkan
keduanya. Maka Ibu Ismail mengikutinya seraya berkata: “Wahai Ibrahim, kamu mahu pergi ke mana?
Apakah kamu (sanggup) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada
sesuatu apa pun ini”. Ibu Ismail terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya
Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya ibu Ismail bertanya: “Apakah Allah yang memerintahkan
kamu atas semuanya ini?” Ibrahim menjawab: “Ya”. Ibu Ismail berkata: “Kalau begitu, Allah tidak akan
mengsia-siakan kami”. Kemudian ibu Isma’il kembali dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga
ketika sampai pada sebuah bukit dan orang-orang tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke arah
(tapak) Kaabah lalu berdoa untuk mereka dengan beberapa kalimat doa dengan mengangkat kedua
belah tangannya, katanya: “Rabbi, (sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah-Mu yang disucikan) hingga sampai
kepada (semoga mereka menjadi hamba-hamba yang bersyukur)” (Ibrahim ayat 37). Kemudian ibu Ismail
mulai menyusui anaknya dan minum dari air persediaan hingga ketika air yang ada pada kantung habis,
dia menjadi haus begitu juga anaknya. Lalu dia memandang kepada Ismail sang bayi yang sedang
meronta-ronta, atau dia berkata dengan redaksi: “Berguling-guling di atas tanah”. Kemudian Hajar pergi
meninggalkan Ismail dan tidak kuat melihat keadaannya. Maka dia mendatangi bukit Safa sebagai
gunung yang paling dekat keberadaannya dengannya. Dia berdiri di sana lalu menghadap ke arah
lembah dengan harapan dapat melihat orang di sana namun dia tidak melihat seorang pun. Maka dia
turun dari bukit Safa dan ketika sampai di lembah dia menyingsingkan hujung pakaiannya lalu berusaha
keras layaknya seorang manusia yang berjuang keras hingga ketika dia dapat melalui lembah dan
sampai di bukit Marwah lalu beridiri di sana sambil melihat-lihat apakah ada orang di sana namun dia
tidak melihat ada seorang pun. Dia melakukan hal itu sebanyak tujuh kali (antara bukit Safa dan
Marwah). Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah sa’ie
yang mesti dilakukan oleh manusia (yang berhaji) antara kedua bukit itu”. Ketika berada di puncak
Marwah, dia mendengar ada suara, lalu dia berkata dalam hatinya “diamlah”, yang Hajar maksud adalah
dirinya sendiri. Kemudian dia berusaha mendengarkanya maka dia dapat mendengar suara itu lagi maka
dia berkata: “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud meminta pertolongan”.
Ternyata suara itu adalah suara malaikat (Jibril ‘Alaihissalam) yang berada di dekat zamzam, lantas Jibril
menggali air dengan ‘tumitnya’ atau katanya ‘dengan sayapnya’ hingga air keluar memancar. Ibu Ismail
mulai membuat tampungan air dengan tangannya seperti ini iaitu mencedok air dan memasukkannya ke
kantung sedangkan air terus saja memancar dengan deras setelah dicedok”. Ibnu ‘Abbas radhiallahu
‘anhuma berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semoga Allah merahmati Ummu Ismail
(Siti Hajar) kerana kalau dia membiarkan zamzam atau kalau dia tidak segera menampung air tentulah
air zamzam itu akan menjadi air yang mengalir”. Akhirnya dia dapat minum air dan menyusui anaknya
kembali. Kemudian malaikat berkata kepadanya: “Janganlah kalian takut dibinasakan kerana di sini
adalah rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak akan
mengsia-siakan hamba-Nya”. Pada saat itu Kaabah Baitullah posisinya agak tinggi dari permukaan tanah
seperti sebuah bukit kecil, yang apabila datang banjir akan terkikis dari samping kanan dan kirinya. Ibu
Ismail, Hajar terus melalui hidup seperti itu hingga kemudian lalu serombongan orang dari suku Jurhum
atau keluarga Jurhum yang datang dari jalur bukit Kadaa’ lalu singgah di hilir Makkah kemudian mereka
melihat ada seekor burung sedang terbang berputar-putar. Mereka berseru: “Burung ini pasti berputar
kerana mengelilingi air padahal kita mengetahui secara pasti bahawa di lembah ini tidak ada air. Akhirnya
mereka mengutus satu atau dua orang yang larinya cepat dan ternyata mereka menemukan ada air.
Mereka kembali dan mengkhabarkan keberadaan air lalu mereka mendatangi air. Beliau berkata: “Saat
itu Ibu Ismail sedang berada dekat pada air”. Mereka berkata kepadanya: “Apakah kamu mengizinkan
kami untuk singgah (tinggal) bersama denganmu di sini?” Ibu Ismail berkata: “Ya boleh tapi kalian tidak
berhak memiliki air”. Mereka berkata; “Baiklah”. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ibu Ismail menjadi senang atas peristiwa ini kerana ada orang-
orang yang tinggal bersamanya”. Akhirnya mereka pun tinggal di sana dan mengirim utusan kepada
keluarga mereka untuk mengajak mereka tinggal bersama-sama di sana”. Ketika para keluarga dari
mereka sudah tinggal bersama Hajar dan Ismail sudah beranjak belia, dia belajar berbahasa arab dari
mereka, bahkan menjadi manusia paling berharga dan paling ajaib di kalangan mereka. Kemudian Ismail
membesar menjadi seorang pemuda yang disenangi oleh mereka. Setelah dewasa, mereka menikahkan
Ismail dengan seorang wanita dari mereka dan tak lama kemudian ibu Ismail meninggal dunia. Di
kemudian hari Ibrahim datang setelah Ismail menikah untuk mencari tahu apa yang telah ditinggalkannya
namun dia tidak menemukan Ismail. Ibrahim bertanya tentang Ismail kepada isterinya Ismail. Isterinya
menjawab: “Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami. Lalu Ibrahim bertanya tentang kehidupan dan
keadaan mereka. Isteri Ismail menjawab: “Kami mengalami banyak keburukan dan hidup kami sempit
dan penuh penderitaan yang berat”. Isteri Ismail mengadukan kehidupan yang dijalaninya bersama
suaminya kepada Ibrahim. Ibrahim berkata: “Nanti apabila suami kamu datang sampaikan salam dariku
dan katakan kepadanya agar mengubah bingkai pintu rumahnya”. Ketika Ismail datang dia merasakan
sesuatu lalu dia bertanya kepada isterinya: “Apakah ada orang yang datang kepadamu?” Isterinya
menjawab: “Ya. Tadi ada orang tua begini dan begini keadaannya datang kepada kami dan dia
menanyakan kamu lalu aku terangkan dan dia bertanya kepadaku tentang keadaan kehidupan kita maka
aku terangkan bahawa aku hidup dalam kepayahan dan penderitaan”. Ismail bertanya: “Apakah orang itu
ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?” Isterinya menjawab: “Ya. Dia memerintahkan aku agar
aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mengubah bingkai pintu rumah
kamu”. Ismail berkata: “Dialah ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan
kamu maka itu kembalilah kamu kepada keluargamu”. Maka Ismail menceraikan isterinya. Kemudian
Ismail menikah lagi dengan seorang wanita lain dari kalangan penduduk itu lalu Ibrahim pergi lagi
meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang dikehendaki Allah dan setelah itu datang kembali untuk
menemui mereka namun dia tidak mendapatkan Ismail hingga akhirnya dia mendatangi isteri Ismail lalu
bertanya kepadanya tentang Ismail. Isterinya menjawab; “Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.
Lalu Ibrahim bertanya lagi: “Bagaimana keadaan kalian”. Dia bertanya kepada isterinya Ismail tentang
kehidupan dan keadaan hidup mereka. Isterinya menjawab: “Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja
dan cukup”. Isteri Ismail memuji Allah. Ibrahim bertanya: ‘Apa makanan kalian?’ Istri Ismail menjawab:
“Daging”. Ibrahim bertanya lagi: “Apa minuman kalian?’ Istri Ismail menjawab: “Air”. Maka Ibrahim berdoa:
“Ya Allah, berkatilah mereka dalam daging dan air mereka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Saat itu tidak ada biji-bijian di Makkah dan seandainya ada tentu Ibrahim sudah mendoakannya”. Dia
berkata: “Dan dari doa Ibrahim tentang daging dan air itulah, tidak ada seorang pun selain penduduk
Makkah yang mengeluh bila yang mereka dapati hanya daging dan air”. Ibrahim selanjutnya berkata:
“Jika nanti suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar
memperkukuh bingkai pintu rumahnya”. Ketika Ismail datang, dia berkata: “Apakah ada orang yang
datang kepadamu?” Isterinya menjawab: “Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang
kepada kami”. Isterinya mengagumi Ibrahim. Dia bertanya kepadaku tentang kamu maka aku terangkan
lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita maka aku jawab bahawa aku dalam keadaan
baik-baik saja”. Ismail bertanya: “Apakah orang itu ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?”
Isterinya menjawab: “Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan
berpesan agar kamu mempertahankan bingkai pintu rumah kamu”. Ismail berkata: “Dialah ayahku dan
bingkai pintu yang dimaksud adalah kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu”.
Kemudian Ibrahim meninggalkan mereka lagi untuk waktu tertentu sebagaimana dikehendaki Allah, lalu
datang kembali setelah itu saat Ismail meletakkan anak panahnya di bawah sebatang pohon dekat
zamzam. Ketika dia melihatnya, dia segera menghampirinya dan berbuat sebagaimana layaknya seorang
ayah terhadap anaknya dan seorang anak terhadap ayahnya kemudian dia berkata: “Wahai Ismail, Allah
memerintahkanku dengan suatu perintah”. Ismail berkata: “Lakukanlah apa yang diperintahkan Rabbmu”.
Ibrahim berkata lagi: Apakah kamu akan membantu aku?” Ismail berkata: “Ya aku akan membantumu”.
Ibrahim berkata: “Allah memerintahkan aku agar membangun rumah di tempat ini”. Ibrahim menunjuk ke
suatu tempat yang agak tinggi di banding sekelilingnya”. Perawi berkata: “Dari tempat itulah keduanya
meninggikan asas Baitullah, Ismail bekerja mengangkut batu-batu sedangkan Ibrahim yang
menyusunnya (membangunnya) hingga ketika bangunan sudah tinggi, Ismail datang membawa batu ini
lalu meletakkannya untuk Ibrahim agar boleh naik di atasnya sementara Ismail memberikan batu-batu.
Keduanya bekerja sambil mengucapkan kalimah doa: “Rabb kami, terimalah (amal) dari kami
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”. Keduanya terus saja membangun
hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus saja membaca doa: “Rabb kami, terimalah (amal) dari
kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (Al-Baqarah ayat 127). (Sahih
Bukhari, no. 3113)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah di suatu hari
Jumaat berdiri di atas sebatang pohon atau pohon kurma lalu ada seorang wanita atau seorang laki-laki
Ansar berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kami buatkan mimbar untuk baginda?” Beliau
menjawab: “Silakan, bila kalian kehendaki.” Maka mereka membuatkan untuk beliau sebuah mimbar.
Ketika hari Jumaat beliau naik ke atas mimbar lalu batang pohon kurma tadi berteriak bagaikan teriakan
bayi. Maka kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam turun menghampiri batang pohon tersebut lalu
memeluknya sehingga teriakannya melemah hingga bagaikan rintihan bayi yang akhirnya diam dengan
sendirinya. Beliau bersabda: “Batang kayu itu menangis kerana mendengar zikir di sekelilingnya”. (Sahih
Bukhari, no. 3319)
Dari Abu Musa dia meriwayatkannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku melihat dalam
mimpiku bahawa aku akan berhijrah dari Makkah ke suatu tempat yang padanya tumbuh pepohonan
kurma lalu aku menduga bahawa itu adalah negeri Yamamah atau Hajar (tempat hijrah yang lain) yang
ternyata adalah Madinah, kota Yathrib. Dan aku melihat dalam mimpiku ini bahawa aku mengayun-
ayunkan pedang lalu menjadi patah pada bahagian pangkalnya yang ternyata itu merupakan isyarat yang
akan menimpa Kaum Mukminin pada perang Uhud, lalu aku mengayun-ayunkan kembali pedang
tersebut, lalu pedang itu kembali menjadi utuh seperti sedia kala, itu bererti apa yang Allah akan
datangkan berupa kemenangan dan bersatunya Kaum Mukminin, dan aku melihat pula dalam mimpiku
itu seekor sapi, yang demi Allah sangat bagus bentuknya, itu bererti Kaum Mukminin pada perang Uhud
yang akan mendapatkan kebaikan seperti yang Allah datangkan dari kebaikan dan pahala, sebagai janji
yang benar yang telah Allah berikan kepada kita pada perang Badar”. (Sahih Bukhari, no. 3352)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah sekiranya anda singgah di suatu lembah, dan di dalam lembah itu
terdapat pohon yang buahnya telah dimakan, lalu anda mendapatkan satu pohon yang buahnya belum
dimakan, maka pada pohon manakah anda akan menambatkan unta anda?” Beliau pun menjawab:
“Pada pohon yang belum dijamah.” Maksudnya, adalah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
belum pernah menikahi gadis selainnya. (Sahih Bukhari, no. 4687)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah disihir
hingga seakan-akan beliau telah mendatangi para isterinya, padahal beliau tidak mendatanginya, -Sufyan
mengatakan: “Bahawa keadaan seperti ini termasuk sihir yang paling berat- Kemudian beliau bersabda:
“Wahai Aisyah, apakah kamu mengetahui bahawa Allah telah memberikan fatwa (menghukumi) dengan
apa yang telah aku fatwakan (hukumi)? Dua orang laki-laki (malaikat) telah datang kepadaku, lalu salah
seorang dari keduanya duduk di atas kepalaku dan satunya lagi di kakiku. Kemudian seorang yang
berada di kepalaku berkata kepada yang satunya: “Kenapa laki-laki ini?” Temannya menjawab: “Terkena
sihir.’ Salah seorang darinya bertanya: “Siapakah yang menyihirnya?” Temannya menjawab: “Lubid bin
Al A’sham, laki-laki dari Bani Zuraiq, seorang munafik dan menjadi sekutu orang-orang Yahudi.” Salah
seorang darinya bertanya: “Dengan benda apakah dia menyihir?” Temannya menjawab: “Dengan rambut
yang terjatuh ketika disisir.” Salah seorang darinya bertanya: “Di manakah benda itu diletakkan?”
Temannya menjawab: “Di mayang kurma yang diletakkan di bawah batu dalam sumur Dzarwan.” Aisyah
berkata: “Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi sumur tersebut hingga beliau
dapat mengeluarkan barang tersebut, lalu beliau bersabda: “Ini adalah sumur yang diperlihatkan padaku,
seakan-akan airnya berubah bagaikan rendaman pohon inai dan seakan-akan pohon kurmanya bagaikan
kepala syaitan.” Abu Hisyam berkata: “Apakah beliau meminta barangnya dikeluarkan?” Aisyah berkata:
Lalu aku bertanya: “Apakah anda tidak meruqyahnya?” Beliau bersabda: “Tidak, sesungguhnya Allah
telah menyembuhkanku dan aku hanya tidak suka memberikan kesan buruk kepada orang lain dari
peristiwa itu.” (Sahih Bukhari, no. 5323)
Dari Abu Qatadah bin Rib’i Al Anshari, ia menceritakan bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah dilalui jenazah, kemudian beliau bersabda: “Telah tiba gilirannya seorang mendapat
kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa maksud
anda ada orang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman?” Jawab Nabi: “seorang hamba
yang mukmin akan memperoleh kenyamanan dari kelelahan dunia dan kesulitan-kesulitannya menuju
rahmat Allah, sebaliknya hamba yang jahat, (maka) manusia, negara, pepohonan atau haiwan menjadi
nyaman kerana kematiannya.” (Sahih Bukhari, no. 6031)
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua golongan
penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor
sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga
dengan bertelanjang (kerana pakaiannya terlalu minima, terlalu tipis atau tembus pandang, terlalu ketat,
atau pakaian yang merangsang lelaki kerana sebahagian auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-
lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disanggul) bagaikan punuk (bonggol) unta.
Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk syurga, bahkan tidak dapat mencium bau syurga. Padahal bau
syurga itu dapat tercium dari (jarak) begini dan begini.” (Sahih Muslim, no. 3971, no. 5098)
Dari Aisyah dia berkata: “(Suatu ketika) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk-duduk, maka kami
mendengar suara hiruk pikuk dan suara anak-anak kecil, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berdiri, ternyata seorang budak wanita Habsyah sedang menari dan bermain, sedangkan di sekitarnya
ada beberapa anak-anak kecil, maka beliau bersabda: “Kemarilah wahai Aisyah dan lihatlah.” Aku pun
datang, sambil menaruh daguku di atas bahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku melihat
pertunjukan itu -iaitu antara bahu sampai kepala beliau-, maka beliau bersabda kepadaku: “Apakah kamu
sudah puas, apakah kamu sudah puas?” Jawabku: “Belum.” Kerana aku masih ingin berada dekat beliau,
tiba-tiba Umar muncul, Aisyah berkata: “Maka orang-orang (yang ada di situ) sama berlarian.” Aisyah
berkata: Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku telah melihat
syaitan dari jenis jin dan manusia telah lari dari Umar.” Aisyah berkata: “Lalu aku pun kembali.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 3624, hasan sahih gharib)
Dari Ibnu Umar dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku adalah orang yang
pertama kali dibangkitkan dari permukaan bumi, kemudian Abu Bakar kemudian Umar, kemudian aku
datang kepada penghuni Baqi’, hingga akhirnya mereka dikumpulkan bersamaku, lalu aku menunggu
penduduk Makkah sehingga mereka di kumpulkan di antara Haramain (Tanah Haram).” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3625, hasan gharib)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang kepada
kalian seseorang dari penghuni syurga.” Ternyata yang muncul adalah Abu Bakar, kemudian beliau
bersabda: “Akan datang kepada kalian seseorang dari penghuni syurga.” Ternyata yang muncul adalah
Umar.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3627, gharib)
Anas bin Malik berkata, ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni syurga”, lalu muncul seorang
laki-laki Ansar yang janggutnya masih bertitisan air sisa wudhu’, sambil menggantungkan kedua
seliparnya pada tangan kirinya. Esok harinya Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda seperti itu juga,
lalu muncul laki-laki itu lagi seperti yang pertama, dan pada hari ketiga Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam
bersabda seperti itu juga dan muncul laki-laki itu kembali seperti keadaan dia yang pertama. Ketika Nabi
Shallallahu’alaihi wa Sallam berdiri, Abdullah bin Amru bin Al-Ash Radhiallahu ‘anhu mengikuti laki-laki
tersebut dengan berkata: “Kawan, saya ini sebenarnya sedang bertengkar dengan ayahku dan saya
bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari, jika boleh, izinkan saya tinggal di tempatmu hingga
tiga malam.” “Tentu”, jawab laki-laki tersebut. Anas bin Malik berkata, Abdullah Radhiallahu ‘anhu
bercerita: Aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, anehnya tidak pernah aku
temukannya mengerjakan solat malam sama sekali, hanya saja jika ia bangun dari tidurnya dan beranjak
dari tempat tidurnya, lalu berzikir kepada Allah ‘azza wajalla dan bertakbir sampai ia mendirikan solat
fajar, selain itu juga saya tidak pernah mendengar dia berkata kecuali yang baik baik saja, maka ketika
berlalu tiga malam dan hampir-hampir saja saya menganggap biasa amalannya, saya berkata: “Wahai
kawan, sebenarnya antara saya dengan ayahku sama sekali tidak ada pergaduhan dan saling
mendiamkan seperti yang telah saya katakan, akan tetapi saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi
wa Sallam bersabda tentang dirimu tiga kali: “Akan muncul pada kalian seorang laki-laki penghuni
syurga.” Lalu kamulah yang muncul tiga kali tersebut, maka saya ingin tinggal bersamamu agar dapat
melihat apa saja yang kamu kerjakan hingga saya dapat mengikutinya, namun saya tidak pernah
melihatmu mengerjakan amalan yang banyak, lalu amalan apa yang membuat Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa Sallam sampai mengatakan engkau ahli syurga?” Laki-laki itu menjawab: “Tidak ada
amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat”, maka tatkala aku berpaling,
laki-laki tersebut memanggilku dan berkata: “Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti
apa yang telah kamu lihat, hanya saja saya tidak pernah mendapatkan pada diriku, rasa ingin menipu
terhadap siapa pun dari kaum muslimin, dan saya juga tidak pernah merasa iri dengki kepada seorang
atas kebaikan yang telah dikurniakan oleh Allah kepada seseorang.” Maka Abdullah Radhiallahu ‘anhu
berkata: “Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada darjat yang tidak boleh kami lakukan.” (Musnad
Ahmad, no. 12236)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di gua
Hira’ bersama Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali, Thalhah dan Zubair, tiba-tiba batu besar (yang mereka
injak) bergegar, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tenanglah, kerana yang bersamamu
adalah seorang Nabi, dan As-Siddiq (Abu Bakar), serta dua Syahid (Umar dan Uthman).” (Sahih Muslim,
no. 4438, Sunan At-Tirmidzi, no. 3629, sahih, no. 3630, hasan sahih)
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari datuknya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
Apabila salah seorang di antara kalian menikah atau membeli budak (hamba) maka hendaknya ia
memegang ubun-ubunnya dan berdoa untuk mendapatkan berkat pada wanita dan budak (seraya)
mengucapkan:
َ ‫علَ ْي ِه َوأَعُوذُ ِبكَ مِ ْن ش َِرهَا َومِ ْن ش َِر َما َج َب ْلت َ َها‬
‫ع َل ْي ِه‬ َ ‫الله ُه هم ِإنِي أ َ ْسأ َلُكَ َخي َْرهَا َو َخي َْر َما َج َب ْلت َ َها‬
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan sesuatu yang Engkau ciptakan dia
padanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan sesuatu yang Engkau
ciptakan dia padanya.”
Dan apabila ia membeli unta maka hendaknya ia memegang bonggolnya dan mengucapkan seperti itu!
(Sunan Abu Daud, no. 1845, Kitab Nikah)
Dari ‘Amru bin Syu’aib dari bapanya dari datuknya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: Apabila salah seorang dari kalian hendak mengambil manfaat dari seorang isteri (bersetubuh),
atau pembantu, atau haiwan, hendaklah ia pegang ubun-ubunnya sambil mengucapkan:
‫ع َل ْي ِه‬ ْ َ‫علَ ْي ِه َوأَعُوذُ ِبكَ مِ ْن ش َِرهَا َوش َِر َما ُج ِبل‬
َ ‫ت‬ َ ‫ت‬ ْ ‫الله ُه هم ِإنِي أ َ ْسأَلُكَ مِ ْن َخي ِْرهَا َو َخي ِْر َما ُج ِب َل‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan yang telah Engkau
berikan kepadanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan yang Engkau
berikan kepadanya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1908, Kitab Nikah)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila salah seorang di antara
kalian hendak mendatangi isterinya (mengaulinya) hendaknya mengucapkan (doa):
‫طانَ َما َرزَ ْقتَنَا‬ َ ‫ش ْي‬
‫طانَ َو َجنِبْ ال ه‬َ ‫َّللا الله ُه هم َجنِ ْبنَا ال هش ْي‬
ِ ‫بِس ِْم ه‬
“Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkan kami dari syaitan dan jauhkan syaitan dari anak yang Engkau
rezekikan kepada kami.”
Kemudian (jika) ditakdirkan mereka berdua memiliki anak dari hubungan tersebut, maka anak tersebut
tidak akan diganggu syaitan selamanya. (Sahih Bukhari, no. 138, Kitab Wudhu’, no. 3031, Kitab :
Permulaan penciptaan makhluk, Sahih Muslim, no. 2591, Kitab Nikah, Sunan Abu Daud, no. 1846, Kitab
Nikah)
Dari Ibnu Abu Al Mu’alla dari ayahnya bahawa suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkhutbah, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang diberi pilihan oleh Rabbnya
Azza wa jalla untuk memilih antara hidup di dunia sesuka hati, ia boleh makan di dunia sesuka hati atau
memilih berjumpa dengan Rabbnya, maka ia pun memilih berjumpa dengan Rabbnya (peristiwa hampir
wafatnya beliau).” Abu Al Mu’ala berkata: “Lalu Abu Bakar menangis.” Maka para sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; “Tidakkah kalian hairan dengan orang tua ini (Abu Bakar), ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki soleh yang disuruh Rabnya
memilih antara (perhiasan) dunia atau berjumpa dengan Rabbnya namun ia memilih berjumpa dengan
Rabbnya.” Abu Al Mu’alla berkata; “Abu Bakar adalah orang yang paling mengerti maksud dari sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di antara para sahabat yang lain, maka Abu bakar berkata;
“Bahkan kami akan menebus anda dengan harta dan anak-anak kami wahai Rasulullah.” Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak seorang pun di antara manusia yang lebih
berbuat baik kepada kami dalam persahabatannya dan apa yang telah diberikannya melebihi imannya
Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar), seandaianya aku boleh menjadikan khalil (kekasih sebagai seorang Nabi)
tentulah aku menjadikan Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar) sebagai khalil, akan tetapi ia sangat menyukai
persaudaraan dan keimanan (yang tulus) -beliau mengatakannya hingga dua kali-. Ketahuilah
sesungguhnya sahabat kalian ini (Abu Bakar) adalah khalilullah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3592, hasan
gharib, Musnad Ahmad, no. 15357)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di atas mimbar, beliau
bersabda: “Sesungguhnya Allah menawarkan pada hamba-Nya antara perhiasan dunia sesuai yang ia
kehendaki dan apa yang ada di sisi-Nya, namun hamba itu memilih apa yang ada di sisi-Nya (peristiwa
hampir wafatnya beliau).” Maka Abu Bakar berkata; “Bahkan kami akan menebus anda dengan bapa-
bapa kami dan anak-anak kami wahai Rasulullah.” Abu Sa’id berkata; “Kami pun kehairanan.” Lantas
orang-orang (para sahabat) berkata; “Lihatlah kepada syaikh (orang tua yakni Abu Bakar) ini, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhabarkan tentang seorang hamba yang disuruh memilih antara diberi
perhiasan dunia sekehendak hatinya dengan apa yang ada di sisi-Nya, jesteru ia berkata; Bahkan kami
akan menebus anda dengan bapa-bapa kami dan anak-anak kami.” Abu Sa’id berkata; “Padahal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba yang diberi pilihan tersebut, sedangkan Abu Bakar
adalah orang yang lebih mengetahui hal itu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya sebaik-baik orang terhadapku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, jika
saja aku boleh menjadikan kekasih selain Allah, nescaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku,
namun persaudaraan Islam (sebagai kecintaan), tidaklah tersisa seberkas cahaya di dalam masjid
kecuali melainkan cahaya Abu Bakar.” (Sahih Bukhari, no. 446, Sunan At-Tirmidzi, no. 3593, hasan
sahih)
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada tangan
seorang pun di sisi kami kecuali telah kami cukupkan melainkan Abu Bakar, kerana bagiku ia memiliki
tangan yang Allah cukupkan baginya pada hari Kiamat, dan tidak ada harta seorang pun yang dapat
memberiku manfaat sebagaimana harta Abu Bakar memberi manfaat kepadaku, sekiranya aku di
perbolehkan mengambil seorang kekasih, sungguh aku akan mengambil Abu Bakar sebagai khalil
(kekasih), dan ketahuilah bahawa sahabat kalian ini adalah khalilullah (kekasih Allah).” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3594, hasan gharib)
Dari Ali bin Abi Talib dia berkata; “Kami bersama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba
Abu Bakar dan Umar muncul (di hadapan kami), maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua
orang ini adalah penghulu penduduk syurga yang berusia dewasa dari orang pertama hingga yang
terakhir selain para Nabi dan para Rasul, jangan beritahu kepada keduanya wahai Ali.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3598, hasan gharib)
Dari Aisyah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Suruhlah Abu Bakar menjadi (imam
solat) dengan orang-orang.” Maka Aisyah berkata; “Wahai Rasulullah sesungguhnya apabila Abu Bakar
mengimami manusia, mereka tidak akan mendengar (ucapannya) kerana tangisannya, oleh kerana itu,
suruhlah Umar untuk mengimami manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Suruhlah
Abu Bakar untuk mengimami manusia.” Aisyah berkata; maka aku berkata kepada Hafsah; “Katakan
pada beliau, sesungguhnya apabila Abu Bakar mengimami manusia, mereka tidak akan mendengarnya
kerana tangisannya, maka suruhlah Umar untuk mengimami manusia.” Lalu Hafsah pun
melaksanakannya, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian
seperti sahabat Yusuf (suka mengingkari), suruhlah Abu Bakar untuk mengimami manusia.” Lalu Hafsah
berkata kepada Aisyah; “Sungguh aku tidak mendapatkan kebaikan sedikit pun darimu.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3605, hasan sahih)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak layak
bagi suatu kaum yang terdapat di di tengah mereka Abu Bakar untuk menjadikan Imam selainnya.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 3606, hasan gharib)
Umar bin Khattab berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kami untuk
bersedekah, bertepatan dengan itu, aku mempunyai harta, aku berkata (dalam hati): “Pada hari ini, aku
lebih unggul dari pada Abu Bakar jika aku lebih dulu.” Umar berkata: “Lalu aku datang dengan setengah
dari hartaku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa yang kamu tinggalkan buat
keluargamu?” Jawabku; “Sepertinya itu (setengah).” Lalu Abu Bakar datang dengan membawa seluruh
(harta) yang ia punyai. Beliau bertanya: “Apa yang kamu tinggalkankan buat keluargamu?” Dia
menjawab; “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Maka aku (Umar) berkata; “Demi Allah.
Aku tidak pernah boleh mendahuluinya (Abu Bakar) terhadap sesuatu pun selamanya.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3608, hasan sahih, Sunan Ad-Darimi, no. 1601)
Dari Abu Sa’id Al Khudri dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang
Nabi melainkan ia memiliki dua orang wazir (orang kepercayaan) dari penduduk langit dan penduduk
bumi, sedangkan dua wazirku dari penduduk langit adalah Jibril dan Mikail, sedangkan dua wazirku dari
penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3613, hasan gharib)
Dari Uqbah bin Amir dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekiranya
sepeninggalku ada seorang Nabi, maka itu adalah Umar bin Khattab.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3619,
hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 16764)
Dari Anas bahawa Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Ketika aku masuk syurga, tiba-tiba aku
berada di istana yang terbuat dari emas, aku bertanya: “Untuk siapakah istana ini?” (Para malaikat)
menjawab: “Untuk seorang pemuda Quraisy.” Aku mengira bahawa akulah orangnya. Maka aku
bertanya: “Siapakah dia?” Mereka mengatakan: “Dia adalah Umar bin Khattab.” (Sunan At-Tirmidzi, no.
3621, hasan sahih)
Dari Jabir bin Abdullah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku masuk
syurga, tak tahunya aku berada di sebuah istana emas. Maka aku bertanya: ‘Milik siapakah ini?’ Mereka
(malaikat) menjawab; ‘Milik seseorang dari Quraisy (Umar).’ Dan tiada yang menghalangiku untuk
memasukinya hai (Umar) Ibnu Khattab selain kerana aku tahu kecemburuanmu.” Maka Umar menjawab:
‘Apakah terhadapmu aku cemburu (akan) ya Rasulullah?’ (Sahih Bukhari, no. 6506)
Dari Abu Buraidah dia berkata: Pada suatu pagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal
lalu bersabda: “Hai Bilal, dengan apa kau mendahuluiku ke syurga, tidaklah aku masuk ke syurga sama
sekali kecuali aku mendengar bunyi tapak kasutmu dihadapanku. Tadi malam aku masuk ke syurga lalu
aku mendengar bunyi tapak kasutmu, lalu aku mendatangi istana emas yang tinggi dan menjulang, aku
bertanya: “Untuk siapakah ini?” Mereka (para Malaikat) menjawab: “Untuk seseorang dari bangsa Arab.”
Aku berkata: “Aku orang Arab, untuk siapakah istana ini?” Mereka menjawab: “Untuk seorang laki-laki
dari umat Muhammad.” Aku berkata: “Aku Muhammad, untuk siapakah istana ini?” Mereka menjawab:
“Untuk Umar bin Al Khattab.” Maka Bilal berkata: “Wahai Rasulullah, tidaklah aku mendengar azan
melainkan setelah itu aku menunaikan solat (sunnah) dua rakaat, dan tidaklah aku berhadas melainkan
aku lekas bersuci (wudhu’) kerananya, dan saya berpendapat bahawa Allah menetapkan dua rakaat
atasku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dengan kedua amalan itulah (kamu
mendahuliku ke syurga.” Sedangkan makna hadith: “Sesungguhnya tadi malam aku masuk syurga
adalah aku bermimpi seakan-akan aku masuk syurga.” Dari Ibnu Abbas bahawa dia berkata: “Mimpinya
para Nabi adalah wahyu.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3622, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 21918)
Dari Abdullah berkata: Seorang Yahudi mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam lalu berkata: Hai
Muhammad, sesungguhnya Allah menahan langit dengan satu jari, bumi dengan satu jari, gunung
dengan satu jari, para makhluk dengan satu jari lalu berfirman: Akulah Raja. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Salam tertawa hingga terlihat gigi geraham beliau, beliau bersabda: “Dan mereka tidak mengagungkan
Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari
kiamat dan langit digulung dengan tangan kananNya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi dia dari apa
yang mereka persekutukan” (Az-Zumar: 67). (Sahih Bukhari, no. 6865, Sunan At-Tirmidzi, no. 3162)
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam di Mina, kemudian bulan terbelah menjadi dua belah, sebelah dari balik gunung dan sebelah di
depan gunung. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada kami: Saksikanlah!
‘Iaitu telah dekat datangnya hari kiamat dan telah terbelah bulan’ (Al-Qamar: 1). (Sahih Muslim, no. 5011,
Sunan At-Tirmidzi, no. 3207)
Dari At Thufail bin Ubay bin Ka’ab dari ayahnya bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Perumpamaan antara diriku dengan para Nabi yang lain seperti seseorang yang membangun bangunan,
lalu ia membaguskan, menyempurnakan dan menghiasinya, namun masih kurang satu bahagian pada
bangunan tersebut. Lalu orang-orang mengelilingi bangunan itu dengan kehairanan seraya berkata;
“Sekiranya lubang bata tersebut sempurna!” Maka kedudukanku bagi para Nabi tersebut ibarat tempat
lubang bata itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat kelak, aku akan menjadi
imamnya para Nabi dan jurubicara mereka serta pemberi syafa’at mereka, bukannya untuk
membanggakan diri.” (Sahih Muslim, no. 4240, Sunan At-Tirmidzi, no. 3546)
Dari Ibnu Abbas dia berkata; “Beberapa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk-duduk
sambil menunggu beliau. Lalu beliau keluar, ketika beliau mendekati mereka, beliau mendengarkan
percakapan mereka, sebagian dari mereka berkata dengan penuh ketakjuban bahawa Allah telah
memilih Ibrahim di antara makhluknya sebagai Khalil (kekasih), dan sebahagian yang lain berkata; “Apa
ada yang lebih istimewa dari pada Musa, kerana Allah telah berbicara langsung kepadanya.” Dan
sebahagian yang lain berkata: “Isa adalah Kalimatullah (tercipta dengan ucapan; “kun, fa yakuun (jadilah,
maka jadi)” dan roh-Nya.” Sebahagian lagi mengatakan; “Adamlah yang telah Allah pilih”. Maka beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam telah keluar kepada mereka dan mengucapkan salam seraya bersabda:
“Sungguh aku telah mendengar pembicaraan kalian dan rasa takjub kalian, sesungguhnya Ibrahim
adalah Khalil (kekasih)-Nya dan dia seperti yang kalian katakan. Begitu juga Musa, ia merupakan orang
yang diajak bicara langsung oleh Allah dan dia memang seperti itu, dan Isa, dia adalah Kalimatullah dan
roh-Nya dan dia memang seperti itu, dan Adam yang telah Allah pilih dan dia memang seperti itu,
sementara aku adalah kesayangan Allah bukannya membanggakan diri, akulah pembawa bendera pujian
pada hari Kiamat, dan bukan bermaksud membanggakan diri, dan aku adalah orang yang pertama kali
memberikan syafaat dan yang pertama kali diberi syafaat oleh Allah pada hari kiamat, dan bukan
bermaksud membanggakan diri, dan aku adalah orang yang pertama kali menggerakkan rantai syurga
maka Allah membuka pintu syurga dan memasukkan aku kedalamnya bersama orang fakir dari orang-
orang yang beriman bukannya bermaksud untuk membanggakan diri, dan aku adalah orang yang paling
mulia dari generasi awal hingga akhir disisi Allah bukannya bermaksud untuk membanggakan diri.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 3549, Sunan Ad-Darimi, no. 47)
Dari Aus bin Aus dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam beliau bersabda: “Hari kalian yang paling utama
adalah hari Jumaat (kerana) pada hari itu Nabi Adam dicipta, pada hari itu beliau diwafatkan, pada hari
itu ditiupnya sangkakala (menjelang kiamat), dan pada hari (mereka) dijadikan pengsan. Maka
perbanyaklah selawat kepadaku (kerana) selawat kalian disampaikan kepadaku.” Mereka (para sahabat)
berkata; “Wahai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bagaimana mungkin selawat kami boleh
disampaikan kepada engkau, sedangkan engkau telah meninggal -atau mereka berkata; “telah hancur
(tulangnya)?”- Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam lalu berkata: “Allah Azza wa Jalla mengharamkan
tanah untuk memakan jasad para Nabi ‘Alaihimus Salam.” (Sunan Ibnu Majah, no 1075, no. 1626, Sunan
An-Nasai, no. 1357)
Dari Sahal radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dalam syurga ada satu
pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada hari kiamat tidak akan ada orang yang masuk ke
syurga melalui pintu itu kecuali para shaimun (orang-orang yang berpuasa). Tidak akan ada seorang pun
yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan kepada mereka: Mana para shaimun,
maka para shaimun berdiri menghadap. Tidak akan ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut
selain mereka. Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada
seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (Sahih Bukhari, no. 1763, Sunan An-Nasai, no. 2205)
Dari Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang memiliki
harta yang ia tidak menunaikan hak hartanya (zakat), melainkan akan dijadikan untuknya ular botak
sebagai kalung dilehernya, ia berlari tercirit-birit darinya namun ular tersebut terus mengikutinya.”
Kemudian beliau membaca pembenarannya dari Kitabullah Azza wa Jalla, ‘Sekali-kali janganlah orang-
orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari kurnia-Nya menyangka bahawa
kebakhilan baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan itu dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat…” (Ali Imraan: 180). (Sunan At-Tirmidzi, no.
2938, Sunan An-Nasai, no. 2398)
Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Telah bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam: “(Pada hari
kiamat nanti) akan datang seekor unta dalam bentuknya yang paling baik kepada pemiliknya yang ketika
di dunia dia tidak menunaikan haknya (zakatnya). Maka unta itu akan menginjak-injaknya dengan
kakinya. Begitu juga akan datang seekor kambing dalam bentuknya yang paling baik kepada pemiliknya
yang ketika di dunia dia tidak menunaikan haknya (zakatnya). Maka kambing itu akan menginjak-injaknya
dengan kakinya dan menyeruduknya dengan tanduknya”. Dan Beliau berkata: “Dan di antara haknya
adalah memerah air susunya (lalu diberikan kepada faqir miskin)”. Beliau Shallallahu’alaihiwasallam
melanjutkan: “Dan pada hari kiamat tidak seorang pun dari kalian yang datang membawa seekor
kambing di pundaknya kecuali kambing tersebut terus bersuara, lalu orang itu berkata: “Wahai
Muhammad!” Maka aku menjawab: “Aku sedikit pun tidak punya kekuasaan atasmu kerana aku dahulu
sudah menyampaikan (masalah zakat ini). Dan tidak seorang pun dari kalian yang datang membawa
seekor unta di pundaknya kecuali unta tersebut terus bersuara, lalu orang itu berkata: “Wahai
Muhammad!” Maka aku berkata: “Aku sedikit pun tidak punya kekuasaan atasmu kerana aku dahulu
sudah menyampaikan (masalah zakat ini)”. (Sahih Bukhari, no. 1314, Sunan An-Nasai, no. 2405)
Dari ‘Amru bin Syu’aib dari bapanya dari datuknya bahawa seorang wanita dari negeri Yaman datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama puterinya yang mengenakan dua gelang
ditangannya berukuran besar terbuat dari emas, lalu beliau bertanya: “Apakah kamu telah mengeluarkan
zakat gelang ini?” Ia menjawab; ‘Tidak.’ Beliau bersabda: ‘Apakah kamu senang pada hari Kiamat nanti
Allah Azza wa Jalla akan menggelangimu dengan dua gelang dari api neraka?’ Ibnu Amru berkata; ‘Maka
ia segera melepas kedua gelang tersebut dan melemparkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, seraya berkata; ‘Kedua gelang itu untuk Allah dan Rasul-Nya.’ (Sunan An-Nasai, no. 2434)
Dari Abu Hurairah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah mengumpulkan manusia pada
hari kiamat di satu tanah lapang kemudian Dia mendatangi mereka, Dia berfirman: Ingat, setiap manusia
mengikuti apa yang pernah disembahnya. Lalu penyembah salib diperlihatkan penjelmaan salibnya,
penyembah patung diperlihatkan penjelmaan patungnya dan penyembah api diperlihatkan penjelmaan
apinya lalu mereka mereka mengikuti yang pernah mereka sembah dan kaum muslimin tetap tinggal.
Setelah itu Rabb semesta alam mendatangi mereka, Dia bertanya: Apa kau tidak mengikuti mereka?
Mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah darimu, kami berlindung diri kepada Allah darimu,
Rabb kami, ini adalah tempat kami hingga kami melihat Rabb kami. Dia memerintah mereka dan
meneguhkan mereka kemudian bersembunyi, setelah itu datang dan bertanya: Apa kau tidak mengikuti
mereka? Mereka berkata: Kami berlindung diri pada Allah darimu, kami berlindung diri pada Allah darimu,
Rabb kami, ini adalah tempat kami hingga kami melihat Rabb kami. Dia memerintah mereka dan
meneguhkan mereka.” Mereka bertanya: Apakah kita melihatNya, wahai Rasulullah? Beliau balik
bertanya: “Apakah kalian (menghadapi) kesulitan saat melihat rembulan di malam purnama?” Mereka
menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian tidaklah (menghadapi)
kesulitan melihat-Nya saat itu. Setelah itu Dia bersembunyi lalu muncul, lalu Dia mengenalkan diri-Nya
kepada mereka, Dia berfirman: Aku Rabb kalian, ikutilah aku. Kaum muslimin berdiri, kemudian (titian)
sirat diletakkan. Mereka pun melintasinya seperti kuda-kuda terbaik dan pengendara, kata-kata mereka
saat berada di atas sirat: Selamatkan, selamatkan. Setelah itu yang tersisa hanyalah penghuni neraka, di
antara mereka ada segolongan besar dilemparkan ke neraka, setelah itu neraka di tanya: Apa kau sudah
penuh? Neraka menjawab: Apakah ada yang lain? Setelah itu yang tersisa penghuni neraka, di antara
mereka ada segolongan besar dilemparkan ke neraka, setelah itu neraka ditanya: Apa kau sudah penuh?
Neraka menjawab: Apakah ada yang lain? Hingga setelah mereka semua di periksa, Allah Yang Maha
Pemurah meletakkan kaki-Nya di neraka dan menghimpitkannya satu sama lain. Dia bertanya: Sudah
cukupkah? Neraka menjawab: Cukup, cukup. Setelah Allah memasukkan penghuni syurga ke syurga dan
penghuni neraka ke neraka, kematian didatangkan dengan diseret kemudian didirikan di atas benteng
antara penghuni syurga dan penghuni neraka, setelah itu dikatakan kepada penghuni syurga: Hai
penghuni syurga! Mereka melihat dalam keadaan takut. Dan dikatakan kepada penghuni neraka: Wahai
penghuni neraka! Mereka melihat dalam keadaan senang, mereka berharap mendapatkan syafaat. Lalu
dikatakan kepada penghuni syurga dan penghuni neraka: Apa kalian mengetahui ini? Mereka menjawab:
Kami mengetahuinya, itu adalah kematian yang diserahi untuk (mencabut nyawa) kami. Ia dibaringkan
lalu disembelih di atas benteng antara syurga dan neraka, setelah itu dikatakan: Wahai penghuni syurga,
sekarang tiba saatnya (hidup) berkekalan, tiada lagi kematian dan wahai penghuni neraka, kalian juga
kekal tiada kematian.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2480)
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Pada hari kiamat nanti,
ada leher keluar dari neraka, ia memiliki dua mata yang melihat, dua telinga yang mendengar dan lisan
yang berbicara, ia berkata: Aku diberi kuasa pada setiap orang (penguasa) sombong lagi membangkang,
pada orang yang menyeru tuhan lain bersama Allah dan pada orang-orang yang membuat gambar
(makhluk bernyawa).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2497, Musnad Ahmad, no. 8076)
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Gigi (geraham) orang
kafir pada hari kiamat seperti gunung Uhud, pehanya seperti gunung al Baidha’, dan tempat duduknya
dari api neraka sejarak tiga (malam) seperti ar Rabadzah.” Abu Isa berkata; Kalimah, ‘Seperti ar
Rabadzah’ adalah seperti jarak antara Madinah dan ar Rabazdah. Kata ‘Al Baidha’ adalah nama gunung
sebagaimana Uhud. (Sunan At-Tirmidzi, no. 2501, Musnad Ahmad, no. 7995)
Abdullah bin Amru bin al Ash berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya
Allah akan menyelamatkan seorang laki-laki dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat, lalu dia
membuka buku catatan besar di hadapannya, setiap buku catatan besar lebarnya seperti sepanjang
mata memandang, kemudian Allah berfirman; ‘Apakah kamu mengingkari sesuatu dari ini? Apakah para
penulisku (malaikat) yang menjaga (amal manusia) menzalimimu?’ Dia menjawab; ‘Tidak wahai Rabbku.’
Allah bertanya; ‘Apakah kamu mempunyai alasan dalih (bagi amal burukmu)?’ Dia menjawab; ‘Tidak
wahai Rabbku.’ Allah berfirman; ‘Tidak demikian, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan di sisi Kami,
kerana itu tidak ada kezaliman atasmu pada hari ini’. Lalu keluarlah buku amal kebaikan, yang di
dalamnya tercatat bahawa; ‘Saya bersaksi bahawa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah,
dan saya bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan RasulNya.’ Lalu Allah berfirman; ‘Hadirkan
amal timbanganmu!’ Dia berkata; ‘Wahai Rabbku, apa (ertinya) satu buku amal ini (bila) dibandingkan
buku catatan besar ini?’ Allah berfirman; ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dizalimi.’ Nabi melanjutkan;
‘Lalu diletakkan buku catatan besar pada satu sisi, sedangkan buku amal diletakkan pada sisi lainnya,
maka buku catatan besar itu ringan (timbangannya) sedangkan buku amal itu berat, maka tidak ada
sesuatu pun yang lebih berat dibandingkan nama Allah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2563)
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: Pada hari kiamat seluruh
manusia akan dikumpulkan menjadi tiga golongan; satu golongan berjalan kaki, satu golongan
berkendaraan, dan golongan terakhir (berjalan) dengan wajah mereka. Beliau ditanya: Bagaimana
mereka berjalan dengan wajah mereka? Beliau menjawab: Sesungguhnya Zat yang (menjadikan
mereka) berjalan dengan kakinya, berkuasa untuk menjadikan mereka berjalan dengan wajahnya. Ingat,
sesungguhnya mereka melalui setiap tanjakan dan duri dengan wajah mereka. (Sunan At-Tirmidzi, no.
3067, Musnad Ahmad, no. 8293)
Dari Abu Sa’id berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Aku pemimpin anak cucu
Adam pada hari kiamat dan itu bukannya aku membangga-banggakan diri, ditanganku ada bendera
pujian, dan itu bukannya aku membangga-banggakan diri, dan tidaklah seorang Nabi pun selain Adam
kecuali berada di bawah benderaku saat itu, aku adalah orang pertama yang bumi dibelah untukku, dan
itu bukannya aku membangga-banggakan diri.” Beliau bersabda: “Manusia mengalami tiga ketakutan
(besar), mereka mendatangi Adam, mereka berkata: Engkau ayah kami Adam, berilah kami syafaat
kepada Rabbku. Ia berkata: Aku melakukan suatu dosa, aku diturunkan ke bumi, datangilah Nuh. Mereka
mendatangi Nuh, Nuh berkata: Sesungguhnya aku menyerukan suatu seruan kepada penduduk bumi
lalu mereka dibinasakan, datangilah Ibrahim. Mereka mendatangi Ibrahim, Ibrahim berkata: Aku berdusta
tiga kali -Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Tidak ada satu dusta pun yang diucapkan
Ibrahim melainkan dibolehkan demi agama Allah”- Ibrahim berkata: Datangilah Musa. Mereka
mendatangi Musa, Musa berkata: Aku dulu membunuh seseorang, datangilah Isa. Mereka mendatangi
Isa, Isa berkata: Sesungguhnya aku disembah selain Allah, datangilah Muhammad. Mereka
mendatangiku lalu aku pergi bersama mereka.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Aku
meraih tali pintu syurga lalu menggoyang-goyangnya. Dikatakan padaku: Siapa itu? Ada yang menjawab:
Muhammad. Mereka membukakan untukku, mereka menyambut lalu berkata: Selamat datang. Aku pun
tersungkur sujud lalu Allah mewahyukan pujian dan sanjungan padaku. Dikatakan padaku: Angkatlah
kepalamu, mintalah nescaya kau akan diberi, berilah syafaat pasti kau akan diberi syafaat dan berkatalah
nescaya akan didengar. Itulah tempat terpuji yang difirmankan Allah: ‘Mudah-mudahan Rabb-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (Al Israa’: 79). (Sunan At-Tirmidzi, no. 3073)
Atha’ bin Abu Rabah dia berkata, Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku; “Mahukah aku tunjukkan
kepadamu seorang wanita dari penduduk syurga?” Jawabku: “Tentu.” Dia berkata; “Wanita berkulit hitam
ini, dia pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Sesungguhnya aku menderita
sawan dan auratku sering tersingkap (ketika sedang dirasuk), maka berdoalah kepada Allah untukku.”
Beliau bersabda: “Jika kamu berkenan, bersabarlah maka bagimu syurga, dan jika kamu berkenan, maka
aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu.” Ia berkata; “Baiklah aku akan bersabar.”
Wanita itu berkata lagi; “Namun berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap.” Maka beliau
mendoakan untuknya.” (Sahih Bukhari, no. 5220 , Sahih Muslim, no. 4673)
Umar Ibnu Khattab berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Musa berkata, “Wahai
Rabb, perlihatkanlah kepadaku Adam, orang yang telah mengeluarkan kami dan dirinya dari syurga.”
Lalu Allah memperlihatkan Adam kepadanya, Musa pun berkata, “Engkau Adam bapa kami!” Adam
menjawab, “Benar.” Musa berkata lagi, “Engkaukah orang yang telah ditiupkan roh oleh Allah, diberikan
pengetahuan tentang nama-nama segala sesuatu, dan Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud,
lalu mereka sujud kepadamu?” Adam menjawab, “Benar.” Musa bertanya, “Lalu apa yang mendorongmu
untuk mengeluarkan kami serta dirimu dari syurga?” Adam balik bertanya, “Lalu kamu sendiri siapa?”
Musa menjawab, “Aku adalah Musa.” Adam bertanya, “Kamukah Nabi dari kalangan Bani Israil yang
Allah telah mengajakmu berbicara dari balik tabir tanpa ada seorang perantara?” Musa menjawab,
“Benar.” Adam bertanya, “Tidakkah engkau mengerti bahawa itu semua sudah ditentukan oleh Allah
dalam kitab-Nya (Al Lauhul Mahfudh) sebelum aku diciptakan?” Musa menjawab, “Benar.” Adam
bertanya, “Lalu kenapa engkau menyalahkanku atas sesuatu yang telah ditentukan Allah sebelum aku
(diciptakan)?” Ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Adam mengalahkan Musa,
Adam mengalahkan Musa.” (Sunan Abu Daud, no. 4080)
Dari Ali ia berkata: Pada perang Badar, dikatakan kepada Abu Bakar dan Ali: “Bersama salah satu dari
kalian berdua Jibril, sedangkan Mika’il bersama yang lainnya, dan Israfil malaikat yang besar ikut
menyaksikan peperangan.” Atau Ali berkata; “ikut bergabung dengan barisan perang.” (Musnad Ahmad,
no. 1192)
Dari Aisyah Radhiallahu anha, dia berkata: Ada seorang wanita Yahudi menemuiku seraya berkata:
‘Sesungguhnya siksa kubur itu dari air kencing (yang tidak sempurna disucikan).’ Lalu aku berkata:
‘Kamu telah berdusta.’ Lalu dia berkata: ‘Benar, sungguh kami akan memotong kain dan kulit darinya.’
Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam keluar setelah melakukan solat sedang suara kami meninggi.
Beliau bersabda: ‘Ada apa ini?’ Lalu aku mengkhabarkan kepadanya mengenai apa yang dia (wanita
Yahudi) katakan. Lalu beliau bersabda: ‘Dia benar.’ Aisyah berkata: ‘Tidaklah Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam solat pada suatu hari kecuali beliau membaca pada akhir solatnya, ‘Ya Allah,
Tuhan Jibril, Mika’il dan Israfil, lindungilah aku dari panasnya neraka dan dari siksa kubur.’ (Sunan An-
Nasai, no. 1328, Musnad Ahmad, no. 23188)
Dari Anas, bahawasanya Ummu Haritsah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketika itu
anaknya, Haritsah, gugur di perang Badar kerana terkena panah yang menyasar. Ia berujar; ‘Wahai
Rasulullah, engkau tahu kedudukan Haritsah dalam lubuk hatiku, kalaulah dia di syurga, aku tidak akan
menangisinya, sebaliknya kalaulah tidak, engkau akan melihat apa yang akan aku lakukan.” Nabi
bersabda: “Apakah engkau beranggapan bahawa syurga hanyalah satu tingkatan, sungguh dalam syurga
terdapat sekian banyak tingkatan, dan Haritsah berada di syurga Firdaus yang paling tinggi.” (Sahih
Bukhari, no. 6082, no. 6068, Musnad Ahmad, no. 12723)
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu berkata; Ketika Al Fadhal membonceng Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, tiba-tiba datang seorang wanita dari suku Khats’am sehingga Al Fadhal memandangnya dan
wanita itu pun memandang kepadanya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengalihkan wajah Al
Fadhal ke arah yang lain. Wanita itu berkata: “Sesungguhnya kewajiban yang telah Allah tetapkan
sampai kepada bapaku ketika dia sudah berusia lanjut sehingga dia tidak mampu untuk menempuh
perjalanannya, apakah boleh aku menghajikannya?” Beliau menjawab: “Ya”. Peristiwa ini terjadi pada
Haji Wada’. (Sahih Bukhari, no. 1722)
Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala
menugaskan satu Malaikat dalam rahim seseorang. Malaikat itu berkata, ‘Ya Rabb, (sekarang baru)
sperma. Ya Rabb, segumpal darah!, Ya Rabb, segumpal daging!’ Maka apabila Allah berkehendak
menetapkan ciptaan-Nya, Malaikat itu bertanya, ‘Apakah laki-laki atau wanita, celaka atau bahagia,
bagaimana dengan rezeki dan ajalnya?’ Maka ditetapkanlah ketentuan takdirnya selagi berada dalam
perut ibunya.” (Sahih Bukhari, no. 307, no. 3086)
Dari Rifa’ah bin Rafi’ Az Zuraqi berkata, “Pada suatu hari kami solat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Ketika mengangkat kepalanya dari rukuk beliau mengucapkan: ‘Sami’allahu liman hamidah
(Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya)’. Kemudian ada seorang laki-laki yang berada
di belakang beliau membaca: ‘Rabbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiih
(Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan
penuh berkat)’.” Selesai solat beliau bertanya: “Siapa orang yang membaca kalimat tadi?” Orang itu
menjawab, “Saya.” Beliau bersabda: “Aku melihat lebih dari tiga puluh Malaikat berebut siapa di antara
mereka yang lebih dahulu untuk menuliskan kalimah tersebut.” (Sahih Bukhari, no. 757)
Abdurrahman bin Abi Laila berkata: “Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bila seseorang
datang terlambat beberapa rakaat mengikuti solat berjamaah, maka orang-orang yang lebih dulu datang
akan memberi isyarat kepadanya tentang rakaat yang telah dijalani, sehingga orang itu akan
mengerjakan rakaat yang tertinggal itu terlebih dahulu, kemudian masuk ke dalam solat berjamaah
bersama mereka. Pada suatu hari Mu’adz bin Jabal datang lambat, lalu orang-orang mengisyaratkan
kepadanya tentang jumlah rakaat solat yang telah dilaksanakan, akan tetapi Mu’adz langsung masuk
dalam solat berjamaah dan tidak menghiraukan isyarat mereka, namun setelah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam selesai solat, maka Mu’adz segera mengganti rakaat yang tertinggal itu. Ternyata
setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai solat, mereka melaporkan perbuatan Mu’adz bin
Jabal yang berbeda dengan kebiasaan mereka. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Sesungguhnya Mu’adz telah menunjukkan satu sunnah kepada kalian, maka lakukanlah yang demikian.”
(Sunan Abu Daud, no. 426, Musnad Ahmad, no. 21023)
Dari Jabir bin Abdullah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tasbih dalam solat
adalah untuk laki-laki dan tepukan tangan adalah untuk wanita”. (Musnad Ahmad, no. 14330)
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam diberi daging lalu lengan diangkat
pada beliau, beliau memakannya dan lengan itu membuat beliau senang, beliau lalu menggigitnya,
setelah itu beliau bersabda: “Aku pemimpin manusia pada hari kiamat, tahukah kalian kenapa? Allah
mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang akhir dalam satu tanah lapang, penyeru
memperdengarkan mereka, pandangan menembus mereka dan matahari mendekat, duka dan
kesusahan manusia sampai pada batas yang tidak mereka mampu dan tidak mampu mereka pikul.
Orang-orang saling berkata satu sama lain: Apa kalian tidak melihat yang telah menimpa kalian, apakah
kalian tidak melihat siapa yang memberi kalian syafaat kepada Rabb kalian. Orang-orang saling berkata
satu sama lain: Hendaklah kalian menemui Adam. Mereka menemui Adam lalu berkata: Engkau adalah
nenek moyang manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, meniupkan roh-Nya padamu dan
memerintahkan para malaikat lalu mereka sujud padamu, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau
tidak lihat keadaan kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Adam berkata kepada mereka:
Rabbku saat ini benar-benar marah, Dia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan
pernah seperti itu sesudahnya, dulu Dia melarangku mendekati pohon tapi aku derhaka, diriku, diriku,
diriku. Pergilah pada selainku, pergilah ke Nuh. Mereka mendatangi Nuh lalu berkata: Hai Nuh, engkau
adalah rasul pertama untuk penduduk bumi, Allah menyebutmu hamba yang sangat bersyukur, berilah
kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat keadaan kami, apa kau tidak melihat yang menimpa
kami? Nuh berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Dia tidak pernah marah seperti
itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah berdoa keburukan untuk
kaumku, diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Ibrahim. Mereka mendatangi Ibrahim
lalu berkata: Wahai Ibrahim, engkau Nabi Allah dan kekasihNya dari penduduk bumi, berilah kami syafaat
kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat keadaan kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Ibrahim
berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Dia tidak pernah marah seperti itu
sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah berdusta tiga kali, diriku,
diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa. Mereka menemui Musa lalu berkata: Wahai
Musa, engkau utusan Allah, Allah melebihkanmu dengan risalah dan kalam-Nya atas seluruh manusia,
berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat keadaan kami, apa kau tidak melihat yang
menimpa kami? Musa berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Dia tidak pernah
marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah membunuh
jiwa padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya, diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku,
pergilah ke Isa. Mereka mendatangi Isa lalu berkata: Hai Isa, engkau adalah utusan Allah, kalimat-Nya
yang disampaikan ke Maryam, roh dari-Nya, engkau berbicara pada manusia saat masih berada dalam
buaian, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat keadaan kami, apa kau tidak melihat
yang menimpa kami? Isa berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Dia tidak pernah
marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, ia tidak menyebut dosa,
diriku, diriku, diriku, pergilah ke selainku, pergilah ke Muhammad. Mereka mendatangi Muhammad lalu
berkata: Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, penutup para nabi, dosamu yang telah lalu dan
yang kemudian telah diampuni, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat keadaan kami.
Lalu aku pergi hingga sampai di bawah ‘Arsy, aku tersungkur sujud pada Rabbku lalu Allah memulai
dengan pujian dan sanjungan untukku yang belum pernah disampaikan pada seorang pun sebelumku,
lalu ada suara: Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti kau diberi, berilah syafaat nescaya
kau diizinkan untuk memberi syafaat. Lalu aku mengangkat kepalaku, aku berkata: Wahai Rabb,
ummatku, wahai Rabb, ummatku, wahai Rabb, ummatku. Dia berkata: Hai Muhammad, masukkan orang
yang tidak dihisab dari ummatmu melalui pintu-pintu syurga sebelah kanan dan mereka adalah sekutu
semua manusia selain pintu-pintu itu.” Setelah itu beliau bersabda: “Demi Zat yang jiwaku berada
ditangan-Nya, jarak antara dua daun pintu-pintu syurga seperti jarak antara Makkah dan Hajar dan
seperti jarak antara Makkah dan Bashrah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2358)
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang
mengerjakan solat tanpa membaca Ummul Quran (Surah Al-Fatihah) di dalamnya, maka solatnya masih
mempunyai hutang, tidak sempurna” Beliau mengatakan sebanyak tiga kali. Ditanyakan kepada Abu
Hurairah, “Kami berada di belakang imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Quran dalam dirimu,
kerana aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Aku membahagi solat antara Aku dengan
hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala
puji bagi Allah Rabb semesta alam.’ Maka Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut
mengucapkan, ‘Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’
Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Pemilik hari kiamat.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiku.’
Selanjutnya Dia berkata, ‘HambaKu menyerahkan urusannya kepadaKu.’ Apabila hamba tersebut
mengucapkan, ‘Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon
pertolongan.’ Allah berkata, ‘Ini adalah antara Aku dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan
sesuatu yang dia minta’. Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Berilah kami petunjuk jalan yang lurus,
iaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau
murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.’ Allah berkata, ‘Ini untuk hambaKu, dan hambaKu
mendapatkan sesuatu yang dia minta’.” (Sahih Muslim, no. 598, Sunan Abu Daud, no. 699)
Dari Ar Rabi’ bin Sabrah Al Juhani bahawa ayahnya telah menceritakan kepadanya bahawa dia pernah
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (dalam Fathu Makkah), beliau bersabda: “Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya saya pernah mengizinkan kepada kalian nikah mut’ah terhadap wanita, dan
sesungguhnya (mulai saat ini) Allah telah mengharamkannya sampai Hari Kiamat, oleh kerana itu
barangsiapa yang masih memiliki (wanita yang dimut’ah), maka ceraikanlah dia dan jangan kamu ambil
kembali apa yang telah kamu berikan padanya.” (Sahih Muslim, no. 2502, no. 2509, Sunan Ibnu Majah,
no. 1952, Musnad Ahmad, no. 14809)
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah menjamin bagi
orang yang berperang di jalan-Nya, tidak ada yang mendorongnya keluar kecuali kerana ingin jihad di
jalan-Ku, ia beriman dengan Aku dan membenarkan para rasul-Ku, maka Aku menjamin akan
memasukkannya ke dalam syurga atau mengembalikannya pulang ke rumahnya dengan membawa
kemenangan berupa pahala dan ghanimah. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak
ada seseorang pun yang terluka dalam perang fi sabilillah, melainkan kelak di hari Kiamat ia akan datang
dalam keadaan luka seperti semula, warna-warna darah dan baunya bau minyak kasturi. Demi Zat yang
jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sekiranya tidak memberatkan kaum Muslimin, sungguh
selamanya aku tidak ingin tertinggal di belakang ekspedisi berperang menegakkan agama Allah, namun
saya tidak mampu untuk menanggung biaya mereka, sedangkan mereka juga tidak memiliki kelapangan,
padahal mereka merasa kecewa tidak ikut berperang bersamaku. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada
ditangan-Nya, sesungguhnya saya ingin sekali berperang fi sabilillah, kemudian saya terbunuh, lalu saya
berperang lagi lalu saya terbunuh, setelah itu saya berperang lagi dan terbunuh.” (Sahih Bukhari, no. 35,
Sahih Muslim, no. 3484)
Dari Abu Hurairah, saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid,
lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya:
‘Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: ‘Saya berjuang dan berperang
demi Engkau ya Allah sehingga saya mati syahid.’ Allah berfirman: ‘Dusta kamu, sebenarnya kamu
berperang bukan kerana untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu
telah menyandang gelar tersebut.’ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan
dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Quran dan
mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas,
Allah bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat?’ Dia menjawab, ‘Saya telah belajar ilmu dan
mengajarkannya, saya juga membaca Al Quran demi Engkau.’ Allah berfirman: ‘Kamu dusta, akan tetapi
kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Quran agar dikatakan seorang yang mahir
dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya
dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang diberi keluasan rezeki
oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan
sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.’ Allah bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat dengannya?’
Dia menjawab, ‘Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di
jalan yang Engkau redhai.” Allah berfirman: ‘Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya
kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.’ Kemudian
diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (Sahih Muslim,
no. 3527, Sunan An-Nasai, no. 3086)
Dari Tsauban bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku kelak akan berada
di telagaku untuk memberi minum kepada orang-orang baik. Lalu aku akan pukulkan tongkatku, sehingga
air telaga memancar kepada mereka.” Seseorang bertanya kepada beliau tentang luas telaga itu, maka
beliau menjawab: ‘Luasnya antara tempat dudukku sampai ke Amman.’ Lalu seseorang bertanya tentang
airnya, maka beliau menjawab: ‘Airnya lebih putih dari pada susu, dan lebih manis daripada madu. Di
dalamnya ada dua saluran yang memancarkan air dari syurga. Satu saluran terbuat dari emas dan yang
satu lagi terbuat dari perak.’ (Sahih Muslim, no. 4256)
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki
seratus rahmat. Dari seratus rahmat tersebut, hanya satu yang diturunkan Allah kepada jin, manusia,
haiwan jinak dan buas. Dengan rahmat tersebut mereka saling mengasihi dan menyayangi, dan dengan
rahmat itu pula binatang buas dapat menyayangi anaknya. Ada pun sembilan puluh sembilan rahmat
Allah yang lain, maka hal itu ditangguhkan Allah. Kerana Allah hanya akan memberikannya kepada para
hamba-Nya yang soleh pada hari kiamat kelak.” (Sahih Muslim, no. 4944, no. 4945, no. 4946, Sunan
Ibnu Majah, no. 4283, Musnad Ahmad, no. 22605, Sahih Bukhari, no. 5988)
Dari Sahal bin Sa’d mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akulah pertama yang
mendatangi telaga (Kautsar), siapa yang menuju telagaku akan minum, dan siapa yang meminumnya tak
akan haus selama-lamanya, sungguh akan ada beberapa kaum yang mendatangiku dan aku
mengenalnya dan mereka juga mengenaliku, kemudian antara aku dan mereka dihalangi.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Mereka adalah golonganku!’ Tetapi dijawab kepada beliau;
‘Sungguh engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!’ Maka aku berkata; ‘Menjauh,
menjauh, bagi orang yang mengubah (agama) sepeninggalku.’ (Sahih Bukhari, no. 6097)
Dari Anas radhiyallahu’anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari
kiamat Allah mengumpulkan seluruh manusia, mereka berujar; ‘Duhai sekiranya kita meminta syafaat
kepada Tuhan kita sehingga Dia boleh meringankan penderitaan kita di tempat kita ini.’ Maka mereka
menemui Adam dan mengutarakan hajat mereka; ‘Engkaulah manusia yang Allah cipta dengan tangan-
Nya dan Dia tiupkan roh-Nya kepadamu, dan Dia perintahkan para malaikat untuk sujud kepadamu,
maka tolonglah engkau meminta syafaat kepada Tuhan kami!’ Namun Adam menjawab; ‘Di sini bukan
tempatku untuk meringankan kalian’, Adam lalu menyebut-nyebut kesalahannya dan berujar; ‘Datangilah
Nuh, rasul pertama yang Allah utus’. Maka mereka mendatangi Nuh. Namun ternyata Nuh juga
menjawab; ‘Di sini bukan tempatku untuk memberi pertolongan’, lantas Nuh menyebut-nyebut
kesalahannya dan berujar; ‘Datanglah kalian kepada Ibrahim yang telah Allah jadikan sebagai kekasih-
Nya.’ Mereka pun mendatanginya, tetapi ia juga berujar; ‘Di sini bukan tempatku untuk meringankan
kalian’, dan ia sebut-sebut kesalahannya seraya berujar; ‘Datanglah kalian kepada Musa yang Allah telah
mengajaknya bicara.’ Mereka pun mendatangi Musa, namun Musa juga mengatakan; ‘Saya tak berhak
meringankan kalian’, dan Musa menyebut-nyebut kesalahan pribadinya, seraya berujar; ‘Datanglah kalian
kepada Isa.’ Mereka pun mendatangi Isa, dan Isa juga mengatakan; ‘Saya tak berhak meringankan
kalian’, sambil berujar; ‘Datanglah kepada Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam, sebab dosanya yang
dahulu dan yang akan datang telah mendapat ampunan.’ Mereka pun mendatangiku dan aku meminta
izin kepada Rabbku. Ketika aku melihat-Nya, aku langsung tersungkur sujud dan Dia meninggalkanku
sekehendak Allah, lantas ada suara memanggil-manggil; ‘Angkat kepalamu, mintalah, kamu akan diberi,
utarakan angan-anganmu, kamu akan didengar, mintalah syafaat, kamu akan diberi!’ Langsung aku
angkat kepalaku dan aku memuji Rabbku dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Lantas aku
memberi syafaat dan Dia memberiku batasan, kemudian aku keluarkan mereka dari neraka dan ku
masukkan syurga, kemudian aku kembali dan tersungkur sujud semisalnya pada kali ketiga, keempat
hingga tak tertinggal di neraka selain yang ditahan oleh Al-Quran. (Sahih Bukhari, no. 6080)
Dari Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hari kiamat tidak
akan tiba hingga api keluar dari tanah Hijaz yang boleh menyinari leher unta di Bushra (sebuah kota di
Syam).” (Sahih Bukhari, no. 6585, Sahih Muslim, no. 5164)
Dari Abu Hurairah, bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hari kiamat tidak
akan terjadi sehingga dua kelompok besar (berperang) dan terjadi pembunuhan besar-besaran padahal
ajakan keduanya satu (sama); hingga muncul para pendusta (Dajjal) yang kurang lebihnya tiga puluh,
kesemuanya mengaku ia utusan Allah; hingga ilmu diangkat; banyak kegoncangan (gempa); zaman
terasa singkat; fitnah muncul dimana-mana; dan banyak alharaj, iaitu pembunuhan; hingga ditengah-
tengah kalian harta melimpah ruah dan berlebihan, sehingga pemilik harta mencari-cari orang yang mahu
menerima sedekahnya, sampai ia menawar-nawarkan sedekahnya, namun orang yang ditawari
mengelak seraya mengatakan ‘Aku tak memerlukan sedekahmu’; sehingga manusia berlumba-lumba
meninggikan bangunan; sehingga seseorang melalui kuburan seseorang dan mengatakan ‘Aduhai
sekiranya aku menggantikannya’; hingga matahari terbit dari sebelah barat, padahal jika matahari telah
terbit dari sebelah barat dan manusia melihatnya, mereka semua beriman, pada saat itulah sebagaimana
ayat ‘Ketika itu tidak bermanfaat lagi bagi seseorang keimanannya, yang ia belum beriman sebelumnya
atau belum mengerjakan kebaikan dengan keimanannya.’ (Al An’am:158); dan hari kiamat terjadi ketika
dua orang telah menyerahkan kedua bajunya tetapi keduanya tidak jadi melakukan jual beli, keduanya
tidak jadi melipatnya; dan hari kiamat terjadi sedang seseorang telah pulang membawa susu sapinya
tetapi tidak jadi ia meminumnya; dan hari kiamat terjadi ketika seseorang memperbaiki kolam (tempat
minum) nya tetapi dia tak jadi meminumnya; dan hari kiamat terjadi sedang seseorang telah mengangkat
suapannya tetapi dia tidak jadi menyantapnya.” (Sahih Bukhari, no. 6588)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap Nabi mempunyai doa
yang telah dikabulkan, sedang aku insyaAllah terus akan menyimpan doaku sebagai syafaat untuk
umatku di hari kiamat nanti.” (Sahih Bukhari, no. 6920, Sahih Muslim, no. 293)
Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kita (umat
Muhammad) adalah orang-orang yang datang terkemudian, namun kita (umat Muhammad) yang terlebih
dahulu ke syurga pada hari kiamat.” (Sahih Bukhari, no. 6941, Sahih Muslim, no. 1412)
Anas bin Malik berkata, “Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan kepada kami, beliau
bersabda: “Jika hari kiamat tiba, maka manusia satu sama lain saling berdesak-desakan. Mereka
kemudian mendatangi Adam dan berkata, ‘Tolonglah kami agar mendapat syafaat Tuhanmu.’ Namun
Adam hanya menjawab, ‘Aku tak berhak untuk itu, namun datangilah Ibrahim sebab dia adalah
khalilurrahman (Kekasih Arrahman).’ Lantas mereka mendatangi Ibrahim, namun sayang Ibrahim
berkata, ‘Aku tak berhak untuk itu, cuba datangilah Musa, sebab dia adalah nabi yang di ajak bicara oleh
Allah (kaliimullah).’ Mereka pun mendatangi Musa, namun Musa berkata, ‘Saya tidak berhak untuk itu,
cuba mintalah kepada Isa, sebab ia adalah roh Allah dan kalimah-Nya.’ Maka mereka pun mendatang
Isa. Namun Isa juga berkata, ‘Maaf, aku tak berhak untuk itu, namun cubalah kalian temui Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Mereka pun mendatangiku sehingga aku pun berkata: “Aku kemudian
meminta izin Tuhanku dan aku diizinkan, Allah mengilhamiku dengan puji-pujian yang aku pergunakan
untuk memanjatkan pujian terhadap-Nya, yang jika puji-pujian itu menghadiriku sekarang, aku tidak
melafazkan puji-pujian itu. Aku lalu tersungkur sujud kepada-Nya, lantas Allah berfirman ‘Wahai
Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah, engkau akan didengar, mintalah engkau akan diberi,
mintalah keringanan engkau akan diberi keringanan.’ Maka aku menghiba ‘Wahai tuhanku, umatku-
umatku.’ Allah menjawab, ‘Berangkat dan keluarkanlah dari neraka siapa saja yang dalam hatinya masih
terdapat sebiji gandum keimanan.’ Maka aku mendatangi mereka hingga aku pun memberinya syafaat.
Kemudian aku kembali menemui tuhanku dan aku memanjatkan puji-pujian tersebut, kemudian aku
tersungkur sujud kepada-Nya, lantas ada suara ‘Hai Muhammad, angkatlah kepalamu dan katakanlah
engkau akan didengar, dan mintalah engkau akan diberi, dan mintalah syafaat engkau akan diberi
syafaat.’ Maka aku berkata, ‘Umatku, umatku.’ Maka Allah berkata, ‘Pergi dan keluarkanlah siapa saja
yang dalam hatinya masih ada sebiji sawi keimanan.’ Maka aku pun pergi dan mengeluarkannya.
Kemudian aku kembali memanjatkan puji-pujian itu dan tersungkur sujud kepada-Nya, lantas Allah
kembali berkata, ‘Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah engkau akan didengar, mintalah
engkau akan diberi, dan mintalah syafaat engkau akan diberi syafaat.’ Maka aku berkata, ‘Wahai
tuhanku, umatku, umatku.’ Maka Allah berfirman: ‘Berangkat dan keluarkanlah siapa saja yang dalam
hatinya masih ada iman meskipun jauh lebih kecil daripada sebiji sawi.’ Maka aku pun berangkat dan
mengeluarkan mereka dari neraka.” Nabi berkata: “Kemudian aku kembali untuk keempat kalinya, dan
aku memanjatkan dengan puji-pujian itu kemudian aku tersungkur sujud dan diserukan, ‘Wahai
Muhammad, angkatlah kepalamu, ucapkanlah engkau didengar, mintalah engkau diberi, dan mintalah
syafaat engkau akan diberi syafaat.’ Maka aku berkata, ‘Wahai Tuhanku, izinkanlah bagiku untuk orang-
orang yang mengucapkan La Ilaaha Illallah!’ Maka Allah menjawab, ‘Demi kemuliaan, keagungan dan
kebesaran-Ku, sungguh akan Aku keluarkan siapa saja yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah.” (Sahih
Bukhari, no. 6956, Sahih Muslim, no. 286)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Adam dan Musa berdebat pada
hari kiamat, Musa berkata kepada Adam, ‘Engkaulah penyebab yang mengeluarkan anak cucumu dari
syurga! ‘ Sedang Adam berkata, ‘Engkau Musa, yang Allah telah memilihmu dengan risalah-Nya dan
kalam-Nya, engkau mencelaku atas sesuatu yang telah ditakdirkan bagiku empat puluh tahun sebelum
Dia menciptakanku!’ Maka Adam lah yang mengalahkan Musa.” (Sahih Bukhari, no. 6961, Sahih Muslim,
no. 4793)
Dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Binatang melata akan
keluar dengan membawa cincinnya Sulaiman bin Daud dan tongkatnya Musa bin Imran ‘Alaihimas salam,
kemudian ia menandai wajah setiap orang mukmin dengan tongkat dan memukul hidung orang kafir
dengan cincin. Sehingga orang-orang yang rumahnya berada di dekat air berkumpul, lalu binatang
tersebut berkata, ‘Ini adalah mukmin’ dan berkata, ‘Ini adalah kafir’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3111, Sunan
Ibnu Majah, no. 4056)
Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bepergian denganku ke suatu perkampungan dekat kota Makkah -ternyata ia adalah tanah tandus dan di
sekitarnya hanya bebatuan kecil-, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Binatang
malata akan muncul dari tempat ini yang ternyata (tanahnya) lembek dengan kedalaman sejengkal.” Ibnu
Buraidah berkata, “Setelah beberapa tahun, saya melaksanakan haji dan kami melihat tongkat milik
beliau seperti tongkatku ini seperti ini dan ini.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4057, Musnad Ahmad, no. 21945)
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak
akan terjadi hari kiamat hingga matahari terbit dari sebelah barat. Apabila matahari itu telah terbit, dan
orang-orang melihatnya maka mereka semua segera beriman. Itulah maksud firman Allah: Pada hari
datangnya ayat (tanda) dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri
yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. (Al
An’am 158). (Sahih Bukhari, no. 4269, Sunan Ibnu Majah, no. 4058)
Dari Abu Zur’ah ia berkata, “Beberapa orang datang menemui Marwan di Madinah, mereka mendengar
Marwan menceritakan tentang tanda-tanda datangnya hari kiamat. Bahawa pertama kali yang akan
muncul adalah Dajjal.” Abu Zur’ah berkata, “Aku lantas menemui Abdullah bin Amru dan aku ceritakan
hal itu kepadanya. Abdullah lalu berkata, “Perkataan Marwan tidak dianggap, aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tanda hari kiamat pertama yang akan muncul adalah terbitnya
matahari dari arah barat, atau keluarnya binatang melata kepada manusia di waktu dhuha. Mana pun dari
keduanya muncul pertama kali, maka yang lain akan segera menyusul.” Abdullah berkata -sambil
membaca buku-, “Aku kira yang pertama kali akan muncul adalah terbitnya matahari dari arah
terbenamnya.” (Sunan Abu Daud, no. 3756, Sunan Ibnu Majah, no. 4059)
Dari Shafwan bin ‘Assal dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
dari arah tenggelamnya matahari (barat) ada suatu pintu yang terbuka, yang luasnya tujuh puluh tahun.
Dan pintu itu akan tetap terbuka untuk bertaubat sehingga matahari terbit dari arah itu. Maka jika ia telah
terbit dari arah itu, tidaklah berguna lagi keimanan seseorang yang sebelumnya tidak beriman atau yang
telah melakukan amal kebaikan dalam keimanannya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4060, Musnad Ahmad, no.
17399)
Dari Sa’id bin Zaid ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang terbunuh kerana membela hartanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh
kerana membela agamanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh kerana membela darahnya
(jiwanya) maka ia syahid dan barangsiapa yang terbunuh kerana membela keluarganya maka ia syahid.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 1341, Sunan Abu Daud, no. 4142, Sunan An-Nasai, no. 4027)
Dari Salim Bin Abul Ja’d dia berkata; Uthman memanggil salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan di antara mereka Amar Bin Yasir, kemudian Uthman berkata; “Sesungguhnya aku
bertanya kepada kalian, dan sesungguhnya aku suka kalian jujur kepadaku, aku bersumpah kepada
kalian dengan nama Allah, apakah kalian tahu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih
mengutamakan orang-orang Quraisy dari semua orang dan lebih mengutamakan Bani Hasyim dari
seluruh orang Quraisy?” Maka para sahabat terdiam, kemudian Uthman berkata; “Seandainya kunci
Syurga di tanganku maka pasti akan aku berikan kepada Bani Umaiyah sampai orang yang paling
terakhir dari mereka memasukinya.” Maka diutuslah kepada Thalhah dan Zubair, kemudian Uthman
berkata kepada keduanya; “Mahukah aku ceritakan kepada kalian berdua tentang dia iaitu Ammar, suatu
ketika aku datang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil beliau memegang tanganku
dan kami jalan-jalan di Bathha’, ketika kami sampai kepada bapa dan ibunya dan keduanya sedang
disiksa, maka bapa Amar berkata; “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sepanjang masa (ujian
akan) begini?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sabarlah!” Kemudian beliau berdoa: “Ya
Allah ampunilah keluarga Yasir, dan aku telah berbuat.” (Musnad Ahmad, no. 412)
Al-Baihaqi, dengan sanadnya, meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah berlalu di dekat
Ammar dan keluarganya yang sedang menerima siksaan. Kemudian beliau bersabda kepada mereka,
“Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan Yasir, sesungguhnya telah dijanjikan syurga untuk kalian
semua.” (Riwayat Al-Hakim)
Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata; “Yang pertama kali menampakkan keIslamannya ada tujuh orang;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, ‘Ammar dan ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan Al
Miqdad. Ada pun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah melindunginya dengan pakciknya, Abu
Talib. Abu Bakar dilindungi Allah dengan kaumnya. Sementara yang lainnya, kaum musyrikin telah
menyiksa mereka dengan mengenakan baju besi serta menyiksa mereka di bawah terik matahari. Tidak
ada seorang pun dari mereka kecuali dibunuh sesuai dengan keinginan mereka kecuali Bilal, ia
menganggap dirinya hina di hadapan Allah dan dihinakan pula oleh kaumnya. Bilal pun diserahkan
kepada anak-anak lalu mereka mengaraknya keliling jalan-jalan Makkah, sementara dirinya tetap
mengatakan; “Ahad Ahad.” (Sunan Ibnu Majah, no. 147, Musnad Ahmad, no. 3640)
Dari Abu Sumayyah berkata: Saya bertemu Jabir bin Abdullah. Lalu saya berkata: Kami berselisih dalam
masalah wurud (menyeberangi neraka jahannam) tersebut, lalu berkata: Sebahagian dari kami berkata:
Orang mukmin tidak akan memasukinya, sedangkan sebahagian yang lain berkata: Mereka semua akan
masuk tanpa terkecuali. Lalu (Jabir bin Abdullah Radliyallahu’anhuma) menaruh jari-jarinya pada kedua
telinganya dan berkata: Sumbatlah kedua telingamu jika saya tidak mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Al wurud (menyeberangi neraka jahannam) adalah semuanya masuk tidak
akan tersisa, orang baik mahupun orang berdosa akan mamasukinya namun bagi orang mukmin itu
menjadi kesejukan dan keselamatan sebagaimana yang terjadi pada Ibrahim, sampai Neraka atau
Jahannam menjadi gaduh kerana sejuknya tersebut lalu Allah memanggil orang yang bertakwa dan
meninggalkan orang-orang zalim dalam keadaan duduk. (Musnad Ahmad, no. 13995)
Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami Budail dari Abdullah bin Syaqiq dari Abu Hurairah
berkata: Apabila roh orang mukmin telah keluar dari jasadnya, ia akan ditemui oleh dua malaikat yang
akan membawanya naik, lalu Hammad berkata dan menyebutkan baunya yang harum seraya berkata:
Baunya seperti minyak wangi, dan para penghuni langit berkata: Telah datang roh yang baik dari bumi,
semoga Allah mendoakanmu dan mendoakan jasad yang telah kau tinggali. Lalu ia dibawa menghadap
Rabbnya ‘azza wajalla. Kemudian ia berkata: Bawalah ia sampai ke tempat yang paling akhir (yakni
Sidratul Muntaha). Dan sesungguhnya orang kafir apabila rohnya telah keluar daripadanya. Hammad
berkata: Ia menyebutkan baunya yang busuk dan cercaan yang ditujukan kepadanya, lalu para penghuni
langit berkata: Telah datang satu roh yang buruk dari bumi. Ia berkata: Lalu dikatakan: Bawalah ia hingga
sampai ke tempat yang paling akhir (yakni sijjin). Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam meletakkan kain tipis yang ada padanya pada hidung beliau seperti ini. (Sahih Muslim, no.
5119)
Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Ketika aku diangkat
menuju Sidratul Muntaha, aku melewati empat sungai, dua sungai telah nampak olehku sementara dua
lainnya belum nampak, dua sungai yang nampak olehku adalah sungai nil dan sungai efrat, sedangkan
dua sungai yang tidak nampak olehku adalah sungai yang berada di syurga, lalu aku diberi tiga mangkuk,
satu mangkuk bersisi susu, satu mangkuk lagi berisi madu dan satu mangkuk lainnya berisi khamar,
maka aku mengambil mangkuk yang berisi susu dan meminumnya, lalu diberitahukan kepadaku; “Kamu
dan ummatmu telah memilih fitrah.” (Sahih Bukhari, no. 5179)
Dari Malik bin Sha’sha’ah radliallahu ‘anhuma berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ketika aku berada di sisi Baitullah antara tidur dan sedar”. Lalu Beliau menyebutkan, iaitu: “Ada seorang
laki-laki di antara dua laki-laki yang datang kepadaku membawa bekas terbuat dari emas yang dipenuhi
dengan hikmah dan dan iman lalu orang itu membelah badanku dari atas dada hingga bawah perut, lalu
dia mencuci perutku dengan air zamzam kemudian mengisinya dengan hikmah dan iman. Kemudian aku
diberi seekor haiwan tunggangan putih yang lebih kecil daripada baghal namun lebih besar dibanding
keldai bernama al-Buraq. Maka aku berangkat bersama Jibril Alaihissalam, hingga sampai di langit dunia.
Lalu ditanyakan; “Siapakah ini”. Jibril menjawab; “Jibril”. Ditanyakan lagi; “Siapa orang yang
bersamamu?” Jibril menjawab; “Muhammad”. Ditanyakan lagi; “Apakah dia telah diutus?” Jibril
menjawab; “Ya”. Maka dikatakan; “Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang telah tiba”. Kemudian
aku menemui Adam Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; “(Ucapan) selamat
datang bagimu dari anak keturunan dan nabi”. Kemudian kami naik ke langait kedua lalu ditanyakan;
“Siapakah ini”. Jibril menjawab; “Jibril”. Ditanyakan lagi; “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril
menjawab; “Muhammad”. Ditanyakan lagi; “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab; “Ya”. Maka
dikatakan; “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”. Lalu aku
menemui ‘Isa dan Yahya Alaihissalam lalu keduanya berkata; “Selamat datang bagimu dari saudara dan
nabi”. Kemudian kami naik ke langit ketiga lalu ditanyakan; “Siapakah ini?” Jibril menjawab; “Jibril”.
Ditanyakan lagi; “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab; “Muhammad”. Ditanyakan lagi;
“Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab; “Ya”. Maka dikatakan; “Selamat datang baginya dan ini
sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”. Lalu aku menemui Yusuf Aalihissalam dan memberi
salam kepadanya lalu dia berkata; “Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi”. Kemudian kami naik
ke langit keempat lalu ditanyakan; “Siapakah ini”. Jibril menjawab; “Jibril”. Ditanyakan lagi; “Siapa orang
yang bersamamu?” Jibril menjawab; “Muhammad”. Ditanyakan lagi; “Apakah dia telah diutus?” Jibril
menjawab; “Ya”. Maka dikatakan; “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang
datang”. Lalu aku menemui Idris Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; “Selamat
datang bagimu dari saudara dan nabi”. Kemudian kami naik ke langit kelima lalu ditanyakan; “Siapakah
ini”. Jibril menjawab; “Jibril”. Ditanyakan lagi; “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab;
“Muhammad”. Ditanyakan lagi; “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab; “Ya”. Maka dikatakan;
“Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”. Lalu aku menemui
Harun Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; “Selamat datang bagimu dari
saudara dan nabi”. Kemudian kami naik ke langit keenam lalu ditanyakan; “Siapakah ini”. Jibril
menjawab; “Jibril”. Ditanyakan lagi; “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab; “Muhammad”.
Ditanyakan lagi; “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab; “Ya”. Maka dikatakan; “Selamat datang
baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”. Kemudian aku menemui Musa
‘alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; “Selamat datang bagimu dari saudara dan
nabi”. Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan; “Mengapa kamu menangis?”
Musa menjawab; “Ya Rabb, anak ini yang diutus setelah aku, ummatnya akan masuk syurga dengan
kedudukan lebih utama dibanding siapa yang masuk syurga dari ummatku”. Kemudian kami naik ke
langit ketujuh lalu ditanyakan; “Siapakah ini”. Jibril menjawab; “Jibril”. Ditanyakan lagi; “Siapa orang yang
bersamamu?” Jibril menjawab; “Muhammad”. Ditanyakan lagi; “Apakah dia telah diutus?” Jibril
menjawab; “Ya”. Maka dikatakan; “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang
yang datang”. Kemudian aku menemui Ibrahim ‘alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia
berkata; “Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi”. Kemudian aku ditampakkan al-Baitul Ma’mur.
Aku bertanya kepada Jibril, lalu dia menjawab; “Ini adalah al-Baitul Ma’mur, setiap hari ada tujuh puluh
ribu malaikat mendirikan solat disana. Jika mereka keluar (untuk pergi solat) tidak ada satu pun dari
mereka yang kembali”. Kemudian diperlihatkan kepadaku Sidratul Muntaha yang ternyata bentuknya
seperti kubah dengan daun jendelanya laksana telinga-telinga gajah. Di dasarnya ada empat sungai yang
berada di dalam (disebut Bathinan) dan di luar (Zhahiran)”. Aku bertanya kepada Jibril, maka dia
menjawab; “Ada pun Bathinan berada di syurga sedangkan Zhahiran adalah an-Nail dan al-Furat (dua
nama sungai di dunia)”. Kemudian diwajibkan atasku solat lima puluh kali. Aku menerimanya hingga
datang Musa ‘alaihissalam menemuiku dan bertanya; “Apa yang telah kamu lakukan?” Aku jawab: “Aku
diwajibkan solat lima puluh kali”. Musa berkata; “Akulah orang yang lebih tahu tentang manusia daripada
kamu. Aku sudah berusaha menangani Bani Isra’il dengan sungguh-sungguh. Dan ummatmu tidak akan
sanggup melaksanakan kewajiban solat itu. Maka itu kembalilah kamu kepada Rabbmu dan mintalah
(keringanan)”. Maka aku meminta keringanan lalu Allah memberiku empat puluh kali solat lalu (aku
menerimanya dan Musa kembali menasihati aku agar meminta keringanan lagi), kemudian kejadian
berulang seperti itu (nasihat Musa) hingga dijadikan tiga puluh kali, lalu kejadian berulang seperti itu lagi
hingga dijadikan dua puluh kali, kemudian kejadian berulang lagi hingga menjadi sepuluh lalu aku
menemui Musa dan dia kembali berkata seperti tadi hingga dijadikan lima waktu, lalu kembali aku
menemui Musa dan dia bertanya; “Apa yang kamu dapatkan?”. Aku jawab; “Telah ditetapkan lima waktu”.
Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakan; “Aku telah menerimanya dengan baik”. Tiba-tiba ada suara
yang berseru: “Sungguh AKu telah putuskan kewajiban dariKu ini dan Aku telah ringankan buat hamba-
hambaKu dan aku akan balas setiap satu kebaikan (solat) dengan sepuluh balasan (pahala)”. (Sahih
Bukhari, no. 2968)
Dari Anas bin Malik berkata, Abu Dzar menceritakan bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Saat aku di Makkah atap rumahku terbuka, tiba-tiba datang Malaikat Jibril Alaihis Salam. Lalu
dia membelah dadaku kemudian mencucinya dengan menggunakan air zamzam. Dibawanya pula bejana
terbuat dari emas berisi hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan menutupnya kembali.
Lalu dia memegang tanganku dan membawaku menuju langit dunia. Tatkala aku sudah sampai di langit
dunia, Jibril Alaihis Salam berkata kepada Malaikat penjaga langit, ‘Bukalah’. Malaikat penjaga langit
berkata, ‘Siapa Ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini Jibril’. Malaikat penjaga langit bertanya lagi, ‘Apakah kamu
bersama orang lain?’ Jibril menjawab, “Ya, bersamaku Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Penjaga
itu bertanya lagi, ‘Apakah dia diutus sebagai Rasul?’ Jibril menjawab, ‘Benar.’ Ketika dibuka dan kami
sampai di langit dunia, ketika itu ada seseorang yang sedang duduk, di sebelah kanan orang itu ada
sekelompok manusia begitu juga di sebelah kirinya. Apabila dia melihat kepada sekelompok orang yang
di sebelah kanannya ia tertawa, dan bila melihat ke kirinya ia menangis. Lalu orang itu berkata, ‘Selamat
datang Nabi yang soleh dan anak yang soleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’ Jibril
menjawab, “Dialah Adam Alaihis Salam, dan orang-orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah
roh-roh anak keturunannya. Mereka yang ada di sebelah kanannya adalah para ahli syurga sedangkan
yang di sebelah kirinya adalah ahli neraka. Jika dia memandang ke sebelah kanannya dia tertawa dan
bila memandang ke sebelah kirinya dia menangis.’ Kemudian aku dibawa menuju ke langit kedua, Jibril
lalu berkata kepada penjaganya seperti terhadap penjaga langit pertama. Maka langit pun dibuka’.” Anas
berkata, “Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahawa pada tingkatan langit-langit
itu beliau bertemu dengan Adam, Idris, Musa, ‘Isa dan Ibrahim semoga Allah memberi selawat-Nya
kepada mereka. Beliau tidak menceritakan kepadaku keberadaan mereka di langit tersebut, kecuali
bahawa beliau bertemu Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.” Anas melanjutkan, “Ketika
Jibril berjalan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia melewati Idris. Maka Idris pun berkata,
‘Selamat datang Nabi yang soleh dan saudara yang soleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’
Jibril menjawab, ‘Dialah Idris.’ Lalu aku berjalan melewati Musa, ia pun berkata, ‘Selamat datang Nabi
yang soleh dan saudara yang soleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’ Jibril menjawab, ‘Dialah
Musa.’ Kemudian aku berjalan melewati ‘Isa, dan ia pun berkata, ‘Selamat datang saudara yang soleh
dan Nabi yang soleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’ Jibril menjawab, ‘Dialah ‘Isa.’
Kemudian aku melewati Ibrahim dan ia pun berkata, ‘Selamat datang Nabi yang soleh dan anak yang
soleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’ Jibril menjawab, ‘Dialah Ibrahim shallallahu ‘alaihi
wasallam.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemudian aku dimi’rajkan hingga sampai ke
suatu tempat yang aku dapat mendengar suara pena yang menulis.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Kemudian Allah ‘azza wajalla mewajibkan kepada ummatku solat sebanyak lima puluh kali.
Maka aku pergi membawa perintah itu hingga aku berjumpa dengan Musa, lalu ia bertanya, ‘Apa yang
Allah perintahkan buat umatmu?’ Aku jawab: ‘Solat lima puluh kali.’ Lalu dia berkata, ‘Kembalilah kepada
Rabbmu, kerana umatmu tidak akan sanggup!’ Maka aku kembali dan Allah mengurangi setengahnya.
Aku kemudian kembali menemui Musa dan aku katakan bahwa Allah telah mengurangi setengahnya.
Tapi ia berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu kerana umatmu tidak akan sanggup.’ Aku lalu kembali
menemui Allah dan Allah kemudian mengurangi setengahnya lagi.’ Kemudian aku kembali menemui
Musa, ia lalu berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu, kerana umatmu tetap tidak akan sanggup.’ Maka aku
kembali menemui Allah Ta’ala, Allah lalu berfirman: ‘Lima ini adalah sebagai pengganti dari lima puluh.
Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku!’ Maka aku kembali menemui Musa dan ia kembali
berkata, ‘Kembailah kepada Rabb-Mu!’ Aku katakan, ‘Aku malu kepada Rabb-ku.’ Jibril lantas
membawaku hingga sampai di Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu
benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam syurga, ternyata di dalamnya banyak kubah-
kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kasturi.” (Sahih Bukhari, no. 336)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika sahabat-sahabat
kalian meninggal pada perang Uhud, Allah azza wa jalla menjadikan roh-roh mereka di dalam rongga
burung-burung hijau, yang berterbangan di sepanjang sungai-sungai syurga, makan dari buah-
buahannya dan kembali ke lampu-lampu dari emas di bawah bayangan ‘Arsy. Ketika mendapatkan
lazatnya makanan dan minuman serta tempat tinggalnya yang baik, mereka berkata: ‘Duhai sekiranya
saudara-saudara kami mengetahui apa yang diperbuat Allah bagi kami, tentulah mereka tidak akan
zuhud (menolak) terhadap jihad dan tidak menjadi pengecut dalam peperangan.’ Maka Allah azza wa
jalla berfirman; ‘Aku akan menyampaikan perkataan kalian pada mereka.’ Lalu Allah azza wa jalla
menurunkan ayat-ayat tersebut kepada Rasul-Nya: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.”
(Musnad Ahmad, no. 2267, Sunan Abu Daud, no. 2158)
Dari Ibnu Abbas katanya; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjamak antara zohor dan
asar, maghrib dan isyak di Madinah, bukan kerana ketakutan dan bukan pula kerana hujan.” Dalam hadis
Waki’, katanya; aku tanyakan kepada Ibnu Abbas; “Mengapa beliau lakukan hal itu?” Dia menjawab;
“Beliau ingin supaya tidak memberatkan umatnya.” (Sahih Muslim, no. 1151)
Dari Ibnu Abbas katanya; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah solat zohor dan asar semuanya,
dan antara Maghrib dan Isyak, semuanya bukan kerana ketakutan dan tidak pula ketika safar.” (Sahih
Muslim, no. 1146)
Dari Ibnu Abbas ia berkata; “Di Madinah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjamak antara
solat zohor dan asar, serta antara maghrib dan isyak, bukan kerana takut atau hujan.” Sa’id berkata;
“Dikatakan kepada Ibnu Abbas, “Apa yang beliau kehendaki dari hal itu?” Ia menjawab, “Beliau tidak ingin
mempersulit rakyatnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 172)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bercerita bahawa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Ada tiga orang dari Bani Israil yang menderita sakit. Yang pertama menderita
penyakit kusta, yang kedua berkepala botak dan yang ketiga buta. Kemudian Allah Ta’ala menguji
mereka dengan mengutus malaikat menemui mereka. Pertama, malaikat mendatangi orang yang
berpenyakit kusta lalu bertanya kepadanya; “Apa yang paling kamu sukai?” Orang ini menjawab; “Warna
kulit dan kulitku yang bagus kerana sekarang ini manusia menjauh dariku”. Beliau melanjutkan: “Maka
malaikat itu mengusap kulitnya hingga hilang dan berganti dengan warna dan kulit yang bagus”. Lalu
malaikat bertanya lagi; “Harta apa yang paling kamu sukai?” Orang itu menjawab; “Unta”. Maka dia diberi
puluhan unta, lalu malaikat berkata; “Semoga pada unta-unta itu ada keberkatan buatmu”. Kemudian
malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak dan bertanya kepadanya; “Apa yang paling kamu
sukai?” Orang ini menjawab; “Tumbuh rambut yang bagus dan penyakit ini pergi dariku kerana sekarang
ini manusia menjauh dariku”. Beliau melanjutkan: “Maka malaikat itu mengusap kepala orang ini hingga
hilang dan berganti dengan rambut yang bagus”. Lalu malaikat bertanya lagi; “Harta apa yang paling
kamu sukai?” Orang itu menjawab; “Sapi”. Maka dia diberi seekor sapi yang sedang bunting lalu malaikat
berkata; “Semoga pada sapi itu ada keberkatan buatmu”. Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang
buta lalu bertanya kepadanya; “Apa yang paling kamu sukai?” Orang ini menjawab; “Seandainya Allah
Ta’ala mengembalikan penglihatanku sehingga dengan penglihatan itu aku dapat melihat manusia”.
Beliau melanjutkan: “Maka malaikat itu mengusap mata orang ini hingga Allah Ta’ala mengembalikan
penglihatannya”. Lalu malaikat bertanya lagi; “Harta apa yang paling kamu sukai?” Orang itu menjawab;
“Kambing”. Maka dia diberi seekor kambing yang bunting”. Maka kedua orang yang pertama tadi haiwan-
haiwannya berkembang biak dengan banyak begitu juga orang yang ketiga, masing-masing mereka
memiliki lembah untuk mengembalakan unta-unta, lembah untuk mengembalakan sapi-sapi dan lembah
untuk mengembalakan kambing-kambing. Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang tadinya
berpenyakit kusta dalam bentuk keadaan seperti orang yang berpenyakit kusta lalu berkata; “Saya orang
miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini dan tidak ada yang menyampaikan aku hidup
hingga hari ini kecuali Allah Ta’ala. Maka aku memohon kepadamu demi orang yang telah memberimu
warna dan kulit yang bagus berupa seekor unta, apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat
meneruskan perjalananku ini? Maka orang ini berkata; “Sesungguhnya hak-hak sangat banyak (untuk
aku tunaikan)”. Lalu Malaikat bertanya kepadanya; “Sepertinya aku mengenal anda. Bukankah kamu
dahulu orang yang berpenyakit kusta dan manusia menjauhimu dan kamu dalam keadaan faqir lalu Allah
Ta’ala memberimu harta?” Orang ini menjawab; “Aku memiliki ini semua dari harta warisan turun
menurun”. Maka malaikat berkata; “Seandainya kamu berdusta, semoga Allah Ta’ala mengembalikanmu
kepada keadaanmu semula”. Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang dahulunya berkepala botak
dalam bentuk keadaan orang yang berkepala botak, lalu malaikat berkata sebagaimana yang dikatakan
kepada orang pertama tadi lalu orang yang dahulunya berkepala botak ini menjawab seperti jawaban
orang yang dahulunya berpenyakit kusta lalu malaikat berkata; “Seandainya kamu berdusta, semoga
Allah Ta’ala mengembalikanmu kepada keadaanmu semula”. Lalu malaikat mendatangi orang yang
dahulunya buta dalam bentuk sebagai orang buta lalu berkata; “Saya orang miskin yang bekalku sudah
habis dalam perjalananku ini dan tidak ada yang menyampaikan aku hidup hingga hari ini kecuali Allah
Ta’ala. Maka aku memohon kepadamu demi Zat yang telah mengembalikan penglihatanmu berupa
seekor kambing, apakah kamu mahu memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?
Maka orang ini menjawab; “Dahulu aku adalah orang yang buta lalu Allah Ta’ala mengembalikan
penglihatanku dan aku juga seorang yang faqir lalu Dia memberiku kecukupan, maka itu ambillah
sesukamu. Demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk mengambil sesuatu selama kamu
mengambilnya kerana Allah Ta’ala”. Maka malaikat itu berkata; “Peganglah hartamu. Sesungguhnya
kalian sedang diuji dan Allah Ta’ala telah redha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu”. (Sahih
Bukhari, no. 3205, Sahih Muslim, no. 5265)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Suatu
ketika tiga orang laki-laki sedang berjalan, tiba-tiba hujan turun hingga mereka berlindung ke dalam suatu
gua yang terdapat di gunung. Tanpa diduga sebelumnya, ada sebongkah batu besar jatuh menutup
mulut gua dan mengurung mereka di dalamnya. Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada
temannya yang lain; ‘Ingat-ingatlah amal soleh yang pernah kalian lakukan hanya kerana mengharap
redha Allah semata. Setelah itu, berdoa dan memohonlah pertolongan kepada Allah dengan perantaraan
amal soleh tersebut (tawassul), mudah-mudahan Allah akan menghilangkan kesulitan kalian. Kemudian
salah seorang dari mereka berkata; ‘Ya Allah ya Tuhanku, dulu saya mempunyai dua orang tua yang
sudah lanjut usia. Selain itu, saya juga mempunyai seorang isteri dan beberapa orang anak yang masih
kecil. Saya menafkahkan mereka dengan menggembala ternak. Apabila pulang dari menggembala, saya
pun segera memerah susu dan saya dahulukan untuk kedua orang tua saya. Lalu saya berikan air susu
tersebut kepada kedua orang tua saya sebelum saya berikan kepada anak-anak saya. Pada suatu ketika,
saya ke tempat penggembalaan yang jauh, hingga saya baru pulang pada petang hari. Ternyata saya
dapati kedua orang tua saya sedang tertidur nyenyak. Lalu, seperti biasa, saya segera memerah susu.
Saya berdiri dekat keduanya kerana tidak mahu membangunkan dari tidur mereka. Akan tetapi, saya
juga tidak ingin memberikan air susu tersebut kepada anak-anak saya sebelum diminum oleh kedua
orang tua saya, meskipun mereka, anak-anak saya, telah berkerumun di telapak kaki saya untuk
meminta minum kerana rasa lapar yang sangat. Keadaan tersebut saya dan anak-anak saya jalankan
dengan sepenuh hati hingga terbit fajar. Ya Allah, jika Engkau tahu bahawa saya melakukan perbuatan
tersebut hanya untuk mengharap redha-Mu, maka bukakanlah celah (batu) untuk kami hingga kami dapat
melihat langit!’ Akhirnya Allah membuka celah lubang gua tersebut, hingga mereka dapat melihat langit.
Orang yang kedua dari mereka berdiri sambil berkata; ‘Ya Allah, dulu saya mempunyai seorang sepupu
perempuan (anak perempuan pakcik) yang saya cintai sebagaimana cintanya kaum laki-laki yang
berkobar-kobar terhadap wanita. Pada suatu ketika saya pernah mengajaknya untuk berbuat zina, tetapi
ia menolak hingga saya dapat memberinya wang seratus dinar. Setelah bersusah payah mengumpulkan
wang seratus dinar, akhirnya saya pun mampu memberikan wang tersebut kepadanya. Ketika saya
berada di antara kedua pehanya (telah siap untuk menggaulinya), tiba-tiba ia berkata; ‘Hai hamba Allah,
takutlah kepada Allah dan janganlah kamu membuka cincin (menggauliku) kecuali setelah menjadi
hakmu.’ Lalu saya bangkit dan meninggalkannya. Ya Allah, sesungguhnya Engkau pun tahu bahawa
saya melakukan hal itu hanya untuk mengharapkan redha-Mu. Oleh kerana itu, bukakanlah suatu celah
lubang untuk kami!’ Akhirnya Allah membukakan sedikit celah lubang lagi untuk mereka bertiga. Seorang
lagi berdiri dan berkata; ‘Ya Allah ya Tuhanku, dulu saya pernah menyuruh seseorang untuk
mengerjakan sawah saya dengan cara bagi hasil. Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun
berkata; ‘Berikanlah hak saya kepada saya! ‘ Namun saya tidak dapat memberikan kepadanya haknya
tersebut hingga ia merasa sangat jengkel. Setelah itu, saya pun menanami sawah saya sendiri hingga
hasilnya dapat saya kumpulkan untuk membeli beberapa ekor sapi dan menggaji beberapa
penggembalanya. Selang berapa lama kemudian, orang yang haknya dahulu tidak saya berikan datang
kepada saya dan berkata; ‘Takutlah kamu kepada Allah dan janganlah berbuat zalim terhadap hak orang
lain!’ Lalu saya berkata kepada orang tersebut; ‘Pergilah ke beberapa ekor sapi beserta para
penggembalanya itu dan ambillah semuanya untukmu!’ Orang tersebut menjawab; ‘Takutlah kepada
Allah dan janganlah kamu mengolok-olok saya!’ Kemudian saya katakan lagi kepadanya; ‘Sungguh saya
tidak bermaksud mengolok-olokmu. Oleh kerana itu, ambillah semua sapi itu beserta para
pengggembalanya untukmu!’ Akhirnya orang tersebut memahaminya dan membawa pergi semua sapi
itu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah mengetahui bahawa apa yang telah saya lakukan dahulu
adalah hanya untuk mencari redha-Mu. Oleh kerana itu, bukalah bahagian pintu gua yang belum
terbuka!’ Akhirnya Allah pun membukakan sisanya untuk mereka.” (Sahih Bukhari, no. 5517, Sahih
Muslim, no. 4926)
Dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapanya; Ketika tembok runtuh menimpa kuburan Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam pada masa kekhilafahan Al Walid bin Abdul Malik, orang-orang mulai
membangun kembali. Saat itu mereka menemukan sebuah kaki yang terputus, mereka mengira bahawa
itu adalah kaki Nabi Shallallahu’alaihiwasallam. Mereka tidak menemui seseorang yang mengetahui hal
itu, hingga akhirnya ‘Urwah berkata kepada mereka: “Demi Allah itu bukanlah kaki Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam, itu adalah kaki Umar radliallahu ‘anhu. (Sahih Bukhari, no. 1303)
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahawa ia berwasiat kepada ‘Abdullah bin Az Zubair radliallahu ‘anhuma:
“Janganlah kamu mengubur aku bersama mereka (Nabi, Abu Bakar dan Umar), namun kuburkanlah aku
bersama para isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di Baqi’ agar aku tidak dikeramatkan seorangpun
selama-lamanya”. (Sahih Bukhari, no. 1304)
Dari ‘Amru bin Maimun Al Audiy berkata: “Aku melihat Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu berkata:
“Wahai ‘Abdullah bin Umar temuilah Ummul Mukminin Aisyah radliallahu ‘anha lalu sampaikan bahawa
Umar bin Al Khattab menyampaikan salam kepadamu, kemudian mintalah agar aku dikubur bersama
kedua temanku. Aisyah berkata; “Aku dulu menginginkan tempat itu untukku, namun sekarang aku lebih
mengutamakannya daripada diriku. Ketika ia pulang, Umar berkata kepadanya: “Jawaban apa yang
kamu bawa?” Ia menjawab; “Engkau telah mendapat izin wahai Amirul Mukminin, lalu ia berkata: “Tidak
ada sesuatu yang lebih aku cintai daripada tempat berbaring itu, dan jika aku sudah meninggal, bawalah
aku kepadanya lalu sampaikan salam dan katakan bahawa Umar bin Al Khattab telah meminta izin, dan
jika diizinkan maka kuburkanlah aku disana, dan jika tidak, maka kuburlah aku di perkuburan kaum
muslimin. Sebab aku tidak mengetahui seseorang yang lebih berhak pada perkara ini daripada mereka,
orang-orang yang ketika beliau meninggal maka Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam telah meredhai
mereka, maka barangsiapa yang menggantikan aku setelahku dialah khalifah, wajib dengar dan taatlah
padanya. Lalu ia menyebut nama Uthman, Ali, Thalhah, Az Zubair, Abdur Rahman bin Auf, Saad bin Abi
Waqqas. Kemudian seorang pemuda Ansar datang kepadanya, ia berkata: “Wahai Amirul Mukminin,
berilah khabar gembira yang diberikan Allah kepadamu kerana masuk Islam pertama kali seperti yang
telah engkau ketahui, lalu engkau diangkat menjadi khalifah dan setelah ini semua engkau akan mati
syahid?” Dia menjawab: “Barangkali cukuplah yang engkau katakan itu wahai anak saudaraku, aku
berwasiat kebaikan kepada khalifah setelahku terhadap orang-orang yang pertama berhijrah, agar ia
mengerti hak-hak mereka dan menjaga kehormatan mereka, dan aku berwasiat kebaikan kepadanya
terhadap orang-orang Ansar, yang mereka telah menempati Madinah dan beriman kepada Allah Ta’ala,
agar ia terima orang-orang yang baik di antara mereka dan memaafkan orang-orang yang berbuat buruk
di antara mereka, dan aku berwasiat kepadanya akan tanggungan Allah dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi
wasallam agar ia menepati perjanjian dengannya, dan ia berperang di belakangnya, serta tidak
membebani mereka dengan apa yang tidak mereka mampu”. (Sahih Bukhari, no. 1305)
Dari ‘Amru bin Maimun berkata; “Aku berdiri dan tidak ada seorang pun antara aku dan Umar kecuali
‘Abdullah bin ‘Abbas pada Subuh hari saat Umar terkena musibah. Subuh itu, Umar hendak memimpin
solat dengan melalui barisan saf lalu berkata; “Luruskanlah saf”. Ketika dia sudah tidak melihat lagi pada
jemaah ada celah-celah dalam barisan saf tersebut, maka Umar maju lalu bertakbir. Sepertinya dia
membaca surah Yusuf atau an-Nahl atau seperti surah itu pada rakaat pertama hingga memungkinkan
semua orang bergabung dalam solat. Ketika aku tidak mendengar sesuatu darinya kecuali ucapan takbir,
tiba-tiba terdengar dia berteriak; “Ada orang yang membunuhku”, atau katanya; “Seekor anjing telah
menerkamku”. Rupanya ada seseorang yang menikamnya dengan sebilah pisau bermata dua. Penikam
itu tidaklah melalui orang-orang di sebelah kanan atau kirinya melainkan dia menikamnya pula hingga dia
telah menikam sebanyak tiga belas orang yang mengakibatkan tujuh orang di antaranya meninggal
dunia. Ketika seseorang dari kaum muslimin melihat kejadian itu, dia melemparkan bajunya dan tepat
mengenai si pembunuh itu. Dan ketika dia menyedari bahawa dia pasti tertangkap (tak lagi boleh
menghindar), dia bunuh diri. Umar memegang tangan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf lalu menariknya ke depan.
Siapa saja orang yang berada dekat dengan Umar pasti dapat melihat apa yang aku lihat. Ada pun
orang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak mengetahui peristiwa yang terjadi, selain
hanya tidak mendengar suara Umar. Mereka berkata; “Subhaanalah, Subhaanalah (maha suci Allah)”.
Maka ‘Abdur Rahman melanjutkan solat jemaah secara ringkas. Setelah solat selesai, Umar bertanya;
“Wahai Ibnu ‘Abbas, lihatlah siapa yang telah membunuhku”. Ibnu ‘Abbas berkeliling sesaat lalu kembali
dan berkata; “Budaknya Al Mughirah”. Umar bertanya; “Oh, si budak yang pandai membuat pisau itu?”
Ibnu ‘Abbas menjawab; “Ya benar”. Umar berkata; “Semoga Allah membunuhnya, sungguh aku telah
memerintahkan dia berbuat ma’ruf (kebaikan). Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku
di tangan orang yang mengaku beragama Islam. Sungguh dahulu kamu dan bapamu suka bila orang
kafir bukan arab banyak berkeliaran di Madinah. ‘Abbas adalah orang yang paling banyak memiliki
budak. Ibnu ‘Abbas berkata; “Jika anda menghendaki, aku akan kerjakan apa pun. Maksudku, jika kamu
menghendaki kami akan membunuhnya”. Umar berkata; “Kamu berbohong, (sebab mana boleh kalian
membunuhnya) padahal mereka telah terlanjur bicara dengan bahasa kalian, solat menghadap qiblat
kalian dan naik haji seperti haji kalian”. Kemudian Umar dibawa ke rumahnya dan kami ikut
menyertainya. Saat itu orang-orang seakan-akan tidak pernah terkena musibah seperti hari itu
sebelumnya. Di antara mereka ada yang berkata; “Dia tidak apa-apa”. Dan ada juga yang berkata; “Aku
sangat mengkhuatirkan nasibnya”. Kemudian Umar diberikan anggur lalu dia memakannya namun
makanan itu keluar dari perutnya. Kemudian diberi susu lalu dia pun meminumnya namun susu itu keluar
melalui lukanya. Akhirnya orang-orang menyedari bahawa Umar segera akan meninggal dunia. Maka
kami pun masuk menjenguknya lalu diikuti oleh orang-orang yang datang dan memujinya. Tiba-tiba
datang seorang pemuda seraya berkata; “Berbahagialah anda, wahai Amirul Mukminin dengan khabar
gembira dari Allah untuk anda kerana telah hidup dengan mendampingi (menjadi sahabat) Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang terdahulu menerima Islam berupa ilmu yang anda ketahui. Lalu
anda diberi kepercayaan menjadi pemimpin dan anda telah menjalankannya dengan adil lalu anda mati
syahid”. Umar berkata; “Aku sudah merasa senang jika masa kekhilafahanku berakhir neutral, aku tidak
terkena dosa dan juga tidak mendapat pahala.” Ketika pemuda itu berlalu, tampak pakaiannya
menyentuh tanah, maka Umar berkata; “Bawa kembali pemuda itu kepadaku”. ‘Umar berkata kepadanya;
“Wahai anak saudaraku, angkatlah pakaianmu kerana yang demikian itu lebih baik dan lebih membuatmu
taqwa kepada Rabbmu. Wahai ‘Abdullah bin Umar, lihatlah berapa jumlah hutang yang menjadi
kewajibanku”. Maka mereka menghitungnya dan mendapatan hasilnya bahawa hutangnya sebesar lapan
puluh enam ribu atau sekitar itu. Umar berkata; “Jika harta keluarga Umar mencukupi bayarlah hutang itu
dengan harta mereka. Namun apabila tidak mencukupi maka mintalah kepada Bani ‘Adiy bin Ka’ab. Dan
apabila harta mereka masih tidak mencukupi, maka mintalah kepada masyarakat Quraisy dan jangan
mengatasi mereka dengan meminta kepada selain mereka lalu lunasilah hutangku dengan harta-harta
itu. Temuilah Aisyah, Ummul Mukminin radliallahu ‘anha, dan sampaikan salam dari Umar dan jangan
kalian katakan dari Amirul Muminin kerana hari ini bagi kaum mukminin aku bukan lagi sebagai pemimpin
dan katakan bahawa Umar bin Al-Khattab meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua sahabatnya”.
Maka ‘Abdullah bin Umar memberi salam, meminta izin lalu masuk menemui Aisyah radliallahu ‘anha.
Ternyata ‘Abdullah bin Umar mendapatkan Aisyah radliallahu ‘anha sedang menangis. Lalu dia berkata;
“Umar bin Al-Khattab menyampaikan salam buat anda dan meminta izin agar boleh dikuburkan
disamping kedua sahabatnya (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar radliallahu ‘anhu)”.
Aisyah radliallahu ‘anha berkata; “Sebenarnya aku juga menginginkan hal itu untuk diriku namun hari ini
aku tidak akan lebih mementingkan diriku”. Ketika ‘Abdullah bin Umar kembali, dikatakan kepada Umar;
“Ini dia, ‘Abdullah bin Umar sudah datang”. Maka Umar berkata; “Angkatlah aku”. Maka seorang laki-laki
datang memapahnya. Umar bertanya: “Berita apa yang kamu bawa?” Ibnu Umar menjawab; “Berita yang
anda sukai, wahai Amirul Mukminin. Aisyah telah mengizinkan anda”. Umar berkata; “Alhamdulillah.
Tidak ada sesuatu yang paling penting bagiku selain hal itu. Jika aku telah meninggal, bawalah jasadku
kepadanya dan sampaikan salamku lalu katakan bahawa Umar bin Al-Khattab meminta izin. Jka dia
mengizinkan maka masukkanlah aku (kuburkan) namun bila dia menolak maka kembalikanlah jasadku ke
kuburan Kaum Muslimin. Kemudian Hafsah, Ummul Mukminin datang dan beberapa wanita ikut
bersamanya. Tatkala kami melihatnya, kami segera berdiri. Hafsah kemudian mendekat kepada Umar
lalu dia menangis sejenak. Kemudian beberapa orang laki-laki meminta izin masuk, maka Hafsah masuk
ke bilik kerana ada orang yang mahu masuk. Maka kami dapat mendengar tangisan Hafsah dari balik
bilik. Orang-orang itu berkata; “Berilah wasiat, wahai Amirul Mukminin. Tentukanlah pengganti anda”.
Umar berkata; “Aku tidak menemukan orang yang paling berhak atas urusan ini daripada mereka atau
segolongan mereka yang ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat beliau redha kepada
mereka. Maka dia menyebut nama Ali, Uthman, Az Zubair, Thalhah, Sa’ad dan ‘Abdur Rahman.
Selanjutnya dia berkata; “Abdullah bin Umar akan menjadi saksi atas kalian. Namun dia tidak punya
peranan dalam urusan ini, dan tugas itu hanya sebagai bentuk penghibur baginya. Jika kepemimpinan
jatuh ke tangan Sa’ad, maka dialah pemimpin urusan ini. Namun apabila bukan dia, maka mintalah
bantuan dengannya. Dan siapa saja di antara kalian yang diserahi urusan ini sebagai pemimpin maka
aku tidak akan memecatnya kerana alasan lemah atau berkhianat”. Selanjutnya Umar berkata; “Aku
berwasiat kepada khalifah sesudahku agar memahami hak-hak kaum Muhajirin dan menjaga kehormatan
mereka. Aku juga berwasiat kepadanya agar selalu berbuat baik kepada Kaum Ansar yang telah
menempati negeri (Madinah) ini dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (kaum Muhajirin) agar
menerima orang baik, dan memaafkan orang yang keliru dari kalangan mereka. Dan aku juga berwasiat
kepadanya agar berbuat baik kepada seluruh penduduk kota ini kerana mereka adalah para pembela
Islam dan telah menyumbangkan harta (untuk Islam) dan telah bersikap keras terhadap musuh. Dan
janganlah mengambil dari mereka kecuali harta lebih mereka dengan kerelaan mereka. Aku juga
berwasiat agar berbuat baik kepada orang-orang Arab Badwi kerana mereka adalah nenek moyang
bangsa Arab dan perintis Islam, dan agar diambil dari mereka bukan harta pilihan (utama) mereka
(sebagai zakat) lalu dikembalikan (disalurkan) untuk orang-orang fakir dari kalangan mereka. Dan aku
juga berwasiat kepadanya agar menunaikan perjanjian kepada ahlu Dzimmah (Warga bukan muslim
yang wajib terkena pajak), iaitu orang-orang yang di bawah perlindungan Allah dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wasallam (asalkan membayar pajak) dan mereka (ahlu dzimmah) yang berniat memerangi harus
diperangi, mereka juga tidak boleh dibebani selain sebatas kemampuan mereka”. Ketika Umar sudah
menghembuskan nafas, kami keluar membawanya lalu kami berangkat dengan berjalan. ‘Abdullah bin
Umar mengucapkan salam (kepada Aisyah radliallahu ‘anha) lalu berkata; “Umar bin Al-Khattab meminta
izin”. Aisyah radliallahu ‘anha berkata; “Masukkanlah”. Maka jasad Umar dimasukkan ke dalam liang
lahad dan diletakkan berdampingan dengan kedua sahabatnya. Setelah selesai menguburkan jenazah
Umar, orang-orang (yang telah ditunjuk untuk mencari pengganti khalifah) berkumpul. ‘Abdur Rahman bin
‘Auf berkata; “Jadikanlah urusan kalian ini kepada tiga orang di antara kalian. Maka Az Zubair berkata;
“Aku serahkan urusanku kepada Ali. Sementara Thalhah berkata; “Aku serahkan urusanku kepada
Uthman. Sedangkan Sa’ad berkata; “Aku serahkan urusanku kepada ‘Abdur Rahman bin ‘Auf. Kemudian
‘Abdur Rahman bin ‘Auf berkata; “Siapa di antara kalian berdua yang mahu melepaskan urusan ini maka
kami akan serahkan kepada yang satunya lagi, Allah dan Islam akan mengawasinya sungguh seseorang
dapat melihat siapa yang terbaik di antara mereka menurut pandangannya sendiri. Dua pembesar
(Uthman dan Ali) terdiam. Lalu ‘Abdur Rahman berkata; “Apakah kalian menyerahkan urusan ini
kepadaku. Allah tentu mengawasiku dan aku tidak akan semena-mena dalam memilih siapa yang terbaik
di antara kalian”. Keduanya berkata; “Baiklah”. Maka ‘Abdur Rahman memegang tangan salah seorang
dari keduanya seraya berkata; “Engkau adalah kerabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dari
kalangan pendahulu dalam Islam (senior) sebagaimana yang kamu ketahui dan Allah akan
mengawasimu. Seandainya aku serahkan urusan ini kepadamu tentu kamu akan berbuat adil dan
seandainya aku serahkan urusan ini kepada Uthman tentu kamu akan mendengar dan mentaatinya”.
Kemudian dia berbicara menyendiri dengan Uthman dan berkata sebagaimana yang dikatakannya
kepada Ali. Ketika dia mengambil perjanjian bai’ah, ‘Abdur Rahman berkata; “Angkatlah tanganmu wahai
Uthman”. Maka Abdur Rahman membai’ah Uthman lalu Ali ikut membai’ahnya kemudian para penduduk
masuk untuk membai’ah Uthman”. (Sahih Bukhari, no. 3424)
Dari Ma’dan Bin Abu Thalhah Al Ya’mari bahawa Umar Bin Al-Khathab berdiri di atas mimbar pada hari
Jumaat, kemudian memuji dan mengagungkan Allah lalu menyebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan Abu bakar, kemudian berkata; “Aku bermimpi dan aku menganggapnya itu adalah
pertanda akan tibanya ajalku, aku bermimpi seakan-akan seekor ayam jantan mematukku dua kali.”
Ma’dan berkata; dia (Umar) menyebutkan bahawa ayamnya berwarna merah, kemudian aku ceritakan
kepada Asma’ Binti Umais isteri Abu Bakar, maka dia berkata; “Seorang lelaki asing/selain arab akan
membunuhmu.” Umar berkata; “Sesungguhnya orang-orang menyuruhku untuk mengangkat seorang
pengganti, dan sesungguhnya Allah tidak akan menngsia-siakan agama dan kekhilafahanNya, yang telah
mengutus Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengusungnya, dan jika ajal menjemputku maka
urusan ini diserahkan di dalam Syura’ (musyawarah) di antara enam orang yang ketika Nabiyullah
shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal beliau redha kepada mereka, maka siapa saja di antara mereka
yang kalian bai’ah hendaklah kalian dengar dan taati, dan sesungguhnya aku mengetahui akan ada
orang-orang yang akan mengacaukan urusan ini, dan aku adalah yang akan memerangi mereka dengan
tanganku atas dasar Islam, mereka itulah musuh musuh Allah, orang-orang kafir lagi sesat, demi Allah,
aku tidak akan meninggalkan dari apa-apa yang telah Rabbku janjikan kepadaku kemudian
menggantikanku dengan sesuatu yang lebih penting bagiku ketimbang Al Kalalah (seseorang yang
meninggal dan tidak meninggalkan bapa serta anak), dan demi Allah, tidak pernah Nabiyullah shallallahu
‘alaihi wasallam menegaskan sesuatu kepadaku tentang sesuatu sejak aku menemani beliau melebihi
ketegasannya kepadaku dalam masalah Kalalah sampai beliau menusukkan jarinya ke dadaku dan
berkata: “Cukup bagimu ayat tentang shaif yang ada di akhir surah An-Nisa’, sesungguhnya jika aku
hidup maka aku akan putuskan masalah itu dengan keputusan yang dapat diketahui oleh orang yang
membaca dan orang yang tidak membaca, dan aku bersaksi kepada Allah atas pemimpin-pemimpin
negeri, bahawasannya aku mengutus mereka supaya mereka mengajarkan kepada manusia perihal
urusan agama mereka dan agar supaya mereka menjelaskan tentang sunnah Nabi mereka shallallahu
‘alaihi wasallam dan mengadukan kepadaku apa yang tidak mereka ketahui, kemudian sesungguhnya
kalian wahai manusia, kalian memakan dua pohon yang tidak aku anggap kecuali keduanya adalah
menjijikkan, iaitu bawang putih dan bawang merah ini, demi Allah aku telah melihat Nabiyullah shallallahu
‘alaihi wasallam ketika mencium bau keduanya dari seorang lelaki, beliau menyuruhnya sambil
memegang tangannya untuk keluar dari masjid sehingga diletakkan di Baqi’, maka barangsiapa
memakan keduanya hendaklah memasaknya hingga tidak ada baunya.” Ma’dan berkata; “Umar
berkhutbah di hadapan manusia pada hari Jumaat dan terbunuh pada hari Rabu.” (Musnad Ahmad, no.
85)
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dia berkata; “Aku menjadi utusan bersama ayahku untuk menemui
Mu’awiyah bin Abu Safyan, kemudian Abu Sufyan mempersilahkan kami masuk, lalu dia berkata; “Wahai
Abu Bakrah, ceritakanlah kepadaku sesuatu yang telah kamu dengar dari Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi
Wasallam!” Ayahku menjawab; “Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam kagum dengan mimpi yang baik,
lalu beliau akan bertanya tentang mimpi tersebut, pada suatu hari Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam
bertanya: “Siapakah di antara kalian yang bermimpi?” Salah seorang laki-laki menjawab; “Saya wahai
Rasulullah, aku bermimpi seakan-akan ada timbangan yang menggantung di langit, kemudian engkau
ditimbang dengan Abu Bakar, maka timbangan engkau lebih berat dari Abu Bakar Radliyallahu Ta’ala
‘anhu. Lalu Abu Bakar radliallahu ‘anhu ditimbang dengan Umar radliallahu ‘anhu, ternyata timbangan
Abu Bakar lebih berat dari Umar. Lalu Umar ditimbang dengan Uthman Radliyallahu Ta’ala ‘anhu, maka
timbangan Umar lebih berat dari Uthman radliallahu ‘anhum. Kemudian timbangan itu diangkat.”
Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam menayangkan mimpinya seraya bersabda: “Itulah khilafah
Nubuwwah (kepemimpinan ala Nubuwwah), kemudian Allah Tabaraka Wata’ala memberikan kekuasaan
kepada orang yang dikehendaki.” (Musnad Ahmad, no. 19547)
Dari An Nu’man bin Basyir ia berkata, “Kami pernah duduk-duduk di dalam Masjid bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Basyir menahan pembacaan hadithnya. Kemudian datanglah Abu
Tsa’labah Al Khusyani dan berkata, “Wahai Basyir bin Sa’d, apakah kamu hafal hadith Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkenaan dengan Umara’ (para pemimpin)?” Kemudian Hudzaifah berkata,
“Aku hafal khutbah beliau.” Maka Abu Tsa’labah pun duduk, kemudian Hudzaifah berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Akan berlangsung Nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian
selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia
menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kekhilafahan menurut sistim kenabian
selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk
mengakhirinya. Kemudian berlangsung kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah
kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung
pemerintahan yang menindas (diktator) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia
mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian akan berlangsung kembali
kekhalifahan menurut sistem kenabian. Kemudian beliau berhenti”. (Musnad Ahmad, no. 17680)
Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya kulit orang kafir itu
setebal empat puluh dua hasta, gigi gerahamnya seperti Jabal Uhud dan tempatnya di neraka Jahanam
seluas antara Makkah dan Madinah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2500)
Dari Sa’ad bin Malik; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekiranya satu timba nanah
penduduk neraka dituang ke bumi, sungguh ia akan menjadikan seluruh penduduk bumi mencium bau
busuknya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2509, Musnad Ahmad, no. 10799)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat, “Bertakwalah kamu
sekalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu sekalian meninggal
melainkan kalian dalam keadaan muslim.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalau
seandainya setitis Zaqqum (nama pohon di neraka) menitis ke kampung dunia (bumi), nescaya akan
merosakkan kehidupan penduduk dunia. Lalu bagaimana dengan (keadaan) orang-orang yang
menjadikan zaqqum sebagai makanannya?” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2510, Sunan Ibnu Majah, no. 4316)
Dari Abu Darda dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan dicampakkan
kepada penghuni neraka rasa lapar yang sebanding dengan seksa yang mereka alami, lalu mereka
memohon pertolongan, kemudian mereka ditolong dengan diberi makanan dari “dhari” (pohon yang
berduri) yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar, kemudian mereka memohon
diberikan makanan lalu mereka diberi makanan yang menyumbat di kerongkongan, kemudian mereka
teringat bahawa dahulu di dunia mereka mengubati tersumbatnya kerongkongan mereka dengan
minuman, maka mereka memohon untuk diberi minuman, lalu dituangkanlah air mendidih kepada
mereka dengan “Al Kalalib” (besi yang bengkok hujungnya digunakan untuk mengangkat daging dari
kendi) yang apabila telah dekat ke wajah mereka menjadi jatuhlah wajah mereka, dan apabila masuk ke
dalam perut mereka nescaya akan memotong-motong organ yang ada dalam perut mereka. Lalu mereka
berkata sesama mereka; ‘Memohonlah kepada penjaga neraka Jahannam.’ Namun mereka (penjaga
neraka) membacakan ayat: “Bukankah kamu telah didatangi Rasul-rasul kamu dengan membawa
keterangan-keterangan (yang menyatakan akibat perbuatan derhaka kamu)?” Mereka menjawab: “Ya,
telah datang”. Malaikat itu berkata: “Jika demikian, maka berdoalah kamu sendiri. Dan doa permohonan
orang-orang yang kafir pada saat ini hanya menyebabkan mereka berada dalam keadaan dukacita dan
kecewa sahaja” (Ghafir:50). Rasulullah berkata; Dan mereka menyeru (ketua malaikat penjaga neraka,
dengan berkata): “Wahai Malik! Biarlah hendaknya Tuhanmu mematikan kami (kerana kami tidak tahan
menderita)!” Malik menjawab: “Sesungguhnya kamu tetap kekal di dalam azab” (Al-Zukhruf:77). -Al
A’masy berkata; ‘Aku diberitahu bahawa jarak antara permohonan mereka dengan jawaban Malaikat
Malik kepada mereka adalah seribu tahun’- Nabi berkata: “Lalu mereka saling berkata; ‘Mohonlah kepada
Rabb kalian kerana tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada Rabb kalian’. Lalu mereka memohon;
‘Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan dahulu kami adalah orang-orang yang
sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari padanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika
kami kembali (juga kepada kekafiran), maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim’ (Al-
Mukminun:106-107). Nabi berkata: “Lalu Allah menjawab kepada mereka; ‘Tinggallah dengan hina di
dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku’ (Al-Mukminun:108). Nabi berkata: “Maka ketika itu
mereka putus asa dari segala kebaikan, dan ketika itu juga mereka meringkik dan menyesal serta
celaka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2511)
Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai firman Allah: “Seperti besi yang
mendidih.” (Al-ma’arij:8), Beliau bersabda: “Seperti kotoran minyak, Kemudian apabila Allah
mendekatkan ke wajah orang yang diazab maka gugurlah kulit wajahnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3244)
Dari Abu Sa’id al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan firmanNya: “Dan mereka di dalam
neraka itu dalam keadaan cacat.” Beliau bersabda: “Orang kafir dibakar oleh api neraka, maka bibir
atasnya mengkerut (ke atas) sehingga mencapai pertengahan kepalanya, sedangkan bibir bawahnya
menjulur hingga mendekati pusatnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2512, Musnad Ahmad, no. 11409)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bara api neraka Jahannam itu
dipanaskan selama seribu tahun sampai menjadi merah, kemudian dipanaskan lagi selama seribu tahun
sampai menjadi putih, kemudian dipanaskan lagi selama seribu tahun sampai menjadi hitam, maka dia
menjadi hitam gelap”. (Sunan At-Tirmidzi, no. 2516, Sunan Ibnu Majah, no. 4311)
Dari Jabir dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Segolongan orang dari ahli
tauhid diazab di neraka sehingga mereka menjadi abu, kemudian mereka mendapatkan rahmat, lalu
mereka dikeluarkan dan diletakkan di depan pintu syurga.’ Rasulullah berkata; ‘Lalu penduduk syurga
menyiramkan air kepada mereka, maka mereka tumbuh kembali sebagaimana buih tumbuh dalam
sesuatu yang dibawa aliran air, kemudian mereka masuk syurga.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2522, Musnad
Ahmad, no. 14665)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Sesunguhnya ada dua orang yang
masuk ke dalam neraka, keduanya menjerit dengan suara kuat, maka Rabb ‘azza wajalla memerintahkan
(kepada Malaikat Zabaniyah): ‘Keluarkanlah keduanya!’ Setelah keduanya dikeluarkan, maka Allah
bertanya kepada keduanya: ‘Untuk apa kalian berdua menjerit dengan suara kuat?’ Keduanya menjawab;
‘Kami melakukan demikian agar supaya Engkau mengasihani kami.’ Kemudian Allah berfirman,
‘Sesungguhnya rahmat-Ku untuk kalian berdua, hendaklah kalian berdua pergi lalu menceburkan diri
kalian di tempat kalian dahulu berada dalam neraka.’ Maka keduanya pergi, dan salah seorang dari
keduanya menceburkan dirinya ke dalam neraka, namun Allah menjadikannya dingin dan selamat
atasnya, sedangkan yang lain tetap berdiri dan tidak menceburkan dirinya, kemudian Allah ‘azza wajalla
bertanya kepadanya; ‘Apa yang menghalangimu untuk menceburkan dirimu sebagaimana temanmu telah
menceburkan dirinya?’ Dia menjawab; ‘Wahai Rabbku sesungguhnya aku sangat mengharap agar
supaya Engkau tidak mengembalikanku ke dalamnya (neraka) setelah Engkau keluarkan aku darinya.’
Maka Allah berfirman: ‘Kamu mendapatkan apa yang kamu harapkan.’ Kemudian keduanya masuk
Syurga dengan rahmat Allah”. (Sunan At-Tirmidzi, no. 2524)
Dari Abu Sa’id berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam memasuki tempat solat lalu beliau melihat
orang-orang, sepertinya mereka tertawa hingga terlihat gigi-giginya, beliau bersabda: “Ingat,
sesungguhnya bila kalian banyak mengingat pemutus segala kenikmatan nescaya kalian tidak sempat
melakukan (perkara) yang aku lihat (tertawa), kerana itu perbanyaklah mengingat pemutus segala
kenikmatan, sesungguhnya tidaklah ada suatu hari datang atas makam (pekuburan) melainkan ia
berbicara; ‘Aku rumah pengasingan, aku rumah penyendirian, aku rumah tanah, aku rumah cacing.’ Bila
seorang hamba mukmin dikuburkan, kubur berkata padanya: ‘Selamat datang, engkau adalah orang
yang berjalan di atas punggungku yang paling aku sukai, kerana saat ini aku diberi kuasa menanganimu
dan kau kembali kepadaku, kau akan melihat apa yang akan aku lakukan padamu.’ Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Lalu diluaskan baginya sejauh mata memandang dan dibukakan
baginya pintu menuju syurga. Dan bila hamba keji atau kafir dikuburkan, kubur berkata padanya: ‘Tidak
selamat datang, engkau adalah orang yang melintasi di atas punggungku yang paling aku benci, kerana
saat ini aku diberi kuasa menanganimu dan kau kembali padaku, kau akan mengetahui apa yang akan
aku lakukan padamu.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Lalu kubur menghimpitnya
hingga mengenainya sehingga tulang-tulangnya tidak keruan,” -Rasulullah mengisyaratkan dengan
memasukkan sebahagian jari-jemarinya ke sebahagian yang lain- Berkata Abu Sa’id: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Allah mendatangkan kepadanya tujuh puluh ular besar, andai
satu di antaranya menghembus di bumi necaya tidak akan menumbuhkan apa pun selama dunia masih
ada, lalu semua (ular) mengigit dan melukainya hingga ia sampai ke (hari) penghisaban.” Berkata Abu
Sa’id: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya kubur adalah salah satu taman
syurga atau salah satu lubang neraka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2384)
Khalid ibnu Lajlaj menceritakan kepadanya, bahawa Lajlaj bapanya Khalid pernah memberitahunya; ia
pernah duduk sambil bekerja di pasar lalu ada seorang wanita lalu dengan membawa anak kecil. Orang-
orang mencela wanita itu, aku pun ikut mencela wanita tersebut. Aku lalu membawa wanita itu ke
hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bertanya: “Siapa bapa dari anak yang kamu bawa ini?”
Wanita itu diam. Seorang laki-laki yang ada di sisinya berkata, “Wahai Rasulullah, akulah bapanya.”
Beliau kembali berpaling ke wanita itu dan bertanya: “Siapa bapa dari anak yang kamu bawa ini?”
Pemuda itu terus saja menjawab, “Wahai Rasulullah, akulah bapanya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kemudian menghadap ke khalayak ramai, beliau bertanya kepada mereka tentang pemuda itu,
mereka menjawab, “Kami tidak mengenal pemuda itu kecuali orang yang baik-baik.” Beliau lalu bertanya
kepada pemuda itu: “Apakah kamu telah menikah?” Ia menjawab, “Ya.” Beliau lalu memerintahkan untuk
merejamnya, maka ia pun direjam.” Lajlaj berkata, “Kami lalu membawa pemuda itu dan membuat lubang
untuknya, kemudian kami melemparinya dengan batu hingga ia tidak bergerak lagi.” Setelah itu
datanglah seorang laki-laki menanyakan perihal pemuda yang direjam itu, kami pun mengajaknya
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kami katakan kepada Nabi, “Orang ini datang untuk
menanyakan orang buruk itu (pemuda yang direjam). Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jesteru
bersabda: “Sungguh di sisi Allah pemuda itu lebih harum dari minyak kasturi.” Dan ternyata laki-laki yang
baru datang itu adalah bapa dari pemuda tersebut, kami lalu membantunya untuk memandikan,
mengkafani dan menguburkannya. Namun aku tidak tahu, beliau ikut solat atau tidak.” (Musnad Ahmad,
no. 15369, Sunan Abu Daud, no. 3848)
Dari Al Hasan berkata: Utbah bin Ghazwan berkhutbah di atas mimbar Bashrah, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya batu besar di lemparkan dari tepi neraka jahanam lalu jatuh
ke dalamnya selama tujuh puluh tahun dan tidak juga sampai ke dasarnya.” Berkata Al Hasan: Ibnu Umar
berkata: Sering-seringlah mengingat neraka kerana panasnya amat sangat, jurangnya jauh dan palu-
palunya terbuat dari besi. (Sunan At-Tirmidzi, no. 2498)
Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Pada hari itu (hari
kiamat), neraka Jahannam didatangkan, ia memiliki tujuh puluh ribu tali, pada tiap tali ada tujuh puluh ribu
malaikat menyeretnya.” (Sahih Muslim, no. 5076, Sunan At-Tirmidzi, no. 2496)
Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui
kami sementara di tangan beliau terdapat dua kitab. Kemudian beliau pun bertanya: “Apakah kalian tahu
apakah kedua kitab ini?” Maka kami pun menjawab: “Tidak wahai Rasulullah, kecuali anda
mengkhabarkannya pada kami.” Akhirnya beliau pun bersabda berkait dengan kitab yang berada pada
tangan kanannya: “Ini adalah kitab yang berasal dari Rabb semesta alam. Di dalamnya terdapat nama-
nama penduduk syurga dan juga nama-nama orang tua serta kabilah mereka. Jumlahnya telah ditutup
dengan orang yang terakhir dari mereka, dan tidak akan ditambah dan jumlah mereka tidak pula
dikurangi lagi.” Kemudian beliau bersabda berkait dengan kitab yang berada di tangan kirinya: “Ada pun
ini, ia adalah kitab yang juga berasal dari Rabb semesta alam. Di dalamnya telah tercantum nama-nama
penghuni neraka, dan juga nama-nama bapa mereka serta kabilah mereka, dan telah dijumlah dengan
orang yang terakhir dari mereka. Sehingga jumlah mereka tidak lagi akan bertambah dan tidak pula akan
berkurang selama-lamanya.” Kemudian para sahabat pun berkata: “Kalau begitu, dimanakah letaknya
amalan wahai Rasulullah jika memang perkara sudah habis (ditetapkan)?” Beliau menjawab:
“Berusahalah dan mendekatilah, kerana sesungguhnya penduduk syurga akan ditutup dengan amalan
penduduk ahli syurga, meskipun ia mengamalkan amalan apa saja. Dan sesungguhnya penduduk neraka
akan ditutup pula dengan amalan penduduk neraka, meskipun ia mengerjakan amalan apa saja.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dengan kedua tangannya lalu
menghempaskannya: “Sesungguhnya Allah telah selesai terhadap urusan para hamba-Nya. Satu
golongan di dalam syurga dan satu kelompok pula di dalam neraka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2067,
hasan)
Dari Shuhaib, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Dulu sebelum kalian, ada seorang raja,
ia memiliki tukang sihir, saat tukang sihir sudah tua, ia berkata kepada rajanya: ‘Aku sudah tua, kirimlah
seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir.’ Lalu seorang pemuda datang padanya, ia mengajarkan
sihir kepada pemuda itu. Di jalan yang dilalui si pemuda setiap hari hendak pergi belajar sihir ada
seorang rahib. Si pemuda selalu singgah ke tempat rahib tersebut dan menyemak ajaran-ajarannya.
Ternyata ajaran rahib tersebut sangat dikagumi si pemuda. Apabila dia terlambat sampai ke tempat
tukang sihir, dia dipukul oleh tukang sihir. Hal itu diadukannya kepada rahib. Kata rahib, ‘Jika engkau
takut dimarahi tukang sihir katakan kepadanya bahawa engkau terlambat kerana halangan keluarga. Dan
jika engkau takut dimarahi keluargamu, katakan bahawa engkau terlambat pulang kerana tukang sihir.’
Saat seperti itu, pada suatu hari ia mendekati sebuah haiwan yang besar yang menghalangi jalanan
orang, ia berkata, ‘Hari ini aku akan tahu, apakah tukang sihir lebih baik ataukah rahib lebih baik.’ Ia
mengambil batu lalu berkata: ‘Ya Allah, bila urusan si rahib lebih Engkau sukai dari pada tukang sihir itu
maka bunuhlah binatang ini hingga orang boleh melalui jalan.’ Ia melemparkan batu itu dan
membunuhnya, orang-orang pun boleh melalui jalan. Ia memberitahukan hal itu kepada si rahib. Si rahib
berkata: ‘Anakku, saat ini engkau lebih baik dariku dan urusanmu telah sampai seperti yang aku lihat,
engkau akan mendapat ujian, bila kau mendapat ujian jangan menunjukkan padaku.’ Si pemuda itu boleh
menyembuhkan orang buta dan berbagai penyakit. Salah seorang teman raja yang buta lalu ia
mendengarnya, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, ia berkata:
‘Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan yang aku kumpulkan di sini.’ Pemuda itu berkata: ‘Aku tidak
menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanyalah Allah, bila kau beriman padaNya, aku akan
berdoa kepadaNya agar menyembuhkanmu.’ Teman si raja itu pun beriman lalu si pemuda itu berdoa
kepada Allah lalu ia pun sembuh. Teman raja itu kemudian mendatangi raja lalu duduk didekatnya. Si
raja berkata: ‘Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu?’ Orang itu menjawab: ‘Rabbku.’ Si raja
berkata: ‘Kau punya Rabb selainku?’ Orang itu berkata: ‘Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.’ Si raja
menangkapnya lalu menyiksanya hingga ia menunjukkan pada pemuda itu lalu pemuda itu didatangkan.
Raja berkata: ‘Hai anakku, sihirmu yang boleh menyembuhkan orang buta, sopak dan kau melakukan ini
dan itu.’ Pemuda itu berkata: ‘Bukan aku yang menyembuhkan, yang menyembuhkan hanya Allah.’ Si
raja menangkapnya dan terus menyiksanya hingga ia menunjukkan kepada si rahib. Si raja mendatangi
si rahib, rahib pun didatangkan lalu dikatakan padanya: ‘Tinggalkan agamamu.’ Si rahib tidak mahu lalu si
raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat ditengah kepalanya hingga sebelahnya terjatuh di tanah.
Setelah itu teman si raja didatangkan dan dikatakan padanya: ‘Tinggalkan agamamu.’ Si rahib tidak
mahu lalu si raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat ditengah kepalanya hingga sebelahnya
terjatuh di tanah. Setelah itu pemuda didatangkan lalu dikatakan padanya: ‘Tinggalkan agamamu.’
Pemuda itu tidak mahu. Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, raja berkata: ‘Bawalah
dia ke gunung ini dan ini, bawalah ia naik, bila ia mahu meninggalkan agamanya (biarkanlah dia) dan bila
tidak mahu, lemparkan dari atas gunung.’ Mereka membawanya ke puncak gunung lalu pemuda itu
berdoa: ‘Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sekehendakMu.’ Ternyata gunung menggoncang
mereka dan mereka semua jatuh. Pemuda itu kembali pulang hingga tiba dihadapan raja. Raja bertanya:
‘Bagaimana keadaan tentera-tenteraku?’ Pemuda itu menjawab: ‘Allah menyelamatkanku dari mereka.’
Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, raja berkata: ‘Bawalah dia ke sebuah perahu
lalu hantar ke tengah laut, bila ia mahu meninggalkan agamanya (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak
mahu meninggalkannya, lemparkan dia.’ Mereka membawanya ke tengah laut lalu pemuda itu berdoa:
‘Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sekehendakMu.’ Ternyata perahunya terbalik dan mereka
semua tenggelam. Pemuda itu pulang hingga tiba di hadapan raja, raja bertanya: Bagaimana keadaan
tentera-tenteraku? ‘ Pemuda itu menjawab: ‘Allah menyelamatkanku dari mereka.’ Setelah itu ia berkata
kepada raja: ‘Kau tidak akan dapat membunuhku sebelum melakukan perintah ku.’ Raja bertanya: ‘Apa
itu?’ Pemuda itu berkata: ‘Kumpulkan seluruh rakyat di suatu lapangan. Lalu salib aku di situ pada
sebatang pohon. Kemudian ambil anak panah dari tempat panah ku dan letakkan di busur dengan
membaca: Bismillahi rabbil ghulam (Dengan nama Allah, Tuhan Pemuda ini). Sesudah itu panahlah aku.
Bila kau lakukan seperti itu maka kau akan berhasil membunuhku.” Maka dikumpulkannya seluruh rakyat
di suatu lapangan. Lalu disalibnya si pemuda pada sebatang pohon. Kemudian diambilnya panah lalu
dipasangnya pada busur dengan membaca: Bismillahi rabbil ghulam. Maka dipanahnya lah si pemuda,
kena pelipisnya. Pemuda meletakkan tangannya ditempat yang terkena panah kemudian mati. Orang-
orang berkata: ‘Kami beriman dengan Rabb pemuda itu! Kami beriman dengan Rabb pemuda itu! Kami
beriman dengan Rabb pemuda itu!’ Kemudian didatangkan kepada raja dan dikatakan padanya:
‘Tahukah kamu akan sesuatu yang kau khuatirkan, demi Allah kini telah menimpamu. Orang-orang
beriman seluruhnya.’ Si raja kemudian memerintahkan membuat parit di jalanan kemudian dinyalakan
api. Raja berkata: ‘Siapa pun yang tidak meninggalkan agamanya, pangganglah didalamnya.’ Mereka
melakukannya hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya, sepertinya ia hendak mundur agar
tidak terjatuh dalam paritan api lalu si bayi itu berkata: ‘Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada
di atas kebenaran.” (Sahih Muslim, no. 5327, Musnad Ahmad, no. 22805)
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau telah bersabda: “Tidak ada bayi yang
dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi: Bayi (yakni) Isa bin Maryam, dan
bayi dalam perkara Juraij.” Juraij adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah. Ia membangun tempat
peribadatan dan sentiasa beribadah di tempat itu. Ketika sedang melaksanakan solat sunat, tiba-tiba
ibunya datang dan memanggilnya; ‘Hai Juraij!’ Juraij bertanya dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih
aku utamakan, melanjutkan solatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?’ Akhirnya ia pun meneruskan
solatnya itu hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya. Keesokan harinya, ibunya datang lagi
kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan solat sunat. Kemudian ibunya memanggilnya; ‘Hai
Juraij!’ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku
ataukah solatku?’ Lalu Juraij tetap meneruskan solatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak
darinya. Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan solat sunat. Seperti biasa
ibunya memanggil; ‘Hai Juraij!’ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan,
meneruskan solatku ataukah memenuhi seruan ibuku?’ Namun Juraij tetap meneruskan solatnya dan
mengabaikan seruan ibunya. Tentunya hal ini membuat kecewa hati ibunya. Hingga tak lama kemudian
ibunya pun berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah dari
perempuan pelacur!’ Kaum Bani Israil selalu memperbincangkan tentang Juraij dan ibadahnya, hingga
ada seorang wanita pelacur yang cantik berkata; ‘Jika kalian menginginkan populariti Juraij hancur di
mata masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pun meneruskan sabdanya: ‘Maka mulailah pelacur itu menggoda dan memujuk Juraij, tetapi Juraij tidak
mudah terpedaya dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang
penggembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita
tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan perzinaan dengannya
sampai akhirnya hamil. Setelah melahirkan, wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya
bahawa; ‘Bayi ini adalah hasil perbuatan aku dengan Juraij.’ Mendengar pengakuan wanita itu,
masyarakat pun menjadi marah dan benci kepada Juraij. Kemudian mendatangi rumah peribadatan Juraij
dan bahkan menghancurkannya. Selain itu, mereka pun bersama-sama menghakimi Juraij tanpa
bertanya terlebih dahulu kepadanya. Lalu Juraij bertanya kepada mereka; ‘Mengapa kalian lakukan hal
ini kepadaku? ‘ Mereka menjawab; ‘Kami lakukan hal ini kepadamu karena kamu telah berbuat zina
dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi dari hasil perbuatanmu.’ Juraij berseru; ‘Dimanakah bayi
itu?’ Kemudian mereka menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu dan menyentuh perutnya dengan jari
tangannya seraya bertanya; ‘Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu?’ Ajaibnya, bayi terus
menjawab; ‘Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala.’ Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam: ‘Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya dan mengharap berkat
darinya. Setelah itu mereka pun berkata; ‘Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu ini dengan
bahan yang terbuat dari emas.’ Namun Juraij menolak dan berkata; ‘Tidak perlu, tetapi kembalikan saja
rumah ibadah seperti semula yang terbuat dari tanah liat.’ Akhirnya mereka pun mulai melaksanakan
pembangunan rumah ibadah itu seperti semula.Dan bayi ketiga, ada seorang bayi sedang menyusu
kepada ibunya, tiba-tiba lalu seorang laki-laki yang gagah dan berpakaian yang bagus pula. Lalu ibu bayi
tersebut berkata; ‘Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah anakku ini seperti laki-laki yang sedang mengenderai
haiwan tunggangan itu!’ Ajaibnya, bayi itu berhenti dari susuannya, lalu menghadap dan memandang
kepada laki-laki tersebut sambil berkata; ‘Ya Allah ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku seperti
laki-laki itu!’ Setelah itu, bayi tersebut terus menyusu kembali kepada ibunya. Abu Hurairah berkata;
‘Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan susuan bayi itu dengan
memperagakan jari telunjuk beliau yang dihisap dengan mulut beliau.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam meneruskan sabdanya: ‘Pada suatu ketika, ada beberapa orang yang menyeret dan memukuli
seorang wanita seraya berkata; ‘Kamu wanita tidak tahu diuntung. Kamu telah berzina dan mencuri.’
Tetapi wanita itu tetap tegar dan berkata; ‘Hanya Allah lah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-
baik penolongku.’ Kemudian ibu bayi itu berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti
wanita itu! ‘Tiba-tiba bayi tersebut berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang wanita tersebut seraya
berkata; ‘Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku sepertinya!’ Demikian pernyataan ibu dan bayinya itu terus
berlawanan, hingga ibu tersebut berkata kepada bayinya; ‘Celaka kamu hai anakku! Tadi, ada seorang
laki-laki yang gagah dan menawan lalu di depan kita, lalu aku berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, jadikanlah
anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah mengatakan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku
seperti laki-laki itu! Kemudian tadi, ketika ada beberapa orang menyeret dan memukuli seorang wanita,
sambil aku berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu!’ Tetapi kamu malah
berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!’ Mendengar pernyataan ibunya itu, bayi pun
menjawab; ‘Sesungguhnya laki-laki yang gagah itu seorang diktator hingga aku mengucapkan; ‘Ya Allah,
janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!’ Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina
itu tadi sebenarnya adalah seorang wanita yang solehah, tidak pernah berzina, ataupun mencuri. Oleh
kerana itu, aku pun berdoa; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!’ (Sahih Muslim, no. 4626)
Dari Abdillah bin Rafi’ berkata: “Aku berkata kepada Hurairah: “Mengapa kamu dipanggil Abu Hurairah?”
dia berkata: “Apakah kamu takut kepadaku?” Aku berkata: “Tentu demi Allah sungguh aku takut
kepadamu.” Dia berkata: “Aku pernah menggembala kambing keluargaku dan aku mempunyai seekor
kucing kecil lalu aku letakkannya di malam hari di suatu pohon lalu apabila siang hari aku pergi
bersamanya kemudian bermain bersamanya lalu mereka memanggilku Abu Hurairah.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3775)
Dari Ibnu Abbas berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Hajar Aswad turun dari
syurga dengan warna lebih putih dari susu kemudian berubah menjadi hitam karena dosa-dosa anak-
anak Adam”. (Sunan At-Tirmidzi, no. 803)
Dari Abdullah bin ‘Amr berkata; Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim merupakan dua permata di antara permata syurga. Allah telah
menghapus cahaya keduanya. Jika tidak Allah hapus, nescaya cahayanya akan menerangi jarak antara
timur dan barat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 804)
Dari ‘Aisyah berkata; “Dahulu, saya suka masuk ke Kaabah dan solat di dalamnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menarik tanganku dan memasukanku ke Hijir Ismail, lantas memerintahkan: ‘Solatlah di
Hijir, jika hendak masuk ke Kaabah. Kerana hijir adalah bahagian dari Kaabah namun kaummu
melewatkannya ketika membangun Kaabah, mereka telah mengeluarkannya dari bangunan Kaabah.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 802)
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Abu Bakar, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah
Umar, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Abu ‘Ubadah bin Jarrah, sebaik-baik orang (dari
kaum laki-laki) adalah Usaid bin Hudlair, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Tsabit bin Qais bin
Syammas, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Mu’adz bin Jabal, sebaik-baik orang (dari kaum
laki-laki) adalah Mu’adz bin ‘Amru bin Al Jamuh.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3728)
Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya syurga
merindukan tiga orang, iaitu; Ali, ‘Ammar dan Salman.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3732)
Dari Abdullah bin Syaqiq dia berkata; saya berkata kepada Aisyah; “Siapakah di antara para sahabat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling beliau cintai?” Dia menjawab; “Abu Bakar.” Saya bertanya;
“Kemudian siapa?” Dia menjawab; “Kemudian Umar.” Saya bertanya; “Kemudian siapa?” Dia menjawab;
“Kemudian Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah.” Kataku; “Kemudian siapa?” Maka dia hanya terdiam.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 3730)
Dari Umarah, dari Tsabit, dari Anas berkata; Ketika Aisyah berada di rumahnya tiba-tiba dia mendengar
suara di Madinah, dia berkata; ada apa ini? Orang-orang berkata; Rombongan dagang Abdur Rahman
bin Auf yang datang dari Syam dia membawa apa saja. (Anas bin Malik) berkata; Berupa tujuh ratus ekor
unta. (Anas bin Malik) berkata; Hingga Madinah bergetar kerana suara gemuruh. Maka Aisyah berkata;
Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Sungguh saya melihat Abdur Rahman
bin Auf masuk syurga dengan merangkak.” Lalu hal itu sampai kepada Abdur Rahman bin Auf hingga ia
berkata; Jika saya boleh, saya ingin masuk syurga dengan berdiri. Selanjutnya ia menyumbangkan
seluruh unta dan barang bawaannya di jalan Allah AzzaWaJalla.” (Musnad Ahmad, no. 23698) – dinilai
sangat dhaif oleh sebahagian besar ulama’ dan ada juga ulama’ yang menilainya sebagai munkar dan
maudhu’.
Dari ‘Ubaidullah bin Musa dari Israil dari Manshur dari Ibrahim dari ‘Abidah dari ‘Abdullah berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia yang terakhir kali masuk syurga dan terakhir
kali keluar dari neraka adalah seseorang yang keluar dengan merangkak, lantas tuhannya berkata,
‘Masuklah kamu dalam syurga.’ Orang tersebut kemudian berkata, ‘Wahai Tuhanku, syurga sudah sesak!
Allah mengulangi firman-Nya hingga tiga kali, namun si hamba terus menjawabnya dengan mengatakan
‘Syurga sudah penuh’. Maka Allah berfirman: ‘Sesungguhnya syurga bagimu seperti dunia dikalikan
sepuluhnya.’ (Sahih Bukhari, no. 6957)
Dari Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari ‘Abidah dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku mengetahui penduduk neraka yang terakhir
keluar darinya dan dia menjadi penduduk syurga yang terakhir kali masuk syurga, iaitu seorang laki-laki
yang keluar dari neraka dalam keadaan merangkak, lalu Allah berkata kepadanya, ‘Pergilah, dan
masuklah syurga. Lalu dia mendatanginya, lalu dikhayalkan kepadanya bahawa syurga telah penuh. Lalu
dia kembali seraya berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendapatinya telah penuh.’ Maka Allah berfirman
kepadanya, ‘Masuklah syurga.’ Lalu dia mendatanginya, lalu dikhayalkan kepadanya bahawa ia telah
penuh. Lalu dia kembali seraya berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendapatinya telah penuh.’ Maka Allah
berkata kepadanya, ‘Pergilah, lalu masuklah ke syurga, kerana kamu mendapatkan seperti dunia dan
sepuluh kali lipat semisalnya, -atau kamu mendapatkan sepuluh kali lipat semisal dunia-.’ Dia berkata,
‘Apakah Engkau mengolok-olokku atau sedangkan Engkau adalah Raja’.” Perawi berkata, “Sungguh aku
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat.” Perawi
melanjutkan: “Dan dikatakan bahawa dia adalah penduduk syurga yang paling rendah kedudukannya.”
(Sahih Muslim, no. 272)
Dari Ibnu Abu Fudaik dari Musa bin Ya’qub dari ‘Umar bin Sa’id dari Abdurrahman bin Humaid dari
ayahnya dari Sa’id bin Zaid pernah bercerita kepadanya mengenai beberapa orang (dikhabarkan masuk
syurga), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sepuluh orang (akan) masuk syurga, iaitu;
Abu Bakar masuk syurga, Umar masuk syurga, Uthman, Ali, Zubair, Thalhah, Abdurrahman, Abu
Ubaidah dan Sa’ad bin Abi Waqash.” Humaid berkata, “Jumlah mereka baru sembilan, sedang yang
kesepuluh Sa’id diam.” Maka sebahagian orang berkata; “Kami bersumpah atas nama Allah siapa yang
kesepuluh wahai Abul A’war!”. Lalu Sa’id berkata; “Kalian telah bersumpah dengan nama Allah
kepadaku, (ya) Abu A’war masuk dalam syurga.” Abu Isa berkata; “Abu A’war adalah Sa’id bin Zaid bin
‘Amru bin Nufail.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3681)
Dari Syu’bah dari Al Hurri bin Ash Shayyah dari ‘Abdurrahman Ibnul Akhnas ketika itu ia sedang berada
di masjid, lalu ada seorang laki-laki menyebutkan tentang Ali, maka Sa’id bin Zaid berdiri dan berkata,
“Aku bersaksi atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa aku mendengar beliau bersabda: “Ada
sepuluh orang (akan) masuk syurga (tanpa hisab). Nabi berada di syurga, Abu Bakar berada di syurga,
Umar berada di syurga, Uthman berada di syurga, Ali berada di syurga, Thalhah berada di syurga, Az
Zubair Ibnul Awwam berada di surga, Sa’d bin Malik berada di surga, ‘Abdurrahman bin Auf berada di
syurga.” (Said bin Zaid berkata): Dan jika aku mahu maka akan aku sebutkan yang kesepuluh.”
‘Abdurrahman berkata, “Orang-orang lalu bertanya, “Siapa orangnya?” Sa’id diam. ‘Abdurrahman
berkata, “Orang-orang bertanya lagi, “Siapa orangnya?” Sa’id menjawab, “Dia adalah Sa’id bin Zaid.”
(Sunan Abu Daud, no. 4031)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika selesai menciptakan
syurga, Allah berfirman kepada Jibril: “Pergi dan lihatlah syurga itu.” Jibril kemudian pergi dan melihat
syurga, setelah itu ia kembali lagi seraya berkata, “Wahai Rabb, demi kemuliaan-Mu, tidak seorang pun
yang mendengar tentangnya kecuali ia ingin memasukinya.” Kemudian Allah menutupi (merintangi)
syurga dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh manusia). Lantas Allah berfirman: “Wahai Jibril, pergi dan
lihatlah syurga itu.” Jibril kemudian pergi dan melihat syurga, setelah itu ia kembali lagi seraya berkata,
“Wahai Rabb, demi kemuliaan-Mu, aku khuatir tidak ada seorang pun yang hendak memasukinya.”
Beliau bersabda: “Ketika selesai menciptakan neraka, Allah berfirman: “Wahai Jibril, pergi dan lihatlah
neraka itu.” Jibril kemudian pergi dan melihat neraka, setelah itu ia kembali lagi seraya berkata, “Wahai
Rabb, demi kemuliaan-Mu, tidak seorang pun yang mendengar tentangnya kemudian timbul keinginan
untuk memasukinya.” Allah kemudian menutupi neraka dengan syahwat (kesenangan atau yang disukai
manusia), lantas Allah berfirman: “Wahai Jibril, pergi dan lihatlah neraka.” kemudian Jibril pergi dan
melihat neraka, setelah itu ia kembali lagi dan berkata, “Wahai Rabb, demi kemuliaan-Mu, aku khuatir
tidak ada seorang pun yang bakal tersisa (selamat).” (Sunan Abu Daud, no. 4119, Musnad Ahmad, no.
8294)
Dari Muhammad bin Sa’d dari Ayahnya dia berkata; “Umar bin Khatthab radliallahu ‘anhu pernah
meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, (saat itu) di dekat beliau ada beberapa
wanita Quraisy yang sedang berbicara panjang lebar dan bertanya kepada beliau dengan suara yang
lantang. Ketika Umar meminta izin kepada beliau, mereka segera berhijab (bersembunyi di balik tabir),
lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mempersilakan Umar untuk masuk. Ketika Umar masuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa sehingga Umar berkata; “Demi ayah dan ibuku, apa yang membuat
anda tertawa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda; “Aku hairan dengan mereka yang ada di sisiku, ketika
mendengar suaramu mereka segera berhijab.” Umar berkata; “Anda adalah orang yang lebih patut untuk
disegani wahai Rasulullah!” Kemudian Umar menghadapkan ke arah wanita tersebut dan berkata;
“Wahai para wanita yang menjadi musuh bagi hawa nafsunya sendiri, apakah kalian segan denganku
sementara kalian tidak segan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Kami pun menjawab;
“Kerana kamu adalah orang yang lebih keras dan lebih kaku dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Biarlah wahai Ibnul Khatthab, demi Zat yang jiwaku
ada di tangan-Nya, selamanya syaitan tidak akan bertemu denganmu di satu jalan yang kamu lalui
melainkan syaitan akan melalui jalan selain jalanmu.” (Sahih Bukhari, no. 5621)
Dari An Nu’man bin Basyir ia berkata, “Abu Bakar (semoga Allah merahmatinya) memohon izin untuk
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi ketika mahu masuk ia mendengar suara ‘Aisyah
meninggi (seperti orang marah). Maka ketika Abu Bakar telah masuk ia memegang ‘Aisyah untuk
memukulnya seraya berkata, “Kenapa aku melihat kamu mengeraskan suara di hadapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam?” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghalanginya hingga Abu Bakar
keluar dengan membawa marah. Saat Abu Bakar keluar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bagaimana pendapatmu ketika aku selamatkan kamu dari seorang laki-laki (murka Abu Bakar)?”
Nu’man berkata, “Abu Bakar lalu berdiam diri di dalam rumah selama beberapa hari, setelah itu ia
memohon izin lagi untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ia mendapati keduanya
telah berbaik. Lantas ia berkata kepada keduanya, “Sertakanlah aku dalam kedamaian kalian
sebagaimana kalian telah menyertakanku dalam kemarahan kalian.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Kami telah lakukan, kami telah lakukan.” (Sunan Abu Daud, no. 4347)
Dari An Nu’man bin Basyir ia berkata, “Abu Bakar datang minta izin untuk masuk menemui Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia mendengar Aisyah mengangkat suaranya di hadapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat Beliau memberinya izin, maka ia masuk dan berkata, “Wahai puteri
Ummu Ruman (seraya memegangnya), apakah kamu mengangkat suaramu di hadapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam?” An Nu’man berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu memisahkan
antara Abu Bakar dan Aisyah. Ketika Abu Bakar keluar, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepada Aisyah meminta keredhaannya: “Tidakkah kamu melihat, bahawa aku telah menghalangi antara
seorang laki-laki dan kamu?” An Nu’man berkata, “Kemudian Abu Bakar datang lagi dan meminta izin
(untuk masuk), dan ternyata ia mendapati Beliau tertawa bersama Aisyah. Beliau lalu mengizinkannya
dan Abu Bakar pun masuk, Abu Bakar lalu berkata, “Wahai Rasulullah, ikutkanlah aku dalam
ketenteraman dan kedamaian kalian berdua, sebagaimana kalian telah menyertakanku dalam
perselisihan kalian.” (Musnad Ahmad, no. 17668)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman kepada seorang penduduk
neraka yang paling ringan siksaannya: “Seandainya kamu memiliki sesuatu dari kekayaan bumi apakah
kamu akan menggunakannya untuk menebus dirimu?” Orang itu menjawab; “Ya”. Maka Allah berfirman:
“Sungguh Aku dahulu meminta darimu sesuatu yang lebih ringan dari itu, tepatnya saat kamu berada di
dalam perut ibumu, iaitu agar kamu tidak menyekutukan Aku namun kamu enggan dan tetap berbuat
syirik”. (Sahih Bukhari, no. 3087)
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Neraka
mengadu kepada Rabbnya seraya berkata; “Wahai Tuhanku, sebahagianku (api) saling memakan satu
sama lain”. Maka neraka diizinkan untuk berhembus dua kali. Satu kali pada saat musim dingin dan satu
kali lagi pada saat musim panas. Maka hawa panas yang kamu rasakan merupakan hawa panas dari
hembusan api neraka dan hawa dingin yang kamu rasakan merupakan hawa dingin dari zamharir (hawa
dingin) jahannam”. (Sahih Bukhari, no. 3020)
Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya darjat
penduduk syurga yang paling rendah darjatnya adalah seorang lelaki yang Allah palingkan wajahnya dari
neraka ke arah syurga, dan dibentangkan baginya sebuah pohon yang mempunyai naungan, ia berkata;
‘Wahai Rabb, dekatkanlah aku ke pohon ini sehingga aku boleh berada di bawah naungannya.’ Lalu
Allah berfirman; ‘Jangan-jangan jika Aku melakukannya kamu akan meminta yang lain?” Ia menjawab,
‘Demi kemulian-Mu, tidak.’ Lalu Allah pun mendekatkannya ke pohon tersebut. Kemudian Allah
bentangkan lagi pohon yang memiliki naungan dan buah-buahan, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabb,
dekatkanlah aku ke pohon ini sehingga aku boleh bernaung di bawahnya dan memakan buahnya.’ Maka
Allah pun berfirman kepadanya; ‘Jangan-jangan jika Aku melakukannya kamu akan meminta yang lain?’
Ia menjawab; ‘Demi kemulian-Mu, tidak.’ Lalu Allah pun mendekatkannya ke pohon tersebut. Kemudian
Allah bentangkan baginya sebuah pohon yang memiliki naungan, buah-buahan dan air, lalu ia berkata,
‘Wahai Rabb, dekatkanlah aku ke pohon ini sehingga aku boleh bernaung di bawahnya, memakan buah
dan meminum airnya.’ Lalu Allah pun berfirman kepadanya; ‘Jangan-jangan jika Aku melakukannya kamu
akan meminta yang lain?’ Ia menjawab; ‘Demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan meminta lagi.’ Kemudian
Allah menampakkan baginya pintu syurga, lalu ia berkata; ‘Wahai Rabb, dekatkanlah aku ke pintu syurga
sehingga aku boleh berada di bawah ambang pintunya dan melihat para penduduknya.’ Lalu Allah pun
mendekatkannya ke ambang pintu syurga sehingga ia boleh melihat para penduduknya dan apa yang
ada di dalamnya. Lalu ia berkata; “Wahai Rabb, masukkanlah aku ke dalam syurga.’ Beliau bersabda:
“Lalu Allah pun memasukkannya ke dalam syurga.” Beliau bersabda: “Ketika ia telah masuk syurga, ia
berkata; ‘Apakah ini untukku?’ Allah ‘azza wajalla berfirman kepadanya; “Berangan-anganlah.” Lalu ia
berangan-angan, dan Allah selalu mengingatkannya untuk meminta ini dan itu hingga habislah semua
permintaan dan angan-angannya. Allah lalu berfirman; ‘Itu untukmu dan sepuluh yang semisalnya.’
Beliau bersabda: “Lalu ia masuk ke dalam syurga dan masuk pula kepadanya dua isterinya dari golongan
bidadari, mereka berkata kepada suaminya; ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanmu untuk
kami dan menghidupkan kami untukmu.’ Ia pun berkata; ‘Tidak ada seorang pun yang diberikan
sebagaimana yang diberikan kepadaku.’ Beliau bersabda: “Penduduk neraka yang paling rendah
derajatnya adalah seorang yang dipakaikan sandal dari neraka, lalu otaknya mendidih kerana panasnya
sandal tersebut.” (Musnad Ahmad, no. 10784)
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman ia berkata: Abdurrahman bin Abu Sa’id Al Khudri pernah lalu di
hadapanku, maka aku pun bertanya padanya, “Bagaimana yang anda dengar dari bapa anda ketika
menyebutkan Masjid yang dibangun di atas taqwa?” Ia menjawab: Bapaku berkata: Aku pernah menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di rumah salah seorang dari isterinya, dan bertanya, “Ya,
Rasulullah, masjid manakah di antara dua masjid (Makkah dan Madinah) yang dibangun di atas dasar
taqwa?” Beliau mengambil segenggam pasir lalu dibuangnya kembali ke tanah, dan kemudian beliau
bersabda: “Masjid kamu ini (Masjid Madinah).” Abu Salamah berkata: Maka aku pun berkata, “Saya
bersaksi bahawa saya telah mendengar bapamu menyebutkan seperti itu.” (Sahih Muslim, no. 2477)
Dari Muhammad bin Ibrahim bahawa Abu Salamah telah menceritakan kepadanya, bahawa antara dia
dengan kaumnya terjadi persengketaan mengenai sebidang tanah, lalu dia menemui Aisyah dan
mengemukakan hal itu kepadanya. Aisyah lalu berkata, Wahai Abu Salamah, jauhilah tanah sengketa
tersebut, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Barangsiapa
mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis tanah
(bumi).” (Sahih Muslim, no. 3025)
Dari Mathar bin ‘Ukamis dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila Allah
telah menetapkan kematian seseorang bertempat di suatu negeri, maka Allah akan menjadikan ia
memiliki keperluan di negeri itu.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2072)
Dari Anas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk seorang anak muda menjelang
kematiannya, beliau bertanya: “Bagaimana dirimu?” Pemuda itu menjawab; “Wahai Rasulullah, aku
mengharap Allah, namun aku juga takut akan dosa-dosaku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tidaklah dua hal (khauf dan raja’) terkumpul dalam jiwa seorang hamba pada keadaan seperti
ini, kecuali Allah akan mengabulkan apa yang dia harapkan dan memberikan keamanan dari apa yang
dia takutkan.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 905)
Dari Sa`ibah bekas budak Al Fakih bin Al Mughirah, bahawa dia menemui Aisyah dan melihat di dalam
rumahnya ada panah yang tergantung, maka ia pun bertanya, “Wahai Ummul Mukminin, apa yang kamu
perbuat dengan benda ini?” Aisyah menjawab, “Untuk membunuh cicak, sebab Nabi Allah shallallahu
‘alaihi wasallam telah mengkhabarkan kepada kami bahawa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam
kobaran api, tidak ada satu pun dari binatang melata yang tidak berusaha mematikan api, kecuali cicak.
Bahkan ia berusaha menghembuskan agar api itu tetap menyala, maka itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memerintahkan kami membunuhnya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3222, Musnad Ahmad, no.
23393)
Sa’id bin Jubair berkata; aku mengatakan kepada Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma; “Nauf Al Bakaly
menganggap bahawa Musa teman Khidir bukanlah Musa Bani Isra’il, tapi Musa yang lain. Ibnu ‘Abbas
radliallahu ‘anhu berkata: “Musuh Allah itu berdusta, sungguh telah bercerita kepada kami Ubay bin
Ka’ab dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam: “Bahawa Musa tengah berdiri di hadapan Bani Isra’il
memberikan khutbah lalu dia ditanya: “Siapakah orang yang paling ‘alim”. Beliau ‘Alaihissalam
menjawab: “Aku”. Seketika itu pula Allah Ta’ala mencelanya kerana dia tidak diberi pengetahuan tentang
itu. Lalu Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: “Ada seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku yang
tinggal di pertemuan antara dua lautan yang dia lebih ‘alim (pandai) darimu”. Lalu Musa berkata: “Wahai
Rabb, siapa yang boleh kujadikan teman untuk bertemu? Sufyan meriwayatkan dengan kalimat yang lain;
“Wahai Rabb, bagaimana caraku (agar boleh bertemu)? Allah berfirman: “Ambillah seekor ikan dan
tempatkan dalam suatu keranjang dan bila saja kamu kehilangan ikan tersebut itulah tanda petunjuknya”.
Sufyan juga meriwayatkan dengan kalimat lain; “Itulah tempat orang itu”. Maka Musa ambil ikan dan
diaruhnya dalam keranjang, lalu berangkat bersama muridnya bernama Yusya’ bin Nun hingga ketika tiba
pada batu besar, keduanya membaringkan kepalanya di batu itu hingga Musa tertidur. Kemudian ikan itu
keluar dari keranjang diam-diam lalu melompat dan mengambil jalannya di laut (al-Kahfi ayat 61). Allah
pun menahan aliran air yang dilalui ikan tersebut sehingga terbentuk seperti atap suatu bangunan atau
membentuk suatu tanda. Maka Musa berkata; “Itulah tandanya yang bentuknya seperti atap”. Maka
keduanya melanjutkan sisa malam dan hari perjalannannya. Hingga pada siang harinya, Musa berkata
kepada muridnya; “Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita sudah sangat lelah dalam perjalanan ini’
(al-Kahfi ayat 62). Tidaklah Musa merasakan kelelahan kecuali setelah sampai pada tempat yang dituju
sebagaimana diperintahkan Allah Ta’ala. Maka muridnya berkata kepadanya: “Tahukah kamu ketika kita
mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa menceritakan ikan itu. Dan tidaklah yang
melupakan aku ini kecuali syaitan”. Berkata Musa: “Itulah tempat yang kita cari. Lalu keduanya kembali
mengikuti jejak mereka semula” (al-Kahfi ayat 63). Saat itu, ikan tersebut mengambil jalannya sendiri di
laut dan bagi keduanya ini suatu hal yang aneh. Musa berkata: “Itulah tempat yang kita cari”. Lalu
keduanya kembali dan mengikuti jejak mereka semula” (al-Kahfi ayat 64). Keduanya berbalik lalu
menyusuri jejak sebelumnya hingga sampai kembali di batu dan ternyata di sana sudah ada seorang
dengan pakaiannya yang lebar lalu Musa memberi salam. Orang tua itu membalas salamnya Musa lau
berkata; “Bagaimana cara salam di tempatmu? Musa menjawab: “Aku adalah Musa”. Orang tua itu balik
bertanya: “Musa Bani Isra’il?” Jawab Musa: Ya, benar”. Kata Musa selanjutnya: “Aku datang menemuimu
agar kamu mengajariku “ilmu yang benar dari ilmu-ilmu yang benar yang telah diajarkan kepadamu”. (al-
Kahfi ayat 66). Orang tua itu berkata; “Wahai Musa, aku punya ilmu dari ilmu Allah yang telah Allah
ajarkan kepadaku yang kamu tidak mengetahuinya dan begitu juga kamu punya ilmu dari ilmu Allah yang
telah Allah ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya”. Musa berkata; “Bolehkah aku
mengikutimu?” Dia menjawab: “Kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana
kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal itu”.
Seterusnya hingga firman Allah “kesalahan yang besar” (al-Kahfi ayat 67 – 71). Kemudian keduanya
berjalan kaki di tepi pantai hingga tiba-tiba ada perahu yang singgah, lalu mereka meminta untuk
menumpangkan mereka, rupanya mereka kenal Khidir lalu mereka (pemilik perahu) membawanya tanpa
meminta upah. Ketika keduanya berlayar dengan perahu tersebut, datang seekor burung kecil dan
hinggap di sisi perahu lalu mematuk-matuk di air laut untuk minum satu atau dua kali patukan. Maka
Khidir berkata kepadanya: “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah
seberapa kecuali seperti (air yang boleh terambil) dari patukan burung ini dengan paruhnya terhadap air
lautan. Tiba-tiba Khidir mengambil kapak lalu merosakkan papan perahu. Kehairanan Musa belum hilang,
hingga papan perahu itu sudah dicabutnya. Musa berkata kepadanya: “Apa yang kamu lakukan?”.
Orang-orang ini telah menumpangkan kita ke dalam perahunya tanpa upah lalu kamu melubangi perahu
mereka sehingga kamu menenggelamkan penumpangnya. Sungguh kamu telah berbuat kesalahan yang
besar”. Khidir berkata: “Bukankah aku telah katakan; Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar
bersama dengan aku”. Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku” (al-Kahfi ayat 71-73).
Pertanyaan yang pertama ini kerana Musa terlupa. Setelah keduanya meninggalkan laut, mereka
bertemu seorang anak kecil yang sedang bermain dengan dua temannya. Lalu Khidir memegang kepala
anak itu dan mematahkannya dengan tangannya. Sufyan, perawi memberi isyarat dengan jarinya seolah
dia memelintir sesuatu. Maka Musa bertanya kepadanya: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih,
bukan kerana dia telah membunuh orang lain? Sungguh kamu telah melakukan suatu kemungkaran.
Khidir berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya kamu tidak akan dapat
sabar bersamaku?” Musa berkata: “Jika aku bertanya lagi tentang sesuatu kepadamu setelah ini maka
silakan kamu tidak memperbolehkan aku untuk menyertaimu. Sungguh kamu telah cukup memberikan
uzur kepadaku” (al-Kahfi ayat 74). Lalu keduanya berjalan. Hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu oleh penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak
mahu menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapati dinding rumah yang hampir roboh di negeri itu”.
Perawi. ‘Ali bin ‘Abdullah berkata: Tembok itu senget. Sufyan memberi isyarat dengan tangannya seakan
dia mengusap sesuatu ke atas dan aku tidak mendengar Sufyan menyebutkan senget kecuali sekali saja.
Musa berkata; “Mereka adalah suatu kaum yang kita sudah mendatangi mereka namun tidak mereka
memberi makan kita dan tidak juga menjamu kita, lalu mengapa kamu sengaja memperbaiki tembok
mereka?”Jikalau kamu mahu, minta saja upah untuk itu”. Khidir menjawab: “Inilah saat perpisahan antara
aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan dari perbuatan-perbuatanku yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya” (al-Kahfi ayat 77-78). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kita
sangat berharap seandainya Musa boleh lebih sabar lagi sehingga Allah akan mengisahkan lebih banyak
cerita tentang keduanya”. Sufyan berkata; “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Semoga Allah merahmati
Musa. Seandainya dia bersabar tentu akan diceritakan lebih banyak lagi tentang kisah keduanya”. Ibnu
‘Abbas radliallahu ‘anhuma membaca (menjelaskan) ayat ini dengan; “Di hadapan mereka ada raja yang
akan merampas setiap perahu yang baik secara curang. Sedangkan anak kecil yang dibunuh tadi adalah
anak yang kafir sedang kedua orang tuanya adalah orang beriman”. (Sahih Bukhari, no. 3149)
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Saat Allah menciptakan
Adam, Ia mengusap punggungnya lalu dari punggungnya berjatuhan setiap jiwa yang diciptakan Allah
dari keturunan Adam hingga hari kiamat dan Ia menjadikan kilatan cahaya di antara kedua mata setiap
orang dari mereka, kemudian mereka dihadapkan kepada Adam, ia bertanya: ‘Wahai Rabb, siapa
mereka?’ Allah menjawab: ‘Mereka keturunanmu’. Adam melihat seseorang dari mereka dan kilatan
cahaya di antara kedua matanya membuatnya kagum, Adam bertanya: ‘Wahai Rabb siapa dia?’ Allah
menjawab: ‘Ia orang akhir zaman dari keturunanmu bernama Daud.’ Adam bertanya: ‘Wahai Rabb,
berapa lama Engkau menciptakan umurnya?’ Allah menjawab: ‘Enam puluh tahun.’ Adam bertanya:
‘Wahai Rabb, tambahilah empat puluh tahun dari umurku.’ Saat usia Adam ditentukan, malaikat maut
mendatanginya lalu berkata: ‘Bukankah usiaku masih tersisa empat puluh tahun?’ Malaikat maut berkata:
‘Bukankah engkau telah memberikannya kepada anakmu, Daud?’ Adam membantah, lalu keturunannya
juga membantah. Adam dibuat lupa, dan keturunannya juga dibuat lupa. Adam salah, dan keturunannya
juga salah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3002)
Dari Al Barra’ bin ‘Azib mengatakan, Kami berangkat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
mengiringi seorang jenazah Ansar. Lantas kami sampai perkuburan. Ketika tanah digali, Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam duduk dan kami duduk di sekitarnya, seolah-olah kepala kami ada burung-
burung sedang tangan beliau membawa dahan yang beliau pukulkan ke tanah. Beliau tengadahkan
kepala beliau ke langit dan berkata “Mintalah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur (beliau
mengucapkannya dua atau tiga kali). Kemudian beliau sabdakan “Seorang hamba mukmin jika berpisah
dari dunia dan menghadapi akhirat, malaikat dari langit turun menemuinya dengan wajah putih seolah-
olah wajah mereka matahari. Mereka membawa sebuah kafan dari kafan syurga dan minyak wangi dari
minyak wangi syurga hingga duduk disisinya (yang besarnya malaikat tersebut) sejauh mata
memandang. Kemudian malaikat maut alaihissalam datang hingga duduk di sisi kepalanya dan berucap
“Wahai jiwa yang tenang, sambutlah olehmu keampunan Allah dan keredhaanNya. Kata Nabi, lantas
jenazah tersebut mengalir sebagaimana titisan air mengalir dari mulut kendi dan malaikat mencabutnya.
Jika malaikat mencabutnya, ia tidak membiarkannya di tangannya sekelip mata pun hingga ia cabut
rohnya dan ia masukkan dalam kafan dan minyak wangi tersebut. Maka si mayat meninggal dunia
sebagaimana halnya aroma minyak wangi paling harum yang ada di muka bumi. Kata Nabi, malaikat
tersebut lantas membawa naik jenazah itu, hingga tidaklah mereka melewati sekawanan malaikat selain
mereka bertanya-tanya: “Oh, roh siapa sewangi ini? Para malaikat menjawab “Oh, ini roh si Fulan anak si
Fulan, dan mereka sebut dengan nama terbaiknya yang manusia pergunakan untuk menyebutnya ketika
di dunia, begitulah terus hingga mereka sampai ke langit dunia dan mereka meminta dibukakan pintu
langit, lantas dibukakan. Para malaikat ahli taqarrub mengkhabarkan berita kematiannya kepada
penghuni langit berikutnya hingga sampai ke langit ke tujuh, lantas Alllah ‘Azza Wajalla bertitah “Tulislah
catatan hamba-Ku di ‘Iliyyin dan kembalikanlah ia ke bumi, sebab daripadanyalah Aku mencipta mereka
dan ke dalamnya Aku mengembalikan, serta daripadanya Aku membangkitkan sekali lagi. Kata Nabi,
lantas rohnya di kembalikan ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya
dan bertanya ‘Siapa Tuhanmu’. Ia menjawab ‘Tuhanku Allah’. Tanya keduanya “Apa agamamu?
“Agamaku Islam” jawabnya. Keduanya bertanya “Bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang diutus
kepada kamu ini? Si mayit menjawab “Oh, dia adalah Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam. Keduanya
bertanya “Dari mana kamu tahu? Ia menjawab “Aku membaca kitabullah sehingga aku mengimaninya
dan membenarkannya. Lantas ada Penyeru di langit memanggil-manggil “HambaKu benar,
hamparkanlah syurga baginya dan berilah pakaian syurga, dan bukakanlah pintu baginya menuju syurga.
Kata Nabi, maka hamba itu memperoleh bau harum dan wangi syurga dan kuburannya diperluas sejauh
mata memandang. Lantas ia didatangi oleh laki-laki berwajah tampan, pakaiannya indah, wanginya
semerbak, dan malaikat itu berucap “Bergembiralah dengan khabar yang menggembirakanmu. Inilah hari
yang dijanjikan untukmu. Si mayit bertanya ‘Siapa kamu ini sebenarnya, rupanya wajahmu adalah wajah
yang mendatangkan kebaikan! si laki-laki tampan menjawab ‘Oh, aku adalah amalan solehmu. Lantas
hamba tadi meminta “Ya Rabbku, tolong jadikan kiamat sekarang juga sehingga aku boleh kembali
menemui keluargaku dan hartaku. Sebaliknya si hamba kafir jika berpisah dari dunia (meninggal) dan
menjemput akhirat, ia ditemui malaikat langit yang wajahnya buruk yang membawa kafan yang berwarna
hitam legam terbuat dari rambut, mereka duduk di sisinya dan malaikat tersebut besarnya sejauh mata
memandang. Lantas malaikat maut datang hingga duduk di kepalanya seraya membentak “Wahai roh
yang busuk, jemputlah kepada kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya. Kata Nabi, lantas jasadnya
tercarik-carik, dan malaikat tersebut mencabut rohnya bagaikan garu (atau gancu) bermata banyak yang
mencarik-carik kain basah lantas mencabutnya. Jika malaikat telah mencabutnya, ia tidak
membiarkannya sekelip mata pun hingga ia bungkus dalam kain hitam kelam dari rambut dan roh
tersebut pergi dengan bau busuk paling menyengat di muka bumi. Para malaikat kemudian
menaikkannya, dan tidaklah mereka membawanya ke sekawanan malaikat di langit selain malaikat langit
berkata “Siapa roh busuk ini? Para malaikat yang membawanya menjawab ‘Ini adalah si Fulan anak si
Fulan, dan mereka sebut nama terburuknya yang sering manusia pergunakan untuk memanggil di dunia
hingga mayit tersebut sampai ke langit dunia dan langit dunia diminta dibukakan. Dan, langit dunia tidak
dibuka. Kemudian Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam membaca ayat “Tidak sekali-kali akan dibukakan
bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk Syurga sehingga unta masuk di lubang
jarum” (Al-A’raf:40), lantas Allah ‘Azza Wajalla berfirman ‘Catatlah catatannya dalam Sijjin di bumi paling
rendah. Lalu rohnya dibuang sejauh-jauhnya, kemudian beliau membaca ayat “Dan sesiapa yang
mempersekutukan sesuatu yang lain dengan Allah maka seolah-olah dia jatuh dari langit lalu disambar
oleh burung, atau dihumbankan oleh angin ke tempat yang jauh (yang membinasakan)” (Al-Hajj:31).
Maka rohnya dikembalikan dalam jasadnya. Kedua malaikat lantas mendatanginya dan
mendudukkannya dan bertanya “Siapa tuhanmu? Ia menajwab “Ahhh, saya tidak tahu!” Kedua malaikat
itu bertanya lagi “Apa agamamu?” Ia menjawab “Ahhh, saya tidak tahu!” kedua malaikat bertanya lagi
“Bagaimana pandanganmu mengenai laki-laki ini yang diutus untuk kalian?” Si mayit menjawab; “Saya
tidak tahu!” Lantas ada Penyeru langit memanggil-manggil “Ia betul-betul telah dusta! Hamparkan
baginya neraka! Maka malaikat membuka pintu neraka baginya dan ia mendatanginya dengan segala
panasnya dan letupannya. Sedang kuburannya menyempitnya hingga tulang-tulangnya remuk.
Kemudian ia didatangi oleh laki-laki yang wajahnya menyeramkan, pakaiannya lusuh, baunya busuk dan
ia berkata; “Bergembiralah engkau dengan segala hal yang menyusahkanmu. Inilah harimu yang
dijanjikan bagimu. Lantas si mayit bertanya “Siapa kamu dengan wajahmu yang sedemikian
menyeramkan dan membawa keburukan ini? Lantas si laki-laki itu menjawab; “Aku adalah amalan
jahatmu.” Dan ia berdoa “Ya Rabb, jangan kiamat kau jadikan sekarang!” (Musnad Ahmad, no. 17803)
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berada dalam keadaan sihat wal afiat, beliau pernah bersabda: ‘Sesungguhnya seorang Nabi
tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepadanya tempatnya di syurga lalu ia dipersilakan untuk
memilih. ‘Aisyah berkata; “Ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah, sementara kepala
beliau berada di pangkuan saya, maka Rasulullah pengsan beberapa saat. Tak lama kemudian ia sedar
kembali. Setelah itu, beliau menatap pandangannya ke atas sambil mengucapkan: Ya Allah,
pertemukanlah aku dengan kekasihku, Allah Yang Maha Tinggi! ‘Aisyah berkata; “Dengan demikian,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memilih untuk hidup lebih lama lagi bersama kami.” Aisyah
pernah berkata; “Saya teringat ucapan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih
sihat; “Itulah kata-kata terakhir yang pernah beliau ucapkan, iaitu: ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan
kekasihku Yang Maha Tinggi.’ (Sahih Bukhari, no. 4104)
Dari An Nawwas bin Sam’an berkata: “Pada suatu pagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut
Dajjal, beliau merendahkan suara dan mengeraskannya hingga kami mengiranya berada disekelompok
pohon kurma. Kami pergi meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu kami kembali lagi,
beliau mengetahui hal itu pada kami lalu beliau bertanya: “Kenapa kalian?” Kami menjawab: “Wahai
Rasulullah, tuan menyebut Dajjal pada suatu pagi, tuan merendahkan dan mengeraskan suara hingga
kami mengiranya ada disekelompok pohon kurma.” Beliau bersabda: “Selain Dajjal yang lebih aku
khuatirkan pada kalian, bila ia muncul dan aku berada ditengah-tengah kalian, aku akan
mengalahkannya, bukan kalian dan bila ia muncul dan aku sudah tidak ada ditengah-tengah kalian, maka
setiap orang adalah pembela dirinya sendiri dan Allah adalah penggantiku atas setiap muslim, ia adalah
pemuda (rambutnya) ikal, matanya menonjol, mirip ‘Abdul ‘Uzza bin Qathan. Siapa pun di antara kalian
yang melihatnya hendaklah membaca permulaan surah Al-Kahfi, ia muncul di antara Syam dan Iraq lalu
banyak membuat kerosakan di kanan dan di kiri, wahai hamba-hamba Allah, teguhlah kalian.” Kami
bertanya: Berapa lama ia tinggal di bumi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Empat
puluh hari, satu hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti satu minggu dan hari-hari
lainnya seperti hari-hari kalian.” Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana menurut tuan tentang satu
hari yang seperti satu tahun, cukupkah bagi kami solat sehari?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Tidak, tapi perkirakanlah ukurannya.” Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana
kecepatannya di bumi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Seperti hujan yang diakhiri
angin. Ia mendatangi kaum dan menyeru mereka, mereka menerimanya, ia memerintahkan langit agar
menurunkan hujan, langit lalu menurunkan hujan, ia memerintahkan bumi agar mengeluarkan tumbuh-
tumbuhan, bumi lalu mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, lalu binatang ternak mereka pergi dengan punuk
yang panjang, lambung yang lebar dan kantung susu yang berisi lalu kehancuran datang lalu ia berkata
padanya: ‘Keluarkan harta simpananmu.’ Lalu harta simpanannya mengikutinya seperti lebah-lebah
jantan. Kemudian ia memanggil seorang pemuda belia, ia menebasnya dengan pedang lalu memutusnya
menjadi dua bahagian lalu memanggilnya, ia datang dengan wajahnya seraya tertawa, saat ia seperti itu,
tiba-tiba Nabi Isa putera Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan
dua baju berwarna za’faran seraya meletakkan kedua tangannya di atas sayap dua malaikat, bila dia
menundukkan kepala, air menitis dan bila dia mengangkat kepala peluhnya bercucuran seperti mutiara,
tidaklah orang kafir mencium bau dirinya kecuali mati dan bau nafasnya sejauh matanya memandang.
Nabi Isa mencari Dajjal hingga menemuinya di pintu Ludd lalu membunuhnya. Setelah itu Nabi Isa putera
Maryam mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Dia mengusap wajah-wajah mereka
dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka di syurga. Saat mereka seperti itu, Allah mewahyukan
padanya: ‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku, tidak ada yang boleh memerangi
mereka, kerana itu bentengilah hamba-hambaKu ke Thur.’ Allah mengirim Ya’juj dan Ma’juj, ‘Dari segala
penjuru mereka datang dengan cepat.’ (Al Anbiyaa’: 96) lalu yang terdepan melintasi Danau Thabari dan
minum kemudian yang belakang melintasi, mereka berkata: ‘Tadi di sini ada airnya.’ Nabi Allah Isa dan
para sahabatnya dikepung hingga kepala kerbau milik salah seorang dari mereka lebih baik dari seratus
dinar milik salah seorang dari kalian saat ini, lalu Nabi Allah Isa dan para sahabatnya menginginkan Allah
mengirimkan cacing di leher mereka lalu mereka mati seperti matinya satu jiwa, lalu Nabi Isa dan para
sahabatnya datang, tidak ada sejengkal tempat pun melainkan telah dipenuhi oleh bangkai dan bau
busuk darah mereka. Lalu Nabi Isa dan para sahabatnya berdoa kepada Allah lalu Allah mengirim burung
seperti leher unta. Burung itu membawa mereka dan melemparkan mereka seperti yang dikehendaki
Allah, lalu Allah mengirim hujan kepada mereka, tidak ada rumah dari bulu atau rumah dari tanah yang
menghalangi turunnya hujan, hujan itu membasahi bumi hingga meninggalkan genangan dimana-mana.
Allah memberkati kesuburannya hingga sekelompok manusia cukup dengan satu perahan susu unta,
satu kabilah cukup dengan satu perahan lembu dan beberapa kerabat mencukupkan diri dengan satu
perahan kambing. Saat mereka seperti itu, tiba-tiba Allah mengirim angin sepoi-sepoi lalu mencabut
nyawa setiap orang mukmin dan muslim di bawah ketiak mereka, dan orang-orang yang tersisa adalah
manusia-manusia buruk, mereka melakukan hubungan badan secara tenang-terangan seperti keldai
kahwin. Maka atas mereka itulah kiamat terjadi.” (Sahih Muslim, no. 5228, Sunan Ibnu Majah, no. 4065)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Dajjal akan datang pada suatu tanah yang tandus di Madinah (untuk memasuki Madinah)
padahal dia diharamkan untuk memasuki pintu-pintu gerbang Madinah. Maka pada hari itu keluarlah
seorang laki-laki yang merupakan manusia terbaik atau salah seorang dari manusia terbaik
menghalangnya seraya berkata: “Aku bersaksi bahawa kamu adalah Dajjal yang pernah diceritakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka Dajjal berkata: “Bagaimana sikap kalian (pengikut Dajjal)
jika aku membunuh orang ini lalu aku menghidupkannya kembali, apakah kalian masih meragukan
kemampuanku?” Mereka menjawab: “Tidak.” Maka Dajjal membunuh laki-laki terbaik itu lalu
menghidupkannya kembali. Laki-laki itu berkata ketika Dajjal menghidupkannya kembali: “Demi Allah,
tidaklah aku sama sekali lebih yakin dari pada diriku pada hari ini bahawa sesungguhnya kamu adalah
Dajjal.” Maka Dajjal berkata: “Aku akan membunuhnya lagi.” Maka Dajjal tidak dapat untuk
menguasainya lagi.” (Sahih Bukhari, no. 1749, no. 6599, Sahih Muslim, no. 5229, Musnad Ahmad, no.
10891)
Dari Fatimah binti Qais, aku mendengar penyeru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyerukan
solat jemaah. Aku keluar ke masjid lalu solat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku berada
di saf kaum wanita yang berada di belakang kaum. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyelesaikan solat, beliau duduk di atas mimbar dan beliau tertawa, beliau bersabda: “Hendaklah
setiap orang tetap berada ditempatnya.” Setelah itu beliau bertanya: “Tahukah kalian, kenapa aku
mengumpulkan kalian?” mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: “Demi
Allah, sesungguhnya aku tidak mengumpulkanmu kerana harapan atau rasa takut, tapi aku
mengumpulkan kalian kerana Tamim Ad Dari dulunya orang Nasrani lalu ia datang, berbaiah lalu masuk
Islam.” Ia menceritakan suatu hadith padaku, sama seperti hadith yang aku ceritakan kepada kalian
tentang Masih Dajjal. Ia menceritakan kepadaku bahawa tiga puluh orang dari Lakham dan Judzam naik
perahu. Gelombang mempermainkan mereka di laut selama sebulan lalu mereka menepi ke suatu pulau
di lautan hingga matahari tenggelam. Mereka duduk di dekat perahu lalu masuk ke pulau. Seekor
binatang menemui mereka, banyak bulunya, mereka tahu mana kemaluannya dan mana duburnya
kerana banyak bulunya. Mereka bertanya: “Celakalah kau, apa kau ini?” Ia menjawab: “Aku adalah
Jassaasah.” Mereka bertanya: “Apa itu Jassaasah?” Ia berkata: “Wahai kaum, pergilah ke orang itu di
hujung kampung, dia merindukan khabar kalian.” Saat ia menyebut nama seseorang pada kami, kami
takut jangan-jangan ia syaitan. Kami segera pergi hingga memasuki perkampungan, ternyata di sana ada
orang terbesar yang pernah kami lihat, paling kuat dan tangannya terbelenggu di leher, antara lutut dan
mata kakinya terbelenggu besi. Kami berkata: “Celakalah kamu, apa kau ini?” Ia menjawab: “Kalian telah
mengetahuiku, maka beritahukan siapa kalian?” Mereka menjawab: “Kami dari arab, kami naik perahu.
Saat gelombang menghebat, kami dipermainkan selama sebulan kemudian kami menepi ke pulaumu ini.
Kami duduk di dekat perahu lalu kami masuk ke pulau. Seekor haiwan menemui kami, bulunya lebat,
tidak jelas mana kemaluannya dan mana duburnya kerana banyaknya bulu. Kami bertanya: Celakalah
kau, apa kau ini? Ia menjawab: Aku adalah Jassaasah. Kami bertanya: Apa itu Jassaasah? Ia berkata:
Wahai kaum, pergilah ke orang itu di hujung kampung, dia merindukan khabar kalian. Lalu kami segera
menujumu dan kami takut padamu, kami tidak aman jangan-jangan ia syaitan.” Ia berkata: “Beritahukan
padaku tentang kurma Baisan.” Kami bertanya: “Tentang apanya yang kau tanyakan?” Ia berkata: “Aku
bertanya pada kalian tentang kurmanya, apakah sudah berbuah?” Kami menjawab: “Ya.” Ia berkata:
“Ingat, ia hampir tidak membuahkan lagi.” Ia berkata: “Beritahukan padaku tentang Danau Thabari.” Kami
bertanya: “Tentang apanya yang kau tanyakan?” Ia menjawab: “Apakah ada airnya?” Mereka menjawab:
“Airnya banyak.” Ia berkata: “Ingat, airnya hampir akan habis.” Ia berkata: “Beritahukan padaku tentang
mata air Zughar.” Mereka bertanya: “Tentang apanya yang kau tanyakan?” Ia berkata: “Apakah di sana
ada airnya dan apakah penduduknya bercucuk tanam dengan air itu?” Kami menjawab: “Ya, airnya
banyak dan penduduknya bercucuk tanam dengan air itu.” Ia berkata: “Beritahukan padaku tentang Nabi
orang-orang buta huruf, bagaimana keadaannya?” Mereka menjawab: “Ia telah muncul dari Makkah dan
tinggal di Yathrib.” Ia bertanya: “Apakah orang-orang arab memeranginya?” Kami menjawab: “Ya.” Ia
bertanya: “Apa yang mereka lakukan terhadapnya?” Lalu kami memberitahunya bahawa beliau menang
atas bangsa arab di sebelahnya dan mereka mentaatinya. Ia bertanya pada mereka: “Itu sudah terjadi?”
Kami menjawab: “Ya.” Ia berkata: “Ingat, sesungguhnya itu baik bagi mereka untuk mentaatinya. Aku
akan beritahukan pada kalian siapa aku. Aku adalah Al-Masih (Dajjal) dan aku sudah hampir diizinkan
untuk keluar lalu aku akan keluar. Aku melintasi bumi, aku tidak membiarkan satu perkampungan pun
kecuali aku singgahi selama empat puluh hari kecuali Makkah dan Thaibah (Madinah), keduanya
diharamkan bagiku. Setiap kali aku hendak memasuki salah satunya, malaikat membawa pedang kuat
menghadangku, menghalangiku dari tempat itu dan di setiap jalannya terdapat malaikat-malaikat
penjaga.” Fatimah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda seraya memukulkan
tongkat pendek beliau ke mimbar: “Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksud beliau
Madinah).” (Sahih Muslim, no. 5235)
Dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendatangi perkuburan lalu
bersabda: “Semoga keselamatan terlimpah atas kalian penghuni kuburan kaum mukminin, dan
sesungguhnya insyaAllah kami akan bertemu kalian.” Beliau bersabda lagi: “Sungguh aku sangat
gembira seandainya kita dapat melihat saudara-saudara kita.” Para sahabat bertanya: “Tidakkah kami
semua saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab dengan bersabda: “Kamu semua
adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah mereka yang belum wujud.” Sahabat bertanya
lagi: “Bagaimana kamu dapat mengenali mereka yang belum berwujud dari kalangan umatmu wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab dengan bersabda: “Apa pendapat kalian, seandainya seorang lelaki
mempunyai seekor kuda yang berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-
tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu?” Para sahabat
menjawab: “Sudah tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda lagi: “Maka mereka datang dalam keadaan
muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudhu’. Aku mendahului mereka ke telaga.
Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta
sesat. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah kamu semua’. Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya mereka telah
menukar ajaranmu selepas kamu wafat’. Maka aku bersabda, ‘Pergilah jauh-jauh dari sini’.” (Sahih
Muslim, no. 367, Sunan Ibnu Majah, no. 4296, Musnad Ahmad, no. 7652, no. 8924, Muwatha’ Malik, no.
53)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Pada suatu malam ketika giliran Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam di rumahku, setelah beliau menanggalkan pakaiannya, meletakkan terompahnya dekat kaki
dan membentangkan pinggir jubahnya di atas alas tidur, beliau lantas berbaring. Setelah beberapa lama
kemudian dan barangkali beliau menyangkaku telah tidur, beliau mengambil baju dan terompahnya,
dibukanya pintu perlahan-lahan dan kemudian ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau
seperti itu, ku kenakan pula bajuku dan ku tutup kepalaku dengan kain, kemudian aku mengikuti beliau
dari belakang hingga sampai di (perkuburan) Baqi’. Ketika sampai di sana beliau berdiri agak lama,
kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, sesudah itu beliau berjalan pulang. Aku pun
berjalan pula mendahului beliau. Kalau beliau berjalan cepat, maka aku pun berjalan cepat-cepat. Bila
beliau berlari kecil, aku pun demikian. Ketika beliau sampai, aku pun sudah sampai lebih dulu dari beliau.
Kemudian aku masuk ke dalam rumah dan terus tidur. Setelah itu, beliau masuk dan bertanya: “Kenapa
kamu wahai Aisyah? Ku dengar nafasmu kembang kempis?” Jawabku: “Tidak ada apa-apa wahai
Rasulullah.” Beliau berkata: “Ceritakanlah kepadaku atau kalau tidak Allah -yang Maha Lembut dan
Mengetahui- akan menceritakannya padaku.” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, demi bapa dan ibuku.”
Lalu ku ceritakanlah kepada beliau apa yang sebenarnya terjadi. Beliau berkata: “Kalau begitu, kamulah
kiranya bayangan hitam yang saya lihat di depanku tadi?” Saya menjawab: “Ya, benar wahai Rasulullah.”
Maka beliau pun mendorong dadaku dengan keras hingga terasa sakit bagiku. Kemudian beliau berkata:
“Apakah kamu masih curiga, Allah dan Rasul-Nya akan berbuat curang kepadamu?” Jawabku: “Setiap
apa yang dirahsiakan manusia, pasti Allah mengetahuinya pula.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menceritakan kenapa beliau keluar. Beliau bercerita: “Tadi Jibril datang, tapi kerana dia melihat
ada kamu, dia memanggilku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku menjawab
panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk ke rumah, kerana kamu menanggalkan
pakaianmu. Dan aku pun mengira bahawa kamu telah tidur, kerana itu aku segan membangunkanmu
khuatir kamu akan merasa kesepian. Jibril berkata padaku, ‘Allah memerintahkan agar Tuan datang ke
Baqi’ dan memohonkan ampunan bagi para penghuninya.’ Aku berkata, ‘Lalu apa yang kubaca sesampai
di sana wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Bacalah: Semoga keselamatan tercurah bagi penduduk kampung
orang-orang mukmin dan muslim. Dan semoga Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang telah
mendahului kami dan orang-orang kemudian, dan kami insyaAllah akan menyusul kalian semua’.” (Sahih
Muslim, no. 1619)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu: “Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Ummu Sulaim
radhiallahu ‘anha untuk melihat wanita sahaya dan bersabda: “Ciumlah bau mulutnya dan amatilah tulang
lunak diatas tumitnya (betisnya).” (Musnad Ahmad, no. 12943, Mustadrak Al-Hakim)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah seorang wanita bermusafir kecuali bersama mahramnya dan janganlah seorang laki-laki
menemui seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya.” Kemudian ada seorang laki-laki yang
berkata: “Wahai Rasulullah, sebenarnya aku berkehendak untuk berangkat bersama pasukan perang ini
dan ini namun isteriku hendak menunaikan haji.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Berangkatlah haji bersama isterimu.” (Sahih Bukhari, no. 1729, Sahih Muslim, no. 2391)
Dari Adiy bin Hatim berkata: “Ketika aku sedang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba ada
seorang laki-laki mendatangi beliau mengeluhkan kefakirannya, kemudian ada lagi seorang laki-laki yang
mendatangi beliau mengeluhkan para perompak jalanan.” Maka beliau berkata: “Wahai Adiy, apakah
kamu pernah melihat negeri Al Hirah?” Aku menjawab: “Aku belum pernah melihatnya namun aku pernah
mendengar beritanya.” Beliau berkata: “Seandainya kamu diberi umur panjang, kamu pasti akan melihat
seorang wanita yang mengendarai kenderaan berjalan dari Al Hirah hingga melakukan tawaf di Kaabah
tanpa takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah.” (Sahih Bukhari, no. 3328) [Hadith ini merupakan
pujian atas kejayaan Islam pada masa yang akan datang, sehingga keadaan sangat aman bagi wanita
untuk bepergian jauh seorang diri. Maka janganlah kita hairan jesteru banyak ulama’ yang membolehkan
wanita musafir seorang diri jika dalam keadaan aman dan jauh dari fitnah. Imam Bukhari meriwayatkan
bahawa Aisyah dan Ummul Mukminin lainnya, pergi haji pada zaman khalifah Umar Al-Khattab tanpa
mahram yang mendampinginya, jesteru ditemani oleh Abdurrahman bin Auf dan Uthman bin Affan. Dan
tak satu pun sahabat lain yang menentangnya, sehingga kebolehannya ini dianggap sebagai ijma’
sahabat. (Fathul Bari, 4/445)]
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha: “Tatkala turun ayat (An-Nur:31), ‘Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya…’, maka mereka langsung mengambil sarung-sarung mereka dan merobeknya dari
bahagian bawah lalu menjadikannya sebagai penutup kepala mereka.” (Sahih Bukhari, no. 4387)
Dari Shafiyah binti Syaibah bahawa Aisyah radhiallahu ‘anha menyebut-nyebut wanita Ansar, dia memuji
dan mengatakan kebaikan kepada mereka. Aisyah berkata: “Ketika turun surat An-Nur, mereka masuk ke
dalam kamar atau tempat pakaian, lalu mereka membelah dan menjadikannya sebagai penutup kepala.”
(Sunan Abu Daud, no. 3577)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahawasanya dia pernah berkata: “Semoga Allah merahmati wanita-
wanita muhajirin (wanita-wanita yang berhijrah ke Madinah) yang terdahulu, ketika Allah menurunkan
ayat: ‘Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung ke dadanya…’, mereka memotong (kain) lengan,
atau disebutkan: mereka memotong kelebihan kain mereka untuk menutupi wajah mereka.” (Sunan Abu
Daud, no. 3579)
Dari Ubay bin Ka’ab bahswasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada di kolam air Bani Ghifar.
Kemudian beliau didatangi Jibril ‘alaihis salam seraya berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu
untuk membacakan Al-Quran kepada umatmu dengan satu huruf (lahjah bacaan/dialek).” Beliau pun
bersabda: “Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu
akan hal itu.” Kemudian Jibril datang untuk kedua kalinya dan berkata, “Sesungguhnya Allah
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Quran kepada umatmu dengan dua huruf.” Beliau pun
bersabda: “Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu
akan hal itu.” Lalu Jibril mendatanginya untuk ketiga kalinya seraya berkata: “Sesungguhnya Allah
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Quran kepada umatmu dengan tiga huruf.” Beliau bersabda:
“Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal
itu.” Kemudian Jibril datang untuk yang keempat kalinya dan berkata: “Sesungguhnya Allah
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Quran kepada umatmu dengan tujuh huruf. Dengan huruf yang
mana pun yang mereka gunakan untuk membaca, maka bacaan mereka benar.” (Sahih Muslim, no.
1357, Sunan Abu Daud, no. 1263, Sunan An-Nasa’i, no. 930, Musnad Ahmad, no. 20235)
Dari Ma’qil bin Yasar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa diberi
beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, nescaya Allah
mengharamkan syurga buatnya.” (Sahih Bukhari, no. 6618, Sahih Muslim, no. 203, no. 3409, Sunan Ad-
Darimi, no. 2676, Musnad Ahmad, no. 19406)
Dari Abu Al-Darda’ bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mana-mana wanita yang
kematian suaminya, lalu dia berkahwin semula, maka dia (di akhirat) adalah milik suaminya yang
terakhir.” (Riwayat At-Thabrani dan Abu Ya’la, sahih)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu bahawa Ummu Habibah (isteri Nabi) pernah bertanya Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam: “Ya Rasulullah, seorang perempuan yang mempunyai dua suami di dunia (yakni berkahwin
dua kali), kedua-duanya berhimpun bersamanya di dalam syurga. Milik siapakah dia, milik suami pertama
atau suami terakhir?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Dia menjadi milik suaminya yang
paling elok akhlaknya ketika bersamanya di dunia. Begitulah orang yang baik akhlaknya akan mendapat
kebaikan dunia dan akhirat.” (Riwayat Imam Al-Qurthubi dalam kitab at-Tazkirah, dhaif)
Dari Usamah bin Zaid dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang diperlakukan dengan baik kemudian dia mengucapkan, ‘Jazakallahu khairan
(Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan)’ maka sungguh dia telah memberikan pujian yang
terbaik.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1958, hasan gharib, At-Thabrani)
Dari Jubair bin Muth’im radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku
mempunyai beberapa nama. (1) Aku bernama Muhammad. (2) Aku bernama Ahmad. (3) Aku bernama Al
Mahi (penumpas), yang ertinya Allah menumpas kekufuran denganku. (4) Aku bernama Al-Hasyir
(pengumpul) yang ertinya Allah mengumpulkan manusia mengikuti langkahku. (5) Aku bernama Al ‘Aqib
(penutup), yang ertinya tidak ada seorang Nabi pun sesudahku. Dan sesungguhnya, (6) aku juga diberi
oleh Allah nama Ra’uf (penyantun) dan (7) Rahim (penyayang).” (Sahih Muslim, no. 4343)
Dari Aisyah isteri Nabi bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Hai Aisyah,
sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada
sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan
apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.” (Sahih Muslim, no. 4697)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bersabda: “Janganlah kalian
berlaku ghuluw (sikap berlebih-lebihan), kerana sesungguhnya kebinasaan orang-orang sebelum kalian
adalah kerana bersikap ghuluw dalam agama.” (Musnad Ahmad, no. 3078)
Dari Abu Hurairah dia berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya
kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan
kerjakanlah amal soleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga
berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah Kami rezekikan
kepadamu’.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang
telah lama berjalan kerana jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan
berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.”
Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang
haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan
memperkenankan doanya?” (Sahih Muslim, no. 1686, Sunan At-Tirmidzi, no. 2915, hasan gharib,
Musnad Ahmad, no. 7998, Sunan Ad-Darimi, no. 2601)
Dari Abu Hurairah bahawasanya Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Doa seseorang dari
kalian akan sentiasa dikabulkan selama dia tidak tergesa-gesa hingga mengatakan: ‘Aku telah berdoa
kepada Rabbku, namun tidak juga dikabulkan untukku’.” (Sahih Bukhari, no. 5865, Sahih Muslim, no.
4916, no. 4917, Sunan Abu Daud, no. 1269, Sunan At-Tirmidzi, no. 3309, hasan sahih, Sunan Ibnu
Majah, no. 3843, Musnad Ahmad, no. 8784, no. 9921, Muwatha’ Malik, no. 446)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata: “Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam lalu menawarkan dirinya kepada beliau. Wanita itu berkata: “Wahai Rasulullah, adakah anda
berhasrat padaku?” Lalu anak perempuan Anas pun berkata: “Alangkah sedikitnya rasa malunya.” Lalu
Anas menjawab: “Wanita itu lebih baik daripada kamu, sebab dia suka pada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, hingga ia menawarkan dirinya pada beliau.” (Sahih Bukhari, no. 4726) [Imam Ibnu Hajar
menegaskan tiada cacatnya wanita menawarkan dirinya untuk menjadi isteri kepada seorang lelaki.
(Fathul Bari, 9/175)]
Dari Abu Balji bahawa dia berkata kepada Muhammad bin Hathib: “Sesungguhnya aku telah menikah
dengan dua orang wanita, namun pernikahanku belum (dimeriahkan dengan) pukulan rebana.” Dia
(Muhammad bin Hathib) lalu berkata: “Alangkah buruk apa yang kamu lakukan.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya pembatas antara halal (nikah) dan haram (zina) adalah suara,
yakni bunyi pukulan rebana (kenduri perkahwinan).” (Musnad Ahmad, no. 17564)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Umumkanlah
pernikahan ini dengan pukulan rebana.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1885)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Umumkanlah nikah, adakanlah di masjid, dan pukullah rebana untuk mengumumkannya.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 1009, gharib hasan)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin tidur dan
beliau sedang junub, maka beliau berwudhu’, dan bila ingin makan atau minum, beliau mencuci kedua
tangannya, kemudian makan atau minum.” (Sunan Abu Daud, no. 192, Sunan An-Nasa’i, no. 256, no.
257, Musnad Ahmad, no. 23572, no. 23727, no. 23728)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang seorang suami yang
menggauli isterinya pada waktu haid, beliau bersabda: “Suami tersebut harus bersedekah dengan satu
dinar (jika darah merah) atau setengah dinar (jika darah kuning).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 127, Sunan
Abu Daud, no. 230, sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 287, Musnad Ahmad, no. 2015)
Dari Jabir bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang wanita yang
mengagumkan, lalu beliau mendatangi isterinya, iaitu Zainab yang sedang menyamak kulit, bagi
memenuhi hajatnya (jimak). Sesudah itu, beliau pergi menemui para sahabatnya, lalu beliau bersabda:
“Sesungguhnya wanita itu menghadap dalam rupa syaitan dan membelakangi dalam rupa syaitan
(mengajak kepada hawa nafsu). Maka bila kamu melihat seorang wanita (yang mengagumkan),
datangilah isterimu, kerana yang demikian itu dapat mententeramkan gejolak dalam hatimu.” (Sahih
Muslim, no. 2491, Sunan At-Tirmidzi, no. 1078, hasan gharib, Sunan Abu Daud, no. 1839, Musnad
Ahmad, no. 14010)
Dari Ya’la bin Umayyah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki mandi di
tanah lapang tanpa memakai pakaian. Kemudian beliau naik mimbar, lalu memuji Allah dan bersabda:
“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla Maha Pemalu dan Tertutup, Dia menyukai sifat malu dan tertutup.
Apabila salah seorang di antara kalian mandi, maka hendaknya dia menutupi dirinya.” (Sunan Abu Daud,
no. 3497)
Dari Ibnu Umar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian telanjang (tanpa
pakaian), kerana kalian selalu bersama golongan Malaikat yang tidak berpisah dengan kalian, kecuali
ketika buang air besar dan ketika seorang lelaki bersetubuh dengan isterinya, kerana itu, malulah kepada
mereka dan muliakanlah mereka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2724, gharib)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada Hari Kiamat ialah seseorang yang
menyetubuhi isterinya dan isteri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami menyebarkan rahsia
isterinya.” (Sahih Muslim, no. 2597, no. 2598)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu ketika ada seorang
lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah pun mengutus seorang malaikat untuk
menemui orang tersebut. Ketika orang itu dalam perjalanannya ke desa yang dituju, maka malaikat
tersebut bertanya: “Hendak pergi ke mana kamu?” Orang itu menjawab: “Saya akan menjenguk saudara
saya yang berada di desa lain.” Malaikat itu terus bertanya kepadanya: “Apakah kamu mempunyai satu
perkara yang menguntungkan dengannya?” Laki-laki itu menjawab: “Tidak, saya hanya mencintainya
kerana Allah Azza wa Jalla.” Akhirnya malaikat itu berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah malaikat
utusan yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahawasanya Allah akan sentiasa mencintaimu
sebagaimana kamu mencintai saudaramu kerana Allah.” (Sahih Muslim, no. 4656, Musnad Ahmad, no.
7578, no. 10195)
Dari Abu Ayyub bahwasanya dia berkata ketika menjelang kematiannya: “Aku telah menyembunyikan
kepada kalian perkara yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya kamu sekalian tidak mempunyai dosa
sedikit pun, nescaya Allah akan menciptakan suatu kaum yang melakukan dosa untuk diberikan
ampunan kepada mereka.” (Sahih Muslim no. 4934, Sunan Al-Tirmidzi no. 3462)
Dari Abu Musa Al Asy’ari bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika anak seorang
hamba meninggal, Allah berfirman kepada para malaikatNya: “Kalian telah mencabut anak hambaKu?”
Mereka menjawab: “Ya.” Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman: “Kalian telah mencabut buah hatinya?”
Mereka menjawab: “Ya.” Allah Tabaraka Wa Ta’ala bertanya: “Apa yang dikatakan hambaKu?” Mereka
menjawab: “Dia memujiMu dan mengucapkan istirja’ (Kami ini milik Allah dan kepadaNya kami akan
kembali).” Allah berkata: “Bangunlah untuk hambaKu satu rumah di syurga, dan berilah nama dengan
‘Baitulhamd’ (Rumah Kesyukuran).” (Sunan Al-Tirmidzi no. 942)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman:
“Tidak ada balasan yang sesuai di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika aku mencabut nyawa orang
yang dicintainya di dunia, kemudian ia redha dan bersabar kecuali syurga.” (Sahih Bukhari no. 5944)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah seseorang kamu menjimak isterinya seperti
haiwan, hendaklah ada antara antara keduanya utusan.” Sahabat bertanya: “Apakah utusan itu?” Jawab
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Ciuman dan ucapan.” (Riwayat Al-Baihaqi)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang
wanita bagaikan tulang rusuk, jika kamu meluruskannnya, nescaya akan patah, jika kamu
membiarkannya, maka kamu dapat bersenang-senang dengannya namun dia tetap bengkok.” (Sahih
Bukhari, no. 4786, Sahih Muslim, no. 2669, Sunan At-Tirmidzi, no. 1109, hasan sahih gharib)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mencaci
maki para sahabatku! Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku! Demi Zat yang jiwaku ditangan-
Nya, seandainya seseorang menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka ia tidak akan dapat
menandingi satu mud atau setengahnya dari apa yang telah diinfakkan para sahabatku.” (Sahih Muslim,
no. 4610, Sunan Abu Daud, no. 4039, Sunan At-Tirmidzi, no. 3796, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no.
157, Musnad Ahmad, no. 10657)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendatangi pekuburan lalu
bersabda: “Semoga keselamatan terlimpah ke atas kalian penghuni kuburan kaum Mukminin, dan
sesungguhnya insyaAllah kami akan bertemu kalian. Sungguh aku sangat gembira seandainya kita dapat
melihat saudara-saudara kita.” Para sahabat bertanya: “Tidakkah kami semua saudara-saudaramu wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kamu semua adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah
mereka yang belum wujud (datang selepas kita).” Sahabat bertanya lagi: “Bagaimana kamu dapat
mengenali mereka yang belum wujud dari kalangan ummatmu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab
dengan bersabda: “Apa pendapat kalian, seandainya seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang
berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam
legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu?” Para sahabat menjawab: “Sudah tentu wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda lagi: “Maka mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih
bercahaya kerana bekas wudhu’. Aku mendahului mereka di telaga. Kemudian ada golongan lelaki yang
dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat. Aku memanggil mereka: ‘Ke
marilah kamu semua’. Maka dikatakan: ‘Sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu
wafat’. Maka aku bersabda: ‘Pergilah jauh-jauh dari sini’.”(Sahih Muslim, no. 367, Sunan Ibnu Majah, no.
4296, Musnad Ahmad, no. 7652, Muwatha’ Malik, no. 53)
Dari Ammar bin Yasir bahawa Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya di kalangan ummatku ada
dua belas orang munafik yang tidak akan masuk syurga. Bahkan mereka tidak akan dapat mencium
harumnya syurga kecuali jika ada seekor unta yang dapat masuk ke dalam lubang jarum (sesuatu yang
mustahil). Lapan orang di antara mereka pasti akan tertimpa Dubailah, iaitu pijaran api yang menyengat
bahagian belakang bahu sehingga tembus ke dada mereka.” (Sahih Muslim, no. 4984)
Dari Ma’qil bin Yasar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak seorang pemimpin
pun yang mengurusi perkara kaum Muslimin, kemudian dia tidak bersungguh-sungguh bekerja untuk
mereka dan tidak jujur, kecuali pasti tidak akan masuk syurga bersama mereka.” (Sahih Muslim, no.
3410)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mentaatiku
sungguh dia telah mentaati Allah, barangsiapa bermaksiat kepadaku maka dia telah bermaksiat kepada
Allah. Dan barangsiapa mentaati pemimpinku sungguh dia telah mentaatiku, barangsiapa bermaksiat
kepada pemimpinku maka dia telah bermaksiat kepadaku.” (Sahih Bukhari, no. 6604, Sahih Muslim, no.
3418, Sunan Ibnu Majah, no. 2850, Musnad Ahmad, no. 7125)
Dari Auf bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik pemimpin
kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendoakan kalian dan
kalian mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian
dan kalian membenci mereka, mereka melaknat kalian dan kalian melaknat mereka.” Beliau ditanya:
“Wahai Rasulullah, tidak bolehkah kita memerangi mereka?” Maka beliau bersabda: “Tidak, selagi
mereka mendirikan solat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak
baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka.” (Sahih
Muslim, no. 3447, Musnad Ahmad, no. 22856, Sunan Ad-Darimi, no. 2677)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Seorang pencuri dibawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, lalu beliau bersabda: “Bunuhlah.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, dia hanya
mencuri!” Beliau bersabda: “Kalau begitu, potonglah tangannya.” Tangan pencuri itu lantas dipotong.
Setelah itu (beberapa lama), pencuri tersebut kembali dibawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk yang kedua kalinya, beliau bersabda: “Bunuhlah.” Para sahabat berkata: “Wahai
Rasulullah, dia hanya mencuri!” Beliau bersabda: “Kalau begitu, potonglah tangannya.” Kemudian
(setelah beberapa lama) pencuri itu kembali dibawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
yang ketiga kalinya, beliau lalu bersabda: “Bunuhlah.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, dia
hanya mencuri!” Beliau bersabda: “Kalau begitu, potonglah (kakinya).” Setelah (beberapa lama) pencuri
itu dibawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk keempat kalinya, beliau bersabda:
“Bunuhlah.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, dia hanya mencuri!” Beliau bersabda: “Kalau
begitu, maka potonglah (kakinya).” Kemudian (setelah beberapa lama) pencuri itu dibawa ke hadapan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kelima kalinya, beliau bersabda: “Bunuhlah.” Kami lalu
membawanya pergi dan membunuhnya. Setelah itu, kami menyeret mayatnya dan membuangnya ke
dalam sumur, kemudian kami melemparinya dengan batuan.” (Sunan Abu Daud, no. 3830)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Apabila Allah
menghendaki kebaikan pada diri pemimpin, maka Allah akan menjadikan baginya menteri yang jujur,
apabila dia (pemimpin) lupa maka dia (menteri) akan mengingatkannya dan apabila dia (pemimpin) ingat
maka dia (menteri) akan membantunya. Dan apabila Allah menghendaki selain itu (keburukan) pada diri
seorang pemimpin maka Allah jadikan baginya menteri (pembantu) yang buruk, apabila dia (pemimpin)
lupa maka dia (menteri) tidak mengingatakannya, dan apabila dia (pemimpin) ingat maka dia (menteri)
tidak membantunya.” (Sunan Abu Daud, no. 2543)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hasan dan Husain
adalah pemimpin pemuda penduduk syurga, sedang Fatimah adalah pemimpin wanita-wanita mereka
kecuali bagi Maryam binti Imran.” (Musnad Ahmad, no. 11192)
Dari Huzaifah bin Al Yaman, dia berkata: “Ibuku bertanya: “Sejak bila engkau mengenali Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam?” Aku menjawab: “Sejak sekian dan sekian.” Lalu dia mencelaku dan mencemuhku, aku
berkata padanya: “Biarkan aku, aku akan mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk solat
maghrib bersama beliau lalu aku tidak meninggalkan beliau hingga beliau memintakan ampunan untukku
dan untukmu.” Kemudian aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku solat maghrib
bersama beliau. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam solat isyak lalu pergi, aku mengikuti beliau
lalu ada seseorang yang mendatangi beliau, beliau berbisik dengannya kemudian orang itu pergi. Aku
mengikuti beliau lalu beliau mendengar suaraku, beliau bersabda: “Siapa itu?” Aku menjawab:
“Huzaifah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu kenapa?” Aku pun menceritakan
masalahku lalu beliau bersabda: “Semoga Allah mengampunimu dan ibumu.” Setelah itu beliau
bersabda: “Tahukah kamu siapa yang mendatangiku tadi?” Aku menjawab: “Tidak.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dia adalah salah satu malaikat yang belum pernah turun ke bumi
sebelum malam ini, dia meminta izin Rabbnya untuk mengucapkan salam padaku dan menyampaikan
khabar gembira padaku bahawa Al Hasan dan Al Husain adalah pemimpin pemuda-pemuda penghuni
syurga dan Fatimah adalah pemimpin kaum wanita penghuni syurga, radhiallahu ‘anhum.” (Musnad
Ahmad, no. 22240)
Dari Abu Bakrah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa selama di dunia
memuliakan pemimpin (yang taat) Allah Tabaraka wa Ta’ala, maka Allah akan memuliakannya pada hari
Kiamat kelak. Dan barangsiapa selama di dunia menghinakan pemimpin (yang taat) Allah Tabaraka wa
Ta’ala, maka Allah akan menghinakannya pada hari Kiamat kelak.” (Musnad Ahmad, no. 19591)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jihad yang paling
utama adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim, atau pemimpin yang zalim.”
(Sunan Abu Daud, no. 3781, Sunan At-Tirmidzi, no. 2100, sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 4001)
Dari Martsad bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang orang yang
berperang dan para pemimpin, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Neraka dibahagi
tujuh puluh bahagian, enam puluh sembilannya untuk pemimpin (yang zalim) dan satunya untuk orang
yang berperang (bukan kerana agama Allah).” (Musnad Ahmad, no. 21988)
Dari Abdullah bin Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutus seseorang dengan
membawa surat dan memerintahkan kepadanya untuk memberikan surat tersebut kepada pemimpin
Bahrain. Lalu pemimpin Bahrain itu memberikannya kepada Kisra. Tatkala dibaca, surat itu dikoyaknya.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kecelakaan buat mereka (kekuasaannya), agar
dihancurkan sehancur-hancurnya.” (Sahih Bukhari, no. 62, no. 6722)
Dari Abdullah bin Amru bin Al ‘Ash bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Azza
Wa Jalla tidak mencabut ilmu agama begitu sahaja dari diri umat manusia. Tetapi Allah akan mencabut
ilmu agama dengan mewafatkan para ulama’, hingga tidak ada seorang ulama’ pun yang akan tertinggal.
Kemudian mereka akan mengangkat orang jahil sebagai pemimpin. Apabila mereka (pemimpin)
dimintakan fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat dan
menyesatkan.” (Sahih Bukhari, no. 98, Sahih Muslim, no. 4828, Sunan At-Tirmidzi, no. 2576, hasan
sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 51, Musnad Ahmad, no. 6222, Sunan Ad-Darimi, no. 241)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika pemimpin kalian
adalah orang-orang yang terbaik di antara kalian, orang-orang kaya kalian adalah orang yang paling
dermawan di antara kalian dan urusan kalian dimusyawarahkan di antara kalian, maka bumi bahagian
luar (hidup) lebih baik bagi kalian dari pada perut bumi (kematian), dan jika pemimpin kalian adalah
orang-orang yang paling jahat di antara kalian, orang-orang kaya kalian adalah orang orang yang paling
bakhil di antara kalian dan urusan kalian diserahkan kepada wanita wanita kalian, maka perut bumi
(kematian) lebih baik bagi kalian dari pada luar bumi (hidup).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2192)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan ada para pemimpin
yang dikelilingi oleh para pendamping dari manusia, mereka berlaku zalim dan berdusta, maka
barangsiapa menolongnya dalam kezaliman dan mempercayai kedustaannya dia bukanlah dari
golonganku dan aku bukan darinya. Dan barangsiapa tidak mempercayai atau tidak menolong mereka
atas kezalimannya, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya.” (Musnad Ahmad, no. 11439)
Dari Bisyir Al Khats’ami bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Konstantinopel benar-benar
akan ditakluk, maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah
pasukan itu.” (Musnad Ahmad, no. 18189)
Dari Utbah bin As Sulami bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang
muslim yang ditinggal mati tiga anak laki-lakinya yang belum baligh, melainkan mereka akan
menyambutnya di pintu-pintu syurga yang lapan. Melalui pintu mana saja dia bebas masuk.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 1593)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tujuh
(golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naungan-Nya
(pada hari Kiamat) yang ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Iaitu pemimpin yang adil,
seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang
hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai kerana Allah, keduanya bertemu
kerana Allah dan berpisah kerana Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang
wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata: ‘Aku takut kepada Allah’, seorang yang bersedekah dengan
menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya,
dan seorang laki-laki yang berzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua
matanya basah kerana menangis”. (Sahih Bukhari, no. 1334, Sahih Muslim, no. 1712, Sunan At-Tirmidzi,
no. 2313, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 5285, Musnad Ahmad, no. 9288, Muwatha’ Malik, no. 1501)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Tatkala Bani Quraizah setuju dengan ketetapan
hukum yang akan diputuskan oleh Sa’ad, ketika itu aku berada dekat dengan Rasulullah. Lantas Sa’ad
bin Mu’adz datang dengan menunggang keldai. Ketika sudah dekat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Berdirilah kalian untuk menjemput pemimpin kalian.” Sa’ad pun tiba dan duduk
dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda kepadanya: “Sesungguhnya
mereka setuju dengan keputusan yang akan kamu putuskan.” Sa’ad berkata: “Aku putuskan agar para
tentera perang mereka dibunuh (qisas) dan anak-anak mereka dijadikan tawanan.” Maka beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh kamu telah memutuskan hukum kepada mereka dengan
hukum Allah (Raja segala raja).” (Sahih Bukhari, no. 2816, no. 3520, Musnad Ahmad, no. 11252)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Kami pernah berperang bersama pasukan Khabath (pemakan daun-
daunan) yang pada waktu itu Abu Ubaidah diangkat sebagai pemimpin pasukan. Lalu kami merasa lapar
sekali. Tiba-tiba laut melemparkan ikan paus yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Ikan itu disebut Al-
Anbar. Kami makan dari ikan itu selama setengah bulan. Kemudian Abu Ubaidah mengambil salah satu
bahagian dari tulangnya dan dia pacakkan. Hingga seorang pengendara boleh lalu di bawah tulang itu.
Abu Ubaidah berkata: “Makanlah oleh kalian semua!” Tatkala kami sampai di Madinah, hal itu kami
beritahukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau bersabda: “Makanlah, itu adalah
rezeki yang telah Allah berikan. Jika masih tersisa, berilah kami!” Maka sebahagiannya dibawakan
kepada beliau dan beliau pun memakannya.” (Sahih Bukhari, no. 4014)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari berada di
hadapan manusia, lalu seorang laki-laki mendatanginya seraya berkata: “Wahai Rasulullah, apakah iman
itu?” Beliau menjawab: “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada takdir
sama ada baik atau buruk, beriman kepada para Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan
(akhirat).” Dia bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?” Beliau menjawab: “Islam adalah kamu
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan solat yang wajib,
membayar zakat yang difardhukan, dan berpuasa Ramadhan.” Dia bertanya lagi: “Wahai Rasulullah,
apakah ihsan itu?” Beliau menjawab: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika
kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Dia bertanya lagi: “Wahai Rasulullah,
bilakah hari Kiamat itu?” Beliau menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya tentangnya lebih mengetahui
jawapan-Nya daripada orang yang bertanya, akan tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang
tanda-tandanya, iaitu bila hamba wanita melahirkan tuannya. Itulah salah satu tanda-tandanya. (Kedua)
bila orang yang telanjang tanpa alas kaki menjadi pemimpin manusia. Itulah salah satu tanda-tandanya.
(Ketiga) apabila penggembala kambing saling berlumba-lumba mendirikan bangunan tinggi. Itulah salah
satu tanda-tandanya dalam lima tanda-tanda, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.” Kemudian
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membaca: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya esok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Luqman:34).” Kemudian laki-laki tersebut
pergi. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Panggil kembali laki-laki tersebut
menghadapku.” Maka mereka mulai memanggilnya, namun mereka tidak melihat sesuatu pun. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan
manusia tentang agama mereka.” (Sahih Bukhari, no. 4404, Sahih Muslim, no. 10, Sunan At-Tirmidzi, no.
2535, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 352)
Dari Ziyad bin Hudair, dia berkata: “Umar radhiallahu ‘anhu telah berkata kepadaku: “Apakah kamu tahu
apa yang dapat menghancurkan Islam itu?” Aku menjawab: “Aku tidak tahu.” Umar berkata: “Yang dapat
menghancurkan Islam adalah tergelincirnya seorang ulama’, perdebatan orang munafik berdasarkan Al-
Quran, dan hukum (yang difatwa) para pemimpin yang menyesatkan.” (Sunan Ad-Darimi, no. 216)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Solat seseorang dengan
berjemaah melebihi dua puluh sembilan darjat dari solat seseorang yang dikerjakan di rumahnya dan di
pasarnya, demikian itu kerana bila salah seorang di antara mereka berwudhu’ dengan menyempurnakan
wudhu’nya, lalu mendatangi masjid, dan tidak ada yang mendorongnya kecuali untuk solat, maka tidaklah
dia melangkah satu langkah, kecuali akan ditinggikan darjatnya dan dihapus kesalahannya, hingga dia
masuk masjid. Jika dia telah masuk masjid, maka dia dihitung dalam solat selama dia tertahan oleh solat,
dan malaikat terus mendoakan salah seorang di antara kalian selama dia dalam majlisnya yang dia
pergunakan untuk solat, malaikat akan berdoa: “Ya Allah, rahmatilah dia, ya Allah, ampunilah dia, ya
Allah maafkanlah dia”, selama dia tidak melakukan gangguan dan belum berhadas.” (Sahih Bukhari, no.
457, no. 611, Sahih Muslim, no. 1059, Sunan Abu Daud, no. 472, Musnad Ahmad, no. 7121)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Ummu Habibah (isteri Rasulullah) pernah berdoa seperti berikut:
“Ya Allah, berikanlah aku kenikmatan (panjangkanlah usiaku) bersama suamiku, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, ayahku, Abu Sufyan, dan saudaraku, Mu’awiyah.” Mendengar doa itu, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada isterinya, Ummu Habibah: “Sesungguhnya kamu memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ajal, kematian, dan rezeki yang telah ditentukan, di mana Allah tidak
akan mempercepatkan atau pun melambatkan sebelum waktunya. Apabila kamu memohon kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, mohonlah agar Dia menyelamatkanmu dari siksa neraka dan siksa kubur, maka
hal itu lebih baik bagimu dan lebih utama.” (Sahih Muslim, no. 4814, no. 4815, Musnad Ahmad, no. 3517,
no. 3730)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Pada saat Umar bin Khattab meninggal, dia dibaringkan di atas tempat
tidurnya. Para sahabat dan kaum muslimin lainnya berkumpul untuk bersama-sama memanjatkan doa
dan ampunan kepada Allah bagi Umar sebelum dia meninggal dunia dan kebetulan pada saat itu saya
pun ikut berkumpul pula di sana. Tidak ada sesuatu yang mengejutkan saya, kecuali seorang laki-laki
yang menepuk bahu saya dari belakang. Lalu saya menoleh ke arah tersebut dan ternyata dia adalah Ali
bin Abu Talib radhiyallahu ‘anhu. Setelah itu, dia pun memanjatkan doa dan ampunan kepada Allah bagi
Umar bin Khattab. Tidak berapa lama kemudian, Ali berkata: “Tidak ada lagi seorang pun
sepeninggalmu, yang lebih aku cintai daripada dirimu, hingga aku lebih suka bertemu Allah dengan
membawa kebaikan seperti kebaikan yang kau bawa hai Umar. Demi Allah, sungguh aku berbaik sangka
kepada Allah bahawasannya Dia sengaja menyertakanmu bersama dua orang teman dekatmu,
Rasulullah dan Abu Bakar yang telah kembali kepada-Nya lebih dahulu darimu. Sebagaimana sabda
Rasulullah yang sering aku dengar: ‘Aku datang bersama Abu Bakar dan Umar. Aku masuk bersama Abu
Bakar dan Umar. Aku keluar bersama Abu Bakr dan Umar.’ Sungguh aku berharap agar Allah sentiasa
menyertakanmu bersama Rasulullah dan Abu Bakar.” (Sahih Bukhari, no. 3409, Sahih Muslim, no. 4402,
Sunan Ibnu Majah, no. 95, Musnad Ahmad, no. 856)
Dari Sahal bin Sa’d, dia menceritakan bahawa Ali Bin Abu Talib menemui Fatimah sementara Hasan dan
Husain sedang menangis, dia bertanya: “Apa yang membuat mereka menangis?” Fatimah menjawab:
“Rasa lapar.” Kemudian Ali keluar dan di pasar dia menemukan wang satu dinar, lalu dia kembali kepada
Fatimah memberitahukan kepadanya, lalu Fatimah berkata: “Pergilah kepada fulan seorang Yahudi, dan
belilah tepung untuk kami.” Maka dia pun mendatangi orang Yahudi tersebut untuk membeli tepung.
Orang Yahudi tersebut berkata: “Apakah engkau menantu orang yang disebut sebagai Rasulullah?” Dia
menjawab: “Ya!” Orang Yahudi tersebut berkata: “Ambil lah wang dinarmu dan tepung ini untukmu!”
Maka Ali kembali kepada Fatimah dan memberitahukan kejadian tersebut, lalu Fatimah meminta Ali
untuk pergi ke tukang daging untuk membeli daging satu dirham. Maka Ali menggadaikan satu dinar
dengan daging seharga satu dirham lalu dia membawanya kepada Fatimah dan Fatimah pun mengadun
dan membuat roti. Kemudian dia mengirim utusan kepada bapanya kemudian beliau datang. Lalu dia
berkata: “Ya Rasulullah, aku akan bercerita kepadamu, apabila engkau menganggapnya halal maka kami
akan memakannya dan engkau pun memakannya bersama kami.” Kemudian beliau berkata: “Makanlah
dengan menyebut nama Allah.” Tatkala mereka sedang dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba ada
seseorang yang mengumumkan kehilangan wang satu dinar. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memerintahkan untuk memanggilnya dan menanyakannya. Orang tersebut menjawab: “Wang
tersebut terjatuh dariku di pasar.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Wahai Ali,
pergilah ke tukang daging dan katakan kepadanya bahawasanya Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wasallam
mengatakan kepadamu: “Kirimkan wang satu dinar tersebut sedangkan wang dirhammu menjadi
tanggunganku.” Maka tukang daging tersebut mengembalikan satu dinar dan Rasulullah shalllallahu
‘alaihi wasallam menyerahkannya kepada orang tersebut.” (Sunan Abu Daud, no. 1458)
Dari Amru bin Al Ash, dia berkata: “Saya menemui Rasulullah seraya bertanya: “Ya Rasulullah, siapakah
orang yang engkau cintai?” Rasulullah menjawab: “Aisyah.” Lalu saya tanyakan lagi: “Kalau dari kaum
laki-laki, siapakah orang yang paling engkau cintai?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Ayah Aisyah (Abu Bakar).” Saya bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasulullah menjawab: “Umar bin Khattab.”
Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang sahabat lainnya.” (Sahih Bukhari, no. 4010, Sahih
Muslim, no. 4396)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada solat yang lebih berat
bagi orang-orang munafik kecuali solat subuh dan isyak. Seandainya mereka mengetahui keutamaan
(kebaikan) yang ada pada keduanya tentulah mereka akan mendatanginya sekalipun dengan
merangkak. Sungguh, aku berkeinginan untuk memerintahkan seorang mu’adzin sehingga solat
ditegakkan dan aku perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang solat, lalu aku bersama
beberapa orang membawa kayu bakar untuk menyalakan api dan membakar rumah-rumah orang yang
tidak keluar untuk solat berjemaah (tanpa alasan yang benar).” (Sahih Bukhari, no. 617, Sahih Muslim,
no. 1041, Musnad Ahmad, no. 9122, no. 10457)
Dari Uthman bin Affan bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa solat isyak
berjemaaah, seolah-olah dia solat malam selama separuh malam, dan barangsiapa solat subuh
berjemaah, seolah-olah dia telah solat seluruh malamnya.” (Sahih Muslim, no. 1049, Sunan Abu Daud,
no. 468, Sunan At-Tirmidzi, no. 205, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 386, Muwatha’ Malik, no. 271,
Sunan Ad-Darimi, no. 1196)
Dari Ali bin Abi Talib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di syurga
ada kamar-kamar, luarnya terlihat dari dalam dan dalamnya terlihat dari luar.” Seorang badwi
menghampiri beliau, dia bertanya: “Itu untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Bagi (mereka)
yang memperbaguskan ucapannya, memberi makan kepada manusia, puasa secara istiqamah, solat
malam untuk Allah saat orang-orang tidur.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2450, Musnad Ahmad, no. 21831)
Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah berkata kepadanya: “Solat yang paling Allah cintai adalah solatnya Nabi Daud ‘alaihissalam dan
puasa yang paling Allah cintai adalah puasanya Nabi Daud ‘alaihissalam. Nabi Daud ‘alaihissalam tidur
hingga pertengahan malam lalu solat pada sepertiganya kemudian tidur kembali pada seperenam akhir
malamnya. Dan Nabi Daud ‘alaihissalam puasa sehari dan berbuka sehari.” (Sahih Bukhari, no. 1063,
Sahih Muslim, no. 1969)
Dari Al Musayyab bin Hazn bahawa ketika menjelang wafatnya Abu Talib, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam masuk menemuinya sementara di sampingnya ada Abu Jahal. Beliau berkata: “Wahai
pakcikku, katakanlah ‘Laa ilaaha illallah’, suatu kalimat yang akan aku pergunakan untuk menyelamatkan
engkau di sisi Allah.” Maka berkata Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah: “Wahai Abu Talib, apakah
kamu akan meninggalkan agama Abdul Mutallib?” Keduanya terus saja mengajak Abu Talib berbicara
hingga kalimah terakhir yang diucapkannya kepada mereka adalah dia (Abu Talib) tetap mengikuti
agama Abdul Mutallib. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku akan tetap memintakan
ampun untukmu selama aku tidak dilarang.” Maka turunlah firman Allah Ta’ala dalam At-Taubah ayat 113
yang ertinya: ‘Tidak dibenarkan bagi Nabi dan orang-orang yang beriman meminta ampun bagi orang-
orang yang syirik sekalipun orang itu kaum kerabat sendiri. Telah nyata bagi mereka bahawa orang-
orang syirik itu adalah ahli Neraka’. Dan turun pula firman Allah Ta’ala dalam al-Qasas ayat 56 yang
ertinya: ‘Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah (petunjuk) kepada
sesiapa yang engkau kasihi (supaya dia menerima Islam), tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi
hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan
Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang (ada persediaan untuk) mendapat hidayah
petunjuk (memeluk Islam)’.” (Sahih Bukhari, no. 3595, no. 4399, Sahih Muslim, no. 35, Musnad Ahmad,
no. 22562)
Dari Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulami, dia berkata: “Wahai Rasulullah, terdapat seorang hamba wanita
yang telah aku pukul dengan keras.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganggap hal
tersebut sesuatu yang besar terhadap diriku, lalu aku katakan: “Tidakkah (boleh) saya
memerdekakannya?” Beliau berkata: “Bawa dia kepadaku!” Kemudian aku membawanya kepada beliau.
Beliau bertanya kepada hamba itu: “Di manakah Allah?” Budak wanita tersebut berkata: “Di langit.” Beliau
berkata: “Siapakah aku?” Hamba tersebut berkata: “Engkau adalah Rasulullah.” Beliau berkata:
“Bebaskan dia! Sesungguhnya dia adalah seorang wanita mukmin.” (Sunan Abu Daud, no. 2856, Musnad
Ahmad, no. 22645)
Dari Abu Musa Al Asy’ari bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah menciptakan
Adam dari segenggam tanah dari semua jenis tanah. Kemudian keturunannya datang sesuai dengan
unsur tanahnya. Ada di antara mereka yang berkulit merah, putih, hitam, dan antara warna-warna itu.
Ada yang lembut dan ada yang kasar, ada yang buruk dan ada yang baik.” (Sunan Abu Daud, no. 4073,
Sunan At-Tirmidzi, no. 2879, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 18761, no. 18813)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang itu
tidak akan dapat merasakan manisnya iman sehingga dia mencintai seseorang dan dia tidak
mencintainya kecuali kerana Allah, dan sehingga dia lebih suka dimasukkan ke dalam api daripada
kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih dia
cintai daripada yang lain.” (Sahih Bukhari, no. 5581)
Dari Mu’awiyah Al Qusyairi, dia berkata: “Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
kemudian aku katakan: “Bagaimana pendapat engkau mengenai isteri-isteri kami?” Beliau bersabda:
“Berilah mereka makan dari apa yang kalian makan, dan berilah mereka pakaian dari apa yang kalian
pakai, dan janganlah kalian memukul mereka serta memburuk-burukkan mereka (dengan perkataan dan
cacian).” (Sunan Abu Daud, no. 1832)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap seratus tahun Allah
mengutus kepada umat ini seseorang yang akan memperbaharui agama ini (dari penyimpangan).”
(Sunan Abu Daud, no. 3740)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Azza Wa Jalla
berfirman: “Kesombongan adalah selendang-Ku, kebesaran adalah sarung-Ku, barangsiapa mengambil
salah satu dari keduanya dari-Ku, maka dia akan Aku lemparkan ke dalam neraka.” (Sunan Abu Daud,
no. 3567, Sunan Ibnu Majah, no. 4164, no. 4165, Musnad Ahmad, no. 7078, no. 8539)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Orang-orang apabila melihat buah pertama, mereka
datang kepada Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam, apabila Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa
sallam melihatnya beliau berdoa: “Ya Allah, berkatilah kami pada buah kami dan berkatilah kami pada
kota Madinah kami, dan berkatilah kami pada sha’ kami, serta mud kami. Ya Allah, sesungguhnya
Ibrahim adalah hamba-Mu dan kekasih-Mu serta Nabi-Mu, dan aku adalah hamba-Mu, dan Nabi-Mu,
sesungguhnya dia telah berdoa kepada-Mu untuk Makkah, sedangkan aku berdoa kepada-Mu untuk
Madinah dengan doa seperti doanya untuk Makkah dan seperti itu bersamanya.” (Sahih Muslim, no.
2437, Sunan At-Tirmidzi, no. 3376, hasan sahih, Muwatha’ Malik, no. 1375)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika Allah menciptakan
makhluk, maka Dia membuat ketentuan terhadap diri-Nya sendiri di dalam kitab-Nya yang berada di atas
Arsy. Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan (mendahului) murka-Ku.” (Sahih Bukhari, no. 2955, no.
6855, no. 6899, Sahih Muslim, no. 4939, no. 4940, no. 4941, Musnad Ahmad, no. 7187)
Dari Abdullah bin Abbas, bahawa tatkala Ali menikahi Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan hendak bercampur dengannya (menggaulinya), maka Rasulullah melarangnya hingga Ali
memberikan sesuatu kepadanya (Fatimah). Kemudian Ali berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki
sesuatu.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Berikan baju besimu
kepadanya!” Lalu Ali memberikannya kepada Fatimah, kemudian dia bercampur dengannya
(menggaulinya). (Sunan Abu Daud, no. 1816)
Dari Ibnu Abbas bahawa Ali berkata: “Dahulu saat saya akan menikahi Fatimah radhiallahu ‘anha, saya
berkata: “Wahai Rasulullah, tolong nikahkan Fatimah denganku.” Beliau bersabda: “Baik, berilah dia
sesuatu (sebagai mahar).” Saya berkata: “Saya tidak memiliki sesuatu.” Beliau bersabda: “Di manakah
baju besimu yang anti pedang itu?” Saya menjawab: “Ia ada padaku.” Beliau lalu bersabda: “Berikan
padanya (Fatimah).” (Sunan An-Nasa’i, no. 3322)
Dari Samurah bin Jundab bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada empat ucapan
yang paling disukai Allah Subhanahu Wa Ta’ala: Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala
puji bagi Allah), Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah), dan Allahuakbar (Allah Maha Besar). Tidak
berdosa bagimu dengan mana saja kamu memulai.” (Sahih Muslim, no. 3985, Sunan Ibnu Majah, no.
3801, Musnad Ahmad, no. 19248)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza Wa
Jalla berfirman: “Aku bersama hamba-Ku apabila dia berzikir kepada-Ku, dan selama mana kedua
bibirnya bergerak menyebut nama-Ku.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3782, Musnad Ahmad, no. 10545)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menyatakan dirinya
bermimpi padahal tidak (mimpi), dia (akan) dipaksa untuk menyatukan dua biji gandum dan dia tak akan
mampu melakukannya, dan barangsiapa mencuri dengar pembicaraan suatu kaum padahal mereka tidak
menyukai atau telah menyingkir untuk menghindarinya, maka telinganya akan dialiri cairan tembaga pada
hari kiamat, dan barangsiapa menggambar dia akan disiksa dan dipaksa untuk menghidupkannya
padahal dia tidak mampu.” (Sahih Bukhari, no. 6520)
Dari Abu Dzar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap pagi setiap persendian kalian
ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah
sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahi mungkar sedekah, dan semuanya itu boleh
digantikan dengan dua rakaat dhuha.” (Sahih Muslim, no. 1181)
Dari Ibnu Abbas bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Permisalan orang yang mengambil
kembali sedekahnya, seperti seekor anjing yang muntah kemudian ia menjilat dan memakan kembali
muntahannya.” (Sahih Muslim, no. 3048, no. 3049, Sunan An-Nasa’i, no. 3633, no. 3634, Sunan Ibnu
Majah, no. 2375, no. 2382, Musnad Ahmad, no. 3099)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menancapkan kayu di hadapan beliau
kemudian menancapkan yang lain di sampingnya, lalu menancapkan yang lainnya agak menjauh,
kemudian beliau bersabda: “Apakah kalian tahu ini?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu.” Beliau bersabda: “Ini adalah manusia dan ini ajalnya, sedang yang ini adalah angan-angannya, dia
ingin mengambil angan-angannya, sedangkan ajalnya menariknya ketika hampir mendapatkan angan-
angannya.” (Musnad Ahmad, no. 10708)
Dari Abu Darda’ bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah ‘Azza Wajalla telah
memberi keluasan kepada setiap hamba atas lima perkara, iaitu, ajalnya, rezekinya, umurnya dan nasib
baik dan buruknya.” (Musnad Ahmad, no. 20729)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pandangan mata adalah panah beracun dari antara
panah-panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya kerana takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan
keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya.” (Riwayat Al Hakim)
Dari Ali radhiallahu ‘anhu menuturkan: “Kami tidak mempunyai kitab yang kami baca kecuali kitabullah
dan lembaran ini yang tertulis: “Kota Madinah adalah haram (suci), yakni daerah antara ‘Air dan Tsaur.
Maka barangsiapa yang berbuat kejahatan di dalamnya, atau berniat hendak melakukan kejahatan di
dalamnya, nescaya laknat Allah, para Malaikat dan laknat seluruh manusia akan tertimpa kepadanya.
Allah tidak akan menerima darinya pada hari kiamat amalan wajib atau pun amalan sunnahnya. Dan
barangisapa yang berwali tanpa izin walinya, maka laknat Allah, para Malaikat dan laknat seluruh
manusia akan tertimpa kepadanya, tidak akan diterima darinya pada hari kiamat amalan wajib atau pun
amalan sunnahnya.” (Sahih Bukhari, no. 6258, Sahih Muslim, no. 2433, Sunan At-Tirmidzi, no. 2053,
hasan sahih)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang
mengelisahkan, iaitu tentang seorang wanita suku Al-Makhzum yang mencuri lalu mereka berkata:
“Siapa yang mahu merundingkan masalah ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”
Sebahagian mereka berkata: “Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang
kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka Usamah menyampaikan masalah tersebut,
lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah kamu meminta keringanan atas
pelanggaran terhadap hukum Allah?” Kemudian beliau berdiri menyampaikan khutbah lalu bersabda:
“Sesunguhnya orang-orang sebelum kalian menjadi binasa kerana apabila ada orang dari kalangan
terhormat mereka mencuri, mereka membiarkannya, sebaliknya apabila ada orang dari kalangan rendah
mereka mencuri, mereka menegakkan saksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fatimah binti
Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya.” (Sahih Bukhari, no. 3453, no. 3216, Sahih Muslim,
no. 3196, Sunan At-Tirmidzi, no. 1350, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 4813, no. 4816, Musnad
Ahmad, no. 24134, Sunan Ad-Darimi, no. 2200)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Kekasihku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah
berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal
dunia, iaitu puasa tiga hari pada setiap bulan, solat Dhuha dan tidur dengan solat witir terlebih dahulu.”
(Sahih Bukhari, no. 1107, Sahih Muslim, no. 1182, Sunan Abu Daud, no. 1221, Sunan An-Nasa’i, no.
1659, Musnad Ahmad, no. 9884)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bagaimana pendapat kalian
seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap
hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya?” Para sahabat
menjawab: “Tidak akan ada yang tersisa sedikit pun kotoran padanya.” Lalu beliau bersabda: “Seperti itu
pula dengan solat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan.” (Sahih Bukhari, no.
497, Sahih Muslim, no. 1071, Sunan At-Tirmidzi, no. 2794, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 458,
Sunan Ad-Darimi, no. 1160)
Dari Abu Mas’ud bahawa ada seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak ikut solat
subuh berjemaaah disebabkan fulan yang memanjangkan bacaan ketika solat bersama kami.” Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah, dan aku belum pernah melihat beliau marah sebelumnya
melebihi marahnya pada hari itu. Kemudian beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, sungguh di
antara kalian ada orang yang menyebabkan orang lain berlari memisahkan diri (dari jemaah). Maka
barangsiapa memimpin solat bersama orang banyak hendaklah dia melaksanakannya dengan ringan.
Kerana di belakang dia ada orang yang lemah, orang tua yang lanjut usia dan orang yang punya
keperluan.” (Sahih Bukhari, no. 663, no. 5645, Sahih Muslim, no. 713, Musnad Ahmad, no. 16460, Sunan
Ad-Darimi, no. 1231)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dia berkata: “Ada dua orang mengadakan perjalanan jauh, lalu waktu solat tiba
sementara mereka tidak mempunyai air, maka keduanya bertayammum dengan menggunakan (debu)
tanah yang bersih dan keduanya solat. Kemudian keduanya mendapatkan air dalam masa waktu solat
tersebut, maka salah seorang dari keduanya mengulangi solat dengan berwudhu’ dan yang lainnya tidak,
kemudian keduanya mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengisahkan perjalanan
mereka, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada yang tidak mengulang solat:
“Kamu telah melaksanakan sunnah dan solat kamu sempurna (tidak perlu diulang)”, dan beliau bersabda
kepada yang berwudhu’ dan mengulangi solat: “Kamu mendapatkan pahala dua kali.” (Sunan Abu Daud,
no. 286, Sunan An-Nasa’i, no. 430, Sunan Ad-Darimi, no. 737)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba
meninggal dunia, lalu dia mendapatkan kebaikan di sisi Allah, dan dia merasa senang jika (dapat)
kembali ke dunia, padahal dia telah memiliki sesutu yang lebih baik dari dunia dan seisinya selain orang
yang mati syahid. Hal itu kerana dia merasakan akan keutamaan syahid hingga dia ingin kembali ke
dunia hingga dia terbunuh lagi.” (Sahih Bukhari, no. 2586, Sunan At-Tirmidzi, no. 1567, hasan sahih,
Musnad Ahmad, no. 11825)
Dari Abdullah bin Umar dia berkata: “Orang-orang fakir Muhajirin mengadu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam atas kurnia Allah yang diberikan kepada orang-orang kaya, beliau bersabda: “Wahai
orang-orang miskin, mahukah aku beri khabar gembira kepada kalian? Sesungguhnya orang-orang fakir
miskin dari kaum Mukminin akan masuk syurga sebelum orang-orang kaya dengan jarak setengah hari
yang setara dengan lima ratus tahun.” Kemudian Musa (perawi) membaca ayat ini: ‘Sesungguhnya
sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu (Al Hajj: 47)’.” (Sunan Ibnu Majah,
no. 4114)
Dari Abu Sa’id Al Khudri dia berkata: “Cintailah oleh kalian kaum fakir miskin kerana sesungguhnya aku
pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam doanya: “Ya Allah, wahai
Rabbku, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikan aku dalam keadaan miskin serta
kumpulkan aku dalam keadaan miskin.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4116)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Seburuk-buruk jamuan adalah jamuan walimah yang
diundang hanya orang-orang kaya, sementara orang-orang miskin tidak diundang. Siapa yang tidak
memenuhi undangan maka sungguh dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi
wasallam.” (Sahih Bukhari, no. 4779, Sunan Abu Daud, no. 3251, Sunan Ibnu Majah, no. 1903, Musnad
Ahmad, no. 6978, Sunan Ad-Darimi, no. 1977)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang memberi kecukupan
kepada para janda dan orang-orang miskin, maka dia seperti halnya seorang mujahid di jalan Allah atau
seorang yang berdiri menunaikan qiamullail dan berpuasa di siang harinya.” (Sahih Bukhari, no. 4934,
Sunan Ibnu Majah, no. 2131, Musnad Ahmad, no. 8377)
Dari Sahl bin Sa’d As Sa’idi, dia berkata: “Seorang laki-laki melintasi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa pendapat kalian dengan laki-laki ini?”
Mereka menjawab: “Pendapat kami bahawa dia dari golongan bangsawan, apabila meminang pasti akan
diterima, dan bila diminta bantuan pasti akan membantu, dan jika berkata pasti perkataannya akan
didengar.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diam. Beberapa saat kemudian lalu pula seorang laki-laki di
hadapan beliau, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apa pendapat kalian dengan orang ini?”
Mereka menjawab: “Menurut kami, demi Allah, wahai Rasulullah, orang ini adalah orang termiskin dari
kalangan kaum Muslimin, apabila dia meminang pasti pinangannya akan ditolak, jika diminta pertolongan
dia tidak dapat menolong, dan apabila berkata maka perkataannya tidak akan didengar.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, orang ini (orang yang terlihat miskin) lebih
baik dari dunia dan seisinya daripada orang yang ini (iaitu orang yang kelihatan bangsawan).” (Sunan
Ibnu Majah, no. 4110)
Dari Abu Umamah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang
aku paling merasa iri hati kepadanya adalah orang Mukmin yang miskin, gemar mendirikan solat,
beribadah kepada Rabbnya dengan baik, tidak dikenal orang, selalu merasa cukup dengan rezeki (yang
telah di berikan), selalu bersabar, kematiannya dipercepat, warisannya sedikit dan tidak banyak orang
yang menangisi saat kematiannya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4107, Musnad Ahmad, no. 21146, no.
21173)
Dari Utbah bin Uwaim bin Sa’idah Al Anshari bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Hendaklah kalian memilih (gadis) yang masih perawan. Sungguh, mulut mereka lebih segar, rahimnya
lebih luas (banyak anak), dan lebih menerima dengan yang sedikit.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1851)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Zat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, tidaklah kalian akan masuk syurga sehingga kalian beriman, dan tidaklah kalian
beriman sampai kalian saling mencintai. Mahukah aku tunjukkan kepada kalian suatu amalan jika kalian
mengerjakannya, nescaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (Sunan
Abu Daud, no. 4519, Sunan Ibnu Majah, no. 3682, Musnad Ahmad, no. 9332)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melalui sebahagian kota Madinah dan
terlihat gadis-gadis yang sedang menabuh rebana sambil bernyanyi dan bersenandung: ‘Kami gadis-
gadis Bani Najjar, alangkah indahnya punya tetangga (seperti) Muhammad’.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Allah mengetahui, sungguh aku mencintai mereka.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1889)
Daripada Ibnu Abbas, bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai
Rasulullah, aku ada memelihara seorang anak yatim perempuan. Dia dilamar oleh orang kaya dan orang
miskin. Kami suka kalau dia memilih yang kaya, tetapi dia cinta kepada yang miskin.” Maka berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Aku tidak melihat perkara yang sesuai bagi orang yang saling
menyintai itu kecuali nikah.” (Riwayat At-Thabrani, Al-Hakim; sahih mengikut syarat Muslim dan Baihaqi)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya orang Mukmin
mengetahui siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala, nescaya tidak ada seorang Mukmin pun yang tamak akan
syurga-Nya. Dan seandainya orang kafir itu mengetahui rahmat Allah, maka nescaya tidak ada seorang
kafir pun yang berputus asa untuk mengharapkan syurga-Nya.” (Sahih Muslim, no. 4948, Sunan At-
Tirmidzi, no. 3465, hasan, Musnad Ahmad, no. 8063)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang
wanita masuk neraka disebabkan mengikat seekor kucing hingga mati. Dia tidak memberinya makan dan
tidak melepaskannya agar dapat memakan serangga tanah.” (Sahih Bukhari, no. 3071, Sahih Muslim, no.
4951, Sunan Ibnu Majah, no. 4246, Musnad Ahmad, no. 7328)
Dari Sahl bin Sa’d As Sa’idi, dia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam seraya berkata: “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku
kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Berlakulah zuhud dalam urusan dunia nescaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu
terhadap apa yang dimiliki orang lain nescaya kamu akan dicintai orang-orang.” (Sunan Ibnu Majah, no.
4092)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia adalah orang yang jujur lagi
dibenarkan, bersabda: “Sesungguhnya setiap orang dari kalian dikumpulkan dalam penciptaannya ketika
berada di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (nutfah), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal
darah) selama itu pula kemudian menjadi mudghah (segumpal daging), selama itu pula. Kemudian Allah
mengirim malaikat yang diperintahkan empat ketetapan dan dikatakan kepadanya: “Tulislah amalnya,
rezekinya, ajalnya, sengsara dan bahagianya”, lalu ditiupkan roh kepadanya. Dan sungguh seseorang
dari kalian akan ada yang beramal dengan amalan ahli syurga hingga tidak ada jarak antara dirinya
dengan syurga kecuali sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan takdir) hingga dia
beramal dengan amalan penghuni neraka maka dimasukkan ke dalam neraka. Dan ada juga seseorang
yang beramal dengan amalan ahli neraka hingga tidak ada jarak antara dirinya dengan neraka kecuali
sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan takdir) hingga dia beramal dengan amalan
penghuni syurga maka dia dimasukkan ke dalam syurga.” (Sahih Bukhari, no. 2969, no. 3085, no. 6105,
Sahih Muslim, no. 4781, Sunan Abu Daud, no. 4085, Sunan At-Tirmidzi, no. 2063, hasan sahih, Sunan
Ibnu Majah, no. 73, Musnad Ahmad, no. 3441)
Dari Ikrimah bahawa Ali radliallahu ‘anhu membakar orang-orang yang keluar dari Islam, lalu berita itu
sampai kepada Ibnu Abbas maka dia berkata: “Seandainya aku ada, tentu aku tidak akan membakar
mereka kerana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Janganlah kalian menyiksa dengan
siksaan Allah (dengan api).” Dan aku hanya akan membunuh mereka sebagaimana Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam telah bersabda: “Siapa yang mengganti agamanya maka bunuhah dia.” (Sahih Bukhari,
no. 2794, no. 6411, Musnad Ahmad, no. 1775, no. 2420)
Dari Abu Musa bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan
sahabat yang baik dan sahabat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang besi.
Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wangiannya kepada kamu atau kadang kala
kamu membeli sebahagiannya atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu.
Sementara tukang besi adakalanya dia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan terhidu baunya
yang busuk.” (Sahih Bukhari, no. 1959, Sahih Muslim, no. 4762)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pimpinlah orang yang
sedang berada di penghujung ajalnya agar membaca (kalimah) ‘Laa ilaaha illallah’.” (Sahih Muslim, no.
1523, no. 1524, Sunan Abu Daud, no. 2710, Sunan An-Nasa’i, no. 1803, Sunan Ibnu Majah, no. 1434,
Musnad Ahmad, no. 10570)
Dari Ubadah bin Samit bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ikutilah semua
ajaranku, ikutilah semua ajaranku. Sungguh, Allah telah menetapkan hukuman bagi mereka (yang
berzina), pemuda dengan gadis hukumannya adalah sebat seratus kali dan diasingkan selama setahun,
sedangkan laki-laki dan wanita yang sudah menikah hukumannya adalah sebat seratus kali dan direjam
dengan batu (sampai mati).” (Sahih Muslim, no. 3199, no. 3200, Sunan At-Tirmidzi, no. hasan sahih,
Sunan Ibnu Majah, no. 2540, Sunan Ad-Darimi, no. 2224)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara tanda-tanda
(hampir) terjadinya hari Kiamat iaitu diangkatnya ilmu, kebodohan bermaharajalela, banyaknya orang
yang meminum minuman keras, dan zina dilakukan dengan terang-terangan.” (Sahih Bukhari, no. 78,
Sahih Muslim, no. 4824, Musnad Ahmad, no. 12069)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga
kaum Muslimin memerangi Yahudi lalu kaum Muslimin membunuh mereka hingga orang Yahudi
bersembunyi dibalik batu dan pohon, lalu batu atau pohon berkata: ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini
orang Yahudi dibelakangku, kemarilah, bunuhlah dia’, kecuali pohon Gharqad, ia adalah pohon Yahudi.”
(Sahih Muslim, no. 5203, Musnad Ahmad, no. 9029)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak
akan datang hari Kiamat hingga kalian memerangi orang-orang Yahudi hingga batu yang disebaliknya
bersembunyi seorang Yahudi akan berkata: “Wahai Muslim, ini Yahudi di belakangku bunuhlah dia.”
(Sahih Bukhari, no. 2709, Musnad Ahmad, no. 10437)
Dari Ali bin Abi Talib, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengirim suatu
pasukan dan mengangkat seorang laki-laki menjadi komandannya. Kemudian dia (komandan)
menyalakan api (unggun) seraya berkata: “Masuklah kalian ke dalam api tersebut.” Maka sebahagian
anak buahnya hendak masuk ke dalam api tersebut, sedangkan sebahagian anak buahnya yang lain
mengatakan: “Kita harus menjauhi api tersebut.” Kemudian peristiwa tersebut dilaporkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas beliau bersabda kepada orang-orang yang hendak
melompat ke dalam api tersebut: “Sekiranya kalian masuk ke dalam api tersebut, maka kalian akan
sentiasa di dalamnya hingga hari Kiamat.” Kemudian beliau berkata pula kepada yang lain dengan lemah
lembut, sabdanya: “Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah, hanya saja ketaatan itu di
dalam kebajikan.” (Sahih Bukhari, no. 6716, Sahih Muslim, no. 3424, Sunan An-Nasa’i, no. 4134)
Dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutusku. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada
persaksian bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan bahawa aku adalah
utusan Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukan kepada mereka bahawa
Allah telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu pada setiap siang dan malam. Jika mereka
mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukan kepada mereka bahawa Allah telah mewajibkan kepada
mereka sedekah yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibahagikan kepada orang-orang fakir di
antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka kamu jauhilah mengambil (zakat) dari
harta kesayangan mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yang dizalimi, kerana tidak ada
penghalang (hijab) antara dia dan Allah.” (Sahih Bukhari, no. 1401, no. 4000, Sahih Muslim, no. 27,
Sunan Abu Daud, no. 1351, Sunan At-Tirmidzi, no. 567, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 2475, Sunan
Ibnu Majah, no. 1773, Musnad Ahmad, no. 1967, Sunan Ad-Darimi, no. 1563)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kalian
menghindari tujuh dosa yang membinasakan.” Dikatakan kepada beliau: “Apakah tujuh dosa itu wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah
kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan
menuduh wanita Mukminah berbuat zina.” (Sahih Bukhari, no. 2560, no. 6351, Sahih Muslim, no. 129,
Sunan Abu Daud, no. 2490, Sunan An-Nasa’i, no. 3611)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Aku bertanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Dosa
apakah yang paling besar di sisi Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Kamu
menyekutukan Allah (syirik), sedangkan Dialah yang menciptakanmu.” Aku berkata: “Sesungguhnya
dosa demikian memanglah besar. Kemudian apa lagi?” Beliau bersabda: “Kamu membunuh anakmu
kerana khuatir (tidak cukup rezeki) apabila dia makan bersamamu.” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa
lagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu berzina dengan isteri tetanggamu.” (Sahih
Bukhari, no. 4117, Sahih Muslim, no. 124, Sunan Abu Daud, no. 1966, Sunan At-Tirmidzi, no. 3106,
hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 3949, Musnad Ahmad, no. 3893)
Dari Jundub bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
beramal kerana sum’ah (ingin didengar), maka Allah menjadikannya dikenal suka bersum’ah pada hari
kiamat, dan barangsiapa menyusahkan (manusia), maka Allah juga akan menyusahkannya pada hari
kiamat.” (Sahih Bukhari, no. 6619)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang membantu para
janda dan orang-orang miskin seperti orang yang berjihad dijalan Allah, seperti orang yang solat malam
dan seperti orang puasa siang harinya.” (Sahih Bukhari, no. 4934, no. 5547, Sahih Muslim, no. 5295,
Sunan At-Tirmidzi, no. 1892, hasan gharib sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 2131, Musnad Ahmad, no.
8377)
Dari Abu Musa bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perumpamaan agama yang aku
diutus oleh Allah ‘Azza Wajalla dengannya, iaitu berupa petunjuk dan ilmu ialah bagaikan hujan yang
jatuh ke bumi. Di antaranya ada yang jatuh ke tanah subur yang dapat menyerap air, maka tumbuhlah
padang rumput yang subur. Di antaranya pula ada yang jatuh ke tanah keras sehingga air bertakung
kerananya. Lalu air itu dimanfaatkan orang banyak untuk minum, menyiram kebun dan berternak. Dan
ada pula yang jatuh ke tanah tandus, tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan. Seperti itulah perumpamaan orang yang mempelajari agama Allah dan mengambil manfaat
dari padanya, belajar dan mengajarkan, dan perumpamaan orang yang tidak mahu tahu dan tidak
menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.” (Sahih Bukhari, no. 77, Sahih Muslim, no. 4232,
Musnad Ahmad, no. 18752)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah meminang wanita
yang telah dipinang saudaranya, dan janganlah menawar barang yang telah ditawar oleh saudaranya,
dan janganlah wanita dipoligami dengan makciknya (baik dari saudara ayah atau ibu), dan janganlah
seorang isteri meminta suaminya supaya menceraikan madunya agar segala keperluannya dipenuhi,
akan tetapi biarkanlah suami menikah (sesuai dengan kemampuannya), kerana Allah telah menentukan
bahagiannya sang isteri.” (Sahih Bukhari, no. 6111, Sahih Muslim, no. 2519, Sunan Abu Daud, no. 1861,
Muwatha’ Malik, no. 1399)
Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa Al Haula` binti Tuwait bin Habib bin Asad bin
Abdul ‘Uzza melaluinya, sementara di sisinya ada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah pun
berkata: “Wanita ini adalah Al Haula` binti Tuwait, orang-orang menganggap bahawa dia tidak pernah
tidur malam.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Benarkah dia tidak tidur malam?
Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, kerana demi Allah, Allah tidak akan bosan
hingga kalian sendiri yang bosan.” (Sahih Bukhari, no. 1308, Sahih Muslim, no. 1307, Musnad Ahmad,
no. 24451)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ababila salah
seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan ‘ ‫لِل‬ ِ ‫ ْال َح ْم ُد ِ ه‬Alhamdulillah’ sedangkan saudaranya
atau temannya hendaklah mengucapkan ‘ُ‫َّللا‬ ‫ يَ ْر َح ُمك ه‬Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)’, dan
hendaknya dia membalas ‘‫ص ِل ُح بَالَ ُك ْم‬ ‫ َي ْهدِي ُك ْم ه‬Yahdikumullah wa yuslihu baalakum (semoga Allah
ْ ُ‫َّللاُ َوي‬
memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu)’.” (Sahih Bukhari, no. 5756, Sunan Abu Daud, no. 4377,
Sunan At-Tirmidzi, no. 2665, Sunan Ibnu Majah, no. 3705, Musnad Ahmad, no. 925)
Dari Sulaiman bin Shurad, dia berkata: “Aku sedang duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan ada dua orang yang sedang saling mencaci. Satu di antara mereka wajahnya telah merah dan urat
lehernya menegang. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh aku mengetahui satu
kalimah yang bila diucapkan akan hilang apa yang sedang dialaminya (iaitu) “A’uudzu billahi minasy
syaitaannir rajiim (aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk)”. Lalu orang-orang
mengatakan kepada orang itu: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata berlindunglah
kamu kepada Allah dari syaitan.” Orang itu berkata: “Apakah kamu menganggap aku sudah gila?” (Sahih
Bukhari, no. 5650, Sahih Muslim, no. 4726)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap ruas tulang pada
manusia wajib atasnya sedekah pada setiap hari terbitnya matahari. Iaitu seperti mendamaikan dua
orang yang berselisih, adalah sedekah. Menolong orang yang menaiki kenderaan, atau menolong
mengangkatkan barangnya ke atas kenderaan, itu pun termasuk sedekah. Ucapan atau tutur kata yang
baik, juga sedekah. Setiap langkah kaki yang kalian ayunkan untuk menunaikan solat, juga sedekah. Dan
menyingkirkan sesuatu yang membahayakan atau menghalang di jalanan, adalah sedekah.” (Sahih
Bukhari, no. 2767, Sahih Muslim, no. 1677, Musnad Ahmad, no. 7836)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kewajiban seorang muslim
terhadap sesama muslim ada lima: Menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi
undangan, mengunjungi yang sakit dan ikut menghantar jenazah.” (Sahih Bukhari, no. 1164, Sahih
Muslim, no. 4022, Sunan Abu Daud, no. 4375, Sunan Ibnu Majah, no. 1425, Musnad Ahmad, no. 8047)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekiranya
anak Adam memiliki harta sebanyak dua lembah, nescaya dia akan mengharapkan untuk mendapatkan
lembah yang ketiga. Tidak ada yang dapat mengisi perutnya sampai penuh melainkan hanya tanah
(maut). Dan Allah menerima taubat orang yang telah bertaubat kepada-Nya.” (Sahih Bukhari, no. 5956,
Sahih Muslim, no. 1737, Musnad Ahmad, no. 11781, Sunan Ad-Darimi, no. 2659)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Ketika kami sedang duduk bermajlis bersama Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki lalu berkata: “Wahai Rasulullah, binasalah
aku.” Beliau bertanya: “Ada apa denganmu?” Orang itu menjawab: “Aku telah bersetubuh dengan isteriku
sedangkan aku sedang berpuasa.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apakah kamu
memiliki hamba yang kamu boleh membebaskannya?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Lalu beliau bertanya
lagi: “Apakah kamu sanggup bila harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut?” Orang itu menjawab:
“Tidak.” Lalu beliau bertanya lagi: “Apakah kamu memiliki makanan untuk diberikan kepada enam puluh
orang miskin?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Sejenak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terdiam. Ketika
kami masih dalam keadaan tadi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diberikan sebakul kurma, lalu beliau
bertanya: “Mana orang yang bertanya tadi?” Orang itu menjawab: “Aku.” Maka beliau berkata: “Ambillah
kurma ini lalu bersedekahlah dengannya.” Orang itu berkata: “Apakah ada orang yang lebih fakir dariku
wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada keluarga yang tinggal di antara dua perbatasan (gurun pasir)
yang lebih fakir daripada keluargaku.” Mendengar itu maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa
hingga nampak gigi taring beliau. Kemudian beliau berkata: “Kalau begitu berilah makan keluargamu
dengan kurma ini.” (Sahih Bukhari, no. 1800)
Dari Ibnu Abbas dia berkata: “Ketika malaikat Jibril sedang duduk di samping Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tiba-tiba dia mendengar suara pintu dibuka dari arah atas kepalanya. Lalu malaikat Jibril
berkata: “Itu adalah suara salah satu pintu langit yang dibuka, sebelumnya ia belum pernah dibuka sama
sekali kecuali pada hari ini.” Lalu keluarlah daripadanya malaikat. Jibril berkata: “Ini adalah malaikat yang
hendak turun ke bumi, sebelumnya dia belum pernah turun ke bumi sama sekali kecuali pada hari ini
saja.” Lalu dia (malaikat) memberi salam dan berkata: “Bergembiralah atas dua cahaya yang diberikan
kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelummu, iaitu pembuka Al-Kitab
(surah Al-Fatihah) dan penutup surah Al-Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari kedua surah
itu kecuali pasti akan diberikan kepadamu.” (Sahih Muslim, no. 1339, Sunan An-Nasa’i, no. 903)
Dari Athiyyah bin Urwah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang hamba tidak
akan sampai pada darjat orang orang Muttaqin (orang yang bertakwa) sehingga dia meninggalkan
sesuatu yang boleh (mubah) dilakukannya kerana berhati-hati dari hal-hal yang dilarang.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 2375, hasan gharib, Sunan Ibnu Majah, 4205)
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melalui
halaqah para sahabatnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Majlis apa ini?” Mereka
menjawab: “Kami duduk untuk berzikir kepada Allah dan memuji-Nya atas hidayah-Nya berupa Islam dan
anugerah-Nya kepada kami.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: “Demi Allah, apakah
kalian duduk di sini hanya untuk ini?” Mereka menjawab: “Demi Allah, kami duduk-duduk di sini hanya
untuk ini.” Kata Rasulullah selanjutnya: “Sungguh aku menyuruh kalian bersumpah bukan kerana
mencurigai kalian. Tetapi kerana aku pernah didatangi Jibril ‘alaihissalam. Kemudian dia memberitahu
padaku bahawasanya Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat.” (Sahih
Muslim, no. 4869, Sunan An-Nasa’i, no. 5331)
Dari Abu Usaid, yakni Malik bin Rabi’ah As Sa’idi dia berkata: “Ketika kami sedang bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada beliau. Laki-
laki itu bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah masih ada ruang untuk aku berbuat baik kepada kedua
orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?” Beliau menjawab: “Ya. Mendoakan dan memintakan
ampunan untuk keduanya, melaksanakan wasiatnya, menyambung jalinan silaturahim mereka dan
memuliakan sahabat mereka.” (Sunan Abu Daud, no. 4476, Sunan Ibnu Majah, no. 3654, Musnad
Ahmad, no. 15479)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang
hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka akan timbul titik hitam dalam hatinya dan apabila dia
meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila dia kembali
maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan ‘Ar-raan’
yang Allah sebutkan: ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
(dosa) menutupi hati mereka (Al-Mutaffifin:14)’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3257, hasan sahih, Sunan Ibnu
Majah, no. 4234, Musnad Ahmad, no. 7611)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang laki-laki
berzina maka keimanan yang ada pada dirinya keluar seperti perginya awan, jika telah bertaubat maka
keimanan tersebut kembali kepadanya.” (Sunan Abu Daud, no. 4070)
Dari Abu Musa dia berkata: “Kami pernah menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu
perjalanan. Tiba-tiba, ada beberapa orang sahabat bertakbir dengan suara kuat. Mendengar suara takbir
yang kuat itu, Rasulullah pun berkata: “Saudara-saudara sekalian, rendahkanlah suara kalian!
Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Zat yang pekak dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Tuhan
yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. Dia selalu beserta kalian.” Abu Musa berkata: “Pada saat itu
saya sedang berada di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil membaca: ‘Laa haula wa
laa quwwata illa billaah (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah)’. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hai Abdullah bin Qais (Abu Musa), inginkah aku tunjukkan
kepadamu salah satu perbendaharaan syurga?” Saya menjawab: “Tentu ya Rasulullah.” Rasulullah
bersabda: “Ucapkanlah ‘Laa haula wala quwwata illaa billaah’.” (Sahih Bukhari, no. 3883, no. 5905, Sahih
Muslim, no. 4873, Sunan Abu Daud, no. 1305, Musnad Ahmad, no. 18774, no. 18818)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ubbay bin Ka’ab:
“Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku untuk membacakan Al Quran kepadamu.” Ubbay
bin Ka’ab bertanya: “Apakah Allah menyebut namaku pada anda?” Beliau menjawab: “Ya.” Ubbay
berkata: “Sungguh benarkah, namaku telah disebut di sisi Rabb semesta alam?” Beliau menjawab: “Ya.”
Lalu, kedua matanya pun menitiskan air.” (Sahih Bukhari, no. 4579, Sahih Muslim, no. 4509, Musnad
Ahmad, no. 12809)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
mengada-ngada sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami, padahal kami tidak diperintahkan, maka
hal itu tertolak.” (Sahih Bukhari, no. 2499, Sahih Muslim, no. 3242, no. 3243, Sunan Abu Daud, no. 3990,
Sunan Ibnu Majah, no. 14, Musnad Ahmad, no. 24840)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa yang telah aku larang
untukmu maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan kepadamu, maka kerjakanlah dengan sekuat
tenaga kalian. Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa kerana mereka banyak bertanya, dan sering
berselisih dengan para Nabi mereka.” (Sahih Bukhari, no. 6744, Sahih Muslim, no. 4348, Sunan Ibnu
Majah, no. 2, Musnad Ahmad, no. 7063)
Dari Sa’ad bin Abi Waqas, dia berkata: “Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang
dari tempat tinggi hingga saat beliau melintasi masjid Bani Mu’awiyah, beliau masuk lalu solat dua rakaat,
dan kami solat bersama beliau. Beliau berdoa lama sekali kepada Rabbnya, setelah itu beliau menemui
kami. Kemudian beliau bersabda: “Aku meminta tiga (hal) pada Rabbku, Dia mengabulkan dua (hal) dan
menolakku satu (hal). Aku meminta Rabbku agar tidak membinasakan ummatku dengan kekeringan
(kemarau), Dia mengabulkannya untukku. Aku meminta-Nya agar tidak membinasakan ummatku dengan
banjir (besar), Dia mengabulkannya untukku. Dan aku meminta-Nya agar tidak membinasakan ummatku
dengan persengketaan sesama mereka lalu Dia menolaknya.” (Sahih Muslim, no. 5145)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia sentiasa bertanya-
tanya padamu (tentang ilmu) hingga mereka bertanya: ‘Ini, Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah
yang menciptakan Allah?’ Maka barangsiapa mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka hendaklah
dia berkata: ‘Aku beriman kepada Allah’.” (Sahih Muslim, no. 190)
Dari Khuzaimah bin Tsabit bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Syaitan
mendatangi manusia lalu bertanya: ‘Siapa yang menciptakan langit?’ Mereka menjawab: ‘Allah’.
Kemudian syaitan bertanya: ‘Siapa yang menciptakan bumi?’ Mereka menjawab: ‘Allah’. Hingga syaitan
bertanya: ‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Bila salah satu di antara kalian mendapatkan hal seperti itu
maka ucapkanlah: ‘Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam’.” (Musnad
Ahmad, no. 8026, no. 20864)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika Allah telah menciptakan
bumi, bumi bergoncang, maka Allah menciptakan gunung-gunung yang dipacakkan di atasnya hingga
menjadi kukuh. Maka malaikat merasa kagum dengan penciptaan gunung, mereka kemudian bertanya:
‘Wahai Rabb, apakah ada ciptaan-Mu yang lebih hebat dari gunung?’ Allah menjawab: ‘Ya, iaitu besi!’
Lalu mereka bertanya: ‘Wahai Rabb, apakah ada ciptaan-Mu yang lebih hebat dari besi?’ Allah
menjawab: ‘Ya, iaitu api!’ Lalu mereka bertanya: ‘Wahai Rabb, apakah ada ciptaan-Mu yang lebih hebat
dari api?’ Allah menjawab: ‘Ya, iaitu air!’ Lalu mereka bertanya: ‘Wahai Rabb, apakah ada ciptaan-Mu
yang lebih hebat dari air?’ Allah menjawab: ‘Ya, iaitu angin!’ Lalu mereka bertanya: ‘Wahai Rabb, apakah
ada ciptaan-Mu yang lebih hebat dari angin?’ Allah menjawab: ‘Ya, iaitu anak Adam, jika dia bersedekah
dengan tangan kanannya hingga tangan kirinya tidak mengetahuinya’.” (Musnad Ahmad, no. 11805)
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata: “Beberapa orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang di
antaranya adalah Sa’ad sedang memakan daging. Lantas seorang isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
memanggil mereka “Hei, itu daging biawak (padang pasir)!” Maka mereka menghentikan santapannya.
Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Makanlah, kerana daging itu halal dan tidak
mengapa dimakan, dimaafkan bagi mereka yang ragu, akan tetapi daging itu bukanlah makananku.”
(Sahih Bukhari, no. 6725, Musnad Ahmad, no. 5309, no. 5936)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah diberi daging biawak,
namun beliau enggan untuk memakannya seraya bersabda: “Saya tidak tahu (mengenai daging ini),
barangkali ia adalah makhluk yang dahulu pernah Allah ubah kewujudannya (evolusi).” (Sahih Muslim,
no. 3606, Musnad Ahmad, no. 13936, no. 14535)
Dari Mu’adz bin Anas Al Juhani bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
membaca ‘Qul huwaallahu ahad’ hingga sepuluh kali, Allah membangunkan istana di syurga baginya.”
Umar bin Al-Khattab berkata: “Kalau begitu saya akan memperbanyakkan (bacaan) wahai Rasulullah!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Istana (di sisi) Allah lebih banyak dan lebih bagus.”
(Musnad Ahmad, no. 15057)
Dari Irbad bin Sariyah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saya adalah hamba
Allah, penutup para Nabi. Sesungguhnya Adam ‘alaihissalam dahulu masih tanah terbaring (di dalam
syurga) pada penciptaannya, dan akan saya beritahukan kepada kalian takwil hal itu, iaitu perihal seruan
bapaku Ibrahim (surah Al-Baqarah:128), pengkhabaran gembira Isa tentang kedatanganku (surah As-
Saff:6), mimpi ibuku yang dilihatnya nur (cahaya) keluar dari perutnya yang menerangi istana-istana di
Syam ketika melahirkanku, dan juga mimpi ibu para Nabi.” (Musnad Ahmad, no. 16525)
Dalam hadis yang panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ibuku berkata kepadaku:
‘Sesungguhnya aku telah melihat cahaya yang keluar dariku dan menerangi istana Syam’.” (Musnad
Ahmad, no. 16990)
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudri bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah
suatu kaum yang duduk berkumpul untuk mengingat Allah, kecuali mereka akan dinaungi oleh para
malaikat, dilimpahkan kepada mereka rahmat, akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah
Azza Wa Jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya. (Sahih
Muslim, no. 4868, Sunan Ibnu Majah, no. 3781, Musnad Ahmad, no. 11441)
Dari Abu Dzar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meriwayatkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang berbunyi: “Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan
perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kamu. Oleh kerana itu, janganlah kamu saling berbuat
zalim! Hai hamba-Ku, kamu semua berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk.
Oleh kerana itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, nescaya Aku akan memberikannya kepadamu! Hai
hamba-Ku, kamu semua berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh kerana
itu, mintalah makanan kepada-Ku, nescaya Aku akan memberimu makan! Hai hamba-Ku, kamu semua
adalah telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh
kerana itu, mintalah pakaian kepada-Ku, nescaya Aku akan memberimu pakaian! Hai hamba-Ku, kamu
semua sentiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni segala
dosa dan kesalahan. Oleh kerana itu, mohonlah ampunan kepada-Ku, nescaya aku akan
mengampunimu! Hai hamba-Ku, kamu semua tidak akan dapat menimpakan bahaya sedikit pun kepada-
Ku, tetapi kamu berasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu semua tidak akan dapat memberikan
manfaat sedikit pun kepada-Ku, tetapi kamu berasa dapat melakukannya. Hai hamba-Ku, seandainya
orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian serta manusia dan jin, semuanya berada
pada tingkat ketaqwaan yang paling tinggi, maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan
kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian
serta jin dan manusia semuanya berada pada tingkat kederhakaan yang paling buruk, maka hal itu
sedikit pun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang
terdahulu dan orang-orang yang kemudian serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk
memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan
mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika
dimasukkan ke dalam lautan. Hai hamba-Ku, sesungguhnya amal perbuatan kalian sentiasa akan Aku
hisab (adakan perhitungan) untuk kalian sendiri dan kemudian Aku akan berikan balasannya.
Barangsiapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan
barangsiapa yang mendapatkan selain itu (kebaikan), maka janganlah dia mencela kecuali dirinya
sendiri.” (Sahih Muslim, no. 4674)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Sesungguhnya terdapat sebuah kampung Ansar yang merupakan para
penyembah berhala hidup bersama kampung Yahudi yang merupakan ahli kitab. Dan mereka (Ansar)
memandang bahawa orang-orang Yahudi memeliki keutamaan atas mereka dalam hal ilmu. Dan mereka
mengikuti kebanyakan perbuatan orang-orang Yahudi. Pandangan ahli kitab adalah bahawa mereka
tidak menggauli isteri mereka kecuali dengan satu cara, dan hal tersebut lebih menjaga rasa malu
seorang wanita. Dan orang-orang Ansar ini mengikuti perbuatan mereka dalam hal tersebut. Sementara
orang-orang Quraisy menggauli isteri-isteri mereka dengan cara yang mereka ingkari, orang-orang
Quraisy menggauli mereka dalam keadaan menghadap dan membelakangi serta dalam keadaan
terlentang. Kemudian tatkala orang-orang Muhajirin datang ke Madinah, salah seorang di antara mereka
menikahi seorang wanita Ansar. Kemudian dia melakukan hal tersebut. Kemudian wanita Ansar tersebut
mengingkarinya dan berkata: “Sesungguhnya kami didatangi dengan satu cara, maka lakukan hal
tersebut, jika tidak maka jauhilah aku!” Hingga tersebar permasalahan mereka, dan hal tersebut sampai
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah ‘Azza Wajalla menurunkan ayat: “Isteri-
isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercucuk tanam, maka datangilah tanah tempat bercucuk
tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki” yakni dalam keadaan menghadap (saling berhadapan),
membelakangi dan terlentang, iaitu pada tempat diperolehnya anak (faraj).” (Sunan Abu Daud, no. 1849)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengucapkan selamat kepada
seseorang apabila dia menikah beliau mengucapkan: “‫ع َليْكَ َو َج َم َع َب ْينَ ُك َما فِي َخي ٍْر‬ َ ‫َّللاُ لَكَ َو َب‬
َ َ‫ارك‬ ‫اركَ ه‬
َ ‫( َب‬Semoga Allah
memberi keberkatan kepadamu dan memberi keberkatan atas pernikahan kamu, dan mengumpulkan
kalian berdua dalam kebaikan).” (Sunan Abu Daud, no. 1819, Sunan At-Tirmidzi, no. 1011, hasan sahih,
Sunan Ibnu Majah, no. 1895, Musnad Ahmad, no. 8599, Sunan Ad-Darimi, no. 2079)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah! Seorang
laki-laki bukan mahram tidak boleh bermalam di rumah perempuan janda, kecuali jika dia telah menikah,
atau ada mahramnya.” (Sahih Muslim, no. 4036)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menikah lagi
dengan wanita lain untuk memadu Khadijah, kecuali setelah Khadijah meninggal dunia.” (Sahih Muslim,
no. 4466)
Dari Ummu Salamah (isteri Nabi) bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah
seorang mukmin tertimpa musibah lalu dia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah ‘ِ ‫لِل َو ِإنها إِ َل ْي ِه‬ ِ ‫إِنها ِ ه‬
‫ِف لِي َخي ًْرا مِ ْن َها‬ ِ ‫ الله ُه هم أْ ُج ْرنِي فِي ُم‬, َ‫اجعُون‬
ْ ‫صي َبتِي َوأ َ ْخل‬ ِ ‫( َر‬Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali
kepada Allah, ya Allah berilah kami pahala kerana musibah ini dan gantikanlah bagiku dengan yang lebih
baik daripadanya)’, melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik.” Ummu Salamah berkata:
“Ketika Abu Salamah telah meninggal, maka saya pun membaca sebagaimana yang diperintahkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Allah pun menggantikannya untukku dengan yang lebih baik
darinya (Abu Salamah) iaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Sahih Muslim, no. 1526, Musnad
Ahmad, no. 25417)
Dari Ummu Salamah bahawa Rasulullah shalallhu’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang
tertimpa mushibah, maka ucapkanlah ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami
kembali. Ya Allah, kepada-Mu saya mengharap pahala pada musibahku, maka berilah aku pahala
padanya, dan gantilah untukku yang lebih baik darinya’.” Tatkala Abu Salamah meninggal, saya
membacanya. Dan setiap kali aku sampai pada kata ‘Gantilah untukku yang lebih baik darinya’, saya
berkata pada diri saya: “Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah?” Lantas aku membacanya.
Ketika telah selesai masa iddah, Abu Bakar mengutus utusannya untuk meminang saya. Tapi saya tidak
mahu menikah dengannya. Kemudian Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam mengutus Umar bin Al-
Khattab untuk meminang saya. Saya berkata: “Khabarkanlah kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bahawa saya adalah seorang wanita yang mudah cemburu, saya seorang wanita yang
mempunyai anak kecil, dan tidak ada seorang pun dari para waliku yang boleh menjadi saksi.” Lantas
Umar mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka
beliau bersabda: “Kembalilah kepadanya, dan katakan kepadanya: “Ada pun perkataanmu
‘Sesungguhnya aku adalah wanita yang mudah cemburu’ maka aku akan berdoa kepada Allah ‘Azza
Wajalla untuk menghilangkan kecemburuanmu. Ada pun perkataanmu ‘Sesungguhnya aku adalah
seorang wanita yang memiliki anak kecil’ maka akan diberi kecukupan pada anakmu. Adapun
perkataanmu ‘Sesungguhnya di antara para walimu tidak ada seorangpun yang boleh menjadi saksi’
maka tidak ada seorang pun di antara para walimu yang hadir menjadi saksi atau pun tidak hadir akan
mebenci hal itu.” (Musnad Ahmad, no. 25474)
Dari Ummu Al Fadhal, dia berkata: “Seorang Arab Badwi datang kepada Nabiyullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, ketika itu beliau berada di rumahku, orang itu berkata: “Wahai Nabiyullah, sesungguhnya saya
mempunyai isteri kemudian saya menikah lagi, saya mengira bahawa isteriku yang pertama pernah
menyusui isteriku yang kedua dengan satu kali atau dua kali hisapan.” Maka Nabiyullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidak menjadikan mahram kalau hanya sekali atau dua kali hisapan.” (Sahih
Muslim, no. 2629, Sunan Ad-Darimi, no. 2152)
Dari Abu Bakar bin Abdurrahman, dia berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikah
dengan Ummu Salamah, beliau masuk menemuinya, tatkala beliau hendak keluar, baju beliau di tarik
olehnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kamu kehendaki, maka saya akan
menambah malam pengantinmu, namun saya juga harus memperhitungkannya, untuk gadis tujuh hari
sedangkan untuk janda tiga hari.” (Sahih Muslim, no. 2652)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Tidak ada seorang wanita yang lebih saya sukai sebagai
contoh teladan selain Saudah binti Zam’ah, iaitu seorang yang berfikiran tajam. Tatkala Saudah sudah
agak tua, dia memberikan hari gilirannya di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada saya,
dia (Saudah) berkata: Wahai Rasulullah, hari giliranku saya berikan kepada Aisyah.” Kerana itu giliran
saya bersama beliau menjadi dua hari iaitu harinya saya dan harinya Saudah.” (Sahih Muslim, no. 2657)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata; “Isteri Sa’ad bin Rabi datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan membawa kedua anak perempuannnya, lalu berkata: “Wahai Rasulullah! Ini dua anak
perempuan dari Sa’ad. Dia terbunuh ketika perang Uhud bersamamu. Sesungguhnya pakciknya telah
mengambil seluruh peninggalan ayah mereka. Padahal seorang wanita yang menikah pasti memiliki
harta.” Rasulullah terdiam sampai ayat tentang warisan diturunkan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memanggil saudara laki-laki dari Sa’ad bin Rabi, lalu berkata: “Berikanlah dua pertiga dari harta
Sa’ad untuk kedua anak perempuannya, seperlapan untuk isterinya dan bakinya untukmu.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 2711)
Dari Ma’qil bin Yasar, dia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi sallam lalu
berkata: “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang mempunyai keturunan yang baik dan
cantik, akan tetapi dia mandul, apakah aku boleh menikahinya?” Beliau menjawab: “Tidak.” Kemudian dia
datang lagi kedua kalinya dan beliau melarangnya, kemudian dia datang ketiga kalinya lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nikahlah wanita-wanita yang penyayang dan subur (banyak
keturunan), kerana aku akan berbangga kepada umat yang lain dengan banyaknya kalian.” (Sunan Abu
Daud, no. 1754, Sunan An-Nasa’i, no. 3175)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan untuk menikah
dan melarang keras untuk membujang, beliau bersabda: “Menikahlah dengan wanita yang penyayang
dan subur, sesungguhnya saya akan berbangga dengan kalian yang berjumlah banyak di hadapan para
Nabi pada hari kiamat.” (Musnad Ahmad, no. 12152, no. 13080, Ibnu Hibban)
Dari Sahal bin Sa’ad, dia berkata: “Seorang wanita datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu
beliau bersabda: “Siapa yang ingin menikah dengannya?” Seorang laki-laki kemudian berkata: “Saya.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Berilah dia (mahar) meskipun hanya cincin
dari besi.” Laki-laki itu berkata: “Aku tidak punyainya.” Beliau bersabda: “Aku nikahkah kamu dengan apa
yang kamu hafal dari Al-Quran.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1879)
Dari Sa’id bin Jubair, dia berkata: “Ibnu Abbas pernah bertanya kepadaku: “Apakah kamu sudah
menikah?” Aku menjawab: “Belum.” Dia kemudian berkata: “Menikahlah, kerana orang yang terbaik dari
ummat ini adalah seorang yang paling banyak isterinya.” (Sahih Bukhari, no. 4681, Musnad Ahmad, no.
1944, no. 2070)
Dari Anas bin Malik bahawa sekelompok orang dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya kepada isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai amalan beliau yang tersembunyi.
Setelah itu sebahagian dari mereka pun berkata: “Saya tidak akan menikah.” Kemudian sebahagian lagi
berkata: “Aku tidak akan makan daging (berpuasa berterusan).” Dan sebahagian lain lagi berkata: “Aku
tidak akan tidur di atas tempat tidurku.” Mendengar ucapan-ucapan itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda: “Ada apa dengan mereka? Mereka
berkata begini dan begitu, padahal aku sendiri solat dan juga tidur, berpuasa dan juga berbuka, dan aku
juga menikahi wanita. Maka siapa yang saja yang membenci sunnahku, bererti dia bukan dari
golonganku.” (Sahih Muslim, no. 2487, Sunan An-Nasa’i, no. 3165, Musnad Ahmad, no. 13045)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak lama lagi Sungai
Eufrat (Furat) tersingkap perbendaharaan-perbendaharaan emasnya, maka barangsiapa mendatanginya,
jangan dia mengambilnya sedikit pun.” (Sahih Bukhari, no. 6586, Sahih Muslim, no. 5153, Sunan Abu
Daud, no. 3759, Sunan At-Tirmidzi, no. 2493, hasan sahih)
Dari Abu Qatadah, dia berkata: “Kami pernah berjalan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada
suatu malam. Sebahagian kaum lalu berkata: “Wahai Rasulullah, sekiranya tuan mahu berehat sebentar
bersama kami?” Beliau menjawab: “Aku khuatir kalian tertidur sehingga terlewat solat.” Bilal berkata: “Aku
akan membangunkan kalian.” Maka mereka pun berbaring, sedangkan Bilal bersandar pada haiwan
tunggangannya, tapi rasa mengantuk mengalahkannya dan akhirnya dia pun tertidur. Ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun, matahari sudah terbit, maka beliau pun bersabda: “Wahai Bilal,
mana bukti yang kau ucapkan?” Bilal menjawab: “Aku belum pernah sekalipun merasakan mengantuk
seperti ini sebelumnya.” Beliau lalu bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla memegang roh-roh
kalian sesuai kehendak-Nya dan mengembalikannya kepada kalian sekehendak-Nya pula. Wahai Bilal,
berdiri dan azanlah (umumkan) kepada orang-orang untuk solat!” Kemudian beliau berwudhu’, ketika
matahari meninggi dan nampak sinar putihnya, beliau pun berdiri melaksanakan solat.” (Sahih Bukhari,
no. 560)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Bilal
radhiallahu ‘anhu ketika solat Fajar (Subuh): “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama
yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara kasutmu dalam
syurga.” Bilal berkata: “Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahawa jika aku
bersuci (berwudhu’) pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu solat dengan
wudhu’ tersebut disamping solat wajib.” (Sahih Bukhari, no. 1081, Sahih Muslim, no. 4497, Musnad
Ahmad, no. 8052)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dunia adalah penjara bagi
orang Mukmin dan syurga bagi orang kafir.” (Sahih Muslim, no. 5256, Sunan At-Tirmidzi, no. 2246, hasan
sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 4103, Musnad Ahmad, no. 7939)
Dari Amru bin Auf bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum saat melihat para sahabat,
setelah itu beliau bersabda: “Aku kira kalian mendengar bahawa Abu Ubaidah datang membawa
sesuatu.” Mereka berkata: “Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Bergembiralah dan berharaplah
apa yang menggembirakan kalian, demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku
takut apabila dunia (harta) dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum
kalian, lalu kalian berlumba-lumba sebagaimana mereka berlumba-lumba mendapatkan harta, lalu harta
itu membinasakan kalian seperti halnya ia membinasakan mereka.” (Sahih Bukhari, no. 2924, no. 3712,
Sahih Muslim, no. 5261, Sunan At-Tirmidzi, no. 2386, sahih)
Dari Ka’ab bin ‘Iyadh bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya setiap ummat
itu memiliki fitnah dan fitnah ummatku adalah harta.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2258, hasan sahih gharib,
Musnad Ahmad, no. 16826)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pandanglah orang yang
berada dibawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian, itu lebih baik dan membuat kalian
tidak meremehkan nikmat Allah.” (Sahih Muslim, no. 5264, Sunan At-Tirmidzi, no. 2437, sahih, Sunan
Ibnu Majah, no. 4132, Musnad Ahmad, no. 7137, no. 9856)
Dari Shuhaib bin Sinan bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sangat
mengagumkan urusan orang Mukmin, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang
pun selain orang Mukmin, bila dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur dan syukur itu baik baginya
dan bila tertimpa musibah, dia bersabar dan sabar itu baik baginya.” (Sahih Muslim, no. 5318, Musnad
Ahmad, no. 18171)
Dari Abu Musa bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim (yang sejati) adalah
orang yang mana kaum Muslimin lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (Sahih Bukhari, no.
10, Sahih Muslim, no. 58, Sunan At-Tirmidzi, no. 2428, sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 4913)
Dari Sahal bin Sa’ad, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami saat kami
sedang menggali khandaq (parit) dan mengangkut tanah di bahu kami, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kemudian bersabda: “Ya Allah, tidak ada kehidupan yang hakiki selain kehidupan akhirat, maka
ampunilah orang-orang Muhajirin dan Ansar.” (Sahih Bukhari, no. 3789, Sahih Muslim, no. 3366, Sunan
At-Tirmidzi, no. 3791, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 21749)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu
manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah
ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya. Maka takutlah kalian akan fitnah dunia dan fitnah
wanita, kerana fitnah pertama kali yang menimpa Bani Israil adalah fitnah wanita.” (Sahih Muslim, no.
4925, Sunan At-Tirmidzi, no. 2117, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 3990, Musnad Ahmad, no.
10743)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
memegang pundakku dan bersabda: “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang
pengembara.” Ibnu Umar berkata: “Bila kamu berada di petang hari, maka janganlah kamu menunggu
datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu petang,
pergunakanlah waktu sihatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (Sahih Bukhari, no.
5937, Sunan At-Tirmidzi, no. 2255, sahih)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam tidur diatas tikar lalu beliau
bangun, tikar itu membekas di tubuh beliau, lalu saya berkata: “Andai kami membuatkan hamparan yang
bagus untuk anda.” Beliau bersabda: “Apa urusanku dengan dunia ini? Aku di dunia tidak lain seperti
seorang yang sedang berjalan kemudian bernaung di bawah pohon setelah itu pergi dan
meninggalkannya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2299, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 4099, Musnad
Ahmad, no. 2608)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
tertimpa kesusahan (kemiskinan) lalu mengeluh-ngeluhkannya kepada manusia maka kesusahannya
tidak akan hilang dan barangsiapa tertimpa kesusahan lalu mengeluh-ngeluhkan kepada Allah, hampir
saja Allah memberinya rezeki, baik cepat atau lambat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2248, sahih gharib, Sunan
Abu Daud, no. 1402, Musnad Ahmad, no. 3675)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah ‘Azza Wajalla berfirman:
“Wahai anak Adam, lapangkanlah masa untuk beribadah kepada-Ku, maka Aku akan penuhi dadamu
dengan kekayaan serta Aku tutup kefakiranmu, dan jika engkau tidak melakukannya maka Aku akan
penuhi dadamu dengan kesibukan serta Aku tidak menutup kefakiranmu.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2390,
hasan gharib, Sunan Ibnu Majah, no. 4097, Musnad Ahmad, no. 8342)
Dari Abu Musa, dia berkata: “Orang-orang Yahudi bersin di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
harapan beliau akan mengucapkan ‘‫َّللا‬ ‫( َي ْر َح ُم ُك ْم ه‬semoga Allah merahmati kalian)’, namun beliau
mengucapkan: ‘‫ص ِل ُح َبالَ ُك ْم‬ ‫( َي ْه ِدي ُك ُم ه‬semoga Allah memberikan hidayah kepada kalian dan memperbaiki hal
ْ ُ‫َّللاُ َوي‬
ehwal kalian)’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2663, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 18764)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Thufail dan para sahabatnya mendatangi Rasulullah lalu berkata: “Ya
Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus telah kafir dan membangkang. Oleh kerana itu, berdoalah
kepada Allah agar mereka mendapatkan kecelakaan.” Seseorang berkata; “Binasalah Kabilah Daus!”
Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa: “Ya Allah, berikanlah petunjuk (hidayah) kepada
kabilah Daus dan datangkanlah mereka (sebagai orang-orang Islam)!” (Sahih Bukhari, no. 4041, Sahih
Muslim, no. 4586, Musnad Ahmad, no. 7014)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
mencium Al-Hasan bin Ali sedangkan disamping beliau ada Al-Aqra’ bin Haabis At-Tamimi sedang
duduk, lalu Al-Aqra’ berkata: “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah
mencium mereka sekali pun.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandangnya dan
bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka dia tidak akan dikasihi.” (Sahih Bukhari, no. 5538, Musnad
Ahmad, no. 6988)
Dari Aisyah radhiallaahu ‘anha, dia berkata: “Sekelompok orang dari bangsa Arab Badwi datang
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka bertanya kepada beliau: “Apakah kalian
biasa mencium anak-anak kalian? Kami tidak pernah mencium mereka.” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Saya tidak boleh berbuat apa-apa jika Allah ‘Azza Wajalla mencabut rasa
kasih sayang dari hatimu.” (Sahih Bukhari, no. 5539, Sahih Muslim, no. 4281, Sunan Ibnu Majah, no.
3655)
Dari Iyas bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian
memukul hamba-hamba wanita Allah (yakni, isteri-isteri kalian)!” Kemudian Umar bin Al-Khattab datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Para wanita berani membangkang kepada
suami-suami mereka.” Kemudian beliau memberikan keringanan untuk memukul meraka. Kemudian
terdapat banyak wanita yang mengelilingi keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka
mengeluhkan akan para suami mereka. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh
telah terdapat wanita banyak yang mengelilingi keluarga Muhammad dan mengeluhkan para suami
mereka. Mereka (suami yang memukul) bukanlah orang terbaik di antara kalian.” (Sunan Abu Daud, no.
1834, Sunan Ibnu Majah, no. 1975, Sunan Ad-Darimi, no. 2122)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang memukul dan
membuat tatu pada bahagian wajah.” (Sahih Muslim, no. 3952, Sunan At-Tirmidzi, no. 1632, hasan sahih,
Musnad Ahmad, no. 13903)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari
kalian berkelahi dengan saudaranya maka hindarilah memukul bahagian muka.” (Sahih Muslim, no.
4728, Sunan Abu Daud, no. 3895, Musnad Ahmad, no. 11452)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat wanita-wanita yang
mentatu dan yang meminta ditatu, wanita-wanita yang mencukur alis (bulu kening), dan orang-orang
yang merenggangkan gigi demi mencari keindahan dan mengubah ciptaan Allah.” (Sahih Bukhari, no.
4507, Sahih Muslim, no. 3966, Sunan Ibnu Majah, no. 1979)
Dari Abdullah bin Zam’ah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah, beliau menyebut
tentang kaum wanita dan memberi mereka nasihat lalu beliau besabda: “Apakah layak seseorang dari
kalian memukul isterinya dan kemudian mengggaulinya di penghujung hari?” Setelah itu beliau
menasihati mereka tentang kebiasaan tertawa kerana kentut, beliau bersabda: “Kenapa salah seorang
dari kalian mentertawakan apa yang juga dilakukannya (kentut)?” (Sahih Bukhari, no. 4561, Sahih
Muslim, no. 5095, Sunan At-Tirmidzi, no. 3266, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 15631)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Dahulu kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
sebuah safar, kemudian tatkala kami hendak pulang untuk menemui keluarga kami beliau berkata:
“Tunggulah dahulu hingga kita masuk pada malam hari, agar wanita yang rambutnya sempat bersisir,
dan wanita yang ditinggal suaminya membersihkan bulu kemaluannya (berhias dan bercantik-cantik
menyambut kedatangan kalian).” (Sahih Muslim, no. 3556, Sunan Abu Daud, no. 2397, Musnad Ahmad,
no. 13730)
Dari Mu’awiyah bin Hayyadah, dia berkata: “Wahai Rasulullah, apakah hak isteri salah seorang di antara
kami atas kami?” Beliau berkata: “Engkau memberinya makan apabila engkau makan, memberinya
pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajah, jangan engkau memburuk-
burukkannya (dengan perkataan atau cacian), dan jangan engkau tinggalkan kecuali di dalam rumah.”
(Sunan Abu Daud, no. 1830, Sunan Ibnu Majah, no 1840)
Dari Asma’ binti Yazid bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdusta
(pembohongan) itu tidak halal kecuali pada tiga hal, iaitu seorang suami yang berbicara terhadap
isterinya agar dia redha padanya, berdusta ketika peperangan dan berdusta untuk mendamaikan
(memperbaiki hubungan) di antara manusia.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1862, hasan, Musnad Ahmad, no.
26315, no. 26326)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dinar (harta) yang kamu
belanjakan di jalan Allah, dan dinar (harta) yang kamu berikan kepada seorang budak wanita, dan dinar
yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu,
maka yang paling besar ganjaran pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (Sahih
Muslim, no. 1661, Musnad Ahmad, no. 9736, no. 9786)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada seorang pun
yang masuk syurga kerana amalannya.” Para sahabat bertanya; “Begitu juga dengan engkau wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda: “Ya, kecuali bila Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya padaku, oleh
kerana itu berlaku luruslah dan bertaqarublah dan janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan
kematian, jika dia orang baik semoga saja boleh menambah amal kebaikannya, dan jika dia orang yang
buruk (akhlaknya) semoga boleh menjadikannya dia bertaubat.” (Sahih Bukhari, no. 5241)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang Mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
terhadap para isterinya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1082, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 9725)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya setiap agama
itu memliki etika, sedangkan etika (akhlak) Islam adalah rasa malu.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4172)
Dari Tsauban bin Bajdad, dia berkata: “Ketika turun ayat: ‘Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak (At Taubah:34)’, kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu perjalanan
beliau lalu sebahagian sahabat beliau berkata: “Telah diturunkan (ayat) tentang emas dan perak seperti
itu, andai saja kita tahu harta terbaik lalu kita mengambilnya.” Lalu beliau bersabda: “Harta terbaik adalah
lisan yang berzikir, hati yang bersyukur dan isteri Mukminah yang membantu atas keimanan suami.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 3019, hasan, Musnad Ahmad, no. 21358)
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila
seseorang membangunkan isterinya di malam hari, kemudian keduanya mengerjakan solat, atau
keduanya solat dua rakaat, maka keduanya akan di catat sebagai orang-orang yang selalu berzikir
(mengingat Allah).” (Sunan Abu Daud, no. 1114, Sunan Ibnu Majah, no. 1325)
Dari Umar bin Al-Khattab bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di antara
hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para Nabi dan bukan orang-orang yang
mati syahid. Para Nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa cemburu kepada mereka pada Hari
Kiamat kerana kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala.” Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, apakah anda
akan mengkhabarkan kepada kami siapakah mereka?” Beliau bersabda: “Mereka adalah orang-orang
yang saling mencintai dengan roh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan
bukan kerana harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah
cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang
merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.” Dan beliau membaca ayat ini:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” (Sunan Abu Daud, no. 3060)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang isteri enggan
bermalam dengan memisahkan diri dari tempat tidur suaminya, maka Malaikat akan melaknatnya sampai
pagi.” (Sahih Bukhari, no. 4795, Sahih Muslim, no. 2594, Musnad Ahmad, no. 9664)
Dari Abu Umamah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih
bermanfaat bagi seorang Mukmin setelah takwa kepada Allah selain isteri yang solehah. Jika suami
memerintahnya, dia akan taat. Jika dia dipandang maka akan menyenangkan. Jika dia membahagi
(giliran) untuknya dia menerima. Dan jika suami tidak ada, dia menjaga kehormatan diri dan harta
suaminya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1847)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak dihalalkan bagi seorang isteri yang beriman
kepada Allah untuk mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya, padahal suaminya tidak suka.”
(Riwayat Al-Hakim)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila hari kiamat telah dekat,
maka jarang sekali mimpi seorang Muslim yang tidak benar. Dan mimpi yang paling benar adalah mimpi
orang yang selalu benar bicaranya. Mimpi seorang Muslim adalah sebagian dari empat puluh lima
macam Nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: Mimpi yang baik sebagai khabar gembira dari
Allah. Mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syaitan. Dan mimpi yang timbul kerana
ilusi angan-angan, atau khayal seseorang. Kerana itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi,
bangunlah, kemudian solatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.” (Sahih Muslim, no.
4200, Sunan Abu Daud, no. 4365, Sunan At-Tirmidzi, no. 2196, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 10185)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Aku datang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau
mendengar seorang laki-laki membaca surah Al-Ikhlas, ‘Qul huwallahu ahad, Allahus-shamad lam yalid
walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad’. Rasulullah shallallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
bersabda: “Wajib baginya.” Aku bertanya: “Apa yang wajib bagi dia wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Syurga.” (Sunan An-Nasa’i, no. 984, Musnad Ahmad, no. 7669, no. 10498, Muwatha’ Malik, no. 435)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca ‘Qul huwallahu ahad’
dengan mengulang-ulangnya. Pada pagi harinya, laki-laki itu menemui Rasulullah shallallallahu ‘alaihi
wasallam dan menceritakan hal itu kepada beliau seolah-olah menganggap bacaan itu remeh. Rasulullah
shallallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata: “Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, surah itu menyamai
dengan sepertiga Al-Quran.” (Sahih Bukhari, no. 4627, no. 6152, Sunan Abu Daud, no. 1249, Sunan An-
Nasa’i, no. 985, Musnad Ahmad, no. 10880, Muwatha’ Malik, no. 434)
Rasulullah shallallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kasihanilah mereka yang berada di bumi nescaya
kamu akan dikasihi oleh mereka yang tinggal di langit.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Taala telah berfirman:
“Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku isytiharkan perang kepadanya. Dan hamba-Ku tidak dapat
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku
wajibkan. Jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah, maka Aku
mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dia jadikan untuk
mendengar, dan pandangannya yang dia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang dia jadikan
untuk memukul, dan kakinya yang dia jadikan untuk berjalan. Jikalau dia meminta-Ku, pasti Aku beri, dan
jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi. Dan Aku tidak ragu daripada sesuatu yang
Aku lakukan sepertimana Aku ragu (hendak mengambil) nyawa hamba-Ku yang Mukmin di mana dia
khuatir akan maut sedang Aku tidak suka menyakitinya.” (Sahih Bukhari, no. 6021)
Dari Ibnu Mas’ud bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kaki Anak Adam tidaklah
berganjak pada hari Kiamat di sisi Rabbnya sehingga dia ditanya akan lima hal, iaitu tentang umurnya
untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari mana
dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang apa yang telah dia lakukan dengan ilmunya.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 2340, sahih, Sunan Ad-Darimi, no. 538)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat:
“Tahukah kalian, siapakah orang yang muflis itu?” Para sahabat menjawab: “Menurut kami, orang yang
muflis di antara kami adalah orang yang tidak memiliki wang dan harta kekayaan.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya umatku yang muflis adalah orang yang pada hari kiamat
datang dengan (pahala) solat, puasa, dan zakat, tetapi dia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan
harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil (diqisas) untuk
diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak
yang belum dipenuhi. Selanjutnya, sebahagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk
dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya dia dilemparkan ke neraka.” (Sahih Muslim, no.
4678, Sunan At-Tirmidzi, no. 2342, hasan sahih)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa
yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apa pun hendaklah
dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak
bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari Kiamat) bila dia memiliki amal
soleh akan diambil darinya sebanyak kezalimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka
keburukan saudaranya yang dizaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya.” (Sahih Bukhari, no.
2269, no. 6053, Musnad Ahmad, no. 9242, no. 10169)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua hak itu pasti akan
dibayar pada hari Kiamat kelak, hingga (kezaliman) kambing bertanduk pun akan dituntut untuk dibalas
(diqisas) oleh kambing yang tidak bertanduk.” (Sahih Muslim, no. 4679, Sunan At-Tirmidzi, no. 2344,
hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 6906)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Api kalian
(di dunia ini) merupakan satu bahagian dari tujuh puluh bahagian api Neraka Jahannam.” Dikatakan
kepada beliau: “Wahai Rasulullah, satu bahagian itu saja sudah cukup (untuk menyiksa pelaku maksiat).”
Beliau bersabda: “Ditambahkan atasnya dengan enam puluh sembilan kali lipat yang sama panasnya.”
(Sahih Bukhari, no. 3025, Sahih Muslim, no. 5077, Sunan At-Tirmidzi, no. 2514, hasan sahih, Musnad
Ahmad, no. 9650, Muwatha’ Malik, no. 1579)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya api kalian
ini adalah satu bahagian dari tujuh puluh bahagian api Neraka Jahannam. Kalau sekiranya dia tidak
dimatikan dengan air hingga dua kali, nescaya kalian tidak akan dapat memanfaatkannya. Dan
sesungguhnya ia (api dunia) selalu berdoa kepada Allah ‘Azza Wajalla agar tidak mengembalikannya ke
Jahannam lagi.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4309)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mandi pada
hari Jumaat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah-olah berkorban
seekor unta. Dan barangiapa datang pada kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah-olah berkorban
seekor lembu. Dan barangiapa datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah-olah berkorban
seekor kambing yang bertanduk. Dan barangiapa datang pada kesempatan (waktu) keempat maka dia
seolah-olah berkorban seekor ayam. Dan barangiapa datang pada kesempatan (waktu) kelima maka dia
seolah-olah berkorban sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi khutbah), maka para
Malaikat masuk mendengarkan khutbah tersebut (dan berhenti mencatat).” (Sahih Bukhari, no. 832,
Sahih Muslim, no. 1403, Sunan Abu Daud, no. 297, Sunan At-Tirmidzi, no. 459, hasan sahih, Sunan An-
Nasa’i, no. 1371, Musnad Ahmad, no. 9546, Muwatha’ Malik, no. 209)
Dari Abdurrahman bin Auf baahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang
isteri melaksanakan solat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat
kepada suaminya, nescaya akan dikatakan kepadanya: ‘Masuklah kamu ke dalam syurga dari pintu
mana saja yang kamu inginkan’.” (Musnad Ahmad, no. 1573)
Dari Abu Hassan, dia berkata kepada Abu Hurairah: “Kedua puteraku telah meninggal, apakah kamu
mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah hadis yang dapat engkau dapat bacakan
untuk kami, dengannya kami dapat menenangkan hati kami dari kesedihan atas peninggalan anak-anak
kami?” Abu Hurairah berkata: “Ya. Anak-anak kecil mereka berlarian di syurga dengan bebas, salah
seorang dari mereka berjumpa dengan bapanya atau kedua orang tuanya, lalu dia meraih hujung
bajunya, dia tidak akan berpisah dengan bapanya sehingga Allah memasukkan dia dan bapanya ke
dalam syurga.” (Sahih Muslim, no. 4769, Musnad Ahmad, no. 10211)
Dari Abdullah bin Hisyam, dia berkata: “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
beliau memegang tangan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Kemudian Umar berkata: “Demi Allah
wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang paling aku cintai melebihi segala sesuatu kecuali diriku.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Tidaklah sempurna iman seorang di antara kalian
sehingga aku lebih dicintainya melebihi dirinya.” Maka berkatalah Umar: “Sungguh demi Allah, sekarang
engkau lebih aku cintai melebihi diriku sendiri wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pun bersabda: “Sekarang telah sempurna imanmu wahai Umar.” (Musnad Ahmad, no. 17355, no. 18193)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hajinya
ketika di Arafah, sementara beliau berkhutbah di atas untanya dan saya mendengar beliau bersabda:
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu yang
jika kalian berpegang kepadanya, maka kalian tidak akan pernah sesat, iaitu kitab Allah (Al-Quran) dan
sanak saudara ahli baitku.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3718, hasan gharib)
Dari Zaid bin Arqam radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian sesuatu yang sekiranya kalian berpegang teguh
kepadanya, nescaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku, salah satu dari keduanya itu lebih agung
dari yang lain, iaitu kitab Allah (Al-Quran) adalah tali yang Allah bentangkan dari langit ke bumi, dan
keturunanku dari ahli baitku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang menemuiku di
telaga, oleh kerana itu perhatikanlah, apa yang kalian perbuat terhadap keduanya sesudahku.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 3720, hasan gharib, Musnad Ahmad, no. 11135)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “(Di antara) ummatku yang
paling belas kasihan terhadap ummatku (yang lain) adalah Abu Bakar, sedangkan yang paling tegas
terhadap perintah Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Uthman, yang paling tepat
keputusannya adalah Ali bin Abu Talib, yang paling bagus bacaannya adalah Ubay bin Ka’ab, yang
paling mengetahui tentang faraid (ilmu tentang pembahagian harta waris) adalah Zaid bin Tsabit, dan
yang paling mengetahui halal haram adalah Mu’adz bin Jabal. Ketahuilah, sesungguhnya setiap ummat
memiliki orang kepercayaan, dan sesungguhnya orang kepercayaan ummat ini adalah Abu Ubaidah bin
Jarrah.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3724, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 151)
Dari Abu Umamah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku akan menjamin rumah
di tepi syurga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia benar. Aku juga menjamin
rumah di tengah syurga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun kerana bergurau. Dan
aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (Sunan Abu
Daud, no. 4167)
Dari Imran bin Hushain bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Aku memperhatikan
isi syurga, lalu aku mendapatkan bahawa kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin.
Kemudian aku melihat ke dalam neraka, maka aku pun melihat kebanyakan penghuninya adalah para
wanita.” (Sahih Bukhari, no. 4799, no. 5968, Sahih Muslim, no. 4920, Sunan At-Tirmidzi, no. 2527, sahih,
Musnad Ahmad, no. 1982)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari menyampaikan hadis sedang di
sisinya ada seorang Arab Badwi: “Ada seorang penduduk syurga meminta izin Tuhannya untuk bercucuk
tanam. Allah berfirman: “Bukankah engkau telah mendapat apa saja yang engkau inginkan?” Orang
tersebut menjawab: “Benar, namun aku ingin bercuck tanam!” Orang itu kemudian bergegas menabur
benih, dan hujung-hujung tanamannya sedemikian cepat tumbuh, juga perkembangbiakannya, sehingga
dia juga cepat memetik (hasil), yang himpunan kutipannya sebesar gunung. Kemudian Allah berfirman:
“Silakan kau ambil hai anak Adam, sungguh tak ada sesuatu yang menjadikanmu puas!” Maka si Arab
Badwi berkata: “Wahai Rasulullah, (jika demikian) tidak akan engkau temukan seperti orang ini selain dari
Quraisy atau orang Ansar, sebab hobi mereka bercucuk tanam, adapun kami, tidak suka bercucuk
tanam!” Rasulullah pun menjadi tertawa.” (Sahih Bukhari, no. 6965, Musnad Ahmad, no. 10231)
Dari Uqbah bin Amir bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Rabb kalian kagum
kepada seorang pengembala kambing yang berada di puncak gunung, dia mengumandangkan azan
untuk solat lalu dia solat, maka Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: “Lihatlah kepada hamba-Ku ini, dia
mengumandangkan azan dan iqamah lalu solat kerana takut kepada-Ku. Aku telah mengampuni hamba-
Ku ini dan memasukkannya ke syurga.” (Sunan Abu Daud, no. 1017, Sunan An-Nasa’i, no. 660)
Dari Abu Hurairah bahawa dia bertanyakan (kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu pada hari Kiamat?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahawa tidak ada orang
yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, kerana aku lihat betapa minatnya dirimu terhadap
hadis. Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari Kiamat adalah orang yang
mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (Sahih Bukhari, no. 97, no.
6085, Musnad Ahmad, no. 8503)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Zikir yang paling utama
adalah ‘Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah)’ dan doa yang paling
utama adalah ‘Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)’.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3305, hasan gharib, Sunan
Ibnu Majah, no. 3790)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah
seorang hamba yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan melainkan Allah)’ dengan ikhlas
kecuali akan dibukakan baginya pintu-pintu langit hingga sampai kepada Arasy, selagi dia masih
menjauhi dosa-dosa besar.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3514, hasan)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah
(Tiada Tuhan melainkan Allah)’ dengan ikhlas, dia akan dimasukkan ke dalam syurga.” Beliau ditanya:
“Apakah yang dimaksudkan dengan ikhlas itu?” Beliau menjawab: “Ikhlas itu ialah yang mencegah dari
melakukan perbuatan-perbuatan haram (mungkar dan sesat).” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kalimah yang ringan
pada lidah tetapi berat timbangannya dan disenangi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha
Pengasih iaitu, ‘Subhanallah wa bihamdihi subhaanallaahil adzim (Maha Suci Allah dengan segala
pujian-Nya dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung)’.” (Sahih Bukhari, no. 7008, Sahih Muslim, no. 4860,
Sunan At-Tirmidzi, no. 3389, sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 3796, Musnad Ahmad, no. 6870)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap umatku masuk
syurga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan?” Nabi
menjawab: “Siapa yang taat kepadaku masuk syurga dan siapa yang melanggar perintahku aku bererti
dia enggan.” (Sahih Bukhari, no. 6737, Musnad Ahmad, no. 8373)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang turut
menyaksikan pengurusan jenazah hingga dia mensolatkannya, maka baginya pahala sebesar satu qirat.
Sedangkan siapa yang turut menyaksikan pengurusannya hingga jenazah itu dimakamkan, maka
baginya pahala sebesar dua qirat.” Lalu ditanyakan: “Apakah itu dua qirat?” Beliau menjawab: “Seperti
dua gunung yang besar.” (Sahih Bukhari, no. 1240, Sahih Muslim, no. 1570, Sunan Abu Daud, no. 2755,
Sunan Ibnu Majah, no. 1530, Musnad Ahmad, no. 8841)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah ada seseorang
di antara kalian yang mengharapkan kematian kerana tertimpa kesengsaraan. Kalau terpaksa dia harus
berdoa, maka ucapkanlah: ‘Ya Allah, berilah aku kehidupan apabila kehidupan tersebut memang lebih
baik bagiku dan matikanlah aku apabila kematian tersebut memang lebih baik untukku’.” (Sahih Bukhari,
no. 5239, no. 5874, Sahih Muslim, no. 4840, Sunan At-Tirmidzi, no. 893, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i,
no. 1797, Sunan Ibnu Majah, no. 4255, Musnad Ahmad, no. 11541)
Seorang perempuan datang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta menerangkan
katanya: “Sesungguhnya sepupuku meminangku, maka sebelum aku berumah tangga, ajarkanlah
kepadaku, apakah hak suami terhadap isterinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Sesungguhnya hak suami terhadap isterinya sangatlah besar, sehingga apabila mengalir darah hidung
atau nanah suaminya, lalu dijilat isterinya, masih belum terbayar hak suaminya itu. Dan jika sekiranya
manusia dibolehkan sujud kepada manusia, nescaya aku perintahkan si isteri untuk sujud kepada
suaminya.” (Riwayat Al-Hakim)
Dari Auf bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mensolatkan jenazah dengan berdoa:
“Ya Allah, ampunkanlah dosa-dosanya, kasihanilah dia, lindungilah dia dan maafkanlah dia, muliakanlah
tempat kembalinya, lapangkan kuburnya, bersihkanlah dia dengan air salju dan air yang embun.
Bersihkanlah dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari
kotoran, dan gantilah rumahnya (di dunia) dengan rumah yang lebih baik (di akhirat) serta gantilah
keluarganya (di dunia) dengan keluarga yang lebih baik (di akhirat), dan pasangan di dunia dengan yang
lebih baik. Masukkanlah dia ke dalam Syurga-Mu dan lindungilah dia dari siksa kubur atau siksa api
Neraka.” Auf berkata: “Aku berharap andainya aku menjadi mayat itu, kerana doa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuk mayat tersebut.” (Sahih Muslim, no. 1600, Sunan Ibnu Majah, no. 1489, Sunan An-
Nasa’i, no. 1957)
Dari Abdullah bin Mas’ud mengatakan: “Kami dahulu berpendapat bahawa tidaklah seseorang yang tidak
menghadiri solat (jemaah) melainkan dia seorang munafik yang telah jelas kemunafikannya, atau
kalaulah dia sakit, maka dia berjalan dengan cara dipapah di antara dua orang hingga dia menghadiri
solat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajari kami sunnah-sunnah petunjuk, dan di antara
sunnah petunjuk adalah solat wajib di masjid yang kerana telah dikumandangkan azan.” (Sahih Muslim,
no. 1045)
Dari Abu Hurairah dia berkata: “Seorang laki-laki buta pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan berkata: “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan memimpinku ke masjid.” Lalu
dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk solat di rumah. Ketika
sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: “Apakah engkau mendengar panggilan solat (azan)?”
Laki-laki itu menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Penuhilah seruan tersebut (hadiri solat jemaah).” (Sahih
Muslim, no. 1044, Sunan An-Nasa’i, no. 841)
Dari Ibnu Ummi Maktum bahawa dia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia
berkata: “Ya Rasulullah, saya adalah seorang yang buta dan rumahku jauh, sedangkan saya mempunyai
orang yang memimpinku tapi dia tidak membantuku, maka apakah saya mendapatkan keringanan untuk
melaksanakan solat di rumahku?” Beliau bersabda: “Apakah kamu mendengar azan?” Dia menjawab:
“Ya.” Beliau bersabda: “Saya tidak menemukan adanya keringanan untukmu!” (Sunan Abu Daud, no.
465, Sunan Ibnu Majah, no. 784)
Dari Abu Hurairah bahawa dia melihat sekelompok orang sedang berwudhu’ untuk bersuci, maka dia
berkata: “Sempurnakanlah wudhu’ itu, kerana aku mendengar Abu Al-Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Celakalah tumit-tumit yang tidak terbasuh air wudhu’ dibakar dengan api Neraka.” (Sahih
Bukhari, no. 160, Sahih Muslim, no. 357)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang Muslim
atau Mukmin berwudhu’, lalu membasuh wajahnya, maka keluar dari wajahnya segala kesalahan yang
dia lihat dengan kedua matanya bersama turunnya air wudhu’, atau bersama akhir dari titisan air. Apabila
dia membasuh kedua tangannya, maka keluar dari kedua tangannya semua kesalahan yang dilakukan
oleh kedua tangannya bersama dengan turunnya air, atau akhir dari titisan air hingga dia keluar dalam
keadaan bersih dari dosa.” (Sahih Muslim, no. 360, Sunan At-Tirmidzi, no. 2, hasan sahih, Musnad
Ahmad, no. 7677)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang
hamba yang mengucapkan (suatu) kalimah tanpa diteliti (hukum ucapannya), maka kerananya dia akan
dilempar ke Neraka sejauh antara jarak ke timur dan barat.” (Sahih Bukhari, no. 5996, Sahih Muslim, no.
5304, Musnad Ahmad, no. 8567)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Sungguh seorang laki-laki akan mengatakan satu kalimah yang dia
anggap remeh, namun akan memasukkannya ke dalam Neraka Jahannam. Dan sungguh seorang laki-
laki akan mengatakan satu kalimah yang dia anggap remeh, namun kalimah tersebut akan
memasukkannya ke dalam Syurga.” (Muwatha’ Malik, no. 1563)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah seseorang
menolong saudaranya sesama Muslim yang berbuat zalim (aniaya) atau yang sedang dizalimi (dianiaya).
Apabila dia berbuat zalim, maka cegahlah dia untuk tidak berbuat kezaliman dan itu bererti menolongnya.
Dan apabila dia dizalimi, maka tolonglah (lindungi) dia!” (Sahih Muslim, no. 4681, Musnad Ahmad, no.
13943, Sunan Ad-Darimi, no. 2635)
Dari Anas bin Malik bahawa para sahabat bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Ya
Rasullullah, kami tidak akan menyuruh orang untuk berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan
semua kebaikan dan menjauhi semua kemungkaran.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak, bahkan serulah orang untuk berbuat baik, meskipun kalian belum mengamalkan semuanya. Dan
cegahlah kemungkaran, meskipun kalian belum menghindari semuanya.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barangsiapa menyeru
kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Sebaliknya, barangsiapa menyeru
kepada kesesatan (maksiat), maka dia akan mendapatkan dosa sebanyak dosa yang diperoleh orang-
orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (Sahih Muslim, no. 4831, Sunan
Abu Daud, no. 3993, Sunan At-Tirmidzi, no. 2598, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 202, Musnad
Ahmad, no. 8795, Sunan Ad-Darimi, no. 512)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seburuk-buruk manusia
adalah orang yang bermuka dua, dia datang ke sini dengan satu sikap dan bila datang kepada yang lain
dengan sikap yang lain.” (Sahih Bukhari, no. 6643, Sahih Muslim, no. 4714, Musnad Ahmad, no. 7039,
Muwatha’ Malik, no. 1573)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Saya berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika
itu beliau mengenakan kain (selendang) Najran yang tebal hujungnya. Tiba-tiba ada seorang Arab Badwi
(dusun) yang menemui beliau lalu terus menarik kain Rasulullah dengan kuat hingga saya melihat
permukaan bahu beliau membekas disebabkan tarikan Arab Badwi yang kasar. Arab Badwi tersebut
berkata: “Wahai Muhammad, berikan kepadaku dari harta yang diberikan Allah padamu.” Maka beliau
menoleh kepadanya diiringi senyuman serta menyuruh salah seorang sahabat untuk memberikan
sesuatu kepadanya.” (Sahih Bukhari, no. 5624, Sahih Muslim, no. 1749)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa sekelompok orang Yahudi datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, lalu mereka mengucapkan: “Assaamu’alaika (kebinasaan ke atasmu).” Beliau menjawab:
“Wa’alaikum (dan ke atas kalian juga).” Kemudian Aisyah berkata: “Assaamu’alaikum wala’anakumullah
wa ghadziba ‘alaikum (semoga kebinasaan atas kalian, dan laknat Allah serta murka Allah menimpa
kalian).” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tenanglah wahai Aisyah, hendaklah
kamu berlemah lembut dan janganlah kamu kasar atau berkata keji.” Aku berkata: “Apakah anda tidak
mendengar apa yang diucapkan mereka?” Beliau bersabda: “Apakah kamu tidak mendengar ucapanku,
sebenarnya aku tadi telah menjawabnya, maka doaku atas mereka telah dikabulkan, sementara doa
mereka ke atasku tidak akan dikabulkan.” (Sahih Bukhari, no. 5922)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku pernah bertanya kepada malaikat Jibril, pernahkah
engkau melihat Tuhanmu wahai Jibril?” Jibril ‘alaihissalam menjawab: “Di antara aku dan Allah ada tujuh
puluh lapis hijab yang terdiri daripada cahaya. Bila terbuka sahaja lapisan hijab yang paling luar, aku
pasti terbakar.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada satu
pun musibah (cubaan) yang menimpa seorang Muslim berupa duri atau yang lebih menyakitkan darinya,
maka dengannya Allah akan mengangkat satu darjat dan menghapus kesalahannya.” (Sahih Muslim, no.
4665, Sunan At-Tirmidzi, no. 888, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 23027)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata; “Aku datang mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
ketika beliau sakit, lalu aku berkata: “Ya Rasulullah! Demam anda bertambah keras.” Jawab beliau:
“Memang demamku sama dengan demam dua orang dari kalian.” Kataku pula: “Semoga anda mendapat
pahala berganda pula.” Jawab beliau: “Semoga demikian!” Kemudian beliau bersabda: “Tidak ada
seorang Muslim yang ditimpa musibah berupa sakit dan sebagainya, melainkan dihapuskan oleh Allah
Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (Sahih Bukhari, no. 5216,
no. 5228, Sahih Muslim, no. 4663, Sunan Ad-Darimi, no. 2652)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Musibah akan sentiasa
menimpa orang Mukmin pada diri, anak dan hartanya hingga dia bertemu Allah dengan tidak membawa
satu kesalahan pun pada dirinya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2323, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 9435)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji
hamba-Nya dengan penyakit, sehingga Dia menghapuskan setiap dosa darinya. (Riwayat Al-Hakim)
Dari Ibnu Umar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Penyakit demam panas itu berasal
dari panas Neraka Jahannam. Kerana itu dinginkanlah dengan air.” (Sahih Bukhari, no. 3022, Sahih
Muslim, no. 4093, Sunan At-Tirmidzi, no. 2000, sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 3462, Musnad Ahmad, no.
4489, Muwatha’ Malik, no. 1486, Sunan Ad-Darimi, no. 2650)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan menurunkan
penyakit kecuali Allah juga akan menurunkan ubatnya.” (Sahih Bukhari, no. 5246, Sunan Ibnu Majah, no.
3429, Musnad Ahmad, no. 3727)
Dari Jabir bin Abdullah bahawa dia pergi mengunjungi Al Muqanna’ yang sedang sakit. Kemudian dia
berkata: “Aku tidak meninggalkan tempat ini sehingga engkau berbekam. Kerana aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di dalam berbekam ada kesembuhan.”
(Sahih Bukhari, no. 5264, Sahih Muslim, no. 4085, Musnad Ahmad, no. 14071)
Dari Abu Ad Darda bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah
menurunkan penyakit dan ubatnya, dan menjadikan bagi setiap penyakit terdapat ubatnya, maka
berubatlah dan jangan berubat dengan sesuatu yang haram!” (Sunan Abu Daud, no. 3376)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dalam habbatus sauda’
(jintan hitam) terdapat ubat dari segala penyakit kecuali As-Saam (kematian).” (Sahih Bukhari, no. 5256,
Sahih Muslim, no. 4104, Sunan Ibnu Majah, no. 3438, Musnad Ahmad, no. 9666)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Terapi
pengubatan itu ada tiga cara, iaitu meminum madu, berbekam dan ‘kay (menempelkan besi panas pada
tempat yang luka)’, sedangkan aku melarang ummatku berubat dengan ‘kay’.” (Sahih Bukhari, no. 5248,
no. 5249, Sunan Ibnu Majah, no. 3482, Musnad Ahmad, no. 2098)
Dari Abu Umamah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mengusap
kepala seorang anak yatim, dengan tidak ada dorongan untuk mengusapnya kecuali kerana Allah, dia
mendapatkan beberapa kebaikan untuk setiap rambut yang dilalui tangannya. Barangsiapa berbuat baik
kepada anak yatim perempuan atau yatim lelaki, aku dan dia di syurga seperti ini”, beliau
merenggangkan antara jari telunjuk dan jari tengah.” (Musnad Ahmad, no. 21132, no. 21253)
Dari Sahal bin Sa’ad bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku akan bersama
orang-orang yang mengurusi anak yatim dalam syurga seperti ini”, beliau memberi isyarat dengan jari
telunjuk dan jari tengah lalu beliau membuka sesuatu di antara keduanya. (Sahih Bukhari, no. 4892,
Sahih Muslim, no. 5296, Sunan Abu Daud, no. 4483, Sunan At-Tirmidzi, no. 1841, hasan sahih, Musnad
Ahmad, no. 21754)
Dari Usamah bin Zaid bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kalian mendengar
wabak (penyakit) di suatu negeri, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, namun jika ia menjangkiti
suatu negeri, sementara kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut.”
(Sahih Bukhari, no. 5287, Sahih Muslim, no. 4115, Sunan Abu Daud, no. 2697, Musnad Ahmad, no.
1426, Muwatha’ Malik, no. 1393)
Dari Abu Qatadah As Salami bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah
seorang dari kalian masuk masjid, maka janganlah dia duduk sebelum solat dua rakaat.” (Sahih Bukhari,
no. 425, Sahih Muslim, no. 1166, Sunan Abu Daud, no. 395, Sunan At-Tirmidzi, no. 290, hasan sahih,
Sunan An-Nasa’i, no. 722, Sunan Ibnu Majah, no. 1002, Musnad Ahmad, no. 21485, Muwatha’ Malik, no.
349, Sunan Ad-Darimi, no. 1357)
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Pada hari Jumaat seorang laki-laki datang ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sedang memberikan khutbah. Beliau lalu bertanya: “Apakah kamu sudah solat?” Orang
itu menjawab: “Belum.” Maka beliau pun bersabda: “Bangun dan solatlah dua rakaat.” (Sahih Bukhari, no.
879, Sahih Muslim, no. 1444, Sunan At-Tirmidzi, no. 468, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 1392,
Musnad Ahmad, no. 14536)
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata: “Sulaik Al-Ghatafani datang pada hari Jumaat ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah, lalu dia pun duduk. Maka beliau pun bertanya padanya:
“Wahai Sulaik, bangun dan solatlah dua rakaat, kerjakanlah dengan ringkas.” Kemudian beliau bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jumaat, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka
hendaklah dia solat dua rakaat dengan ringkas.” (Sahih Muslim, no. 1449)
Dari Iyadh bin Himar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
menjumpai sesuatu barang, maka hendaknya dia memperlihatkan kepada orang yang adil dan tidak
menyembunyikannya, kemudian apabila pemiliknya telah datang maka hendaknya dia
mengembalikannya kepadanya. Jika tidak maka itu adalah harta Allah ‘Azza Wajalla yang diberikan
kepada orang yang Dia kehendaki.” (Sunan Abu Daud, no. 1454, Sunan Ibnu Majah, no. 2496, Musnad
Ahmad, no. 17614)
Dari Zaid bin Khalid radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya kepada beliau tentang barang yang dijumpai. Maka beliau
bersabda: “Kamu kenali bekas dan talinya kemudian umumkan selama satu tahun dan jika datang
pemiliknya maka berikanlah namun bila tidak maka terpulang kepadamu (hendak berbuat apa dengan)
barang tersebut.” (Sahih Bukhari, no. 2199)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang
suatu zaman pada manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatkannya
apakah dari sumber halal ataukah haram.” (Sahih Bukhari, no. 1918, no. 1941, Musnad Ahmad, no.
9247, no. 9462)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesunguhnya
syaitan memiliki bisikan was-was kepada anak cucu Adam, dan Malaikat pun memiliki bisikan. Adapun
bisikan syaitan selalu menjanjikan kejahatan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan para
Malaikat selalu menjanjikan kebaikan dan membenarkan kebenaran. Barangsiapa mendapatkan
demikian (bisikan malaikat) maka ketahuilah, sesungguhnya itu dari Allah dan pujilah Allah, namun
barangsiapa mendapatkan yang lainnya (bisikan syaitan), maka berlindunglah kepada Allah dari syaitan
yang terkutuk dan bacalah ayat: ‘Syaitan menjanjikan (menakut-nakutkan) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (Al-Baqarah:268)’ .” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2914, sahih)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Saya pernah minum ketika sedang haid, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil bekas minumku dan meletakkan mulut beliau di
tempat saya meletakkan mulutku. Dan, ketika saya makan daging yang masih melekat di tulangnya pada
saat saya sedang haid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambilnya dan meletakkan mulut
beliau di tempat saya meletakkan mulutku.” (Musnad Ahmad, no. 24583)
Dari Amru bin Yatsribi, dia berkata: “Saya menyaksikan khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di
Mina maka di antara isi khutbahnya adalah: “Tidak halal seseorang mengambil harta saudaranya kecuali
atas kerelaan dirinya.” (Musnad Ahmad, no. 14941)
Dari Sa’ad bin Abi Waqas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku kagum dengan
ketetapan Allah ‘Azza Wajalla terhadap orang-orang Mukmin. Jika dia mendapatkan kebaikan, dia
memuji Rabbnya dan bersyukur, jika mendapatkan musibah dia memuji kepada Rabbnya dan bersabar.
Orang Mukmin akan diberi pahala pada setiap urusannya hingga suapan makanan yang dia angkat
kepada mulut isterinya.” (Musnad Ahmad, no. 1405, no. 1410)
Dari Mu’adz bin Anas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mampu
menahan amarahnya sedangkan dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di
hadapan seluruh makhluk pada hari Kiamat hingga Dia memberinya (kebebasan) memilih bidadari yang
dia suka.” (Sunan Abu Daud, no. 4147, Sunan Ibnu Majah, no. 4176, Musnad Ahmad, no. 15084)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan melalui dua
kuburan yang penghuninya sedang disiksa, lalu beliau bersabda: “Keduanya sungguh sedang disiksa,
dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan kerana berbuat dosa besar. Yang satu disiksa kerana tidak
bersuci setelah kencing sedang yang satunya lagi kerana selalu mengadu domba.” Kemudian beliau
mengambil sebatang pelepah kurma yang masih basah daunnya lalu membelahnya menjadi dua
bahagian kemudian menancapkannya pada tiap-tiap kuburan tersebut. Mereka bertanya: “Kenapa anda
melakukan ini?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Semoga diringankan (siksanya) selama
pelepah pohon ini basah (hidup).” (Sahih Bukhari, no. 1273, no. 1289, Sahih Muslim, no. 439, Sunan Abu
Daud, no. 19, Sunan An-Nasa’i, no. 31, Musnad Ahmad, no. 1877, Sunan Ad-Darimi, no. 732)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian
mencabut uban, tidaklah seorang Muslim yang tumbuh uban padanya dalam Islam kecuali ia akan
menjadi cahaya baginya pada hari Kiamat.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Kecuali dengannya Allah
akan menuliskan satu kebaikan dan dihapuskan darinya satu dosa.” (Sunan Abu Daud, no. 3670,
Musnad Ahmad, no. 6385)
dari Jabir bin Abdullah, dia berkata; “Pada tahun atau pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah (Abu
Bakar) dibawa ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan rambut dan janggutnya yang
memutih seperti pohon Tsaghamah (pohon yang daun dan buahnya putih). Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Celuplah (rambut dan janggut ini) dengan warna selain hitam.” (Sahih
Muslim, no. 3925, Sunan Abu Daud, no. 3672, Sunan AN-Nasa’i, no. 4989, Musnad Ahmad, no. 14114)
Dari Abu Dzar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, sebaik-baik yang
kalian gunakan untuk mengubah warna uban adalah Al-Henna (inai) dan Al-Katam (sejenis tumbuhan).”
(Sunan Abu Daud, no. 3673, Sunan Ibnu Majah, no. 3612, Musnad Ahmad, no. 20345)
Dari Anas bin Malik bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua anak cucu Adam
berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.” (Sunan At-
Tirmidzi, no. 2423, hasan, Sunan Ibnu Majah, no. 4241, Musnad Ahmad, no. 12576, Sunan Ad-Darimi,
no. 2611)
Dari Abu Darda’ bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menahan ghibah
(kata-kata buruk) terhadap saudaranya, maka Allah akan menyelamatkan wajahnya dari api neraka kelak
pada hari kiamat.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1854, hasan, Musnad Ahmad, no. 26260, no. 26264)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya
untuk disakiti. Siapa yang membantu keperluan saudaranya maka Allah akan membantu keperluannya.
Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang Muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan
baginya dari kesusahan-kesusahan hari Kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka
Allah akan menutup aibnya pada hari Kiamat.” (Sahih Bukhari, no. 2262, Sahih Muslim, no. 4677, Sunan
Abu Daud, no. 4248, Sunan At-Tirmidzi, no. 1346, hasan sahih gharib, Musnad Ahmad, no. 5388)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seseorang melamar
(anak perempuan dan kerabat) kalian, sedangkan kalian redha pada agama dan akhlaknya (pelamar
tersebut), maka nikahkanlah dia (dengan anak perempuan atau kerabat kalian). Jika tidak, nescaya akan
terjadi fitnah di muka bumi dan kerosakan yang besar.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1004, hasan sahih, Sunan
Ibnu Majah, no. 1957)
Dari Ali bin Abu Talib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ali, ada tiga hal,
janganlah kamu menunda perlaksanaannya, iaitu solat jika telah masuk waktunya, urusan jenazah jika
(ada yang meninggal), dan nikahkan seorang gadis jika telah mendapatkan pasangan yang sesuai.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 995)
Dari Abdullah bin Umar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang Muslim
bercampur gaul dengan orang lain dan bersabar atas gangguan mereka, adalah lebih baik daripada
seorang Muslim yang tidak bercampur gaul dengan orang lain dan tidak bersabar atas gangguan
mereka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2431, sahih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya apabila seseorang hamba berdiri untuk
solat maka diletakkan semua dosa-dosanya di atas kepala dan kedua-dua bahunya. Setiap kali dia rukuk
atau sujud, maka akan berjatuhanlah dosa-dosanya itu.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang
manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara iaitu sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat baginya dan anak soleh yang selalu mendoakannya.” (Sahih Muslim, no. 3084,
Sunan Abu Daud, no. 2494, Sunan At-Tirmidzi, no. 1297, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 3591,
Musnad Ahmad, no. 8489, Sunan Ad-Darimi, no. 558)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bila imam
mengucapkan ‘Ghairil maghdhuubi ‘alaihim walaadh-dhalliin (bukan orang-orang yang dimurkai dan
bukan orang-orang yang sesat)’ maka ucapkanlah ‘Aamiin’. Barangsiapa ucapan aminnya bersamaan
dengan amin para Malaikat, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Sahih Bukhari, no. 4115,
Sahih Muslim, no. 621, Sunan Abu Daud, no. 800, Sunan An-Nasa’i, no. 918, Musnad Ahmad, no. 6890,
Muwatha’ Malik, no. 181, Sunan Ad-Darimi, no. 1218)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang
Mukmin melihat dosa-dosanya seperti dia duduk di bawah gunung, dia khuatir gunung itu akan
menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat dosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang
hinggap di batang hidungnya, kemudian dia mengusirnya seperti ini lalu terbang.” (Sahih Bukhari, no.
5833)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalau bukan kerana
(kesalahan) Bani Israil, nescaya makanan dan daging kita tidak akan basi (membusuk), dan sekiranya
bukan kerana (kesalahan) Hawa (di syurga), nescaya seorang wanita tidak akan mengkhianati suaminya
selama-lamanya.” (Sahih Bukhari, no. 3083, no. 3147, Sahih Muslim, no. 2674, Musnad Ahmad, no.
7689) [Kata Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu: “Diberi nama Hawa kerana dia Ummu kulli haya’ (ibu segala
manusia yang hidup). Dia mempunyai anak sebanyak empat puluh dengan dua puluh kali hamil. Setiap
kali hamil, dia melahirkan lelaki dan perempuan. Kesalahan Hawa ialah menggoda suaminya sehingga
memakan buah terlarang di syurga, sedangkan kesalahan Bani Israil ialah diberi hidangan manisan dan
daging burung dari langit, dan mereka dilarang menyimpannya, tetapi mereka melanggarnya. Kerana
itulah makanan menjadi basi dan daging menjadi busuk.” (An-Nawawi, Syarah Sahih Muslim, jilid.X,
hlm.59)]
Dari Ummu Athiyah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang
wanita berkabung atas kematian seseorang melebihi tiga hari, kecuali kerana kematian suaminya iaitu
empat bulan sepuluh hari. Dan tidak boleh menggunakan pakaian yang berwarna warni melainkan hanya
memakai pakaian yang kasar (kusam), dan tidak boleh menggunakan celak mata, dan tidak boleh
memakai wangian kecuali jika masa iddahnya telah tamat, maka diperbolehkan baginya memakai Qusth
(gaharu) dan Azhfar (sejenis pohon yang harum baunya).” (Sahih Bukhari, no. 4923, Sahih Muslim, no.
2739, Sunan Abu Daud, no. 1959, Sunan Ibnu Majah, no. 2078, Musnad Ahmad, no. 19864, Sunan Ad-
darimi, no. 2184)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:
“Ambillah untukku minyak wangi (setengah riwayat mengatakan selendang) dari masjid.” Aisyah lalu
menjawab: “Sesungguhnya aku sedang haid!” Beliau pun bersabda: “Sesungguhnya haid tidak terletak
pada tanganmu (tidak akan mengotori).” (Sahih Muslim, no. 450, Sunan Abu Daud, no. 228, Sunan At-
Tirmidzi, no. 124, hasan sahih, Sunan Ibnu Majah, no. 624, Musnad Ahmad, no. 23054)
Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak mengirim surat
kepada Raja Romawi, para sahabat mengatakan bahawa mereka (orang-orang Romawi) tidak mahu
membaca surat tanpa cop mohor. Keraana itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat sebuah
cincin dari perak. Aku seolah-olah masih melihat bagaimana cemerlangnya cincin itu di tangan beliau,
tulisannya adalah ‘Muhammad Rasulullah’.” (Sahih Bukhari, no. 2721, Sahih Muslim, no. 3902, Sunan
Abu Daud, no. 3681, Sunan An-Nasa’i, no. 5106, Musnad Ahmad, no. 12259)
Dari Abdullah bin Zaid, dia berkata: “Seorang lelaki mengadukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bahawa dia seolah-olah merasakan sesuatu (seperti kentut) ketika solatnya. Beliau bersabda:
“Kamu tidak perlu membatalkan solatmu sehingga kamu mendengar suara atau mencium bau.” (Sahih
Bukhari, no. 134, Sahih Muslim, no. 540, Sunan Abu Daud, no. 150, Sunan An-Nasa’i, no. 160, Sunan
Ibnu Majah, no. 507, Musnad Ahmad, no. 15855)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata: “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggilir para
isterinya pada hari yang sama di malam hari atau siang hari, ketika itu jumlah isteri-isteri beliau sebelas
orang.” Qatadah bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah beliau mampu?” Anas menjawab: “Beliau
diberikan kekuatan seperti tiga puluh lelaki.” (Sahih Bukhari, no. 260, Musnad Ahmad, no. 13595)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah seorang isteri
menceritakan ciri-ciri wanita lain pada suaminya sehingga dia seolah-olah melihatnya
(membayangkannya).” (Sahih Bukhari, no. 4840, Sunan Abu Daud, no. 1838, Sunan At-Tirmidzi, no.
2716, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 3427)
Dari Mu’awiyah bin Hayyadah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Celakalah bagi
orang yang berbicara lalu berbohong untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.”
(Sunan Abu Daud, no. 4338, Sunan At-Tirmidzi, no. 2237, hasan, Musnad Ahmad, no. 19170, Sunan Ad-
Darimi, no. 2586)
Dari Sa’ad bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa di antara
kamu melihat kemungkaran hendaklah dia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak
mampu, hendaklah dia mencegahnya dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, hendaklah dia
mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (Sahih Muslim, no. 70, Sunan Abu Daud, no.
963, Sunan At-Tirmidzi, no. 2098, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 4922, Sunan Ibnu Majah, no. 1265,
Musnad Ahmad, no. 10723)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Abu Bakar masuk menemui aku saat itu di sisiku ada dua
anak gadis kaum Ansar yang sedang melagukan nyanyian yang biasa dinyanyikan kaum Ansar, yang
mengingatkan kepada peristiwa pada perang Bu’ats. Kedua anak gadis tersebut tidaklah begitu pandai
dalam bernyanyi. Maka Abu Bakar pun berkata: “Seruling-seruling syaitan (kalian perdengarkan) di
kediaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!” Peristiwa itu terjadi pada Hari Raya Aidilfitri. Maka
bersabdalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum
memiliki hari raya, dan sekarang ini adalah hari raya kita.” (Sahih Bukhari, no. 899, Sunan Ibnu Majah,
no. 1888, Musnad Ahmad, no. 23879)
Dari Abu Malik Al Asy’ari bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh,
sebahagian dari ummatku akan meminum khamar (arak) yang mereka menamakannya dengan selain
namanya, mereka dilalaikan dengan bunyi-bunyian dan penyanyi wanita disertai dengan alat muzik. Allah
akan menutupi kehidupan mereka dan akan menjadikan sebahagian mereka kera dan babi.” (Sunan Ibnu
Majah, no. 4010)
Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan doa-doa
ini ketika menjelang pagi dan petang, iaitu: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan
dan keselamatan dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan
keselamatan di dalam menjalankan agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah
auratku, amankanlah apa-apa yang menjadi pemeliharaanku, lindungilah ku dari bahaya yang datang
dari hadapanku, dari belakangku, dari samping kananku, dari samping kiriku dan dari atasku dan aku
berlindung kepada-Mu dari bahaya yang datang tak disangka dari bawahku.” (Sunan Abu Daud, no.
4412, Sunan Ibnu Majah, no. 3861, Musnad Ahmad, no. 4554)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
menzalimi orang Mukmin, kebaikannya akan dibalas di dunia dan di akhirat mendapat ganjaran.
Sedangkan orang kafir diberi rezeki kerana kebaikan-kebaikan yang dikerjakan di dunia hingga dia
menuju akhirat tanpa memiliki suatu kebaikan pun yang dapat dibalas.” (Sahih Muslim, no. 5022, Musnad
Ahmad, no. 11790)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana
engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah engkau kagum dengan amalan-
amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (masuk
neraka) atau orang yang bahagia (masuk syurga).” (Riwayat Al-Baihaqi)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian merasa
kagum dengan seseorang hingga kalian dapat melihat akhir dari amalnya. Sesungguhnya ada seseorang
selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan amal kebaikan, yang sekiranya dia meninggal
pada saat itu, dia akan masuk ke dalam syurga, namun dia berubah dan beramal dengan amal
keburukan. Dan sungguh, ada seorang hamba selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan
amal keburukan, yang sekiranya dia meninggal pada saat itu, dia akan masuk neraka, namun dia
berubah dan beramal dengan amal kebaikan. Jika Allah menginginkan kebaikan atas seorang hamba
maka Dia akan membuatnya beramal sebelum kematiannya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana Allah membuatnya beramal?” Beliau bersabda: “Memberinya taufik untuk beramal kebaikan,
setelah itu Dia mewafatkannya.” (Musnad Ahmad, no. 11768)
Dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkhutbah di
hadapan kami, dan kebanyakan isi khutbah beliau selalu menceritakan kepada kami tentang Dajjal
supaya kami berhati-hati. Dan di antara isi khutbah beliau adalah: “Sungguh, semenjak Allah
menciptakan anak cucu Adam, tidak ada fitnah yang lebih besar dari Dajjal, dan tidak ada satu Nabi pun
yang diutus oleh Allah melainkan dia akan memperingatkan kepada umatnya mengenai fitnah Dajjal.
Sedangkan aku adalah Nabi yang paling akhir dan kamu juga ummat yang paling akhir, maka tidak dapat
dielakkan lagi bahawa Dajjal akan keluar di tengah-tengah kalian. Sekiranya dia keluar, sedang aku
masih berada di tengah-tengah kalian, maka aku adalah pembela setiap orang Muslim. Namun jika dia
keluar setelah (kematian)ku, maka tiap-tiap kalian adalah penyelamat bagi dirinya sendiri, dan Allah
sebagai penggantiku dalam menyelamatkan setiap Muslim. Sesungguhnya dia akan keluar dari suatu
celah yang terletak antara Syam dan Iraq. Lalu dia akan berbuat kerosakan di sebelah kiri dan kanannya.
Wahai hamba Allah, wahai para manusia, teguhkanlah diri kalian, kerana aku akan menerangkan sifat-
sifatnya yang belum pernah diterangkan oleh seorang Nabi pun sebelumku. Pertama kali dia akan
mendakwakan dirinya dengan mengatakan: ‘Aku adalah seorang Nabi.’ Padahal tidak ada Nabi
setelahku, kemudian dia juga akan mendakwakan dirinya dengan mengatakan: ‘Aku adalah Rabb kalian.’
Sedangkan kalian tidak akan boleh melihat Allah kecuali setelah kalian meninggal. Dan dia hanya
memiliki satu mata, padahal Allah tidaklah bermata sebelah (cacat). Dan di antara kedua matanya tertulis
‘kafir’ yang hanya dapat dibaca oleh setiap Muslim baik yang dapat menulis mahupun yang tidak dapat
menulis. Di antara fitnah-fitnahnya adalah bersamanya ada syurga dan neraka, namun pada hakikatnya
nerakanya adalah syurga dan syurganya adalah neraka. Barangsiapa mendapatkan cubaan dengan
nerakanya, hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia membaca ayat di awal-awal surah
Al-Kahfi. Dan di antara fitnahnya juga adalah dia akan berkata kepada seorang Arab: ‘Fikirkanlah
olehmu, sekiranya aku dapat membangkitkan ayah dan ibumu yang telah mati, apakah kamu akan
bersaksi bahawa aku adalah Rabbmu?’ Laki-laki Arab tersebut menjawab: ‘Ya.’ Kemudian muncullah
syaitan yang menjelma di hadapannya dalam bentuk ayah dan ibunya, maka keduanya berkata: ‘Wahai
anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dia adalah Rabbmu.’ Dan di antara fitnah-fitnahnya adalah dia akan
memaksa manusia lalu membunuhnya dan memotongnya dengan gergaji. Maka terbelahlah orang
tersebut menjadi dua bahagian. Kemudian Dajjal berkata: ‘Lihatlah oleh kalian kepada hambaku ini,
sesungguhnya aku akan membangkitkannya, lalu dia akan mendakwa bahawa Rabbnya adalah selain
aku.’ Maka Allah pun membangkitkan orang yang terbelah tersebut. Lalu Dajjal berkata kepadanya:
‘Siapakah Rabbmu?’ Dia menjawab: ‘Rabbku adalah Allah, dan kamu adalah musuh Allah. Kamu adalah
Dajjal. Demi Allah, mulai hari ini, tidak ada hal yang lebih aku yakini selain dari (kedustaan)mu’. Laki-laki
itu adalah dari (antara) ummatku yang mendapatkan darjat yang paling tinggi di syurga. Dan termasuk
dari fitnahnya (Dajjal) adalah memerintahkan langit supaya menurunkan air hujan, maka turunlah hujan,
dan memerintahkan bumi supaya menumbuhkan tumbuhannya, maka bumi pun menumbuhkan
tumbuhannya. Termasuk dari fitnahnya adalah dia melintasi suatu negeri, namun penduduknya
mendustakannya, maka tidak satu binatang ternak pun yang tersisa melainkan akan binasa. Dan di
antara fitnah-fitnahnya adalah bahawa dia akan melintasi suatu negeri, kemudian penduduknya
membenarkannya, maka dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan dan
dia memerintahkan bumi supaya menumbuhkan tumbuhannya, maka tumbuhlah tumbuhannya. Sehingga
binatang pada saat itu menjadi lebih besar dan lebih gemuk dibandingkan dengan masa-masa yang telah
lalu, paling besar lambungnya dan paling banyak air susunya. Sungguh, tidak ada satu negeri pun di
muka bumi ini yang tidak dimasuki dan dikuasai oleh Dajjal kecuali Makkah dan Madinah, dan dia tidak
akan mampu memasukinya dari setiap celah-celah itu melainkan dia akan bertemu dengan penjaga
(malaikat) tempat tersebut dengan pedang yang terhunus, sehingga dia akan singgah di suatu tempat
yang kosong dan belum pernah diolah. Maka kota Madinah bergetar dengan tiga kali goncangan,
sehingga tidak akan tertinggal dalam kota tersebut seorang munafik baik laki-laki mahupun perempuan
kecuali keluar menemui Dajjal, kota Madinah pun terbebas dari orang-orang keji sebagaimana alatan
besi menghilangkan karat pada besi, dan hari itu disebut dengan hari pembersihan.” Ummu Syuraik binti
Abu Al ‘Akr berkata: “Wahai Rasulullah, di manakah orang-orang Arab saat itu?” Beliau menjawab: “Pada
saat itu jumlah mereka sangatlah sedikit dan mereka berada di Baitul Maqdis sedangkan imam mereka
adalah seorang laki-laki yang soleh. Ketika pemimpin mereka hendak ke hadapan untuk mengimamkan
dalam solat subuh, tiba-tiba turunlah Isa bin Maryam, maka mundurlah imam mereka ke belakang supaya
Isa maju untuk mengimami solat. Isa lalu meletakkan tangannya di antara dua bahunya (pemimpin
mereka) sambil berkata: ‘Majulah kamu dan pimpinlah solat, kerana sesungguhnya ia (solat) ditegakkan
untuk kamu.’ Akhirnya pemimpin mereka pun mengimamkan mereka solat, dan ketika solat telah usai,
Isa berkata: ‘Bukalah pintu.’ Mereka pun membukakan pintu, ternyata di belakangnya Dajjal telah
menunggu bersama dengan tujuh puluh ribu orang Yahudi, masing-masig dari mereka memiliki pedang
terhunus yang terbuat dari emas dan berjubah besar berwarna hijau. Ketika dia (Isa) memandang Dajjal,
Dajjal pun meleleh (hancur) sebagaimana garam yang meleleh di dalam air. Kemudian Dajjal lari dan
dihadang oleh Isa di pintu timur kota Lud, kemudian Isa membunuhnya. Maka Allah menjadikan
kekalahan terhadap orang-orang Yahudi, di mana tidak ada satu makhluk pun yang diciptakan Allah yang
dijadikan perlindungan oleh mereka melainkan Allah akan menjadikannya berbicara, mulai dari batu,
pohon, dinding dan binatang ternak kecuali pohon Gharqad, sebab ia termasuk dari pohonnya mereka
yang tidak mahu bicara (pohon Yahudi). Lalu makhluk Allah yang lain berkata: ‘Wahai hamba Allah yang
Muslim, di sini ada orang Yahudi, kemarilah dan bunuhlah dia.’ Sesungguhnya hari-harinya (Dajjal hidup)
ialah selama empat puluh hari, sehari bagaikan setahun, dan sehari berikutnya seperti sebulan, dan
sehari seperti seminggu dan baki hari-hari tersebut seperti percikan api (yang cepat terbangnya), salah
seorang berada di pintu Madinah di pagi hari, maka belum sampai pintu yang lain dia telah berada di
petang hari.” Lalu dikatakan kepada beliau: “Wahai Rasulullah, bagaimana kami solat di hari-hari yang
sangat pendek tersebut?” Beliau menjawab: “Perkirakanlah hari-hari kalian untuk melaksanakan solat
sebagaimana kalian memperkirakan pada hari-hari yang panjang ini, kemudian tunaikanlah solat.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi: “Kemudian Isa bin Maryam akan menjadi seorang
hakim yang adil di kalangan ummatku dan seorang pemimpin yang bijaksana, dia akan menghancurkan
salib, membunuh babi, menghapus pajak dan membiarkan sedekah, maka dia tidak akan mencari seekor
kambing atau seekor unta zakat pun. Kedengkian dan permusuhan dihapus, bisa (racun) dari setiap
makhluk yang berbisa diangkat sehingga apabila ada seorang bayi perempuan memasukkan tangannya
ke dalam mulut ular, maka ular tersebut tidak akan membahayakannya, dan bayi perempuan itu juga
dapat menyakiti seekor singa, sedangkan singa tersebut tidak akan membahayakan bayi itu. Dan
serigala akan berada di tengah gerombolan kambing seakan-akan ia adalah anjingnya. Dunia akan
dipenuhi oleh kedamaian sebagaimana bejana yang berisi air (kerana sangat ratanya), agama akan
menjadi satu, maka tidak ada yang disembah selain Allah, terhapusnya seluruh hal yang menyebabkan
peperangan, suku Quraisy kembali mengambil kekuasaannya, dan bumi seakan-akan seperti bintang
perak, dan tumbuh-tumbuhannya akan tumbuh seperti zamannya Nabi Adam, sehingga apabila ada
sekelompok orang berkumpul untuk makan setangkai anggur, maka hal itu akan membuatnya senang,
dan apabila sekelompok orang tersebut berkumpul untuk memakan sebuah delima, maka hal itu juga
akan membuat mereka senang. Seekor lembu pada saat itu harganya sangatlah murah dan seekor kuda
hanya seharga beberapa dirham.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kenapa kuda menjadi
murah?” Beliau bersabda: “Ia tidak digunakan untuk berperang selamanya.” Dikatakan kepada beliau:
“Kenapa lembu jantan harganya mahal?” Beliau bersabda: “Sebab ia digunakan untuk membajak bumi
semuanya.” Beliau kembali bersabda: “Sesungguhnya tiga tahun sebelum munculnya Dajjal, adalah
waktu yang sangat sulit, di mana manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang terlalu teruk. Allah akan
memerintahkan kepada langit pada tahun pertama untuk menahan sepertiga dari hujannya, dan
memerintahkan kepada bumi untuk menahan sepertiga dari tanaman-tanamannya. Dan pada tahun
kedua Allah akan memerintahkan kepada langit untuk menahan dua pertiga dari hujannya dan
memerintahkan kepada bumi untuk menahan dua pertiga dari tumbuh-tumbuhannya. Kemudian di tahun
yang ketiga, Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, maka ia tidak
menitiskan setitis air pun dan Allah memerintahkan kepada bumi untuk menahan semua tanaman-
tanamannya, maka setelah itu tidak dijumpai satu tanaman hijau yang tumbuh dan semua binatang yang
berkuku akan mati, kecuali yang tidak dikehendaki oleh Allah.” Kemudian para sahabat bertanya:
“Dengan apakah manusia akan hidup pada saat itu?” Beliau menjawab: “Tahlil, takbir dan tahmid akan
sama ertinya bagi mereka dengan makanan.” (Sunan Ibnu Majah, no. 4067)
Dari Abu Sa’id bahawa beberapa orang dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dalam
suatu perjalanan. Ketika mereka singgah di suatu perkampungan dari perkampungan Arab, mereka
meminta supaya diberi jamuan, namun penduduk perkampungan itu enggan untuk menjamu mereka.
Kemudian salah seorang dari ketua mereka disengat binatang berbisa, mereka sudah berusaha
menngubatinya namun tidak juga memberi manfaat sama sekali, maka sebahagian mereka mengatakan:
“Sekiranya kalian mendatangi sekelompok laki-laki (sahabat Nabi) yang singgah di tempat kalian,
semoga salah seorang dari mereka ada yang memiliki sesuatu.” Lantas mereka mendatangi para
sahabat Nabi sambil berkata: “Wahai orang-orang, sesungguhnya pemimpin kami disengat binatang
berbisa, dan kami telah berusaha mengubatinya dengan segala sesuatu namun tidak juga membuahkan
hasil, apakah salah seorang dari kalian memiliki sesuatu (sebagai ubat)?” Salah seorang sahabat Nabi
menjawab: “Ya, demi Allah aku akan meruqyahnya (menjampinya), akan tetapi demi Allah, sungguh kami
tadi meminta kalian supaya menjamu kami, namun kalian enggan menjamu kami, dan aku tidak akan
meruqyah (menjampinya) sehingga kalian memberikan upahnya kepada kami.” Lantas penduduk
kampung itu menjamu mereka dengan menyediakan beberapa ekor kambing, lalu salah satu sahabat
Nabi itu pergi dan membaca ‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (surah Al-Fatihah)’ dan meludahkan kepadanya
hingga seakan-akan pemimpin mereka terlepas dari tali yang membelenggunya dan terbebas dari
penyakit yang dapat membinasakannya. Kemudian penduduk kampung tersebut memberikan upah yang
telah mereka telah persiapkan kepada sahabat Nabi, dan sahabat Nabi yang lain pun berkata:
“Serahkanlah.” Namun sahabat yang meruqyah berkata: “Jangan dulu sebelum kita menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahukan apa yang terjadi dan kita akan melihat apa yang beliau
perintahkan kepada kita.” Setelah itu mereka menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
memberitahukannya kepada beliau, beliau bersabda: “Apakah kamu tidak tahu bahawa (surah Al-
Fatihah) itu adalah ruqyah? Terimalah upah darinya, maka bahagikanlah dan berilah (sedikit) bahagian
untukku.” (Sahih Bukhari, no. 5308, Sahih Muslim, no. 4080, Sunan At-Tirmidzi, no. 1989, hasan, Sunan
Ibnu Majah, no. 2147, Musnad Ahmad, no. 10972)
Dari Ali bin Abu Talib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika ummatku
mengerjakan lima belas perkara maka bencana pasti akan menimpa mereka.” Ditanyakan kepada beliau:
“Apa perkara itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Apabila harta rampasan dimonopoli golongan
tertentu, amanah dijadikan harta rampasan, zakat dijadikan sebagai denda, laki-laki tunduk kepada
isterinya, derhaka kepada ibunya, berbuat baik kepada temannya, kasar terhadap bapanya, meninggikan
suara di masjid-masjid, pemimpin suatu kaum adalah orang yang paling hina, seseorang dihormati
kerana ditakutkan akan kejahatannya, meminum khamar (arak) menjadi kebiasaan, lelaki memakai
sutera, para wanita penyanyi dan alat alat muzik berleluasa, dan ummat akhir zaman akan melaknat
ummat terdahulu. Maka tunggulah saat itu akan datang angin merah atau gempa atau diganti rupanya.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 2136, gharib)
Dari Aisyah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Amalan yang paling dicintai Allah
adalah yang dilakukan terus-menerus (istiqamah) walaupun sedikit.” (Sahih Muslim, no. 1305, Musnad
Ahmad, no. 24153)
Dari Abu Mirtsad Al Ghanawi bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian
duduk di atas kuburan, dan jangan pula kalian solat dengan menghadap ke arahnya.” (Sahih Muslim, no.
1613, Sunan Abu Daud, no. 2810, Sunan At-Tirmidzi, no. 971, sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 752, Musnad
Ahmad, no. 16584)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekiranya kepala salah seorang daripada kamu
ditusuk dengan jarum besi, itu adalah lebih baik bagi kamu daripada kamu menyentuh wanita yang tidak
halal bagi kamu.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sedekah itu tidak akan
mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi kemaafan kepada orang lain, melainkan Allah akan
menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri kerana Allah, melainkan Allah
akan mengangkat darjatnya.” (Sahih Muslim, no. 4689, Sunan At-Tirmidzi, no. 1952, hasan sahih,
Musnad Ahmad, no. 8647, Muwatha’ Malik, no. 1560, Sunan Ad-Darimi, no. 1614)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah `Azza Wa
Jalla telah menetapkan pada setiap anak cucu Adam bahagiannya dari perbuatan zina yang pasti terjadi
dan tidak mungkin dihindari. Maka zinanya mata adalah dengan melihat, zinanya lisan adalah dengan
ucapan, sedangkan nafsu berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluanlah sebagai pembenarnya
atau mendustakannya.” (Sahih Bukhari, no. 6122, Sahih Muslim, no. 4801, Sunan Abu Daud, no. 1840,
Musnad Ahmad, no. 7294)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya telah
ditetapkan pada setiap anak cucu Adam bahagiannya dari perbuatan zina yang tidak mustahil dan pasti
akan dijalaninya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lidah
adalah berbicara, zina kedua tangan adalah menyentuh, zina kedua kaki adalah melangkah, dan zina
hati adalah berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan semua itu akan dibenarkan atau didustakan
oleh kemaluan.” (Sahih Muslim, no. 4802, Musnad Ahmad, no. 7868)
Dari Ayyasy bin Abu Rab’iah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara tanda-tanda
Kiamat adalah akan keluar angin yang mencabut roh setiap Mukmin.” (Musnad Ahmad, no. 14916)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dari
tanda-tanda Kiamat adalah apabila ucapan salam hanya kepada orang yang dikenali sahaja.” (Musnad
Ahmad, no. 3482, no. 3655)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Termasuk
perkara sunnah adalah bila seseorang berpoligami menikahi gadis hendaklah dia bermukim di tempatnya
selama tujuh hari, dan bila dia menikahi seorang janda, maka hendaklah dia bermukim di tempatnya
selama tiga hari.” (Sahih Bukhari, no. 4812, Sahih Muslim, no. 2654, Sunan Abu Daud, no. 1814, Sunan
At-Tirmidzi, no. 1058, hasan sahih)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada satu pun jiwa yang terbunuh secara zalim melainkan anak Adam yang pertama (Qabil) ikut
menanggung dosa pertumpahan darah itu kerana dialah orang pertama yang mensunnahkan
pembunuhan”. (Sahih Bukhari, no. 3088, Sahih Muslim, no. 3177, Sunan At-Tirmidzi, no. 2597, hasan
sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 3920, Sunan Ibnu Majah, no. 2606, Musnad Ahmad, no. 3450)
Dari Thawus bin Kaisan, dia berkata: “Kami pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang duduk Al-Iq’ak
(duduk di atas punggung dengan menegakkan paha dan betis) di atas kedua tumit di antara sujud?” Lalu
dia menjawab: “Itu adalah sunnah.” Lalu kami pun berkata: “Sesungguhnya sikap seperti kami
menganggapnya kasar bagi seorang laki-laki.” Dia menjawab: “Bahkan itu adalah sunnah Nabi kalian
shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Sunan Abu Daud, no. 719, Sunan At-Tirmidzi, no. 261, hasan sahih,
Musnad Ahmad, no. 2708)
Dari Wa’il bin hajar, dia berkata: “Ketika aku tiba di Madinah, sungguh aku benar-benar akan melihat
bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam solat. Ketika duduk tasyahud beliau membentangkan
kaki kirinya dan meletakkan tangan kirinya -yakni di atas paha kirinya- serta menegakkan kaki kanannya.”
(Sunan At-Tirmidzi, no. 269, hasan sahih)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang berkata
“diamlah” kepada temannya pada hari Jumaat padahal imam sedang berkhutbah, maka dia telah
melakukan perbuatan sia-sia (tidak mendapat pahala).”(Sahih Bukhari, no. 882, Sahih Muslim, no. 1404,
Sunan Abu Daud, no. 938, Sunan At-Tirmidzi, no. 470, hasan sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 1385, Sunan
Ibnu Majah, no. 1100, Musnad Ahmad, no. 7030, Muwatha’ Malik, no. 214)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa berkata tentang Al-Quran tanpa ilmu, maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di
neraka.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2874, hasan sahih, Musnad Ahmad, no. 1965)
Dari Al Barra’ bin Azib bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang hukum
wudhu’ kerana makan daging unta, beliau menjawab: “Berwudhu’lah kerananya.” Lalu beliau ditanya
tentang hukum wudhu’ kerana makan daging kambing, beliau menjawab: “Janganlah kalian berwudhu
kerananya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 76, sahih, Sunan Abu Daud, no. 156)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga orang yang tidak
akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, dan tidak melihat kepada mereka. Dan mereka
mendapatkan siksa yang pedih iaitu orang tua yang berzina, pemimpin yang berdusta, dan orang miskin
yang sombong.” (Sahih Muslim, no. 156, Sunan An-Nasa’i, no. 2528, Musnad Ahmad, no. 9837)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara ummatku yang
sangat mencintaiku adalah orang-orang sepeninggalku, salah seorang di antara mereka ingin melihatku
dengan (mengorbankan) keluarganya dan hartanya.” (Sahih Muslim, no. 5060, Musnad Ahmad, no.
9030)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah dia memuliakan tetangganya.
Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah dia memuliakan tetamunya.”
(Sahih Bukhari, no. 5994, Sahih Muslim, no. 67, Sunan Abu Daud, no. 4487, Sunan Ibnu Majah, no.
3662, Musnad Ahmad, no. 7307)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah salah seorang
dari kalian beriman hingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya.”
(Sahih Bukhari, no. 14, Sahih Muslim, no. 63, Sunan An-Nasa’i, no. 4927, Sunan Ibnu Majah, no. 66,
Musnad Ahmad, no. 12349, Sunan Ad-Darimi, no. 2624)
Dari Amru bin Auf bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menghidupkan salah
satu sunnahku yang telah ditinggalkan sepeninggalku, maka dia akan mendapatkan pahala seperti
pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa
membuat bid’ah yang Allah dan RasulNya tidak meridhainya, maka baginya dosa seperti dosa orang-
orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”(Sunan At-Tirmidzi, no. 2601,
hasan, Sunan Ibnu Majah, no. 206)
Dari Athiyyah bin Urwah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
marah itu dari syaitan dan syaitan diciptakan dari api, sementara api akan mati dengan air, maka jika
salah seorang dari kalian marah hendaklah dia berwudhu’.” (Sunan Abu Daud, no. 4152, Musnad Ahmad,
no. 17302)
Dari Abu Hurairah bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Roh seorang Mukmin itu
terhalang dengan hutangnya hingga dibayar hutang tersebut” (Sunan At-Tirmidzi, no. 999, sahih, Sunan
Ibnu Majah, no. 2404, Musnad Ahmad, no. 10194)
Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang
yang mati syahid akan diampuni segala dosa-dosanya kecuali hutang.” (Sahih Muslim, no. 3498, Musnad
Ahmad, no. 6754)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang memberi
tangguh kepada orang susah atau membebaskannya dari hutangnya, nescaya Allah akan memberi
naungan kepadanya di bawah naungan Arsy-Nya, pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.”
(Sahih Muslim, no. 5328, Sunan At-Tirmidzi, no. 1227, Musnad Ahmad, no. 8354, Sunan Ad-Darimi, no.
2475)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah
prasangka buruk, kerana prasangka buruk ucapan yang paling dusta, dan janganlah kalian saling
mencari isu, saling mencari keburukan, saling menipu dalam jual beli, saling mendengki, saling
memusuhi dan janganlah saling membelakangi, dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang
bersaudara.” (Sahih Bukhari, no. 5606, Sahih Muslim, no. 4646, Musnad Ahmad, no. 7520, Muwatha’
Malik, no. 1412)
Dari Abu Barzah Al Aslami bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai orang-orang
yang beriman dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian
mengumpat seorang Muslim dan jangan pula mencari-cari kesalahannya. Sebab siapa saja yang
mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Maka siapa saja yang
Allah telah mencari-cari kesalahannya, Allah tetap akan menampakkan kesalahannya meskipun dia ada
di dalam rumahnya.” (Sunan Abu Daud, no. 4236)
Dari Ibnu Umar bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah, setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap kalian bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang
memimpin manusia akan bertanggungjawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas
keluarganya, dan dia bertanggungjawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah
suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggungjawab atas mereka semua, seorang hamba adalah
pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggungjawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah
pemimpin dan akan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.” (Sahih Bukhari, no. 2232, Sahih Muslim,
no. 3408, Sunan Abu Daud, no. 2539, Sunan At-Tirmidzi, no. 1627, hasan sahih, Musnad Ahmad, no.
4266)
Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemaksiatan
pertama kali yang terjadi pada Bani Israil adalah ketika seorang laki-laki berjumpa seorang laki-laki lain,
dia berkata: “Wahai saudaraku, bertakwalah kepada Allah, tinggalkan apa yang telah engkau lakukan,
kerana itu tidak halal untuk kamu lakukan.” Kemudian keesokan harinya dia berjumpa lagi dengannya,
namun perbuatan maksiat yang dia larang (kepada temannya) tidak mencegah dirinya untuk
menjadikannya sebagai teman makan dan minum serta duduknya (yakni dia ikut bersama dalam
kemaksiatan). Maka ketika mereka melakukan hal itu, Allah menghitamkan hati sebahagian mereka
kerana sebab sebahagian yang lain. Kemudian beliau membaca: “Telah dilaknati orang-orang kafir dari
Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam” hingga firmannya: “orang-orang yang fasik.”
Kemudian beliau bersabda: “Demi Allah hendaklah kalian benar-benar memerintahkan kebaikan,
mencegah kemungkaran dan mencabutnya dari tangan orang zalim lalu mengambalikannya
(membelokkannya) kepada kebenaran serta istiqamah terhadap kebenaran itu.” (Sunan Abu Daud, no.
3774, Sunan At-Tirmidzi, no. 2974)
Dari Abu Dzar, dia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) mewasiatkan padaku dengan tujuh hal iaitu
mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, melihat kepada orang yang di bawah dan tidak
melihat yang di atasku, menyambung silaturrahim walau dibenci, dan tidak meminta-minta pada seorang
pun. Dan beliau juga menyuruhku untuk berkata benar walau ia pahit rasanya, tidak takut cacian kerana
Allah, dan memperbanyak untuk mengucapkan ‘Laa haula walaa quwwata illa billah (Tiada daya dan
upaya kecuali kerana Allah)’, sebab itu adalah simpanan dari simpanan syurga.” (Musnad Ahmad, no.
20447)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang paling berbahagia
di dunia yang termasuk penghuni neraka didatangkan pada hari kiamat lalu dicelupkan sekali ke dalam
neraka, setelah itu dikatakan padanya: “Wahai anak cucu Adam, apa engkau pernah melihat kebaikan
sedikit pun, apa engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit pun?” Dia menjawab: “Tidak, demi Allah,
wahai Rabb.” Kemudian orang paling sengsara di dunia yang termasuk penghuni syurga didatangkan
kemudian ditempatkan di syurga sebentar, setelah itu dikatakan padanya: “Hai anak cucu Adam, apa
engkau pernah melihat kesengsaraan sedikit pun, apa engkau pernah merasa sengsara sedikit pun?” Dia
menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai Rabb, aku tidak pernah merasa sengsara sedikit pun dan aku tidak
pernah melihat kesengsaraan pun.” (Sahih Muslim, no. 5021, Sunan Ibnu Majah, no. 4312)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Syurga itu dikelilingi hal-
hal yang tidak menyenangkan dan neraka dikelilingi syahwat (yang disukai hawa nafsu).” (Sahih Bukhari,
no. 6006, Sahih Muslim, no. 5049, Musnad Ahmad, no. 8587, Sunan Ad-Darimi, no. 2720)
Dari Abdullah bin Amru bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua perkara yang
barangsiapa memilikinya maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan
sabar, dan barangsiapa yang tidak memiliki keduanya maka Allah tidak mencatat dia sebagai seorang
yang pandai bersyukur dan sabar, iaitu barangsiapa yang melihat (mengukur) agamanya dengan orang
yang lebih tinggi darinya lalu dia mengikutinya, dan barangsiapa yang melihat (mengukur) dunianya
dengan orang yang paling rendah darinya lalu dia memuji Allah atas kurnia yang diberikan kepadanya,
maka Allah akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan sabar, namun barangsiapa
yang melihat agamanya dengan orang yang lebih rendah darinya dan melihat dunianya dengan orang
yang lebih tinggi darinya dan dia bersedih atas dunia yang tidak didapatkannya, maka Allah tidak
mencatatnya sebagai seorang yang pandai bersyukur dan sabar.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2436, hasan
gharib)
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya nama-nama
yang paling disukai Allah Ta’ala ialah Abdullah dan Abdurrahman.” (Sahih Muslim, no. 3975, Sunan Abu
Daud, no. 4298, Sunan At-Tirmidzi, no. 2760, hasan, Sunan Ibnu Majah, no. 3718, Musnad Ahmad, no.
4544, Sunan Ad-Darimi, no. 2579)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya: “Tahukah kamu,
apakah ghibah (mengumpat) itu?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu
mengenai sesuatu yang tidak dia sukai.” Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut
engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka
bererti kamu telah mengumpatnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka bererti
kamu telah membuat pembohongan (fitnah) terhadapnya.” (Sahih Muslim, no. 4690, Sunan Abu Daud,
no. 4231, Sunan Ad-Darimi, no. 2598)
Dari Anas bin Malik bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika aku dinaikkan ke
lagit (dimi’rajkan), aku melalui suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka
gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya: “Wahai Jibril, siapa mereka itu?”
Jibril menjawab: “Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merosak
kehormatan mereka.” (Sunan Abu Daud, no. 4235, Musnad Ahmad, no. 12861)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Aku berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Cukuplah Safiyyah bagimu seperti ini dan seperti ini -maksudnya pendek-.” Beliau lalu bersabda:
“Sungguh engkau telah mengatakan suatu kalimah sekiranya ia dicampur dengan air laut maka ia akan
dapat menjadikannya berubah menjadi tawar.” (Sunan Abu Daud, no. 4232)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila diantara kalian mencampuri isterinya,
hendaklah dia menutupi dirinya dan menutupi isterinya dan janganlah keduanya (suami isteri)
bertelanjang bulat seperti keldai.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Terlaknatlah orang yang
menggauli isterinya pada duburnya.” (Sunan Abu Daud, no. 1847, Musnad Ahmad, no. 9356)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam berkhitan ketika beliau berusia lapan puluh tahun dengan menggunakan kapak.”
(Sahih Bukhari, no. 3107, Sahih Muslim, no. 4368, Musnad Ahmad, no. 9040)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila diantara kamu telah mencampuri isterinya
kemudian dia ingin mengulangi persetubuhannya itu maka hendaklah dia mencuci zakarnya terlebih
dahulu.” (Riwayat Al-Baihaqi)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari
kalian mendatangi (menggauli) isterinya dan ingin mengulanginya, maka hendaklah dia berwudhu’ di
antara keduanya.” (Sahih Muslim, no. 466, Sunan Abu Daud, no. 190, Sunan At-Tirmidzi, no. 131, hasan
sahih, Sunan An-Nasa’i, no. 262, Sunan Ibnu Majah, no. 580, Musnad Ahmad, no. 10735)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia
dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan.” Aku
bertanya: “Wahai Rasulullah, adakah wanita-wanita dan lelaki-lelaki semua saling melihat satu sama
lain?” Beliau menjawab: “Wahai Aisyah, urusan ketika itu lebih penting (dahsyat) dari saling melihat satu
sama lain.” (Sahih Muslim, no. 5102, Sunan An-Nasa’i, no. 2056, Musnad Ahmad, no. 23131)
Dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada akhir zaman nanti akan
ada orang-orang yang mewarna rambutnya dengan warna hitam seperti warna dada merpati, mereka
tidak akan mendapat bau syurga.” (Sunan Abu Daud, no. 3679, Sunan An-Nasa’i, no. 4988, Musnad
Ahmad, no. 2341)
Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mempelajari
suatu ilmu yang seharusnya kerana Allah Azza Wa Jalla, namun dia tidak mempelajarinya kecuali untuk
mendapatkan sebahagian dari dunia, maka dia tidak akan mendapatkan baunya syurga pada hari
Kiamat.” (Sunan Abu Daud, no. 3179, Sunan Ibnu Majah, no. 248, Musnad Ahmad, no. 8103)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Aku bersama Rasulullah shallallahu wa’alaihi wasallam dan Khalid bin Al
Walid menemui Maimunah, kemudian Maimunah datang kepada kami membawa bekas yang berisi susu,
kemudian Rasulullah shallallahu wa’alaihi wasallam minum sementara aku berada di kanannya dan
Khalid berada di sebelah kirinya, kemudian beliau bersabda: “Hakmu untuk minum, apabila engkau mahu
maka dahulukan Khalid!” Maka aku katakan: “Aku tidak akan mendahulukan bekasmu kepada seorang
pun.” Kemudian Rasulullah shallallahu wa’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang Allah beri makan
hendaknya dia berdoa: ‘Ya Allah, berkatilah kami padanya dan berilah kami makan yang lebih baik
darinya’, dan barangsiapa yang Allah beri minum susu maka hendaknya dia berdoa: ‘Ya Allah, berkatilah
kami padanya dan tambahkanlah darinya’.” Rasulullah shallallahu wa’alaihi wasallam bersabda: “Tidak
ada sesuatu yang dapat menggantikan makan dan minum selain susu.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 3377,
hasan)
Dari Urwah bin Az-Zubair Al Awwam bahawa tidaklah pernah dihidangkan kepadanya makanan,
minuman hingga ubat yang dia makan atau minum kecuali dia membaca: “Segala puji bagi Allah yang
telah memberi kami petunjuk, memberi kami makan, minum dan segala kenikmatan. Allah Maha Besar.
Ya Allah, nikmat-Mu datang kepada kami sarat dengan kejahatan-kejahatan, namun kerananya kami
boleh berpagi dan berpetang hari dalam keadaan baik. Maka kami memohon kepada-Mu kesempurnaan
dan syukurnya, tidak ada kebaikan kecuali dari-Mu. Tidak ada Tuhan selain-Mu, Tuhan orang-orang
soleh dan Rabb semesta alam. Segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah, apa yang Allah kehendaki dan tidak ada daya kekuatan kecuali keizinan dari Allah. Ya
Allah, berkatilah kami dengan apa yang telah engkau rezekikan kepada kami, dan lindungilah kami dari
api neraka.” (Muwatha’ Malik, no. 1465)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika selesai makan beliau
mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan serta minum kepada kami dan
menjadikan kami orang-orang Muslim.” (Sunan Abu Daud, no. 3352, Sunan At-Tirmidzi, no. 3379, Sunan
Ibnu Majah, no. 3274, Musnad Ahmad, no. 10846)
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahkan Ali dengan Fatimah, beliau berdoa:
‫اركَ لَ ُه َما ِف ْي ِه َما فِ ْي بِنَائِ ِه َما‬ ِ َ‫اَله ُه هم ب‬
َ َ‫ َوب‬،‫ار ْك ِف ْي ِه َما‬
“Ya Allah, berkatilah mereka berdua dan berkatilah perkahwinan mereka berdua.” (Riwayat At-Thabrani)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke atas
mimbar kemudian berkata: “Amin, amin, amin”. Para sahabat bertanya: “Kenapa engkau berkata amin,
amin, amin, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang malaikat Jibril
dan dia berkata: ‘Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan
tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!’ Maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril
berkata lagi: ‘Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari
keduanya masih hidup tetapi itu tidak memasukkan dia ke syurga dan katakanlah amin!’ Maka aku
katakan: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi: ‘Hai Muhammad, celaka seseorang yang jika disebut nama
engkau namun dia tidak berselawat kepadamu dan katakanlah amin!’ Maka aku katakan: ‘Amin’.”
(Riwayat Bukhari dalam Adab al-Mufrad)
————–
BELUM DITEMUI
Rasulullah s.a.w bersabda: Janganlah engkau berdoa buruk atas dirimu, jangan berdoa buruk atas
anakmu, jangan berdoa buruk atas pembantumu, jangan berdoa buruk atas hartamu, kerana apabila
lantunan doamu tepat pada saat yang dikabulkan Allah dan pada saat engkau meminta sesuatu
permintaan, Allah akan mengabulkannya. (H.R. Muslim)
Rasulullah s.a.w bersabda: Ketika dunia berada hampir di penghujungnya, kamu dapati maksiat
dilakukan secara terang-terangan. Zina dilakukan dengan sewenang-wenangnya persis seperti perilaku
haiwan. Yang tinggal hanyalah manusia yang keji dan buruk perangainya. Ketika itulah berlakunya
kiamat. (H.R. Muslim)
Rasulullah s.a.w bersabda, Allah s.w.t berfirman: Barangsiapa yang tidak redha terhadap ketentuanKu,
dan tidak sabar atas musibah dariKu, maka carilah Tuhan selain Aku. (Hadith Qudsi Riwayat Bukhari dan
Muslim)
Berkata Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa telah berwuduk dengan cara yang baik,
kemudian terus ia menuju (ke masjid, tetapi) didapati orang ramai telah selesai dari bersembahyang
(jemaah) Allah swt akan mengurniakan kepadanya pahala (solah jamaah) sama dengan mereka yang
hadir berjemaah, dengan tidak mengurangkan sedikit pun pahala (solah) jemaah mereka. (H.R. Muslim)
Rasulullah s.a.w bersabda: Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menakutkan Muslim yang lain, dan
apabila seorang kamu mengambil hak milik saudaranya yang lain, wajiblah dia memulangkannya
kembali. (H.R. Tirmidzi dan Abu Daud)
Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya kubur itu, adalah singgahan pertama ke akhirat, sekiranya
yang singgah itu terselamat, maka perjalanan selepas daripada itu lebih mudah lagi. Dan jika tidak
selamat, maka perjalanan selepas daripada itu lebih sukar lagi. (H.R. Tirmidzi)
Rasulullah s.a.w bersabda: Ada dua kenikmatan yang disia-siakan oleh kebanyakan manusia, iaitu
nikmat sihat dan masa lapang. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah s.a.w bersabda: Sesiapa yang berkehendakkan dunia maka hendaklah ia berilmu, sesiapa
yang berkehendakkan akhirat maka hendaklah ia berilmu dan sesiapa yang berkehendakkan kedua-
duanya maka hendaklah ia berilmu. (H.R. Tirmidzi)
Dari Abu Bakar r.a bahawa Nabi Muhammad s.a.w biasanya apabila menerima berita yang
mengembirakan baginda terus sujud kepada Allah. (H.R. Ahmad)
Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang diantara kamu bersetubuh dengan isterinya maka
janganlah ia menghentikan persetubuhannya itu sehingga isterinya juga telah selesai melampiaskan
hajatnya (syahwat atau mencapai kepuasan) sebagaimana kamu juga menghendaki lepasnya hajatmu
(syahwat atau mencapai kepuasan). (H.R. Ibnu Addi)
————–

Loading...

Anda mungkin juga menyukai