Anda di halaman 1dari 38

2014

RETA SANDRA DEVINA 3111100016


DYAH WIDYA 3111100036
FINNA NALURITA 3111100042
BOBBY KURNIAWAN 3111100130
M. REGI ASMANDA 3111100107
9. SISTEM RANGKA GEDUNG

9.1. Pendahuluan

Dalam bab ini disajikan desain tipikal Sistem Rangka Gedung (SRG) 8 lantai
yang terkena beban gempa sesuai SNI-1726 dan proses penulangannya dilakukan
sesuai SNI-2847. Contoh perhitungan penulangan dan pendetailan akibat beban
gravitasi dan gempa hanya dibuat untuk salah satu balok dan kolom lantai II yang
dipandang cukup informatif untuk memahami kedua peraturan tersebut.

Untuk kesederhanaan perhitungan, dianggap semua dimensi potongan


melintang balok, kolom dan lantai dari lantai pertama sampai atap adalah sama.
Dengan kondisi ini, sesuai SNI-1726-2012 Ps 7 (untuk selanjutnya penyebutan
suatu pasal dari SNI-1726 disingkat dengan Ps tanpa menyebut SNI-1726)
struktur gedung ini tergolong beraturan dan perencanaannya boleh pakai beban
gempa nominal statik ekuivalen (Ps 7.8). Dinding struktural dan kolom-kolom paling
bawah SRG ini dianggap terjepit penuh.

Sebagaimana ditentukan oleh SNI-1726-2012, Tabel 9 pada SRG ini, DS


didesain untuk memikul seluruh beban lateral sedangkan rangka ruang memikul
beban gravitasi secara lengkap. Kata lengkap diakhir kalimat di depan ini
mempunyai makna bahwa rangka ruang yang terdiri dari balok dan kolom tersebut
tidak boleh runtuh akibat perubahan bentuk lateral inelastis oleh beban gempa
rencana. Untuk itu perlu dijamin bahwa syarat-syarat kompatibilitas tersebut di
SNI-2847-2013 Pasal 21.13 (untuk selanjutnya penyebutan suatu pasal dari
SNI-2847 disingkat dengan kata Pasal tanpa menyebut SNI-2847) harus dipenuhi
oleh rangka ruang tersebut.

Selanjutnya diasumsikan, contoh SRG ini berada dilokasi SE dan berada


diatas lapisan tanah yang tergolong lunak. DS yang berada di SE menurut Pasal
21.1.1.3 harus didesain sebagai Dinding struktural beton khusus (DSBK).

9.2 Data untuk desain

 Mutu bahan fc’ = 30 MPa


fy = 400 MPa
 Kategori gedung : Perkantoran
 Beban hidup
- lantai = 2,4 kN/m2 (SNI 1727-2013)
- atap = 0,96 kN/m2 (SNI 1727-2013)
 Beban mati
- beton = 24 kN/m3
- Joist = 5,2 kN/m2
- Partisi = 1,0 kN/m2 luas lantai (UBC Section 1606.2)
- Tegel = 0,45 kN/m2
- Plafon & M/E = 0,18 kN/m2
 Dimensi komponen SRG ini adalah:
- Balok : 600 x 650 mm
- Kolom : 600 x 600 mm
- Dinding Struktural: tebal DS : 300 mm
komponen batas : 950 x 950 mm
9.3. Analisa Beban Gempa

9.3.1. Beban Gempa

Beban geser dasar nominal statik ekuivalen V yang terjadi di lantai dasar
dihitung sesuai SNI-1726-2012 rumus (21). Selanjutnya V ini harus dibagikan
sepanjang tinggi struktur gedung ke masing-masing lantai sesuai Ps. 7.8.3.

Perhitungan Beban Mati (Wt)

Beban gravitasi berupa beban mati dan beban hidup yang bekerja di tiap
lantai/ atap disimpulkan di Tabel 9-1. Beban hidup untuk perhitungan W ini sesuai
SNI-03-1727-2013, pakai koefisien reduksi 0,3. Total beban gravitasi (Wt) ini
didapat sebesar 196.152,98 KN

Tabel 9-1. Ringkasan beban mati di berbagai tingkat

Elemen
Lantai H Elemen V LL w(kN) w(kg)
8 18158.8 2424.14 480 21062.94 210.6294
7 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
6 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
5 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
4 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
3 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
2 18832 4848.28 1200 24880.28 248.8028
1 18832 5776.36 1200 25808.36 258.0836
Jumlah kN
196,152.98

Taksiran waktu getar alami T, secara empiris.

Rumus empiris pakai method A dari UBC Section 1630.2.2

Tinggi gedung hn = 29 m.

x
T = Ct (hn)

Dimana untuk SRG : Ct = 0,0466 -> Ta = 0,96 T tb = T a

n=8
Perhitungan V

V dihitung dengan rumus (21) SNI 1726-2012

SRG sesuai SNI 1726-2012 Tabel 9 : R = 6

I sesuai SNI 1726 Tabel 1 -> I = 1

Ss = 0.663

S1 = 0.248 puskim.pu.go.id

Fa = 1.373

Fv = 3.009

Sms = Ss * Fa = 0,91 ; Sm1 = S1 * Fv = 0,746

Sds = 2/3*Sms = 0,606 ; Sd1 = 2/3*Sm1 = 0,497

Ct = 0,0466

X = 0,9 hitungan excel

Ta = 0,096

Cs = 0,101

V = 198,397

Distribusi Fi

Distribusi ini dlakukan sesuai rumus (27) yang berada di Ps. 6.1.3. Tabel 9-2
merangkum hasil perhitungan F i dan gaya geser tingkat Vi.

Tingkat hx(m) wx(kg) hx.wx^k(kgm) Cvx V= Cs x w Fx-y=(Cvx * V)


1 4.5 258.084 4654.929 0.037 198.398 7.259
2 8 248.803 7905.131 0.062 198.398 12.327
3 11.5 248.803 11363.626 0.089 198.398 17.720
4 15 248.803 14822.120 0.116 198.398 23.112
5 18.5 248.803 18280.615 0.144 198.398 28.505
6 22 248.803 21739.110 0.171 198.398 33.898
7 25.5 248.803 25197.605 0.198 198.398 39.291
8 29 210.629 23270.019 0.183 198.398 36.285
Total 1961.530 127233.155
9.3.2. Hasil Analisa Struktur

Dengan menggunakan program komputer SAP 2000 analisa struktur 3 dimensi


telah dilakukan pada contoh SRG di Gambar 9-1. Ketentuan- ketentuan dibawah ini
dipakai:

a). Analisa beban lateral dikenakan hanya pada struktur yang merupakan SPBL,
yaitu terdiri dari DS (Dinding Struktural) dan BP (Balok Perangkai).

(merupakan balok T = 2 x

c). Hasil gaya di ujung balok dibuat untuk nilai di muka kolom.

d). Ec pakai ketentuan Pasal 10.5 (1).

e). Berat masa tiap lantai dikenai eksentrisitas ed sesuai Ps 5.4.3.

Rangkuman hasil analisa struktur untuk DS B5-C5 dan balok perangkai (BP) C5-D5
akibat beban gempa di cantumkan di Tabel 9-3.

Tabel 9-3 Hasil Analisa Sistem Pemikul Beban Lateral oleh Gempa

Lantai
ke hi Gaya aksial atas bawah gaya geser
8 29 185.47 0 1130.04 389.73
7 25.5 458.61 1130.04 22931.79 1208.2
6 22 840.16 22931.79 33092.89 1812.22
5 18.5 1310.8 33092.89 41656.44 2357.16
4 15 1350.88 41656.44 48665.11 2776.76
3 11.5 2428.94 48665.11 53836.86 3177.92
2 8 2996.26 53836.86 58255.47 3204.16
1 4.5 4584.28 58255.47 733654.49 4488.08
Sedangkan Tabel 9-4 mencatumkan hasil perhitungan kinerja batas layan (sebut
-ketentuan tersebut diatas. Tabel tersebut mencatumkan
pula nilai maksimum penyimpangan inelastis yang dihitung sesuai Ps 8.2. yaitu ΔM
= 0,7 x R x Δs.

Tabel 9-4 Penyimpangan Lateral dan drift antar tingkat akibat gaya gempa.

Seperti diatur di Ps. 5.2.2, komponen struktur yang bukan merupakan SPBL harus
direncanakan terhadap simpangan sistem struktur gedung akibat pengaruh gempa
rencana yaitu simpangan sebesar R/ 1.6 x simpangan akibat beban gempa nominal
pada struktur gedung tersebut, atau R x Δs/ 1,6. Tabel 9-5 dan 9-6 merupakan
kesimpulan hasil analisa untuk kolom (A-4) dan balok (A4-B4), sesuai ketentuan
persyaratan kompatibilitas deformasi Ps. 5.2.2.
Tabel 9-5. Hasil analisa struktur non-SPBL kolom A4

Tabel 9-6. Hasil analisa struktur non-SPBL Balok A4-B4

9. 3.3. Kinerja Batas Layan (Δs) dan Kinerja Batas Ultimit / Δm

Tabel 9-4 memberikan nilai Δs tiap lantai yang diperoleh dengan asumsi
ketentuan-ketentuan tersebut di butir 9.3.2. diatas. Sedangkan ΔM tiap lantai
dihitung sesuai Ps 6.2. Selain itu drift antar tingkat dari Δs dan ΔM juga disajikan
di Tabel 9-4.

Menurut Ps. 7.12.1. Tabel 16 untuk memenuhi syarat kinerja batas layan,
Δs antar tingkat tidak boleh lebih besar dari 0,03/R*ixh =24,55 mm untuk lantai
1 dan 19,09 mm untuk lantai yang lain, atau 30 mm. SNI-1726 membatasi ini untuk
mencegah terjadinya pelelehan baja dan keretakan beton yang berlebihan,
disamping untuk mencegah kerusakan non struktural dan ketidaknyamanan
penghuni. Perlu diketahui bahwa UBC-1997 tidak ada pembatasan ini, namun
mensyaratkan dilakukan efek P- (untuk Zone 3 & 4 yang setara WG 5 & 6 ) bila
drift antar tingkat melebihi 0,02 hI / R.

Selanjutnya Ps 8.2.2 membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan


struktur yang akan membawa korban jiwa manusia dengan membatasi nilai ΔM
antar tingkat tidak boleh melampaui 0,02 x tinggi tingkat yang berangkutan = 0,02
x 4.500 = 90 mm untuk lantai 1, dan = 0,02 x 3.500 = 70 mm untuk lantai lainnya

dipenuhi.

9.4. Analisa Beban Gravitasi

9.4.1. Beban di lantai dan balok

Momen-momen di lantai dan balok akibat beban gravitasi ditaksir dengan


menggunakan nilai momen pendekatan. Untuk balok-balok rangka ini, yaitu rangka
arah U-S di baris 1,3, 4,6 dan rangka arah T-B baris A,C,D dan F akan memakai
momen pendekatan Pasal 8.3.3 sebagaimana ditunjukkan di Tabel 9-7 berikut ini.

Tabel 9-7 momen desain balok rangka di muka kolom

Semua momen negatif balok di Tabel 9-7 adalah momen di ujung balok di
muka kolom. MD dan ML yang tercantum di kolom 4 & 5 tabel ini adalah nilai momen
akibat beban mati dan beban hidup tanpa faktor beban dan koefisien reduksi.
Balok perangkai (seperti C2–D2; B3–B4, dll) yang merupakan komponen
SPBL, terjepit ujung-ujungnya pada dinding struktural. Karena itu akibat beban
gravitasi ujung-ujung dianggap terjadi momen negatif sebesar 1/12.w.ln2, seperti
diperlihatkan di Tabel 9-8.

Tabel 9-8 Momen akibat D dan L pada balok perangkai

9.4.2. Beban kerja aksial di kolom dan dinding struktural

Perhitungan beban kerja aksial di kolom meliputi akibat beban mati yang
berupa berat sendiri struktur dan beban tetap lainnya, berupa berat M & E, plafon,
tembok, tegel dll; dan beban hidup yang harus memperhitungkan reduksi beban
dan tributary area yang diatur oleh SNI 03-1727-2013.

Di Tabel 9-9 dan 9-10 berturut-turut disajikan beban aksial akibat D & L di
kolom luar A-4 dan dinding struktural (DS) B5 –C5.

Tabel 9-9 beban aksial di kolom luar A4


Tabel 9-10 beban aksial di DS B5-C5

9.5. Desain Akibat Beban Kombinasi

9. 5.1. Kombinasi Beban

Kombinasi beban desain telah ditetapkan oleh Pasal 9.2.1 sebagai berikut: (hanya
ditulis yang dipakai untuk contoh ini).

(1). 1,4 D

(2). 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)

(3). 0,9 D + 1,0 E

(4). 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E

Pada komposisi struktur yang bukan merupakan SPBL seperti rangka ruang
dari SRG dalam contoh ini, yang beban-bebannya diperoleh dari deformasi yang
mungkin terjadi sebagaimana diterangkan di butir 9.3.2 atas (Ps 5.2.2) boleh
dianggap sebagai beban berfaktor. Sesuai Pasal 21.3 bila beban akibat deformasi
tadi dikombinasi dengan momen dan lintang terfaktor akibat beban gravitasi tidak
melebihi kuat momen dan lintang rencana komponen struktur tersebut, maka Pasal
23.9(2(1) ) s/d 23.9(2(3) harus di penuhi. Dalam hal ini kombinasi beban harus
pakai (pilih yang lebih kritis).

(1). 1,2 D + 0,5 L + E

(2). 0,9 D + E
Tapi apabila melebihi kuat momen dan lintang rencana, maka ketentuan Pasal
23.9.(3) yang berisi ketentuan-ketentuan Pasal 23.9 (3(1) ) s/d 23.9 (3(3) ) harus
dipenuhi.

Tabel 9-11 Kesimpulan momen lentur untuk desain balok A4 – B4

9.5.2 Tipikal desain balok A4 – B4

Desain untuk momen lentur

Kesimpulan momen lentur pada tipikal balok A4 – B4 akibat beban D, L dan


E dapat dilihat di Tabel 9-11. Momen akibat beban gravitasi diambil dari Tabel 9-
7 sedangkan akibat deformasi kompatibilitas dari Tabel 9-6. Untuk perencanaan
balok A4 – B4 lebih lanjut perlu dihitung dahulu penulangan balok ini akibat gravity
load saja, diambil yang terbesar dari kombinasi beban berikut:

(1) 1,2 D + 1,6 L

(2) 1,4 D

dan kuat rencana tulangan terpasangnya (ΔMn). Hasil disimpulkan di Tabel 9-12.
Penilaian lebih lanjut dilakukan untuk memenuhi Pasal 23.9(1), sebagaimana
dijelaskan di butir 9.5.1 di atas, yaitu diadakan perbandingan apakah hasil
kombinasi beban di Tabel 9-11 lebih besar atau lebih kecil dari kuat rencana balok
A4 – B4, yang didapat di Tabel 9-12. Apabila momen di Tabel 9-11 lebih kecil dari
momen di Table 9- 12, maka berlaku Pasal 21.3.1 tetapi bila lebih besar maka
desain dilakukan sesuai Pasal 21.3.2.

Ternyata semua momen negatif di Tabel 9-


Tabel 9-12. Lebih-lebih bila dilihat di Tabel 9-6, momen di balok A4 – B4 akibat
beban gempa (E) tercatat lebih besar mulai di atas lantai ke- 1. Karena itu
perhitungan lebih lanjut dilakukan mengikuti Pasal 21.3.2

Tabel 9-12 Kesimpulan kebutuhan Penulangan balok A4 – B4 oleh beban


gravitasi

Desain akibat geser

Kuat geser rencana harus ditetapkan sesuai Pasal 21.9.4, yaitu Ve harus
ditentukan dari peninjauan gaya statik pada muka tumpuan balok A4 – B4, yaitu
dari hasil kuat lentur maksimum, Mpr, dengan tanda berlawanan ditambah beban
gravitasi terfaktor di sepanjang bentangnya. Perlu dicatat di sini, Ve akibat
goyangan ke kiri maupun ke kanan, harus masuk dalam perhitungan. Kuat lentur
maksimum, Mpr, tersebut di atas harus dihitung dengan fs = 1,25 fy da
Rumus di bawah ini boleh dipakai untuk menghitung Mpr.

Mpr = As (1,25 fy)(d – a/2) dimana


Dengan cara yang sama, untuk ujung lain bentang ini, dihasilkan momen
8
kNm.

Beban gravitasi terfaktor di atas balok adalah : w = 34,84 kN/ m’

Gambar 9-2 memberikan ilustrasi perhitungan Ve untuk balok di bentang


ujung rangka baris no 4 pada tingkat 1. Selain ditunjukkan pengaruh beban
gravitasi, ditunjukkan pula besar Mpr negatif dan positif dari kanan dan kiri. Dapat
diamati bahwa, Ve selalu lebih besar dari Vu hasil analisa struktur akibat
kompatibilitas deformasi [max 138,27 kN (Tabel 9-6)].
Gambar 9-2. Desain gaya geser untuk balok A4 - B4

Biasanya kuat geser ditahan oleh beton (Vc) dan tulangan dalam bentuk
tulangan transversal. Namun pada komponen struktur penahan SPBL berlaku
ketentuan Pasal 21.5.4.2 yang menyatakan Vc = 0 apabila

a. gaya geser akibat gempa saja (yaitu akibat Mpr) > 0,5 total geser (akibat
Mpr + beban gravitasi) dan
𝐴𝑔∗𝐹𝑐
b. Gaya aksial tekan < '
20
Dalam hal ini gaya geser akibat gempa = 131,83 kN < 0,5 x 331,0 = 165,5 kN,
𝑉𝑢 331
namun karena gaya aksial yang kecil sekali maka Vc = 0 sehingga Vs = =
𝜑 0,75

= 441,33 kN

Koefisien reduksi diambil 0,75 karena Vn diperoleh dari Mpr balok (Pasal
11.3(2(3))

= 226 mm2) diperoleh s


sebesar

kontrol kuat geser nominal tak boleh lebih besar dari Vs max (pasal 13.5(6(9))

V s max = 2/3 bw d √fc’ = 2/3 x 600 x 588,5 x √30 =1.289,34 kN

s max menurut Pasal 13.5.[4(1)] dan 13.5.[4(3)] harus diambil yang lebih kecil dari:

s max = d/2 = 588,5/ 2 = 294,3 mm atau = 600 mm

Namun apabila Vs > 1/3 bw d ' fc maka s yang ditentukan Pasal 13.5.[4.(1)]
harus dibuat/ dikurangi menjadi separohnya (Pasal 13.5.[4.(3)]

1/3 bw d √fc’ = 1/3 x 600 x 588,5 x √30 = 644,67 > Vs = 441,33 kN

Dengan hasil ini maka dipakai jarak s = 120 mm, dengan hoop pertama ф 12
mm dipasang 50 mm dari muka kolom di kedua ujung balok dan seterusnya untuk
sepanjang 2h = 1.300 mm dari muka kolom dipasang begel ф12 dengan s = 120 mm.

Apabila hoop tidak diperlukan lagi maka boleh dipakai begel yang
perhitungannya menyertakan kuat geser nominal beton Vc, dimana Vc =
√fc’/6.bw.d (Pasal 13.3(1(2)))
Pakailah s = 140 mm yang lebih kecil dari smax di Pasal 23.3.[3.(2)]

s max = d/4 = 588,5/ 4 = 147,125 mm

= 8 d b tul. Longtd. = 8 x 19 = 152 mm

= 24 db hoop = 24 x 12 = 288 mm = 300 mm

Setelah diperiksa persyaratan Pasal 23.3.[4(2)] untuk penampang di muka


perletakan eksterior yang gaya geser maximum tidak sama dengan perletakan
interior dan ternyata gaya geser akibat Mpr saja < 0,5 total geser, namun karena
gaya aksial kecil sekali, karena itu Vc = 0.

Maka penulangan geser dibuat dengan cara yang sama di atas, diperoleh
tulangan geser perletakan luar balok eksterior, yaitu 2ф12 dengan s = 120 mm.
Hoop pertama dipasang 50 mm dari muka kolom, sisanya setelah berjarak 2d dari
muka kolom pakai s = 140 mm.

Pemutusan tulangan balok

Di bawah ini diberikan contoh perhitungan lokasi penghentian tulangan


negatif diatas perletakan interior balok bentang ujung. Tulangan diatas perletakan
ini ada 7ф19 dan akan diteruskan hanya 3ф19 untuk memenuhi pasal 23.3.(2(1))
Jadi disini akan ditentukan jarak penghentian 4ф19 dari muka kolom (x).

Agar diperoleh panjang penghentian terbesar, harus dipakai kombinasi


beban 0,9D + kemungkinan kuat momen Mpr diujung komponen. Kuat momen
nominal (фMn) dari 3ф19 adalah 157,17 kNm, karena itu 4ф19 boleh dihentikan
bila kuat momen perlu sudah menurun menjadi 157,17 kNm (lihat Gambar 9-3).

Jarak penampang dengan Mn = 157,17 kNm dihitung sebagai berikut .

Diketahui : Mpr = 551,76 kN m

q = 31,35 kN/ m

Jumlah momen terhadap pot. a - a diperoleh dengan persamaan berikut:

31,35 ½ x2 - 245,27 x + 551,76 = 157,14


x2 - 15,65 x + 25,17 =0

diperoleh x = 1,82 m

Gambar 9-3 Diagram momen untuk penghentian tulangan negatif pada


perletakan tepi

Sesuai pasal 14.10(3) Tulangan 4 ф 19 akan dihentikan sejauh l= (pilih yang lebih
besar) =

l = x + d = 1,82 + 0,5885 = 2,41 ≈ 2,50 m(menentukan) atau

l = x + 12.db = 1,82 + 12 x 0,019 = 2,05 m dari muka kolom

Panjang l = 2,50 m ini harus lebih panjang dari ld yaitu panjang penyaluran (pasal
14.10.(4)) yang dihitung dengan rumus tersebut di pasal 14.2(3)

dimana :

α = 1,3

β = 1,0

γ = 0,8

λ = 1,0
K tr = 0

Jadi :

ld = 32,40 x 19 = 615,53 mm ≈ 0,62 m

ternyata l = 2,50 m > l d = 0,62 m jadi panjang 4 ϕ19 baru boleh berhenti
pada jarak 2,50 m dari muka kolom. Perlu diamankan pula bahwa penghentian
tulangan ini tidak boleh dilakukan didaerah tarik kecuali kondisi Pasal 12.10(5)
dipenuhi. Dalam kasus ini, titik balik momen kira-kira berada 4.180 mm dari muka
kolom > l d = 2.500 mm jadi berarti tempat penghentian berada di daerah tarik.
Menghadapi 2 pilihan pengamanan tersebut di Pasal 12.10 (5(1)) atau 12.10 (5(2)),
dicoba dulu solusi pilihan pertama, yaitu kemungkinan Vn dari tulangan geser
2
terpasang apakah ∅Vn lebih besar dari gaya geser berfaktor Vu.
3
2
∅Vn = 3 𝑥 0.75(𝑉𝑠 + 𝑉𝑐) = 23 𝑥0.75 {𝐴𝑣 𝑥 𝑠𝐹𝑦 𝑥𝑑 + √𝑓𝑐′
2
𝑥𝑏𝑤 𝑥𝑑}
3 6

= 2/3 x 0,75 (381,62 + 323,43)


= 352,53 kN > Vu = 154,02 kN (pada jarak 2,5 m)

2
karena ∅Vn > Vu maka penghentian 4ϕ19 boleh dilakukan pada
3
l = 2,50 m dari muka kolom.

Apabila sambungan lewatan untuk tulangan atas balok diperlukan,


maka ini ditentukan menurut Pasal 12.15.(1)., yaitu dengan rumus di
pasal 12.2.2):

𝑓𝑦𝛹𝑡𝛹𝑒
[ ]db = 45,57
2.1𝜆√𝑓′𝑐
ld = 45,57 x 19 = 865,84 mm = 866 m

Panjang ld menurut Pasal 12.2.(2) = 866 mm, sehingga untuk sambungan


lewatan kelas A diperlukan sambungan lewatan 1,0 x ld = 866 mm, pakai 0,9 m.

Jarak pemutusan tulangan dari arah tumpuan kiri dilakukan dengan cara
yang sama di atas, diperoleh sebesar 1,8 m
Tulangan longitudinal yang masuk dan berhenti dalam kolom tepi yang
terkekang (Pasal 21.7 (2.(2)) harus berupa panjang penyaluran dengan kait 900
sesuai Pasal 21.7.(5(1)) ldh diambil yang lebih besar dari
8 db = 8 x 19 = 152 mm
150 mm, atau

𝐹𝑦 𝑥 𝑑𝑏
𝑙𝑑ℎ = = 257𝑚𝑚
5,4 𝑥 𝑓𝑐′
Jadi l dh = 260 mm masuk dalam kolom dengan panjang kait 12 db =
228 mm (Pasal 7.1.(2) seperti dapat dilihat pada Gambar 9-4

Gambar 9-4 Detail penulangan balok A4 – B4.

9.5.3 Desain balok perangkai B5 – C5


Desain balok perangkai (BP) yang merupakan SPBL ini, diatur di pasal
21.9.(7). Melihat syarat ln/d = 11,94 > 4 dipenuhi, maka pasal 21.5(1(3))
dan 21.5(3(4)) berikut ini harus dipenuhi:

a) Gaya aksial berfaktor di BP dapat diabaikan. (OK)


b) Bentang bersih BP = 7.050 mm > 4d = 2.354 mm (OK)
c) Lebar/ tinggi = 600 / 650 = 0,92 > 0,3 OK
d) Lebar bw = 600 > 250 mm
e) bw = 600 < lebar kolom + (1,5 x h)
< 1.500 mm

Desain akibat momen lentur


Kesimpulan momen lentur di lantai tingkat 3 berdasarkan kombinasi beban
di rangkum di Table 9-13. Besarnya momen akibat beban gravitasi diambil dari
Tabel 9-8 dan momen akibat beban gempa diambil dari Tabel 9-3.
Tabel 9-13. Kesimpulan momen lentur untuk desain BP B5–C5 lantai 3

Dalam Tabel 9-14 tercantum kebutuhan penulangan BP C5 – D5 tersebut dan


kolom 5 mencantumkan pula kuat momen lentur (ϕMn) untuk masing-masing
potongan.

Tabel 9-14. Kesimpulan kebutuhan penulangan BP C5 – D5 di lantai 3

Catatan:

As D19 = 283,5 mm2 As min = 1240,1 mm2


As max = 8857,5 mm2

Selanjutnya perlu dikontrol pula pemenuhan ketentuan-ketentuan


berikut ini:
a. Pasal 21.5 (2(2)) : Kuat momen positif terpasang di muka kolom > 50 %
kuat momen negatif, ini di penuhi karena M+ = 277,28 > 0,5 x M- = 275,6.
Diujung bentang
tengah syarat ini juga di penuhi → OK.
b. Pasal 21.5 (2(2)) : Di tiap potongan sepanjang balok tidak boleh ada kuat
momen positif maupun negatif yang kurang dari ¼ kuat momen max = ¼ x 551,22 =
137,8. Tiap potongan terpasang 5 ϕ 19 = 1.417,5mm2 ini ekivalen dengan kuat
momen sebesar
277,28 KNm > 137,8KNm → OK.
c. Pasal 21.5 (2(1)) : Tiap potongan baik di sisi bawah maupun atas harus ada
2 batang tulangan. Ini di penuhi pula oleh tulangan min 5 ϕ 19 tersebut di atas.
d. Pasal 21.7 (2(3)) : Bila tulangan langitudinal menembus HBK, maka h atau d =
588,5 mm > 20 db = 380 mm → OK.
Disain Tulangan Geser Balok Perangkai.

Sebagaimana di atur oleh Pasal 21.5 (4), gaya geser rencana Ve harus di
tentukan dari peninjauan gaya statik pada bagian komponen struktur antara dua
muka tumpuan. Momen Mpr dengan tanda berlawanan dianggap bekerja pada muka-
muka tadi dan komponen struktur tersebut di bebani penuh beban gravitasi
terfaktor. Penting untuk di perhatikan, Ve harus dicari dari nilai terbesar akibat
beban gempa arah ke kanan dan ke kiri.

Mpr harus di hitung dari tulangan terpasang dengan tulangan tarik


1,25 fy dan faktor reduksi ϕ = 1,0. Rumus berikut boleh dipakai untuk
menghitung Mpr.

𝑎
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑠(1,25𝑓𝑦)(𝑑 − )
2
𝐴𝑠 (1,25𝐹𝑦)
𝑎=
0.85𝑓𝑐 ′ 𝑏

Untuk kasus balok di bentang ujung oleh arah gempa kekanan akan dihasilkan
momen Neg (Mpr-) sebagai berikut:

Tulangan terpasang = As =11 ϕ19 = 3.118,5 mm2

𝐴𝑠 (1,25𝐹𝑦) 3.118,5𝑥1,25𝑥 400


𝑎= = = 101,92
0.85𝑓𝑐 ′ 𝑏 0.85𝑥 30 𝑥 600
𝑎
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑠(1,25𝑓𝑦)(𝑑 − )
2
101,92
= 3𝑥118,5(1,25𝑥400)(588,5 − 2 )=838,16

Dengan cara yang sama, untuk bentang ujung ini, dihasilkan momen positif
(Mpr+) berdasarkan tulangan terpasang 5 ϕ 19 =1.417,5 mm2 sebesar 400,68 kNm.
Gambar 9-5 memberi ilustrasi perhitungan Ve untuk balok perangkai C5-D5 di
bentang ujung pada tingkat 3. selain ditunjukkan pengaruh beban gravitasi,
ditunjukkan pula besar Mpr negatip dan positip dari gempa arah kanan dan kiri.
Dapat diamati bahwa Ve selalu lebih besar dari Ve hasil analisa struktur.
Gambar 9-5 Desain tulangan geser BP C5 – B5

Biasanya kuat geser ditahan oleh beton (Vc) dan tulangan dalam bentuk
tulangan transversal. Namun pada komponen struktur penahan SPBL berlaku
ketentuan Pasal 21.5.(4(2)) yang menyatakan Vc = 0 apabila

a. Gaya geser akibat gempa saja (yaitu akibat Mpr) > 0,5 total geser
(akibat Mpr + beban gravitasi) dan
𝐴𝑔.𝑓′𝑐
b. Gaya aksial tekan <
20

Dalam hal ini karena gaya geser akibat gempa = 175,72 kN hampir
sama dengan 0,5 x 370,05 = 185,03 kN, namun dalam contoh ini BP ini
memikul gaya aksial yang kecil sekali maka diambil Vc = 0 sehingga
𝑉𝑢 370.05
Vs = =
∅ 0.75
Koefisien reduksi diambil 0,75 karena Vn diperoleh dari Mpr balok
(Pasal 9.3(2(3))

Dengan memakai tulangan geser 2 kaki ϕ 12 mm (Av = 226 mm2) diperoleh s sebesar
𝐴𝑣 𝑥 𝐹𝑦𝑥 𝑑 226 𝑥 400𝑥 588,5
s= = = 107,82 dipakai s = 100 mm
𝑉𝑠 493,4

kontrol kuat geser nominal tak boleh lebih besar dari Vs max (Pasal11.4(7(8))
Vs max =2⁄3 𝑥𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓𝑐′ =1.289,34 kN
Juga Vs < 1⁄3 𝑥𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓𝑐′= 644,67 kN

Kontrol kebutuhan tulangan transversal untuk penahan tekuk tulangan longitudinal


(Pasal 21.5(3.2)

smax sepanjang sendi plastis diujung balok 2h = 2x 650 = 1.300 mm tidak boleh lebih
besar dari (Pasal 23.3 (3(2))
𝑑
s max = =147,125 mm
4
= 6 db tul. Longtd. = 114 mm
= 150 mm

dengan hasil ini sesuai ketentuan pasal 21.5 (3(1)) dipakai jarak s = 100 mm,
hoop pertama ϕ 12 dipasang 50 mm dari muka kolom di kedua ujung balok dan
2ℎ−50
selanjutnya 𝑆𝑚𝑎𝑥 + 1 buah hoop dipasang sepanjang 2h. Bagian tengah balok boleh
mengikuti Pasal 21.5(3(4)) dan Pasal 11.2 (1(1)). Pada jarak 1.300 mm dari muka
kolom Vu = 298,36 kN, dengan Vc =0,17x λ x √𝐹𝑐′𝑏𝑤. 𝑑 = 0.17𝑥1𝑥√30 𝑥600 𝑥588,5 =
322,33 kN, maka diperlukan begel 2 ∅12 dengan s = 140 mm.

Pemutusan tulangan balok perangkai


Di bawah ini diberikan contoh perhitungan lokasi penghentian tulangan
negatif diatas perletakan interior balok. Tulangan diatas perletakan ini ada 11 ϕ
19 dan akan diteruskan hanya 5 ϕ19 untuk memenuhi pasal 21.5.(2(1)) Jadi disain
akan ditentukan jarak penghentian 6 ϕ19 dari muka kolom (x).

Agar diperoleh panjang penghentian terbesar, harus dipakai kombinasi


beban 0,9D + kemungkinan kuat momen Mpr diujung komponen. Kuat momen nominal
(ϕMn) dari 5 ϕ19 adalah 250,13 kNm, karena itu 6 ϕ19 boleh dihentikan bila kuat
momen perlu sudah menurun menjadi 250,13 kNm (lihat gambar 9-6)

Jarak penampang dengan Mn = 250,13 kNm dihitung sebagai berikut:


Diketahui Mpr = 838,16 kN m
q = 31,35 kN/ m
Jumlah momen terhadap pot. a – a menghasilkan persamaan:
31,35 ½ x2 - 286,23 x + 838,16 = 250,13
x2 - 18,26 x + 37,51 = 0
diperoleh x = 2,36 m

Gambar 9-6. Diagram momen penentuan lokasi pemutusan tulangan


BP C5-D5

Sesuai Pasal 12.10(3) Tulangan 6 ϕ 19 akan dihentikan sejauh l = (pilih


yang lebih besar):
l = x + d = 2,36 + 0,5885 = 2,95 3,0 m (menentukan) atau
l = x + 12.db = 2,36 + 12 x 0,019 = 2,6 m
dari muka kolom.

Panjang l= 3,0 m ini harus lebih panjang dari l d yaitu panjang


penyaluran (pasal 12.10.(4)) yang dihitung dengan rumus tersebut di
pasal 12.2(3)

𝑓𝑦 𝛹𝑡 𝛹𝑒 𝛹𝑠
𝑙𝑑 = ( 𝑥 ) 𝑑𝑏
1.1√𝐹′𝑐 (𝐶𝑏 + 𝐾𝑡𝑟)
𝑑𝑏

dimana 𝛹𝑡 = 1 c = 40 + 10 +19/2 = 59,5


𝛹𝑒 = 1 maka c = 23,85 mm
600−2(40+12)−19
c= = 23,85
10 𝑥 2
𝛹𝑒 = 1
𝑐+𝐾𝑡𝑟 23,85+0
= = 1,26
𝑑𝑏 19
Ktr = 0
λ=1
𝑓𝑦 𝛹𝑡 𝛹𝑒 𝛹𝑠 400 1.1.1
Jadi (1.1√𝐹′𝑐 𝑥 𝐶𝑏+𝐾𝑡𝑟 ) 𝑑𝑏 = (1.1√30 𝑥 (1,26)) 19 = 54,46
( )
𝑑𝑏
ld = 54,46 x 19 = 1.034,7 mm = 1,03 m

ternyata l= 3,0 m > ld = 1,03 m jadi panjang 6 ϕ19 dipasang sepanjang 3,0 m
dari muka kolom. Perlu diamankan pula bahwa penghentian tulangan ini tidak boleh
dilakukan di daerah tarik kecuali kondisi pasal 14.10(5) dipenuhi. Dalam kasus ini,
titik balik momen kira-kira berada 4.770 mm dari muka kolom > l= 3.000 mm jadi
berarti tempat penghentian berada di daerah tarik. Menghadapi 2 pilihan
pengamanan tersebut di Pasal 12.10 (5(1)) atau 12.10 (5(2)), dicoba dulu solusi
2
pilihan pertama, yaitu kemungkinan Vn dari tul. geser terpasang 3 ∅ 𝑉𝑛 lebih besar
dari gaya geser berfaktor Vu.
2 2 2 𝐴𝑣. 𝐹𝑦. 𝑑 √𝐹𝑐 ′
∅𝑉𝑛 = . 0,75(𝑉𝑠 + 𝑉𝑐) = 𝑥0,75𝑥 ( + 𝑏𝑤 𝑥 𝑑)
3 3 3 𝑠 6
2 226,19.400.590,5 √30
= 3
𝑥0,75𝑥 ( 130
+ 6 600 𝑥 590,5)

= 367,2kN > Vu =136,63 kN (pada jarak 3m)

karena 3 ∅𝑉𝑛 > Vu maka penghentian 6 ϕ 19 boleh dilakukan pada


2

l = 3,0 m dari muka kolom.

Jarak pemutusan tulangan dari arah tumpuan kiri dengan cara yang sama di
atas, diperoleh sebesar 3,0 m

Gambar 9-5. Detail penulangan Balok Perangkai

9.5.4 Desain kolom


Bab ini memberikan prosedur desain kolom A4 diantara lantai 2 dan 3.
Mengingat kolom ini bukan merupakan SPBL, maka desain harus memenuhi syarat-
syarat tersebut di Pasal 21.9. Kesimpulan bebanbeban yang bekerja pada kolom
A4 ini dapat dilihat di table 9-15. Perlu diketahui bahwa kolom-kolom di SRG ini
tidak terkena Ps 15.5, yaitu kolom yang terkena pengaruh beban orthogonal.

Tabel 9-15 Kesimpulan beban aksial dan momen lentur pada kolom
A4 antara lantai tingkat ke-2 dan ke-3

*) Lihat Tabel 9-7


+) Lihat Tabel 9-5

Berdasarkan kombinasi beban di Tabel 9-15, maka kolom A4 ini cukup diberi
tulangan memanjang sebanyak 16ϕ19 (ρ = 1,26%). Gambar 9-6 hasil dari PCACOL,
menunjukkan diagram interaksi kolom ini.

Gambar 9-6. Diagram interaksi desain kolom A4 diantara lantai


tingkat 2 dan 3

Desain kolom ini harus memenuhi syarat-syarat tersebut di Pasal


29.9(2) berikut ini:
a. Apakah kombinasi beban tersebut di Tabel 9-15 lebih kecil dari 1,2D +
1,6L. Bila betul berlaku Pasal 23.9(2(1)) s/d 23.9(2(3)).
b. Bila kombinasi beban tersebut di Tabel 9-15 lebih besar dari 1,2D + 1,6L,
maka berlaku Pasal Pasal 23.9(3(1)) s/d 23.9(3(3)).

Pada contoh ini:


Kuat momen rencana akibat beban gravitasi
Mu = 1,2 x 56,83 + 1,6 x 21,74 = 102,98 kNm
Beban aksial berfaktor:
Pu = 1,2 x 1.943,24 + 1,6 x 259,20 = 2.735,81 kN
Mengingat Mu = 102,98 < 338,82 kNm (Tabel 9-15) dan
Pu = 2.735,81 < 3.196,45 kN
maka desain kolom harus memenuhi Pasal 23.9(3) yaitu seperti dilakukan berikut
ini.

Tulangan Pengekangan
Sesuai Pasal 21.6.4(4), tulangan pengekangan harus dihitung oleh rumus (21-5)
Ash = 0,09 (s hc fc’/ fyh) = 0,09 (100 x 468 x 30/ 400) = 315,9 mm2
dimana s diambil yang terkecil dari:
¼ x 600 mm = 150 mm
6 x . = 6 x 19 = 114 mm
100 mm
sementara pakai 3ϕ12 (As = 339 mm2) dengan s = 100 mm

Pengekangan ini dipasang sepanjang lo dari HBK, yaitu


lo ≥ h = 600 mm
≥ 1/6 l n = 475 mm
≥ 450 mm
ambil l o = 600 mm

Tulangan transversal untuk geser

Sesuai Pasal 23.4(5), gaya geser rencana Ve untuk kolom ini harus
ditentukan menggunakan gaya-gaya pada muka HBK yaitu momen maksimum Mpr.
Hasil ini tak boleh kurang dari Vu hasil dari analisa struktur.
Secara konservatif Mpr ditentukan sebesar momen balans dari diagram interaksi
di Gambar 9-7 yaitu 964 kNm.
Gambar 9-7 Diagram interaksi untuk desain kolom A4 dengan ϕ=1

Dengan demikian gaya kuat geser di ujung kolom akibat momen lentur dari
masing-masing ujung kolom ini adalah:
2 𝑥 𝑀𝑝𝑟 2 𝑥 964
Ve = 𝐼𝑛 = 2.85 = 676,5
Gaya geser akibat beban gravitasi dihitung sbb.:
MD 2 𝑥 113,66
VD= = = 79,76 𝑘𝑁
𝐼𝑛 2,85
𝑀𝐿 2 𝑥 43,48
VL= = = 30,51 𝑘𝑁
𝐼𝑛 2,85
MD dan ML diambil dari Tabel 9-7 MD

Dari Tabel 9-5, gaya geser akibat deformasi kompatibilitas (VE) = 135,97
kN. Dengan kombinasi beban tersebut di Pasal 23.9(2), gaya geser terfaktor
adalah:

Vu = 1,2D + 0,5L + E
= 1,2 x 79,76 + 0,5 x 30,51 + 135,97
= 246,94 kN < V akibat Mpr

Untuk komponen yang kena beban aksial berlaku Vc (Pasal 11.2(1(2)):


𝑁𝑢 1.013,95
Vc = 0,17 (1 + 14𝐴𝑔) 𝜆√𝑓′𝑐𝑏𝑤. 𝑑 = 0,17 (1 + 14𝑥6002 ) √30𝑥600.538,5 = 295 KN

Kuat geser tulangan dengan 2 kaki begel ɸ12, s = 150 mm

𝐴𝑣.𝐹𝑦.𝑑 226𝑥400𝑥538,5
Vs = = = 324,54 KN
𝑠 150

kontrol apakah Vs </> 0,68√𝑓 ′ 𝑐. 𝑏𝑤. 𝑑 = 1.179,8 KN pasal 11.4.7.8 (OK)


Vs </> 0,33√𝑓 ′ 𝑐. 𝑏𝑤. 𝑑 = 589,9 KN pasal 11.4.5.3 (OK)

Bila Vs = 0,33√𝑓 ′ 𝑐. 𝑏𝑤. 𝑑dilampaui maka sesuai pasal 11.4.5.3 s harus dibuat separuhnya
yaitu < d/4 = 134,6 mm

kontrol ɸVn = ɸ (Vs + Vc) = 0,75 x (324,54 + 295)

= 464,65 KN < Ve = 676

Dibaca tulangan Begel 3 kaki ɸ12 dengan jarak s = 120 mm

𝐴𝑣.𝐹𝑦.𝑑 339𝑥400𝑥538,5
Vs = = = 608,51 KN
𝑠 120

ɸVn = ɸ (Vs + Vc) = 0,75 x (608,51 + 295,0)

= 677,63 KN < Ve = 676,5 KN (OK)

Namun Vs = 608,51 > 589,9 kN, ini boleh karena s = 120 < 134,6 mm
Jadi tulangan geser diambil 3 kaki ɸ 12 dengan jarak s = 120 mm

Bandingkan ini dengan kebutuhan tulangan confinement (Ash),


kemudian pakai tulangan transversal yang lebih banyak, jadi
digunakan 3 ɸ 12 dengan s = 100 mm, yang sekaligus memenuhi pula
syarat Pasal 7.10.(5.(3)

Sambungan Tulangan Vertikal Kolom

Sesuai Pasal 12.2(3) panjang sambungan lewatan tulangan 3ϕ 12

dari kolom A4 ini harus dihitung dengan rumus:

𝐹𝑦 𝜑𝑓𝜑𝑒𝜑𝑠
ld = [ 𝑐𝑏+𝑘𝑡𝑟 ]db
1,1𝜆√𝑓′𝑐( )
𝑑𝑏

𝜑𝑓 = 𝜑𝑒 = 𝜑𝑠 = 1

750−2(40+12)−19
C= 4𝑥2
= 59,63

40𝐴𝑡𝑟
Ktr = 𝑆𝑛

𝐶+𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
= 3,15 ≤ 2,5 diambil 2.5 (max)

Jadi:

𝐹𝑦 𝜑𝑓𝜑𝑒𝜑𝑠 400
ld = [ 𝑐𝑏+𝑘𝑡𝑟 ]db = = [ ] = 26,3
1,1𝜆√𝑓′𝑐( ) 1,1√30 2,5
𝑑𝑏
ld = 26,3 x 19 = 499,7 mm

Sesuai Pasal 21.5(2(4)) sambungan lewatan harus diletakan di tengah


panjang kolom dan harus dihitung sebagai sambungan tarik. Dari
Gambar 9-6 dapat diperkirakan bahwa akibat kombinasi beban
berfaktor dengan beban gempa akan terjadi fs > 0,5fy, jadi
sambungan lewatan ini termasuk kelas B (Pasal 12.17(2(2)) yang
panjangnya harus 1,3 l d = 649,61 mm ≈ 650 mm.
Detail penulangan kolom tengah dapat dilihat di Gambar 9-8.

Gambar 9-8 Detail Penulangan Kolom

9.6 Desain Dinding Struktural

Sebagai prasyarat untuk desain Dinding Struktural Beton Khusus (DSBK),


perlu dipastikan bahwa kelelehan tulangan lentur yang terjadi di dasar DS (sebagai
sendi plastis), benar-benar merupakan penentu kekuatan dan selanjutnya dibuat
berdeformasi secara inelastis sehingga DS ini mampu memencarkan energi gempa
ke seluruh sistem struktur. Untuk mewujudkan prinsip desain kapasitas yang
fundamental ini, desain DS dilakukan dengan 5 ketentuan di bawah ini:
a). Dengan beban lentur + axial terfaktor, anggap potongan dasar DS
sebagai kolom pendek dengan syarat penulangan longitudinal di
ujung dan di badan DS memenuhi syarat-syarat di Pasal 21.9(2)
b). Pastikan tidak terjadi kegagalan oleh tegangan tarik dan tekan
diagonal oleh beban geser dengan pengamanan berturut-turut
sesuai Pasal 21.9(4(1)) dan 21.9(4(4)).
c). Amankan regangan dinding yang melampaui nilai kritis dengan
pengadaan komponen batas, dengan analisis sesuai Pasal
21.9(6(2)) atau 21.9(6(3)).
d). Jamin kemampuan daktilitas DS dengan detailing komponen
batas sebagaimana tersebut di Pasal 21.9(6(4)) butir a s/d e.
e). Bila tidak dituntut pengadaan komponen batas, maka
penempatan TT harus mengikuti Pasal 21.9.(6(5)).

9.6.1 Pengaruh kombinasi beban

Kesimpulan gaya desain di dasar DS B5 – C5 dapat dibaca di Tabel 9-


16 (lihat Tabel 9-3 dan 9-10)

Tabel 9-16. Kesimpulan beban axial, momen dan gaya geser berfaktor
pada dasar Dinding Struktural B5 – C5

9.6.2 Gaya geser rencana


Sedikitnya harus dipakai 2 lapis tulangan bila gaya geser di dalam
bidang dinding diantara 2 komponen batas melebihi 1/6. Acv. √fc’

dimana Acv adalah luas netto yang dibatasi oleh tebal dan panjang
penampang dinding (Pasal 21.9(2(2)):
Vu = 4.488,1 kN > 0,17.Acv. λ .√𝑓𝑐′ = 0,17x (300 x 8.950)x 1 x.√30 = 2.450 kN (OK)

Jadi diperlukan 2 lapis tulangan di dinding ini.

Dan harus diatur bahwa rasio tulangan di arah vertikal dan horizontal harus
tak boleh kurang dari 0,0025 dan s ≤ 450 mm (Pasal 21.9(2(1)) Batas kuat geser
DS sesuai Pasal 23.6(4(4) adalah sebesar:
ϕ 2/3 Acv. √𝑓𝑐′= 0,55 x 2/3 x (300 x 8.950) x √30 = 5.383 kN
Nilai ϕ diambil sebesar 0,6 karena kuat geser nominal yang diperoleh dari
kuat lentur nominal komponen lebih kecil dari batas kuat geser (Pasal 9.3.3). Dapat
dilihat di bawah ini, bahwa (lihat Tabel 9-16) kuat geser nominal = 4.488,1 < batas
kuat geser = 5.383 KN.
ℎ𝑤 29
Berpedoman pada Pasal 21.9(4(1), karena = = 3,24 > 2, maka kuat
𝐼𝑤 8.95
1
geser nominal Vn untuk DS ini tidak boleh lebih dari Vn = 𝐴𝑐𝑣 (6 . √𝑓𝑐 ′ + 𝜌𝑛. 𝑓𝑦)
dimana ρn adalah rasio luas tulangan geser terhadap luas bidang
yang tegak lurus Acv.
Dengan memakai tulangan geser terpasang 2 ϕ12 (As =113 mm2) dan s = 120 mm
maka akan diperoleh nilai ρn = 2 x 113/ 300 x 120 = 0,0063
Φ Vn = 0,55 (300 x 8.950) [(1/6)√30 + 0,0063 x 400]
= 5.069 kN > Vu = 4.488,1 (OK)
ℎ𝑤
Bila 𝐼𝑤 < 2,0 maka rasio tulangan vertikal (ρv) harus tidak boleh lebih
ℎ𝑤
kecil dari ρn (lihat Pasal 23.6(4(3)). Mengingat = 3,24 (Pasal
𝐼𝑤
21.9.(4.(3)), rasio tulangan minimum harus dipakai. Jadi tulangan vertikal di
dinding perlu 0,0025 x 300 x 1.000 = 750 mm2/ m’
226 𝑥 1000
Bila dipakai 2 lapis tulangan Φ 12 (As = 226) dan s = = 301 mm < s yang
750
diijinkan = 450 mm. Jadi dipakai 2 lapis Φ 12 mm tulangan vertikal dengan s = 300
mm.

9.6.3 Desain komponen batas.

Pasal 21.9(6(2)) menentukan DS perlu komponen batas bila:


𝑙𝑤
c𝑐 ≥ 𝛿𝑢 ……………………………….128)
600{ℎ𝑤}
Untuk menghitung c, perlu didesain lebih dahulu kebutuhan tulangan vertikal
DS yang kedua ujung memiliki komponen berukuran 950 x 950 mm terlebih dahulu.
Diagram interaksi di Gambar 11-9 ternyata menunjukkan DS dapat menampung
kombinasi beban tersebut di Tabel 9-9 dengan pemasangan 36 ϕ 30 pada
komponen 950 x 950
mm2 dan 2 lapis ϕ12 s = 300 pada dinding struktural, jadi ρ = 1,44%.

Nilai c ditentukan konsisten dengan terjadinya 𝛿 u(idem Δm) dan harus


diperoleh dari dua kombinasi beban axial tersebut di Tabel 9-17 yang bekerja
bersamaan dengan momen nominal maksimum (Mn’). Dua beban aksial itu adalah:
Pu’ = 1,2D + 0,5L dan
Pu’ = 0,9D
Mn’ dari masing-masing beban aksial berfaktor ini diperoleh dengan bantuan
diagram interaksi Gambar 9-10 yang dibuat dengan bantuan program computer
PCACOL untuk DS dengan tulangan tersebut di atas, namun dengan ϕ = 1 dan fs =
fy, telah menghasilkan untuk beban aksial:
Pu’ = 1,2 D + 0,5 L = 1,2 x 6.868 + 0,5 x 1.420,8 = 8.952 kN dan
momen nominal sebesar
Mn’ = 129.621,9 kN m

Untuk kombinasi Pu’ dan Mn’ ini, program komputer tersebut memberikan c
terbesar yaitu = 819 mm, yang ternyata lebih kecil dari

𝑙𝑤 8950
𝛿𝑢 = 112,46 = 2.130 mm (nilai 𝛿𝑢 / hw tidak boleh lebih kecil dari 0,007),
600( ) 600 𝑥( )
ℎ𝑤 29000
jadi DS ini tidak perlu komponen batas.
Contoh ini menunjukkan c = 819 mm yang rendah sehingga tidak sampai
menuntut komponen batas. Suatu indikasi bahwa beban aksial pada DS ini relatif
kecil

Gambar 9-9. Diagram interaksi desain kekuatan DS B5-C5


Gambar 9-10. Diagram Pn - Mn untuk DS B5-C5

Perhitungan di bawah ini hanya dimaksudkan memberi ilustrasi bila


diperlukan detailing pada komponen batas yang panjangnya
dianggap 950 mm.

Sesuai Pasal 21.6 (4 (4):

Ash > 0,09 (s hc fc’/ fyh) =


- Di komponen batas dengan jarak s = 6 db = 6 x 30 = 180 mm,
namun digunakan s = 130 mm (maximum 150 mm)
= 0,09 x 130 x (950 – 2x40 – 12) x 30/ 400
= 752 mm2 (dipakai 7 ϕ12, As = 791 mm2)

Untuk memenuhi ini dan juga Pasal 7.10.(5) perlu dipasang TT 7 ϕ12 (As =
791 mm2) dalam bentuk 2 pasang sengkang tertutup + 3 tulangan pengikat di arah
x dan 5 tulangan pengikat di arah y dari Komponen
Batas ini.
Detail tulangan ujung DS diperlihatkan di Gambar 9-11
Gambar 9-11 Detail tulangan Dinding Struktural B5-C5

Namun demikian pada DS yang tidak perlu KB harus memenuhi Pasal


21.9(6(5)), bila:
2,8
𝑃𝑔 > 𝐹𝑦 dan 𝑉𝑢 > 𝐴𝑐𝑣 √𝑓𝑐′

Dalam kasus desain di atas


36 𝑥 707,14 28
𝑃𝑔 = =0,0282 > dan
950 𝑥 950 𝐹𝑦

Vu = 4.488,1 kN<(300 x 8.950) √30= 14.706 kN

Maka hanya ketentuan Pasal 21.9(6(5a))harus dipenuhi, yaitu:


(1) Syarat type sengkang sesuai Pasal 21.6.(4(2)) dan s < 200 mm.
(2) Syarat jarak spasi tulangan pengikat silang sesuai Pasal 21.6(4(2),
yaitu < 350 mm.
(3) Ketentuan (1) dan (2) di atas berlaku di lokasi sesuai Pasal 21.9(6(4a))
yaitu (c – 0,1 lw) < 0 atau c/2 = 409,5, berlaku yang lebih besar. (di sini diambil 950
mm).

Dengan ketentuan-ketentuan di atas, maka untuk memenuhi pula


Pasal 7.10(5(3)), Gambar 9-11 masih berlaku, tapi dengan perubahan
sebagai berikut:
i) Semua TT pakai ϕ10
ii) Jarak semua TT di arah vertical = 200 mm.

Jadi diperlukan pada arah pengekangan x 2 sengkang tertutup (a


dan b) + 3 tulangan pengikat dan di arah pengekangan y dipasang 5 tulangan
pengikat (d), semuanya berdiameter 10 mm, dengan jarak vertikal s = 200 mm.

Anda mungkin juga menyukai