Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya tujuan Pembangunan Nasional yang dijabarkan dalam
GBHN adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan merata baik
material maupun spiritual yang terpadu dan berkesinambungan disegala
bidang yang menyangkut kesejahteraan masyarakat banyak. Berdasarkan UU
No. 36 tahun 2009 pasal 3 tentang Kesehatan bahwa pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Pengelolaan lingkungan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan
agar dapat hidup sehat. Kondisi lingkungan yang sehat dapat mendukung
tumbuh kembangnya perilaku hidup sehat dan dapat mempengaruhi kesehatan
jasmani maupun rohani serta terhindar dari pengaruh negatif yang dapat
merusak kesehatan. Selain itu, proses belajar mengajar akan terganggu bila
berada pada lingkungan yang tidak sehat, sebaliknya di lingkungan yang
bersih dan nyaman akan menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan proses
belajar mengajar. Kesehatan lingkungan sekolah bertujuan untuk
meningkatkan, mewujudkan derajat kesehatan dan pengembangan siswa
secara optimal. Dengan demikian, untuk mencapai kesehatan siswa secara
optimal dapat dilakukan melalui program UKS, diantaranya: 1) Lingkungan
kehidupan sekolah yang sehat (health school living), 2) Pendidikan kesehatan
(health education), 3) Usaha pemeliharaan kesehatan di sekolah (health
service in school). Program ini harus dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan lingkungan
sekolah yang sehat dan bersih. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu
faktor utama dalam mewujudkan hidup sehat. Kesehatan tidak terlepas dari
keadaan lingkungan, seseorang tidak akan nyaman bila berada pada
lingkungan yang kotor, yang dapat menularkan penyakit.
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa “kesehatan
sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat belajar
tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas” (Depkes RI, 1992). Pembinaan lingkungan
sekolah yang sehat merupakan penggabungan antara upaya pendidikan dan
upaya kesehatan yang terdiri dari lingkungan fisik dan mental (psikis).
Lingkungan fisik sekolah terdiri dari sekolah dan lingkungannya, sedangkan
lingkungan mental (psikis) menyangkut kesadaran untuk membiasakan hidup
sehat dan bersih serta menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Untuk membiasakan hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penyediaan air bersih, harus ada,
tempat pembuangan sampah dan pengelolaannya serta tersedianya
pembuangan kotoran manusia atau WC di lingkungan sekolah yang memadai,
dan ini semua merupakan sanitasi lingkungan khususnya lingkungan sekolah.
Dalam skala yang lebih kecil, sanitasi lingkungan sekolah cenderung
dilupakan kondisi kebersihannya. Padahal kondisi sanitasi yang buruk dapat
berpengaruh besar terhadap tingkat kesehatan peserta didik sekolah yang
bersangkutan. Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya,
sekolah merupakan tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi
anak, termasuk perilaku kesehatan. Peran guru dalam promosi kesehatan di
sekolah sangat penting, karena guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh anak-
anak daripada orang tuanya. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat
sangat kondusif untuk berperilaku sehat bagi anak-anak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui
bagaimana kondisi sanitasi lingkungan dan kesesuainnya dengan pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah (KEPMENKES
1429/MENKES/SK/XII/2006) di MI Sunan Kalijogo Karangbesuki Kota
Malang.

1.3 Tujuan
Agar penulis dan pembaca mengetahui kondisi sanitasi lingkungan dan
kesesuainnya dengan pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan
sekolah (KEPMENKES 1429/MENKES/SK/XII/2006) di MI Sunan Kalijogo
Karangbesuki Kota Malang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum MI Sunan Kalijogo


MI (Madrasah Ibtidaiyah) Sunan Kalijogo merupakan MI/sederajat yang
beralamat di Jl. Candi III D No. 442 Karangbesuki Sukun Malang dan sudah
terakreditasi A.

Sumber: google maps

Awal mula sejarah MI Sunan Kalijogo kurang lebih didirikan pada tahun
1967, dikarenakan zaman dulu sebelum peristiwa G30S/PKI 1965 wilayah
sekitar Karangbesuki adalah masyarakat abanga yang sangat kental dengan
budaya adat istiadat yang tersangkut peristiwa G30S/PKI 1965. Kemudian
beberapa diantara masyarakat yaitu para ulama’/sesepuh ingin ada suatu
lembaga/instansi yang dapat memberikan perlindungan atau suaka agar
selamat dari peristiwa G30S/PKI 1965, dikarenakan lembaga pendidikan
terutama madrasah/pesantren islam dianggap tempat yang netral dan aman
untuk berlindung. Berawal dari situlah, masyarakat sekitar Karangbesuki
berinisiatif mewaqofkan tanah merekan untuk membangun lembaga
pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama’ (MINU). Berdasarkan latar
belakang tersebut, pada tahun 1979-1980 MINU semakin berkembang dalam
hal administrasi kelembagaan tetapi masih belum mengikuti ujian negara
dikarenakan satusnya masih lembaga diniyah.
Sekian lama MINU semakin berkembang dan menjadi lembaga Ma’arif
Sunan Kalijogo (nama yang diambil dari salah satu Walisongo di Jawa) yang
langsung berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama’ (NU). Setelah ikut di
bawah naungan NU, masyarakat Karangbesuki semakin aman karena orang-
orang PKI takut dibantai oleh BANSER NU (Barisan Ansor Serba Guna).
Pada tahun 1982, Ma’arif Sunan Kalijogo sudah mulai mengikuti ujian
negara dari Kementrian Agama (Kemenag) dan satu-satunya lembaga Ma’arif
NU di Kota Malang yang ikut ujian negara pada waktu itu. Kemudian tahun
1990 Ma’arif Sunan Kalijogo sudah mengikuti ujian negara yang dikeluarkan
oleh Dinas Pendidikan (Diknas) dan mendapatkan ijazah resmi dari negara,
akan tetapi ujiannya masih menumpang di Diknas dan mulai awal tahun
2000an sudah bisa mengadakan ujian negara sendiri sampai sekarang.

2.2 Indikator Kesehatan Lingkungan Institusi Pendidikan


A. Lokasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratan kesehatan lokasi sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Lokasi bangunan sekolah harus berada di dalam Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana, bekas tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah, dan bekas pertambangan.
3. Jauh dari gangguan atau jaringan listrik tegangan tinggi dengan radius
minimal 0,5 km.
Berdasarkan observasi, lokasi MI Sunan Kalijogo terletak pada
lingkungan yang aman dan bukan merupakan daerah rawan bencana. Adapun
daerah rawan bencana merupakan daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap
ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis, geologis dan
demografis maupun karena ulah manusia. Daerah rawan bencana ini terdiri
dari kawasan rawan longsor, banjir, dan gelombang pasang. Tanah yang
dipakai untuk mendirikan MI ini merupakan tanah kosong milik warna sekitar
yang diwaqafkan. Sehingga lokasi MI ini bukan merupakan bekas tempat
pembuangan pembuangan akhir (TPA) maupun bekas daerah pertambangan.
Hal ini telah sesuai dengan indikator letak lokasi bangunan. Tepat di depan MI
Sunan Kalijogo terdapat tiang listrik distribusi yang tidak bertegangan tinggi
sehingga lokasi sekolah ini aman dari gangguan atau jaringan listrik tegangan
tinggi.
Gambar 1. Jarak Sekolah dengan Tiang Listrik Distribusi

Gambar 2. Lokasi Bangunan Sekolah


B. Konstruksi Bangunan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratan kesehatan konstruksi bangunan
sekolah meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Atap dan talang
a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi perindukan tikus.
b. Kemiringan atap harus cukup, sehingga tidak mudah bocor dan tidak
memungkinkan terjadinya genangan air pada atap dan langit-langit.
c. Atap yang mempunyai ketinggian lebih dari 10m harus dilengkapi
dengan penagkal petir.
d. Talang tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
Hasil observasi di MI Sunan Kalijogo menunjukkan bahwa atap
terbuat dari bahan genteng tanah liat sehingga kuat, tidak bocor, dan tidak
menjadi perindukan tikus. Namun, pada tangga naik ke lantai dua atap
menggunakan bahan seng karena dinilai praktis dan mudah
pemasangannya. Tetapi bahan seng ini memiliki kelemahan yaitu mudah
berkarat. Sifat seng dapat menahan panas, maka suhu menjadi sangat
panas dan sering menimbulkan suara bising ketika hujan. Sehingga atap
berbahan seng ini sangat tidak direkomendasikan apabila sebagai atap
ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar. Namun peletakkan atap ini
hanya sebatas di atas tangga saja. Selain itu kemiringan atap dinilai sudah
cukup sehingga tidak bocor dan tidak terdapat genangan air ketika hujan
turun. Di setiap pojok atap, terdapat talang air yang terbuat dari paralon
(tabung) untuk mengalirkan air hujan dari atap ke bawah atau tanah.
Berdasarkan wawancara terhadap petugas kebersihan sekolah, tidak ada
kebocoran air yang disebabkan oleh kemiringan atap maupun kebocoran
talang. Karena talang tertutup, observasi hanya sebatas mengamati dari
luar tentang kemiringan talang. Kami tidak memperoleh data apakah di
dalam talang ada genangan air untuk perindukan nyamuk atau tidak.
Tinggi bangunan MI Sunan Kalijogo ±12 m dari permukaan tanah. Tetapi
belum dilengkapi dengan penangkal petir. Padahal pada syarat atap sehat
di atas disebutkan bahwa apabila ketinggian bangunan lebih dari 10 meter
harus dilengkapi dengan penangkal petir. Sehingga untuk syarat
ketinggian bangunan dengan penangkal petir belum terpenuhi.

Gambar 3. Atap Seng

Gambar 4. Atap Genteng Tanah Liat


Gambar. Talang

2. Langit-langit
Langit-langit atau plafon adalah permukaan interior atas yang
berhubungan dengan bagian atas sebuah ruangan. Umumnya, langit-langit
bukan unsur struktural, melainkan permukaan yang menutupi lantai
struktur atap di atas (Lamudi, 2014).
a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan
b. Langit-langit tingginya minimal 3m dari permukaan lantai
Berdasarkan penjelasan di atas, diperoleh hasil observasi dari langit-
langit ruangan di MI Sunan Kalijogo. Pada lantai pertama, setiap ruangan
memiliki langit-langit cor yang kuat, mudah dibersihkan karena dapat
dengan mudah terjangkau oleh sapu pembersih, dan berwarna terang yaitu
putih sehingga menciptakan suasana kelas yang terang serta mudah terlihat
apabila langit-langit sudah kotor agar segera dibersihkan. Pada lantai
kedua langit-langit setiap ruangan berbahan tripleks dan terdapat 1 m2
langit-langit yang dibiarkan terbuka yaitu di ruangan kelas VI-A sehingga
apabila terjadi kebocoran pada atap akan langsung ke ruangan tersebut.
Langitlangit berbahan tripleks ini harganya relatif murah, mudah
diperoleh, dan tidak sulit dalam pengerjaan atau pemasangannya. Namun,
apabila terjadi kebocoran atap dan sering terkena air atau rembesan akan
mudah rusak sehingga tidak awet. Selain itu, indikator selanjutnya
menunjukkan bahwa ketinggian minimal dari permukaan lantai yaitu 3
meter dan pada langit-langit MI Sunan Kalijogo tingginya 4,5 meter dari
permukaan lantai sehingga sudah memenuhi syarat.
Gambar 5. Langit-langit Cor Lantai 1

Gambar 6. Langit-langit Triplek


3. Dinding
Dinding adalah bagian dari bangunan yang dipasang secara vertikal
dengan fungsi sebagai pemisah antar ruang, baik antar ruang dalam
maupun ruang dalam dan ruang luar.
a. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab, dan berwarna terang.
b. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari
bahan yang kuat dan kedap air (trasram).
c. Dinding yang terbuar dari tembok tidak mudah retak.
d. Warna dinding ruang belajar berwarna lembut dan terang.
Mengacu pada syarat pertama dinding sekolah sehat, permukaan
dinding di MI Sunan Kalijogo mayoritas bersih. Namun ada beberapa
dinding yang terlihat kotor seperti di jalan menuju toilet karena disana
juga banyak sampah berserakan. Permukaan dinding di dalam ruang kelas
dan luar ruangan juga tidak lembab. Namun permukaan dinding di sekitar
toilet terbilang lembab karena mendapatkan sedikit pencahayaan dari sinar
matahari dan suasananya sedikit gelap. Dinding sudah terbuat dari tembok
sehingga kuat dan tidak mudah retak. Permukaan dinding dilapisi dengan
semen dan cat (bukan keramik). Permukaan dinding yang dilapisi keramik
hanya terdapat pada toilet saja. Sehingga pada beberapa tempat yang tidak
beratap dan selalu terkena percikan air ketika hujan seperti di UKS,
samping tangga, dan samping kantin terlihat kurang indah dan catnya
terlihat pecah hingga mengelupas. Warna dinding di sekolah ini yaitu
mayoritas perpaduan antara hijau muda dan hijau tua. Warna ini dipilih
untuk menciptakan suasana sejuk seperti hijaunya daun-daun pepohonan.
Namun, ketika perpaduan warna ini juga diterapkan di dalam kelas atau
ruang belajar akan terlihat menciptakan suasana yang gelap dan lembab.
Padahal sebenarnya dinding kelas tidak lembab. Jadi, menurut kelompok
kami warna perpaduan hujau muda dan hijau tua ini belum sesuai dengan
syarat dinding sehat pada ruang belajar yaitu berwarna lembut dan terang.
Adapun warna dinding kamar mandi atau toilet yaitu biru muda dan
dilapisi dengan keramik sehingga kuat dan kedap air ketika terkena
percikan dan siraman air. Selain itu, terdapat perbedaan pula pada dinding
UKS yaitu berwarna putih cerah. Padahal apabila warna tersebut
diterapkan di dalam ruang kelas juga dapat menambah kesan terang pada
ruangan. Pada dinding tertempel beberapa media promosi kesehatan
berupa poster, seperti di daerah kantin terdapat poster mengenai jajanan
sehat.

Gambar 7. Dinding Samping UKS


Gambar 8. Dinding Luuar Kelas

Gambar 9. Dinding Sekitar Toilet


4. Lantai
Syarat lantai pada sekolah sehat yaitu sebagai berikut:
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak retak, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
b. Pertemuan dinding dengan lantai harus berbentuk konus atau lengkung
agar mudah dibersihkan.
c. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
d. Warna lantai harus terang.
Lantai pada MI Sunan Kalijogo terbuat dari bahan keramik dengan
permukaan rata namun tidak licin karena keramik yang digunakan sedikit
bertekstur (apabila disentuh menggunakan telapak tangan atau telapak kaki
permukaan keramiknya berpola). Bahan keramik juga membuat lantai
kedap air dan kuat sehingga tidak mudah retak. Namun terdapat
permukaan lantai keramik yang retak yaitu pada tangga menuju lantai 2.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan yang terlalu
keras dan juga tertimpa barang-barang yang berat. Lantai sekolah
berwarna putih (terang) sehingga apabila kotor sangat terlihat. Selain itu,
pertemuan antara dinding dengan lantai membentuk sudut 90o sehingga
cukup mudah untuk dibersihkan dan tidak ada kotoran yang tertinggal.
Lantai di teras sekolah rawan terkena percikan air apabila hujan turun.
Selain percikan langsung dari air hujan, lantai juga dapat terkena percikan
talang yang ada di atasnya. Kemiringan lantai belum cukup untuk
mengalirkan air yang tergenang. Namun paving (halaman) yang menyatu
dengan lantai teras memiliki kemiringan yang cukup sehingg apabila
terdapat genangan dapat langsung mengalir ke halaman dan menuju
resapan air yang nantinya akan mengalir ke sungai belakang sekolah.

Gambar 10. Pertemuan antara dinding dengan lantai

Gambar 11. Permukaan Lantai Retak


Gambar 12. Lantai Ruang Kelas
5. Tangga
Tangga merupakan akses jalan menuju lantai kedua. Adapun tangga
sekolah sehat memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Setiap bangunan bertingkat harus mempunyai tangga yang berfungsi
sebagai tangga penyelamat.
b. Lebar anak tangga minimal 30 cm.
c. Tinggi anak tangga maksimal 20 cm.
d. Pegangan tangan di tangga harus ada untuk keamanan.
e. Lebar tangga atau luas tangga ≥ 150 cm
Gedung MI Sunan Kalijogo terdiri atas 2 lantai. Pada lantai pertama
terdapat beberapa ruang kelas, kantor kepala sekolah, UKS, tempat ibadah,
dan toilet. Sedangkan pada lantai dua terdapat beberapa ruang kelas,
perpustakaan, dan laboratorium. Adapun akses jalan menuju lantai kedua
yaitu menggunakan tangga yang terdiri dari beberapa anak tangga. Tangga
yang berada di sekolah ini memiliki pegangan yang kuat dan kokoh
sehingga aman untuk digunakan anak usia SD. Selain itu kemiringan
tangga juga tidak terlalu curam sehingga tidak membuat pengguna merasa
takut untuk naik ke lantai 2. Adapun ukuran lebar anak tangga yaitu 30
cm. Hal ini sesuai dengan syarat tangga sekolah sehat dimana ukuran
minimal lebar tangga adalah 30 cm. Ukuran tinggi tangga yaitu 17 cm.
Artinya ukuran tersebut sudah sesuai dengan syarat maksimal 20 cm.
Namun, lebar tangga atau luas tangga hanya berukuran 120 cm. Padahal
pada syarat di atas dinyatakan bahwa luas tangga ≥150 cm. Artinya luas
tangga ini belum memenuhi syarat yang telah ditentukan. Ukuran luas
tangga ini diperkirakan apabila dua orang melewati tangga secara
bersamaan agar tidak bertabrakan. Namun, pada kenyataanya di MI Sunan
Kalijogo ini tangganya cukup sempit sehingga apabila melewati secara
bersamaan akan bersenggolan. Hal ini sangat berbahaya apabila seseorang
melewati tangga dalam keadaan berlari dan bertabrakan dengan orang lain
sehingga dapat menyebabkan jatuh dan cidera.
Gambar 13. Tangga dan Pegangan Tangga

Gambar 14. Anak Tangga

6. Pintu
Pintu adalah sebuah bukaan pada dinding yang memudahkan sirkulasi
antar ruang-ruang yang dilingkupi oleh dinding tersebut (akses keluar dan
masuk ruangan). Pintu sekolah sehat terdiri dari dua daun pintu dengan
arah bukaan ke luar dan mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang
berlaku. Antara dua kelas harus ada pintu yang berdekatan dengan pintu
keluar, untuk memungkinkan cepat keluarnya siswa yang duduk paling
belakang. Pintu di setiap ruangan MI Sunan Kalijogo yaitu ruang kelas,
ruang laboratorium, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, serta ruang
UKS terbuat dari bahan kayu yang kuat dan tahan rayap. Sedangkan pintu
kamar mandi terbuat dari bahan vynil atau PVC yang tahan air, antikorosi,
tidak memiliki suara yang mengganggu pendengaran (suara keras ketika
digerakkan), dan memiliki nilai artistik yang tinggi. Pintu setiap ruangan
terdiri dari satu daun pintu dengan arah bukaan ke dalam sehingga
memakan banyak tempat di dalam ruangan. Hal ini berarti komponen
pintu belum sesuai dengan syarat pada pintu sekolah sehat. Setiap kelas
hanya memiliki satu akses keluar (pintu) yaitu tepat berada di barisan
paling depan bangku siswa sehingga tidak ada pintu di antara dua kelas
yang berdekatan dengan pintu keluar sehingga tidak dapat mempercepat
keluarnya siswa yang duduk paling belakang. Secara keseluruhan
indikator pintu sekolah sehat yang telah ditentukan, pintu di MI Sunan
Kalijogo belum cukup memenuhi syarat.

Gambar 15. Daun Pintu Ruang Kelas

Gambar 16. Daun Pintu Toilet


7. Jendela
Jendela merupakan lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai
tempat keluar masuk udara (KBBI). Syarat jendela dalam sekolah sehat
yaitu dapat dibuka dan ditutup dengan arah bukaan ke luar. Untuk ruang
tertentu seperti ruang laboratorium, ruang komputer, ruang media, dan
ruang perpustakaan diberi besi pengaman. Jendela setiap ruangan di MI
Sunan Kalijogo dapat dibuka dan ditutup dengan arah bukaan ke luar
sehingga sudah sesuai dengan syarat yang berlaku. Selain itu di beberapa
ruang kelas lantai 1 jendelanya juga sudah dilengkapi dengan besi
pengaman (tralis) sebagai wujud dari menjaga keamanan barang inventaris
sekolah. Dalam satu kelas terdapat 4 jendela kaca. Namun pada ketentuan
yang telah dijelaskan, di beberapa ruangan seperti laboratorium, ruang
komputer, perpustakaan, dan ruang media harus seharusnya dipasang
pengaman besi juga pada jendela. Berdasarkan hasil observasi diperoleh
bahwa jendela di ruangan-ruangan tersebut belum dilengkapi dengan besi
pengaman. Padahal apabila diamati, barang-barang yang ada di dalam
ruangan tersebut termasuk juga barang berharga seperti LCD, komputer,
dan printer. Sehingga hal ini perlu diwaspadai terhadap adanya pencurian
fasilitas sekolah.

Gambar 17. Jendela Ruang Kelas


Gambar 18. Jendela Laboratorium Komputer dan Perpustakaan

8. Pembuangan air hujan


Pembuangan air hujan di sekolah sehat yaitu diresapkan ke dalam tanah
atau disalurkan ke saluran umum atau sungai terdekat. Syarat ini telah
sesuai dengan kondisi pembuangan air hujan di MI Sunan Kalijogo. Pada
halaman sekolah yang terbuat dari paving, terdapat banyak lubang resapan
air hujan yang berfungsi untuk meresap air hujan baik yang langsung
maupun yang berasal dari talang. Resapan air ini nantinya akan dialirkan
ke sungai yang berada tepat di belakang sekolah. Dengan adanya banyak
resapan air ini diharapkan tidak ada lagi genangan-genangan air yang
dapat menjadi sarang nyamuk dan menyebabkan berbagai macam
penyakit.

Gambar 19. Resapan Air Hujan

C. Ruang Bangunan
1. Ruang kelas
a. Kepadatan minimal 1,75 m2/murid.
b. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan minimal 2,5 meter
dan jarak papan tulis dengan meja siswa paling belakang maksimal 9
meter.
c. Lantai di depan papan tulis ditinggikan 40 cm dari lantai sekitarnya.
d. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir di depan
ruang kelas. Minimal 1 tempat cuci tangan untuk 2 kelas.
e. Tingkat kebisingan tidak lebih dari 35-45 dB(A)
Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan lebar kelas 5,4 meter dan
panjang kelas ±9 meter dengan tingkat kepadatan cukup tinggi dilihat dari
penataan kursi dan bangku sekolah. Jarak antara papan tulis dengan
bangku paling depan yaitu 2,5 meter dan dengan bangku paling belakang
yaitu 8,1 meter. Ukuran jarak ini telah sesuai dengan syarat ruang kelas
yang sehat. namun, pada ketentuan ketiga yaitu lantai depan papan tulis
ditinggikan dari lantai sekitarnya masih belum terlaksana. Lantai depan
papan tulis tingginya setara dengan lantai dimana siswa duduk. Jadi tidak
ada perbedaan ketinggian. Sehingga apabila siswa yang memiliki postur
tinggi duduk di depan dan siswa yang memiliki postur kurang tinggi
duduk di belakang akan kesulitan untuk melihat guru karena tidak ada
perbedaan ketinggian lantai. Di depan setiap ruang kelas selalu terdapat
tulisan yang menyatakan bahwa terdapat fasilitas cuci tangan. Namun
ketika kelompok kami melakukan observasi selama 2 kali yaitu saat
kegiatan pembelajaran berlangsung dan juga saat semua siswa sudah
pulang tidak ada fasilitas cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
Berdasarkan hasil wawancara dari petugas kebersihan sekolah, fasilitas
tersebut tidak dipasang karena pihak sekolah takut apabila air yang ada
digunakan untuk mainan para siswa dan menyebabkan adanya genangan
air di lantai depan ruang kelas. Oleh karena itu, fasilitas tersebut hanya
dipasang saat ada kegiatan tertentu (tidak setiap hari). Dari pengamatan
yang kami lakukan, kondisi ruang belajar (kelas) cukup kondusif dan tidak
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi. Kecuali pada daerah lantai 2,
yaitu tepatnya di kelas VI-A. Karena di sekitar ruang tersebut tersebut
berdekatan dengan tangga dan atapnya berbahan seng. Sehingga akan
terdengar bising apabila hujan turun. Tetapi secara keseluruhan proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif.
Gambar 20. Ruang Kelas

Gambar 21. Lantai Depan Papan Tulis

2. Ruang UKS
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program pemerintah untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga
sekolah. Adapun syarat UKS sekolah sehat yaitu sebagai berikut:
a. Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dengan air bersih yang
mengalir.
b. Luas minimal 27 m2.
Berdasarkan pemaparan syarat di atas dapat dilihat dari hasil observasi
bahwa di depan UKS MI Sunan Kalijogo terdapat tulisan fasilitas cuci
tangan. Namun pada pelaksanaanya tidak ada fasilitas tersebut baik ketika
proses pembelajaran berlangsung maupun telah selesai. Adapun fasilitas
yang tersedia di dalam UKS yaitu satu buah tempat tidur, satu buah
selimut, satu buah meja, dua buah kursi, dua buah timbangan, dan satu
buah almari untuk menyimpan obat dan administrasi UKS. UKS sekolah
ini terbilang sempit karena hanya memiliki luas 5,72 m2. Pada syarat
sekolah sehat terdapat minimal luas UKS yang memiliki jarak terlampaui
jauh dengan ukuran luas UKS di MI Sunan Kalijogo. Sehingga UKS ini
belum termasuk standar pada UKS sekolah sehat.
Gambar 22. Ruang UKS
3. Ruang laboratorium
Laboratorium adalah ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan
peralatan untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek
pembelajaran, atau pembuatan obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Pada
MI Sunan Kalijogo, terdapat dua laboratorium yaitu laboratorium sains
dan laboratorium komputer yang tempatnya jadi satu dengan
perpustakaan. Adapun syarat dan ketentuan laboratorium sekolah sehat
yaitu:
a. Tersedia tempat cuci tangan alat laboratorium dengan air bersih yang
mengalir.
b. Laboratorium kimia harus dilengkapi dengan lemari asam dan
pancuran air dengan kualitas dan kuantitas air yang cukup.
c. Kepadatan ruang laboratorium minimal 4 m2/murid.
Terdapat banyak kursi yang ditumpuk berserakan menghalangi pintu
masuk laboratorium sains, sehingga kelompok kami tidak dapat
menjangkau dan mengamati bagaimana keadaan di dalam ruangan
laboratorium tersebut. Namun, pada laboratorium komputer ruangannya
jadi satu dengan perpustakaan yaitu jalur masuknya berasal dari pintu yang
sama dan di dalam ruangan dipisah menggunakan triplek untuk
membedakan ruang perpustakaan dengan ruang laboratorium komputer. Di
dalam maupun di luar laboratorium sains dan komputer tidak terdapat
akses cuci tangan.
Gambar 23. Laboratorium Sains

4. Kantin
Kantin sekolah adalah tempat atau ruangan yang dapat digunakan siswa
untuk makan, baik makanan yang dibawa sendiri maupun membeli
mkanan ringan dan makanan berat di kantin tersebut. Kantin sekolah sehat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang
mengalir.
b. Tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin sekolah.
c. Tersedia tempat penyimpanan bahan makanan.
d. Tersedia tempat penyimpanan makanan siap saji yang tertutup.
e. Tersedia tempat unruk menyimpan peralatan makan dan minum.
f. Lokasi kantin minimal berjarak 20m dengan tempat pengumpulan
sampah sementara.
Kantin yang terdapat di MI Sunan Kalijogo terletak tepat di samping
tangga menuju lantai dua. Sesuai syarat yang pertama, pada kantin sekolah
ini tidak tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air
mengalir. Selain itu, tidak tersedia pula tempat mencuci tangan bagi
pengunjung kantin atau pembeli. Di dalam kantin hanya terdapat dua buah
meja kecil dan kursi serta satu buah sapu. Tidak ada tempat penyimpanan
bahan makanan, makanan siap saji, maupun peralatan makan dan minum.
Jadi kantin di sekolah ini hanya menjual makanan ringan. Adapun
makanan yang berbungkus plastik seperti kerupuk dan ciki ditinggal
begitu saja di atas meja ketika kantin tutup. Pembuangan sampah di kantin
berada pada sisi kanan dan kiri bangunan. Sampah bekas makanan
dibuang ke tempat sampah yang tidak tertutup. Berdasarkan syarat yang
telah ditentukan, kantin MI Sunan kalijogo masih belum termasuk kantin
sekolah sehat.
Gambar 24. Kantin Sekolah

D. Kualitas Udara Ruang


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratan kualitas udara ruang sekolah
adalah sebagai berikut:
1. Udara sekolah tidak berbau.
2. Tidak mengandung debu berserat.
3. Penetapan sekolah sebagai kawasan tanpa rokok.
Udara pada lingkungan MI Sunan Kalijogo cukup bersih dan tidak
mengandung debu berserat. Namun terdapat bau sedikit menyengat apabila
kita menuju ke arah kamar mandi belakang. Karena pada lingkungan tersebut
udaranya lembab dan banyak sampah berserakan yang sengaja tidak
dibersihkan. Syarat selanjutnya yaitu mengenai kawasan tanpa rokok.
Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Meskipun tidak
ada sign atau tanda kawasan tanpa rokok, kawasan sekolah ini sudah bebas
dari asap rokok. Tidak ada tenaga pendidik maupun karyawan yang merokok
di dalam sekolah sehingga dapat dipastikan bahwa MI Sunan Kalijogo
merupakan kawasan tanpa rokok.

E. Pencahayaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratan pencahayaan di sekolah adalah
pencahayaan di setiap ruang tidak silau. Pencahayaan di ruang kelas masih
kurang terang karena pada sisi ruang terdapat bangunan lagi. Jadi akses
cahaya matahari untuk masuk ke dalam kelas kecil. Selain itu pada ruang atau
jalan menuju kamar mandi juga pencahayaannya kurang sehingga
menimbulkan kelembaban pada dinding. Ruang lain seperti laboratorium dan
perpustakaan juga masih kurang pencahayaannya. Namun pada ruang UKS
pencahayaannya akan silau apabila gorden jendela tidak ditutup, karena
ruangan UKS kecil dan jendelanya cukup besar sehingga cahaya yang masuk
juga besar.

Gambar 25. Pencahayaan Ruang

F. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruang
tertutup. Ventilasi berfungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam ruangan
tetap segar, menjaga agar ruangan tetap dalam kondisi kelembaban optimum,
dan membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri patogen yang bisa
menyebabkan penyakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratan ventilasi ruang
di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara segar di dalam ruang
sekolah dengan baik.
2. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya penggantian udara
dengan baik, ruang sekolah harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis.
Ventilasi alamiah adalah suatu bentuk pertukaran udara secara alamiah tanpa
bantuan alat-alat mekanik seperti kipas. Ventilasi alami masih dapat
dimungkinkan membersihkan udara selama pada saat ventilasi terbuka terjadi
pergantian dengan udara yang segar dan bercampur dengan udara yang kotor
yang ada dalam ruangan. Ventilasi yang ada di MI Sunan Kalijogo
merupakan ventilasi alamiah dengan lubang berbentuk persegi panjang di atas
jendela. Dan setiap ruangan memiliki ukuran ventilasi yang berbeda-beda
disesuaikan dengan besar ruangan.
Gambar 26. Ventilasi

G. Kebisingan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratan kebisingan lingkungan adalah
tidak boleh lebih dari 45 dB(A). Suasana pembelajaran di MI Sunan Kalijogo
dapat dikatakan kondusif. Karena jarak antara jalan dengan ruang
pembelajaran ≥20 meter. MI Sunan Kalijogo memiliki halaman yang luas.
Sehingga ketika pembelajaran berlangsung tidak ada kebisingan yang
ditimbulkan oleh kendaraan bermotor. Namun kebisingan dapat disebabkan
oleh suara air hujan yang turun ketika mengenai atap yang berbahan seng.

H. Fasilitas Sanitasi Sekolah


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratan fasilitas sanitasi sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Air bersih
a. Tersedia air bersih 15 liter/orang/hari.
b. Kualitas air bersih sesuai syarat kesehatan pada KEPMENKES No.416
Tahun 1990 tentang syarat dan pengawasan kualitas air.
c. Jarak sumur atau sarana air bersih dengan sumber pencemaran (sarana
pembuangan air limbah, septic tank, tempat pembuangan sampah
akhir) minimal 10 m.
Persyaratan kualitas air yang dimaksud pada poin 2 yaitu persyaratan
mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif. Ketersediaan air bersih di MI
Sunan Kalijogo sudah cukup baik. Karena sumber air menggunakan sumur
atau air tanah. Sumur atau sarana air terletak tepat di belakang kamar
mandi. Di lingkungan tersebut sangat banyak sampah berserakan dan juga
barang-barang inventaris seperti closet, kayu bekas, atap genteng, dan lain
sebagainya. Meskipun tempat tersebut bukan merupakan tempat
pembuangan akhir, namun kondisi lingkungan demikian tidak sesuai
dengan syarat ketersediaan air bersih sekolah sehat.

Gambar 27. Tandon Air Bersih

2. Toilet
Toilet merupakan fasilitas sanitasi sekolah yang digunakan untuk buang
air kecil, buang air besar, mencuci tangan, dan membersihkan anggota
tubuh. Terdapat beberapa alat yang harus ada di dalam toilet yaitu bak air,
air bersih, gayung, dan perlengkapan lain untu keperluan di atas. Adapun
syarat toilet sekolah sehat yaitu:
a. Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang UKS, ruang guru,
perpustakaan, ruang bimbingan dan konseling.
b. Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.
c. Proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 siswa dan 1
wc untuk 25 siswi.
d. Toilet harus dalam keadaan bersih.
e. Lantai toilet tidak ada genangan air.
f. Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan
udara luar.
g. Bak penampung air tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
MI Sunan Kalijogo memiliki siswa sebanyak 250 anak dengan 100 siswa
laki-laki dan 150 siswa perempuan, tenaga pendidik 16 orang, staf tata
usaha 1 orang, tenaga keamanan 1 orang, dan petugas kebersihan 1 orang.
Adapun ketersediaan fasilitas toilet di sekolah yaitu 1 toilet untuk guru
putra, 1 toilet untuk guru putri, 3 toilet untuk siswa putri, dan 2 toilet
untuk siswa putra. Berdasarkan syarat pertama mengenai tata letak, toilet
ini berada di belakang ruang kelas dan sudah terpisah dari ruang kelas,
ruang UKS, ruang guru, dan perpustakaan. Kemudian telah dibedakan juga
antara toilet siswa perempuan dan siswa laki-laki maupun guru perempuan
dan guru laki-laki. Adapun proporsi mengenai jumlah wc/urinoir untuk
250 siswa dengan hanya tersedia 2 siswa laki-laki dan 3 siswa putri masih
kurang. Setidaknya minimal terdapat 3 wc/urinoir untuk siswa laki-laki
dan 4 wc untuk siswa perempuan. Tidak semua toilet sekolah dalam
keadaan bersih baik dari segi lantai maupun wcnya. Ada beberapa toilet
yang keadaannya kotor dan baunya menyengat. Namun meskipun kotor,
tidak terdapat genangan air di lantai karena memiliki kemiringan cukup
untuk mengalirkan siraman air ke saluran pembuangan air limbah.
Susunan toilet di sekolah ini yaitu berjajar 3 toilet. Pada toilet yang berada
di sisi kanan dan kiri terdapat lubang penghawaan yang langsung
berhubungan dengan udara luar. Namun pada toilet yang berada di tengah
tidak terdapat lubang penghawaan yang berhubungan langsung dengan
udara luar. Hal ini tidak sesuai dengan syarat toilet sekolah sehat pada
poin ke-6. Bak penampung air pada toilet berasal dari timba atau baskom
plastik yang airnya selalu diganti atau dikosongkan setelah pemakaian.
Jadi tidak menjadi tempat perindukan nyamuk karena tidak ada genangan
air di dalam bak penampungan. Secara keseluruhan terdapat beberapa
aspek yang telah terpenuhi dalam menciptakan toilet sekolah sehat, namun
juga masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki fasilitasnya agar
sesuai dengan standar toilet sekolah sehat.

Gambar 28. Bak Air


Gambar 29. Sarana Toilet

Gambar 30. Lubang Penghawaan Toilet

3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)


Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan yang
digunakan untuk mengumpulkan air buangan sisa pemakaian dari kran /
hidran umum, sarana cuci tangan, kamar mandi, dapur, dan lain-lain,
sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap ke dalam tanah
dan tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak mengotori
lingkungan sekitarnya. SPAL tidak menyalurkan air kotor dari
peturasan/jamban). Berikut ini merupakan syarat sarana pembuangan air
limbah sekolah sehat:
a. Terpisah dengan saluran penuntasan air hujan.
b. Terbuat dari bahan kedap air, airnya dapat mengalir dengan lancar, dan
tertutup.
c. Keberadaan SPAL tidak mencemari lingkungan.
d. Air limbah dibuang melalui tangki septic dan kemudian diresapkan ke
dalam tanah.
e. Pembuangan air limbah daei laboratorium, dapur, dan wc harus
memenuhi syarat kesehatan dan diberi bak kontrol pada jarak tertentu
agar mudah dibersihkan bila terjadi penyumbatan sehingga dapat
mengalir dengan lancar.
Hasil observasi menunjukkan tidak ditemukan sarana pembuangan air
limbah (SPAL). Berdasarkan hasil wawancara kami dengan petugas
kebersihan, beliau juga tidak mengetahui dimana letak saluran
pembuangan air limbah (SPAL).

4. Sarana pembuangan sampah


Syarat sarana pembuangan sampah di sekolah sehat yaitu sebagai berikut:
a. Di setiap ruang harus tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan
tutup.
b. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari seluruh
ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan sampah.
c. Peletakan tempat pembuangan atau pengumpulsn sampah sementara
dengan ruang kelas minimal 10m.
Sarana pembuangan sampah di MI Sunan Kalijogo tersedia di seluruh
ruangan. Di setiap kelas terdapat minimal 1 tempat sampah terbuka, di
kantin terdapat 2 tempat sampah terbuka, di UKS terdapat 1 tempat
sampah tertutup, di depan ruang laboratorium dan perpustakaan terdapat 2
tempat sampah terbuka. Setiap pagi, sampah-sampah ini akan diangkut
oleh petugas kebersihan menuju tempat pengumpulan sementara atau
tempat pembuangan akhir yang lokasinya jauh dari MI Sunan Kalojogo.
Sarana tempat sampah di setiap ruang tidak dilengkapi dengan tutup
(tempat sampah terbuka) sehingga sarana ini belum memenuhi syarat
sekolah sehat.

Gambar 31. Tempat Sampah Ruang Kelas

I. Sarana Olahraga dan Sarana Ibadah


Menurut Soepartono (2000:6) sarana olahraga adalah terjemahan dari
facilities, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam
pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani, mudah dipindah,
bahkan dibawa oleh pelaku atau siswa. Contoh alat yang digunakan dalam
pembelajaran jasmani yaitu: bola, raket, pemukul, net, lembing, dan
sebagainya. Sedangkan sarana beribadah adalah sebuah tempat yang
digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau
kepercayaan mereka masing-masing. Menurut Kepmenkes Nomor
1429/MENKES/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah, terdapat dua aspek yang harus dipenuhi di sebuah
sekolah terkait sarana olahraga dan beribadah yang pertama adalah
tersedianya akses dengan tempat olahraga, dan yang kedua tersedia akses
dengan tempat ibadah.
Hasil observasi yang kami lakukan di MI Sunan Kalijaga
menunjukkan bahwa terdapat akses sarana olahraga yang berlokasi sama
lapangan upacara, hal itu terbukti dengan adanya ring basket di sebelah timur
lapangan dan para siswa sedang bermain sepak bola di lapangan tersebut.
Sedangkan untuk akses sarana beribadah di MI Sunan Kalijaga, terdapat
Masjid besar yang berlokasi di depan sekolah tersebut, akan tetapi Masjid ini
juga digunakan bersama oleh seluruh warga MTS Sunan Kalijaga yang
berlokasi di sebelah barat MI Sunan Kalijaga. Berdasarkan pernyataan
tersebut, dapat diketahui bahwa sarana olahraga dan beribadah di MI Sunan
Kalijaga sudah memenuhi syarat.

Gambar Sarana Beribadah


Gambar Sarana Olahraga

J. Halaman
Menurut KBBI Halaman adalah sebuah pekarangan yang ada di sekitar
tempat tinggal kita, sedangkan halaman sekolah adalah sebuah pekarangan yang
ada di dalam sekolah. Menurut Kepmenkes Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, halaman
sekolah yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
1. Lahan sekolah harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan aman.
2. Halaman sekolah harus selalu dalam keadaan bersih, tidak becek
dan tidak menjadi tempat bersarang dan berkembang biaknya
serangga, binatang pengerat dan binatang penggangu lainnya.
3. Tersedia akses tempat parkir kendaraan.
4. Ada tempat untuk upacara.
5. Tersedia lahan untuk apotek hidup.
6. Tersedia saluran penuntasan air hujan yang diresapkan ke dalam
tanah atau dialirkan ke saluran umum

Hasil observasi yang kami lakukan di MI Sunan Kalijaga terkait dengan


indikator halaman menunjukkan bahwa :
1. Lahan sekolah tidak memiliki batas yang jelas karena dalam satu
wilayah tersebut terdapat RA, MI, dan juga MTS yang terletak
bersampingan, namun masih memiliki pagar yang kuat.
2. Halaman sekolah MI Sunan Kalijaga dalam keadaan cukup bersih,
tidak becek, dan tidak menjadi tempat bersarang dan berkembang
biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang penggangu
lainnya.
3. Tidak ada lahan khusus tempat parkir kendaraan, melainkan parkir
kendaraan terletak di lapangan upacara dan di depan ruang guru.
4. Terdapat lapangan yang cukup luas untuk melakukan upacara.
5. Tidak tersedia lahan sebagai tempat menanam apotek hidup,
melainkan terdapat pot-pot yang terletak di depan ruang-ruang
yang berada di lantai satu.
6. Tersedia saluran penuntasan air hujan yang diresapkan ke dalam
tanah atau dialirkan ke saluran umum
Menurut pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah :
1. Indikator pertama tidak memenuhi syarat.
2. Indikator kedua telah memenuhi syarat.
3. Indikator ketiga tidak memenuhi syarat.
4. Indikator keempat telah memenuhi syarat
5. Indikator kelima telah memenuhi syarat
6. Indikator keenam telah memenuhi syarat

Gambar Batas sekolah MI Gambar Batas sekolah MI


dengan sekolah MTS dengan RA

Gambar lahan untuk tempat parkir


Gambar Pagar depan MI Sunan Kalijaga

Gambar Halaman dan Lapangan Gambar Saluran penuntasan air


Upacara MI Sunan Kalijaga hujan

Gambar Taman yang berada di depan ruang guru atau kelas di MI Sunan Kalijaga
K. Bebas Jentik Nyamuk
Nyamuk merupakan anggota ordo Diptera yang sering berinteraksi
dengan manusia. Nyamuk memiliki jam aktif menggigit yang berbeda
sehingga dapat dikelompokkan menjadi diurnal, nokturnal dan
crepuscular. Nyamuk diurnal merupakan nyamuk yang aktif selama pagi
hingga sore hari sedangkan nokturnal merupakan aktif ketika malam hari.
Nyamuk crepuscular merupakan nyamuk yang aktif sepanjang hari.
(Guimaraes dkk., 2000).
Seperti kita ketahui DBD sebuah penyakit disebabkan adanya
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti untuk ditularkan.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam
penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan
menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia,
hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004).
WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah
kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap
tahun Alangkah baiknya jika sekolah yang menjadi tempat belajar anak
terbebas dari jentik dan nyamuk Aedes aegypti. Menurut Kepmenkes
Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah, terdapat tiga indikator yang harus
dipenuhi terkait sekolah yang bebas jentik nyamuk, yaitu :
1. Lingkungan sekolah harus bebas jentik nyamuk.
2. Kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang diamati melalui
indeks container di dalam lingkungan sekolah harus nol.
3. Di setiap ruangan pada siang hari, harus terlihat terang untuk
menghindari ruangan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.

Hasil observasi yang kami lakukan di MI Sunan Kalijaga terkait dengan


indikator bebas jentik nyamuk menunjukkan bahwa MI Sunan Kalijaga terbebas
dari jentik nyamuk hal tersebut didukung dengan keadaan air di kamar mandi
bersih dan tidak terdapat genangan. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
diketahui indikator bebas jentik nyamuk di MI Sunan Kalijaga sudah memenuhi
syarat

Gambar Salah satu ruang kelas yang terlihat terang


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dilakukan di MI Sunan Kalijaga, maka


dapat disimpulkan sanitasi lingkungan dan kesesuainnya dengan pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah (KEPMENKES
1429/MENKES/SK/XII/2006) adalah lokasi bangunan telah memenuhi
syarat, kondisi konstruksi bangunan cukup memenuhi syarat, kondisi ruang
bangunan di kurang memenuhi syarat, kondisi kualitas udara ruang sudah
memenuhi syarat, kondisi pencahayaan kurang memenuhi syarat, kondisi
ventilasi sudah memenuhi syarat, kondisi kebisingan sudah memenuhi syarat,
fasilitas sanitasi sekolah cukup memenuhi syarat, kondisi sarana olahraga dan
beribadah memenuhi syarat, kondisi halaman cukup memenuhi syarat, dan
bebas dari jentik nyamuk.

3.2 Saran
Seiring berjalannya waktu, maka penulis memberikan beberapa saran
untuk konsep sanitasi di MI Sunan Kalijaga yaitu melakukan peningkatan
terhadap beberapa indikator yang kurang memenuhi atau bahkan tidak
memenuhi syarat. Seperti menyediakan alat penangkal petir, menyediakan
lahan parkir, menyediakan akses cuci tangan dengan kran, dan memperbaiki
beberapa fasilitas sanitasi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai