Sistem Rangka Gedung Fix
Sistem Rangka Gedung Fix
9.1. Pendahuluan
Dalam bab ini disajikan desain tipikal Sistem Rangka Gedung (SRG) 8 lantai
yang terkena beban gempa sesuai SNI-1726 dan proses penulangannya dilakukan
sesuai SNI-2847. Contoh perhitungan penulangan dan pendetailan akibat beban
gravitasi dan gempa hanya dibuat untuk salah satu balok dan kolom lantai II yang
dipandang cukup informatif untuk memahami kedua peraturan tersebut.
Beban geser dasar nominal statik ekuivalen V yang terjadi di lantai dasar
dihitung sesuai SNI-1726-2012 rumus (21). Selanjutnya V ini harus dibagikan
sepanjang tinggi struktur gedung ke masing-masing lantai sesuai Ps. 7.8.3.
Beban gravitasi berupa beban mati dan beban hidup yang bekerja di tiap
lantai/ atap disimpulkan di Tabel 9-1. Beban hidup untuk perhitungan W ini sesuai
SNI-03-1727-2013, pakai koefisien reduksi 0,3. Total beban gravitasi (Wt) ini
didapat sebesar 196.152,98 KN
Elemen
Lantai H Elemen V LL w(kN) w(kg)
8 18158.8 2424.14 480 21062.94 210.6294
7 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
6 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
5 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
4 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
3 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
2 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
1 18832 5776.36 1200 25808.36 258.0836
Jumlah kN
196,152.98
Tinggi gedung hn = 29 m.
x
T = Ct (hn)
n=8
Perhitungan V
Ss = 0.663
S1 = 0.248 puskim.pu.go.id
Fa = 1.373
Fv = 3.009
Ct = 0,0466
Ta = 0,096
Cs = 0,101
V = 198,397
Distribusi Fi
Distribusi ini dlakukan sesuai rumus (27) yang berada di Ps. 6.1.3. Tabel 9-2
merangkum hasil perhitungan F i dan gaya geser tingkat Vi.
a). Analisa beban lateral dikenakan hanya pada struktur yang merupakan SPBL,
yaitu terdiri dari DS (Dinding Struktural) dan BP (Balok Perangkai).
(merupakan balok T = 2 x
c). Hasil gaya di ujung balok dibuat untuk nilai di muka kolom.
Rangkuman hasil analisa struktur untuk DS B5-C5 dan balok perangkai (BP) C5-D5
akibat beban gempa di cantumkan di Tabel 9-3.
Tabel 9-3 Hasil Analisa Sistem Pemikul Beban Lateral oleh Gempa
Lantai
ke hi Gaya aksial atas bawah gaya geser
8 29 185.47 0 1130.04 389.73
7 25.5 458.61 1130.04 22931.79 1208.2
6 22 840.16 22931.79 33092.89 1812.22
5 18.5 1310.8 33092.89 41656.44 2357.16
4 15 1350.88 41656.44 48665.11 2776.76
3 11.5 2428.94 48665.11 53836.86 3177.92
2 8 2996.26 53836.86 58255.47 3204.16
1 4.5 4584.28 58255.47 733654.49 4488.08
Sedangkan Tabel 9-4 mencatumkan hasil perhitungan kinerja batas layan (sebut
-ketentuan tersebut diatas. Tabel tersebut mencatumkan
pula nilai maksimum penyimpangan inelastis yang dihitung sesuai Ps 8.2. yaitu ΔM
= 0,7 x R x Δs.
Tabel 9-4 Penyimpangan Lateral dan drift antar tingkat akibat gaya gempa.
Seperti diatur di Ps. 5.2.2, komponen struktur yang bukan merupakan SPBL harus
direncanakan terhadap simpangan sistem struktur gedung akibat pengaruh gempa
rencana yaitu simpangan sebesar R/ 1.6 x simpangan akibat beban gempa nominal
pada struktur gedung tersebut, atau R x Δs/ 1,6. Tabel 9-5 dan 9-6 merupakan
kesimpulan hasil analisa untuk kolom (A-4) dan balok (A4-B4), sesuai ketentuan
persyaratan kompatibilitas deformasi Ps. 5.2.2.
Tabel 9-5. Hasil analisa struktur non-SPBL kolom A4
Tabel 9-4 memberikan nilai Δs tiap lantai yang diperoleh dengan asumsi
ketentuan-ketentuan tersebut di butir 9.3.2. diatas. Sedangkan ΔM tiap lantai
dihitung sesuai Ps 6.2. Selain itu drift antar tingkat dari Δs dan ΔM juga disajikan
di Tabel 9-4.
Menurut Ps. 7.12.1. Tabel 16 untuk memenuhi syarat kinerja batas layan,
Δs antar tingkat tidak boleh lebih besar dari 0,03/R*ixh =24,55 mm untuk lantai
1 dan 19,09 mm untuk lantai yang lain, atau 30 mm. SNI-1726 membatasi ini untuk
mencegah terjadinya pelelehan baja dan keretakan beton yang berlebihan,
disamping untuk mencegah kerusakan non struktural dan ketidaknyamanan
penghuni. Perlu diketahui bahwa UBC-1997 tidak ada pembatasan ini, namun
mensyaratkan dilakukan efek P- (untuk Zone 3 & 4 yang setara WG 5 & 6 ) bila
drift antar tingkat melebihi 0,02 hI / R.
dipenuhi.
Semua momen negatif balok di Tabel 9-7 adalah momen di ujung balok di
muka kolom. MD dan ML yang tercantum di kolom 4 & 5 tabel ini adalah nilai momen
akibat beban mati dan beban hidup tanpa faktor beban dan koefisien reduksi.
Balok perangkai (seperti C2–D2; B3–B4, dll) yang merupakan komponen
SPBL, terjepit ujung-ujungnya pada dinding struktural. Karena itu akibat beban
gravitasi ujung-ujung dianggap terjadi momen negatif sebesar 1/12.w.ln2, seperti
diperlihatkan di Tabel 9-8.
Perhitungan beban kerja aksial di kolom meliputi akibat beban mati yang
berupa berat sendiri struktur dan beban tetap lainnya, berupa berat M & E, plafon,
tembok, tegel dll; dan beban hidup yang harus memperhitungkan reduksi beban
dan tributary area yang diatur oleh SNI 03-1727-2013.
Di Tabel 9-9 dan 9-10 berturut-turut disajikan beban aksial akibat D & L di
kolom luar A-4 dan dinding struktural (DS) B5 –C5.
Kombinasi beban desain telah ditetapkan oleh Pasal 9.2.1 sebagai berikut: (hanya
ditulis yang dipakai untuk contoh ini).
(1). 1,4 D
Pada komposisi struktur yang bukan merupakan SPBL seperti rangka ruang
dari SRG dalam contoh ini, yang beban-bebannya diperoleh dari deformasi yang
mungkin terjadi sebagaimana diterangkan di butir 9.3.2 atas (Ps 5.2.2) boleh
dianggap sebagai beban berfaktor. Sesuai Pasal 21.3 bila beban akibat deformasi
tadi dikombinasi dengan momen dan lintang terfaktor akibat beban gravitasi tidak
melebihi kuat momen dan lintang rencana komponen struktur tersebut, maka Pasal
23.9(2(1) ) s/d 23.9(2(3) harus di penuhi. Dalam hal ini kombinasi beban harus
pakai (pilih yang lebih kritis).
(2). 0,9 D + E
Tapi apabila melebihi kuat momen dan lintang rencana, maka ketentuan Pasal
23.9.(3) yang berisi ketentuan-ketentuan Pasal 23.9 (3(1) ) s/d 23.9 (3(3) ) harus
dipenuhi.
(2) 1,4 D
dan kuat rencana tulangan terpasangnya (ΔMn). Hasil disimpulkan di Tabel 9-12.
Penilaian lebih lanjut dilakukan untuk memenuhi Pasal 23.9(1), sebagaimana
dijelaskan di butir 9.5.1 di atas, yaitu diadakan perbandingan apakah hasil
kombinasi beban di Tabel 9-11 lebih besar atau lebih kecil dari kuat rencana balok
A4 – B4, yang didapat di Tabel 9-12. Apabila momen di Tabel 9-11 lebih kecil dari
momen di Table 9- 12, maka berlaku Pasal 21.3.1 tetapi bila lebih besar maka
desain dilakukan sesuai Pasal 21.3.2.
Kuat geser rencana harus ditetapkan sesuai Pasal 21.9.4, yaitu Ve harus
ditentukan dari peninjauan gaya statik pada muka tumpuan balok A4 – B4, yaitu
dari hasil kuat lentur maksimum, Mpr, dengan tanda berlawanan ditambah beban
gravitasi terfaktor di sepanjang bentangnya. Perlu dicatat di sini, Ve akibat
goyangan ke kiri maupun ke kanan, harus masuk dalam perhitungan. Kuat lentur
maksimum, Mpr, tersebut di atas harus dihitung dengan fs = 1,25 fy da
Rumus di bawah ini boleh dipakai untuk menghitung Mpr.
Biasanya kuat geser ditahan oleh beton (Vc) dan tulangan dalam bentuk
tulangan transversal. Namun pada komponen struktur penahan SPBL berlaku
ketentuan Pasal 21.5.4.2 yang menyatakan Vc = 0 apabila
a. gaya geser akibat gempa saja (yaitu akibat Mpr) > 0,5 total geser (akibat
Mpr + beban gravitasi) dan
𝐴𝑔∗𝐹𝑐
b. Gaya aksial tekan < '
20
Dalam hal ini gaya geser akibat gempa = 131,83 kN < 0,5 x 331,0 = 165,5 kN,
𝑉𝑢 331
namun karena gaya aksial yang kecil sekali maka Vc = 0 sehingga Vs = =
𝜑 0,75
= 441,33 kN
Koefisien reduksi diambil 0,75 karena Vn diperoleh dari Mpr balok (Pasal
11.3(2(3))
kontrol kuat geser nominal tak boleh lebih besar dari Vs max (pasal 13.5(6(9))
s max menurut Pasal 13.5.[4(1)] dan 13.5.[4(3)] harus diambil yang lebih kecil dari:
Namun apabila Vs > 1/3 bw d ' fc maka s yang ditentukan Pasal 13.5.[4.(1)]
harus dibuat/ dikurangi menjadi separohnya (Pasal 13.5.[4.(3)]
Dengan hasil ini maka dipakai jarak s = 120 mm, dengan hoop pertama ф 12
mm dipasang 50 mm dari muka kolom di kedua ujung balok dan seterusnya untuk
sepanjang 2h = 1.300 mm dari muka kolom dipasang begel ф12 dengan s = 120 mm.
Apabila hoop tidak diperlukan lagi maka boleh dipakai begel yang
perhitungannya menyertakan kuat geser nominal beton Vc, dimana Vc =
√fc’/6.bw.d (Pasal 13.3(1(2)))
Pakailah s = 140 mm yang lebih kecil dari smax di Pasal 23.3.[3.(2)]
Maka penulangan geser dibuat dengan cara yang sama di atas, diperoleh
tulangan geser perletakan luar balok eksterior, yaitu 2ф12 dengan s = 120 mm.
Hoop pertama dipasang 50 mm dari muka kolom, sisanya setelah berjarak 2d dari
muka kolom pakai s = 140 mm.
q = 31,35 kN/ m
diperoleh x = 1,82 m
Sesuai pasal 14.10(3) Tulangan 4 ф 19 akan dihentikan sejauh l= (pilih yang lebih
besar) =
Panjang l = 2,50 m ini harus lebih panjang dari ld yaitu panjang penyaluran (pasal
14.10.(4)) yang dihitung dengan rumus tersebut di pasal 14.2(3)
dimana :
α = 1,3
β = 1,0
γ = 0,8
λ = 1,0
K tr = 0
Jadi :
ternyata l = 2,50 m > l d = 0,62 m jadi panjang 4 ϕ19 baru boleh berhenti
pada jarak 2,50 m dari muka kolom. Perlu diamankan pula bahwa penghentian
tulangan ini tidak boleh dilakukan didaerah tarik kecuali kondisi Pasal 12.10(5)
dipenuhi. Dalam kasus ini, titik balik momen kira-kira berada 4.180 mm dari muka
kolom > l d = 2.500 mm jadi berarti tempat penghentian berada di daerah tarik.
Menghadapi 2 pilihan pengamanan tersebut di Pasal 12.10 (5(1)) atau 12.10 (5(2)),
dicoba dulu solusi pilihan pertama, yaitu kemungkinan Vn dari tulangan geser
2
terpasang apakah ∅Vn lebih besar dari gaya geser berfaktor Vu.
3
2
∅Vn = 3 𝑥 0.75(𝑉𝑠 + 𝑉𝑐) = 23 𝑥0.75 {𝐴𝑣 𝑥 𝑠𝐹𝑦 𝑥𝑑 + √𝑓𝑐′
2
𝑥𝑏𝑤 𝑥𝑑}
3 6
2
karena ∅Vn > Vu maka penghentian 4ϕ19 boleh dilakukan pada
3
l = 2,50 m dari muka kolom.
𝑓𝑦𝛹𝑡𝛹𝑒
[ ]db = 45,57
2.1𝜆√𝑓′𝑐
ld = 45,57 x 19 = 865,84 mm = 866 m
Jarak pemutusan tulangan dari arah tumpuan kiri dilakukan dengan cara
yang sama di atas, diperoleh sebesar 1,8 m
Tulangan longitudinal yang masuk dan berhenti dalam kolom tepi yang
terkekang (Pasal 21.7 (2.(2)) harus berupa panjang penyaluran dengan kait 900
sesuai Pasal 21.7.(5(1)) ldh diambil yang lebih besar dari
8 db = 8 x 19 = 152 mm
150 mm, atau
𝐹𝑦 𝑥 𝑑𝑏
𝑙𝑑ℎ = = 257𝑚𝑚
5,4 𝑥 𝑓𝑐′
Jadi l dh = 260 mm masuk dalam kolom dengan panjang kait 12 db =
228 mm (Pasal 7.1.(2) seperti dapat dilihat pada Gambar 9-4
Catatan:
Sebagaimana di atur oleh Pasal 21.5 (4), gaya geser rencana Ve harus di
tentukan dari peninjauan gaya statik pada bagian komponen struktur antara dua
muka tumpuan. Momen Mpr dengan tanda berlawanan dianggap bekerja pada muka-
muka tadi dan komponen struktur tersebut di bebani penuh beban gravitasi
terfaktor. Penting untuk di perhatikan, Ve harus dicari dari nilai terbesar akibat
beban gempa arah ke kanan dan ke kiri.
𝑎
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑠(1,25𝑓𝑦)(𝑑 − )
2
𝐴𝑠 (1,25𝐹𝑦)
𝑎=
0.85𝑓𝑐 ′ 𝑏
Untuk kasus balok di bentang ujung oleh arah gempa kekanan akan dihasilkan
momen Neg (Mpr-) sebagai berikut:
Dengan cara yang sama, untuk bentang ujung ini, dihasilkan momen positif
(Mpr+) berdasarkan tulangan terpasang 5 ϕ 19 =1.417,5 mm2 sebesar 400,68 kNm.
Gambar 9-5 memberi ilustrasi perhitungan Ve untuk balok perangkai C5-D5 di
bentang ujung pada tingkat 3. selain ditunjukkan pengaruh beban gravitasi,
ditunjukkan pula besar Mpr negatip dan positip dari gempa arah kanan dan kiri.
Dapat diamati bahwa Ve selalu lebih besar dari Ve hasil analisa struktur.
Gambar 9-5 Desain tulangan geser BP C5 – B5
Biasanya kuat geser ditahan oleh beton (Vc) dan tulangan dalam bentuk
tulangan transversal. Namun pada komponen struktur penahan SPBL berlaku
ketentuan Pasal 21.5.(4(2)) yang menyatakan Vc = 0 apabila
a. Gaya geser akibat gempa saja (yaitu akibat Mpr) > 0,5 total geser
(akibat Mpr + beban gravitasi) dan
𝐴𝑔.𝑓′𝑐
b. Gaya aksial tekan <
20
Dalam hal ini karena gaya geser akibat gempa = 175,72 kN hampir
sama dengan 0,5 x 370,05 = 185,03 kN, namun dalam contoh ini BP ini
memikul gaya aksial yang kecil sekali maka diambil Vc = 0 sehingga
𝑉𝑢 370.05
Vs = =
∅ 0.75
Koefisien reduksi diambil 0,75 karena Vn diperoleh dari Mpr balok
(Pasal 9.3(2(3))
Dengan memakai tulangan geser 2 kaki ϕ 12 mm (Av = 226 mm2) diperoleh s sebesar
𝐴𝑣 𝑥 𝐹𝑦𝑥 𝑑 226 𝑥 400𝑥 588,5
s= = = 107,82 dipakai s = 100 mm
𝑉𝑠 493,4
kontrol kuat geser nominal tak boleh lebih besar dari Vs max (Pasal11.4(7(8))
Vs max =2⁄3 𝑥𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓𝑐′ =1.289,34 kN
Juga Vs < 1⁄3 𝑥𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓𝑐′= 644,67 kN
smax sepanjang sendi plastis diujung balok 2h = 2x 650 = 1.300 mm tidak boleh lebih
besar dari (Pasal 23.3 (3(2))
𝑑
s max = =147,125 mm
4
= 6 db tul. Longtd. = 114 mm
= 150 mm
dengan hasil ini sesuai ketentuan pasal 21.5 (3(1)) dipakai jarak s = 100 mm,
hoop pertama ϕ 12 dipasang 50 mm dari muka kolom di kedua ujung balok dan
2ℎ−50
selanjutnya 𝑆𝑚𝑎𝑥 + 1 buah hoop dipasang sepanjang 2h. Bagian tengah balok boleh
mengikuti Pasal 21.5(3(4)) dan Pasal 11.2 (1(1)). Pada jarak 1.300 mm dari muka
kolom Vu = 298,36 kN, dengan Vc =0,17x λ x √𝐹𝑐′𝑏𝑤. 𝑑 = 0.17𝑥1𝑥√30 𝑥600 𝑥588,5 =
322,33 kN, maka diperlukan begel 2 ∅12 dengan s = 140 mm.
𝑓𝑦 𝛹𝑡 𝛹𝑒 𝛹𝑠
𝑙𝑑 = ( 𝑥 ) 𝑑𝑏
1.1√𝐹′𝑐 (𝐶𝑏 + 𝐾𝑡𝑟)
𝑑𝑏
ternyata l= 3,0 m > ld = 1,03 m jadi panjang 6 ϕ19 dipasang sepanjang 3,0 m
dari muka kolom. Perlu diamankan pula bahwa penghentian tulangan ini tidak boleh
dilakukan di daerah tarik kecuali kondisi pasal 14.10(5) dipenuhi. Dalam kasus ini,
titik balik momen kira-kira berada 4.770 mm dari muka kolom > l= 3.000 mm jadi
berarti tempat penghentian berada di daerah tarik. Menghadapi 2 pilihan
pengamanan tersebut di Pasal 12.10 (5(1)) atau 12.10 (5(2)), dicoba dulu solusi
2
pilihan pertama, yaitu kemungkinan Vn dari tul. geser terpasang 3 ∅ 𝑉𝑛 lebih besar
dari gaya geser berfaktor Vu.
2 2 2 𝐴𝑣. 𝐹𝑦. 𝑑 √𝐹𝑐 ′
∅𝑉𝑛 = . 0,75(𝑉𝑠 + 𝑉𝑐) = 𝑥0,75𝑥 ( + 𝑏𝑤 𝑥 𝑑)
3 3 3 𝑠 6
2 226,19.400.590,5 √30
= 3
𝑥0,75𝑥 ( 130
+ 6 600 𝑥 590,5)
Jarak pemutusan tulangan dari arah tumpuan kiri dengan cara yang sama di
atas, diperoleh sebesar 3,0 m
Tabel 9-15 Kesimpulan beban aksial dan momen lentur pada kolom
A4 antara lantai tingkat ke-2 dan ke-3
Berdasarkan kombinasi beban di Tabel 9-15, maka kolom A4 ini cukup diberi
tulangan memanjang sebanyak 16ϕ19 (ρ = 1,26%). Gambar 9-6 hasil dari PCACOL,
menunjukkan diagram interaksi kolom ini.
Tulangan Pengekangan
Sesuai Pasal 21.6.4(4), tulangan pengekangan harus dihitung oleh rumus (21-5)
Ash = 0,09 (s hc fc’/ fyh) = 0,09 (100 x 468 x 30/ 400) = 315,9 mm2
dimana s diambil yang terkecil dari:
¼ x 600 mm = 150 mm
6 x . = 6 x 19 = 114 mm
100 mm
sementara pakai 3ϕ12 (As = 339 mm2) dengan s = 100 mm
Sesuai Pasal 23.4(5), gaya geser rencana Ve untuk kolom ini harus
ditentukan menggunakan gaya-gaya pada muka HBK yaitu momen maksimum Mpr.
Hasil ini tak boleh kurang dari Vu hasil dari analisa struktur.
Secara konservatif Mpr ditentukan sebesar momen balans dari diagram interaksi
di Gambar 9-7 yaitu 964 kNm.
Gambar 9-7 Diagram interaksi untuk desain kolom A4 dengan ϕ=1
Dengan demikian gaya kuat geser di ujung kolom akibat momen lentur dari
masing-masing ujung kolom ini adalah:
2 𝑥 𝑀𝑝𝑟 2 𝑥 964
Ve = 𝐼𝑛 = 2.85 = 676,5
Gaya geser akibat beban gravitasi dihitung sbb.:
MD 2 𝑥 113,66
VD= = = 79,76 𝑘𝑁
𝐼𝑛 2,85
𝑀𝐿 2 𝑥 43,48
VL= = = 30,51 𝑘𝑁
𝐼𝑛 2,85
MD dan ML diambil dari Tabel 9-7 MD
Dari Tabel 9-5, gaya geser akibat deformasi kompatibilitas (VE) = 135,97
kN. Dengan kombinasi beban tersebut di Pasal 23.9(2), gaya geser terfaktor
adalah:
Vu = 1,2D + 0,5L + E
= 1,2 x 79,76 + 0,5 x 30,51 + 135,97
= 246,94 kN < V akibat Mpr
𝐴𝑣.𝐹𝑦.𝑑 226𝑥400𝑥538,5
Vs = = = 324,54 KN
𝑠 150
Bila Vs = 0,33√𝑓 ′ 𝑐. 𝑏𝑤. 𝑑dilampaui maka sesuai pasal 11.4.5.3 s harus dibuat separuhnya
yaitu < d/4 = 134,6 mm
𝐴𝑣.𝐹𝑦.𝑑 339𝑥400𝑥538,5
Vs = = = 608,51 KN
𝑠 120
Namun Vs = 608,51 > 589,9 kN, ini boleh karena s = 120 < 134,6 mm
Jadi tulangan geser diambil 3 kaki ɸ 12 dengan jarak s = 120 mm
𝐹𝑦 𝜑𝑓𝜑𝑒𝜑𝑠
ld = [ 𝑐𝑏+𝑘𝑡𝑟 ]db
1,1𝜆√𝑓′𝑐( )
𝑑𝑏
𝜑𝑓 = 𝜑𝑒 = 𝜑𝑠 = 1
750−2(40+12)−19
C= 4𝑥2
= 59,63
40𝐴𝑡𝑟
Ktr = 𝑆𝑛
𝐶+𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
= 3,15 ≤ 2,5 diambil 2.5 (max)
Jadi:
𝐹𝑦 𝜑𝑓𝜑𝑒𝜑𝑠 400
ld = [ 𝑐𝑏+𝑘𝑡𝑟 ]db = = [ ] = 26,3
1,1𝜆√𝑓′𝑐( ) 1,1√30 2,5
𝑑𝑏
ld = 26,3 x 19 = 499,7 mm
Tabel 9-16. Kesimpulan beban axial, momen dan gaya geser berfaktor
pada dasar Dinding Struktural B5 – C5
dimana Acv adalah luas netto yang dibatasi oleh tebal dan panjang
penampang dinding (Pasal 21.9(2(2)):
Vu = 4.488,1 kN > 0,17.Acv. λ .√𝑓𝑐′ = 0,17x (300 x 8.950)x 1 x.√30 = 2.450 kN (OK)
Dan harus diatur bahwa rasio tulangan di arah vertikal dan horizontal harus
tak boleh kurang dari 0,0025 dan s ≤ 450 mm (Pasal 21.9(2(1)) Batas kuat geser
DS sesuai Pasal 23.6(4(4) adalah sebesar:
ϕ 2/3 Acv. √𝑓𝑐′= 0,55 x 2/3 x (300 x 8.950) x √30 = 5.383 kN
Nilai ϕ diambil sebesar 0,6 karena kuat geser nominal yang diperoleh dari
kuat lentur nominal komponen lebih kecil dari batas kuat geser (Pasal 9.3.3). Dapat
dilihat di bawah ini, bahwa (lihat Tabel 9-16) kuat geser nominal = 4.488,1 < batas
kuat geser = 5.383 KN.
ℎ𝑤 29
Berpedoman pada Pasal 21.9(4(1), karena = = 3,24 > 2, maka kuat
𝐼𝑤 8.95
1
geser nominal Vn untuk DS ini tidak boleh lebih dari Vn = 𝐴𝑐𝑣 (6 . √𝑓𝑐 ′ + 𝜌𝑛. 𝑓𝑦)
dimana ρn adalah rasio luas tulangan geser terhadap luas bidang
yang tegak lurus Acv.
Dengan memakai tulangan geser terpasang 2 ϕ12 (As =113 mm2) dan s = 120 mm
maka akan diperoleh nilai ρn = 2 x 113/ 300 x 120 = 0,0063
Φ Vn = 0,55 (300 x 8.950) [(1/6)√30 + 0,0063 x 400]
= 5.069 kN > Vu = 4.488,1 (OK)
ℎ𝑤
Bila 𝐼𝑤 < 2,0 maka rasio tulangan vertikal (ρv) harus tidak boleh lebih
ℎ𝑤
kecil dari ρn (lihat Pasal 23.6(4(3)). Mengingat = 3,24 (Pasal
𝐼𝑤
21.9.(4.(3)), rasio tulangan minimum harus dipakai. Jadi tulangan vertikal di
dinding perlu 0,0025 x 300 x 1.000 = 750 mm2/ m’
226 𝑥 1000
Bila dipakai 2 lapis tulangan Φ 12 (As = 226) dan s = = 301 mm < s yang
750
diijinkan = 450 mm. Jadi dipakai 2 lapis Φ 12 mm tulangan vertikal dengan s = 300
mm.
Untuk kombinasi Pu’ dan Mn’ ini, program komputer tersebut memberikan c
terbesar yaitu = 819 mm, yang ternyata lebih kecil dari
𝑙𝑤 8950
𝛿𝑢 = 112,46 = 2.130 mm (nilai 𝛿𝑢 / hw tidak boleh lebih kecil dari 0,007),
600( ) 600 𝑥( )
ℎ𝑤 29000
jadi DS ini tidak perlu komponen batas.
Contoh ini menunjukkan c = 819 mm yang rendah sehingga tidak sampai
menuntut komponen batas. Suatu indikasi bahwa beban aksial pada DS ini relatif
kecil
Untuk memenuhi ini dan juga Pasal 7.10.(5) perlu dipasang TT 7 ϕ12 (As =
791 mm2) dalam bentuk 2 pasang sengkang tertutup + 3 tulangan pengikat di arah
x dan 5 tulangan pengikat di arah y dari Komponen
Batas ini.
Detail tulangan ujung DS diperlihatkan di Gambar 9-11
Gambar 9-11 Detail tulangan Dinding Struktural B5-C5