Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN

PELAKSANAAN PROGRAM MONITORING


PENANGANAN PEMBUANGAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH
RSIA “KASIH BUNDA” PARE
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM MONITORING
PENANGANAN PEMBUANGAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH
TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN
Menurut Depkes RI (1997) Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang
infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius
disamakan dengan limbah infeksius dan non infeksius. Selain itu, kerap bercampur,
percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.Yang termasuk
limbah adalah limbah infeksius, limbah radiologi, dan limbah laboratorium.Limbah
infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman dan komponen darah. Limbah
jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank. Pasalnya,
tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat
sebagai tempat pembuangan limbah.Kenyataannya, banyak tangki pembuangan
sebagai tempat pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat. Hal itu akan
menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang banyak dipergunakan
masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. RSIA Kasih Bunda Pare menyediakan
pembuangan limbah yang sesuai dengan sumber limbah dan jenis limbahnya.

II. TUJUAN
1) Sebagai pertanggungjawaban Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dalam
melakukan program monitoring sampah infeksius dan non infeksius.
2) Meningkatkan pengetahuan petugas dalam melakukan pembuangan sampah.
3) Sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan manajemen pembuangan sampah

III. ANALISA
Dari hasil monitoring penangan pembuangan darah dan komponen darah yang
dilakukan pada Desember tahun 2017 terlihat bahwa hampir ruangan
laboratorium sudah melakukan penanganan pembuangan darah dan komponen
darah dengan benar, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Tersedia tempat pembuangan darah.
Dari no. 1 didapat nilai 100 %, petugas memasukkan darah dan komponen
yang tidak dipakai lagi kedalam tabung dan dibuang ketempat sampah
infeksius yang telah tersedia.
2. Petugas menggunakan APD dalam penanganan pembuangan darah.
Dari no. 2, didapat nilai 100%, petugas mengerti bahwa pentingnya
pemakaian APD untuk perlindungan kesehatan.
3. Ada SPO penanganan pembuangan darah.
Dari no. 3 didapat nilai 100 % petugas sudah mengerti SPO penanganan
pembuangan darah dan sudah menjalankannya.
4. Mengangkut pembuangan darah dalam kantong tertutup.
Dari no. 4 didapat nilai 100 %, mengangkut kantong pembuangan darah
terkadang tidak diikat..
5. Pembuangan darah dipisahkan dikantong kuning.
Dari no. 5 didapat nilai 100 %, petugas mengerti bahwa pembuangan darah
dan komponen darah dibuang kekantong kuning ( sampah infeksius ).

IV. KESIMPULAN
Dari hasil monitoring penanganan pembuangan darah dan komponen darah
didapatkan bahwa penanganan pembuangan darah dan komponen darah di RSIA
Kasih Bunda Pare sudah baik dengan persentase 100 %.

V. LAMPIRAN

Data hasil penanganan pembuangan darah dan komponen darah


No Indikator Penilaian Target (%) Realisasi (%)
1. Tersedianya tempat pembuangan darah 100 % 100 %
2. Petugas menggunakan APD dalam 100 % 100 %
penaganan pembuangan darah
3. Ada SPO penanganan pembuangan darah 100 % 100 %
4. Mengangkut pembuangan darah dalam 100 % 100 %
kantong tertutup
5. Pembuangan darah dipisahkan dikantong 100 % 100 %
kuning
Rata – rata 100 %

Pare, Desember 2017


IPCN

(Mimin Noviyanti ,Amd.Kep)

Anda mungkin juga menyukai