Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era perdagangan yang semakin maju saat ini, banyak kontraktor
Indonesia telah mengembangkan karirnya hingga ke manca negara. Pada kondisi
yang demikian, kebutuhan akan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, bahkan
sampai ke perlindungan terhadap konservasi lingkungan dan keamanan
masyarakat sekitar lokasi kontruksi, sudah menjadi persyaratan yang tidak dapat
dihindari kontraktor, khusunya pada pekerjaan-pekerjaan konstruksi skala
menengah dan besar yang beresiko sangat tinggi terhadap kecelakaan.

Hal diatas merupakan suatu bentuk “tertib penyelenggaraan jasa


konstruksi” sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang. Semua ini
bertujuan untuk mendukung pencapaian produksi yang tinggi, pemanfaatan
sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sehingga kesejahteraan pekerja
terjamin. Untuk menjamin tertibnya penyelenggaraan jasa konstruksi, dibutuhkan
seorang tenaga ahli dan terampil di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Tenaga ahli ini disebut dengan “Ahli K3 Konstruksi”, yang diharapkan mampu
bekerja secara profesional sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan dunua
konstruksi. Untuk menyiapkan SDM Ahli K3 Konstruksi, diperlukan suatu acuan
kompetensi berupa SKKNI.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, atau biasa disingkat


SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek Pengetahuan
(knowledge), Keterampilan dan/atau Keahlian (skills) serta Sikap kerja (attitude)
yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku [1]. SKKNI untuk
Ahli K3 Konstruksi digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan sertifikat
keahlian K3 Konstruksi melalui sebuah uji kompetensi, sehingga kualitas SDM

1
nya dapat terjamin. Hal ini sesuai dengan UU No, 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

Dalam UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, menyatakan


bahwa “Tenaga kerja yang melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengaasan konstruksi harus memilki sertifikat keahlian”. Keharusan dalam
memilki sertifikat ini mencerminkan sebuaah tuntutan kualitas tenaga kerja yang
dapat diandalkan. Kondisi ini memerlukan langkah nyata dalam mempersiapkan
standar baku yang dibutuhkan untuk mengukur kualitas tenaga kerja jasa
konstruksi.

Dalam makalah ini, penulis akan menjabarkan secara detail kriteria kerja
kode unit S.942100.001.015.01, yang berjudul “Melakukan Inspeksi K3
Konstruksi”. Isi dari kode unik ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan inspeksi K3 Konstruksi. Akan
dibahas lebih lanjut gerakan teknis apa saja yang dapat dilakukan untuk
memenuhi kriteria kerja yang telah ditetapkan

1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu SKKNI untuk Ahli K3 Konstruksi?


 Apa saja yang dibahas dalam kode unit S.942100.001.015.01?
 Bagaimana cara yang ditempuh agar kriteria kerja dalam unit
S.942100.001.015.01 dapat tercapai?

1.3 Tujuan
 Mengetahui petunjuk teknis untuk memenuhi kriteria kerja dari kode unit
S.942100.001.015.01.
 Memenuhi tugas mata kuliah K3LL.

2
BAB II

PEMBAHASAN

KODE UNIT : S.942100.001.015.01

JUDUL UNIT : Melakukan Inspeksi K3 Konstruksi

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan,


keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan inspeksi K3
Konstruksi.

Tabel 1. Elemen Kompetensi dan Kriteria Kerja Unit S.492100.001.015.01 [1].

Elemen Kompetensi :

1. Mengidentifikasi Prosedur Inspeksi K3 Konstruksi

Kriteria Unjuk Kerja :

1.1 Prosedur Inspeksi K3 Konstruksi Diinventarisasi

Inspeksi adalah identifikasi dan pengamatan terhadap kondisi peralatan,


lingkungan kerja, prosedur kerja, dan perilaku karyawan di tempat kerja. Tujuan
dilakukan inspeksi adalah sebagai berikut [2] :

3
 Memeriksa pemenuhan standar K3 yang berlaku.
 Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi kesehatan & Keselamatan
pekerja dan lingkungan kerja.
 Memahami problema yang timbul antar pekerja.
 Menentukan upaya perbaikan atau penyempurnaan dari kegiatan kesehatan
kerja yang dilaksanakan.

Prinsip-prinsip inspeksi K3 antara lain:

 Berikan perhatian terhadap bahaya yang timbul.


 Matikan setiap peralatan yang berbahaya yang tidak mengikuti standar
operasi.
 Jangan mengoperasikan suatu peralatan secara langsung.
 Jangan melakukan inspeksi hanya dengan melihat sepintas.
 Jelaskan secara rinci setiap bahaya kesehatan dan lokasinya dalam catatan.
 Ajukan pertanyaan tanpa mengganggu aktivitas pekerjaan.
 Diskusikan setiap potensi bahaya atau kejadian yang dapat timbul.
 Tentukan koreksi apa yang sesuai untuk dilakukan.
 Jangan mencoba mendeteksi bahaya secara sederhana.
 Ambil foto jika tidak dapat menjelaskan dengan tulisan.

1.2 Sarana dan Prasarana Inspeksi K3 Konstruksi Disiapkan

Adapun peralatan yang harus disiapkan untuk melakukan inspeksi K3 Konstruksi


adalah [3] :

 Perancah
Peraturan umum
 Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bias
dikerjakan secara aman dalam ketinggian.
 Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.
 Pelataran Tempat Kerja
Peraturan umum
 Semua perancah harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja.

4
 Pelataran paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi
dinding bangunan.
 Penyediaan tempat yang bebas dari rintangan dan timbunan.
 Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kakai
berukuran tebal minimal 2,5 cm dan lebar minimal 15 cm.
 Harus benar-benar berkonstruksi kuat.
 Plambing/Pemipaan
Fungsi instalansi plambing:
 Penyediaan air bersih.
 Membuang air kotor.
Jenis-jenis plambing:
 Instalansi plambing air bersih.
 Instalansi plambing air kotor.
 Instalansi plambing air hujan.
 Pemeriksaan dan pengujian
Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa penyalur, tangki,
hydrostos, alat-alat perlengkapan dan pengaman.
 Pengesahan
Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan
pengesahan penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota.
Sebelum dikeluarkan pengesahan, harus dilakukan pemeriksaan dan
pengujian pertama.
 Peralatan Safety
 Helm Proyek
Dipakai oleh seluruh Karyawan PP dan pekerja yang berada di area.
 Masker
Dipakai melindungi dari debu akibat pelaksanaan kerja.
 Sepatu Kerja
Dipakai oleh seluruh Karyawan PP dan pekerja di area proyek. Sepatu
ini melindungi kaki saat bekerja. Menggunakan sepatu safety dapat
menolong dari luka karena menginjak paku, menendang benda keras,
tertimpa benda, dan lainnya.

5
 Lampu Steek
Dipakai sebagai rambu-rambu pengarah lalu lintas sementara.
 Bendera
Membantu pengerjaan traffic management.
 Rompi/Kaos
Digunakan sebagai pelindung badan pekerja
 Pelindung Telinga
Pelindung telinga digunakan untuk melindungi pendengaran dari suara
bising yang terus-menerus. Suara bising yang melampaui batas dapat
menyebabkan telinga menjadi tuli.
 Sarung Tangan
Sarung tangan dapat melindungi tangan dari luka dan penyakit kulit.
Sarung tangan yang digunakan haruslah tepat untuk pekerjaan yang
telah ditentukan.

1.3 Jadwal Inspeksi Rutin K3 Konstruksi Disusun


Penyusunan jadwal inspeksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu [4] :
 Jadwal Rutin
Inspeksi rutin biasanya dilakukan minimal satu bulan sekali, tetapi ada
juga yang melakukannya setiap enam bulan sekali hingga setahun sekali,
tergantung kebijakan perusahaan. Inspeksi harus dilakukan sesuai jadwal
yang telah ditentukan manajemen K3. Inspeksi rutin biasanya dilakukan
untuk memeriksa sumber-sumber bahaya di tempat kerja atau kegiatan
identifikasi terhadap bahaya, tugas-tugas, proses operasional, peralatan,
mesin-mesin yang memiliki risiko tinggi dan alat pelindung diri.
 Jadwal Khusus
Inspeksi khusus biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi potensi bahaya terhadap objek-objek kerja tertentu yang
memilki risiko tinggi. Atau bisa juga dilakukan setiap kali ada proses atau
mesin baru yang diperkenalkan di tempat kerja.

6
Elemen Kompetensi :

2. Melaksanakan Inspeksi K3 Konstruksi Sesuai dengan Prosedur yang Telah


Ditetapkan

Kriteria Unjuk Kerja :

2.1 Inspeksi K3 Konstruksi Dilaksanakan

Secara umun, Inspeksi K3 Konstruksi dibagi menjadi dua tahap [4] :

 Tahap Persiapan
Agar pelaksanaan inspeksi K3 berjalan lancar dan efektif, ada beberapa hal
yang harus anda persiapkan, yaitu:
 Jadwal inspeksi dna tim inspeksi.
 Peta inspeksi berdasarkan denah area kerja.
 Jalur-jalur inspeksi K3.
 Data potensi bahaya yang terkait dengan mesin, peralatan, material,
dan proses kerja.
 Standar, peraturan, atau prosedur kerja yang berlaku.
 Laporan inspeksi sebelumnya.
 Data kecelakaan kerja.
 Daftar atau hal-hal apa saja yang akan diinspeksi.
 Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan selama inspeksi.
 Tahap Pelaksanaan
Bila persiapan Anda sudah matang dan terencana, saatnya Anda
melaksanakan inspeksi K3. Berikut langkah-langkahnya:
 Menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menginformasikan bahwa akan dilaksanakan inspeksi K3.
 Usahakan untuk mengikuti peta dan jalur inspeksi yang sudah
direncanakan.
 Mengamati rangkaian proses kerja untuk memastikan ada atau
tidaknya pelanggaran terhadap peraturan atau prosedur K3.
 Mengamati tindakan perorangan atau perilaku pekerja apakah sudah
memenuhi persyaratan K3.

7
 Mengumpulkan data atau memeriksa kembali data sesuai daftar
inspeksi yang telah dibuat. Daftar inspeksi bersifat permanen, tidak
boleh ada hal yang dipertimbangkan kembali selama pelaksanaan
inspeksi berlangsung. Daftar inspeksi harus ditinjau dan ditambahkan
atau direvisi seperlunya, misalnya perubahan prosedur kerja atau
perubahan proses kerja menggunakan peralatan tertentu.
 Melakukan perbaikan sementara dengan segera apabila saat
pelaksanaan inspeksi ditemukan tindakan atau kondisi berbahaya.

2.2 Temuan-temuan Penyimpangan Dicatat Untuk Didokumentasikan


 Pencatatan Hasil Pengamatan
Yaitu membuat catatan ringkas tentang ketidaksesuaian dan kesesuaian
peralatan, tindakan dan kondisi terhadap standar, kemudian lakukan
identifikasi bahaya. Pencatatan hasil pengamatan diperlukan untuk
meninjau semua informasi yang dikumpulkan dan memudahkan tim
inspeksi untuk membuat klasifikasi bahaya dalam laporan. Terdapat dua
kategori dalam membuat kelas bahaya, yakni [4] :
 Menentukan perkiraan besarnya konsekuensi yang diakibatkan oleh
bahaya apabila terjadi kecelakaan.

Tabel 2. Jenis Bahaya Berdasarkan Konsekuensinya [4].

Kategori Jenis Bahaya Keterangan


Konsekuensi Bahaya
I Katastropik Dapat menghasilkan
kematian atau
kehilangan
kemampuan
II Kritis Dapat mengakibatkan
cedera serius atau
kerusakan berat pada
aset perusahaan
III Kecil/ringan Dapat mengakibatkan

8
cedera ringan yang
mengakibatkan
kehilangan waktu
kerja atau kerusakan
ringan pada aset
perusahaan
IV Dapat diabaikan Kemungkinan tidak
mempengaruhi
keselamatan dan
kesehatan pekerja, jadi
tidak

 Perkiraan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat


dipergunakan untuk pengambilan keputusan atau perencanaan tindakan
perbaikan atau pencegahan.

Tabel 3. Kategori Probabilitas Kecelakaan [4].

Kategori Probabilitas Kecelakaan Keterangan


A Cenderung dapat segera terjadi
atau terjadi dalam waktu dekat
bila terdapat paparan bahaya
B Kemungkinan akan terjadi pada
waktu tertentu
C Kemungkinan terjadi pada waktu
tertentu lebih kecil (dibandingkan
kategori B)
D Cenderung tidak akan terjadi

9
2.3 Laporan Kegiatan Inspeksi K3
 Terdapat tiga tipe laporan inspeksi K3, antara lain [4] :
 Laporan Keadaan Darurat, yaitu mencakup bahaya katastropik atau
kritis, laporan harus segera dibuat sebelum kecelakaan kerja terjadi
atau sesaat setelah inspeksi K3 dilaksanakan.
 Laporan berkala, yaitu mencakup keadaan bahaya yang tidak masuk
kategori darurat. Laporan bisa dibuat dalam 24 jam setelah inspeksi.
 Laporan ringkas, yaitu mencakup kesimpulan dari semua item laporan
terdahulu.
 Laporan inspeksi K3 harus berisi nama departemen dan area yang
diinspeksi, nama dan jabatan yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan
dibuat dan nama untuk siapa laporan dibuat. Adapun persyaratan dalam
membuat laporan inspeksi agar mudah dipahami dan ditindak lanjuti,
meliputi [2] :
 Mencatat dan memberi tanda pada item temuan yang belum ditindak
lanjuti.
 Setiap item harus diberi nomor urut.
 Setiap item harus diberi kategori bahaya.
 Menentukan siapa yang akan menindaklanjuti setiap item pada hasil
inspeksi.
 Laporan inspeksi ditujukan kepada departemen yang diinspeksi dengan
tembusan kepada atasan.
 Menentukan tindakan perbaikan sebagai tindak lanjut.
 Melakukan evaluasi terhadap hasil inspeksi K3 untuk menentukan
tindak lanjut yang dilakukan guna pengembangan berkelanjutan.
 Hasil inspeksi K3 adalah indikator keberhasilan atau kegagalan mengenai
kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan di perusahaan. Bahaya yang
teridentifikasi pada akhirnya harus dihilangkan atau diminimalkan,
supervisor atau manajer yang bertanggung jawab atas hal ini.
 Berikut dilampirkan contoh formulir laporan K3 Konstruksi [5] :

10
Gambar 1. Formulir Inventaris Peralatan Kerja [5].

Gambar 2. Formulir Pemenuhan Pelaksanaan K3.

11
Gambar 3. Formulir Masalah dan Rencana Lanjut [5].

12
KODE UNIT : S.942100.001.013.01

JUDUL UNIT : Melakukan Pelatihan K3 Konstruksi

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan,


keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan pelatihan K3
konstruksi.

Elemen Kompetensi :

1. Menyusun program penyuluhan tentang pelatihan K3 Konstruksi.

Kriteria Unjuk Kerja :

1.1 Jadwal pelatihan tentang pelatihan K3 Konstruksi disesuaikan dengan


kondisi kerja lapangan.

 Umunya, pelatihan K3 dijadwalkan selama 4 hari berturut-turut, dari pagi


hingga sore di hari kerja.
 Pelatihan K3 pun disesuaikan dengan jenjang dan pengalaman pekerja,
dan terbagi menjadi empat jenis pelatihan:
a) Pelatihan untuk karyawan baru
b) Job Safety Analysis

13
c) Job Instruction Training
d) Metode perintah lainnya seperti pelatihan untuk trainer, bagimana
mempersiapkan dan melakukan pelatihan yang baik

1.2 Materi penyuluhan tentang K3 disusun


Secara garis besar, materi penyuluhan tentang K3 terdiri dari:
 Definisi perlindungan diri (K3)
 Alat perlindungan diri beserta fungsi dan cara menggunakannya
 Tujuan K3
 Manfaat K3 dalam bekerja
 Analisa Potensi Bahaya di Tempat Kerja
Dan materi untuk tiap divisi pekerjaan pun dibedakan berdasarkan tabel di bawah

14
15
1.3 Program penyuluhan K3 diinformasikan
Setelah materi telah ditetapkan, maka program tersebut diinformasikan pada
pekerja. Informasi dapat berupa jaringan komunikasi (jarkom) di grup media
sosial tiap divisi perusahaan, dan undangan pelatihan yang dibagikan ke pekerja.

Elemen Kompetensi:
2. Menyelenggarakan penyuluhan tentang pelatihan K3 Konstruksi

Kriteria Unjuk Kerja:


2.1 Undangan untuk peserta penyuluhan dibuat
Contoh surat undangan untuk pelatihan K3:

Perihal : Surat Undangan Pelatihan Dasar/Job Safety Analysis/Job


Instruction Training

Dengan hormat,
Bersama ini kami menyampaikan surat udangan dan menginformasikan bahwa
PT. Toyota Motor Manufacturing akan mengadakan Pelatihan Dasar/Job Safety
Analysis/Job Instruction Training yang akan dilaksanakan pada:
Hari : Senin – Jumat
Tangga; : 4 – 8 Februari 2019
Tempat : Hotel ABCD No.10, Jakarta Pusat 12450

Semoga surat undangan pelatihan ini dapat diterima dengan baik dan menjadi
referensi dalam upaya pelaksanaan K3 di perushaan. Terlampir leaflet training dan
formulit pendaftaran traing.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih.

2.2 Tenaga Penyuluh Disiapkan


Tenaga penyuluh K3 biasanya berasal dari Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja
Indonesia (PAKKI) yang akan di approach oleh bagian personalia perusahaan.

16
2.3 Sarana dan Prasarana Penyuluhan Disiapkan
a) Untuk instruktur : alat peraga sesuai kebutuhan, materi pelatihan berupa
powerpoint, konsumsi, salary dan souvenir penghargaan dari pihak
perusahaan
b) Untuk Peserta:
 Sertifikat Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U) KEMNAKER RI
 Surat Keputusan Penunjukan Ahli K3 Umum KEMNAKER RI [Bagi
yang telah bekerja]
 Kartu Tanda Kewenangan Ahli K3 Umum KEMNAKER RI [Bagi
yang telah bekerja]
 Sertifikat Internal Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Umum (AK3U) dan Surat Keterangan dari perusahaan terkait
 Sertifikat Internal ISO 9001:2015 dari perusahaan terkait
 Sertifikat Internal ISO 14001:2015 dari perusahaan terkait
 Sertifikat Internal ISO 45001:2018 dari perusahaan terkait
 Sertifikat Internal Basic First Aid dari perusahaan terkait
 Sertifikat Internal Basic Fire Fighting dari peusahaan terkait
 Sertifikat Internal Contractor Safety Management System (CSMS)
Training dari perusahaan terkait
 Sertifikat Internal Job Safety Analysis (JSA) Training dari perusahaan
terkait
 Pin+Lencana K3
 Hardcopy Modul dan Regulasi K3
 Flashdisk
 Softcopy Materi Pembinaan
 Konsumsi (2x coffee break & 1x lunch)/hari
 Kemeja dengan desain sesuai ketentuan perusahaan terkait
 Training Kit (Bag, Notes, Pen)
 Souvenir

2.4 Laporan pelaksanaan penyuluhan didokumentasikan

17
Contoh notulensi pelatihan
Sesi Pertama
Bapak Agus Sambutan dan Pembukaan
PUK SPSI PPMI Bekasi, PT. OAJ ( Oriental Acara ini di buka oleh Bapak Agus sebagai
Asahi Jp. Carton Box) salah satu penyelenggara kegiatan pelatihan K3
ini. Dalam sambutannya beliau menjelaskan
tentang profil serikat pekerja PUK SPSI PPMI
PT. OAJ Carton Box ( Oriental Asahi Jp.
Carton Box). Perusahaan tempat mereka
bekerja adalah perusahaan industri kemasan
karton bergelombang yang berlokasi di
Kawasan Industri MM 2100, tepatnya di Jl.
Sulawesi II, Blok F-5, Cikarang Barat, Bekasi,
Jawa Barat.

Materi Pengenalan K3
Materi pengenalan K3 ini pada dasarnya adalah
sebuah gambaran dari mengapa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja itu menjadi penting bagi
setiap pekerja, berikut adalah beberapa
ringkasan dari materi yang disampaikan :

· Materi pembelajaran dimulai dengan


menyampaikan perkembangan informasi terkini
mengenai kondisi K3 (Kecelakaan dan
Kesehatan Kerja) di Indonesia selama beberapa
tahun terakhir yang bersumber kepada publikasi
yang di keluarkan oleh badan organisasi dunia
seperti ILO dan WHO, Lembaga pemerintahan
Indonesia maupun media massa. Tingkat
Kecelakaan Kerja di Indonesia masih sangat
tinggi, bukan karena sekedar jumlah tenaga
Kerja yang banyak, namun kondisi tempat kerja
yang tidak sehat dan Aman. Hal ini terlihat dari
jumlah kausus Kecelakaan kerja di Indonesia,
dimana dalam satu harinya rata rata terjadi 397
Kasus Kecelakaan Kerja, yang menyebakan 8
Kasus meninggal dunia, 1 kasus cacat Total dan
25 Kasus menyebabkan Kecacatan fisik. Sektor
pekerjaan informal menjadi sektor yang paling
rentan terkait dengan isu K3, dikarenakan
lemahnya pengawasan, tidak adanya jaminan
atau kepastian dalam hukum dan jarang akan
adanya serikat pekerja.

· Materi berlanjut kepada realitas K3 di


lapangan, bagaimana faktor mindset (cara
berfikir) para pekerja mengenai K3 sebagai
salah satu faktor utama untuk memperbaiki
kondisi di tempat kerja. Pekerja harus
memahami hak-hak pekerja, Undang –undang
yang berkaitan dengan K3 dan pengetahuan
untuk memetakan potensi-potensi bahaya di
lingkungan tempat mereka bekerja.

18
· Materi selanjutnya adalah memberikan
contoh tentang kondisi kondisi di tempat kerja
yang berpotensi bahaya bagi pekerja, baik yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja.

· Setelah itu pemateri memberikan


penjelasan mengenai mengendalikan bahaya di
tempat kerja seperti:

– Pengendalian Tekhnik : Mengganti


prosedur kerja, mengisolir bahan baku
berbahaya, menggunakan otomatisasi
pekerjaaan,menggunakan cara kerja basah dan
ventilisasi pergantian udara.

– Penggantian administratif : Mengubah


jadwal kerja dan posisi kerja, mengurangi jam
kerja, Menyusun peraturan K3, memasang
tanda tanda peringatan, membuat data daftar
bahan bahan baku yang aman maupun yang
berbahaya, dan melakukan pelatihan sistem
penanganan darurat.

– Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal


Protection Equipment (PPE)

· Sebagai bagian akhir dari materi


pembelajaran K3 kali ini adalah penjelasan
tentang Teknik body mapping (Pemetaan
tubuh) dan workplace Mapping (Pemetaan
Tempat kerja), Kedua eknik ini di harapkan
dapat membantu pekerja untuk bisa untuk
memetakan setiap sumber potensi kecelakaan
kerja maupun penyebab akibat kerja yang
berada dilingkungan tempat kerja. Dan pada
akhirnya dapat membantu untuk melakukan
perbaikan kualitas tempat kerja yang sehat dan
aman.

Para peserta pelatihan diharpakan untuk


memahami bahwa kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja bukanlah sekedar nasib
sial, tapi sesuatu yang terstruktur dan
tersistemasi di sebuiah lingkungan kerja yang
sengaja di desain, sehingga dapat di hilangkan,
di hindari ataupun di kurangi potensi
bahayanya.

Break Makan Siang, Masuk Sesi Kedua


Hazard Mapping Pada sesi ini setiap peserta dikelompokan
berdasarkan bagian tempat kerja mereka. Setiap
kelompok saling berdiskusi untuk

19
menggambarkan tempat kerja mereka, seperti
mesin alat kerja yang digunakan, Alat
Pelindung Diri, serta peta potensi-potensi
bahaya di tempat kerja mereka seperti potensi
bahaya ergonomik, Stres, Panas, Debu, Bahan
Kimia, Listrik, Kebakaran dan lainnya.

Setelah berdiskusi dan memetakan potensi


bahaya di tempat kerja, setiap kelompok
kemudian mempresentasikan hasilnya dan
meniskusikan bersama kelompok yang lain.
Berikut beberapa kelompok yang
mempresentasikan mapping hazard di bagian
tempat kerjanya:

· Kelompok I (Bagian Box Making)


· Kelompok II (Bagian Utility)
· Kelompok III (Bagian Logistik /
Gudang)

· Kelompok IV (Bagian Corrugator)


· Kelompok V (Bagian Driver Forklift)

Setiap kelompok memiliki pemetaan potensi


bahaya yang berbeda beda, hal yang paling para
pekerja keluhkan adalah tentang ruangan
tempat kerja yang panas dan bising karena
berhadapan dengan mesin, serta potensi bahaya
ergonomik dimana pekerja harus mengangkut
atau mendorong beban barang yang terlalu
berat. Hal lainnya adalah bahaya forklift,
dimana jalur dan mobilitas forklift di dalam
pabrik rentan akan bahaya bagi para pekerja.
Kemudian target pekerjaan yang menjadikan
jam kerja yang padat menjadi perhatian lainnya
yang dijadikan keluhan para pekerja sehingga
mereka menjadi lelah dan mengurangi
konsentrasi saat bekerja.
Dari hasil diskusi ini, para peserta terlihat
antusias untuk menceritakan hasil pemetaan
mereka, setiap kelompok bagian kerja menjadi
saling mengetahui kondisi kerja setiap bagian
dalam sebuah rantai produksi di perusahaan.

Body Mapping Pada sesi ini setiap kelompok yang di


bagi dari tiap bagian kerja satu persatu
mempresentasikan di hadapan
kelompok lainnya dan bersama sama
mendiskusikannya.
Dari hasil diskusi pada sesi ini, tanpa
mengurangi perhatian terhadap potensi
bahaya lainnya dari hasil body
mapping, namun ada beberapa hal

20
yang menjadi perhatian lebih
diantaranya:

· Rata-rata pekerja mengalami


stres yang dikarenakan jam kerja yang
padat.

· Kondisi ruangan kerja yang


bising akan suara mesin, panas dan
berdebu membuat beberapa pekerja
mengalami gangguan ISPA.

· Hal lainnya yang sering di


keluhkan adalah potensi bahaya
ergonomik, khsusnya untuk bagian
currogator, dimana mereka sering
mendorong gulungan kertas yang
beratnya bisa mencapai satu ton lebih.
Sehingga pekerja pada bagian ini
beberapanya mengalami penyakit
hernia karena terlalu sering
mendorong beban yang terlalu berat.

· Pengadaan alat pelindung diri


(APD) dirasakan para pekerja kurang
efektif dalam bekerja, seperti masker
yang yang pada dasrnya baik untuk
menghindari bahaya debu, namun saat
digunakan bekerja menjadikan pekerja
sulit bernafas, ataupun jaket pelindung
menjadi pekerja merasa panas dan
mudah berkeringat karena ruangan
yang tidak panas, pelindung telinga
(ear plug) agar terhindar dari potensi
bahaya bising namun disisi lain
menjadi pekerja sulit untuk
berkomunikasi.

Dari hasil simulasi hazard dan body mapping


yang telah dilakukan para peserta pleatihan
diharapkan dapat memahami sumber potensi
bahaya di setiap bagian kerja. Mengobservassi
setiap potensi bahaya yang bisa ditanggulangi
dengan Pengendalian Tekhnik, administraif
maupun alat pelindung diri.
Penutup Pada sesi terkahir ini, Moderator
merangkum segala pesan dalam
aktifitas dari hasil pemberian materi,
aktivitas hazard mapping, body
mapping dan diskusi yang dilakukan
bersama-sama dari setiap kelompok
dari masing masing bagian kerja.
Pada kesempatan ini juga ketua serikat beserta
menyampaikan harapannya kepada para peserta
pelatihan agar dapat mengaplikasikan hasil
pelatihan hari ini di lapangan dengan mengikut-
sertakan para pekerja lainnya sehingga
penelitian mendapatkan hasil yang lebih valid

21
dan mewakili sudut pandang setiap pekerja di
masing masing bagian kerja. Pengetahuan yang
didapatkan pada pelatihan ini menjadi daya
tawar bagi pekerja untuk memperjuangkan hak-
hak mereka untuk bekerja di lingkungan yang
aman, sehat dan nyaman.

Selain notulensi, pelatihan juga didokumentasikan melalui foto-foto.

22
KODE UNIT : S.942100.001.003.01

JUDUL UNIT : Melakukan Program Pengawasan K3 Konstruksi

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan,


keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam merencanakan program
pengawasan K3 Konstruksi.

Elemen Kompetensi :

1. Mengidentifikasi ruang lingkup program pengawasan K3 Kontruksi

Kriteria Unjuk Kerja :

1.1 Sasarajn dan program kerja K3 konstruksi diidentifikasi sesuai dengan


tahapan pekerjaan lapangan
Dalam Klausul 4.3.3 OHSAS 18001 : 2007 terdapat syarat-syarat dalam
menyusun sasaran/target/tujuan K3 antara lain
1) Didokumentasikan, diterapkan, dan dirawat
2) Terukur, dapat diterapkan dan sesuai dengan Kebijakan K3 organisasi

23
3) Mengacu pada pemenuhan peraturan perundang-undangan terkait resiko
K3 (termasuk pilihan teknologi, pendanaan, persyaratan bisnisa dan
operasional serta pandangan pihak ketiga yang berhubungan dengan
aktivitas operasional organisasi

Contoh tujuan (sasaran/target) dan program k3 konstruksi secara sederhana:


No Sasaran Program Jadwal Kewenangan
1 Tidak ada kecelakaan Merekrut Ahli K3 Umum Februari 2013 HRD
kerja yang untuk merencanakan Sistem
menghilangkan Manajemen Keselamatan dan
waktu kerja tenga Kesehatan Kerja dan
kerja melebihi 2x24 Penerapannnya serta Juni
jam dan atau melakukan identifikasi bahaya 2013 HRD
terhentinya proses dan rencana pengendalian
melebihi shift terhadapnya
berikutnya
Membentuk Panitia Pembina Maret HRD dan ahli
Keselamatan dan Kesehatan 2013 K3 umum
Kerja (P2K3) sesuai
perundang-undangan yang
berlaku untuk mendukung
berjalannya penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Ikut serta dalam program Maret HRD dan ahli


BPJS Kesehatan dan BPJS 2013 K3 umum
Ketenagakerjaan Pemerintah
2. Meningkatkan derajat Melaksanakan kerjasama Maret
kesehatan kerja dengan rumah sakit terdekat 2013
tenaga kerja sebagai rujukan penanganan
kecelakan kerja ataupun
keadan darurat di tempat kerja HRD dan ahli
K3 umum
Menyediakan kantin tenaga Mei
kerja dan bekerja sama dengan 2013
jasa katering penyedia
makanan sehat dengan harga
yang terjangkau oleh tenaga
kerja
3 Meningkatkan Melaksanakan pendidikan dan Juni HRD dan ahli
pengetahuan tenaga pelatihan Keselamatan dan 2013 K3 umum
kerja mengenai Kesehatan Kerja sesuai
Keselamatan dan dengan kebutuhan, keahlian
Kesehatan Kerja di dan kompetensi tenaga kerja
tempat kerja secara rutin baik dilaksanakan
sendiri maupun pihak luar

Menjalin kerjasama dengan Mei HRD dan ahli


dinas-dinas terkait yang 2013 K3 umum
memiliki kewenangan khusus
untuk memberikan
pelatihan/pendidikan K3 di

24
tempat kerja
4 Meningkatkan dan Melaksanakan audit internal Januari 2014 P2K3
memelihara kinerja Sistem Manajemen
K3 perusahaan Keselamatan Kerja minimal
setiap enam bulan sekali
ataupun jika ada kondisi yang
memerlukan tindakan audit
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja baik secata internal
maupun eksternal

1.2 Cara-cara pengawasan didatar


Pengawasan K3 konstruksi dan sarana bangunan mempunyai mekanisme terutama
mekanisme yang menyangkut administrasi teknis K3 yang wajib dilaksanakan
oleh pelaksana konstruksi (kontraktor), khususnya keberadaan wajib lapor
pekerjaan/proyek konstruksi bangunan dan akte pengawasan ketenagakerjaan
tempat kerja konstruksi. Bahwa wajib lapor pekerjaan konstruksi bangunan wajib
dilaporkan oleh pelaksana kepada pihak yang terkait, yaitu; Dinas Tenaga Kerja
Kab/kota. Pemerintah Kabupaten/Kota kemudian melakukan pencatatan/register
dan Pelaksana konstruksi harus memahami tanggung jawab K3 pada
pekerjaannya. Isi materi laporan, meliputi;
1) Data-data pelaksana konstruksi/konsultan pengawas/konsultan perencana.
2) Data-data teknis proyek
3) Tahapan pekerjaan konstruksi
4) Instalasi/pesawat/alat yang dipakai
5) Unit K3 proyek
6) Kompetensi personil K3
7) Jumlah pekerjaan
8) Bahan-bahan berbahaya
9) Cara kerja aman dan Prosedur Operasi Standar (SOP)
Selain itu terdapat pula akte pengawasan Ketenagakerjaan konstruksi yang
merupakan dokumen teknis K3 yang diterbitkan setelah lama proyek berjalan 6
(enam) bulan atau lebih. Akte tersebut diterbitkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota setempat setelah dilakukan pemeriksaan K3 oleh pengawas K3
spesialis Konstruksi Bangunan dan wajib dipelihara / disimpan oleh pelaksana
konstruksi. Akte ini terdiri dari:

25
1) Data pelaksana konstruksi
2) Data proyek
3) Berita Acara Pemeriksaan
4) Kartu Pemeriksaan
5) Lembaran Pemeriksaan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Untuk menjamin tertibnya penyelenggaraan jasa konstruksi, dibutuhkan
seorang tenaga ahli dan terampil di bidang kesehatan dan keselamatan
kerja. Tenaga ahli ini disebut dengan “Ahli K3 Konstruksi”, yang
diharapkan mampu bekerja secara profesional sesuai dengan kebutuhan
pasar tenaga kerja dan dunua konstruksi. Untuk menyiapkan SDM Ahli
K3 Konstruksi, diperlukan suatu acuan kompetensi berupa SKKNI.
 Kode unit S.942100.001.015.01 dalam SKKNI Ahli K3 Konstruksi
memiliki judul “Melakukan Inspeksi K3 Konstruksi” yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
melakukan inspeksi K3 Konstruksi.
 Kode unit S.942100.001.015.01 memilki dua elemen kompetensi, yaitu
mengidentifikasi prosedur inspeksi K3 Konstruksi dan melaksanakan
inspeksi K3 Konstruksi sesuai denga prosedur yang telah ditetapkan.
Masing-masing elemen ini memilki kriteria unjuk kerja sebagai
eksekutornya. Kriteria unjuk kerja ini karen abertindak sebagai eksekutor,
perlu menerapkan langkah-langkah strategis agar elemen kompetensinya
tercapai, dan pada makalah ini telah dijabarkan semuanya.

3.2 Saran
 Sebaiknya semua perusahaan terlebih dahulu menjabarkan kriteria unjuk
kerja pada setiap elemen kompetensinya, untuk menentukan langkah-
langkah strategis agar elemen kompetensi tercapai.

26
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kementrian Perindustrian. (2010). Standard Kompetensi Kerja Nasional


Indonesia. Diakses pada 3 Desember 2018, dari
http://www.kemenperin.go.id/kompetensi/skkni_idx.php
[2]` Sri Haryani. (2015). Prosedur Inspeksi K3. Diakses pada 3 Desember
2018, dari https://www.scribd.com/doc/290966810/Prosedur-Inspeksi-K3
[3] Angel Ampu. (2017). Ringkasan Terkait K3 Proyek Kontruksi. Diakses
pada 3 Desember 2018, dari
https://www.scribd.com/document/362650663/Ringkasan-Terkait-K3-Proyek-
Kontruksi
[4] Safety Sign. (2017). 6 Poin Penting Tentang Inspeksi K3 yang Harus
Diketahui Supervisor. Diakses pada 3 Desember 2018, dari
https://www.safetysign.co.id/news/310/6-Poin-Penting-Tentang-Inspeksi-K3-
yang-Harus-Diketahui-Supervisor
[5] Mas Weri. (2017). Laporan Observasi Lapangan K3. Diakses pada 3
Desember 2018, dari https://www.slideshare.net/mas_weri/laporan-observasi-
lapangan-k3-71716210?from_action=save

27

Anda mungkin juga menyukai