Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses inflamasi adalah respon terhadap rangsangan yang
merugikan. Inflamasi dapat ditimbulkan oleh berbagai agen berbahaya
(misalnya, infeksi, antibiotik, luka fisik). Kemampuan meningkatkan
respon inflamasi sangat penting untuk bertahan hidup dalam menghadapi
patogen lingkungan dan cedera, dalam beberapa situasi dan penyakit,
respon inflamasi berlebihan dan berkelanjutan tanpa manfaat yang jelas
dan konsekuensi yang merugikan bahkan parah pada organ yang inflamasi
(Goodman, 2011). Peradangan merupakan sebuah cara dasar dimana tubuh
bereaksi terhadap infeksi, iritasi atau cidera lain, fitur kunci yang
kemerahan, kehangatan, pembengkakan dan nyeri ( Stancov, 2012).
Terapi untuk mengatasi nyeri inflamasi banyak pilihan obat
konvesional (contohnya Anti inflamasi non-steroid/AINS) maupun obat
herbal. AINS merupakan sediaan yang paling luas peresepannya terutama
pada kasus-kasus nyeri inflamasi tingkat ringan sampai sedang. Obat ini
merupakan bahan aktif yang secara farmakologi tidak homogen terutama
bekerja menghambat produksi prostaglandin serta digunakan untuk
perawatan nyeri akut dan kronik. Dimana efek samping AINS dapt terjadi
pada berbagai organ tubuh terpenting seperti saluran cerna, jantung dan
ginjal (Fajriani, 2008). Obat-obat AINS sebagai antiinflamasi bekerja
dengan cara menghambat sintesis dari prostaglandin dengan
mempengaruhi enzim-enzim siklooksigenase-1 (COX-1) dan
siklooksigenase-2 (COX-2) (Meltyza, 2014. Hal. 113).
Kurkumin merupakan bagian terbesar dari rimpang kunyit yang
memiliki aktifitas antiinflamasi, antioksidan, dan antinoeplastik. Salah satu
kinerja farmakologis kunyit yang banyak dikembangkan adalah sebagai
antiinflamasi (Nurrochmad, 2004). Tetrahidrokurkumin (THC) merupakan
salah satu hasil metabolit kurkumin yang memiliki sifat fisiologis dan
farmakologis yang sama dengan kurkumin yang memiliki aktifitas anti-
oksidan, anti-inflamasi, anti-karsinogenik dan anti-gastroprotektif. Namun,
efek farmakologis tetrahidrokurkumin terbatas karena kelarutan dalam air
yang rendah sehingga mempengaruhi bioavailabilitasnya didalam tubuh
(Setthacheewakul et al, 2010).
Perbaikan kelarutan THC dapat meningkatkan efek
farmakologisnya. Meningkatkan kelarutan THC dapat dilakukan dengan
cara melarutkan dalam campuran minyak-surfaktan-kosurfaktan
(Setthacheewakul et al, 2010). Dalam formulasi Self-Nano Emulsifying
Drug Delivery System (SNEDDS), desain kombinasi yang tepat dari
minyak, surfaktan dan kosurfaktan akan menghasilkan droplet halus
nanoemulsi minyak dalam air di usus halus (Wahyiningsih, 2015). Metode
SNEDDS adalah metode yang tepat untuk obat yang bersifat lipofilik
dimana akan menghasilkan emulsifikasi yang dapat meningkatkan
kecepatan disolusi dan penyerapan obat (Makadia, 2013, hal. 26).
Penentuan formula minyak, surfaktan dan kosurfaktan dilakukan
dengan metode mixture experiment menggunakan softwere Design Expert
D-Optimal. Metode ini dipilih karena dapat memberikan formulasi
optimum masing-masing komponen minyak, surfaktan dan kosurfaktan
tanpa diketahui batasan formula sebelumnya.
Perbaikan kelarutan THC dengan menggunakan metode SNEDDS
diharapkan dapat memperbaiki kelarutannya dalam air sehingga
meningkatkan efek farmakologinya. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui optimasi formula SNEDDS THC dengan melakukan
screening pendahuluan dalam memilih kombinasi komponen minyak
surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah hasil optimasi komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak
dari SNEDDS THC mampu mengasilkan fase homogen ?
2. Berapakah komposisi minyak, surfaktan, dan kosurfaktan yang tepat
untuk meningkatkan kelarutan THC?
3. Apakah hasil komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak dari
SNEDDS THC memenuhi kriteria sebagai sediaan nanoemulsi?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah
tersebut yaitu:
1. Mengetahui hasil optimasi komposisi surfakatan, kosurfaktan dan
minyak dari SNEDDS THC mampu menghasilkan fase homogen.
2. Mengetahui komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak yang tepat
untuk meningkatkan kelarutan THC.
3. Mengetahui hasil optimasi komposisi surfaktan, kosurfaktan, dan
minyak dari SNEDDS THC memenuhi kriteria sediaan nanoemulsi.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu akan diperoleh formulasi optimum
dari SNEDDS THC yang diharapan dapat memperbaiki bioavailibilitas
THC.

Anda mungkin juga menyukai