Anda di halaman 1dari 18

BAB 4

HASIL DESAIN DAN ANALISIS

4.1 Umum
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian berupa hasil desain
seluruh bangunan, perbandingan berat bangunan, distribusi gaya lateral pada
SRPMK dan SRBKK, serta performa bangunan yang di tinjau berdasarkan
simpangan (displacement), simpangan antar tingkat (drift), dan lokasi sendi
plastis pada bangunan.

4.2 Hasil Desain Bangunan


Dalam subbab ini akan menampilkan hasil desain profil dari
bangunan-bangunan ini. Hasil desain bangunan akan ditampilkan pada tabel
4.1 hingga tabel 4.3.

Tabel 4.1 Profil bangunan jenis 3-1-12


BANGUNAN 3-1-12
S1 S2
1 s/d 6 H - 250.250.9.14 1 s/d 6 H - 250.250.9.14
Bracing Bracing
7 s/d 12 H - 208.202.10.16 7 s/d 12 H - 208.202.10.16
Balok Anak WF - 298.201.9.14 Balok Anak WF - 298.201.9.14
EXT WF - 450.200.9.14 EXT WF - 450.200.9.14
1 s/d 6 1 s/d 6
Balok INT WF - 600.200.14.28 Balok INT WF - 600.200.12.19
Induk EXT WF - 400.200.8.13 Induk EXT WF - 400.200.8.13
7 s/d 12 7 s/d 12
INT WF - 500.200.10.16 INT WF - 450.200.9.14
EXT H - 458.417.30.50 EXT H - 458.417.30.50
1 s/d 6 1 s/d 6
INT H - 612.490.40.80 INT h - 498.432.45.70
Kolom Kolom
EXT H - 353.333.35.40 EXT H - 353.333.35.40
7 s/d 12 7 s/d 12
INT H - 498.432.45.70 INT H - 428.407.20.35
Plat Beton 120mm Plat Beton 120mm

79
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Profil bangunan jenis 5-2-12

BANGUNAN 5-2-12
S1 S2
1 s/d 6 H - 250.250.9.14 1 s/d 6 H - 250.250.9.14
Bracing Bracing
7 s/d 12 H - 250.250.9.14 7 s/d 12 H - 250.250.9.14
Balok Anak WF - 298.201.9.14 Balok Anak WF - 298.201.9.14
EXT WF - 600.200.14.19 EXT WF - 600.200.14.19
1 s/d 6 1 s/d 6
Balok INT WF - 500.200.10.16 Balok INT WF - 500.200.10.16
Induk EXT WF - 500.200.10.16 Induk EXT WF - 500.200.10.16
7 s/d 12 7 s/d 12
INT WF - 450.200.9.14 INT WF - 450.200.9.14
EXT H - 498.432.45.70 Kolom EXT H - 498.432.45.70
1 s/d 6 1 s/d 6
INT H - 498.432.45.70 INT H - 458.417.30.50
Kolom
EXT H - 428.407.20.35 EXT H - 428.407.20.35
7 s/d 12 7 s/d 12
INT H - 428.407.20.35 INT H - 428.407.20.35
Plat Beton 120mm Plat Beton 120mm

Tabel 4.3 Profil bangunan jenis 5-2-20

BANGUNAN 5-2-20
S1 S2
1 s/d 5 H - 304.301.11.17 1 s/d 5 H - 304.301.11.17
6 s/d 10 H - 304.301.11.17 6 s/d 10 H - 304.301.11.17
Bracing Bracing
11 s/d 15 H - 304.301.11.17 11 s/d 15 H - 304.301.11.17
16 s/d 20 H - 208.202.10.16 16 s/d 20 H - 208.202.10.16
Balok Anak WF - 298.201.9.14 Balok Anak WF - 298.201.9.14
1 s/d 10 EXT WF - 650.300.14.28 1 s/d 10 EXT WF - 650.300.14.28
Balok INT WF - 600.200.14.28 Balok INT WF - 500.200.10.16
Induk 11 s/d 20 EXT WF - 600.200.14.28 Induk 11 s/d 20 EXT WF - 600.200.14.28
INT WF - 500.200.10.16 INT WF - 450.200.9.14
1 s/d 10 EXT H - 518.437.50.80 1 s/d 10 EXT H - 770.520.70.80
INT H - 518.437.50.80 INT H - 592.520.70.70
Kolom Kolom
11 s/d 20 EXT H - 428.427.20.35 11 s/d 20 EXT H - 428.427.20.35
INT H - 498.432.45.70 INT H - 428.427.20.35
Plat Beton 120mm Plat Beton 120mm

80
Universitas Kristen Petra
4.3 Distribusi Gaya Lateral pada SRPMK dan SRBKK
Pada subbab ini akan menampilkan hasil presentase gaya lateral yang
diterima oleh SRPMK dan SRBKK serta scale factor yang digunakan dalam
perhitungan metode S2 pada sistem SRPMK. Data-data tersebut ditampilkan
dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Presentase gaya lateral dan scale factor.

PRESENTASE GAYA LATERAL


BANGUNAN SKENARIO SCALE FACTOR
SRPMK SRBKK
S1 26,42% 73,58%
3-1-12
S2 20,18% 79,82% 1,24
S1 26,62% 73,38%
5-2-12
S2 21,74% 78,26% 1,15
S1 26,64% 73,36%
5-2-20
S2 21,81% 78,19% 1,15

4.4 Berat baja yang digunakan dalam bangunan


Pada subbab ini akan menampilkan berat baja yang dibutuhkan pada
setiap jenis bangunan serta perbandingan presentase dari berat dibagi luasan
terhadap bangunan jenis S1 dan S2. Data ditampilkan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5 Berat struktur bangunan

BERAT LUAS BERAT/LUAS


BANGUNAN SKENARIO 2 PRESENTASE BERAT
(t) m (t/m2)
S1 3605,92 3888 0,9274 100%
3-1-12
S2 3540,63 3888 0,9107 98,19%
S1 8840,20 10800 0,8185 100%
5-2-12
S2 8768,82 10800 0,8119 99,19%
S1 15516,25 18000 0,8620 100%
5-2-20
S2 15475,91 18000 0,8598 99,74%

81
Universitas Kristen Petra
4.5 Displacement dan Drift Ratio
Displacement dan Drift Ratio merupakan salah satu parameter yang
digunakan sebagai batasan pengecekan kinerja bangunan. Pada Subbab ini
akan menampilkan hasil drift dari tiap-tiap jenis bangunan yang diinjau
terhadap metode S1 dan S2. Drift dan Displacement ditampilkan pada gambar
4.1 hingga gambar 4.6.

Gambar 4.1. Perbandingan Drift Ratio bangunan tipe 3-1-12 akibat Gempa 2500
tahun

82
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2. Perbandingan Displacement bangunan tipe 3-1-12 akibat gempa
2500 tahun

83
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.3. Perbandingan Drift Ratio bangunan tipe 5-2-12 akibat Gempa 2500
tahun

84
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4. Perbandingan Displacement bangunan tipe 5-2-12 akibat gempa
2500 tahun

85
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5. Perbandingan Drift Ratio bangunan tipe 5-2-20 akibat Gempa 2500
tahun

86
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6. Perbandingan Displacement bangunan tipe 5-2-20 akibat gempa
2500 tahun

87
Universitas Kristen Petra
Untuk mengetahui performa kinerja bangunan maka digunakan
FEMA 356 yang memberikan batasan dan performa bangunan berdasarkan
Drift ratio yang terjadi. Hasil performa kinerja bangunan pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Performance Bangunan Berdasarkan Drift Ratio Maksimum

Gempa perioda ulang 2500 tahun / Time Step 30


Immidiate Life safety Collapse Unacceptabble
Tipe bangunan
Occupancy limit limit state prevention limit limit state
3-1-12(S1) 2,08
3-1-12(S2) 1,69
5-2-12(S1) 1,65
5-2-12(S2) 1,69
5-2-20(S1) 1,12
5-2-20(S2) 1,25
Drift Ratio
<0.5 0.5 - 1.5 1.5 - 2 >2
Max

4.6 Lokasi Sendi Plastis


Pada subbab ini menampilkan hasil kinerja performa bangunan dilihat dari
lokasi sendi plastis yang terjadi akibat gempa dengan periode ulang 2500 Tahun.
Pengecekan knerja bangunan ini dibagi dalam 3000 step dengan gempa yang jalan
selama 30 detik. Gambar letak sendi plastis tiap bangunan dapat dilihat digambar
4.7 hingga gambar 4.12.

88
Universitas Kristen Petra
GEMPA PERIODE 2500 TAHUN 3-1-12 (S1)
STEP 102 STEP 119 STEP 190

TIME 1.02 TIME 1.19 TIME 1.9


STEP 193 STEP 224 STEP 3000

TIME 1.93 TIME 2.24 TIME 30

Gambar 4.7. Lokasi terjadinya sendi plastis pada bangunan tipe 3-1-12 (S1)
dengan gempa periode ulang 2500 tahun.

89
Universitas Kristen Petra
GEMPA PERIODE 2500 TAHUN 3-1-12 (S2)
STEP 112 STEP 137 STEP196

TIME 1.12 TIME 1.37 TIME 1.96


STEP 516 STEP 533 STEP 3000

TIME 5.16 TIME 5.33 TIME 30

Gambar 4.8. Lokasi terjadinya sendi plastis pada bangunan tipe 3-1-12 (S2)
dengan gempa periode ulang 2500 tahun.

90
Universitas Kristen Petra
GEMPA PERIODE 2500 TAHUN 5-2-12 (S1)
STEP 109 STEP 136 STEP 191

TIME 1.09 TIME 1.36 TIME 1.91


STEP 195 STEP 5.38 STEP 3000

TIME 1.95 TIME 5.38 TIME 30

Gambar 4.9. Lokasi terjadinya sendi plastis pada bangunan tipe 5-2-12 (S1)
dengan gempa periode ulang 2500 tahun.

91
Universitas Kristen Petra
GEMPA PERIODE 2500 TAHUN 5-2-12 (S2)
STEP 107 STEP 130 STEP 191

TIME 1.07 TIME 1.3 TIME 1.91


STEP 191 STEP 5.31 STEP 3000

TIME 1.91 TIME 5.31 TIME 30

Gambar 4.10. Lokasi terjadinya sendi plastis pada bangunan tipe 5-2-12 (S2)
dengan gempa periode ulang 2500 tahun.

92
Universitas Kristen Petra
GEMPA PERIODE 2500 TAHUN 5-2-20 (S1)
STEP 139 STEP 154 STEP 158

TIME 1.39 TIME 1.54 TIME 1.58


STEP 246 STEP 257 STEP 3000

TIME 2.46 TIME 2.57 TIME 30

Gambar 4.11. Lokasi terjadinya sendi plastis pada bangunan tipe 5-2-20 (S1)
dengan gempa periode ulang 2500 tahun.

93
Universitas Kristen Petra
GEMPA PERIODE 2500 TAHUN 5-2-20 (S2)
STEP 140 STEP 145 STEP 218

TIME 1.4 TIME 1.45 TIME 2.18


STEP 218 STEP 258 STEP 3000

TIME 2.18 TIME 2.58 TIME 30

Gambar 4.12. Lokasi terjadinya sendi plastis pada bangunan tipe 5-2-20 (S2)
dengan gempa periode ulang 2500 tahun.

94
Universitas Kristen Petra
4.7 Analisa hasil penelitian
Dari hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa berat
struktur dari bangunan yang didesain dengan menggunakan metode S1 lebih
berat jika dibandingkan dengan bangunan yang didesain dengan
menggunakan metode S2. Akan tetapi perbedaan berat dari bangunan yang
didesain dengan S1 ataupun S2 tidak terlalu signifikan. Rata-rata perbedaan
berat bangunan yang didesain dengan S1 ataupun S2 tidak lebih dari 3 %.
Pada penelitian kali ini, bangunan yang didesain dengan S2 relatif
lebih kuat jika ditinjau dari performa drift maupun displacement yang terjadi
akibat gempa periode ulang 2500 tahun. Hal ini mungkin disebabkan akibat
perbedaan berat yang tidak terlalu jauh (<3%).
Mendesain bangunan terhadap S1 terbilang cukup susah. Hal ini
disebabkan karena harus memenuhi persyaratau 25 persen sistem SRPMK
dan kapasitas profil itu sendiri. Sedangkan mendesain dengan S2 terbilang
cukup gampang jika dibandingkan dengan S1. Karena pada saat mendesain
bangunan S2, peneliti tidak perlu memenuhi syarat 25 persen SRPMK dan
hanya perlu memenuhi kapasitas profil dengan gaya yang dikalikan dengan
scale factor.
Pada bangunan dengan tipe 3-1-12, kinerja bangunan jika dilihat dari
batasan drift ratio max, bangunan yang didesain terhadap S1 sudah masuk
dalam tahap unacceptable limit state sedangkan bangunan yang didesain
dengan metode S2 masih pada tahap collapse prevention. Akan tetapi jika
dilihat dari sendi-sendi plastis yang terjadi, kedua bangunan tersebut masih
pada tahap CP.
Pada bangunan dengan tipe 5-1-12, kinerja bangunan jika dilihat dari
batasan drift ratio max, bangunan yang didesain terhadap S1 dan S2 masih
pada tahap collapse prevention. Letak sendi plastis yang terjadi juga masih
dalam pada tahap CP. Tidak ada perbedaan yang telalu jauh jika dilihat dari
letak-letak sendi plastis yang terjadi.
Pada bangunan dengan tipe 5-1-20, kinerja bangunan jika dilihat dari
batasan drift ratio max, bangunan yang didesain terhadap S1 dan S2 masih

95
Universitas Kristen Petra
pada tahap life safety. Akan tetapi jika melihat letak-letak sendi plastis yang
terjadi, beberapa elemen bangunan sudah masuk pada tahap kerusakan CP.
Melihat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jaya dan Winar
dan penelitian kali ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada balok sistem
SRBKK berbentuk multistory x, tidak terdapat unbalance load akibat
buckling dari brace. Hal ini dapat dilihat lokasi sendi plastis yang terjadi.
Pada penelitian Jaya dan Winar yang menggunakan bresing SRBKK
berbentuk V terbalik, saat terjadi kerusakan pada bresing, balok SRBKK akan
mengalami kerusakan yang hampir serupa, sedangkan pada penelitian kali ini
walaupun bresing mengalami kerusakan sampai pada tahap CP, balok
SRBKK tidak mengalami kerusakan di tengah bentang seperti yang terjadi
pada balok SRBKK dengan bresing berbentuk V terbalik.

96
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai