Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama seorang pimpinan atau manajer di dalam
organisasi. Untuk pembuatan suatu keputusan haruslah meliputi pengidentifikasian masalah,
pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan
pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik.
Membuat keputusan dapat dikatakan relatif mudah pada area di mana aturan yang jelas atau
SOP sudah ada. Namun, keputusan tidak selalu dibuat dalam kondisi yang ideal di mana ada
aturan main yang jelas. Ketika ada satu keputusan untuk dijalankan, tetapi belum ada aturan
yang mengatur keputusan tersebut, apa yang menjadi kriteria pengambilan keputusan?
Bagaimana membuat keputusan pada area di mana tidak ada aturan yang jelas? Apa yang
menjadi acuan dalam pengambilan keputusan?
1. Hakikat Pengambilan Keputusan
Beberapa pendapat pakar dalam bidang Pengambilan Keputusan
- Salusu (1996) menyatakan bahwa aspek yang paling penting dari kegiatan
manajemen ialah merupakan kegiatan sentral manajemen.
- Pengambilan keputusan merupakan inti kepemimpinan (Siagian, 1988).
- Pengambilan keputusan sebagai suatu karateristik yang fundamental, atau sebagai
jantung kegiatan adimistrasi (Robbin 1978).
- Pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan (Gore,1959).
- Higgins (1979) menyatakan pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling
penting dari semua kegiatan.
- Hoy dan Miskel (1978) mengatakan pengambilan keputusan merupakan tanggung
jawab utama dari semua administrator.
Karena Kompleksnya pengambilan keputusan maka diperlukan semua disiplin ilmu dari
berbagai bidang karena itu seorang pimpinan atau manajer haruslah deang teliti dan cermat
serta menganalisis apa dampak dari pengambuilan keputusan yang dibuat agar di belakang
hari tidak terjadi kerusakan-kerusakan yang berakibat merugikan banyak pihak atau
kemunduran suatu perusahaan.
Jadi, Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu
organisasi, terutama disebabkan oleh:
- Karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang.
- Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan merupakan hasil pemikiran akhir yang
harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan
organisasi yang ia pimpin.
- Karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil
keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada
kerugian uang. Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang
juga bersama staf, tergantung dari besar kecilnya masalah dan gaya kepemimpinan
yang dianut oleh si manajer.
Implementasi/Contoh Kasus:
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit, Nike
tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan
image dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk menekan biaya yang
besar, Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa
menekan harga yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang
lebih murah.
Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori seorang atlet atau suatu klub
olahraga sehingga akan timbul image bahwa Nike dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini tidak
dilakukan oleh saingannya seperti Reebok yang justru hanya mensponsori suatu event
olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek dagang. Banyaknya masalah ataupun
konflik yang terpublikasi, tidak akan membuat kosumen beralih ke merek lain. Hal ini karena
ikatan psikologis antara Nike dengan konsumen fanatiknya telah terjadi, selebihnya, biarlah
konsumen yang menilai. Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses
pertumbuhan organisasi. Menurut Lary Greiner ada 5 tahap pertumbuhan organisasi, 1)
kreativitas, 2) pengarahan, 3) pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike
mengalami krisis disaat tahap pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang
ketat sehingga keputusan bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian
melakukan terobosan kilat untuk membentuk kembali brand image dari Nike. Menurut Agyris
“intervensi merupakan suatu aktivitas masuk ke dalam sistem relationship yang berjalan, baik
diantara individu, kelompok, maupun organisasi, dengan tujuan membantu menuju suatu
perubahan yang sukses”
Dalam intervensi, terkadang perlu mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi
intervensi terbanyak dapat dilakukan oleh managemen internal. Apa yang dilakukan oleh
Knight merupakan intervensi dari manajemen internal. Marketing differentiation strategy
mencoba menciptakan kesetiaan para pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan tertentu
secara khusus.
Organisasi tersebut mencoba menciptakan kesan yang menguntungkan bagi produk-
produknya melalui iklan, segmentasi pasar, dan harga yang bersaing. Hal tersebut salah satu
strategi yang dilakukan oleh Knight dengan menciptakan produk baru sesuai kebutuhan
konsumen yang tidak lepas dari image olah raga. Nike sebenarnya memiliki posisi yang
sedikit lemah bila dihadapkan dengan retailer. Keuntungan Nike didapat dari penjualan ke
retailer. Retailer tentunya akan bersaing dengan retailer lain dengan harga termurah, hal ini
dapat mengancam Nike karena dengan hal tersebut maka retailer akan menekan Nike untuk
menjual sepatunya dengan lebih murah. Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier
Asia sehingga mereka saling bersaing tidaklah dapat dipandang dari hanya salah satu sudut
pandang saja. Pada intinya dengan sistem semacam tender ini maka akan tercipta
persaingan, kompetisi untuk menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan motivasi pekerja.
Dengan kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari sudut pandang pekerja hal ini bisa
menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut untuk bekerja lebih giat demi untuk
meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi para pekerja bekerja di luar jam kerja
yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike yang berhak memutuskan kerja sama
bila supplier menaikkan harga terlalu tinggi dapat mengakibatkan supplier menggunakan
tenaga kerja anak-anak agar biayanya lebih murah. Isu ini muncul di Pakistan, bahwa Nike
mengambil sepatu dari Pakistan yang dibuat oleh anak-anak pekerja di bawah umur.
Apabila supplier dari Amerika atau Australia, hal ini bisa berdampak bagi Nike maupun bagi
konsumen. Bagi Nike ini merupakan mimpi buruk karena tentunya tidak akan ada pekerja yang
murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena biaya produksi yang lebih tinggi bila
diproduksi di Amerika atau Australia. Bagi konsumen ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Yang pertama, akan timbul kepercayaan lebih karena produk dibuat di Amerika atau Australia
yang sangat memperhatikan kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena
konsumen percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga mutunya akan
dianggap sama saja dengan buatan Amerika. Peran Phill Knight tentunya sangat besar dalam
mengembangkan Nike hingga saat ini. Dengan gaya kepemimpinannya, dengan solusinya
yang cepat dan tepat saat menghadapi krisis Nike di tahun 1983 membuat Nike dapat
bertahan dan mampu menempati posisi nomor satu lagi sebagai produsen sepatu di dunia.
Membicarakan keberhasilan Nike tidak lepas dari Bill Bowerman, co-founder Nike. Bowerman
sangat berjasa dalam mendirikan Nike, ide untuk memberi semacam karet di sepatu olahraga
datang darinya yang disebut waffle sole. Bowerman jugalah yang memiliki ide untuk memberi
karet pada lintasan lari. Pada awalnya Bowerman beserta Knight menjual sepatu yang dibuat
oleh Bowerman menggunakan latex, leather, glue dan waffle iron istrinya. Saat itu mereka
memproduksi 330 pasang sepatu.
Daftar Pustaka:
1. Hapzi Ali, 2018. Modul 12 BE & GG: Ethical Decision Making in Business, Universitas
Mercu Buana.
2. Business Ethics and Decision Making https://www.putra-putri-indonesia.com/business-
ethics.html tanggal 1 Desember 2018 pukul 20.30 WIB
3. Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan dalam Perusahaan Nike
http://www.academia.edu/34830421/Kasus_Etika_dan_Pengambilan_Keputusan_dalam
_Perusahaan_Nike tanggal 1 Desember 2018 pukul 21.15 WIB.