Tidak semua kesempatan bisnis global dapat langsung digunakan karena terdapat
beberapa halangan (barrier) yang dapat menghadang perdagangan internasional seperti:
perbedaan sosial dan budaya, perbedaan ekonomi, dan perebedaan hukum dan politik,
serta etika bisnis. Etika bisnis adalah perilaku baik atau buruk berdasarkan kepercayaan
perseorangan dan norma sosial dengan membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Kode Etik yang ada bersumber dari pandangan anak-anak ke perilaku orang dewasa,
pengalaman, perkembangan nilai serta moral, dan pengaruh kawan.
Tujuan diciptakanya kode etik adalah:
-
Meningkatkan kepercayaan publik pada bisnis.
- Berkurangnya potensial regulasi pemerintah yang dikeluarkan sebagai aktivitas kontrol.
- Menyediakan pegangan untuk dapat diterima sebagai pedoman.
- Menyediakan tanggungjawab atas prilaku yang tak ber-etika.
Tanggung jawab sosial juga merupakan juga hal yang penting, yaitu sebuah konsep dimana
sebuah perusahaan terhubung dengan sosial dan lingkungan sekitar dalam hal proses bisnis dan
interaksi perusahaan dengan stakeholdernya yang tidak saja berorientasi pada komitmen sosial
yang menekankan pada pendekatan kemanusiaan, belas kasihan, keterpanggilan religi atau
keterpangilan moral, dan semacamnya, tetapi juga menjadi kewajiban yang sepantasnya
dilaksanakan oleh para pelaku bisnis dalam ikut serta mengatasi permasalahan sosial yang
menimpa masyarakat.
Era globalisasi adalah situasi dan keadaan yang seolah-olah tanpa batas antar orang, tugas,
tempat, ruang atau dengan kata lain “mendunia.”
Dalam menjalankan bisnis dalam era globalisasi ini para pelaku bisnis menghadapi tantangan
utama, yakni :
- Pelanggan lebih menuntut kecepatan waktu, dan budaya instant sudah menjadi trend masa kini.
Hal ini menjadikan waralaba yang laris adalah yang dapat menyediakan makanan cepat saji.
- Etika-etika dalam bisnis kurang diperhatikan oleh pelaku bisnis yang memang hanya
mengandalkan kekuatan dan kekuasaan saja, sehingga terjadilah pengkotak-kotakan kepada
pelaku bisnis menurut suku, etnis ataupun agama.
- Pelanggan kini lebih cerdas dan kritis, dalam arti mereka tidak hanya melihat harga tetapi juga
membandingkan dengan mutu atau kualitas produk dan pasti akan mengklaim jika kecewa
terhadap suatu produk yang dibelinya.
- Ditentukan adanya standar mutu tertentu yang diputuskan secara bersama-sama oleh suatu
komite yang ditunjuk, misalnya ISO.
- Tingkat ekspansi dan persaingan bisnis sangat tinggi, baik secara domestic maupun internasional,
begitu suatu produk muncul di pasaran dan „booming‟ , pasti dalam sekejap ada produk lain yang
meniru, entah halal maupun tidak.
- Perubahan yang sangat cepat kadang-kadang tak terduga atau memang sulit diduga, misalnya
setelah terjadi pemboman gedung WTC di AS oleh teroris, pasar modal dunia menjadi lesu dan
bergejolak tak menentu, yang pasti dampaknya ke aspek bisnis yang sangat mengejutkan bagi
setiap pelaku bisnis.
- Muncul ketidakpastian di sekitar hal-hal yang berkaitan dengan sumberdaya manusia, misalnya
bagaimana memotivasi karyawan dengan bermacam-macam latar belakang pendidikannya,
bagaimana mendapatkan karyawan yang berkualitas, cerdas, berwawasan luas dalam lingkup
domestic dan internasional.
Tidak dapat dipungkiri dunia bisnis dalam era global ini dihadapkan pada proses perubahan yang
begitu cepat dan rumit. Untuk itu kebutuhan akan perubahan yang dinamis dalam berbagai hal
seperti visi, misi, tujuan dan sistem berpikir menjadi hal pokok yang harus dimiliki perusahaan.
Dalam konteks organisasi belajar, setiap individu organisasi bisnis harus memiliki komitmen dan
kapasitas untuk belajar pada setiap tingkat apapun dalam perusahaannya.
Globalisasi dan teknologi telah mendorong seleksi alamiah yang mengarah pada „yang terkuat
yang bertahan‟. Keberhasilan pasar akan didapat oleh perusahaan yang mampu menyesuaikan
diri dengan persyaratan lingkungan saat ini, yaitu mereka yang mampu memberikan apa yang siap
dibeli orang. Baik individu, bisnis, kota bahkan seluruh negara harus menemukan cara
menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu barang dan jasa yang menarik
minat beli.
Dalam era globalisasi berarti setiap orang bisa mendapatkan informasi dengan mudah dan dari
mana saja dalam waktu yang singkat, segala sesuatu yang terjadi di belahan dunia manapun bias
diakses oleh setiap orang, pergolakan ekonomi dan perubahan mata uang dunia dapat dilacak dari
kantor / tempat kerja hanya lewat alat elektronik yang canggih yaitu komputer. Jadi permasalahan
dan tantangan berbisnis di Indonesia khususnya sangatlah multi kompleks baik dari dalam
perusahaan sendiri maupun dari luar seperti halnya persaingan mutu produk atau pemasaran
dalam perdagangan pasar dunia yang mengglobal. Sebagai dampak globalisasi dan perubahan
teknologi, situasi pasar saat ini didorong ke arah keadaan yang berbeda jauh sekali dibandingkan
situasi pasar sebelumnya.
Implementasi:
Misi Perusahaan :
Untuk mencapai visi perusahaan, Wings Food menerapkan policy dalam:
– Kualitas Produk
– Effisiensi Produksi
– Disiplin Waktu dan Konsistensi dalam Quality
Mie Sedaap diluncurkan pertama kali di Indonesia pada tahun 2003. Pada awalnya, Mie Sedaap
hanya memiliki tiga varian, yaitu rasa ayam bawang dengan bawang goreng, mie goreng dengan
kriuk-kriuk, rasa soto dengan koya. Namun seiring waktu, Mie Sedaap terus berinovasi memberikan
yang terbaik bagi konsumennya dengan menghadirkan varian-varian baru. Hingga kini, Mie Sedaap
tersedia dalam sembilan varian rasa yang disesuaikan dengan selera konsumen.
Wings Food berkomitmen untuk selalu menghadirkan produk yang berkualitas yang tidak kalah
dengan produk asing lain. Selain itu, dari sisi harga, Wings Food akan menetapkan harga yang
terjangkau untuk setiap produknya. Hal inilah yang menjadi kekuatan Wings Food.
Dengan kekuatan kualitas produk dan harga yang terjangkau, Wings Food melengkapinya dengan
distribusi yang andal. Distribusi yang luas ini tentunya menguntungkan Wings Food sebagai
korporasi. Dengan keandalan distribusi, Wings Food optimistis bisa mempertahankan posisinya di
tengah persaingan yang semakin ketat.
Selain dipasarkan di dalam negeri, Wings Food memasarkan produknya untuk pasar ekspor, yaitu
Mie Sedaap. Mie Sedaap diekspor ke berbagai negara ASEAN dan negara lainnya. Bagi Wings
Food, agar produk bisa diekspor, produk harus memenuhi standar internasional, kemasan pun perlu
disesuaikan dengan negara-negara tersebut, salah satunya dalam penggunaan bahasa pada
kemasan produk.
Daftar Pustaka:
1. Hapzi Ali, 2018. Modul 13 BE & GG: Globalization and Business Ethics, Universitas Mercu Buana.
2. Peran dan Manfaat Etika Bisnis Dalam Era Globalisasi
https://sifafauziah692.wordpress.com/2016/01/14/peran-dan-manfaat-etika-bisnis-dalam-era-
globalisasi/ (tanggal 9 Desember 2018 pukul 14.00 WIB)
3. Etika Bisnis di Era GLobalisasi http://rhynanana.blogspot.com/2013/10/etika-bisnis-di-era-
globalisasi.html tanggal 9 Desember 2018 pukul 15.00 WIB
4. Perusahaan Wings Food https://wiwittrichahyani.wordpress.com/2013/01/04/perusahaan-
wingsfood/ tanggal 9 Desember 2018 pukul 13.15 WIB