Anda di halaman 1dari 5

LEPTOSPIROSIS

Batasan

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh


mikroorganisma leptospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya.

Etiologi

Genus leptospira termasuk dalam


Famili Trepanometaceae, Ordo
Spirochaetales terdiri atas : L. interrogans
yang pathogen dan L. biflexa yang non
pathogen. Leptospira interrogans terdiri
tas kurang lebih 240 serotipe yang
tergabung dalam 23 serogroup. Serotipe
yang sering mengakibatkan sakit
berat/fatal adalah Leptospira
icterohemorhagica, sedangkan serotype
yang biasanya mengakibatkan sakit
ringan adalah L. autumnalis, L. bataviae,
dan sebagainya.
Reservoir leptospira meliputi rodent
(tikus), babi, sapi, kambing, anjing,
kucing, burung, insektivora (landak,
lkelelawar, tupai). Diantara leptospira
yang tersering menginfeksi manusia : L.
icterohemorrhagica dengan reservoir
tikus, L. canicola dengan reservoir anjing
dan L. pomona dengan reservoir sapi/babi

Patogenesis

Masa inkubasi leptospirosis adalah antara 2-26 hari (7-13 hari) rata-rata
selama 10 hr. Melalui port d’entrée (kulit, selaput lendir oral, nasal, konjungtival,
dsb) leptospira masuk dlm darah, berkembang biak, dan menyebar ke
organ/jaringan tubuh. Setelah terjadi respon imun (humoral & selular) maka
spirochetemia menghilang, namun leptospira tetap positif pada area imunologis
terisolasi (mis, ginjal) terutama di convoluted tubules membentuk koloni2 yang
kemudian akan masuk dalam kemih (8 hari hingga beberapa minggu pasca
infeksi atau pada fase konvalesens.
Endotoksin leptospira dapat menimbulkan kerusakan endotel dan ditandai
dengan pemanjangan masa perdarahan.

Gambaran klinis

1
Gambaran klinis leptospirosis dibedakan menurut fase perjalanan penyakitnya
yang terdiri dari fase I (Fase leptospiremia), Fase II (fase imun) dan fase III (fase
rekonvalesen). Disamping itu dibedakan antara leptospirosis yang anikterik dan
leptospirosis ikterik sebagaimana tabel berikut

Sindroma, Fase Gambaran klinik Laboratorium


Leptospirosis anikterik
Fase leptospiremia (3-7 Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, Darah, LCS
hari) nyeri perut, mual, muntah, conjunctival
suffusion
Fase imun (3-30 hari) Demam ringan, nyeri kepala, muntah, Urin
meningitis aseptik

Leptospirosis ikterik
Fase leptospiremia dan Demam, nyeri kepala, mialgia, ikterik, Darah, LCS (mgg I), urin
fase imun (sering gagal ginjal, hipotensi, manifestasi (mgg II)
overlapping) perdarahan, pneumonitis hemoragik,
lekositosis

Antara fase leptospiremia dengan fase imun terdapat periode asimtomatik (1-3 hr).
Dimodifikasi dari Farr RW, 1995

Gejala-gejala yang muncul pada fase leptospiremia meliputi :

 Demam mendadak
 Nyeri kepala frontal, oksipital, bitemporal
 Nyeri otot & muscular tenderness :
 Hiperestesia kulit
 Mual, muntah, mencret (50% kasus)
 Batuk dan sakit dada (25-86% kasus)
 Hemoptisis (40% kasus di Korea/China)
 Penurunan kesadaran (25% kasus)
 Bradikardia relatif, TD normal
 Conjunctival injection, fotofobia (hari 3-4)
 Pharingeal injection
 Ruam kulit makular, urtikaria pada truncal
 hepatoslenomegali

Fase leptospiremia berlangsung selama 4-9 hari dan berakhir dengan


menghilangnya gejala untuk sementara.
Fase imun berkaitan dengan munculnya IgM sementara konsentrasi C3 tetap
normal. Gejala-gejala yang muncul pada fase imun lebih bervariasi dan bisa
berupa :

 Klinis fase leptospiremia yang muncul kembali


 Demam jarang melebihi 390C (1-3 hr)
 Meningismus

2
 LCS : pleiositosis (50-90% kasus)
 Iridosiklitis
 Beberapa gejala yang lebih jarang terjadi meliputi : neuritis optic, mielitis,
ensefalitis serta neuropati perifer

Fase rekonvalesen biasanya terjadi pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4,
dimana gejala berangsur-angsur menghilang.

Gejala leptospirosis dengan komplikasi

 Ginjal : Dapat terjadi gagal ginjal akut yang sering memerlukan terapi dialysis
dan dapat menyebabkan kematian
 Mata : Konjungtiva hemoragik dan sering disertai fotofobia
 Liver : Ikterus (jaundice) yang bisanya terjadi pada hari hr IV-VI dan disertai
hepatomegali yang pada pemeriksaan fisik menunjukkan hepar dengan
konsistensi lunak
 Jantung : Dapat terjadi aritmia, dilatasi jantung dan gagal jantung yang bias
menyebabkan kematian
 Paru paru : Dapat terjadi hemorrhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri
dada, respiratory distress dan sianosis
 Perdarahan : dapat terjadi kerusakan vaskular
 Infeksi pada kehamilan dapat menimbulkan abortus, lahir mati/premature dan
kecacatan pada bayi

Gambaran Laboratorik

 Lekositosis dengan peningkatan netrofil


 Peningkatan KED
 Anemia pada keadaan berat
 Proteinuria, pyuria, cast, kadang-kadang disertai hematuria mikroskopik
 BUN, Ureum dan kreatinin meninggi pada komplikasi
 Transaminasi dan bilirubin meningkat pada komplikasi hati (40% pasien)
 CPK meningkat hingga 5 x normal pada fase awal (50% pasien)
 Pada pemeriksaan cairan serebrospinal didapatkan pleiositosis dengan
peningkatan kadar protein dan glukosa normal
 Diagnosis laboratorio ditegakkan dengan :
- Mikroskopik :
1. Mikroskopik medan gelap
2. Immunofluorescent technique
- Kultur darah/urine dan LCS penderita
- Serologis (hr 6-12)
1. Macroscopic agglutination test
2. Mikroskopic agglutination test (MAT)
 Positif bila titer > 100 atau titer ulangan meningkat > 4 x
3. Indirect hemagglutination
4. IgM spesifik ELISA

3
Diagnosis Bandung

 Influensa
 Meningitis septik viral
 Riketsiosis
 Penyakit dg ikterus
 Brucellosis
 Pneumonia atipik
 Demam Dengue/DBD
 Penyakit akut Sistem saraf pusat
 Fever of unknown origin

Terapi

 Tirah baring
 Makanan/cairan diseduaikan dengan komplikasi organ
 Antibiotika : Penisilin, Streptomisin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Eritromisin,
Siprofloksasin. Pilihan pertama antibiótica pada leptospirosis adalah Penisilin-
G 1,5 juta IU/6 jam (5-7 hr)
 Terapi antimikrobial efektif hr 1-3 namun kurang manfaat pada fase imun dan
tidak efektif jika disertai ikterus, gagal ginjal maupun meningitis
 Terapi Suportif
o Diberikan sesuai dengan keparahan dan komplikasi yang ada
o Pada gangguan fungsi hati diberikan perawatan hepatitis
o Pada gangguan fungsi ginjal :
 Protein diet sesuai kreatinin
 Keseimbangan cairan/elektrolit/asam basa
 Azotemia/uremia berat dilakukan dialysis

Derajat penyakit Regimen


Leptospirosis ringan Doxycycline, 100 mg 2x1, atau
Ampicillin, 500-750 mg 4x1, atau
Amoxicillin, 500 mg 4x1
Leptospirosis berat Penicillin G, 1.5 jt unit IV /6 j, atau
Ampicillin, 1 g IV /6 j, atau
Amoxicillin, 1 g IV /6 j, atau
Erythromycin, 500 mg IV /6 j
Kemoprofilaksis Doxycycline, 200 mg 1x seminggu

Prognosis

 Tergantung : keadaan umum, umur, virulensi, ada/tidaknya kekebalan


 Mortalitas mencapai10% pada usia < 50 th dan 56% pada umur > 51 th
 Kematian biasanya akibat sekunder faktor pemberat : gagal ginjal, gagal hati,
perdarahan dan keterlambatan pengobatan

4
5

Anda mungkin juga menyukai