Abstrak
Laboratory and practice are two important components in high education learning.
In most of cases, practice is better than just learning by theory, since practice
gives students much better understanding about the matters they are mastering.
This is proven by Indonesian government has put laboratory in the legislacy,
named National Education System. This article will give sight about laboratory
learning in science and technology field of studies, especially in Information and
Communication Technology (ICT) majors, comparing two methods of practice:
hardware-based using electronic components or software-based using simulators.
Special impose will be taken to software-based practice, which author consider is
the better method of ICT laboratory learning. Some examples of simulators are
given, to give better impression about this.
1. Pendahuluan
1
sains dan teknologi, salah satu metode yang sangat penting dalam memberikan
keahlian tersebut adalah dengan memberikan pembelajaran praktikum.
Banyak hal yang akan lebih didapat oleh mahasiswa dengan praktikum di
laboratorium, daripada mempelajari sesuatu dari teorinya saja. Untuk itu,
biasanya diberikan praktikum untuk matakuliah-matakuliah tertentu, yang
dirasa oleh institusi pendidikan tinggi sebagai materi keahlian yang penting
dan mengharuskan kepahaman secara praktis.
Masalah yang selalu muncul dalam praktikum dengan perangkat keras adalah,
selain harus memahami pemodelan yang akan dibuat, peserta praktikum juga
harus mengetahui hal-hal lain yang menyertai praktikum tersebut. Misalkan
praktikum tentang rangkaian listrik sederhana, dimana di dalamnya ada
praktikum untuk merakit rangkaian listrik.
2
Sehingga untuk merakit rangkaian listrik, peserta praktikum pada akhirnya
tidak hanya harus memahami tentang pemodelan saja, tetapi juga harus tahu
bagaimana menggunakan solder, melelehkan timah, membuat PCB, dan
sebagainya. Dan ternyata, semua hal-hal “kecil” yang mengikuti itu juga harus
dipelajari, dimana hal-hal “kecil” itu juga memiliki ilmu dan keahlian
tersendiri. Jadi, bila tidak ahli menyolder, maka praktikum pemodelan
rangkaian listrik ini tidak akan pernah selesai.
1.3. Tujuan
Di dalam artikel ini, penulis belum dapat dan tidak akan memutlakkan
efektifitas yang lebih baik ini untuk semua jenis praktikum dan matakuliah
yang ada. Namun penulis akan memberikan gambaran tentang nilai efektifitas
penggunaan simulasi yang lebih tinggi ini atas dasar beberapa matakuliah dan
praktikum yang penulis pernah ampu, dengan menggunakan aplikasi simulasi
sebagai pengganti perangkat-perangkat keras yang digunakan dalam
praktikum tersebut.
2. Kerangka Pemikiran
Pada bagian ini penulis memaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simulasi dan
pemodelan sistem yang penulis amati dan teliti selama ini dalam memberikan
praktikum. Pada bagian selanjutnya, penulis akan melakukan analisa dan
perbandingan antara praktikum menggunakan perangkat keras dan praktikum
dengan menggunakan simulator.
3
2.1. Pendidikan dan Kurikulum
4
ada penjelasan dan instruksi yang harus dilaksanakan oleh peserta didik,
dalam mempelajari suatu masalah dalam kompetensi tertentu.
5
seperti Gambar 1 ini, dimana cara pandang seperti ini jarang diajarkan di
kelas untuk matakuliah Rangkaian Logika.
6
Meskipun tidak terlalu panjang, namun sudah menyulitkan untuk dicari
solusi persamaannya dengan segera. Apalagi pada kenyataannya
persamaan-persamaan logika untuk sebuah pemecah sandi cukup banyak,
kasusnya akan semakin rumit. Belum lagi bila persamaan-persamaan
tersebut dirangkai menjadi persamaan logika lainnya, tentu akan semakin
rumit lagi.
7
Menyusun gerbang-gerbang logika menjadi berbagai komponen komputer
secara hardware merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan
keahlian tersendiri. Cukup banyak peserta didik yang gagal melakukan
praktikum matakuliah ini, bahkan pada akhirnya setelah mengikuti
praktikum ini justru menjadi semakin bingung dengan matakuliah ini.
8
bergantian ibarat lampu hiasan semata. Konsep sebagai lampu hiasan itu
tidak salah juga, tapi sebenarnya ada hal lain yang lebih utama yang dapat
dipelajari dari rangkaian flip-flop tersebut, bagi para peseta didik di bidang
sistem dan teknologi informasi.
2.4. Simulator
Artikel ini tidak akan mendalami perbedaan kedua jenis simulasi tersebut, dan
akan menggunakan makna keduanya secara bersamaan. Meskipun dalam
konteks artikel ini yang lebih tepat adalah jenis simulasi tradisional dalam
praktikum pendidikan tinggi yang umum, namun dalam kenyataan sehari-hari
dalam praktikum atau laboratorium, sering kali suatu simulator berfungsi
9
menjadi media penelitian baru yang di sini berfungsi sebagai simulator
pelatihan.
Simulator ada berbagai macam jenis, dan penulis tidak akan mendalami hal
tersebut, dan memfokuskan diri pada fungsinya sebagai media pembelajaran
dan praktikum. Penulis membatasi diri dengan beberapa hal dalam memilih
simulator, yaitu:
Open source dan/atau gratis, yang banyak sekali terdapat di Internet.
Mudah diinstalasi, bila perlu tanpa instalasi.
Mudah dipelajari dan mudah dipraktekkan.
Memiliki visualisasi yang baik, sederhana, dan jelas, agar dapat
digunakan dalam pengajaran dan praktikum.
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa simulator yang telah penulis
gunakan sebagai media dalam memberikan perkuliahan dan praktikum.
Pemaparan penulis ini singkat dan hanya melihat dari sisi fitur-fitur umumnya
saja, dan tidak melibatkan cara instalasi dan cara penggunaannya. Teknis
detail tentang cara pakainya, harap melihat dokumentasi teknis dari masing-
masing simulator tersebut.
10
ini memberikan simulasi yang cukup baik tentang kondisi praktis di
lapangan, dimana sering kali hasil pada praktikum tidak semudah pada
pembahasan di tataran teoritis.
Visualisasi hasil simulasi dari DSCH ini baik, dimana dia memberikan
grafik sumbu waktu atas hasil operasi simulasinya. Salah satu contoh hasil
visualisasi grafis tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 sebelumnya, yang
dapat memberikan penjelasan lebih dalam tentang sebuah gerbang logika
sederhana AND. Gambar 4 adalah contoh tampilan DSCH yang penulis
buat dalam rangka menjelaskan materi praktikum tentang flip-flop JK
dengan negative edge.
11
Salah satu simulator yang menurut penulis baik dalam memberikan
pengajaran tentang Rangkaian Dijital adalah simulator untuk
mikroprosesor, bernama Microprocessor Simulator. Sebenarnya ada cukup
banyak simulator untuk microprocessor dan microcontroller, mulai dari
prosesor Motorolla 6800, Intel 8086, Mikrokontroller 8051, Zylog 80,
Altair 8800, dan sebagainya.
12
listrik. Periferal-periferal yang dapat disimulasikan oleh aplikasi ini antara
lain:
Stepper motor, sebuah motor listrik terkendali secara dijital.
Lift, dengan berbagai motor dan sensor yang dapat dikendalikan.
Dua buah lampu lalulintas.
Termometer, lengkap dengan sensor dan pemananya.
Dua buah seven segment.
Labirin, dengan dengan sebuah kursor bola yang dapat
dikendalikan dengan numeric pad (numpad) dari keyboard.
Kekurangan dari MATLAB ini dari sisi penulis mungkin bukan dari sisi
teknis dan fiturnya, melainkan dari lisensinya. Penulis yang membatasi
13
diri dengan aplikasi simulator yang gratis dan/atau open source, tentu tidak
dapat menggunakannya. Namun penulis menggunakan sebuah aplikasi
“tandingan” MATLAB bernama Scilab dan Scicos, yang memiliki fitur
hampir selengkap MATLAB. Dengan lisensinya yang gratis, maka penulis
menilai Scilab dan Scicos ini lebih baik secara keseluruhan daripada
MATLAB.
Scilab dan Scicos merupakan satu paket aplikasi dengan fungsi yang
berbeda. Scilab, sebagai dasar dari semuanya, merupakan aplikasi untuk
komputasi matematis dan pengujian algoritma (Campbell, 2006). Scilab
juga menyediakan fitur untuk pemodelan dan simulasi secara grafis, juga
interkoneksi dengan aplikasi lain diluar Scilab. Gambar 7 adalah contoh
pemodelan grafis di Scilab.
14
blok-blok komponen (Campbell, 2006). Scicos melakukan pemodelan dan
simulasi ini dengan sangat baik. Gambar 8 adalah contoh pemodelan
rangkaian logika pada Persamaan 1 sebelumnya.
3. Pembahasan
Beberapa parameter yang menjadi penilaian positif atau baik dalam praktikum
secara umum, menurut refensi (Chung, 2004) dan beberapa parameter
tambahan dari penulis, adalah sebagai berikut:
1. Ekperimen dalam waktu yang singkat.
2. Pengurangan analisa dan pengetahuan prasyarat.
3. Mudah dilakukan uji pemodelan.
4. Tidak membutuhkan pelatihan dan keahlian khusus.
5. Analisa dan pemodelan tidak membutuhkan biaya atau bahan atau
material yang banyak.
6. Tidak membutuhkan pemahaman statistik.
15
7. Penguasaan konsep kompetensi inti tinggi.
8. Pemahaman kondisi praktis tinggi.
16
Tabel 1 adalah perbandingan sederhana menurut penulis, antara praktikum
berbasis komponen dengan praktikum berbasis simulator. Skala yang
diberikan untuk parameter-parameter penilaian perbandingan pada Tabel 1
adalah:
Baik atau Setuju, bernilai 2.
Cukup atau Ragu-Ragu, bernilai 1.
Buruk atau Tidak Setuju, bernilai 0.
3.4. Analisa
Bila komputer tidak semudah dan secanggih saat ini, maka membuat
pemodelan dan simulasi komputer memiliki tingkat kesulitan yang tinggi,
dan mungkin jauh lebih sulit daripada praktikum dengan komponen.
Sehingga untuk kasus permisalan ini, praktikum dengan komponen akan
masih unggul dibandingkan dengan simulator.
17
3.4.2. Porsi Praktikum
Ada beberapa hal kasuistis yang penulis amati biasanya terdapat pada
praktikum berbasis komponen. Karena untuk melakukan praktikum
dengan komponen dibutuhkan pengetahuan tentang banyak alat dan media
eksperimen, biasanya peserta praktikum dibebani untuk mengetahui hal-
hal prasyarat tersebut di luar praktikum.
18
yang seharusnya dikuasainya. Dan ini adalah sebuah kesalahan dalam
proses pembelajaran yang tidak selayaknya terjadi.
4. Penutup
4.1. Simpulan
19
Praktikum berbasis perangkat keras dan komponen masih mutlak untuk
dilakukan, walau mungkin akan dikurangi porsinya. Meskipun dikurangi,
namun praktikum jenis ini tetap akan ada dan tidak bisa ditinggalkan sama
sekali, sebab praktikum jenis inilah yang sesungguhnya menjadi pondasi dari
seluruh ilmu di bidang sistem dan teknologi informasi.
4.2. Saran
Untuk itu, penulis menyarankan agar para pengajar diberikan kepahaman dan
keahlian dalam menggunakan komputer. Bila diperlukan, kepahaman
penggunaan komputer dijadikan syarat bagi pengajar yang akan mengajarkan
matakuliah-matakuliah tertentu yang membutuhkan simulasi komputer.
Ada hal positif yang didapat dari saran ini, yaitu pengajar akan diseleksi
kompetensinya, untuk mengajarkan beberapa matakuliah tertentu. Yang pada
akhirnya, hal ini akan meningkatkan kualitas dari peserta kuliahnya, dan akan
meningkatkan kualitas institusi pendidikan yang bersangkutan.
Hal positif lainnya adalah tidak hanya peserta didik yang harus terus
meningkatkan kepahaman dan keahlianya. Para pengajar juga diharuskan
meningkatkan kemampuan keilmuannya dan mengejar perkembangan ilmu
20
yang menjadi bidangnya. Caranya salah satunya adalah dengan peningkatan
penggunaan komputer dan penggunaan aplikasi simulator untuk pengajaran.
Daftar Pustaka
21
Locke, C. P. MICRO.BAS: 8080 Based Microcomputer Simulator, Version: March
1978. http://www.bitsavers.org/pdp-11.trailing-edge.com/rsts11/rsts-11-113/,
diakses pada 12 Juli 2008.
Sicard, E. 2006. Microwind and DSCH Version 3.1.: User’s Manual Lite Version.
INSA, Toulouse.
22
Zeigler, B. P. and P. E. Hammonds. 2007. Modelling & Simulation-Based Data
Engineering. Elsevier Academic Press, Arizona.
23