Analisis Jaringan PDF
Analisis Jaringan PDF
Analisis Jaringan
Jaringan lahir karena berbagai keperluan seperti: transportasi, listrik, komunikasi,
perencanaan proyek, aliran air, pembuatan jalan, dan lain-lain. Saat ini jaringan sangat
penting, sebab dengan jaringan maka masalah yang besar dan rumit dapat disederhanakan.
Ada beberapa jaringan yang dapat diselesaikan dengan permasalahan program linear.
Pada kajian di sini akan dibahas empat masalah jaringan, yaitu: permasalahan lintasan
terpendek, masalah diagram pohon terpendek, masalah aliran maksimum, dan penyelesaian
proyek dengan Program Evaluation and Review Technique (PERT), dan Critical-Path
Method (CPM).
Untuk lebih jelasnya kita bahas sebuah contoh sebagai prototype permasalahan:
A 7
2 2 5 T
5 4 D
B
O 1 7
3
1
4
4 E
C
Gambar 3.2 Maksimum banyaknya kereta yang boleh lewat setiap harinya
Masalah yang pertama disebut sebagai masalah lintasan terpendek, masalah kedua
disebut masalah diagram pohon terpendek, dan masalah ke tiga disebut masalah aliran
maksimum.
A
7
2 2 5 T
D
5 4
B
O
1 7
3
1
4 E
C
4
1 O A 2 A 2 OA
O C 4 C 4 OC
2,3
A B 2+2=4 B 4 AB
A D 2+7=9
4 B E 4+3=7 E 7 BE
C E 4+4=8
A D 2+7=9
5 B D 4+4=8 D 8 BD
E D 7+1=8 D ED
D T 8 + 5 = 13 T 13 DT
6
E T 7 + 7 = 14
Dari titik O mempunyai 3 jalur yaitu OA, OB, dan OC berturut-tutut dengan jarak 2,
5, dan 4, sedangkan ke titik D, E, dan T tidak ada jalurnya, maka masing-masing kita beri
nilai takhingga, dalam hal ini kita beri kode M. Dari titik B hanya mempunyai jalur ke titik B
dan D dengan jarak berturut-turut 2 dan 7 dan dari B ke B tidak mempunyaijarak jadi diisi
dengan 0, sedangkan dari titik B ke titik yang lain tidak ada jaringannnya, jadi kita isi dengan
M. Proses dari Titik-titik C, D, dan E identik. Dari proses ini diperoleh Tabel di atas.
Untuk mengolah data dengan Solver maka nilai M di atas kita ganti dengan bilangan
yang cukup besar maksudnya supaya dalam perhitungan tidak dipilih oleh program misalnya
diisi dengan nilai 100, sehingga diperoleh tabel berikut:
A B C D E T
O 2 5 4 100 100 100
A 0 2 100 7 100 100
B 100 0 1 4 3 100
C 100 100 0 100 4 100
D 100 100 100 0 1 5
E 100 100 100 1 0 7
Selanjutnya dari tabel ini dilengkapi dengan tabel jalur yang akan dilalui sehingga
diperoleh tabel berikut:
Tabel Jarak
A B C D E T
O 2 5 4 100 100 100
A 0 2 100 7 100 100
B 100 0 1 4 3 100
C 100 100 0 100 4 100
D 100 100 100 0 1 5
E 100 100 100 1 0 7
Tabel Jalur
A B C D E T Jumlah
O 0 0 0 0 0 0 0
A 0 0 0 0 0 0 0
B 0 0 0 0 0 0 0
C 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0 0 0
E 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 0 0
Total Jarak = 0
Dwijanto, Riset Operasi halaman 33
Rumusan pada jumlah adalah adalah jumlah mendatar atau jumlah tegak dengan formula
SUM, sedangkan Total jarak dengan formula SUMPRODUCT(Tabel jarak;tabel lintasan).
Dengan menjalankan Solver dan mengisi form solver berikut:
Total Jarak = 13
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa jarak terpendek adalah 13 dengan lintasan O – A – B
– E – D – T.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat tabel berikut:
Dwijanto, Riset Operasi halaman 34
Hasil ini menunjukkan bahwa Total jarak yang ditempuh adalah 13 dengan Lintasan: O – A –
B – D – T (Perhatikan kolom On Route dan kolom FROM dan TO pada tabel di atas).
Masalah kedua pada masalah jaringan di atas yaitu menentukan jaringan pipa air
terpendek. Masalah ini termasuk dalam masalah diagram pohon terpendek. Untuk
Dwijanto, Riset Operasi halaman 36
menyelesaikan masalah ini digunakan algoritma untuk masalah diagram pohon terpendek
sebagai berikut:
a. Pilih sebarang node, dan hubungkan node tersebut dengan node berbeda yang terdekat.
b. Kenali node taktersambung yaitu yang disambungkan dengan node terdekat, dan
hubungkan kedua node tersebut. Ulangi sampai semua node tersambung.
Untuk permasalahan jaringan pipa air tersebut kita perhatikan langkah-langkah berikut:
A
7
2 2 5 T
D
5 4
B
O
1 7
3
1
4 E
C
4
Misalkan kita memulai dengan node B, maka node terdekat adalah C, hubungkan BC, maka
diperoleh diagram berikut:
A
7
2 2 5 T
D
5 4
B
O
1 7
3
1
4 E
C
4
Selanjutnya berturut-turut node O ke node A, node E ke node B, node D ke node E, dan node
T ke node D, sehingga diperoleh jaringan lengkap sebagai berikut:
A
7
2 2 5 T
D
5 4
B
O
1 7
3
1
4 E
C
4
3
0 A
1 0
0 9 T
0 D
5 0 0
4
7 B 0 1
O 5
2
4 0 1
0
E 6
0 C 0
4
Diagram kapasitas maksimum dari transportasi kereta dari node awal O ke node akhir T
Untuk membahas aliran maksimum, ada beberapa terminology yang harus kita
pahami terlebih dahulu.
Perhatikan arah dan sambungan jaringan. Arah jaringan dari node awal O dan node akhir T.
Diberikan kapasitas lintasan dan kita bertujuan memaksimumkan total lintasan dari node O
ke node T. Kita menggunakan algoritma yang disebut residual network dan augmenting path.
Dari jaringan asli, residual network menunjukkan kapasitas sisa yaitu setelah adanya
aliran. Sebagai contoh, kapasitas jalur dari O ke A adalah 5.
5 0
O A
Bilamana ada aliran dari node O ke node A sebanyak 2, maka residual network adalah
sebagai berikut:
3 2
O A
Dwijanto, Riset Operasi halaman 38
Augmenting path adalah arah lintasan dari node awal ke node akhir pada residual network
sedemikian hingga setiap jalur mempunyai kapasitas sisa positif.
Algoritma masalah aliran maksimum adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi (kenali) augmenting path yang mempunyai kapasitas sisa positif.
b. Sebut kapasitas sisa c* dari augmenting path, yaitu minimum dari kapasitas setiap jalur
(arc) yang dilalui.
c. Kurangkan dengan c* pada setiap awal jalur kapasitas sisa, dan tambahkan c* pada arah
yang berlawanan. Selanjutnya kembali ke langkah a.
Selanjutnya marilah kita bahas masalah aliran maksimum pada Taman Sari dengan algoritma
ini:
0
3 A
1 3 3
3 6 T
0 D
2 0
0 4
7 B 0 1
O 5
3 2
4 0 1
0
E 6
0 C 0
4
3 A
1 7 11
3 2 T
0 D
2 4
4 0
11 3 B 4 1
O 5
2
0 0 1
0
E 2
4 C 4
0
3 A
1 8 12
3 1 T
0 D
2 4
5 0
2 B 4 2
12 O 4
2
0 1 0
0
E 2
4 C 4
0
Iterasi 5. Augmenting path O → B → E → T adalah min {2,4,2} = 2. Dengan lintasan ini
maka diperoleh residual network
3 A
1 8
3 1 14
T
0 D
2 7 6
0
14 0 B 4 2
O 2
2
0 3 0
0
E 0
4 C 4
0
Dari gambar jaringan yang terakhir ini terlihat bahwa, sudah tidak ada augmenting path yang
positif lagi, sehingga aliran telah mencapai optimal yaitu sebanyak 14 perjalanan dari node
awal O ke node akhir T dengan lintasan:
• O → A → D → T sebanyak 3 buah;
• O → B → D → T sebanyak 4 buah;
• O → C → E → T sebanyak 4 buah;
• O → B → E → D → T sebanyak 1 buah; dan
• O → B → E → T sebanyak 2 buah.
Dwijanto, Riset Operasi halaman 40
3
0 A
1 0
0 9 T
0 D
5 0 0
4
7 B 0 1
O 5
2
4 0 1
0
E 6
0 C 0
4
Masalah Aliran Maksimum dapat diselesaikan dengan Solver. Pada kasus seperti di atas, maka
rumusan pada Excel adalah sebagai berikut:
Maka akan diperoleh hasil pada tabel halaman 42 denga kesimpulan sebagai berikut:
Masuk melalui O sebanyak 14 dengan arah OA=3, OB=7, dan OC=4. Melalui titik A sebanyak 3
menuju titik D, melalui titik B sebanyak 7 menuju titik D sebanyak 4 dan menuju titik E sebanyak 3,
selanjutnya melalui titik C sebanyak 4 menuju titik D semua.
Dari titik E sebanyak 7 menuju titik D sebanyak 1 dan menuju titik T sebanyak 6, dan dari titik D
sebanyak 8 semua menuju titik T.
Dwijanto, Riset Operasi halaman 42
Dwijanto, Riset Operasi halaman 43
Berapa lama pembuatan rumah tersebut, bilamana lama aktivitas-aktivitas tersebut di atas
bersifat tepat (fix).
Pada kajian ini perlu diperkenalkan lagi dua istilah yaitu waktu paling cepat dan
waktu paling lambat. Waktu paling cepat adalah waktu (dari awal) paling cepat (earliest time)
yang dibutuhkan untuk berakhirnya aktivitas dan atau akan dimulainya aktivitas selanjutnya.
Waktu paling lambat adalah waktu (dari awal) paling lambat (latest time) yang dibutuhkan
untuk berakhirnya aktivitas dan atau akan dimulainya aktivitas selanjutnya. Pada setiap node
terdapat pasangan waktu, yaitu pasangan waktu paling cepat, dan waktu paling lambat. Untuk
memudahkan dalam pembacaan diagram, Sebuah peristiwa (event) dilambangkan dengan
huruf kapital (A, B, C, …), sebuah aktivitas dengan nomor aktivitas (No 1, No 2, …), lama
aktivitas ditulis dalam tanda kurung sesudah aktivitas dalam bentuk bilangannya saja (1, 2,
…).
Pembuatan rumah sederhana tersebut diatas dapat digambarkan seperti Diagram berikut:
A (0, 0)
No 1. (2)
B (2, 2)
No 2. (4)
C (6, 6)
No 3. (10)
K (22, 26)
No 5. (4)
Dari diagram diatas, terlihat bahwa lama pembuatan rumah adalah 44 hari. Aktivitas
kritis terjadi bilamana waktu paling cepat sama dengan waktu paling lambat, artinya adalah
apabila sebuah aktivitas telah selesai, maka aktivitas selanjutnya harus segera dilaksanakan
dan tidak boleh ditunda, sedangkan apabila waktu paling cepat tidak sama dengan waktu
paling lambat, maka bilamana sebuah aktivitas selesai, maka aktivitas selanjutnya bisa
ditunda sejauh perbedaan antara kedua waktu tersebut. Perbedaan waktu paling cepat dan
waktu paling lambat disebut waktu slack. Sebuah aktivitas digambarkan dengan garis putus-
putus artinya aktivitas dummy yaitu tidak ada aktivitas, namun perlu digambarkan karena
akan menggambarkan prasyarat suatu aktivitas yang lain, sebagai contoh aktivitas No 13
dapat dilakukan setelah aktivitas no 9 dan aktivitas No 10. Demikian pula aktivitas No 12
dapat dilakukan setelah aktivitas No 5 dan aktivitas no 11 selesai.
Dengan mengisikan Task Name, Duration dan Predecessors, maka Start dan Finish akan
secara otomatis terisi. Sedangkan Gantt Chart sebagai berikut:
Dwijanto, Riset Operasi halaman 46
Distribusi beta
0 a m b
Asumsi 1.
Penyebaran antara a (optimistic estimate) dan b ( pessimistic estimate) adalah enam
simpangan baku, sehingga diperoleh hubungan 6σ = b − a . Akibatnya varian dari aktivitas
2
2 1
adalah σ = (b − a )
6
Asumsi 2.
Dwijanto, Riset Operasi halaman 47
Asumsi 3
Waktu aktivitas adalah bebas secara statistik dan merupakan peubah acak.
Asumsi 4
Lintasan kritis selalu mempunyai total waktu lebih panjang dari pada lintasan yang lain.
Dari asumsi 3, asumsi 4, dan dari keterangan wantu di atas, maka didapat lintasan
kritis seperti tabel berikut:
Dwijanto, Riset Operasi halaman 48
Asumsi 5
Distribusi probabilitas project time adalah distribusi normal.
Jadi Penyelesaian rumah sederhana di atas selama 44 hari dengan simpangan baku = 3.
Latihan
Buatlah lintasan kritis dari perjalanan pesawat dari Jakarta ke Jayapura.
Jakarta 300
Pontianak
400
250
400 200
Surabaya
Balikpapan
200
600 400
Makasar
450 Manado
450
Jayapura