Batasan
Etiologi
Patogenesis
Masa inkubasi leptospirosis adalah antara 2-26 hari (7-13 hari) rata-rata
selama 10 hr. Melalui port d’entrée (kulit, selaput lendir oral, nasal, konjungtival,
dsb) leptospira masuk dlm darah, berkembang biak, dan menyebar ke
organ/jaringan tubuh. Setelah terjadi respon imun (humoral & selular) maka
spirochetemia menghilang, namun leptospira tetap positif pada area imunologis
terisolasi (mis, ginjal) terutama di convoluted tubules membentuk koloni2 yang
kemudian akan masuk dalam kemih (8 hari hingga beberapa minggu pasca
infeksi atau pada fase konvalesens.
Endotoksin leptospira dapat menimbulkan kerusakan endotel dan ditandai
dengan pemanjangan masa perdarahan.
Gambaran klinis
1
Gambaran klinis leptospirosis dibedakan menurut fase perjalanan penyakitnya
yang terdiri dari fase I (Fase leptospiremia), Fase II (fase imun) dan fase III (fase
rekonvalesen). Disamping itu dibedakan antara leptospirosis yang anikterik dan
leptospirosis ikterik sebagaimana tabel berikut
Leptospirosis ikterik
Fase leptospiremia dan Demam, nyeri kepala, mialgia, ikterik, Darah, LCS (mgg I), urin
fase imun (sering gagal ginjal, hipotensi, manifestasi (mgg II)
overlapping) perdarahan, pneumonitis hemoragik,
lekositosis
Antara fase leptospiremia dengan fase imun terdapat periode asimtomatik (1-3 hr).
Dimodifikasi dari Farr RW, 1995
Demam mendadak
Nyeri kepala frontal, oksipital, bitemporal
Nyeri otot & muscular tenderness :
Hiperestesia kulit
Mual, muntah, mencret (50% kasus)
Batuk dan sakit dada (25-86% kasus)
Hemoptisis (40% kasus di Korea/China)
Penurunan kesadaran (25% kasus)
Bradikardia relatif, TD normal
Conjunctival injection, fotofobia (hari 3-4)
Pharingeal injection
Ruam kulit makular, urtikaria pada truncal
hepatoslenomegali
2
LCS : pleiositosis (50-90% kasus)
Iridosiklitis
Beberapa gejala yang lebih jarang terjadi meliputi : neuritis optic, mielitis,
ensefalitis serta neuropati perifer
Fase rekonvalesen biasanya terjadi pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4,
dimana gejala berangsur-angsur menghilang.
Ginjal : Dapat terjadi gagal ginjal akut yang sering memerlukan terapi dialysis
dan dapat menyebabkan kematian
Mata : Konjungtiva hemoragik dan sering disertai fotofobia
Liver : Ikterus (jaundice) yang bisanya terjadi pada hari hr IV-VI dan disertai
hepatomegali yang pada pemeriksaan fisik menunjukkan hepar dengan
konsistensi lunak
Jantung : Dapat terjadi aritmia, dilatasi jantung dan gagal jantung yang bias
menyebabkan kematian
Paru paru : Dapat terjadi hemorrhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri
dada, respiratory distress dan sianosis
Perdarahan : dapat terjadi kerusakan vaskular
Infeksi pada kehamilan dapat menimbulkan abortus, lahir mati/premature dan
kecacatan pada bayi
Gambaran Laboratorik
3
Diagnosis Bandung
Influensa
Meningitis septik viral
Riketsiosis
Penyakit dg ikterus
Brucellosis
Pneumonia atipik
Demam Dengue/DBD
Penyakit akut Sistem saraf pusat
Fever of unknown origin
Terapi
Tirah baring
Makanan/cairan diseduaikan dengan komplikasi organ
Antibiotika : Penisilin, Streptomisin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Eritromisin,
Siprofloksasin. Pilihan pertama antibiótica pada leptospirosis adalah Penisilin-
G 1,5 juta IU/6 jam (5-7 hr)
Terapi antimikrobial efektif hr 1-3 namun kurang manfaat pada fase imun dan
tidak efektif jika disertai ikterus, gagal ginjal maupun meningitis
Terapi Suportif
o Diberikan sesuai dengan keparahan dan komplikasi yang ada
o Pada gangguan fungsi hati diberikan perawatan hepatitis
o Pada gangguan fungsi ginjal :
Protein diet sesuai kreatinin
Keseimbangan cairan/elektrolit/asam basa
Azotemia/uremia berat dilakukan dialysis
Prognosis
4
5