TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
diklasifikasikan lebih jauh menurut habitat alaminya yaitu manusia, hewan, atau
hewan dan manusia dan memanfaatkan produk degradasi sebagai sumber nutrisi
membentuk dasar molekuler untuk infeksi fungal superfisial pada kulit, rambut,
Penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk seperti kuku,
rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan
melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber penularan dapat berasal
dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur
yang khas, satu jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda,
tersebut adalah Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala, Tinea
1
barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot, Tinea kruris, pada daerah
genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut bagian bawah, Tinea pedis et
manum, pada kaki dan tangan, Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki,
Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Bila
terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea imbrikata (Kemenkes RI, 2014).
1.2 Definisi
(glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan, dan glutea (Harahap, 2013).
Tinea korporis merujuk pada dermatofitosis apapun pada kulit halus kecuali pada
telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Goldsmith et al, 2012).
1.3 Epidemiologi
infeksi yang paling umum didunia, 47% dari seluruh kasus tinea korporis.
Tinea korporis terjadi pada jenis kelamin pria maupun wanita. Wanita
korporis sebagai akibat dari frekuensi kontak lebih tingi dengan anak
didapat dari hewan sering pada anak – anak. Tinea korporis sekunder dari
tinea kapitis secara tipikal terjadi pada anak karena tinea kapitis lebih
2
1.3 Etiologi
1.4 Patogenesis
lain- lain ) yang bekerja sebagai faktor virulen yang memungkinkan perlekatan
dan invasi ke kulit, rambut, dan kuku, serta memanfaatkan keratin sebagai sumber
nutrisi untuk bertahan hidup. Langkah awal dalam infeksi fermatofita adalah
perlekatan dengan keratin yang kemudian diikuti invasi dan pertumbuhan dari
dengan derajat yang bervariasi. Morfologi klasik “ring worm” atau anular dari
tinea korporis akibat dari respon inflamasi melawan dermatofita yang menyebar
diikuti oleh reduksi atau pembersihan dari elemen fungal dari dalam plak, dan
1.5 Patofisiologi
hidup dari kulit, rambut, dan kuku dimana tertarik oleh karena lapisan tersebut
3
melepaskan keratinase dan enzim lain untuk menginvasi lebih dalam ke stratum
ini tidak menginvasi dalam – dalam pada lapisan kulit disebabkan oleh
mekanisme pertahanan non spesifik dari inang yang dapat mengaktivasi faktor
masa inkubasi satu sampai tiga minggu, pada batas aktif terdapat peningkatan
proliferasi sel epidermal yang berakibat adanya sisik. Hal ini menimbulkan
meninggalkan yang sehat dan baru di bagian sentral pada lesi yang berlanjut.
Bentuk klinik biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam – macam
efloresensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik.
Bagian tepi aktif dengan tanda peradangan yang jelas. Daerah sentral biasanya
menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi lesi makin luas ke perifer.
Kadang – kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan
Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak
menunjukkan tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada
bagian tubuh dan tidak jarang bersama – sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik
yang disebebkan oleh T. rubrum kadang – kadang terlihat bersama – sama dengan
4
Variasi klinis lain yaitu tinea imbrikata ( gambaran kulit bersisik dengan
sisik yang melingkar – lingkar dan gatal), tinea profunda ( respon inflamasi yang
nyata terhadap dermatofita analog dengan kerion pada kulit kepala), tinea
incognito ( infeksi dermatofita tanpa tanda inflamasi yang jelas biasanya karena
5
1.7 Diagnosis
pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-
6
1.8 Diagnosis Banding
.
Gambar 1.4 dermatitis numularis
7
1.9 Tatalaksana
menggunakan pakaian yang longgar dan terbuat dari katun atau material
1.9.2 Farmakologis
merupakan terapi yang efektif. Sebagian besar di gunakan dua kali sehari
selama 2-4 minggu. Agen antifungal digunakan bila lesi luas atau lebih
bahwa terbinafine 250mg tiap hari 2-4 minggu, itraconazole 200mg setiap
penyembuhan. Regimen aman dan efektif untuk anak adalah terbinafine 3-6
(Goldsmith, 2012).
8
Tabel 1.2 Terapi Tinea korporis topikal dan oral
2.0 Prognosis
9
BAB 2
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn,M
Umur : 65 tahun
Agama :Islam
Pekerjaan : petani
Pendidikan :SD
Alamat : Malang
No. RM :
2.2 Anamnesis
- Keluhanutama
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSI AISYIYAH Malang pada
kedua kaki , disertai bercak kulit kemerahan awalnya sedikit lalu semakin
10
puskesmas (obat lupa) namun masih gatal dan bercak kemerahan tambah
melebar,
- Riwayat alergi
- Riwayat pengobatan
- Riwayat Sosial
Pekerjaan pasien petani dengan keadaan higine buruk dan kelembaban (+)
- Status General
Kesadaran/GCS : Composmentis/456
- Status Dermatologi
11
Efloresensi : Makula eritema + Makula hiperpigmentasi + skuama tipis
- Pemeriksaan penunjang
2.4 Diagnosis
2.6 Planning
Diagnosis :-
Terapi
- Non medikamentosa:
- Medikamentosa:
S 2 dd tab 1 P.C
R/ Ketokonazole 10gram
Gentamisin 5 gram
Hidrokortison 1% 5 gram
mf la da in pot No. I
S ue pagi malam
S 1-0-1 P.C
12
2.7 Prognosis
13
Gambar 2.1 Tinea korporis (atas) Tinea Kruris (bawah) pada tn. M saat pertama kali
datang ke poli penyakit kulit dan kelamin RSI Aisyiyah Malang
14
BAB 3
PEMBAHASAN
(glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan, dan glutea (Harahap, 2013).
Tinea korporis merujuk pada dermatofitosis apapun pada kulit halus kecuali pada
telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Goldsmith et al, 2012). Pasien Ny. M
mengeluh gatal pada lipat payudara kiri sudah berlangsung 3 bulan disertai adanya
gambaran lesi yaitu makula eritema, makula hiperpigmentasi serta erosi dengan
tepi aktif dan central healing. Menurut gambaran lesi serta predileksi dari keluhan
pasien diagnosis merujuk pada diagnosis tinea korporis. Keluhan lain yaitu
terdapat keluhan yang sama di daerah lipat paha. Berdasarkan gambaran lesi serta
predileksi maka keluhan di daerah lipat paha merujuk pada diagnosis tinea kruris.
Menurut Harahap. 2013, Keluhan Tinea korporis yang kronik, lesi tidak
menunjukkan tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada
bagian tubuh dan tidak jarang bersama – sama dengan tinea kruris. Hal ini sesuai
dengan gambaran klinis dari keluhan Ny. M dimana tanda radang terlihat samar
kerokan kulit pada lesi yang aktif untuk gambaran hifa atau spora jamur. Akan
15
Tatalaksana non farmakologis yg dilakukan yaitu Jaga higiene,tubuh
keringkan tubuh setelah mandi dengan handuk bersih, usahakan badan jangan
yaitu ketokonazole 10 gram dan antifungal oral yaitu itrakonazol 100 gram.
Menurut Goldsmith, 2012, untuk lesi yang terbatas di kulit halus (glaborous skin)
terapi dengan menggunakan terapi topikal antara lain alilamin topikal, imidazole,
bila erupsi dan inflamasi yang meluas. Menurut Sahoo dan Mahajan, 2016,
apabila terdapat lebih dari satu regio tubuh yang terlibat secara serentak, oleh
karena itu Ny. M mendapatkan terapi anti fungal topikal dan oral.
secara signifikan keluaran klinis dan mikologikal lebih baik dengan itrakonazol
16
DAFTAR PUSTAKA
volume 7 issue 2
17