Anda di halaman 1dari 72

Nomor 140 • Oktober 2018

i
ii Nomor 140 • Oktober 2018
Salam Redaksi
T
untas sudah pelaksanaan sidang perkara Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Kepala Daerah Serentak 2018 di
Mahkamah Konstitusi (MK) pada September 2018. Ada permohonan yang tak dapat diterima, ditolak, dikabulkan
hingga terjadi pemungutan suara ulang. Rutinitas seperti ini dilaksanakan MK setiap tahun dan menjadi pekerjaan
yang tidak ringan bagi seluruh pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Panitera MK.
Tahun depan ada lagi pekerjaan rumah buat MK yang cukup berat. Bahwa MK siap menggelar sidang permohonan
perkara Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) Tahun 2019. Ini menjadi momen besar bagi
bangsa Indonesia, tidak hanya bagi MK maupun pihak-pihak yang berperkara.
tahun 2019 dapat dikatakan sebagai tahun politik dan pertaruhan bagi MK untuk menyelesaikan
kewajiban konstitusionalnya. Ketua MK Anwar Usman memprediksikan, jumlah perkara sengketa
pemilu tahun depan lebih banyak dari Pemilu 2014. Pasalnya, kontestan Pileg 2019 lebih
banyak dibandingkan dengan peserta lima tahun sebelumnya.
Pada Pileg 2014, terdapat 15 partai politik nasional dan lokal sebagai peserta.
Kala itu MK menerima 903 perkara yang diajukan oleh 12 parpol nasional,
tiga parpol lokal Aceh, dan 34 calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
dari 32 provinsi. Jika dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilu
2019 nanti, terdapat penambahan empat parpol nasional dan
satu parpol lokal Aceh. Di samping itu, kursi dan daerah
pemilihan (dapil) Pileg 2019 turut membengkak. Pada
Pileg 2014 sebanyak 560 kursi DPR diperebutkan
dari 77 dapil. Sedangkan pada 2019 bertambah
menjadi 575 kursi dan 80 dapil.
Demikian sekilas pengantar redaksi.
Semoga informasi-informasi yang
kami sajikan bermanfaat bagi para
pembaca. Dari meja redaksi, kami
mengucapkan selamat membaca!

Nomor 140 • Oktober 2018


Dewan Pengarah: Anwar Usman • Aswanto • Arief Hidayat • Enny Nurbaningsih • Wahiduddin Adams •
• I Dewa Gede Palguna • Suhartoyo • Manahan MP Sitompul • Saldi Isra Penanggung Jawab: M. Guntur Hamzah Pemimpin Redaksi: Rubiyo
Wakil Pemimpin Redaksi: Fajar Laksono Suroso Redaktur Pelaksana: Yossy Adriva Sekretaris Redaksi: Tiara Agustina Redaktur: Nur Rosihin Ana
• Nano Tresna Arfana • Lulu Anjarsari P • Reporter: Ilham Wiryadi • Sri Pujianti • Dedy Rahmadi • Yuniar Widiastuti
• Arif Satriantoro • Panji Erawan • Utami Argawati • Bayu Wicaksono Kontributor: Pan Mohamad Faiz • Luthfi Widagdo Eddyono
• Miftakhul Huda • Bisariyadi • Abdul Ghoffar • M Lutfi Chakim • Fadli Andi Natsif
Fotografer: Gani • Ifa Dwi Septian Desain Visual: • Rudi • Nur Budiman • Teguh
Desain Sampul: Herman To Distribusi: Utami Argawati
Alamat Redaksi: Gedung Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia • Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 • Jakarta Pusat
Telp. (021) 2352 9000 • Fax. 3520 177 • Email: bmkmkri@mahkamahkonstitusi.go.id • Website: www.mahkamahkonstitusi.go.id

@Humas_MKRI Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi RI mahkamahkonstitusi

Nomor 140 • Oktober 2018


1
DA F TA R ISI

10 LAPORAN UTAMA 1 SALAM REDAKSI


3 EDITORIAL
5 KONSTITUSI MAYA
6 JEJAK MAHKAMAH
AKHIR SENGKETA PILKADA 2018 8 OPINI
10 LAPORAN UTAMA
Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Tahun 2018 18 LIPUTAN KHAS
(PHP Kada 2018) sampai pada akhirnya. Hingga 26 September 2018, Mahkamah 28 KILAS PERKARA
Konstitusi (MK) telah mengeluarkan putusan untuk 71 permohonan PHP Kada Tahun
2018 dari 58 daerah pemilihan.
32 BINCANG-BINCANG
36 IKHTISAR PUTUSAN
40 RAGAM TOKOH
43 TAHUKAN ANDA
44 AKSI
52 CAKRAWALA
56 KHAZANAH
60 RISALAH AMANDEMEN
64 JEJAK KONSTITUSI
66 RUANG KONSTITUSI

72 RESENSI

18 LIPUTAN KHAS 44 AKSI

2 Nomor 140 • Oktober 2018


E D I TO R I A L
CEGAH PEMILU JADI ANCAMAN
KEUTUHAN NEGARA

G
elaran pilkada serentak tahap ketiga tahun 2018 bersama, dan komitmen
hampir usai. Tinggal segelintir perkara yang menjadi negara persatuan
tersisa untuk dituntaskan Mahkamah Konstitusi di tengah keberagaman
(MK). Perkara-perkara itu umumnya karena sedemikian rupa.
menanti hasil akhir berupa laporan dari KPU Nampaknya, kini kita
menindaklanjuti perintah putusan MK untuk diselenggarakannya sangat perlu “ruang” di
penghitungan atau pemungutan suara ulang. Sesudah itu, MK tengah-tengah kebisingan
akan memutuskan perkara tersebut. hingar bingar kontestasi
Di tengah-tengah situasi itu, dinamika perpolitikan kita politik. Kita perlu “ruang”
semakin dinamis. Setelah pilkada serentak, konsentrasi dan dalam pikiran dan
energi politik mengarah penuh ke pemilu serentak tahun kesadaran nurani untuk
2019. Dinamika terlihat semakin “menghangat”. Buktinya, menegaskan kembali
diskursus publik disesaki pelbagai isu dengan gestuur dan semangat kolektif para
atmosfir kontestasi yang kurang elegan. Itu tak cuma bukan pendahulu mengusung
melanda elit-elit politik di level pusat. Di masyarakat, polarisasi prinsip kebhinnekaan,
terbentuk diwarnai ikatan primordial keagamaan atau identitas prinsip toleransi, prinsip tenggang rasa, dan saling hormat
politik lainnya. Memilih yang ini diklaim paling benar, sementara menghormati. Dengan begitu, kita bisa bersama-sama
memilih yang itu keliru dan dosa. Pada konteks ini, perbedaan mengembangkan sikap positif terhadap perbedaan pandangan
bukan lagi menjadi berkah demokrasi. Ia telah menjadi ancaman. dan pilihan dalam sebuah kontestasi politik. Sebab, pemilu
Orang yang berbeda dengan kita, lantas layak untuk dimusuhi. seharusnya dijadikan instrumen membangun, instrumen untuk
Hal itu mengkhawatirkan kita semua. Polarisasi politik menguatkan dan mempersatukan bangsa. Ia tak boleh dibiarkan
rentan merenggangkan relasi sosial di antara warga negara. liar menjadi politik saling meniadakan.
Polarisasi itu menggerus perasaan solidaritas dalam ikatan Tepat yang dikatakan Mahfud MD, jangan sampai bangsa
satu satu bangsa. Padahal, perbedaan itu lumrah, apalagi di ini rusak hanya karena kepentingan pemilu yang hanya 5 tahun
negara demokrasi, termasuk di Indonesia. Aneh jika perbedaan sekali Ya, pemilu itu cuma 5 tahun sekali, sementara kita
menimbulkan efek negatif. Dilihat dari fakta historis, negara bersama sebagai saudara satu bangsa itu jangkanya sepanjang
bangsa Indonesia merdeka lahir dari perbedaan itu? Tak ada hayat. Marilah berkhidmad pada sunatullah kebangsaan
perbedaan, maka tak ada negara Indonesia merdeka. Ilmuwan Indonesia untuk menemukan dan menyelami kembali unsur
Clifford Getz menyebut Indonesia merdeka adalah anggur tua pemersatu bangsa. Mari jadikan proses demokrasi melalui
dengan botol baru, gugusan masyarakat lama dalam negara pemilu serentak tahun 2019 untuk menyuburkan dan menjamin
baru. Kebangsaan Indonesia merefleksikan kesatuan dalam integrasi nasional, bukan malah sebaliknya.
keberagaman. Indonesia, kata Yudi Latief, adalah negara bangsa Sederhana saja, dalam pemilu serentak 2019, gunakan
majemuk yang paripurna. Sungguh menakjubkan, bagaimana hak pilih atau hak dipilih secara fair, jujur, adil, dan demokratis.
keberagaman sosio, kultural, dan teritorial itu kemudian menyatu Persoalan siapa yang menang milu, serahkan saja pada pranata
ke dalam semangat kebangsaan Indonesia. dan mekanisme demokrasi yang ada. Lalu setelahnya, terlepas
Maka, sungguh ironis apabila hari ini, perbedaan pandangan dari siapa yang menang atau kalah, kita segera bersatu kembali.
dan pilihan politik justru menjadi ancaman yang potensial Bersatu menjadi anak-anak bangsa yang harus berpikir dan
meretakkan keutuhan bangsa. Itu sebabnya, perenungan dan berbuat untuk bangsa dan negara. Seandainyapun tak puas
pemahaman akan intelegensia dan perjuangan keras tokoh- dengan kinerja pemimpin yang menang di 2019, maka 5 tahun
tokoh bangsa di masa silam perlu dibudidayakan. Bagaimana lagi, bgunakan hak politik untuk mendukung pemimpin yang
susah payah mereka merajut karakter bersama, kehendak lain. Sederhana, bukan? Gitu saja koq repot. Salam konstitusi!

Nomor 140 • Oktober 2018


3
VOXPOP

MK SEBAGAI LEMBAGA PENCERAH BANGSA INDONESIA


Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga peradilan tertinggi yang mampu membangkitkan citra bangsa terutama
bidang hukum. Perpanjangan tangan Tuhan atas peradilan di dunia yang tanpa memandang bulu baik itu kalangan
atas menengah ke bawah,kaya maupun miskin. Peran serta dalam menjalankan fungsinya harus secara optimal
dalam kontestasi Pemilu 2019 mendatang, termasuk dalam penyelesaian sengketa pilkada. MK yang juga sebagai
Lembaga pencerah di Indonesia serta Lembaga negara yang mampu memberikan sinar pencerahan kepada bangsa
Indonesia. Pembentukannya dilandasi semangat reformasi menjadikan MK sebagai tumpuan harapan bagi rakyat
Indonesia yang mengidam-idamkan demokrasi di tanah air. MK  telah menunjukkan kepada publik bahwa sebagai
lembaga yang tidak dipandang sebelah mata.

M. Nur Fahmi
Pasuruan

MK TERAPKAN PRINSIP DEMOKRASI : DARI, OLEH DAN UNTUK RAKYAT


Mahkamah Konstitusi menjadi Lembaga pemerintahan yang dapat dijadikan sebagai sumber kekuatan kedaulatan
rakyat yang mutlak pada negara dimana setiap warga negara akan mendapatkan jaminan rasa aman dan selalu
dilindungi agar segala bentuk dari penyimpangan yang dilakukan para penguasa pemegang kekuasaan dapat dihindari
dan ditindak lanjuti. Selain itu, negara dapat mengakui dan menjamin bahwa bentuk konstitusi yang sudah ditetapkan
undang-undang dapat dijadikan hukum yang paling tinggi. Dan yang penting harapan semua masyarakat MK harus
netral. MK juga memiliki harapan dari seluruh rakyat Indonesia. Harapan itu menjadi kekuatan bagi MK agar menjadi
lembaga yang unggul dan memiliki integritas. Sebuah lembaga yang benar-benar menerapkan  prinsip demokrasi,
yakni: dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat

Agnes Amelia
Jakarta

MANDAT MK SEBAGAI PENJAGA KONSTITUSI


Jelang tahun Pemilu 2019, kepercayaan publik terhadap lembaga penegak dan pengawas hukum di Indonesia
harus semakin ditingkatkan. Termasuk, kepercayaan publik terhadap Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai salah satu
lembaga negara yang memiliki mandat sebagai penjaga konstitusi.  Memasuki tahun politik ini, kepercayaan publik
dapat diraih apabila MK mampu bersikap adil dan bijaksana dalam menangani sengketa Pemilu 2019. Keputusan
yang tepat dari sembilan hakim MK tentunya berasal dari kejernihan berpikir dan hati nurani yang bersih.  MK
juga harus tegas menyampaikan kepada publik dan pemangku kepentingan terkait bahwa setiap keputusan MK
berkekuatan hukum tetap dan menjadi landasan hukum bagi penyelenggara Pemilu dalam membuat aturan.

Mesha Mediani
Jakarta

PUTUSAN MK PRIORITASKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT


MK merupakan satu-satunya lembaga yang diberikan kewenangan untuk menjaga konstitusi. Untuk itu, putusan
MK diharapkan dapat sejalan dengan konstitusi yang mengedepankan kepentingan masyarakat. Mengharapkan agar
putusan MK atas UU itu lebih memprioritaskan kepentingan masyarakat. MK menjadi harapan baru masyarakat
untuk melihat proses peradilan yang bersih. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan tumbuh kembali.
Apalagi banyak kesan yang dirasakan para pihak yang berhubungan dengan MK juga mendapat pelayanan yang
baik dan professional. Harapan masyarakat atau para pihak yang berselisih terhadap lembaga peradilan atau
kehakiman begitu besar untuk menjadi benteng terakhir bagi para pencari keadilan. Apalagi menjelang Pilpres 2019
kedepan secara  serentak yang sebentar lagi berlangsung.

Yana Maliyana
Serang Banten

4 Nomor 140 • Oktober 2018


KONSTITUSI MAYA
PARTAI ACEH melarang penggunaan nama Gerakan Aceh Merdeka. Partai ini
kembali berubah nama menjadi Partai Aceh setelah pada April

P
2008 diadakan rapat antara FAM dengan pemerintah RI yang
artai peserta Pemilu difasilitasi oleh IPI Interpeace di Jakarta.
2019 dengan nomor Tujuan Partai Aceh yang tercantum dalam AD/ART partai
urut 15 adalah antara lain mewujudkan cita-cita rakyat Aceh; mewujudkan cita-
Partai Aceh. Partai ini cita MoU Helsinki yang ditandatangai oleh GAM dan pemerintah
adalah salah satu partai politik lokal di Provinsi Aceh. Partai RI pada 15 Agustus 2005; mewujudkan kesejahteraan yang
ini didirikan oleh mantan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka adil, makmur, dan merata secara material dan spiritual bagi
(GAM). Dalam kepengurusan Dewan Pimpinan Aceh (DPA) seluruh rakyat Aceh; dan mewujudkan kedaulatan rakyat
Partai Aceh 2018–2023, Ketua Umumnya adalah Muzakir dalam rangka mengembangkan kehidupan berdemokrasi yang
Manaf, sedangkan Kamaruddin Abu Bakar menjabat sebagai menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan, serta
Sekretaris Jendral, dan Sarjani Abdullah menjadi Ketua Harian. hukum dan hak asasi manusia.
GAM yang ingin melepaskan diri dari NKRI telah berkonflik Partai Aceh telah mengikuti dua kali pemilu yaitu pada
dengan pemerintah RI sejak 1976. Konflik tersebut terus 2009 dan 2014. Pada 2009, partai ini memenangkan 46,91%
berlangsung hingga bencana alam gempa bumi dan tsunami suara di Provinsi Aceh sedangkan pada 2014 perolehan
pada 26 Desember 2004 memaksa kedua pihak berunding suaranya menurun tajam menjadi 35,3%. Perpecahan partai
dengan mediasi pihak internasional. Pada 27 Februari 2005 di disinyalir menyebabkan turunnya jumlah perolehan suara
Finlandia, GAM dan pemerintah RI memulai perundingan yang Partai Aceh, dengan adanya anggota partai yang membentuk
diakhiri dengan penandatanganan nota kesepakatan damai Partai Nasional Aceh.
pada 15 Agustus 2005. Pimpinan politik GAM Malik Mahmud Ketua DPA Partai Aceh Muzakir Manaf pada April 2018
memberikan mandat kepada Muhammad Yahya Mu’ad untuk menyatakan bahwa partainya bertekad meraih 50% kursi
membentuk partai politik lokal GAM pada 19 Februari 2007. DPR Aceh dan DPR kabupaten/kota. Akahkah tekad tersebut
Partai GAM pun berdiri pada 7 Juni 2007, namun namanya terwujud dalam Pemilu 2019 mendatang? Mari kita tunggu
berubah menjadi Partai Gerakan Aceh Mandiri (GAM) karena hasilnya tahun depan.
persyaratan MoU Helsinki dan kebijakan pemerintah RI YUNIAR WIDIASTUTI

PARTAI SIRA

P
artai bernomor urut demokrasi di Aceh, memperjuangkan kedaulatan rakyat,
16 dalam Pemilu menciptakan keadilan sosial, dan mewujudkan kesejahteraan
2019 adalah partai rakyat.” Partai SIRA berlambang bulan dan bintang berwarna
politik lokal Aceh Partai merah dengan latar biru bertuliskan SIRA. Simbol bulan dan
SIRA. Partai ini merupakan bintang menunjukkan cita-cita Partai SIRA, yaitu kemajuan dan
lanjutan dari Partai Suara kelahiran pemimpin-pemimpin hebat untuk masa keemasan
Independen Rakyat Aceh. Aceh. Bintang warna merah adalah simbol semangat dan
Pendirian partai ini juga keberanian dalam mencapai Aceh bermartabat. Warna bulan
masih memiliki kaitan erat dari putih berubah menjadi merah melambangkan bahwa
dengan MoU Helsinki 15 semangat untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan
Agustus 2005 yang melahirkan UU Nomor 11 Tahun 2006 semakin menyala dan tidak akan pernah padam. Kata SIRA
tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan Pemerintah berwarna putih bermakna kesucian cita-cita perjuangan partai.
Nomor 20 Tahun 2007 tentang Partai Politik Lokal Aceh, Ketua Umum Partai SIRA saat ini adalah Muhammad
yang merupakan dasar politik dan hukum pembentukan Nazar, yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh
Partai SIRA. Dalam AD/ART partai yang ditetapkan pada 30 periode 2007-2012, sedangkan Sekretaris Jenderalnya adalah
Juli 2017 di Banda Aceh, Partai SIRA “menyatakan diri menjadi Nasruddin Abubakar.
kekuatan politik secara damai, demokratis dan terbuka dalam
Partai SIRA sebelumnya telah mengikuti Pemilu 2009
pembangunan perdamaian berkelanjutan, demokrasi, keadilan
namun hasil pemilu legislatif yang diperolehnya tidak mencukupi
dan kesejateraan bagi rakyat Aceh serta sesuai dengan
ambang batas parlemen. Ketua Umum Muhammad Nazar
Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11
menyatakan bahwa partainya ingin kembali berpartisipasi aktif
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan peraturan-
dalam politik dan memperkuat partai-partai lokal Aceh agar
peraturan perundangan lainnya yang berlaku.”
demokrasi di Aceh semakin membaik dan tidak terjadi partai
Tujuan partai SIRA adalah “memperjuangkan aspirasi
tunggal. Namun, akankah keinginan tersebut kali ini tercapai?
dan kepentingan rakyat Aceh, mendorong perdamaian
Mari kita lihat hasilnya pada Pemilu 2019.
yang berkelanjutan, memperjuangkan penegakan HAM dan YUNIAR WIDIASTUTI

Nomor 140 • Oktober 2018


5
JEJAK MAHKAMAH

Buruh Tak Akan Dipidana Jika Mogok

K
amis tanggal 28 Oktober ayat (1) dengan pidana maksimum 4 dipandang bertentangan dengan standard
2004, Mahkamah Konsti­ (empat) tahun 107 penjara dan/atau perburuhan internasional (ILO), tidaklah
tusi memutuskan bahwa denda Rp. 400 juta amat berat dan terdapat ketidaksesuaiannya dengan
pidana untuk mogok ker­ merupakan upaya untuk menghalangi standard perburuhan internasional.
ja dan mengajak untuk dilaksanakannya hak asasi mogok kerja. “Hal tersebut disebabkan sejumlah
Hal yang penting dalam tanggapan pembatasan juga dikenal dalam praktek
mogok kerja bertentangan dengan
Mahkamah Konstitusi terhadap isu yang disetujui ILO. Seandainyapun hal
konsti­tusi. Putusan ini sangat penting
tersebut adalah bahwa sebagaimana itu benar bertentangan dengan standard
dalam penegakan hak asasi buruh dan
diakui juga oleh para Pemohon bahwa ILO -quod non- maka standard dan
pekerja Indonesia. UUD 1945 adalah juga merupakan cita- norma-norma yang demikian haruslah
Para Pemohon pada permohonan­ cita dan arah serta dasar kebijakan yang dilihat sebagai bagian dari standard
nya menyatakan bahwa UU bersifat normatif, sehingga apabila menilai dan norma yang berlaku di Indonesia
Ketenagakerjaan secara substansial perlindungan dan peran negara sebagai melalui ukuran yang dikenal dalam UUD
bertentangan dengan standard pelindung dilihat tidak tegas tampak dalam 1945. Hal itu disebabkan hak asasi tidak
perburuhan internasional (Konvensi dan UU Ketenagakerjaan, hal ini disebabkan dipandang sebagai sesuatu yang berlaku
Rekomendasi ILO). Salah satu isunya bahwa UU a quo harus merujuk kepada mutlak. Pasal 28J ayat (2) UUD 1945
adalah tentang pengaturan tentang UUD 1945 yang artinya memperhitungkan menetapkan bahwa dalam menjalankan
mogok kerja dalam Pasal 137 - 145 UU pula keseimbangan berbagai kepentingan, hak dan kebebasannya, setiap orang
Ketenagakerjaan bertentangan dengan khususnya kepentingan buruh dan wajib tunduk kepada pembatasan yang
Konvensi ILO tentang hak fundamental kepentingan pengusaha dalam mekanisme ditetapkan dengan undang-undang dengan
buruh yang berkenaan dengan hak ekonomi pasar. maksud semata-mata untuk menjamin
asasi atas kebebasan berserikat dan “Kepentingan pengusaha harus juga pengakuan serta penghormatan atas
berorganisasi dan untuk melakukan diakomodasi karena ketiadaan investasi hak dan kebebasan orang lain dan untuk
perundingan kolektif yang termaktub justru akan menyebabkan berkurangnya memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dalam Konvensi ILO No. 87 dan 98 yang lapangan kerja dan bertambahnya dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
telah diratifikasi oleh Indonesia. pengangguran yang pada gilirannya justru agama, keamanan dan ketertiban umum
ILO secara tegas menyatakan akan merugikan pihak buruh sendiri. dalam suatu masyarakat demokratis,” urai
“hak mogok” adalah bagian yang tidak Dalam kaitan ini Mahkamah berpendapat Mahkamah Konstitusi.
terpisahkan dari hak berorganisasi yang bahwa Pasal 33 UUD 1945 tidak dapat Akan tetapi, menurut Mahkamah
dilindungi konvensi ILO, dan dengan dipahami sepenuhnya sebagai penolakan Konstitusi, walaupun demikian jika dikaitkan
diterimanya konvensi tersebut berarti terhadap sistem ekonomi pasar, yang dengan sanksi atas pelanggaran terhadap
juga merupakan bagian yang tidak berarti mengharuskan negara melakukan Pasal 137 dan 138 sebagaimana termuat
terpisahkan dari hak berorganisasi buruh/ campur tangan tatkala mekanisme di dalam Pasal 186 UU Ketenagakerjaan
pekerja, dan pemerintah tidak boleh ekonomi pasar mengalami distorsi,” jelas yang juga telah dipertimbangkan di
menciptakan halangan apapun yang Mahkamah Konstitusi. atas, Mahkamah berpendapat bahwa
bersifat administratif maupun birokratis Mahkamah Konstitusi dalam sanksi dalam Pasal 186 tersebut tidak
yang bisa mengakibatkan buruh/pekerja pertimbangannya menyatakan, syarat- proporsional karena mereduksi hak mogok
tidak dapat menikmati hak mogok. Hak syarat yang ditetapkan untuk pelaksanaan yang merupakan hak dasar buruh yang
mogok adalah hak essensial bagi buruh hak buruh untuk mogok, baik syarat dijamin oleh UUD 1945 dalam rangka
dan organisasinya dalam memperjuangkan bahwa mogok dilakukan secara sah kebebasan menyatakan sikap [Pasal
dan melindungi kepentingan ekonomi dan dan tertib dan damai sebagai akibat 28E ayat (2) dan ayat (3)] dan hak untuk
sosial buruh, dan kepentingan tersebut gagalnya perundingan (Pasal 137), mendapat imbalan yang adil dan layak
bukan hanya berarti memperoleh perbaikan ajakan mogok terhadap buruh saat dalam hubungan kerja [Pasal 28D ayat (2)].
kondisi kerja dan tuntutan kolektif dalam mogok kerja berlangsung dengan tidak Pelaksanaan hak mogok yang melanggar
suatu hubungan kerja. melanggar hukum (Pasal 138) maupun persyaratan-persyaratan yang ditentukan
Menurut Pemohon, Pasal 186 UU syaratsyarat administratif tentang jangka dalam Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1)
Ketenagakerjaan, yang mengatur sanksi waktu pemberitahuan dan lain-lain (Pasal UU Ketenagakerjaan harus diatur secara
pidana terhadap pelanggaran Pasal 138 140 - 141), yang oleh para Pemohon proporsional.
LUTHFI WIDAGDO EDDYONO

6 Nomor 140 • Oktober 2018


Nomor 140 • Oktober 2018
7
Opini
KONSTITUSI

PAYUNG HUKUM BACALEG MANTAN KORUPTOR

M
eskipun polemik bakal calon tetap harus berpegang teguh pada prinsip
legislatif (bacaleg) mantan atau tujuan hukum yang fundamental baik
koruptor sudah usai dengan prinsip kepastian hukum (prinsip legalitas)
keluarnya putusan uji materi Mahkamah dan prinsip keadilan (prinsip etis). Kalau
Agung (MA) terkait Peraturan KPU (PKPU) prinsip-prinsip ini diabaikan baik pada saat
yang melarang mantan koruptor jadi caleg. proses pembentukan terlebih pada saat
Banyak orang terutama penggiat anti korupsi proses implementasi, maka akan potensi
merasa kecewa dengan putusan MA seolah menimbulkan polemik. Hal ini tampak pada
putusan itu merupakan “lonceng kematian” perseteruan antara KPU dan Bawaslu, yang
Oleh: Fadli Andi Natsif
pemberantasan korupsi. kemudian lebih debatable lagi ketika muncul
Doktor Hukum dan HAM; Dosen
Komisi Pemilihan Umum ingin putusan MA yang membatalkan niat ideal
Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar mencegah agar tidak boleh lagi ada mantan KPU mencegah mantan koruptor menjadi
koruptor menjadi bacaleg. Meskipun disadar bacaleg.
ini tidak diatur secara limitatif dalam UU No. Niat suci KPU mencegah bacaleg
7 tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), mantan koruptor harus diapresiasi. Oleh
maka inisiatif KPU melalui regulasinya No. karena menyadari “payung hukum” mencegah
20 Tahun 2018 mencoba merumuskan agar mantan koruptor tidak tertera dalam UU
partai politik tidak menyodorkan mantan Pemilu, maka KPU mencoba menuangkan
koruptor menjadi bacaleg. formulasi normatif pencegahan itu dalam
Peraturan KPU dapat dikatakan PKPU. Terkesan ada keraguan karena norma
merupakan ikhtiar politik hukum. Secara itu tidak dicantolkan dalam pasal yang
sederhana defenisi operasional politik terkait dengan persyaratan bakal calon, tapi
hukum, diartikan adanya keinginan sebuah di pasal pengajuan bakal calon oleh parpol.
otoritas kekuasaan untuk menentukan isi Dikhawatirkan bisa dikatakan pelanggaran
dan cara mewujudkan aturan yang akan hak asasi kalau langsung diformulasikan
berlaku di masyarakat. Ada keinginan dalam persyaratan bacaleg. Akan tetapi kalau
penentu kebijakan atau pemangku di pasal pengajuan bacaleg, itu diharapkan
kepentingan (dalam hal ini KPU) mengatur agar parpol yang merespon dengan tidak
agar penyelenggara negara dapat terbebas mengajukan kadernya yang pernah divonis
dari perilaku korupsi. sebagai koruptor.
Pencegahan bacaleg mantan
Payung Hukum koruptor dalam sebuah regulasi memang
Dalam mewujudkan politik hukum dibutuhkan. Namun idealnya payung
pencegahan mantan koruptor jadi caleg hukum untuk pencegahan itu harus di

8 Nomor 140 • Oktober 2018


level undang-undang (UU). Meskipun nantinya bisa saja seseorang untuk ikut serta dalam kontestasi pemilihan
dipersoalkan sebagai pelanggaran HAM yang bisa diuji legislatif, apakah ini tidak boleh diatur oleh negara? Apakah
materi di Mahkamah Konstitusi (MK). Pengujian materi hak ini merupakan hak asasi yang fundamental sehingga
UU di MK tentu beda dengan pengujian regulasi di level negara tidak boleh mengatur atau mengurangi dalam
MA. Kalau hakim di MA ketika melakukan uji materi hanya kondisi apapun?
sebatas mempertimbangkan sebuah regulasi yang dibuat Dalam kajian teori hak asasi yang dikemukakan
oleh lembaga negara, semisal PKPU, itu bertentangan oleh D.F. Schelten, harus dibedakan antara hak asasi
dengan peraturan yang lebih tinggi (UU). Pertimbangan ini (mensenrechten) dan hak dasar (groundrechten). Menurutnya
hanya sebatas menerapkan asas bahwa sebuah peraturan hak asasi adalah hak yang dimiliki oleh manusia konsekuensi
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih sebagai manusia, sehingga tugas negara sebagai pengawal
tinggi (lex superior derogat legi inferior). (guidance) tidak boleh mengurangi dan menghalangi hak itu
Berbeda kalau uji materi UU oleh MK. Hakim MK dalam sebuah regulasi karena bersifat universal. Hak-hak
tidak hanya sekedar mengatakan bahwa UU yang lahir itu seperti ini tercantum secara tegas dalam Pasal 28 I UUD
bertentangan dengan konstitusi (UUD). Akan tetapi para 1945. Berbeda dengan hak dasar, merupakan hak yang
hakim di MK akan menggali teori-teori HAM, apakah UU melekat dalam diri manusia konsekuensi manusia sebagai
yang lahir ada pasal didalamnya yang melanggar hak- warga negara. Tugas dan peran negara terhadap hak ini
hak konstitusional warga negara yang diatur atau dijamin sebagai regulator (pengatur). Dengan demikian bisa saja
dalam UUD. negara membuat aturan atau regulasi untuk membatasi
hak tersebut.
Negara sebagai Regulator Jika dikaitkan dengan hak untuk memilih dan dipilih
Seandainya politik hukum pelarangan bacaleg ini termasuk menjadi caleg, maka hak ini boleh dibilang hanya
dituangkan dalam payung hukum selevel UU, misalnya di bagian dari hak dasar, sehingga negara bisa bertindak
UU Pemilu, tentu lain perdebatannya. Bagi koruptor yang sebagai regulator. Oleh karena hak ini tidak termasuk
telah menjalani hukumannya dan sudah dinyatakan bebas, dalam Pasal 28 I tersebut. Dengan demikian kalau ada
kalau kemudian dalam UU Pemilu terdapat pasal yang UU yang mengatur pembatasan untuk menjadi caleg,
melarang untuk menjadi bacalag, maka dia akan menyoal maka tidak serta merta dapat dikatakan pelanggaran hak
dan membawanya ke MK untuk diuji materi. Mantan konstitusi. Oleh karena negara melalui otoritasnya punya
koruptor bisa saja mendalilkan bahwa mereka sudah pertimbangan dalam membatasi hak-hak warga negara,
menjadi warga biasa dan bukan lagi narapidana, sehingga apalagi yang akan menjadi penyelenggara negara baik di
dia bisa juga menikmati hak-haknya termasuk hak untuk legislatif maupun di eksekutif. Dalam rangka mewujudkan
dipilih sebagai wakil rakyat. pemerintahan yang good and clean.
Para hakim di MK akan mempertimbangkan dengan
menelusuri teori-teori tentang HAM. Terkait persoalan hak

Nomor 140 • Oktober 2018


9
LAPORAN UTAMA

PILKADA
DARI MASA KE MASA

HUMAS MK/HENDY

Proses penghitungan suara Pilkada Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 di TPS 91 Pamulang Barat (9/12/15).

10 Nomor 140 • Oktober 2018


S
ejarah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia yang tampak jelas antara lain perubahan nama daerah dan
sudah berlangsung sejak zaman pemerintahan pejabatnya diganti dengan menggunakan Bahasa Jepang.
kolonial Belanda. Bermula pada Pada 23 Juni 1903 Tentu saja jabatan kepala daerah yang semula diduduki orang-
Pemerintah Hindia Belanda membuat undang- orang Belanda diganti dengan pembesar Jepang. Kemudian,
undang yang dinamakan Decentralisatie Wet wilayah provinsi beserta gubernurnya baik Jawa maupun di
1903. Undang-undang ini menjadi dasar lahirnya Koninklijk luar Jawa dihapus. Afdelling beserta asisten residennya untuk
Desluit (dikenal dengan decentralisatie desluit 1904) pada 20 wilayah Jawa juga dihapus.
Desember 1904. Peraturan ini antara lain memberikan arahan Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, penentuan
pembentukan Raden, Pemilihan anggota Raad (dewan semacam kepala daerah melalui mekanisme pengangkatan atau
DPRD) setempat. penunjukan langsung. Rakyat sama sekali tidak berdaulat
Secara sederhana, pengaturan tentang pemerintahan untuk memilih kepala daerah. Penunjukan kepala daerah
daerah pada zaman Hindia Belanda dibedakan antara daerah sepenuhnya merupakan daulat elit politik kolonial. Sistem
Jawa dan Madura dengan daaerah luar Jawa dan Madura. rekrutmen kepala daerah zaman penjajahan Belanda dan
Tingkatan pemerintahan di Jawa dan Madura dikelompokkan Jepang mengabaikan nilai-nilai demokrasi, transparansi dan
menjadi pemerintahan Pangreh Praja dan Pamong Praja. akuntabilitas. Mekanisme pengangkatan atau penunjukan
Pangreh Praja sebagai pemerintahan tingkat tertinggi disebut langsung kepala daerah ini tentu saja bertujuan melindungi
Provinsi yang dipimpin oleh Gubernur. Setiap provinsi dibagi hegemoni kolonial Belanda maupun Jepang terhadap daerah
menjadi Karesidenan yang dipimpin oleh Residen. Setiap jajahan. Maka tidak mengherankan jabatan Gubernur, Residen,
Keresidenan dibagi menjadi beberapa Afdelling yang dipimpin Asisten Residen dan Kontrolir, dijabat langsung oleh orang-
oleh Asisten Residen. orang Belanda maupun Jepang. Sedangkan jabatan yang
Pemerintahan Pamong Praja terdiri dari Kabupaten memungkinkan untuk diduduki pribumi seperti camat dan
yang dipimpin oleh Bupati. Setiap Kabupaten dibagi menjadi kepala desa.
beberapa Kawedanan yang dipimpin oleh Wedana. Kemudian
setiap Kawedanan dibagi menjadi Kecamatan yang dikepalai Masa Kemerdekaan
oleh Camat atau Asisten Wedana. Kecamatan meliputi beberapa Masa penjajahan Jepang berakhir. Bangsa Indonesia
desa yang dikepalai oleh seorang Kepala Desa. memasuki pintu gerbang kemerdekaan. Sistem pemerintahan
Sedangkan tingkat pemerintahan untuk daerah luar Jawa daerah setelah Indonesia merdeka terbagi menjadi tiga bagian,
dan Madura sedikit berbeda dengan daerah Jawa dan Madura. yaitu era Orde Lama, Orde Baru, dan era Reformasi.
Adapun tingkat pemerintahan untuk daerah luar Jawa dan Pada era Orde Baru, sistem pemerintahan daerah
Madura, tingkat pemerintahan yang tertinggi disebut Provinsi berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945
yang dipimpin oleh Gubernur. Setiap provinsi dibagi menjadi tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional
beberapa Karesidenan yang dipimpin oleh seorang Residen. Daerah. UU ini merupakan produk UU pertama yang
Setiap Karesidenan dibagi menjadi beberapa Afdeling yang diterbitkan pada masa kemerdekaan. Dalam Pasal 2 UU
dikepalai oleh seorang Asisten Residen. Setiap Afdeling dibagi tersebut dinyatakan, “Komite Nasional Daerah menjadi Badan
menjadi beberapa Onder-Afdeling yang dikepalai oleh seorang Perwakilan Rakyat Daerah, yang bersama-sama dengan dan
Kontrolir. Setiap Onder Afdeling dibagi menjadi District atau dipimpin oleh Kepala Daerah menjalankan pekerjaan mengatur
Kewedanan yang dikepalai oleh Wedana atau Demang. Setiap rumah tangga daerahnya, asal tidak bertentangan dengan
District atau Kewedanan dibagi menjadi beberapa Onder-District Peraturan Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah yang
atau kecamatan yang dikepalai oleh seorang Camat atau lebih luas dari padanya”. Kemudian dalam poin Penjelasan
Asisten Demang. Setiap Kecamatan meliputi beberapa Desa UU tersebut dinyatakan bahwa Kepala Daerah juga sebagai
atau Marga atau Kuria Nagari atau nama lainnya, yang dipimpin Komite Nasional Daerah yang hendak menjadi Badan
oleh seorang Kepala Desa atau nama lainnya. Legislatif. Selain itu seorang Kepala Daerah harus menjalankan
Masa penjajahan Belanda berakhir namun Indonesia fungsi sebagai wakil Badan Perwakilan Rakyat Daerah.
masih belum terbebas dari belenggu penjajahan karena Pasal tersebut menunjukkan bahwa kepala daerah
berkuasanya Jepang. Pada masa penjajajahan Jepang, sistem menduduki jabatan di lembaga eksekutif sekaligus legislatif.
pemerintahan daerah ala Belanda masih berlangsung. Jepang Kepala daerah pada masa UU 1/1945 adalah kepala
masih melanjutkan sistem dekonsentrasi yang sebelumnya Daerah yang diangkat pada masa sebelumnya yakni masa
diterapkan oleh Belanda di Indonesia, dengan beberapa pendudukan Jepang. Situasi politik, keamanan dan hukum
perubahan dalam praktik penyelenggaraannya. Perubahan ketatatanegaraan pada saat itu belum kondusif sehingga

Nomor 140 • Oktober 2018


11
LAPORAN UTAMA

kepala daerah diangkat begitu saja untuk menjamin Di dalam UU 18/1965 tersebut diatur tentang
berlangsungnya pemerintahan daerah sebagai bagian dari kedudukan kepala daerah sebagai alat pemerintah pusat
pemerintahan pusat yang tergabung dalam Negara Kesatuan maupun sebagai alat pemerintah daerah. Dalam UU ini,
Republik Indonesia (NKRI) sekaligus mencegah kekosongan kepala daerah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atau
jabatan dalam pemerintahan. Menteri Dalam Negeri melalui calon-calon yang diajukan
Pada 1948, lahir pengganti UU 1/1945 yaitu Undang- oleh DPRD. Dengan demikian, kedudukan pejabat pusat
Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok atas kepala daerah semakin kuat. Kepala daerah tidak dapat
Pemerintahan Daerah. Pasal 1 ayat (1) UU 22/1948 diberhentikan oleh DPRD. Pemberhentian kepala daerah
menyatakan “Daerah Negara Republik Indonesia tersusun merupakan kewenangan penuh Presiden untuk gubernur dan
dalam tiga tingkatan, ialah: Propinsi, Kabupaten (Kota besar) Menteri Dalam Negeri untuk bupati atau walikota.
dan Desa (Kota kecil) negeri, marga dan sebagainya, yang Pada era Orde Baru, pengaturan tentang kepala daerah
berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri”. ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Dalam pasal 18 ayat (1) UU 22/1948 disebutkan bahwa 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Lahirnya
Presiden mengangkat calon kepala daerah provinsi yang UU ini tidak membawa perubahan yang cukup berarti karena
diajukan oleh DPRD Provinsi. Kemudian dalam pasal 18 ayat mekanisme pemilihan calon kepala daerah dalam UU ini
(2) UU 22/1948 menyebutkan bahwa Menteri dalam Negeri masih dillakukan oleh DPRD.
mengangkat calon kepala daerah kabupaten atau kota yang Pasal 15 ayat (1) UU 5/1974 menyatakan, “Kepala
diusulkan oleh DPRD. Daerah Tingkat I dicalonkan dan dipilih oleh Dewan
Revisi UU 22/1948 melahirkan Undang-Undang Nomor Perwakilan Rakyat Daerah dari sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang
1 tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. dan sebanyak-banyknya 5 (lima) orang calon yang telah
Setelah keluarnya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 berdampak dimusyawarahkan dan disepakati bersama antara Pimpinan
pada lahirnya Undang-Undang Nomor 18/1965 tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Pimpinan Fraksi-fraksi
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. UU 18/1965 ini bertolak dengan Menteri Dalam Negeri.” Kemudian pasal 16 ayat (1)
belakang dengan UU sebelumnya yakni UU 1/1957. Hal ini menyatakan, “Kepala Daerah Tingkat II dicalonkan dan dipilih
terjadi karena perubahan format pemerintahan negara sebagai oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari sedikit-dikitnya
implikasi perubahan konstitusi, sebelumnya sistem federasi 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang calon
(Republik Indonesia Serikat) menjadi sistem kesatuan. yang telah dimusyawarahkan dan disepakati bersama antara

Suasana pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta 2017 di TPS 012 Jakarta Barat, Rabu (15/02/2017)

12 Nomor 140 • Oktober 2018


KPU-TANGERANGKAB.GO.ID.
Deklarasi kampanye damai Pemilihan Bupati dan wakil Bupati Tangerang Tahun 2018

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Pimpinan Fraksi- politik. Oleh karena itu, sejak 2005 diselenggarakan pilkada
fraksi dengan Gubernur Kepala Daerah.” secara langsung, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/
Selanjutnya, kepala daerah tingkat I diangkat dan kota.
diberhentikan oleh Presiden. Sedangkan kepala daerah tingkat Pada perkembangan berikutnya, pilkada masuk dalam
II diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri. Hal rezim pemilu setelah disahkannya UU Nomor 22 Tahun 2007
ini mengggambarkan mekanisme pemilihan kepala daerah tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Karena masuk ke
dilakukan secara hierarkis. dalam rezim pemilu, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
Memasuki era Reformasi, perubahan drastis terjadi daerah waktu itu lebih dikenal dengan istilah pemilukada.
Indonesia menerapkan sistem desentralisasi. Beberapa UU Kemudian lahir Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
yang mengatur tentang pemerintahan daerah lahir di era ini. tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Bermula dari lahirnya UU 22/1999 tentang Pemerintah Daerah. Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU 12/2008
Sejak saat itu, setiap daerah memilih langsung gubernurnya terdapat ketentuan mengenai pasangan calon kepala daerah
melalui DPRD. dari jalur perseorangan. Pasangan calon yang dapat turut serta
Pada 2014 digelar Pemilu Presiden dan Wakil presiden dalam pemilukada tidak hanya pasangan calon yang diajukan
secara langsung. Hal ini mengilhami pelaksanaan pilkada oleh partai politik atau gabungan partai politik, tetapi juga dari
secara langsung pula. Berbagai kelemahan dalam UU 22/1999 perseorangan.
kemudian direvisi melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun Sejak 2005 pilkada tingkat provinsi maupun kabupaten/
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Lahirnya UU 32/2004 kota dilaksanakan secara langsung oleh rakyat. Pilkada digelar
merupakan babak baru demokrasi langsung dalam pilkada. di daerah-daerah dalam waktu yang tidak serentak. Barulah
Pilkada tidak lagi dilakukan oleh DPRD, melainkan dipilih pada 2015, 2017, dan 2018 kemarin, pilkada digelar serentak
langsung oleh rakyat. Rakyat berdaulat menentukan calon bertahap. Dasar hukum Pilkada 2018 kemarin adalah UU Nomor
pemimpin mereka di daerah. 10 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 1
Dalam UU 32/2004 diatur bahwa kepala daerah dan Tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti
wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati,
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, dan walikota menjadi Undang-Undang.
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasangan calon yang akan NUR ROSIHIN ANA

berkompetisi dalam pemilihan kepala daerah adalah pasangan *Diolah dari berbagai sumber
calon yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai

Nomor 140 • Oktober 2018


13
LAPORAN UTAMA

AKHIR SENGKETA
PILKADA 2018
Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Tahun 2018
(PHP Kada 2018) sampai pada akhirnya. Hingga 26 September 2018, Mahkamah Konstitusi
(MK) telah mengeluarkan putusan untuk 71 permohonan PHP Kada Tahun 2018 dari 58
daerah pemilihan.

: Kota

: Kabupaten

14 Nomor 140 • Oktober 2018


S
ejak disahkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun Republik Indonesia. Pilkada serentak digelar sebanyak tujuh
2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang gelombang, yakni 2015, 2017, 2018, 2020, 2022, 2023, dan
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan pilkada serentak nasional pada 2027. Pada 2027, pilkada
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 dilakukan serentak di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati di Indonesia untuk seterusnya dilakukan kembali tiap lima
dan Walikota Menjadi Undang-Undang, dan Undang-Undang tahun sekali.
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, tiap Bagi MK, hal ini untuk ketiga kalinya dalam menangani
daerah di Indonesia tidak lagi menggelar pilkada secara terpisah. kewenangan tambahan sebelum adanya badan peradilan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 menyebutkan Pemilihan khusus terbentuk terkait PHP Kada serentak. Pada 2015,
Gubernur, Bupati, dan Walikota dilaksanakan setiap 5  tahun pilkada serentak dilakukan di 269 daerah (9 provinsi, 224
sekali secara serentak di seluruh wilayah Negara Kesatuan kabupaten, dan 36 kota). Dari 269 daerah tersebut, MK

Nomor 140 • Oktober 2018


15
LAPORAN UTAMA

menerima sebanyak 147 permohonan dari 132 daerah. Hingga 26 September 2018, MK telah memutus perkara
Sebanyak 128 perkara PHP kada diajukan oleh pasangan PHP Kada 2018 sebanyak 71 perkara. Adapun putusan
calon bupati, sebanyak 11 perkara diajukan oleh pasangan terhadap perkara tersebut, sebanyak 1 perkara ditarik kembali
calon walikota, sebanyak 6 perkara diajukan oleh pasangan oleh pemohon, sebanyak 2 ditolak, sebanyak 1 perkara
calon gubernur, 1 perkara diajukan oleh pemantau untuk dikabulkan, 4 perkara diputus sela, 2 perkara gugur, dan
Pilkada dengan calon tunggal di Kabupaten Tasikmalaya, sebanyak 61 perkara diputus tidak dapat diterima.
dan 1 pemohon yang bukan pasangan calon kepala daerah.
Sementara Pilkada 2017 diikuti oleh 101 daerah yang
terdiri atas 7 provinsi, 78 kabupaten, dan 18 kota. Dari 101
DIAGRAM 2
daerah tersebut, MK menerima permohonan dari calon JUMLAH PERMOHONAN PHP KADA SERENTAK YANG DITANGANI MK
kepala daerah pada 4 provinsi, 37 kabupaten, dan 9 kota (2015, 2017, 2018)
serta meregistrasi perkara PHP Kada Tahun 2017 sebanyak
60 permohonan. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak
147
53 perkara diajukan oleh pasangan calon, sebanyak 3
perkara diajukan oleh bakal pasangan calon, sebanyak 3
perkara diajukan oleh LSM Pemantau, dan 1 perkara oleh
72
perseorangan.
Kemudian pada Pilkada 2018 yang diikuti oleh 171
daerah (17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota), MK
60
menerima permohonan dari calon kepala daerah pada 6
provinsi, 39 kabupaten, dan 13 kota serta meregistrasi perkara
PHP Kada Tahun 2017 sebanyak 71 permohonan. Dari jumlah
tersebut, berdasarkan klasifikasi Pemohon, terbagi menjadi 7
permohonan diajukan oleh pasangan calon gubernur/wakil
Tahun 2015 Tahun 2017 Tahun 2018
gubernur, 45 permohonan pasangan calon bupati/wakil bupati,
14 permohonan pasangan calon walikota/wakil walikota, serta
5 permohonan dari Pemohon lainnya.

Kewenangan dan Keberlakuan Pasal 158


Terkait putusan-putusan tersebut, dalam pertimbangan
DIAGRAM I hukum dan pendapat Mahkamah, MK berpedoman terhadap
JUMLAH PERMOHONAN BERDASARKAN KLASIFIKASI PEMOHON dua hal utama, yakni kewenangan MK dan keberlakuan
DALAM PHP KADA SERENTAK TAHUN 2018
Pasal 158 UU MK. Kewenangan MK dalam mengadili PHP
Kada Tahun 2018 bukanlah diturunkan dari Pasal 24C
46 ayat (1) UUD 1945, melainkan kewenangan tambahan
yang bersifat sementara guna menghindari kekosongan
hukum sampai badan peradilan khusus terbentuk. MK
memosisikan kedudukannya dalam penyelesaian PHP
Kada Tahun 2018 hanya sebagai pelaksana UU Nomor 10
14
Tahun 2016 (UU Pilkada) yang kewenangannya dibatasi.
7 Kewenangan MK sebagaimana diatur dalam UU Pilkada
5 hanyalah mengadili perselisihan hasil pemilihan dan MK
menilai tidak tepat jika memperluas kewenangannya yang
sudah diatur dalam Pasal 157 UU Pilkada. Sementara
Paslon Gubernur/ Paslon Bupati/ Paslon Walikota/ Pemohon UU Pilkada sudah mengatur institusi-institusi lain untuk
Wakil Gubernur Wakil Bupati Wakil Walikota lainnya
menangani penyelesaian perselisihan lainnya dalam
proses penyelenggaraan pemilihan, seperti pelanggaran
administratif, sengketa antarpaslon, sengketa penetapan
paslon, tindak pidana pemilihan.

16 Nomor 140 • Oktober 2018


Sedangkan terkait keberlakuan Pasal 158 ayat (1) dan Dalam amarnya, MK menyatakan telah terjadi pelanggaran
ayat (2) UU Pilkada yang dinilai membatasi paslon untuk dalam pelaksanaan dalam pemungutan suara dengan cara
menggugat hasil pemilihan, MK berpendapat aturan tersebut noken di semua TPS Distrik Kapiraya, empat TPS di Kampung
merupakan kebijakan pembuat undang-undang. Pembatasan Diyai I, Distrik Tigi Barat. Selain itu, MK juga memerintahkan
tersebut logis dan dapat diterima secara hukum untuk Termohon untuk melaksanakan Pemungutan Suara Ulang di
mengukur signifikansi perolehan suara calon serta untuk TPS 1 Mogodagi, TPS 1 Yamouwitina, TPS 1 Uwe Onagei,
mendorong terbangunnya etika dan sekaligus budaya politik TPS 1 Idego, serta TPS 1-4 Komauto, Distrik Kapiraya, serta
yang makin dewasa. Rumusan norma undang-undang tersebut di TPS 1-4 Kampung Diyai 1, Distrik Tigi Barat dan diikuti
mengatur seseorang yang mengikuti kontestasi pemilihan oleh seluruh paslon dalam Bupati dan Wakil Bupati Deiyai.
gubernur, bupati, dan walikota, tidak serta-merta menggugat *) Sumber: Pengolah Data Perkara dan Putusan MK
hasil pemilihan ke MK dengan perhitungan yang sulit diterima
oleh penalaran yang wajar.
MK berpendapat bahwa tidak mungkin mengesampingkan
keberlakuan Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU Pilkada. Jika hal
tersebut terjadi, maka MK telah menentang putusan sendiri.
Selain itu, MK hanya dapat mengesampingkan keberlakuan
suatu norma undang-undang ketika melaksanakan
kewenangan yang diberikan oleh Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, DIAGRAM 3
bukan ketika menjadi pelaksana undang-undang. JUMLAH PUTUSAN PHP KADA SERENTAK 2018
BERDASARKAN AMAR
Amar Putusan
Berdasarkan alasan putusan tidak dapat diterima dari
61 perkara PHP Kada Tahun 2018, sebanyak 5 perkara objek
permohonan bukan kewenangan MK; 17 perkara permohonan
1 1 2
melampaui batas waktu pengajuan permohonan; dan 39 4
perkara permohonan tidak memiliki legal standing (Pemohon 2
bukan paslon atau pemantau sebanyak 3 permohonan dan
36 melampaui ambang batas perolehan suara).
Sementara itu, MK juga menolak dua permohonan PHP
Kada Tahun 2018, yaitu PHP Walikota dan Wakil Walikota Tegal
(Nomor 1/PHP.KOT-XVI/2018) serta PHP Bupati dan Wakil
Bupati Bolaang Mongondow (Nomor 6/PHP.BUP-XVI/2018).
Kemudian, MK juga memutus sebanyak 4 putusan sela,
yang terdiri dari PHP Walikota dan Wakil Walikota Cirebon
(Nomor 8/PHP.KOT-XVI/2018), PHP Gubernur dan Wakil
Gubernur Maluku Utara (Nomor 36/PHP.GUB-XVI/2018),
PHP Bupati dan Wakil Bupati Sampang (Nomor 38/PHP.BUP-
XVI/2018), PHP Bupati dan Wakil Bupati Timor Tengah Selatan
61
(Nomor 61/PHP.BUP-XVI/2018). Selain itu, MK menetapkan
satu permohonan ditarik kembali oleh Pemohon, yakni PHP Kabul
Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao (Nomor 22/PHP.BUP- Ditarik kembali
XVI/2018). Sedangkan dua permohonan dinyatakan gugur Ditolak
karena Pemohon tidak hadir dalam persidangan tanpa alasan Sela
sah setelah dipanggil oleh Kepaniteraan MK, yakni PHP Bupati Gugur
dan Wakil Bupati Sinjai (Nomor 45/PHP.BUP-XVI/2018) serta Tidak Dapat Diterima
PHP Bupati dan Wakil Bupati Padang Lawas (Nomor 65/PHP.
BUP-XVI/2018).
Terakhir, MK mengabulkan sebagian permohonan PHP
Bupati dan Wakil Bupati Deiyai (Nomor 35/PHP.BUP-XVI/2018).

Nomor 140 • Oktober 2018


17
LIPUTAN KHAS

SIMPOSIUM INTERNASIONAL MK 2018


MK DALAM DINAMIKA POLITIK
MKRI menghelat Indonesian Constitutional Court International Symposium (ICCIS) yang digelar
pada 1 hingga 4 Oktober 2018 di Yogyakarta

HUMAS MK

MKRI menghelat Indonesian Constitutional Court International Symposium (ICCIS) yang digelar pada 1- 4 Oktober 2018 di Yogyakarta.

P
ada 2018, rangkaian acara Konstitusi dari negara-negara di Asia Kegiatan yang dihelat di Hotel Tentrem,
yang digelar tidak hanya diisi yang tergabung dalam AACC; Call for Yogyakarta, tersebut dihadiri oleh 170
dengan simposium seperti Papers bagi para pakar, akademisi, dan peserta yang datang dari 17 negara
tahun-tahun sebelumnya. peneliti dari berbagai kawasan dunia; berbeda, yaitu Afghanistan, Australia,
MKRI juga menggelar kegiatan short dan acara program budaya untuk lebih Kamboja, Kolombia, Perancis, Georgia,
course bagi para staf Mahkamah memperkenalkan budaya Yogyakarta. Iran, Japan, Kazakhstan, Kirgizstan, Korea

18 Nomor 140 • Oktober 2018


Selatan, Macedonia, Malaysia, Mongolia,
Russia, Thailand, Turki, dan Uzbekistan.
Dalam acara pembukaan yang
digelar pada Senin (1/10), Ketua MKRI
Anwar Usman menyebut pemilihan tema
simposium internasional “Mahkamah
Konstitusi dan Konstitusionalisme
dalam Dinamika Politik” didasarkan
adanya pemikiran bahwa politik, hukum,
dan kekuasaan merupakan tiga hal
yang sulit untuk dipisahkan. Ketiganya,
lanjut Anwar, saling terkait dan saling
memengaruhi. Namun jika komitmen
negara hukum telah dinyatakan secara
tertulis di dalam konstitusi, seharusnya
politik hukum konstitusi harus menjadi

HUMAS MK
rel bagi kekuasaan dan dinamika politik
Pemukulan gong yang dilakukan Ketua MKRI Anwar Usman menandakan pembukaan ICCIS 2018.
yang ada. Namun jika yang terjadi adalah
sebaliknya, maka dikhawatirkan yang
terjadi adalah, kekuasaan yang absolut
dan cenderung menindas, atau terjadinya
tirani mayoritas tanpa memikirkan
hak-hak konstitusionalitas kelompok
minoritas.
“Untuk itulah, dalam kesempatan
Simposium Internasional kali ini,
tema ‘Mahkamah Konstitusi dan
Konstitusionalisme Dalam Dinamika
Politik’ dipilih. Dengan harapan, para
narasumber nantinya dapat memaparkan
berbagai pengalaman dan solusi bagi
tegaknya konstitusi dan konsep negara

HUMAS MK
hukum demi terwujudnya prinsip
konstitusionalitas dalam bernegara,” Para Hakim Konstitusi dalam acara Simposium Internasional.
papar Anwar.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal
MK M. Guntur Hamzah menjelaskan
bahwa simposium internasional didesain
sebagai salah satu bentuk judicial dialogue
di antara para Hakim Mahkamah Konstitusi
untuk saling berbagi pengalaman
sekaligus mempelajari praktik-praktik
terbaik yang dimiliki oleh masing-masing
negara. Sementara kegiatan short course,
menurut Guntur, menjadi forum untuk
mengembangkan kapasitas para staf
pendukung Mahkamah Konstitusi di
Asia sekaligus upaya untuk memperkuat
hubungan dan kerjasama kelembagaan.
HUMAS MK

Sedangkan, Call for Papers merupakan


forum khusus untuk mendiskusikan Para Delegasi sedang fokus mengikuti program Simposium Internasional.

Nomor 140 • Oktober 2018


19
LIPUTAN KHAS

isu-isu konstitusi kontemporer dan Simposium Internasional demokrasi konstitusional modern dengan
perkembangan Mahkamah Konstitusi di Dalam makalahnya yang berjudul dengan nilai politik dan sejarah konstitusi
berbagai negara dari perspektif akademis. ”Constitutional Adjudication and dari setiap negara,” imbuh Jimly di
“Tulisan-tulisan terbaik dari para Democracy”, Jimly memaparkan bahwa hadapan sekitar 170 peserta simposium
para pembicara dalam simposium dalam konstitusionalisme dan demokrasi internasional.
internasional ini pada nantinya akan modern, hal yang menjadi masalah Untuk itulah, Jimly menekankan
dimuat dalam jurnal internasional kami utama adalah cara suatu negara dalam pentingnya pertemuan internasional untuk
yang bernama Constitutional Review, jurnal mengadopsi ide dari negara lain yang diadakan berkala guna memperkenalkan
berbahasa Inggris pertama di Indonesia terkadang tidak sesuai dengan nilai perspektif baru dari budaya konstitusi,
yang telah terindeks global yang khusus adat di negara kita. Padahal, lanjut identitas konstitusi dari setiap negara
memuat artikel-artikel terbaik di bidang Jimly, masa sekarang tidak ada negara dan bangsa.
hukum tata negara di Indonesia ataupun yang dapat menghindari dari kebiasaan Sementara itu, Wakil Ketua MK
dunia,” papar Guntur. berbagi dan menerima ide dari negara Turki Engin Yildirim yang memaparkan
Dalam kesempatan itu, MKRI yang lainnya. Menjadi tugas bersama untuk makalah tentang ”Constitutional Court
dipercaya sebagai AACC Secretariat for menjembatani nilai dan ide di balik suatu and Democracy” menguraikan bahwa
Planning and Coordination meluncurkan aturan yang diadaptasi ataupun disusun Mahkamah Konstitusi memiliki peran
laman resmi Association of Asian dalam sistem konstitusional sebuah positif dalam negara demokrasi.
Constitutional Court and Equivalent negara. Keberagaman bisa ditemukan Pengadilan yang tidak menggunakan
Institutions (AACC), yakni aacc-asia.org. dalam tradisi dan budaya kita. kekuasaannya sama merusaknya dengan
Dalam simposium internasional “Seperti keberagaman nilai tidak pengadilan yang melebihi kekuasaannya
yang bertajuk “Mahkamah Konstitusi selalu identik dengan budaya kebarat- dengan mengorbankan cabang-cabang
dan Konstitusionalisme dalam Dinamika baratan, internasionalisasi maupun lain dari pemerintah dengan cara yang
Politik”, hadir sejumah narasumber, di globalisasi dari nilai-nilai yang ada. Nilai berbahaya bagi demokrasi.
antaranya Ketua MKRI periode 2003- keberagaman bisa ditemukan dalam ”Dalam hal desain kelembagaan,
2008 Jimly Asshiddiqie, Ketua MKRI sejarah bangsa kita sendiri. Untuk Mahkamah Konstitusi dapat
periode 2008-2013 Mahfud MD, Hakim itulah, menjadi tanggung jawab dari meningkatkan kualitas demokrasi jika
Mahkamah Persekutuan Malaysia Tan hakim konstitusi, hakim lainnya serta memiliki kekuatan yang kuat, terbuka
Sri Zainun Binti Ali, Wakil Ketua MK Turki pengacara konstitusi dan sarjana hukum dan jika pengadilan memiliki legitimasi.
Engin Yildirim, dan lainnya. di seluruh dunia untuk mengembangkan Perluasan akses masyarakat kepada
jembatan intelektual antara peradaban Mahkamah Konstitusi secara langsung
berkontribusi untuk menguatkan posisi
Mahkamah Konstitusi,” terangnya.
Engin juga menerangkan bahwa
konstitusi harus dilihat lebih dari sekadar
instrumen untuk mengefektivitaskan
kebijakan public. Konstitusi, lanjutnya,
merupakan suatu instrumen mencapai
keadilan dan kebenaran. Dalam keadaan
tertentu, Mahkamah Konstitusi mencapai
otoritas moral yang menempatkannya
di atas politik dan memungkinkan
Mahkamah Konstitusi untuk membuat
keputusan yang tidak populer.

Short Course
Pada hari berikutnya, rangkaian
kegiatan ICCIS 2018 dilanjutkan dengan
HUMAS MK

kegiatan short course international.


Dalam kegiatan yang berlangsung pada
Sekjen Dewan Konsil Kamboja Ratana Taing, Ketua MKRI periode 2003-2008 Jimly Asshiddiqie
dan Hakim Mahkamah Persekutuan Malaysia Tan Sri Zainun Binti Ali menjadi narasumber dalam Selasa-Rabu (2-3/10), hadir sejumlah
Simposium Internasional.

20 Nomor 140 • Oktober 2018


diabaikan, bahkan atas nama konstitusi
pemegang kekuasaan negara dapat
menindas rakyat. Padahal kekuasaan
negara harus diselenggarakan sesuai
dengan kehendak rakyat dan untuk
kepentingan rakyat. Inilah yang seringkali
menjadi masalah dalam penyelenggaraan
n e g a r a . O l e h k a re n a i t u , u n t u k
mencegah terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan atau untuk meluruskan
arah kebijakan negara, selain melalui
kesadaran konstitusional, harus pula ada
organ negara yang mengawal norma
konstitusi agar konstitusi benar-benar
dilaksanakan dan ditaati dalam praktik

HUMAS MK
penyelenggaraan negara. Untuk itulah
dibentuk peradilan konstitusi—baik
Wakil Ketua MK Turki Engin Yildirim dalam memaparkan makalah tentang ”Constitutional Court and
Democracy”. yang terpisah dari peradilan umum
ataupun yang tergabung dalam peradilan
umum—pada akhirnya menjadi tumpuan
narasumber, di antaranya Hakim hukum, yaitu tertutup secara normatif untuk mengawal prinsip negara yang
Konstitusi I Dewa Gede Palguna, Ketua tetapi secara kognitif terbuka, sehingga menganut konstitusionalisme.
MK periode 2013-2015 Hamdan Zoelva, Mahkamah Konstitusi akan bekerja di Hamdan menyebut peran lembaga
Guru Besar Fakultas Hukum UMS Aidul lingkungan politik tanpa dipengaruhi peradilan konstitusi, para hakim
Fitriaciada Azhari, dan lainnya. secara signifikan oleh faktor politik apa konstitusi serta seluruh organ yang ada di
Guru Besar Fakultas Hukum pun,” tegasnya. dalamnya menjadi sangat penting untuk
UMS Aidul Fitriaciada Azhari dalam Sementara itu, Ketua MK periode menegakkan prinsip konstitusionalisme.
makalahnya yang berjudul ” Can the 2013-2015 Hamdan Zoelva memaparkan Independensi peradilan konstitusi pada
Constitutional Court Be Free from kekuasaan yang diberikan kepada umumnya dapat terganggu atau justru
Politics?”, menguraikan bahwa Mahkamah negara (organ negara) oleh konstitusi, menjadi tidak independen jika peradilan
Konstitusi harus bebas dari politik untuk seringkali disalahgunakan oleh pemegang konstitusi berada dibawah kekuasaan
mempertahankan independensinya. kekuasaan. Kepentingan rakyat kadang atau organ politik, atau para hakimnya
Akan tetapi, lanjutnya, independensi
tersebut tidak dapat secara otomatis
dilaksanakan tanpa sistem politik yang
demokratis yang mendorong cabang-
cabang pemerintahan lainnya untuk
mengakui dan menghormati Mahkamah
Konstitusi.
”Kenyataannya, Mahkamah
Konstitusi tidak dapat sepenuhnya bebas
dari politik karena Mahkamah Konstitusi
akan berjalan dalam situasi politik.
Selanjutnya, sejalan dengan demokrasi
deliberatif, Mahkamah Konstitusi
harus responsif terhadap publik untuk
mempertahankan prinsip kedaulatan
rakyat. Oleh karena itu, Mahkamah
HUMAS MK

Konstitusi dapat menjalankan proses


Guru Besar Fakultas Hukum UMS Aidul Fitriaciada Azhari menjadi narasumber di Short Course
peradilan berdasarkan prinsip autopoiesis
International.

Nomor 140 • Oktober 2018


21
LIPUTAN KHAS

2019, Indonesia akan menggelar Pemilu


Presiden dan Pemilu Legislatif secara
serentak untuk pertama kalinya. Jumlah
pemilih yang terdaftar untuk Pemilu 2019
berjumlah 195,6 juta. 
Sementara Sekjen MK M.
Guntur Hamzah dalam laporannya,
menyampaikan bahwa makalah-makalah
terbaik dari kegiatan ini akan diterbitkan
dalam jurnal Constitutional Review, baik
dalam bentuk cetak maupun online.
“Artinya, tulisan anda akan dibaca oleh
audiens yang lebih luas, tidak saja
para akademisi dari mancanegara,
namun juga para hakim konstitusi, baik
di Indonesia maupun negara-negara

HUMAS MK
Asia serta kawasan-kawasan lainnya.
Karena Mahkamah Konstitusi mempunyai
Ketua MK periode 2013-2015 Hamdan Zoelva menjadi narasumber di Short Course International.
jejaring kerjasama yang erat dengan
berbagai negara dunia yang juga memiliki
didominasi oleh partisan atau anggota mengakselerasi terpenuhinya hak-hak
Mahkamah Konstitusi,” jelas Guntur.
partai politik tertentu. Oleh karena konstitusional warga negara. 
Mengangkat tema “Constitutional
itu, komposisi hakim konstitusi harus Saldi juga menyampaikan bahwa
Court and Constitutionalism in Political
mencerminkan berbagai kelompok atau sistem ketatanegaraan Indonesia
Dynamics”, Call for Papers ini diikuti oleh
aliran yang ada dalam masyarakat dan telah berkembang sangat pesat pasca
20 peserta yang berasal dari berbagai
tidak hanya diduduki atau satu kelompok terjadinya reformasi konstitusi sejak
negara, diantaranya Indonesia, Australia,
tertentu. 1999 hingga 2002. Saat ini, Indonesia
Kolombia, Perancis, Jepang, Kirgizstan,
tengah memasuki fase konsolidasi
Korea, Macedonia dan Malaysia.
Call for Papers demokrasi. Dalam praktik berdemokrasi,
Salah satu peserta Kim Jin Wook
Dihari yang sama, serangkaian Indonesia menjadi negara dengan sistem
dari Mahkamah Konstitusi Korea Selatan,
kegiatan ICCIS 2018 juga berlangsung kepemiluan yang sangat kompleks. Pada
kegiatan Paper Presentation (Call for
Papers).  Hakim Konstitusi Saldi Isra
membuka secara resmi kegiatan ilmiah
Paper Presentation (Call for Papers) yang
digelar pada Selasa (2/10). Dalam
sambutannya, Saldi menyampaikan
harapannya kepada para pembicara
terpilih yang terdiri dari para pakar,
peneliti senior, hingga akademisi junior,
baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri akan terjadi transfer
of knowledge and experience di antara para
pembicara dan peserta pada kegiatan ini. 
Selain itu, Saldi menekankan bahwa
perkembangan hukum, politik, dan
demokrasi di Indonesia dalam satu
dasawarsa terakhir telah banyak menjadi
HUMAS MK

objek kajian dan penelitian yang menarik.


Kehadiran Mahkamah Konstitusi turut Sekjen MK M. Guntur Hamzah, Hakim Konstitusi Saldi Isra dan I Dewa Gede Palguna membuka
kegiatan Call for Papers.

22 Nomor 140 • Oktober 2018


dalam makalahnya yang berjudul
“Korean Constitutional Court and
Constitutionalism in Political Dynamics-
Focusing on Presidential Impeachment”,
menyatakan bahwa   MK Korea Selatan,
yang seharusnya menjadi Gerakan
Demokrasi Juni pada tahun 1987, telah
mengubah konstitusionalisme Korea.
Dua kasus pemakzulan baru-baru ini
diputuskan pada 2004 terhadap Presiden
Roh dan terhadap Presiden Park pada
2017 lalu.

Kuliah Umum UGM dan UII


Mahkamah Konstitusi mengundang
Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi

HUMAS MK
Republik Turki untuk menyampaikan
materi dalam  general lecture  (kuliah
Salah satu peserta Call for Paper Kim Jin Wook dari Mahkamah Konstitusi Korea Selatan.
umum) bertajuk “Constitutional Court and
the Protection of Citizens Constitutional
Rights”  (Mahkamah Konstitusi dan
Perlindungan terhadap Hak Konstitusional dosen pengajar hukum tata negara Mahkamah Konstitusi memiliki kode
Warga Negara) yang dilangsungkan di di FH UGM sebelum dilantik menjadi etik profesi hakim konstitusi seperti
Fakultas Hukum Universitas Gadjah hakim konstitusi menggantikan Maria di Indonesia. “Mahkamah Konstitusi
Mada, Yogyakarta, pada Selasa (2/10). Farida Indrati pada 13 Agustus 2018 Republik Turki tidak ada kode etik,” ungkap
Pada kegiatan tersebut, sekitar lalu. Pada kesempatan tersebut, Enny Enny. Dalam sesi tanya jawab, salah
150 orang mahasiswa berkesempatan Nurbaningsih menyoroti keberadaan seorang mahasiswa mengungkapkan
mempelajari mengenai Mahkamah Dewan Etik MK yang dinilainya baik. Ia apresiasinya atas kinerja Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia dan mengungkapkan bahwa tidak semua dalam menangani perkara perselisihan
Mahkamah Konstitusi Republik Turki.
Andi Sandi selaku moderator dalam kuliah
umum tersebut telah mengungkapkan
bahwa Mahkamah Konstitusi RI dan
Mahkamah Konstitusi Republik Turki
memiliki kesamaan sekaligus perbedaan.
Terkait hal tersebut, Engin Yildirim
mengungkapkan bahwa terdapat 17
(tujuh belas) hakim konstitusi di Turki.
Jumlah tersebut jelas berbeda secara
signifikan dengan Indonesia yang hanya
memiliki 9 (sembilan) hakim konstitusi.
Yildirim juga mengungkapkan bahwa
hakim konstitusi di Turki tidak dipilih
oleh Presiden, Mahkamah Agung, atau
Dewan Perwakilan Rakyat seperti yang
dipraktikkan di Indonesia.
HUMAS MK

Kuliah umum yang diselenggarakan


oleh Fakultas Hukum Universitas Gadjah Hakim Konstitusi Enny Nurbaningsih dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Turki
memberikan Kuliah Umum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mada ini juga diisi oleh Hakim Konstitusi
Enny Nurbaningsih yang merupakan

Nomor 140 • Oktober 2018


23
LIPUTAN KHAS

HUMAS MK
Wakil Ketua MK Aswanto dan Hakim Mahkamah Persekutuan Malaysia Tan Sri Zainun binti Ali memberikan Kuliah Umum di Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.

pilkada. Menanggapi hal tersebut, Enny tersebut oleh pemohon dianggap Di akhir paparannya, Aswanto
mengungkapkan bahwa akan lebih dirugikan oleh berlakunya Undang- tegaskan mengenai Mahkamah Konstitusi
baik bagi Mahkamah untuk fokus pada Undang yang dimohonkan pengujian, yang mengadili pada tingkat pertama dan
kewenangan utamanya, yaitu melakukan kerugian konstitusional tersebut harus terakhir serta putusannya bersifat final.
uji undang-undang terhadap Undang- bersifat spesifik (khusus) dan aktual Selain itu, putusan Mahkamah Konstitusi
Undang Dasar 1945 (judicial review). atau setidak-tidaknya potensial yang memperoleh kekuatan hukum tetap sejak
Pada hari yang sama, MK juga menurut penalaran yang wajar dapat selesai diucapkan dalam sidang pleno
menyelenggarakan Kuliah Umum di dipastikan akan terjadi. terbuka untuk umum.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Aswanto melanjutkan adanya Sementara, Hakim Mahkamah
Kuliah umum ini menghadirkan Wakil hubungan sebab akibat (causal verband) Persekutuan Malaysia Tan Sri Zainun
Ketua MK Aswanto dan Hakim Mahkamah antara kerugian dimaksud dengan binti Ali menjelaskan Pasal 96 tahun
Persekutuan Malaysia Tan Sri Zainun berlakunya UU yang dimohonkan 1964 menetapkan bahwa banding harus
binti Ali. pengujian, Mahkamah Konstitusi juga berasal dari Pengadilan Banding ke
Dalam paparannya, Wakil memberikan kedudukan hukum kepada Pengadilan Federal. Prasyarat dasarnya,
Ketua MK Aswanto menjelaskan organisasi non-pemerintah yang peduli antara lain permohonan banding dapat
mengenai kewenangan dan tugas terhadap isu tertentu yang berkaitan dibuat atas putusan atau perintah
Mahkamah Konstitusi di hadapan 50 dengan berlakunya UU tertentu untuk Pengadilan Tinggi manapun, sehubungan
akademisi hingga mahasiswa. Aswanto mengajukan perkara ke Mahkamah dengan penyebab perdata atau masalah
memaparkan tentang lima syarat Konstitusi, serta pembayar pajak   juga yang diputuskan oleh Pengadilan Tinggi
timbulnya kerugian konstitusional, memiliki kewenangan mengajukan perkara dalam pelaksanaan yurisdiksi yang
di antaranya adanya hak dan/atau di Mahkamah Konstitusi. Timbulnya melibatkan pertanyaan tentang prinsip
kewenangan konstitusional Pemohon kedudukan hukum, dalam hal ini, akan umum yang diputuskan untuk pertama
yang diberikan oleh UUD 1945, hak dilihat dari keterkaitan antara pembayaran kalinya, kedua yakni dari keputusan apa
dan/atau kewenangan konstitusional pajak dengan ketentuan yang diuji. pun mengenai efek ketentuan Konstitusi

24 Nomor 140 • Oktober 2018


termasuk validitas dari setiap undang-
undang tertulis yang berkaitan dengan
ketentuan tersebut.
Lebih lanjut, Yurisdiksi Penasehat
Pengadilan Federal dapat memberikan
pendapatnya tentang setiap pertanyaan
yang muncul yang telah disebut oleh Yang
di-Pertuan Agong, mengenai pengaruh
ketentuan Konstitusi. Selanjutnya,
Pengadilan Federal akan menyatakan di
pengadilan terbuka pendapatnya tentang
pertanyaan yang dirujuk kepadanya

ICCIS 2018 Ditutup


Kegiatan acara ICCIS 2018 resmi
ditutup dengan penyelenggaraan Farewell

HUMAS MK
Dinner Internasional Symposium and
Short Course ICCIS 2018 di Candi Ratu
Boko, Yogyakarta (4/10). Sekjen MK M. Kabiro Humas dan Protokol Rubiyo, Kabag Hukum Kerjasama Luar Negeri Sri Handayani menjadi
pembicara saat Short Course International.
Guntur Hamzah yang menutup acara
tersebut menegaskan bahwa meski acara
acara International Symposium telah berakhir,
para peserta diharapkan dapat terus saling
berkomunikasi dan berbagi informasi
yang relevan. “Jadikanlah Simposium
Internasional ini untuk memperluas jaringan
lintas negara,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan salah
satu wujud komitmen Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia untuk terus
mengembangkan  judicial dialogue  dan
diskursus keilmuan di bidang hukum
dan konstitusi, baik antara Mahkamah
Konstitusi Indonesia dengan Mahkamah
Konstitusi dari negara lain maupun antara
Mahkamah Konstitusi Indonesia dengan
para akademisi dan peneliti dari berbagai
kawasan dunia. HUMAS MK

Guntur menjelaskan, MKRI selaku


Sekretariat Perencanaan dan Koordinasi
Perwakilan peserta ICCIS 2018 Pitaksin Sivaroot dari Mahkamah Konstitusi Thailand memberikan
dari Association of Asian Constitutional kesan dan pesan atas terselenggaranya acara ini.
Court and Equivalent (AACC), berupaya
membina hubungan dan komunikasi yang yang berkedudukan di Venice, Italia. yang ada di seluruh negara peserta ICCIS
baik di antara 16 (enam belas) negara Perwakilan peserta ICCIS 2018 2018.
anggotanya di kawasan Asia. Tanggung Pitaksin Sivaroot dari Mahkamah Di hari terakhir (4/10), para peserta
jawab ini juga melekat karena MKRI saat Konstitusi Thailand mengapresiasi ICCIS mengikuti cultural program yang diisi
ini menjadi satu-satunya wakil negara atas acara ini. Ia menganggap acara dengen kunjungan ke beberapa tempat,
dari Asia sebagai Anggota dari the Bureau tersebut sangat bagus dan merupakan di antaranya Keraton Yogyakarta, Istana
of the World Conference on Constitutional pengalaman yang baru baginya karena Air Taman Sari, serta Candi Ratu Boko.
Justice  (WCCJ) dari Venice Commission ia dapat berdiskusi mengenai konstitusi BAYU WICAKSONO/LULU ANJARSARI

Nomor 140 • Oktober 2018


25
Pertemuan langka Ketua MKRI periode 2003-2008 Jimly Asshiddiqie, Ketua MKRI periode 2008-2013 Mahfud MD, Ketua MKRI periode 2013-2018 Arief
Hidayat dan Ketua MKRI Anwar Usman.

Keakraban peserta Call for Paper Dewi Nurul Savitri dari Indonesia dan Ketua MK Anwar Usman berpidato saat pembukaan ICCIS 2018.
Juan Sebastian Villamil Rodriguez dari Kolombia.

26 Nomor 140 • Oktober 2018


Salah satu peserta Invited Speaker Theunis Roux Profesor Hukum dari Tarian Beksan Menak Rengganis Widaninggar sebagai bentuk
Universitas New South Wales. penyambutan rombongan MK .

Peserta Call for Paper Stojadinovic Sonja dari Rusia. Ketua MKRI Anwar Usman didampingi istri berbincang dengan Sri Sultan
Hamengku Buwono X di Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta.

Pemberian sertifikat kepada delegasi Syed Fadhil Hanafi Syed A Rahman Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan cinderamata kepada
dari Malaysia. Ketua MK Anwar Usman.

Nomor 140 • Oktober 2018


27
LAPORAN
KILAS PERKARA
UTAMA

PESANGON KURANG BAYAR, UU


KETENAGAKERJAAN DIUJI
KETUA Forum Perjuangan Pensiunan BNI Martinus Nuroso melakukan
pengujian aturan pembayaran uang pesangon sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) ke Mahkamah Konstitusi, Rabu
(5/9).
Permohonan yang teregistrasi dengan Nomor 68/PUU-XVI/2018
menyampaikan bahwa Pasal 167 ayat (3) UU Ketenagakerjaan
bertentangan dengan norma batang tubuhnya
Kerugian yang dialami oleh Pemohon bermula sejak 2013,
gugatan Pemohon dengan alasan aturan pesangon telah diatur dalam
yakni adanya kekurangan bayar uang pesangon pekerja yang di-PHK
pasal a quo.
karena memasuki usia pensiun. Sehubungan dengan hal tersebut,
“Antara batang tubuh dan pasalnya tidak sinkron. Dan ini
Pemohon telah melakukan pertemuan dengan berbagai pihak untuk
ditafsirkan sepihak pleh pihak Bank. Begitu kami pensiun 2010 dan
memperjuangkan haknya termasuk mengajukan gugatan ke Pengadilan
pada 2012 baru dibayarkan. Rumus penghitungannya dipenggal.
Hubungan Industrial.
Sehingga nominal yang dibayarkan berkurang. Akibatnya, iuran
Akan tetapi, Keputusan Pengadilan Hubungan Industrial Nomor
pensiunan itu jadi beban pekerja,” jelas Martinus. (Sri Pujianti/LA)
68/PHI.G/2014/PN.JK.PST tanggal 11 September 2014 menolak

BACALEG UJI UU PEMILU


MAHKAMAH Konstitusi (MK) menggelar sidang perdana uji materiil
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu)
pada Rabu (5/9). Permohonan Perkara Nomor 67/PUU-XVI/2018 ini
diajukan Anggota Partai Golongan Karya Dorel Amir.
Pemohon telah mendaftarkan diri sebagai bakal caleg (bacaleg)
Anggota DPR di daerah pemilihan Sumatera Barat II melalui Partai
Golkar. Pemohon merasa  dirugikan dengan diberlakukannya Pasal 240
ayat (1) huruf n UU Pemilu terkait tidak adanya pengaturan mengenai
batasan waktu keanggotaan bagi anggota partai politik untuk menjadi
bacaleg.
Sebagai anggota biasa di Partai Golkar, Pemohon tak serta
DINILAI ULUR WAKTU SIDANG PN, merta bisa menyusun persyaratan rekrutmen bacaleg di parpol yaitu
mengenai persyaratan bacaleg yang harus sekurang-kurangnya harus
ATURAN PRAPERADILAN DIGUGAT menjadi anggota partai dalam batasan waktu tertentu. Sepanjang
UNDANG-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara sepengetahuan Pemohon, di Partai Golkar tidak ada keanggotaan baru
Pidana  (KUHAP) kembali diuji di Mahkamah Konstitusi (MK), Rabu yang dibuka pada saat menjelang pendaftaran caleg.
(5/9). Perkara dimohonkan Minola Sebayang selaku Ketua Umum Pemohon mengamati banyak bacaleg yang sesungguhnya bukan
Asosiasi Advokat Muda Seluruh Indonesia (AAMSI) dan Herwanto kader dari partai tersebut yang didaftar sebagai bacaleg. Pemohon
selaku Sekretaris Jenderal AAMSI. Pemohon melakukan uji materiil menduga caleg ini direkrut sebagai bacaleg karena memiliki modal
terhadap pasal 82 ayat (1) huruf c dan huruf d KUHAP. lain selain kualitas dan pemahaman pendidikan politik. Karena itulah,
Herwanto yang hadir dalam persidangan mengatakan Pemohon melakukan pengujian materiil Pasal 240 ayat (1) huruf n UU
penundaan sidang praperadilan sering digunakan sebagai upaya Pemilu yang menyebutkan “Bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi,
mengulur-ulur waktu agar suatu perkara di pengadilan negeri dapat dan DPRD kabupaten/kotaadalah Warga Negara Indonesia dan harus
mulai disidangkan. Dengan demikian, maka sidang atas permintaan memenuhi persyaratan: a. ....... b. ...... c. .......n. Menjadi anggota Partai
praperadilan menjadi gugur. Politik Peserta Pemilu”. (Nano Tresna Arfana/LA)
Selain itu, dia mengatakan, proses praperadilan yang dinyatakan
gugur pada saat dimulainya sidang pertama pemeriksaaan perkara
sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 82 ayat (1) huruf d
KUHAP,  sesungguhnya bukanlah disebabkan oleh kealpaan dari
pemohon praperadilan itu sendiri, melainkan disebabkan dari alpanya
pengaturan mengenai berapa lama batas waktu dimulainya sidang
pertama praperadilan, yang dapat mengakibatkan dalam prosesnya
menjadi berlangsung lama. Sehingga, pasal a quo menjadi norma yang
muatannya tidak pasti dan tidak adil, karena seseorang yang tidak
melakukan kealpaan harus menanggung konsekuensi ketidakpastian
hukum dalam proses praperadilan yang masih berjalan dinyatakan
gugur.    (Utami Argawati/LA)

28 Nomor 140 • Oktober 2018


LAPORAN UTAMA KILAS PERKARA

Pemohon menilai aturan sumber dana kampanye sebagaimana


tercantum dalam Pasal 326 UU Pemilu berpotensi merugikan hak
konstitusionalnya. Pasal 326 UU Pemilu menyatakan, “Dana kampanye
yang berasal dari pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
325 ayat (2) huruf c berupa sumbangan, yang sah menurut hukum
dan bersifat tidak mengikat dan dapat berasal dari perseorangan,
kelompok, perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah”.
Ketentuan tersebut, menurut Pemohon, merugikan karena
tidak mengatur mengenai batasan pemberian dana kampanye untuk
pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang berasal dari salah seorang
atau pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden maupun partai
politik.  Sebagai peserta pemilu, pasangan calon presiden dan wakil
ATURAN DANA KAMPANYE PILPRES presiden ataupun partai politik diberi hak menerima sumbangan dana
DIGUGAT kampanye yang tidak mengikat perorangan dan tidak boleh melebihi
2,5 miliar rupiah atau yang berasal dari  kelompok, perusahaan, dan/
UNDANG-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU atau badan usaha nonpemerintah yang tidak boleh melebihi 25 miliar
Pemilu) kembali diuji secara materiil ke Mahkamah Konstitusi pada rupiah. Akan tetapi, UU Pemilu tidak mengatur  mengenai batasan
Kamis (6/9). Perkara Nomor 71/PUU-XVI/2018 diajukan Dorel Almir, pemberian dana kampanye untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Abda Khair Mufti, dan Muhammad Hafidz. yang bersangkutan maupun dari parpol. (Sri Pujianti/LA)

LPJK ACEH UJI UU JASA KONSTRUKSI


SIDANG pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi (UU Jasa Konstruksi) digelar Mahkamah Konstitusi (MK),
Kamis (6/9). Permohonan teregistrasi dengan nomor perkara 70/
PUU-XVI/2018 diajukan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) Aceh dan Azhari A. Gani selaku pengurus LPJK Aceh.
Pemohon menguji tujuh pasal dalam UU UU Jasa Konstruksi,
di antaranya Pasal 30 ayat (2), ayat (4), ayat (5) yang menyebutkan,
(2) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh
Menteri. (4) Untuk mendapatkan sertifikat badan usaha sebagaimana LAGI, ATURAN PKWT DALAM UU
dimaksud pada ayat (1), badan usaha jasa konstruksi mengajukan
permohonan kepada Menteri melalui lembaga sertifikasi badan usaha
KETENAGAKERJAAN DIUJI
yang dibentuk oleh asosiasi badan usaha terakreditasi. (5) Akreditasi UNDANG-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan oleh Menteri kepada Ketenagakerjaan) kembali diuji secara materiil ke Mahkamah Konstitusi,
asosiasi badan usaha yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan Kamis (13/9). Sidang perkara yang teregistrasi Nomor 72/PUU-XVI/2018
sebaran anggota; b. pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan
dimohonkan Abdul Hakim selaku perseorangan warga negara Indonesia
pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat
dan daerah; dan e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berprofesi sebagai karyawan PT Internusa Food.
peraturan perundangan-undangan. Tanpa didampingi kuasa hukum, Abdul menyampaikan bahwa
“Dengan adanya ketentuan Pasal 30 ayat (2), ayat (4), Pasal 59 ayat (7) UU Ketenagakerjaan berpotensi merugian hak
dan ayat (5) UU 2/2017, Menteri mengambil hak konstitusional konstitusionalnya.
Pemohon I sampai dengan Pemohon XLVII yang selama ini telah Pemohon merasa dirugikan dengan diberlakukannya pasal a
menyelenggarakan sertifikasi badan usaha jasa konstruksi secara quo karena sejak bekerja pertama kali tanggal 6 Maret 2012, Pemohon
profesional, transparan, dan akuntabel. Dengan demikian, terjadi diikat oleh PT. Internusa Food dengan perikatan perjanjian kerja untuk
sentralisasi dan birokratisasi penyelenggaraan registrasi dan waktu tertentu, yang telah dilakukan perpanjangan sebanyak 11
sertifiksasi badan usaha jasa konstruksi,” ujar Andi Muhammad Asrun kali. Pemohon telah mengupayakan perubahan statusnya menjadi
selaku Kuasa Hukum Pemohon. (Sri Pujianti/LA)
perjanjian kerja waktu tidak tertentu melalui Putusan Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 6/
Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Jkt.Pst bertanggal 12 Juli 2018 (Putusan PHI).
Putusan PHI itu menyatakan bahwa status hubungan kerja
Pemohon yang diikat dengan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)
oleh PT Internusa Food, telah dinyatakan beralih menjadi perjanjian
kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Akan tetapi, Putusan PHI tersebut
berakibat PT Internusa Food melakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK) atas Pemohon secara sepihak sejak 28 Juli 2017 dengan alasan
perjanjian PKWT telah berakhir. Namun, sambung Abdul, hal tersebut
harus diikuti dengan pembayaran kompensasi berupa uang pesangon
senilai lebih kurang Rp54 juta dan upah selama proses PHK sebesar
lebih kurang Rp13 juta. (Sri Pujianti/LA)

Nomor 140 • Oktober 2018


29
LAPORAN
KILAS PERKARA
UTAMA

AKTIVIS HMI PERSOALKAN


KETIDAKJELASAN DEFINISI TERORISME
AKTIVIS Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengajukan uji materiil
terkait definisi dan motif terorisme sebagaimana tercantum dalam
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (UU Terorisme). Sidang
perdana perkara Nomor 73/PUU-XVI/2018 digelar Kamis (13/9).
Faisal Alhaq Harahap dan Muhammad Raditio Jati Utomo selaku
Pemohon merasa dirugikan dengan berlakunya Pasal 1 angka 2 UU
Terorisme. Dia menyatakan definisi terorisme sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1 ayat (2) khususnya frasa “dengan motif ideologi, terorisme. Selain itu, lanjutnya, Islam dapat dengan mudah
politik, atau gangguan keamanan” dapat menjadi alat bagi pemegang dikriminalisasi bila suatu saat nanti rezim pemerintah berkuasa
kekuasaan atau rezim untuk melakukan kriminalisasi. Ia melanjutkan tidak menyukai pandangan Islam. Dirinya juga memandang pasal a
frasa tersebut dapat digunakan untuk memberangus dan mendakwa quo mempersempit upaya pemberantasan terorisme, sebab motif
suatu gerakan yang sebenarnya tidak termasuk gerakan terorisme. seseorang melakukan tindakan terorisme tidak hanya terbatas kepada
Sementara Raditio yang hadir dalam sidang tersebut, juga definisi motif yang ada di dalam UU a quo, namun bisa juga berbagai
menyebut pasal a quo dapat menciptakan stigma lslam mengajarkan motif lainnya. (Arif/LA)

DINILAI BERTENTANGAN DENGAN


PANCASILA, UU PARPOL DIGUGAT
MAHKAMAH Konstitusi (MK) menggelar sidang uji Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik (Parpol), pada Rabu (5/9)
di Ruang Sidang MK. Surya Kusmana, Siti Lidya Rahmi, dan Lilis Agus
Nuryati yang merupakan satu keluarga menjadi Pemohon perkara
yang teregistrasi dengan Nomor 69/PUU-XVI/2018 tersebut.
Dalam permohonannya, Pemohon menjelaskan bahwa UU
Parpol bertentangan dengan Pancasila yang menjadi dasar negara
sebagai representatif hukum perikatan kedaulatan Tuhan yang

MAHASISWA UJI ATURAN PENISTAAN rumusan dikutip dan dicantumkan pada Pembukaan UUD 1945. Selain
itu, UU Parpol  juga dinilai bertentangan dengan Pasal 29 ayat (1) dan
AGAMA Pasal 27 ayat (3) UUD 1945.
Lebih lanjut, Pemohon yang hadir tanpa didampingi kuasa
MAHKAMAH Konstitusi menggelar sidang perdana pengujian
hukum, menyebut implementasi UU a quo identik dengan meniadakan
Undang-Undang Nomor 1/PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan
hak konstitusional para Pemohon sebagai warga negara dan sebagai
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (UU Penodaan Agama)
generasi penerus bangsa. Pemohon pun mendalilkan Indonesia tidak
pada Rabu (19/9) di Ruang Sidang Panel MK. Para Pemohon yang
bernegara atas dasar hukum liberalisme kedaulatan rakyat, demokrasi
merupakan mahasiswa atas nama Zico Leonard Djagardo Simanjuntak
ataupun partai politik.
(Pemohon I) dan Aisyah Sharifa (Pemohon II) menyatakan Pasal 4 UU
“Untuk itu, meminta agar Mahkamah menyatakan UU Nomor
Penodaan Agama berpotensi merugikan hak konstitusionalnya.
2 Tahun 2011 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik
Dengan adanya pasal a quo, lanjut Zico, memungkinkan setiap
Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
orang yang menganut agama tertentu untuk menyalahkan agama
Indonesia Nomor 5189) bertentangan dengan UndangUndang Dasar
lain yang tidak dianggap benar olehnya. Padahal setiap agama
1945 dan tidak mempunyai kekuatan mengikat,” tegas Siti saat
pada dasarnya memang berbeda-beda dan setiap agama dianggap
membacakan petitum. (Arif/LA)
benar oleh pengikutnya masing-masing. “Dengan demikian, pasal a
quodapat digunakan orang-orang yang tidak mengerti agamanya
sendiri untuk menuduh orang lain melakukan penistaan agama,” ujar
Zico dalam perkara yang teregistrasi Nomor 76/PUU-XVI/2018.
Untuk itulah, dalam petitumnya, Pemohon meminta agar
Majelis Hakim Konstitusi menyatakan Pasal 4 Undang-Undang Nomor
1/PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/
atau Penodaan Agama bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, Pemohon meminta
agar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1/PNPS/Tahun 1965 tentang
Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama dinyatakan
tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dengan segala
akibat hukumnya. (Sri Pujianti/LA)

30 Nomor 140 • Oktober 2018


Nomor 140 • Oktober 2018
31
BINCANG-BINCANG

RECEP KAPLAN
JUDGE RAPPORTEUR MAHKAMAH KONSTITUSI TURKI
MK TURKI BERTUGAS MELINDUNGI HAK
DAN KEBEBASAN MASYARAKAT
Mahkamah Konstitusi Turki menjadi salah satu undangan pada acara Internasional yang
diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Indonesia, yakni The 2nd Indonesian Constitutional Court
International Symposium (ICCIS 2018) yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 1-4 Oktober 2018.
Majalah Konstitusi berkesempatan mewawancarai JR Mahkamah Konstitusi Turki, Recep Kaplan
tersebut. Berikut ini kutipan wawancara yang dilakukan di Hotel Tentrem, Yogyakarta dan telah
disesuaikan ke dalam bahasa Indonesia.
Bagaimana Sistem MK Turki dalam
melindungi hak konstitusional
warganya?
Mahkamah konstitusi dibentuk
untuk meletakkan prinsip supremasi
konstitusi ke dalam tindakan secara
efektif. Dengan kata lain, pengadilan
konstitusional dimaksudkan sebagai
lembaga yang diberdayakan untuk
mengawasi apakah peta kekuasaan
pemerintah dilanggar atau tidak, dengan
maksud tersebut yakni untuk melindungi
hak dan kebebasan konstitusional.
Merupakan tugas utama pengadilan
konstitusional untuk melindungi hak
dan kebebasan terhadap ancaman dan
berkontribusi terhadap pendalaman dan
penguatan masyarakat. Hak-hak dan
kebebasan ini, yang kami maksud untuk
melindungi, memiliki efek yang penting
untuk memastikan konsistensi damai
seluruh umat manusia. Sudah menjadi
tugas kita untuk menjunjung nilai-nilai
universal untuk menegakkan keadilan
konstitusional.

Mahkamah Konstitusi sendiri


merupakan organ yang memiliki
kekuasaan untuk membuat tinjauan
konstitusionalitas. Namun pengadilan
belum memberikan keputusan pada
setiap keputusan presiden. Partai-partai

32 Nomor 140 • Oktober 2018


oposisi telah membawa beberapa kasus untuk meningkatkan pengetahuan saya distribusi makalah dari para delegasi
di hadapan pengadilan dan diharapkan tentang Komparatif Hukum Konstitusi, atau pembicara dari simposium tersedia
dari pengadilan untuk memberikan terutama pada hubungan antara politik setidaknya satu hari sebelum program
penilaiannya pada kasus-kasus tersebut dan Mahkamah Konstitusi. Selain itu, saya melalui e-mail atau semacamnya akan
dalam waktu dekat. Mahkamah percaya bahwa semua program sangat sangat membantu untuk mengikuti
Konstitusi Turki, sebagai salah satu bermanfaat bagi saya dalam hal peluang presentasi yang jauh lebih efektif.
pengadilan konstitusi tertua di Eropa, untuk bertemu banyak kolega dari negara Memang sekretariat menyediakan
dapat diharapkan untuk menangani lain. Saya belum menemukan kesulitan salinannya dari makalah sebelum
tugas yang menarik dan menantang apa pun selama Program. Seluruh staf MK presentasi. Namun saya tidak punya
ini dengan cara yang efektif dengan Indonesia sangat membantu. Saya juga cukup waktu untuk melihatnya semua
bantuan hukum kasus yang luas dan menikmati program budaya dan terpukau dalam waktu yang singkat.
kapasitas kelembagaan. dengan situs-situs alam dan sejarah di
Yogyakarta. Apa yang ingin anda katakan kepada
Apa tujuan dibentuknya MK Turki? MK Indonesia atas penyelenggaraan
Apa harapan terdalam Anda untuk ICCIS 2018 ini?
Tujuan konstitusi untuk melindungi hak-
simposium internasional berikutnya? Saya ingin mengucapkan banyak
hak dasar dan untuk membatasi otoritas
negara, dengan penggabungan prinsip Sejauh yang saya lihat banyak terima kasih kepada Mahkamah
supremasi konstitusi. Seperti yang kita cendekiawan dan kolega menghadiri Konstitusi Indonesia atas undangan
semua tahu tujuan keadilan konstitusi program ini. Tetapi kecuali Turki, atau dan keramahtamahan mereka. Saya
adalah untuk menegakkan prinsip- yang sebagian berlokasi di Eropa, telah membawa harapan terbaik
prinsip supremasi konstitusi, supremasi saya tidak dapat melihat peserta dari Mahkamah Konstitusi Turki. Apa
hukum dan perlindungan hak asasi dari negara barat atau organisasi yang menyatukan kita semua yang
manusia. Mahkamah konstitusi atau internasional seperti Dewan Eropa. datang ke sini hari ini adalah komitmen
dewan tertinggi Turki beroperasi untuk Untuk menutupi hal tersebut jauh lebih kami terhadap gagasan keadilan
mewujudkan tujuan ini melalui berbagai efektif partisipasi kolega dari dunia konstitusional. Akhirnya, saya berharap
cara seperti tinjauan konstitusionalitas barat dan akan menjadi ide yang cukup simposium ini akan berbuah sukses.
yang konkrit serta pengaduan individual bagus. Sejak ide konstitusionalisme Saya ingin mengucapkan terima kasih
atau konstitusional. awalnya muncul di negara-negara barat sebelumnya kepada semua akademisi
dan mereka memiliki pengalaman luas dan anggota lembaga peradilan yang
dalam masalah hukum konstitusional, berkontribusi pada simposium ini dan
Apa yang telah Anda pelajari dari
kehadiran mereka dalam program presentasi mereka semua sungguh
semua kegiatan (simposium, kursus
semacam ini akan berkontribusi lebih menjadi informasi yang penting bagi
singkat, budaya program, bahkan
besar untuk mencapai tujuan program saya pribadi.
waktu pribadi) yang telah Anda ikuti
yang lebih baik. Terlepas dari itu, jika
selama ini? BAYU WICAKSONO

Untuk mengekspresikan kesenangan


saya ketika berada di sini merupakan
kehormatan besar bagi saya untuk
berpartisipasi dalam semua program ini
dan untuk menjadi bagian dari komunitas
ini yang terdiri dari rekan-rekan saya
yang terhormat. Menurut saya, semua
program dari semua aspek, baik akademik
dan sosial sangat baik dan terorganisir.
Segala sesuatu termasuk semua detail
telah ditangani dengan sangat efektif.
Presentasi dan diskusi yang dilakukan
di seluruh simposium maupun kursus
singkat sangat bermanfaat. Terima kasih
karena saya telah menikmati kesempatan

Nomor 140 • Oktober 2018


33
CATATAN PERKARA

Putusan Pengujian Undang-Undang


Sepanjang Oktober 2018
No Nomor Putusan Pokok Perkara Pemohon Putusan Tanggal
Putusan
1 60/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Partai Persatuan Indonesia Ketetapan 25 Oktober
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Partai PERINDO) penarikan 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara permohonan
Republik Indonesia Tahun 1945
2 49/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 7 1. Muhammad Busyro Tolak 25 Oktober
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Muqoddas 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara 2. Muhammad Chatib
Republik Indonesia Tahun 1945 Basri
3. Faisal Batubara
4. Hadar Nafis Gumay
5. Bambang Widjojanto
6. Rocky Gerung
7. Robertus Robet
8. Angga Dwimas
9. Feri Amsari
10. Hasan
11. Pengurus
Pusat Pemuda
Muhammadiyah
12. Perkumpulan Untuk
Pemilu Dan Demokrasi
(PERLUDEM)
3 50/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Nugroho Prasetyo Tidak dapat 25 Oktober
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum diterima 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
4 54/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 7 1. Effendi Gazali, Ph.D., Tolak 25 Oktober
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum M.P.S.ID., M.Si 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara 2. Reza Indragiri Amriel,
Republik Indonesia Tahun 1945 M.Crim (ForPsych)
3. Khoe Seng Seng
4. Usman
5 58/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Muhammad Dandy Tidak dapat 25 Oktober
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum diterima 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
6 61/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 7 1. Dr. Sri. Sudarjo, S.Pd., Tidak dapat 25 Oktober
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum M.Pd. diterima 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara 2. Dianul Hayezi, S.E.
Republik Indonesia Tahun 1945
7 51/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 40 Ferdinand Halomoan Tidak dapat 25 Oktober
Tahun 1999 tentang Pers terhadap Lumban Tobing SE diterima 2015
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
8 64/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 19 1. Muhammad Rahmani Tidak dapat 25 Oktober
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas 2. Marganti diterima 2015
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945

34 Nomor 140 • Oktober 2018


9 68/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Drs. Martinus Nuroso, M.M Tolak 25 Oktober
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
10 55/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 5 1. Zico Leonard Djagardo Tolak 30 Oktober
Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Simanjuntak 2015
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 2. William Aditya Sarana
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-
Undang terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
11 62/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 14 Sutrisno Nugroho Tidak dapat 30 Oktober
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung diterima 2015
dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasan Kehakiman
terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
12 65/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor Dr. H. La Ode Saafi, DAP & Tidak dapat 30 Oktober
16 Tahun 2001 tentang Yayasan E, M.Sc., H.Ec diterima 2015
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2001 Tentang Yayasan terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
13 66/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Asosiasi Advokat Muda Tolak 30 Oktober
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Seluruh Indonesia (AAMSI) 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
14 69/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 2 1. Surya Kusmana Tidak dapat 30 Oktober
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas 2. Siti Lidya Rahmi, diterima 2015
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 S.Kom.I
tentang Partai Politik terhadap Undang- 3. Lilis Agus Nuryati, S.S.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah


Sepanjang Oktober 2018
No Nomor Putusan Pokok Perkara Pemohon Putusan Tanggal Putusan

1 8/PHP.KOT-XVI/2018 Perselisihan Hasil Pemilihan Walikota H. Bamunas Tolak 31 Oktober 2015


Cirebon Tahun 2018 Setiawan Boediman,
M.B.A. dan Effendi Edo,
S.AP., M.Si.

Nomor 140 • Oktober 2018


35
IKHTISAR PUTUSAN

PERSYARATAN PEROLEHAN KURSI/SUARA SAH UNTUK


MENCALONKAN PRESIDEN/WAKIL PRESDIEN
LUTHFI WIDAGDO EDDYONO
Peneliti Mahkamah Konstitusi

Nomor Putusan 49/PUU-XVI/2018

Pemohon Muhammad Busyro Muqoddas, dkk.


Jenis Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Amar Putusan Menolak Permohonan para Pemohon untuk seluruhnya
Tanggal Putusan 25 Oktober 2018

P
emohon I sampai dengan dengan Pemohon X perihal pertentangan untuk bertindak di dalam dan di luar
Pemohon X mendalilkan Pasal 222 UU Pemilu dengan UUD 1945, pengadilan, sementara itu Pimpinan
dirinya sebagai perseorangan Pemohon I sampai dengan Pemohon X Pusat diwakili oleh Ketua Umum,
warga negara Indonesia. telah dengan jelas menguraikan secara in casu Dahnil Anzar Simanjuntak,
Dalam kedudukan demikian, Pemohon spesifik hak konstitusionalnya yang sehingga menurut Pemohon XI Dahnil
I sampai dengan Pemohon X meng­ menurut mereka dianggap dirugikan Anzar Simanjuntak berwenang mewakili
anggap hak konstitusionalnya sebagai oleh berlakunya Pasal 222 UU Pemilu di Pemohon XI untuk bertindak sebagai
perseorangan WNI dirugikan oleh mana kerugian dimaksud jelas hubungan Pemohon dalam Permohonan a quo.
berlakunya norma Pasal 222 UU Pemilu kausalnya dengan norma undang- Dengan mempertimbangkan
a quo, khususnya frasa “yang memenuhi undang yang dimohonkan pengujian (in aktivitas Pemohon XI dan ketentuan
persyaratan perolehan kursi paling sedikit casu Pasal 222 UU Pemilu) dan telah dalam Anggaran Dasar Pemohon XI
20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi jelas pula bahwa apabila Permohonan serta kenyataan bahwa Pemohon XI
DPR atau memperoleh 25% (dua puluh a quo dikabulkan maka kerugian hak sebelumnya telah pernah diterima
limar persen) dari suara sah secara konstitusional dimaksud tidak akan kedudukan hukumnya sebagai Pemohon
nasional pada Pemilu anggota DPR atau tidak lagi terjadi. Oleh karena dalam pengujian undang-undang di
sebelumnya.,” sedangkan Pemohon XI, itu Mahkamah berpendapat bahwa Mahkamah Konstitusi dalam status
Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Pemohon I sampai dengan Pemohon yang sama, Mahkamah berpendapat
mendalilkan dirinya sebagai badan hukum X memiliki kedudukan hukum untuk Pemohon XI memiliki kedudukan hukum
publik dan Pemohon XII, PERLUDEM, bertindak sebagai Pemohon dalam untuk bertindak sebagai Pemohon
mendalil­kan dirinya sebagai organisasi Permohonan a quo. dalam Permohonan a quo;
non-pemerintah yang kegiatannya Pemohon XI, Pengurus Pusat ‘Pemohon XII, PERLUDEM,
mendorong pelaksanaan Pemilu yang Pemuda Muhammadiyah, mendalilkan mendalilkan dirinya sebagai organisasi
demokratis dengan menggunakan dirinya sebagai badan hukum publik. non-pemerintah yang kegiatannya
lembaganya sebagai sarana untuk Pemohon XI mendalilkan bahwa sebagai mendorong pelaksanaan Pemilu yang
meng­ ikutsertakan sebanyak mungkin organisasi non-pemerintah, sejak demokratis dengan menggunakan
anggota masyarakat dalam mewujudkan didirikan sampai saat ini aktif dan terus- lembaganya sebagai sarana untuk
Pemilu yang demokratis di Indonesia. menerus melakukan kegiatan di bidang mengikutsertakan sebanyak mungkin
Oeh karena permohonan para Pemohon keagamaan, kemanusiaan, kepemiluan, anggota masyarakat dalam mewujudkan
adalah permohonan untuk menguji advokasi kebijakan pemerintahan dalam Pemilu yang demokratis di Indonesia,
konstitusionalitas norma Undang- konteks berbangsa dan bernegara sebagaimana tercermin dalam Anggaran
Undang, in casu Pasal 222 UU melalui gerakan jihad konstitusi dengan Dasar Pemohon XII (Vide Bukti P-24).
Pemilu terhadap UUD 1945, maka mengajukan permohonan uji materi Pemohon XII dalam hal ini diwakili oleh
Mahkamah berwenang untuk mengadili berbagai undang-undang. Berdasarkan Titi Anggraini selaku Direktur Eksekutif
Permohonan a quo. Pasal 7 angka 1 huruf e Anggaran Dasar PERLUDEM yang berdasarkan Pasal
Terlepas dari terbukti atau tidak Pemohon XI, Pengurus Pusat Pemuda 16 angka 5 Akta Pendirian PERLUDEM,
terbuktinya dalil Pemohon I sampai Muhamaddiyah mewakili organisasi yang merupakan Anggaran Dasarnya,

36 Nomor 140 • Oktober 2018


berhak mewakili Pemohon XII di dalam Konstitusi Nomor 4/PUU-XI/2013, suara sah nasional dalam Pemilu
dan di luar pengadilan, bertindak untuk Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan atas nama pengurus tentang segala 14/PUU-XI/2013; Putusan Mahkamah sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden
hal dan dalam segala kejadian. Konstitusi Nomor 46/PUU-XI/2013; dan Wakil Presiden”, Mahkamah
Dengan mempertimbangkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor menolak permohonan Pemohon.
aktivitas Pemohon XII dan ketentuan 56/PUU-XI/2013; Putusan Mahkamah Bahwa dalam Putusan Mahkamah
dalam Anggaran Dasar Pemohon XII Konstitusi Nomor 108/PUU-XI/2013; Konstitusi Nomor 56/PUU-VI/2008 dalam
serta kenyataan bahwa PERLUDEM Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor pengujian terhadap sejumlah ketentuan
telah beberapa kali diterima kedudukan 49/PUU-XII/2014; Putusan Mahkamah dalam Undang-Undang Nomor 42
hukumnya sebagai Pemohon dalam Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017; Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
pengujian undang-undang di Mahkamah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Presiden dan Wakil Presiden yang tidak
Konstitusi, Mahkamah berpendapat 59/PUU-XV/2017; Putusan Mahkamah mengakomodasi calon perseorangan
Pemohon XII memiliki kedudukan hukum Konstitusi Nomor 70/PUU-XV/2017; untuk dapat diusulkan sebagai calon
untuk bertindak sebagai Pemohon dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor presiden dan wakil presiden, Mahkamah
Permohonan a quo; 71/PUU-XV/2017; Putusan Mahkamah menolak permohonan Pemohon.
Bahwa terhadap Permohonan Konstitusi Nomor 72/PUU-XV/2017, Bahwa dalam Putusan Mahkamah
a quo para Pemohon mengajukan maka dengan berdasar pada Pasal 54 Konstitusi Nomor 26/PUU-VII/2009
permohonan agar Mahkamah UU MK, Mahkamah tidak memandang yang substansinya juga memuat antara
menjatuhkan putusan provisi yang isinya perlu untuk mendengar pihak-pihak lain permohonan pengujian kembali
meminta kepada Mahkamah untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 norma Pasal 9 Undang-Undang Nomor
memprioritaskan pemeriksaan dan UU MK tersebut. Dengan pertimbangan 42 Tahun 2008, dalam pertimbangan
segera memutus permohonan pengujian yang sama, Mahkamah juga tidak hukumnya Mahkamah menegaskan
undang-undang ini, mengingat tahapan memandang perlu untuk mengabulkan kembali pertimbangan hukum Putusan
Pemilu 2019 sudah dimulai, dan permohonan sebagai Pihak Terkait Mahkamah Konstitusi Nomor 51-
mengingat pula pendaftaran capres akan Tidak Langsung yang diajukan oleh 52-59/PUU-VI/2008 dan kemudian
dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus Lembaga Keadilan Hukum Universitas menyatakan permohonan Pemohon
sampai dengan 10 Agustus 2018, Muhammadiyah Jakarta dalam tidak dapat diterima.
Mahkamah berpendapat bahwa di satu permohonannya yang bertanggal 25 Bahwa dalam Putusan 4/PUU-
pihak, mekanisme yang mengatur hal itu September 2018. XI/2013 yang memuat pertimbangan
telah tersedia sesuai dengan tahapan Setelah memeriksa secara terhadap permohonan pengujian
Pemilu 2019, khususnya mengenai saksama Permohonan a quo, seluruh kembali antara lain terhadap Pasal 9
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dalil para Pemohon bermuara pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008
dan di lain pihak tahapan pemeriksaan satu persoalan konstitusional apakah tentang Pemilihan Umum Presiden
permohonan a quo sesuai dengan ketentuan yang mempersyaratkan dan Wakil Presiden, Mahkamah
hukum acara yang berlaku juga tidak ambang batas perolehan suara partai menegaskan kembali pendiriannya yang
memungkinkan hal tersebut dikabulkan. politik atau gabungan partai politik telah dituangkan dalam putusan-putusan
Oleh karena itu Mahkamah berpendapat untuk dapat mengusulkan pasangan sebelumnya sehingga menyatakan
permohonan provisi para Pemohon tidak calon presiden dan wakil presiden permohonan Pemohon terhadap Pasal 9
beralasan menurut hukum. bertentangan dengan UUD 1945? Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008
Oleh karena pokok atau substansi Terhadap persoalan tersebut, sebelum yang menggunakan dasar pengujian
permohonan para Pemohon telah mempertimbangkan lebih jauh dalil- yang sama tidak dapat diterima.
jelas karena terhadap substansi yang dalil para Pemohon a quo, Mahkamah Sementara itu, permohonan Pemohon
terkait dengan Pemilu Presiden dan terlebih dahulu mempertimbangkan hal- terhadap Pasal yang sama yang
Wakil Presiden, termasuk di dalamnya hal sebagai berikut: menggunakan dasar pengujian yang
persoalan ambang batas perolehan suara Bahwa dalam Putusan Mahkamah berbeda, oleh Mahkamah dinyatakan
partai politik atau gabungan partai politik Konstitusi Nomor 51-52-59/PUU- ditolak. Dengan kata lain, melalui
untuk dapat mengusulkan pasangan VI/2008, dalam pengujian Pasal 9 putusan ini Mahkamah secara implisit
calon presiden dan wakil presiden, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 menegaskan kembali pendiriannya
Mahkamah telah berkali-kali menyatakan tentang Pemilihan Umum Presiden bahwa norma undang-undang yang
pendiriannya sebagaimana tertuang dan Wakil Presiden yang berbunyi, memuat persyaratan perolehan suara
dalam sejumlah Putusan Mahkamah “Pasangan calon diusulkan oleh Partai (kursi) partai politik atau gabungan
sejak tahun 2008, di antaranya Putusan Politik atau Gabungan Partai Politik partai politik untuk dapat mengusulkan
Mahkamah Konstitusi Nomor 51-52- yang memenuhi persyaratan perolehan pasangan calon presiden dan wakil
59/PUU-VI/2008; Putusan Mahkamah kursi paling sedikit 20% (dua puluh presiden dalam pemilihan umum adalah
Konstitusi Nomor 56/PUU-VI/2008; perseratus) dari jumlah kursi Dewan konstitusional.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Perwakilan Rakyat atau memperoleh Bahwa dalam Putusan 46/PUU-
26/PUU-VII/2009; Putusan Mahkamah 25% (dua puluh lima perseratus) dari XI/2013 yang antara lain memuat

Nomor 140 • Oktober 2018


37
IKHTISAR PUTUSAN

pertimbangan mengenai permohonan berkenaan dengan konstitusionalitas partai-partai pengusungnya,


pengujian kembali terhadap Pasal 9 Pasal 222 UU Pemilu, sekalipun misalnya melalui semacam
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 terdapat dua hakim konstitusi kontrak politik di antara mereka.
tentang Pemilihan Umum Presiden dan mempunyai pendapat berbeda (dalam Benar bahwa belum tentu partai-
Wakil Presiden, Mahkamah menolak hal ini Hakim Konstitusi Suhartoyo partai pendukung pasangan calon
permohanan Pemohon meskipun dan Hakim Konstitusi Saldi Isra), Presiden dan Wakil Presiden
menggunakan dasar pengujian yang Mahkamah telah secara komprehensif akan menguasai mayoritas kursi
berbeda. Dalam putusan ini, Mahkamah mempertimbangkan konstitusionalitas di DPR sehingga pada akhirnya
mengutip kembali pertimbangan Pasal 222 UU Pemilu dimaksud, tetap harus dilakukan kompromi-
hukumnya dalam Putusan Mahkamah termasuk menegaskan kembali kompromi politik dengan partai-
Konstitusi Nomor 56/PUU-VI/2008 pendiriannya sebagaimana tertuang partai peraih kursi di DPR, namun
yang artinya Mahkamah berpendapat dalam putusan-putusan sebelumnya, dengan cara demikian setidak-
tidak terdapat alasan untuk mengubah khususnya Putusan Mahkamah tidaknya kompromi-kompromi
pendiriannya. Konstitusi Nomor 51-52-59/PUU- politik yang dilakukan itu tidak
Bahwa dalam Putusan 108/PUU- VI/2008, sebelum tiba pada amar sampai mengorbankan hal-hal
XI/2013 antara lain memuat substansi putusan yang menolak permohonan fundamental dalam program-
permohonan pengujian kembali Pasal pemohon. Dalam pertimbangan hukum program pasangan calon
9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun putusan a quo, Mahkamah menyatakan, Presiden dan Wakil Presiden yang
2008, Mahkamah menyatakan menolak pada pokoknya antara lain: bersangkutan yang ditawarkan
permohonan ini meskipun diajukan “Menurut Mahkamah, rumusan kepada rakyat pemilih dalam
dengan menggunakan dasar pengujian ketentuan Pasal 222 UU Pemilu kampanyenya. Dengan demikian,
yang berbeda. Dalam pertimbangan adalah dilandasi oleh semangat fenomena lahirnya “sistem
hukum putusan ini, Mahkamah di samping demikian. Dengan sejak awal Presidensial rasa Parlementer”
mengutip kembali pertimbangan hukum diberlakukannya persyaratan dalam penyelenggaraan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor jumlah minimum perolehan suara pemerintahan dapat direduksi.
14/PUU-XI/2013, juga menegaskan partai politik atau gabungan partai Sementara itu, dalam konteks
dalam pertimbangan hukumnya. politik untuk dapat mengusulkan yang kedua, yaitu bahwa dengan
Bahwa dalam Putusan 49/PUU- pasangan calon Presiden dan memberlakukan persyaratan
XII/2014 yang antara lain juga memuat Wakil Presiden berarti sejak awal jumlah minimum perolehan suara
permohonan pengujian kembali Pasal 9 pula dua kondisi bagi hadirnya partai politik atau gabungan partai
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 penguatan sistem Presidensial politik untuk dapat mengusulkan
tentang Pemilihan Umum Presiden dan diharapkan terpenuhi, yaitu, pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden, Mahkamah menyatakan pertama, upaya pemenuhan Wakil Presiden akan mendorong
permohonan Pemohon tidak dapat kecukupan dukungan suara lahirnya penyederhanaan jumlah
diterima karena dianggap kabur. partai politik atau gabungan partai partai politik, penjelasannya adalah
Setelah Undang-Undang Nomor politik pendukung pasangan calon sebagai berikut: dengan sejak awal
42 Tahun 2008 tidak berlaku lagi dengan Presiden dan Wakil Presiden di partai-partai politik bergabung
diundangkannya Undang-Undang DPR dan, kedua, penyederhanaan dalam mengusulkan pasangan
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan jumlah partai politik. calon Presiden dan Wakil Presiden
Umum (UU Pemilu), ketentuan tentang Dalam konteks yang pertama, berarti sesungguhnya sejak awal
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan memberlakukan syarat pula telah terjadi pembicaraan
diatur dalam UU Pemilu a quo. Terhadap jumlah minimum perolehan ke arah penyamaan visi dan misi
ketentuan yang mengatur tentang suara bagi partai politik atau partai-partai politik bersangkutan
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, gabungan partai politik untuk yang bertolak dari platform masing-
in casu Pasal 222 UU Pemilu, yang dapat mengusulkan pasangan masing yang kemudian secara
juga menjadi objek permohonan a quo, calon Presiden dan Wakil Presiden simultan akan dirumuskan baik ke
juga telah beberapa kali dimohonkan maka sejak awal pasangan calon dalam program-program kampanye
pengujian sebagaimana tertuang dalam Presiden dan Wakil Presiden pasangan calon Presiden dan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor yang bersangkutan telah memiliki Wakil Presiden yang diusung
53/PUU-XV/2017, Putusan Mahkamah cukup gambaran atau estimasi maupun dalam program-program
Konstitusi Nomor 59/PUU-XV/2017, bukan saja perihal suara yang kampanye partai-partai pengusung
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor akan mendukungnya di DPR jika pasangan calon Presiden dan
70/PUU-XV/2017, Putusan Mahkamah terpilih tetapi juga tentang figur- Wakil Presiden tersebut yang akan
Konstitusi Nomor 71/PUU-XV/2017, dan figur yang akan mengisi personalia ditawarkan kepada rakyat pemilih.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor kabinetnya, yang tentunya sudah Dengan cara demikian, pada
72/PUU-XV/2017. dapat dibicarakan sejak sebelum saat pelaksanaan Pemilu, rakyat
Dalam Putusan Mahkamah pelaksanaan Pemilu melalui pemilih akan memiliki referensi
Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017, pembicaraan intensif dengan sekaligus preferensi yang sama

38 Nomor 140 • Oktober 2018


ketika memilih pasangan calon didesain dan karenanya dalam Mahkamah menyatakan adalah
Presiden dan Wakil Presiden dan kedua konteks itu pula seharusnya konstitusional dan dianggap sebagai
ketika memilih calon anggota diimplementasikan. Dengan kata bagian dari legal policy pembentuk
DPR dari partai-partai pengusung lain, Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 undang-undang. Dengan kata lain,
pasangan calon Presiden dan Wakil yang selengkapnya berbunyi, Mahkamah berpendirian bahwa
Presiden itu sebab Pemilu akan “Pasangan calon Presiden dan mendasarkan syarat perolehan suara
dilaksanakan secara serentak. Wakil Presiden diusulkan oleh (kursi) partai politik di DPR dengan
Artinya, rakyat pemilih telah sejak partai politik atau gabungan persentase tertentu untuk dapat
awal memiliki gambaran bahwa jika partai politik peserta pemilihan mengusulkan pasangan calon presiden
memilih pasangan calon Presiden umum sebelum pelaksanaan dan wakil presiden adalah konstitusional.
dan Wakil Presiden tertentu karena pemilihan umum” adalah norma Mahkamah berpendapat tidak
setuju dengan program-program Konstitusi yang memuat desain terdapat alasan mendasar yang
yang ditawarkannya maka secara konstitusional penguatan sistem menyebabkan Mahkamah harus
rasional juga harus memilih Presidensial dengan semangat, di mengubah pendiriannya. Sebab:
anggota DPR dari partai politik satu pihak, mendorong tercapainya Pertama, Putusan Mahkamah
yang akan mendukung tercapainya keparalelan perolehan suara Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017
program-program tersebut yang pasangan calon Presiden dan Wakil tersebut diucapkan pada tanggal 11
tidak lain adalah partai-partai Presiden dengan peroleh suara Januari 2018. Sementara itu, putusan
politik pengusung pasangan calon partai-partai politik pendukung Mahkamah mengenai konstitusionalitas
Presiden dan Wakil Presiden pasangan calon Presiden dan Pasal 222 UU Pemilu a quo didasarkan
tersebut. Pada perkembangan Wakil Presiden tersebut di DPR atas pertimbangan komprehensif yang
selanjutnya, apabila partai-partai serta, di pihak lain, mendorong bertolak dari hakikat sistem pemerintahan
politik yang bergabung dalam terwujudnya penyederhanaan presidensial menurut desain UUD
mengusung pasangan calon partai, di mana kedua hal itu 1945, bukan atas dasar pertimbangan-
Presiden dan Wakil Presiden merupakan penopang utama pertimbangan kasuistis yang bertolak
tersebut berhasil menjadikan bekerjanya sistem Presidensial dari peristiwa-peristiwa konkret. Dalam
pasangan calon Presiden dan dalam praktik penyelenggaraan rentang waktu yang hanya beberapa
Wakil Presiden yang diusungnya itu pemerintahan negara. Bahwa bulan tersebut tidak terjadi perubahan
terpilih menjadi Presiden dan Wakil dalam praktik hingga saat sistem ketatanegaraan menurut UUD
Presiden maka dengan sendirinya ini keadaan demikian belum 1945 yang dibuktikan dengan tidak
partai-partai politik tersebut menjadi terwujud, hal itu bukanlah berarti adanya perubahan undang-undang
partai-partai yang memerintah kelirunya desain konstitusional di sebagai pengaturan lebih lanjut sistem
(the ruling parties) yang secara atas melainkan terutama karena ketatanegaraan. Dengan demikian belum
logika politik telah berada dalam belum berjalannya fungsi-fungsi ada alasan mendasar bagi Mahkamah
satu kesatuan pandangan dalam partai politik sebagai instrumen untuk mengubah pendiriannya.
tujuan-tujuan politik yang hendak pendidikan dan komunikasi politik”. Kedua, oleh karena pendirian
dicapai atau diwujudkan. Pada titik Pendirian Mahkamah mengenai Mahkamah didasarkan atas
itu sesungguhnya secara etika dan konstitusionalitas Pasal 222 UU Pemilu pertimbangan komprehensif
praktik politik partai-partai politik sebagaimana dituangkan dalam yang bertolak dari hakikat sistem
tersebut telah bermetamorfosis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor pemerintahan presidensial menurut
menjadi satu partai politik besar 53/PUU-XV/2017 tersebut diulangi dan desain UUD 1945 maka pada dasarnya
sehingga dalam realitas politik ditegaskan kembali dalam Nomor 59/ seluruh argumentasi para Pemohon,
telah terwujud penyederhanaan PUU-XV/2017, Putusan Mahkamah meskipun didalilkan menggunakan dasar
jumlah partai politik kendatipun Konstitusi Nomor 70/PUU-XV/2017, pengujian yang berbeda, telah dengan
secara formal mereka tetap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor sendirinya dipertimbangkan dalam
memiliki identitas tertentu sebagai 71/PUU-XV/2017, dan Putusan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
pembeda namun hal itu tidak lagi Mahkamah Konstitusi Nomor 72/PUU- 53/PUU-XV/2017 tersebut: Berdasarkan
secara mendasar mempengaruhi XV/2017 yang memohonkan substansi seluruh pertimbangan di atas,
kerjasama mereka dalam yang sama sehingga permohonan Mahkamah berpendapat permohonan
pencapaian tujuan-tujuan mereka pemohon mengenai konstitusionalitas para Pemohon tidak beralasan menurut
yang tercemin dalam program- Pasal 222 UU Pemilu dalam putusan- hukum.
program dan kinerja pasangan putusan Mahkamah yang disebut Amar Putusan kemudian
Presiden dan Wakil Presiden terakhir dinyatakan tidak dapat diterima. menyatakan, “Mengadili, Dalam Provisi:
yang mereka usung bersama. Setelah membaca semua putusan Menolak Permohonan Provisi para
Sesungguhnya dalam kedua Mahkamah yang berkenaan langsung Pemohon; Dalam Pokok Permohonan:
konteks itulah frasa “sebelum dengan ketentuan ambang batas Menolak Permohonan para Pemohon
pelaksanaan pemilihan umum” pengajuan pasangan calon presiden untuk seluruhnya.
dalam Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 dan wakil presiden pada pokoknya

Nomor 140 • Oktober 2018


39
Ragam Tokoh

Habib Aboe Bakar Alhabsyi


MESKI SIBUK POLITIK,
KELUARGA PRIORITAS UTAMA

H
abib Aboe Bakar Alhabsyi, dengan sapaan
akrabnya Habib. Pria kelahiran Jakarta, 15
Oktober 1964 ini termasuk satu dari politisi
DPR yang pintar. Meski berlatar belakang
pendidikan ekonomi, namun tak menyurutkan niatnya dalam
menggeluti bidang hukum. Di jalur politik, ia memaknainya
sebagai upaya berdakwah, saat seperti bertugas di Komisi
Hukum, baginya menjadi komisi yang tepat dengan karakter
dirinya.
Selain sibuk di dunia politik, Ayah empat anak ini
juga cukup terampil dalam meluangkan waktu bersama
keluarganya. “Ya ngajak keluarga jalan, jalan dalam artian
mencari suasana lain atau kebersamaan karena jadwal saya
yang begitu padat begitu. Sehingga bertemu dengan anak dan
keluarga itu kita ajak makan bersama. Ya sambil kuliner lah,
jalan sama anak-anak, nginep dimana gitu,” ucapnya
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar
Al Habsyi mengakui memiliki hobi renang dan jalan santai
seminggu sekali. “memaksimalkan rutin juga untuk gerakin
badan aja, itu sudah mutlak kalau olahraga, kalau tidak
olahraga muka saya gak fresh,” akunya kepada redaksi Majalah
Konstitusi beberapa waktu silam.
BAYU WICAKSONO

40 Nomor 140 • Oktober 2018


LEA SIMANJUNTAK
LAGU “THE POWER OF LOVE”
MENGGELEGAR DI GALA DINNER
ICCIS 2018

P
enyanyi  Lea Simanjuntak  mendapat
kesempatan naik panggung di hadapan
tamu-tamu kenegaraan Internasional di
acara Internasional Mahkamah Konstitusi.
Penyanyi berdarah batak tersebut mengaku banyak
mendapat pujian saat tampil di Gala Dinner ICCIS
2018. Terlebih ia menyanyi bersama di antara Hakim
Konstitusi maupun Delegasi Simposium Internasional,
Short Course serta Call for Paper.
“Kesan dan pesannya saya sih bangga sekali ya
terpilih, kalau kesan-kesan saya selalu berpikir kalau
orang-orangnya bakal serius dan susah untuk diajak
semangat gitu, tapi ternyata mereka juga asik ketika
disodorin mic untuk nyanyi bareng,” ungkapnya saat
ditemui usai menyanyi di Gala Dinner Hotel Tentrem,
Yogyakarta, Senin (1/10).
Penampilan di acara Internasional tersebut
diakuinya sangat berbeda dari acara-acara sebelumnya
ketika ia menyanyi, karena menyanyi di acara
MK diakuinya sangat memberikan ruang untuk
mengekpresikan bernyanyi bersama penonton dan
mengeksplorasi suaranya.
Penyanyi yang lahir di Singapura tersebut
menjadi penampil yang memukau para delegasi dalam
acara Gala Dinner ICCIS 2018. Bukan main, senang
bercampur rasa deg-degan penyanyi bersuara sopran
ini kala menyanyi malam itu. Apalagi, Lea didaulat
melantunkan lagu  The Power of Love, Dibawah Sinar
Bulan Purnama, I have Nothing, We Are The World
hingga Meraih Bintang ost Asian Games 2018. Alhasil,
panggung dalam perhelatan berkelas itu menggelegar
dengan suara nada tinggi dan merdu si penyanyi
berciri khas Seriosa tersebut.
Uniknya, Lea yang didaulat sebagai perwakilan
penyanyi Tanah Air untuk penampil di hadapan
delegasi luar negeri tersebut, tetap menunjukkan
identitasnya sebagai anak bangsa, dengan
mengenakan kebaya.
BAYU WICAKSONO

Nomor 140 • Oktober 2018


41
42 Nomor 140 • Oktober 2018
TAHUKAH ANDA?

APLIKASI ANOTASI MK

A
plikasi anotasi merupakan
kumpulan undang-undang yang
pernah dibatalkan MK beserta
perubahan pasalnya.
Aplikasi ini dapat diakses melalui
laman website MK . Caranya dengan
mengklik tombol yang bertuliskan anotasi
pada bagian sebelah kanan laman
website. Setelah daftar anotasi muncul,
pengunjung web dapat mengklik link
judul anotasi . Dari sini, file anotasi
akan ditampilkan pada layar komputer
berikut di dalamnya terdapat link putusan
MK yang terkoneksi dengan putusan –
putusan MK yang berhubungan dengan
undang – undang (UU) yang sudah
diunggah ke laman website MK.
Setelah link putusan pada anotasi
diklik, maka akan muncul file putusan
MK yang berhubungan dengan undang
– undang tersebut yang telah diunggah
di laman website MK
Aplikasi ini diluncurkan Ketua MK
periode lalu, Arief Hidayat, Rabu (14/2)
Sekjen MK M. Guntur Hamzah Dikutip dari buku panduan tentang
di Jakarta bersamaan dengan aplikasi
menyatakan, Mahkamah Konstitusi aplikasi milik MK , pemanfaatan Teknologi
lain seperti SIMPEL, E-BRPK, e-Minutasi,
sebagai peradilan di jaman serba canggih Informasi Komunikasi (TIK) merupakan
tracking perkara,  Live Streaming, serta
dituntut untuk senantiasa berbenah diri salah satu upaya nyata untuk mewujudkan
Layanan Persidangan Jarak Jauh. Delapan
agar mengikuti tren kekinian. Terlebih lagi, administrasi lembaga peradilan yang
aplikasi yang ada berbasis pada Information
MK memiliki visi, “Mengawal Tegaknya modern dan terpercaya. Definisi modern
Communication and Technology (ICT).
Konstitusi Melalui Peradilan Konstitusi dikaitkan dengan penerapan prinsip
yang modern dan terpercaya”. – prinsip organisasi dan manajemen
Wujudkan Visi MK
“Dalam konteks ini, kata ‘modern’ modern serta penggunaan sarana/
Aplikasi ini merupakan salah satu
memiliki dua makna, yaitu modern prasarana pendukung berbasis TIK dalam
upaya untuk mewujudkan Visi MK
dalam arti pola pikir dan modern penyelenggaraan manajemen lembaga
“Mengawal Tegaknya Konstitusi Melalui
dalam arti teknologi. Modern dalam peradilan MK.
Peradilan Modern dan Terpercaya.” Hal
arti pola pikir menegaskan bahwa Sementara definisi terpercaya,
demikian menuntut MK melakukan tata
pengelolaan peradilan saat ini dikelola dikaitkan dengan upaya mewujudkan
kelola lembaga peradilan yang efektif,
secara profesional, akuntabel, dan tata kelola lembaga peradilan yang
efisien, transparan, dan akuntabel. Dari
transparan dengan memperhatikan sesuai dengan aturan hukum dan
sini, MK mengoptimalkan penggunaan
kebutuhan masyarakat pencari keadilan, prinsip keadilan. Pemanfaatan TIK di
teknologi, informasi, dan komunikasi
sehingga pelayanan terbaik dapat kita MK terwujud dalam sistem terpadu
untuk mencapai visi lembaga yang telah
berikan. Sementara itu ‘modern’ dalam agar dapat memberikan layanan yang
dicanangkan
arti teknologi menyirat makna bahwa partisipatif dan interaktif dalam rangka
Pemanfaatan aplikasi anotasi juga
pengelolaan administrasi umum dan transparansi dan akuntabilitas pada
bisa dimaknai untuk mewujudkan tata
administrasi yustisial serta pelayanan publik. Hal tersebut secara garis besar
kelola lembaga peradilan yang efektif,
kepada masyarakat harus dikemas terbagi dalam tiga kelompok sistem
efisien, transparan, dan akuntabel. Dari
melalui pendekatan teknologi yang yakni sistem administrasi umum, sistem
sini, MK mengoptimalkan penggunaan
memudahkan akses masyarakat kepada administrasi layanan peradilan, dan
teknologi, informasi, dan komunikasi
peradilan dan keadilan,” ujar Guntur saat sistem administrasi layanan publik.
secara lebih mendalam.
peluncuran aplikasi, Rabu (14/2). ARIF SATRIANTORO

Nomor 140 • Oktober 2018


43
AKSI

Upaya Konkret Membangun Sistem


Peradilan Konstitusi

M
ahkamah Konstitusi dengan Memperkokoh NKRI acara tersebut. Dalam penyampaiannya
misinya yaitu membangun Mahkamah Konstitusi menggelar Palguna menyebutkan bahwa semangat
sistem peradilan konstitusi kegiatan Pekan Konstitusi dengan tema yang terkandung dalam UUD 1945
yang mampu mendukung “Tegakkan Hukum dan Konstitusi untuk adalah semangat Kebangsaan Indonesia
penegakan konstitusi dan meningkatkan Memperkokoh Kesatuan NKRI” bekerja sebagaimana diproklamasikan pada 17
pemahaman masyarakat mengenai sama dengan Universitas Udayana. Agustus 1945 yang diturunkan dari pidato
hak konstitusi warga negara, pada Acara rutin tahunan yang dilaksanakan Bung Karno pada 1 Juni 1945.  Selain itu,
September 2018 menggelar berbagai MK ini diisi dengan berbagai kegiatan, di Palguna juga menuturkan bahwa dalam
kegiatan untuk mengonkretkan misi antaranya Lomba Cerdas cermat Tingkat paham Kebangsaan Indonesia tersebut
tersebut. Ketua, Wakil, dan Hakim SMP, kuliah umum dan seminar nasional, tertanam Pancasila sebagai dasar negara.
Konstitusi hadir sebagai narasumber Lomba Pidato Hukum Konstitusi, dan Hal tersebut menjadikan Pancasila
dalam berbagai kegiatan mulai dari Lomba Karya Tulis Ilmiah Konstitusi. sekaligus merupakan ideologi negara.
kuliah umum, seminar nasional, hingga Kegiatan ini juga diselenggarakan Dalam kesempatan tersebut
pendidikan dan pelatihan bidang hukum bertepatan dengan peringatan HUT Palguna juga membahas mengenai
dan peradilan di Indonesia. Kegiatan- Universitas Udayana ke-56. salah satu kewenangan Mahkamah
kegiatan tersebut diselenggarakan dengan Dalam kegiatan yang berlangsung Konstitusi (MK), yakni pengujian
menggandeng berbagai universitas serta pada Kamis-Sabtu (6-8/9) ini Hakim undang-undang terhadap UUD 1945.
lembaga-lembaga negara dalam upaya Konstitusi I Dewa Gede Palguna mengisi Undang-undang sebagai implementasi
menegakkan konstitusi negara. kuliah umum sekaligus   membuka UUD 1945 merupakan bagian integral

44 Nomor 140 • Oktober 2018


dan turut menjadi  conditio sine qua Mahkamah Konstitusi meneguhkan dengan judul “Eksistensi Mahkamah
nonbagi terpeliharanya keutuhan Negara bekerjanya prinsip supremasi konstitusi,” Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena papar Palguna yang memaparkan materi I n d o n e s i a ”, A n w a r m e m a p a r k a n
itu, pembentuk undang-undang –yaitu tentang Konstitusi dan Kesatuan NKRI. mengenai kewenangan dan kewajiban
DPR bersama Presiden–dalam membuat Kemudian, Palguna melanjutkan, MK berdasarkan UUD 1945.
undang-undang harus selalu mengacu Mahkamah Konstitusi tidak diberi Seperti diketahui, sesuai dengan
pada dan tidak boleh bertentangan kewenangan untuk memberi fatwa Pasal 24C UUD 1945, MK memiliki empat
dengan Konstitusi (UUD 1945). Secara atau pendapat hukum (advisory kewenangan dan satu kewajiban. Anwar
politik, lanjutnya, undang-undang pada opinion) terhadap suatu masalah yang menjelaskan bahwa kewenangan yang
dasarnya adalah legalisasi kesepakatan timbul dalam praktik penyelenggaraan paling sering dilaksanakan MK adalah
atau kompromi politik dari berbagai negara. Sebab, jika kewenangan pengujian undang-undang terhadap UUD
kekuatan politik yang ada, namun ruang demikian diberikan, hal itu dapat 1945. “ Berbicara mengenai MK, berarti
bagi kesepakatan atau kompromi politik menyulitkan Mahkamah jika masalah menyangkut semua desahan nafas
itu bukanlah ruang yang bebas tanpa tersebut di belakang hari dipersoalkan rakyat Indonesia. Karena itu, MK telah
batas, sebab batas-batas itu ada dalam konstitusionalitasnya di hadapan banyak mengeluarkan putusan pengujian
dan ditentukan oleh Konstitusi. Mahkamah. undang-undang yang mempengaruhi
“Ketika batas-batas itu tidak kehidupan berbangsa dan bernegara,”
diindahkan, Mahkamah Konstitusilah paparnya dalam acara yang diadakan
yang akan mengembalikannya untuk Eksistensi MK pada Kamis (6/9) siang.
tidak keluar dari batas-batas itu. Melalui Dalam kegiatan Diklat Pimpinan Lebih lanjut, Anwar menjelaskan
kewenangannya untuk menguji undang- Pengadilan Angkatan XIV dan XV bahwa MK putusannya bersifat final dan
undang terhadap Undang-Undang Dasar, serta Diklat Struktural Kepemimpinan tidak ada upaya hukum lainnya, berbeda
Mahkamah Konstitusi akan menjamin Tingkat III yang bertempat di Auditorium dengan putusan pengadilan yang punya
bahwa kehendak “majikan” tidak Badan Litbang Diklat Kumdil MA RI, kemungkinan bisa dilakukan banding ke
dikalahkan oleh kehendak “pelayan”-nya. Megamendung, Bogor, Ketua Mahkamah tingkat atasnya. “Putusan pengadilan
Melalui kewenangan menguji undang- Konstitusi Anwar Usman menjadi negeri maupun pengadilan agama masih
undang terhadap Undang-Undang Dasar n a r a s u m b e r. D a l a m ce r a m a h nya bisa dibanding ke MA melalui kasasi atau

Nomor 140 • Oktober 2018


45
AKSI

peninjauan kembali, tapi kalau sudah Siregar tersebut membahas perihal cara  addendum,” ujar pria kelahiran
diputus MK, maka semuanya selesai,” isu-isu konstitusional ketatanegaraan Tarutung yang juga merupakan alumnus
jelasnya. yang tidak dapat dilepaskan dari Universitas Sumatera Utara (USU).
Selain itu, Anwar pun menyempaikan peran Mahkamah Konstitusi sebagai Sementara itu, Rektor UMA
mengenai satu kewajiban MK, yakni pengawal konstitusi dan demokrasi menyambut baik kegiatan ilmiah ini dalam
memutus pendapat DPR tentang dalam sistem ketatanegaran Indonesia. rangka transformasi perkembangan terkini
pelanggaran yang dilakukan oleh presiden Hal mengenai latar belakang munculnya ketatanegaraan Indonesia serta sepak
atau wakil presiden yang biasa dikenal gagasan constitutional review di Indonesia terjang MK dalam menegakkan konstitusi.
dengan istilah impeachment. Menurutnya, yang kemudian melahirkan MK sebagai Hal yang sama juga diungkapkan oleh
proses ini dilakukan dengan mekanisme anak kandung reformasi serta upaya Dekan FH UMA juga mengucapkan terima
yang cukup sulit agar presiden tidak mencegah adanya pemakzulan yang tidak kasih atas kesediaan hakim konstitusi
mudah dijatuhkan oleh MPR dan DPR. sejalan dengan UUD 1945. hadir secara langsung memberikan
Jika ada pengajuan dari DPR kepada Manahan menambahkan bahwa pencerahan kepada mahasiswa hukum
MK tentang perkara tersebut, harus di peran MK juga sangat strategis dalam FH UMA.
dukung oleh sekurang-kurangnya 2/3 menyelesaikan sengketa kewenangan
dari jumlah anggota. Kemudian apabila antara lembaga negara, perselisihan hasil Kebijakan Moderasi Pidana Mati
MK memutuskan bahwa Presiden dan/ pemilihan umum serta pembubaran partai Wakil Ketua Mahkamah
atau Wakil Presideng terbukti melakukan politik. “MK memiliki peran yang sangat Konstitusi (MK) Aswanto membuka
pelanggaran hukum, maka DPR akan penting dalam proses penyelenggaraan acara Seminar Nasional  yang bertema
menyelenggarakan sidang paripurna negara, ia menjadi garda terdepan Kebijakan Moderasi Pidana Mati yang
untuk meneruskan usul pemberhentian dalam penjaga konstitusi dan ideologi diselenggarakan di Aula serba guna
kepada Majelis Permusyawaratan negara,” ungkap mantan hakim karier Fakultas Hukum Universitas Padjajaran
Rakyat (MPR). Anwar menambahkan, di Pengadilan Negeri (PN) Kabanjahe Bandung pada Jumat (14/9). Dalam acara
keputusan atas usul pemberhentian 1986 ini. tersebut, Aswanto juga menjadi  keynote
harus diambil dalam rapat MPR yang Selain membahas tentang MK, speaker  bersama narasumber lainnya, di
dihadiri oleh minimal ¾ dari jumlah dalam kaitannya dengan aspek historis antaranya Hakim Konstitusi I Dewa Gede
anggota dan disetujui oleh minimal amandemen konstitusi, Manahan Palguna,  Mantan Ketua MA Bagir Manan,
2/3 dari jumlah yang hadir. “MK wajib menjabarkan bahwa tujuan perubahan juga Komariah Emong Sapardjaya.
memeriksa dan memutus pendapat DPR Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang Dalam pemaparannya, Aswanto
mengenai usulan dugaan pelanggaran sudah dilakukan sebanyak empat kali, menerangkan bahwa pidana hukuman
oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden yaitu menyempurnakan aturan dasar mati sudah diputuskan MK pada Putusan
tersebut paling lama sembilan puluh hari mengenai tatatanan negara, kedaulatan MK Nomor 2 dan 3/PUU-V/2007. Dalam
setelah diajukan,” imbuhnya. rakyat, hak asasi manusia (HAM), putusan tersebut, MK menyatakan
pemisahan kekuasaan, kesejahteraan bahwa pidana mati tidak bertentangan
Penjaga Konstitusi dan Ideologi Negara sosial, eksistensi negara demokrasi dengan Pasal 28 UUD 1945. MK juga
Di Fakultas Hukum Universitas dan negara hukum. Kemudian hal-hal menguraikan bahwa pidana mati bukan
Medan Area (UMA) pada Jumat (7/9) lain yang sesuai dengan perkembangan lagi merupakan pidana pokok, melainkan
Hakim Konstitusi Manahan Sitompul aspirasi dan kebutuhan bangsa. sebagai pidana yang bersifat khusus
memberikan kuliah umum yang diikuti “Dalam Perubahan UUD 1945, ada dan alternatif. Aswanto menambahkan
sekitar seratus mahasiswa. Acara ini enam kesepakatan yang harus dipatuhi, pidana mati tidak dapat dijatuhkan
dibuka oleh Rektor UMA Dadan Ramdan yakni tidak mengubah Pembukaan terhadap anak yang belum dewasa,
dan dihadiri pula oleh Wakil Rektor Bidang UUUD 1945, tetap mempertahankan perempuan hamil hingga perempuan
Akademik Siti Mardiana, Dekan FH UMA Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut melahirkan atau terpidana yang
Rizkan Zulyadi, dan para wakil dekan (NKRI), mempertegas sistem presidensiil, mengalami gangguan kejiwaan hingga
serta dosen FH UMA. penjelasan UUD 1945 yang memuat hal- gangguan kejiwaannya sembuh.
Kuliah umum yang dipandu oleh hal normatif dimasukkan ke dalam pasal- MMA/DEDY/HIDAYAT/LA

Wakil Direktur III Pascasarjana Taufik pasal, dan perubahan dilakukan dengan

46 Nomor 140 • Oktober 2018


Ketua MK Berikan Materi Kewenangan
MK di STAI Al Amin Dompu

K
etua Mahkamah Konstitusi Anwar
Usman menjadi pembicara dalam
kuliah umum Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Al Amin,
Dompu, Bima pada Kamis (23/8). Dalam
kesempatan tersebut, Anwar memaparkan
mengenai kewenangan dan kewajiban MK
menurut UUD 1945.
Anwar menjelaskan sesuai
dengan Pasal 24C UUD 1945, MK
memiliki empat kewenangan dan satu
kewajiban. Kewenangan yang paling
sering dilaksanakan oleh MK, menurut
Anwar, adalah pengujian undang-undang
terhadap UUD 1945. Ia mencontohkan
banyaknya putusan pengujian undang-
undang yang mempengaruhi kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Anwar memisalkan Putusan MK yang
menyatakan jabatan wakil menteri parpol dapat dibubarkan oleh presiden Ibrahim AS dan keluarganya. Ia mengajak
inkonstitusional. tanpa melalui proses peradilan, Anwar masyarakat untuk introspeksi diri
“Dengan adanya putusan tersebut, menyebut kini MK memiliki kewenangan mengenai pengorbanan yang dilakukan
11 wakil menteri diberhentikan kala untuk membubarkan parpol. MK dapat bagi bangsa dan negara.
itu. Dan putusan MK bersifat final dan membubarkan parpol yang menganut “Dari gambaran perjuangan dan
tidak ada upaya hukum lagi berbeda sistem marxisme, komunisme atau yang pengorbanan para nabi, terutama Nabi
dengan putusan pengadilan negeri atau bertentangan dengan Pancasila dan UUD Ibrahim AS dan keluarganya, seharusnya
pengadilan agama yang masih bisa 1945. menimbulkan pertanyaan dari lubuk
dibanding ke Mahkamah Agung melalui Anwar pun menyampaikan sanubari kita, bagaimana bila itu terjadi
kasasi atau peninjauan kembali,” jelasnya mengenai satu kewajiban MK, yakni pada diri dan keluarga kita. akankah kita
di hadapan sejumlah mahasiswa. memutuskan pendapat DPR tentang sanggup untuk melaksanakannya? Mari
Selain menguji undang-undang pelanggaran yang dilakukan oleh presiden sejenak kita bermuhasabah, merenung
terhadap UUD 1945, MK juga memiliki atau wakil presiden atau lebih dikenal dan berintrospeksi diri, lebih-lebih lagi,
kewenangan menyelesaikan sengketa dengan pemakzulan atau impeachment. bila kita kaitkan dengan pengorbanan
antarlembaga negara yang kewenangannya Menurut Anwar, pemakzulan dilakukan dalam bentuk lain, misalnya sejauhmana
diatur dalam UUD 1945. “Misalnya, tiba- dengan mekanisme yang agak sulit agar kita mau berkorban demi bangsa dan
tiba presiden mengeluarkan putusan kasasi, presiden tidak mudah dijatuhkan oleh negara, termasuk untuk kemajuan Kota
padahal menurut UUD 1945, kewenangan MPR dan DPR. Bima yang kita cintai. Perkembangan,
memutus putusan kasasi adalah milik pembangunan, dan kemajuan Kota Bima,
Mahkamah Agung. Setelah dibawa ke MK dan Khutbah Idul Adha memerlukan pemikiran dan tindakan
dilihat kepada Undang-Undang Dasar 1945. Sebelumnya, Anwar memberikan kita bersama untuk mewujudkannya,
Hal ini tidak benar, maka MK mengeluarkan khutbah pada sholat Hari Raya Idul Adha selain tentunya memberikan dukungan
putusan bahwa presiden tidak boleh lagi 1439 H pada Rabu (22/8) di Desa Lanta, terhadap program pemerintah daerah.
melakukan putusan kasasi,” jelasnya. Kecamatan Lambu, Bima, Nusa Tenggara Dengan demikian, impian kita untuk
Kemudian, Anwar menjelaskan Barat. Dalam khutbahnya, Anwar menjadikan Bima sebagai kota yang
mengenai kewenangan MK dalam menekankan mengenai perjuangan dan bersih dan indah, dapat terwujud menjadi
membubarkan partai politik. Jika dulu pengorbanan para nabi, terutama Nabi kenyataan,” tandasnya.
LULU/AGUNG

Nomor 140 • Oktober 2018


47
AKSI

MK Berikan Materi Pemahaman Hak


Konstitusional di Universitas Lampung

M
ahkamah Konstitusi right). Ia menyampaikan beberapa contoh Sementara itu, Kepala Bagian
b e ke r j a s a m a d e n g a n kasus perlindungan hak konstitusional Hukum Tata Negara Universitas Lampung
Fakultas Hukum warga negara yang pernah ditangani Budiyono menyampaikan pentingnya
Universitas Lampung oleh MK, seperti Putusan MK yang perlindungan atas hak konstitusional
menyelenggarakan acara sosialisasi membolehkan pemilih menggunakan KTP warga negara karena hak tersebut
Peningkatan pemahaman masyarakat untuk memilih walaupun tidak terdaftar merupakan hak dasar warga negara.
tentang penegakan hak konstitusional di Daftar Pemilih Tetap. Hak tersebut rentan untuk dilanggar
warga negara pada Selasa (28/8). Kegiatan Suhartoyo juga menyampaikan pemenuhannya dan sebagai salah satu
ini untuk meningkatkan pemahaman bahwa siapapun yang merasa hak bentuk pemenuhan kedaulatan rakyat.
masyarakat terhadap tugas pokok dan konstitusionalnya terlanggar bisa Sesi diskusi yang dipandu oleh
fungsi Mahkamah Konstitusi (MK) serta mengajukan pengujian undang-undang moderator Ahmad Soleh berjalan cukup
hak-hak konstitusional masyarakat yang (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi menarik karena para peserta cukup
telah dijamin oleh UUD 1945. sepanjang ia meyakini adanya pelanggaran antusias membahas beberapa kasus
Dalam acara yang berlangsung di tersebut. Ia memberikan contoh saat yang terkait dengan hak konstitusional
Ruang Rapat Dekan Fakultas Hukum Unila seorang satpam berjuang seorang diri warga negara yang dilanggar dan dampak
tersebut, Hakim Konstitusi Suhartoyo mengajukan permohonan pengujian UU dari beberapa Putusan Mahkamah
menyampaikan tentang peran Mahkamah ketenagakerjaan dan permohonannya Konstitusi dalam kehidupan bernegara.
Konstitusi sebagai penjaga hak asasi tersebut dikabulkan seluruhnya oleh SH/LA

warga negara (the guardians of human Mahkamah Konstitusi.

48 Nomor 140 • Oktober 2018


Nomor 140 • Oktober 2018
49
KILAS AKSI

MK Korea Selatan Internasional yang mengambil tema Constitutional Justice. Rubiyo memaparkan

Gelar Konferensi “Constitutional Justice and Democracy” ini


dihadiri lebih dari tiga puluh Negara dunia
praktik dan putusan-putusan terbaik dari
MKRI terkait dengan pemilihan umum
Internasional yang memiliki Mahkamah Konstitusi dan melalui makalah yang berjudul Protection
lembaga peradilan sejenisnya. of Citizen’s Constitutional Rights to Vote and
ME M P ER I N GAT I hari jadi ke-30, MKRI yang diwakili oleh Kepala Be Elected in the Elections: A Lesson from
Mahkamah Konstitusi Korea Selatan Biro Humas dan Protokol Rubiyo the Indonesia Constitutional Court.
menggelar Konferensi Internasional pada menyampaikan pemaparan dengan Selain menghadiri Konferensi
3-5 September di Seoul. Konferensi subtema Protecting Human Rights through Internasional, Rubiyo yang didampingi
oleh Peneliti Senior MK Pan Mohamad
Faiz juga melakukan pertemuan di
Constitutional Research Institute (CRI),
suatu lembaga riset semi-independen
yang dimiliki oleh MK Korea. Dalam
kesempatan tersebut, MKRI menjajaki
adanya kolaborasi riset dengan MK Korea
mengenai berbagai isu-isu konstitusional
yang serupa dari kedua negara. Sebagai
dua negara yang menjadi penggerak dari
Asosiasi MK se-Asia (AACC), delegasi
MKRI juga mengunjungi Sekretariat AACC
di Bidang Penelitian dan Pengembangan
(SRD) yang dikelola oleh MK Korea.
Kunjungan ini untuk memperkuat
koordinasi dengan MKRI yang memiliki
Sekretariat AACC di Bidang Perencanaan
dan Koordinasi (SPC). (RC/LA)

Tanggung Jawab
Kelancaran Pemilu
2019
M A H K A M A H Konstitusi memiliki
kepentingan dan tanggung jawab besar
untuk   kelancaran dan kesuksesan
penyelenggaraan Pilkada dan Pemilu
2019. Sebab, sebagai benteng terakhir
hukum dan demokrasi, MK menjadi
pemutus dari sengketa-sengketa politik.
Sengketa politik harus selesai di hadapan
hukum sehingga demokrasi konstitusional
berkeadilan dapat diwujudkan. Demikian
d i s a m p a i ka n S e k ret a r i s Je n d e r a l
Mahkamah Konstitusi M. Guntur Hamzah
pada saat membuka Seminar Nasional nasional ini diselenggarakan atas kerja FH UNDIP Lita Tyesta ALW, Guntur
“Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2018 sama MK dan FH Universitas Diponegoro memberikan pandangan dari perspektif
dan Tantangan Menghadapi Pemilihan pada Kamis (6/9) di Semarang. Pada MK sebagai benteng terakhir hukum
Umum Serentak Tahun 2019”. Seminar sesi pemaparan yang dipandu Dosen dan demokrasi. Guntur menerangkan,

50 Nomor 140 • Oktober 2018


sengketa dalam pilkada yang bukan pengajar hukum dari perguruan tinggi pemerintah daerah, dan juga kalangan
sengketa hasil, semestinya diselesaikan se-Jawa Tengah. Kehadiran para peserta partai politik di Jawa Tengah yang saling
oleh institusi-institusi di luar MK. Artinya, itu semakin melengkapi wacana dan berbagi informasi, pengalaman, dan
yang dibawa ke MK hanyalah semata- dinamika pembahasan terutama dari gagasan.Acara tersebut juga dihadiri
mata soal perselisihan hasil. aspek teoritik dan praktik secara resiprokal oleh mahasiswa S1, S2, dan S3 FH
Dalam seminar nasional  ini, perihal Pilkada dan Pemilu. Hadir juga Universitas Diponegoro. (FLS/LA)
hadir 200 peserta yang terdiri atas perwakilan dari KPU, Bawaslu, Panwas,

Pekan Konstitusi 2018


MAHKAMAH Konstitusi (MK) bekerja
sama dengan Universitas Udayana
menggelar kegiatan Pekan Konstitusi
dengan tema “Tegakkan Hukum dan
Konstitusi untuk Memperkokoh Kesatuan
NKRI”. Acara rutin yang dilaksanakan
MK setiap tahun tersebut, diisi dengan
berbagai kegiatan, di antaranya Lomba
Cerdas cermat Tingkat SMP, kuliah
umum dan seminar nasional, Lomba
Pidato Hukum Konstitusi, dan Lomba
Karya Tulis Ilmiah Konstitusi. Kegiatan
yang juga diselenggarakan dalam rangka
memperingati HUT Universitas Udayana
ke-56 tersebut diselenggarakan pada
Kamis-Sabtu (6-8/9). Mahkamah Konstitusi, lanjutnya, pendidikan tinggi hukum. “Semakin
Sementara itu, Sekretaris kerja sama dengan perguruan tinggi tinggi tingkat kualitas lulusan pendidikan
Jenderal MK M. Guntur Hamzah merupakan kebutuhan. Kerja sama tinggi hukum, maka diharapkan kualitas
dalam sambutannya, menyampaikan tersebut merupakan wujud komitmen berhukum bangsa ini, kualitas demokrasi
penyelenggaraan Pekan Konstitusi Mahkamah Konstitusi sejak awal berdiri kita, dan kesadaran berkonstitusi juga
merupakan hasil kerja sama antara untuk turut mendorong peningkatan menjadi lebih mapan, lebih maju, dan
MK dan Universitas Udayana. Bagi kualitas pendidikan tinggi, terutama lebih bermartabat,” ujar Guntur.

Tanggung Jawab pada saat membuka Seminar Nasional semata-mata soal perselisihan hasil.

Kelancaran Pemilu “Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2018


dan Tantangan Menghadapi Pemilihan
Dalam seminar nasional  ini,
hadir 200 peserta yang terdiri atas
2019 Umum Serentak Tahun 2019”. Seminar pengajar hukum dari perguruan tinggi
M A H K A M A H Konstitusi memiliki nasional ini diselenggarakan atas kerja se-Jawa Tengah. Kehadiran para peserta
kepentingan dan tanggung jawab besar sama MK dan FH Universitas Diponegoro itu semakin melengkapi wacana dan
untuk   kelancaran dan kesuksesan pada Kamis (6/9) di Semarang. Pada dinamika pembahasan terutama dari
penyelenggaraan Pilkada dan Pemilu sesi pemaparan yang dipandu Dosen aspek teoritik dan praktik secara resiprokal
2019. Sebab, sebagai benteng terakhir FH UNDIP Lita Tyesta ALW, Guntur perihal Pilkada dan Pemilu. Hadir juga
hukum dan demokrasi, MK menjadi memberikan pandangan dari perspektif perwakilan dari KPU, Bawaslu, Panwas,
pemutus dari sengketa-sengketa politik. MK sebagai benteng terakhir hukum pemerintah daerah, dan juga kalangan
Sengketa politik harus selesai di hadapan dan demokrasi. Guntur menerangkan, partai politik di Jawa Tengah yang saling
hukum sehingga demokrasi konstitusional sengketa dalam pilkada yang bukan berbagi informasi, pengalaman, dan
berkeadilan dapat diwujudkan. Demikian sengketa hasil, semestinya diselesaikan gagasan.Acara tersebut juga dihadiri oleh
d is a m pa i ka n S e k retar is Jender a l oleh institusi-institusi di luar MK. mahasiswa S1, S2, dan S3 FH Universitas
Mahkamah Konstitusi M. Guntur Hamzah Artinya, yang dibawa ke MK hanyalah Diponegoro. (FLS/LA)

Nomor 140 • Oktober 2018


51
C akrawala

PUTUSAN PEMUNGUTAN SUARA ULANG DALAM


PEMILIHAN KEPALA DAERAH

S
alah satu hak politik warga mencapai 95%, Ischenko unggul, namun dalam pemilihan, antara lain manipulasi
negara adalah hak untuk memilih menjelang akhir penghitungan suara terhadap hasil penghitungan suara,
(right to vote). Hak ini adalah (99%) tiba-tiba Tarasenko unggul setelah pemaksaan untuk memilih, pembelian
hak asasi yang dilindungi oleh bertambah lebih dari 13 ribu suara. suara, dan pengisian kotak suara.
konstitusi negara. Hak ini dilaksanakan, Hasil penghitungan suara menyatakan Kasus semacam itu tidak hanya
salah satunya, dalam pemilihan kepala Ta r a s e n ko m e n d a p a t ka n 4 9 , 5 5 % terjadi di Rusia. Pada pemilihan gubernur
daerah dan wakil kepala daerah. Namun, suara dan Ischenko meraih 48,06%. Provinsi Tucumán, Argentina pada 23
pemilihan kepala daerah tidak selalu Krai Primorsky mendatangi komisi Agustus 2015 kandidat Juan Manzur,
berjalan lancar. Berbagai masalah sering khusus Komisi Pemilihan Pusat pada 19 mantan Menteri Kesehatan, menang
mewarnai pelaksanaan pemilihan kepala September untuk menyampaikan keluhan dengan selisih suara cukup besar (sekitar
daerah. mengenai pelanggaran dalam pemilihan. 11%). Akan tetapi rivalnya, José Cano,
Belum lama ini, Krai Primorsky Komisi tersebut hanya memberikan memprotes hasil pemilihan tersebut
(salah satu wilayah dari 88 subjek Federasi rekomendasi karena pemilihan gubernur dengan alasan banyak terjadi kecurangan.
Rusia) mengadakan pemilihan gubernur berada dalam wewenang Komisi Pihaknya mengajukan gugatan ke
pada 9 September 2018 yang diikuti oleh Pemilihan Daerah. Sebagian besar Pengadilan Administrasi Provinsi
lima kandidat. Karena tidak tercapai suara anggota Komisi Pemilihan Primorsky Tucumán, yang pada 16 September 2015
mayoritas, diadakanlah pemilihan putaran pada 20 September memutuskan memutus pembatalan hasil pemilihan
kedua pada 16 September 2018 yang pembatalan hasil pemilihan putaran 23 Agustus dan memerintahkan PSU.
diikuti oleh dua kandidat dengan jumlah kedua tersebut dan memerintahkan Akan tetapi, putusan tersebut akhirnya
suara terbanyak, yaitu Andrey Tarasenko pemilihan suara ulang (PSU) tiga bulan dibalik oleh Mahkamah Agung Provinsi
dari Partai Rusia Bersatu dan Andrey setelah pemilihan tersebut atau sebelum Tucumán pada 21 September 2015,
Ischenko dari Partai Komunis. Putaran 16 Desember 2018. Putusan ini didukung yang mengesahkan hasil pemilihan
kedua mendapat perhatian besar dari oleh Komisi Pemilihan Pusat, yang yang dimenangkan oleh Juan Manzur.
publik karena ketika penghitungan suara menyatakan adanya berbagai kecurangan Juan Manzur pun dikukuhkan sebagai

52 Nomor 140 • Oktober 2018


Gubernur Provinsi Tucumán pada 29 membatalkan hasil pemilihan wali kota (PHP) Kota Cirebon (Provinsi Jawa Barat)
Oktober 2015. 4 November dan memerintahkan PSU pada 12 September 2018, putusan
Kasus serupa juga terjadi di Nigeria, dengan batas waktu 60 hari. Joe Carollo Nomor 38/PHP.BUP-XVI/2018 mengenai
di mana hasil pemilihan Gubernur Negara pun mengajukan banding terhadap PHP Kabupaten Sampang (Provinsi Jawa
Bagian Delta pada 14 April 2007 dibatalkan putusan tersebut di Third District Court Timur) pada 5 September 2018, putusan
oleh Pengadilan Banding Federal pada of Appeal of Florida, yang mendukung Nomor 35/PHP.BUP-XVI/2018 mengenai
9 November 2010 karena indikasi pendapat pengadilan tingkat pertama PHP Kabupaten Deiyai (Provinsi Papua)
kecurangan. Pada pemilihan tersebut, mengenai adanya kecurangan suara pada 3 September 2018, putusan Nomor
Emanuel Uduaghan dinyatakan menang absentee, tetapi tidak mendukung 36/PHP.GUB-XVI/2018 mengenai PHP
dari Chief Great Ogboru oleh Independent putusan yang memerintahkan PSU. Provinsi Maluku Utara, dan putusan
National Electoral Commission (INEC) Pengadilan banding membatalkan suara sela Nomor 61/PHP.BUP-XVI/2018
dan disumpah pada 29 Mei 2007. absentee dan menyatakan bahwa hasil mengenai PHP Kabupaten Timor Tengah
Namun, Ogboru terus menggugat hasil pemilihan 4 November hanya ditentukan Selatan (Provinsi NTT). Putusan-putusan
pemilihan tersebut ke Pengadilan Banding oleh suara yang diberikan di TPS, tersebut dibuat oleh Mahkamah setelah
Federal. Pengadilan federal tersebut sehingga berujung pada pemilihan Joe mendengarkan kesaksian pihak-pihak
menyatakan bahwa pemilihan 2007 Carollo sebagai Wali Kota Miami. Suarez yang berperkara, ahli, serta saksi-saksi.
tersebut diwarnai berbagai kecurangan mengajukan banding ke Pengadilan Mahkamah menilai berbagai pelanggaran
yang memenangkan Uduaghan dan Distrik Federal dan Mahkamah Agung dalam pemilihan, seperti penambahan
partainya serta merugikan kandidat Florida namun tidak berhasil. Namun, atau pengurangan suara, pembongkaran
lain. Putusan yang memerintahkan PSU kemudian para pemilih absentee dan surat suara, pemindahan kotak suara
pada pemilihan Gubernur Negara Bagian pendukung Suarez mengajukan gugatan yang melawan hukum, penyelenggaraan
Delta bukanlah satu-satunya di Nigeria. ke Pengadilan Distrik Amerika Serikat pemilihan yang dianggap tidak netral,
Gubernur-gubernur Adamawa, Bayelsa, untuk Distrik Selatan Florida karena daftar pemilih tetap (DPT) ganda, dan
Cross River, Kogi, dan Sokoto juga kembali suara mereka dibatalkan oleh pengadilan kejanggalan jumlah pemilih tetap, menjadi
menjabat sebagai gubernur setelah PSU sebelumnya. Pengadilan distrik tersebut alasan kuat perlunya dilakukan PSU.
pada 2008 setelah kemenangan mereka menolak gugatan pendukung Suarez. Dalam amar putusan kelima
pada 2007 dibatalkan. Pada akhirnya Joe Carollo pun dilantik perkara tersebut, MK memutus
Hampir satu dekade sebelumnya, sebagai Wali Kota Miami. melaksanaan PSU. Salah satu landasan
putusan yang memerintahkan PSU Kasus-kasus tersebut hanya utama putusan PSU tersebut adalah
juga dijatuhkan pada pilkada di Miami, beberapa contoh permasalahan yang Pasal 372 ayat (2) huruf a UU Nomor
Amerika Serikat. Pada pemilihan Wali terjadi pada pemilihan kepala daerah. 17 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Kota Eksekutif Miami 4 November 1997 Kecurangan yang terjadi pun hampir sama, Umum memberikan kejelasan mengenai
yang diikuti lima kandidat, wali kota misalnya adanya suara meskipun pemilih tindakan yang perlu dilakukan ketika
petahana Joe Carollo mendapat suara yang bersangkutan tidak menggunakan terdapat indikasi telah terjadi banyak
terbanyak (51.41%) sedangkan Xavier hak pilihnya atau tidak tinggal di daerah pelanggaran, ketidakwajaran, dan/atau
L. Suarez mendapat suara absentee di mana TPS (tempat pemungutan manipulasi dalam pemungutan suara.
terbanyak (suara yang diberikan oleh suara) berada. Hal serupa juga terjadi di Pasal tersebut berbunyi, “Pemungutan
pemilih yang tidak dapat mendatangi Indonesia. Berbeda dengan perselisihan suara di TPS wajib diulang apabila dari
TPS). Akan tetapi, karena tidak ada hasil pemilihan kepala daerah di negara hasil penelitian dan Pengawas TPS terbukti
kandidat yang mendapatkan jumlah suara lain, sengketa pilkada di Indonesia terdapat… a. pembukaan kotak suara dan/
mayoritas, diadakanlah pemilihan putaran diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi atau berkas pemungutan dan penghitungan
kedua pada 13 November 1997 yang RI dan putusannya final, yang berarti suara tidak dilakukan menurut tata cara
diikuti dua kandidat dengan jumlah suara tidak dapat digugat ke pengadilan lain. yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan
terbanyak, yaitu Carollo dan Suarez. Pada Sengketa pun masih terjadi pada pilkada perundang-undangan….”
putaran kedua tersebut, Suarez menang 2018 yang digelar serentak di 171 daerah YUNIAR WIDIASTUTI

berkat suara absentee. Carollo menggugat di Indonesia. Lima perkara berujung Sumber:
pada putusan MK yang memerintahkan McCauley, W. T. (2000). Florida Absentee
hasil pemilihan tersebut ke Circuit Court
Voter Fraud: Fashioning an Appropriate
for the Eleventh Judicial Circuit of Florida pelaksanaan PSU. Judicial Remedy. University Miami Law
(pengadilan tingkat pertama) dengan Putusan-putusan tersebut adalah Review, 625, 625–664. http://repository.
law.miami.edu/umlr/vol54/iss3/6
alasan kecurangan suara absentee. Pada putusan Nomor 8/PHP.KOT-XVI/2018
Bergstresser, H. (2017). A decade of Nigeria:
3 Maret 1998, pengadilan memutuskan mengenai Perselisihan Hasil Pemilihan Politics, economy and society 2004-
2016. Leiden; Boston: Brill.

Nomor 140 • Oktober 2018


53
RESENSI

MK RUSIA,
PERJUANGAN UNTUK TETAP ADA

Oleh: Abdul Ghoffar

M
Peneliti Mahkamah Konstitusi

embaca buku Politics,


Judicial Review, and the
Russian Constitutional
Court yang ditulis
oleh Carla L. Thorson
ini mengembalikan ingatan saya di
penghujung tahun 2011 lalu. Menemani
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)
saat itu, Profesor Mahfud MD, untuk
menghadiri konferensi MK se-dunia, saya
berkesempatan hadir secara langsung di
MK Rusia.
Tidak seperti MK di dunia pada
umumnya, MK Rusia tidak berkantor
di Ibukota negara, Moskow. Lembaga
pengawal konstitusi ini berkantor di
kota Saint Petersburg, sebuah kota
indah berjuluk the Venice of the North
yang berjarak 2 jam naik pesawat dari
Moskow. Penempatan kantor MK di
kota ini bagi saya menyisakan sebuah
pertanyaan: mengapa tidak berkantor di
ibukota negara?
Menurut Thorson dalam bukun ini,
pemindahan kantor MK itu dilakukan oleh
Presiden Putin dari Moskow ke Saint
Petersburg pada 2008. Sebuah putusan
yang dianggap sangat kontroversi pada
masa itu. Setidaknya ada tiga pandangan
terkait dengan relokasi tersebut. Pertama,
pemindahan MK ke luar ibukota bisa
dimaknai agar MK tidak terpengaruh kekuasaan politik dan menarjinalisasikan
dan bergantung pada pemerintah federal pengaruhnya. Ketiga, Peralihan ke Saint Judul buku :
yang tentunya akan meningkatkan Petersburg bisa menjadi contoh kalkulasi
prestise dan kapasitasnya ke depan. Hal politik jangka pendek di mana para POLITICS, JUDICIAL REVIEW, AND THE
demikian juga terjadi di Jerman, di mana pemimpin politik lokal memperoleh cukup RUSSIAN CONSTITUTIONAL COURT
Bundesverfaßungsgericht (MK Jerman) pengaruh politik dengan otoritas nasional Pengarang : Carla L. Thorson
sengaja ditempatkan di Karlesruhe, bukan untuk meraup keuntungan politik. Penerbit : Palgrave Macmillan
Tahun Terbit : 2012
di Berlin. Namun secara historis, menurut Jumlah : 199 halaman
Kedua, pemindahan MK Rusia Thorson, ada persaingan lama antara
juga bisa dimaknai sebagai upaya Moskow dan Saint Petersburg yang
untuk mengasingkan MK dari pusat mana kota tersebut sebelumnya adalah

54 Nomor 140 • Oktober 2018


Ibukota Rusia. Presiden Putin berasal Peristiwa itu lah yang membuat politisi akan menggunakan MK untuk
dari Saint Petersburg dan inisiatif untuk Thorson bertanya: mengapa mekanisme keuntungan politik, bahkan ketika MK
memindahkan MK diajukan oleh Valentina judicial review dimasukkan ke dalam secara aktif menghindari menyidangkan
Matvienko, yang sebelumnya ditunjuk oleh banyak negara yang beralih dari kasus-kasus politik, dan bahwa mereka
Putin sebagai Gubernur Saint Petersburg. pemerintahan otoriter? Mengapa MK akan mengubah aturan prosedural
Dia mengusulkan pada tahun 2003 agar menjadi aktor politik yang independen menjadi keuntungan politik. Bab ketujuh,
ketiga pengadilan federal (Mahkamah dan kuat dalam beberapa kasus tetapi atau bab terakhir, berbicara mengenai
Konstitusi, Mahkamah Agung, dan tidak untuk yang lain? hal-hal yang membuat MK Rusia berhasil
Pengadilan Arbitrase Tinggi) direlokasi Untuk menjawab pertanyaan dan tetap berdiri sampai saat ini.
ke Saint Petersburg. Gagasan tersebut tersebut, Thorson membagi bukunya Setelah berbicara panjang lebar,
kemudian baru berhasil dilaksanakan ke dalam 7 bab. Pada bab satu, Thorson menyimpulkan bahwa saat ini
untuk MK pada tahun 2008. diuraikan tentang upaya MK Rusia MK Rusia bisa dibilang sebagai lembaga
Thorson memulai tulisan di bukunya menjadi lembaga peradilan konstitusi yang bisa diperhitungkan dalam kancah
dengan pertanyaan, Why are judicial yang mandiri seperti institusi sejenis ketatanegaraan Rusia. MK saat ini jelas
review mechanisms being incorporated di berbagai negara dengan mengacu lebih baik daripada pendahulunya. Meski
into so many states transitioning from pada sistem hukum sosialis yang ada. demikian juga harus diakui ada beberapa
authoritarian rule? Why do these courts Bab dua penulis menawarkan beberapa putusan MK yang tidak dilaksanakan
become independent, powerful political analisis terkait dengan pendirian MK: politisi, lembaga pemerintah, atau
actors in some cases but not in others? mengapa lembaga ini diciptakan dan pengadilan yang lebih rendah. Selain
Bagi Thorson, pertanyaan itu tidak bagaimana politisi yang biasanya itu, netralitas dan independensi
muncul tiba-tiba. Bermula pada tanggal mementingkan diri sendiri menentukan pengadilan yang terus dipertanyakan,
19 Agustus 1991, ketika ia sedang desain kelembagaannya. Menariknya sebab MK dinilai oleh banyak kalangan
melakukan penelitian Radio Free Europe/ pada bab ini adalah kepiawaian penulis lebih berpihak pada Presiden dalam
Radio Liberty di Munich, Jerman, percobaan dalam mengambarkan bagaimana politisi perselisihan konstitusional tertentu.
kudeta berlangsung di Uni Soviet. Sebuah bersedia menciptakan lembaga yang Dari rangkaian penjelasan tersebut,
Komite Darurat dibentuk pada malam memiliki kekuasaan judicial review untuk maka saya bisa berkesimpulan bahwa
harinya di Moskow untuk memerintah sebuah keputusan (peraturan) yang buku ini sangat informatif. Sebuah buku
negara karena mengganggap Pemimpin dibuatnya, dan lembaga ini akan memiliki yang menggambarkan perjuangan sebuah
Soviet Mikhail Gorbachev sudah terlalu kekuasaan yang lebih besar daripada lembaga peradilan untuk terus ada
“sakit” untuk melanjutkan tugasnya dirinya. memperjuangkan hukum dan konstitusi
sebagai seorang pemimpin Uni Soviet. Bab tiga adalah analisis para di tengah peliknya gempuran kekuatan
Dalam beberapa jam serangkaian pemohon dan jenis-jenis masalah politik di luar dirinya.
pernyataan publik dikeluarkan, termasuk politik yang diajukan pada tiga periode Buku ini sangat layak untuk
pembenaran secara hukum dan kepemimpinan di MK Rusia. Bab empat dibaca oleh para pemerhati hukum dan
konstitusi Uni Soviet yang relevan untuk dan lima menganalisis catatan kasus konstitusi, khususnya para peneliti yang
membenarkan perebutan kekuasaan ini. yang ditangani oleh Soviet Constitutional fokus pada perkembangan MK Indonesia,
Seperti banyak diketahui kemudian, kudeta Oversight Committee (MK pada masa Uni maupun MK di dunia. Bukan saja karena
tersebut gagal dengan cepat, tetapi Uni Soviet) dan MK pertama Rusia tahun sedikitnya referensi bahasa Inggris yang
Soviet telah hancur pada akhir tahun 1991-1993 (yang pada 7 Oktober 1993 tersedia saat ini yang mengupas tentang
itu, dan Boris Yeltsin akhirnya muncul dibubarkan oleh Presiden Boris Yeltsi), MK Rusia, juga karena isinya yang cukup
sebagai Presiden pertama Federasi serta mengapa kedua lembaga tersebut lengkap dalam menggambarkan naik-
Rusia yang dipilih secara langsung oleh gagal: siapa di antara aktor politik yang turunnya peran MK Rusia dari masa ke
rakyat. Salah satu alasan mengapa Yeltsin menggunakan lembaga-lembaga ini masa. Untuk itu, saya, merasa terhormat
memenangkan pertarungan politik ini, dan bagaimana lembaga-lembaga ini memperkenalkan buku ini ke hadapan
menurut Thorson, adalah kesediaannya dilibatkan dalam mendukung kepentingan pembaca. Satu saran saya, jangan lupa
untuk bersumpah setia pada “rule of politik. sediakan secangkir kopi atau teh hangat
law” dan untuk menciptakan sebuah Bab enam mengupas soal mengapa sembari membayangkan indahnya kota
Mahkamah Konstitusi yang independen MK kedua Rusia (setelah tahun 1993, Saint Petersburg, kota nan indah di
di Rusia yang mempunyai kewenangan tepatnya mulai bekerja tahun 1995) benua biru, di mana MK Rusia berkantor.
judicial review. selamat. Analisis menunjukkan bahwa Selamat membaca.

Nomor 140 • Oktober 2018


55
KHAZANAH

CARA MENGKRITIK MAHKAMAH

S
o nt ol oy o” m enja d i kat a ketidaksetujuannya dengan Putusan MK “Unworthy would be a judicial
ya ng p o p u l er d ig u na ka n yang melarang calon anggota DPD tidak response to just cave in to the
belakangan ini. Tidak hanya boleh berasal dari partai politik (Putusan pressure and to do exactly what
oleh Presiden Joko Widodo Nomor 30/PUU-XVI/2018). the politicians, editorialists or
yang melayangkannya kepada Sebaga i s ebua h lem baga ya ng other powerful interests want. This
p olitikus (Kompa s.com, 23/10/2018), mengha sil ka n kepu t us a n, MK pa s t i would be a complete abdication of
istilah tersebut juga digunakan oleh Effendi menyadari dan mempertimbangkan betul the judicial function. It would be
Gazali terhadap majelis hakim Mahkamah pengaruh dan konsekuensi dari keputusan out of line with constitutional and
Konstitusi (CNN Indonesia, 25/10/2018). ya ng dia m bil. MK juga m ema ha m i legal requirements...” 
Gazali adalah pemohon yang mengajukan bahwa ada dukungan maupun penolakan Di Amerika Serikat, mekanisme
perkara gugatan ambang batas pencalonan atas keputusan tersebut. Hal demikian menyampaikan kritik terhadap pengadilan
Presiden (presidential threshold) (Perkara merupakan keniscayaan, tidak hanya di diatur dalam Model Rules of Professional
Nomor 54/ PUU-XVI/2018). Dia tidak beragam negara, tetapi juga telah terjadi Conduct yang mengikat para advokat.
setuju dengan putusan yang dijatuhkan MK sejak dulu. Kenyataan ini disimpulkan Hakim juga bukanlah “manusia tanpa
atas gugatannya. Dalam putusan tersebut, dengan lugas bahwa “...for as long as cela”, hukum kemudian memuliakannya
MK menyatakan bahwa kebijakan ambang there have been judges, there have been secara berlebihan dan melindunginya dari
batas pencalonan presiden adalah sesuai lawyers critical of their decisions, often kritikan. Monroe H. Freedman pernah
dengan konstitusi. Dalam pandangan very vocally” (Judith S. Kaye, 1997:705). ber ujar “... judges are not “anointed
Gazali, pertimbangan yang dibangun oleh priests” entitled to special protection from
majelis hakim tidak masuk akal. Fenomena Universal the public clamor of democratic society.
Tidak hanya sekali ini saja MK Seorang hakim agung dari Australia, The law gives judges and the institutional
menghadapi kritik pedas. Beberapa bulan Michael Kirby, pernah menulis sebuah reputation of courts “no greater immunity
lalu, Ketua Dewan Perwakilan Daerah artikel yang menyatakan bahwa serangan from criticism than other persons or
mengkritik MK dengan menggunakan terhadap majelis hakim merupakan sebuah institutions” (1997:730-731). Oleh karena
kata yang tak patut dalam sebuah acara fenomena universal (Kirby, 1998). Kirby itu, perlu dibangun keseimbangan antara
talkshow di stasiun televisi swasta yang menggunakan pendekatan perbandingan menya mpa ika n k rit ik denga n r ua ng
sedang membicarakan mengenai”Polemik dengan melihat fenomena tersebut di perlindungan terhadap majelis hakim atas
Larangan DPD dari Parpol” (26/7/2018). beberapa yurisdiksi domestik, diantaranya kritikan tersebut.
K r i t i k t er s eb u t d i s a m p a i ka n at a s Inggris, Selandia Bar u Aust ralia dan Sebagai ilustrasi, seorang advokat
Amerika Serikat. Yang menarik dalam ber nama Stephen Yagman, membuat
artikelnya adalah adanya beberapa gagasan pernyataan publik dalam sebuah media
yang ditawarkannya dalam menghadapi mengenai put usan p engadilan dalam
Judul Penelitian: serangan terhadap majelis hakim tersebut. kasus Yagman v Republic Insurance.

Secara tegas, Kirby menggarisbawahi Dia menyerang majelis hakim dengan
WAYS OF CRITICIZING THE COURT
bahwa dalam menghadapi kritikan dan m e n y e b u t n y a s e b a ga i ‘ p e m b u a l ’
Penulis : Frank H. Easterbrook serangan terhadap pengadilan, majelis (dishonest), ‘sontoloyo’ (buffoon), dan
Sumber : Harvard Law Review, Vol 95, hakim tidak boleh b erdiam diri dan ‘mabuk’ (drunk). Atas pernyataan ini,
No. 4 (Feb. 1982): 802-832 berharap bahwa isu itu akan hilang di Yagman dihukum oleh komisi disiplin
telan waktu. Berdiam diri atas serangan karena terbukti merendahkan martabat
yang ditujukan kepada majelis hakim sama p engadilan (degrades or impugns the
halnya dengan melepas mahkota peradilan. integrity of the Court) serta menganggu
Dalam bahasa yang diutarakan oleh Kirby, jalannya p ersidangan (interferes with

56 Nomor 140 • Oktober 2018


the administration of justice). Yagman tidaklah tepat. Kedua, berkenaan dengan Panjangnya uraian pertimbangan hukum, di
tidak puas atas hukuman yang diberikan kinerja pengadilan secara kelembagaan. sisi lain, membuka ruang akan perpecahan
kom isi disiplin kepadanya, kemudian Seb aga i contoh, k rit i k at a s t erla lu dalam pengambilan keputusan. “One
m eng uji pu t u s a n kom isi disiplin ke seringnya majelis hakim memutus secara man’s ‘full exposition’ is another man’s
pengadilan hingga tingkat 9th Circuit. terbelah, antara kubu mayoritas dengan obiter dictum”.
A lex Koz insk i ya ng menjadi ha k im kelompok dissenters. Selain itu, kritik Banyak kalangan yang berpandangan
dalam persidangan tersebut memutuskan secara kelembagaan juga diilustrasikan ba hwa put usa n p engadila n har usla h
untuk membebaskan Yagman dari sanksi dengan tidak adanya konsistensi dengan konsisten. Tampak di permukaan bahwa
disiplinnya. Pertimbangan hakim yang putusan terdahulu, sehingga pengadilan konsistensi merupakan prasyarat penting
membebaskan Yagman adalah karena mengabaikan precedent. dalam sebuah lembaga pengadilan yang
pernyataan yang dikemukakan Yagman Jenis kritik kedua, dianggap sebagai memutus berdasarkan landasan formal
merupakan pendapat dan bukan fakta. tantangan paling besar bagi pengadilan, peraturan per undang-undangan tanpa
Da la m pa nda nga n ha k im, p endapat s eh i ngga mu d a h u nt u k m ema n ci ng melihat dari sudut pandang preferensi
tidak dapat dihukum terkecuali dalam k ritik. Easterbrook mengatakan “the pribadi para ha k im ya ng memu t us.
pendapat terkandung penyimpangan atas most powerful challenge to the Court Padahal, saat ini banyak kajian juga
fakta sebenarnya, “..if it is plain that the as institution deals with inconsistent menekankan faktor judicial behaviour
speaker is expressing a subjective view, decisions...”. Sebagai sebuah bagian dari yang menjadi variabel pengaruh hakim
an interpretation, a theory, conjecture, kenyataan, peradilan dimanapun, secara dalam memutus perkara. Oleh karena
or surmise, rather than claiming to be in disengaja maupun tidak, akan menghasilkan it u, Easterbrook menegaskan bahwa
possession of objectively verifiable facts, putusan yang tidak konsisten. Putusan inkonsistensi dalam pengambilan putusan
the statement is not actionable”. yang tidak konsisten dengan putusan yang tidaklah dapat dihindarkan. Meskipun
Dibandingkan dengan b eb erapa sebelumnya akan menjadi preseden bagi hakim telah mengabaikan kepentingan
negara yang disebutkan oleh Michael Kirby putusan berikutnya. Ketika jumlahnya pribadinya maupun majelis hakim memiliki
sebagai acuannya, MK masih tergolong bertambah maka majelis hakim akan keterampilan yang cukup canggih dalam
berusia lebih muda. Tradisi dalam menjaga menghadapi persoalan untuk membangun menyusun argumentasinya. Konsistensi
kehormatan pengadilan serta sistem untuk sebuah yurisprudensi yang konsisten. bu ka n la h ha l ya ng t id a k mungk in.
menyampaikan kritisi terhadap peradilan Kondisi tersebut, biasanya dipicu Namun, menuntut kesempurnaan dalam
t a npa mengger us mur ua h nya b elum oleh tidak adanya konsensus dan seringnya konsistensi putusan tidak mungkin dapat
terbangun dalam sebuah mekanisme majelis hakim terbelah dalam pengambilan diwujudkan. Maka, tidaklah layak untuk
yang jelas. keputusan. Mencapai konsensus dalam menuntut sebuah pengadilan untuk selalu
sebuah forum pengambilan keputusan konsisten dalam setiap putusannya atau
Kritik atas Inkonsistensi hu k u m bu ka n la h ha l ya ng mud a h, kemudian mengk ritik pengadilan atas
Ada baiknya, sebelum menyusun terlebih bila menghadapi kasus dalam sebuah inkonsistensi yang kemungkinan
protokol da la m ra ngka memba ngun level persoalan konstitusi. Archibald Cox, jarang terjadi.
sis t em unt u k m enya m p a i ka n k rit i k seorang Profesor dari Harvard University, Lebih lanjut, Easterbrook menyajikan
kepada pengadilan perlu diperhatikan menemukan bahwa salah satu upaya untuk argumentasi untuk menunjukkan bahwa
secara saksama karakteristik dari kritik mencapai konsensus dalam majelis hakim inkonsistensi dalam putusan pengadilan
kepad a p engadila n. Se ora ng ha k im adalah dengan mempersingkat uraian a d a la h s eb ua h kewaja ra n d enga n
pengadilan banding dari 7th circuit, Frank pertimbangan hukum dan membatasinya merujuk pada teori yang dikemukakan
Easterbrook, pernah menulis sebuah artikel pada bagia n-bagia n ya ng dis epa kati oleh Kenneth Arrow, seorang peraih
yang dimuat dalam Harvard Law Review, secara bersama (Cox, 1980:72-73). Akan p engharga a n No b el. A r row, d a la m
dengan judul Ways of Criticizing the Court. tetapi, upaya ini pun memiliki sisi negatif. bukunya “Social Choice and Individual
Menurut Easterbrook, ada dua jenis kritik. Dampak dari singkatnya uraian dalam Values”, diterbitkan pada tahun 1951,
Pertama, kritik mengenai penalaran dalam pertimbangan hukum adalah tidak adanya mengemuka kan metode menyat ukan
putusan. Kritik ini menyinggung mengenai penjelasan yang cukup sehingga putusan preferensi keput usan indiv idu unt uk
substansi put usan yang dianggapnya itu tidak cukup untuk menjadi bagian sampai pada keputusan kelompok atau
bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar. penting dalam membangun koherensi disebut dengan teori pilihan publik (public
Misalnya, orang yang mengajukan kritik dalam susunan y urispr udensi. Dalam choice theory). Metode ini berkaitan erat
terhadap putusan mengatakan bahwa kalimat Cox, dinyatakan “... opinions often dengan mekanisme pemilihan (voting).
penalaran hakim dengan menggunakan lack the full exposition necessary to fit the Pengambilan keputusan dalam majelis
pendekatan historis dan original intent decisions into a coherent body of law.” hakim juga diwarnai atas mekanisme

Nomor 140 • Oktober 2018


57
voting dan tidak selamanya selalu terjadi Bis a jadi, majelis ha k im t ela h Langkah kehumasan. Pengadilan
kesepakatan bulat. mencapai kesepakatan bersama akan harus memiliki pasukan dalam bidang
Tuntutan akan konsistensi putusan p r i n s ip- p r i n s ip f u n d a m ent a l d a la m kehumasan yang akan menghadapi media
merupakan hal yang sulit diwujudkan oleh memecahkan kasus konstitusional yang dan menanggapi kalangan jurnalis. Aparat
pengadilan. Sebuah putusan yang berisi dihadapi. Meskipun demikian, majelis dalam bidang kehumasan harus memiliki
penafsiaran akan teks tidak akan selamanya hakim masih har us dihadapkan pada pengalaman dalam dunia jurnalisme yang
ajek. Dinamika masyarakat memainkan metode da n cara dala m mela kuka n biasa bekerja dengan tenggat waktu yang
peranan penting dalam memengar uhi penafsiran konstitusional. Hingga kini, ketat, kemudian melaporkan keputusan
penafsiran akan sebuah teks hukum. tidak ada kesepakatan bulat tentang pengadilan yang penting secara akurat
Tidak ada yang dapat memperkirakan pandangan seseorang untuk melakukan serta memperbaiki kesalahan faktual
seberapa cepat atau lambat perkembangan penafsiran hukum dalam sebuah profesi at au infor ma si hukum dala m media
masyarakat. Dengan adanya teknologi hukum, termasuk hakim. Ada kalangan massa. Aparat kehumasan pengadilan juga
infor ma si, p er uba ha n sosial menjadi yang berpandangan positivistik, dengan harus dekat dengan wartawan sehingga
kian cepat. Hukum terkadang tergopoh- memilih melakukan penafsiran berdasarkan para wartawan muda h mendapat kan
gop oh da la m m engik u t i p er uba ha n teks bahasa perundang-undangan dan informasi yang akurat. Namun demikian,
sosial tersebut. Penafsiran hukum atas nor ma konst it usi, dit a mba h denga n dunia media massa b erb eda dengan
suatu kebijakan pada saat ini, bisa jadi melihat pada perdebatan penyusunan pengadilan. Ada kecenderungan bahwa
dapat b er uba h ha nya da la m k ur un p er undang-undangan tersebut dalam pengadilan akan senantiasa dir ugikan
kurang dari 5 tahun. Teorema Kenneth legislasi. Selain positivistik, ada kubu dalam peperangan di media. Penggunaan
Arrow, dalam pilihan publik, menyinyalir yang memilih suatu bentuk pendekatan bahasa hukum yang rumit dan sangat
bahwa sebuah sistem pengambilan suara analisis manfaat (teleologis) dan ada juga tek nis t ida k muda h sa mpa i kepada
untuk menghasilkan keputusan kolektif yang patuh pada pandangan filosofis, publik yang terbia sa dengan ba ha sa
har us memenuhi lima syarat : (1) melalui pendekatan hukum kodrati. Tidak populis. Pengadilan akan terjebak untuk
Kebulatan suara (unanimity), bilamana ada yang dapat memaksa semua hakim memberikan penjelasan dalam bahasa
setiap orang berhak untuk memilih dan untuk menganut satu pandangan tertentu. populis agar dapat dimengerti publik.
pilihan tersebut jatuh pada satu opsi, maka Oleh karena it u, m em enuhi kelima Tetapi di sisi lain, penjelasan tersebut bisa
opsi tersebutlah yang berlaku; (2) Tidak syarat dalam p engambilan keputusan diartikan menambahkan argumentasi atas
ada tangan besi (non-dictatorship), bahwa pengadilan merupakan sebuah utopia. apa yang telah ada dalam pertimbangan
dalam pengambilan keputusan bersama Sebagaimana juga tuntutan agar putusan hukum putusan. Oleh karena itu, tanggung
tidak ada pandangan satu orang yang pengadilan menjadi konsisten. Easterbrook jawab pemberian penjelasan dalam bahasa
menentukan hasil atas keputusan tersebut; mengingatkan, yang dimengerti publik diserahkan pada
(3) Tenggang (range), sistem pengambilan “Calls for the Court to be united aparat kehumasan dengan senantiasa
putusan bersama harus memungkinkan and to be consistent in all things berkonsultasi pada majelis hakim.
adanya peringkat atas pilihan-pilihan yang are forms of utopian argument. Tanggapan atas kritik oleh Ketua
akan diambil, dan setidaknya harus ada Utopian arguments have been Mahkamah. Di Amerika Serikat dan
tiga pilihan di awal; (4) Kemandirian important in the development of Australia, hal ini kerap dilakukan oleh
atas alternatif pilihan lain yang tidak political and legal theory, but b eb erapa Ket ua nya s ep ert i Willia m
releva n (independence of irrelevant we should not be deceived into Rehnquist dari Mahkamah gung Amerika
alternatives), pilihan antara A dan B hanya believing that Utopia can be Serikat dan Sir Anthony Mason sebagai
bergantung pada perbandingan keduanya achieved. ..., the perfect is the ketua Mahkamah Agung Australia. Atau,
dan tidak boleh ada variabel lain yang enemy of The Good...” di beberapa pengadilan juga dilakukan
dipertimbangkan; (5) Keterkaitan logis dengan menunjuk hakim senior untuk
(transitivity), jika terdapat pilihan antara bertemu dengan media dan menanggapi
Menghadapi Kritik
A dengan B dan B dengan C, maka harus kritik yang ditujukan pada pengadilan
Berdiam diri atas kritik yang ditujukan
ada pertimbangan dalam menentukan sebagai institusi. Di Indonesia, langkah
pada pengadilan bukanlah sebuah pilihan
pilihan antara A dan C. Pengejewantahan ini biasa dilakukan oleh Mahfud MD
bagi pengadilan, sebagaimana diterangkan
syarat ini dalam kenyataannya tidak ada selama masa kepemimpinannya di MK.
oleh Michael Kirby yang diulas dalam
sistem pemungutan suara yang dapat Namun, langkah ini juga bisa menjadi
bagian di atas. Beberapa langkah berikut
memenuhi kelima kondisi tersebut secara “sima la ka ma”. Tida k s emua ha k im,
patut menjadi pertimbangan pengadilan
keseluruhan, termasuk dalam pengambilan maupun ketua, memiliki keterampilan untuk
dalam upaya merespon kritik.
putusan di pengadilan. mencampur isu hukum dengan politik. Para

58 Nomor 140 • Oktober 2018


Hakim diselimuti kekhawatiran bahwa tradisi hukum. Salah satu penyebab kritik Rujukan :
Cox, Archibald. “The Supreme Court, 1979
mencampuradukkan hukum dalam isu kepada pengadilan diakibatkan kurangnya Term - Foreword: Freedom of Expression
politik justru akan menghancurkan reputasi p ema haman menda sar tentang yang in the Burger Court”, Harvard Law
dan mar wa h p engadilan yang har us dilakukan pengadilan. Kesalahpahaman Review, Vol. 94, No. 1 (1980), 1-73.
Easterbrook, Frank H. “Ways of Criticizing
dijaganya. Kekhawatiran ini merupakan hal mendasar semacam itu mungkin tidak the Court”, Harvard Law Review, Vol
yang wajar. Sebab masyarakat terbiasa dan dapat disembuhkan pada masyarakat 95, No. 4 (Feb. 1982): 802-832
Freedman, Monroe H. “The Threat to Judicial
mengharapkan hakim bersifat pasif dan saat ini yang telah tersusun oleh orang Independence by Criticism of Judges - A
menutup diri dalam debat publik maupun dewasa yang telah menempuh pendidikan Proposed Solution to the Real Problem”,
Hofstra Law Review, Vol. 25, No. 3,
kont roversi p olitik. Oleh karena nya, dan memiliki pengalaman hidup panjang. (1997), 729-743.
merespon kritik dengan cara ini harus Obatnya har us mulai di sekolah dan Kaye, Judith S. “Safeguarding a Crown
Jewel: Judicial Independence and
dilakukan secara hati-hati. melalui media. Model pendidikan ini juga Lawyer Criticism of Courts”, Hofstra Law
Dalam jangka panjang ada beberapa tidak harus terbatas pada fakultas hukum Review, Vol. 25, No. 3, (1997), 703-728.
langkah yang perlu juga dijadikan program dan lembaga pendidikan formal. Kirby, Michael. Attacks On Judges - A
Universal Phenomenon, Makalah
u nt u k m engha d a pi k rit i k t er ha d a p Di masa yang akan datang dapat yang disampaikan pada American Bar
p enga d i la n. Pertama, m em b a ng u n diharapkan bahwa ujaran “sontoloyo” itu Association Section Of Litigation Winter
Leadership Meeting, di Maui, Hawaii,
rasa saling menghormati atas sesama tidak secara mudah dan sembarangan 5 Januari 1998, diakses melalui http://
lembaga p olitik. A nggota parlemen, terlontar kepada pengadilan sehingga www.hcourt.gov.au/assets/publications/
speeches/former-justices/kirbyj/kirbyj_
pemerintah dan lembaga peradilan harus dapat mer usak mur uah independensi maui.htm
menyadari bahwa setiap cabang kekuasaan yang semestinya harus dijaga bersama. CNN Indonesia, “Ambang Batas Capres, Effendi
Gazali Sebut Hakim MK Sontoloyo”,
memiliki wewenangnya masing-masing Kritik tidak boleh dibungkam, karena <https://www.cnnindonesia.com/nas
dimana tanpa peran masing-masing itu kritik adalah bagian dari pendapat yang ional/20181025180838-32-341477/
pemerintahan yang berlandaskan konstitusi sekaligus merupakan hak warga negara. ambang-batas-capres-effendi-Gazali-
sebut-hakim-mk-sontoloyo>, diakses 29
tidaklah mungkin berjalan. Namun, setiap Namun setidaknya harus ada koridor yang Okober 2018
caba ng kekua saa n har us mema ha m i mengakomodasi kritik dan ada panduan Kompas.com, “Jokowi: Hati-hati, Banyak
Politikus Sontoloyo!”,  < https://
bahwa meminta hakim untuk memutus etika yang menuntun penyampaian kritik. n a s i o n a l . k o m p a s . c o m /
b erda s ar ka n opin i mayorit a s publik read/2018/10/23/19303951/jokowi-hati-
BISARIYADI hati-banyak-politikus-sontoloyo> diakses
merupakan hal yang bertentangan dengan 19 Oktober 2018
Peneliti Mahkamah Konstitusi
fungsi konstitusionalnya. Independensi
p eradilan adalah prinsip utama yang
har us dihor mati. Ketika orang- orang
Inggris mengusir Raja James II dari
Kerajaan pada 1688, mereka meminta
penerusnya, William dan Mary, untuk
mengambil alih kondisi Mahkota dengan Keluarga Besar MK Mengucapkan
syarat bahwa pengadilan harus merdeka. Selamat atas Kelahiran
Revolusi Amerika pada 1766, bangkit
karena syarat independensi peradilan tidak
Muhammad Azril Alfarizqi
terpenuhi. Maka, membangun rasa saling Lahir : 23 Oktober 2018
menghor mati antarcabang kekuasaan
Buah hati dari:
penting dengan tetap menjaga prinsip
independensi peradilan. Jumiadi
Langka h jangka panjang (Housekeeping MK)
lainnya adalah melakukan pendidikan dan
kewarganegaraan. Langkah ini tidaklah
Kurnia Annisa
bersifat instan dan merupakan langkah
(Pramusaji MK)
cepat d a la m m eresp on k rit ik ya ng
ditujukan kepada pengadilan. Butuh waktu Semoga menjadi anak yang shalih,
panjang dalam membangun kesadaran dan taat beragama dan berbakti kepada
pemahaman bersama untuk menghormati kedua orang tua
p eradila n. Hal dem ikia n mer upa ka n
upaya untuk membangun budaya dan

Nomor 140 • Oktober 2018


59
RISALAH AMENDEMEN

Sekilas tentang Pasal 37 UUD 1945

P
a s c a 1998, r efo r ma si j ela s ST MPR sebagaimana tertulis dalam Perubahan Keempat UUD 1945 sudah
menginginkan perubahan UUD Naskah Komprehensif Perubahan UUD ter umu ska n denga n ba ik diba nding
1945 yang memberi ruang bagi 1945 (2008) ada beberapa isu yang rumusan sebelumnya. Beberapa masukan
perbaikan sistem ketatanegaraan muncul dan menjadi perdebatan serius dari pandangan-pandangan fraksi terkait
dan per wujudan kehidupan bernegara terkait Pasal 37 ini. Ayat (5) ketika Rapat ke-3 Komisi A
yang lebih demokratis. Hal ini dikarenakan ” Pe r t a m a , d a l a m r a n c a n ga n memang tidak semuanya diakomodasi.
adanya penyimpangan dalam penerapan per ubahan yang dibuat PAH, muncul Semula, beberapa fraksi menginginkan
UUD 1945 dalam praktik ketatanegaraan istilah hanya pasal-pasal yang menjadi agar ayat ini dimasukkan materi mengenai
sebelum reformasi. objek perubahan. Berbeda dengan Pasal Pembukaan UUD, tentang keutuhan
MPR kemudian berhasil mengubah 37 lama, yang tidak membatasi objek wilayah, dan tentang bentuk negara.
UUD 1945 berdasarkan amanat Pasal p er ubahan pada UUD 1945. Kedua, Akan tetapi, setelah melihat rancangan
3 d a n Pa s a l 37 U U D 1945. MPR terkait syarat untuk penunjukan pasal yang ditunjukkan pada rapat ke-4 ini,
tersebut merupakan MPR hasil Pemilu yang mau diubah beserta alasannya dan hanya materi tentang bentuk negara yang
1999 mengadakan SU MPR 1999 yang harus dibuat secara tertulis. Ketiga, terkait masuk dalam rumusan Ayat (5).
m engha sil ka n pu t u s a n di a nt ara nya masalah jumlah kuorum, yakni untuk Rumu s a n Pa s a l 37 Ra nca nga n
Ketetapan MPR No. 7 Ta hun 1999 usul perubahan, untuk syarat sah Sidang Perubahan Keempat UUD 1945 hasil
tentang Pembentukan BP MPR yang MPR, dan untuk mengambil putusan atas kesepakatan Tim Perumus pada 8 Agustus
bertugas merancang perubahan UUD perubahan UUD 1945. Keempat, mengenai 2002 yang dibacakan Ketua Komisi A,
1945. Dalam putusan itu dilahirkan sebuah keberadaan Pembukaan UUD, keutuhan Jakob Tobing di hadapan Rapat ke- 4
kesepakatan tentang arah perubahan yang wilayah, dan bentuk negara kesatuan. Komisi A ST MPR 2002 pun berbunyi.
akan dilakukan, yaitu: Isu ini menjadi isu yang paling panjang
1. Tid a k m eng u b a h Pem b u ka a n perdebatannya dalam proses perubahan Pasal 37
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 37,” urai buku yang diterbitkan Ayat (1), Usul perubahan pasal-pasal
2. Tetap mempertahankan NKRI, Mahkamah Konstitusi tersebut. Un d a ng-Un d a ng Da s a r d a p at
3. Tet ap memp ert a ha n ka n sis tem Pa s a l 37 s eb elu m p er u b a ha n diagendakan dalam sidang Majelis
pemerintahan presidensiil, berbunyi: Permusyawaratan Rakyat apabila
4. Penjelasan yang bersifat normatif Pasal 37 diajukan oleh sekurang-kurangnya
akan dimasukkan dalam pasal, dan (1) Untuk mengubah Undang-Undang 1/3 dari jumlah anggota Majelis
5. Perubahan akan dilakukan dengan Da s ar s ek ura ng-k ura ngnya 2/3 Permusyawaratan Rakyat.
cara adendum. dari pada jumlah anggota Majelis Ayat (2), Setiap usul perubahan pasal-pasal
Per u b a ha n U U D 19 45 t ela h Per musyawarata n Ra k yat har us Undang-Undang Dasar diajukan
b erla ngsung empat ka li da la m sat u hadir. secara tert ulis dan dit unjukkan
tahapan yang dilakukan oleh PAH III pada (2) P u t u s a n d i a m b i l d e n g a n dengan jelas bagian yang diusulkan
1999 dan PAH I pada 2000, 2001, dan p erset ujuan sekurang-kurangnya untuk diubah beserta alasannya.
2002. Dalam rapat-rapat PAH III dan PAH 2/3 dari pada jumlah anggota Majelis Ayat (3), Untuk mengubah pasal-pasal
I tersebut terjadi perdebatan mengenai Permusyawaratan Rakyat yang hadir. Und a ng-Und a ng Da s ar sid a ng
perubahan Pasal 37. Dari hasil penelusuran Rapat ke-4 Komisi A, 8 Agustus Majelis Permusyawaratan Rakyat
dari risalah-risalah rapat, baik Rapat PAH 20 02, denga n agenda lap ora n ha sil dihadiri oleh sekurang-kurangnya
III, Rapat PAH I, Rapat Komisi A, Rapat kerja Tim Per umus mer upakan rapat 2/3 dari jumlah anggota Majelis
Lobi PAH, maupun Rapat Paripurna SU/ terpenting yang . Pada rapat ini rancangan Permusyawaratan Rakyat.

60 Nomor 140 • Oktober 2018


Ayat (4), Put usa n unt uk menguba h bahwa untuk melakukan perubahan Kalau kita melihat ayat (5)
pasal-pasal Undang-Undang Dasar Undang-Undang Dasar 1945 harus ini segala-galanya telah terkunci
dilakukan dengan persetujuan dengan lebih dahulu dilakukan referendum d a n m enu r u t h em at s aya i n i
s ekura ng-kura ngnya lima puluh ya ng ha sil referendum nya sep ertinya ada p ertentangan di
persen ditambah satu dari seluruh menyatakan lebih dari 90% pemilih dalam terminisnya dulu, demikian
anggota Majelis Permusyawaratan adalah rakyat yang mempunyai hak juga secara substansial, tapi yang jadi
Rakyat. menyet ujui adanya referendum. peristilahan juga demikian seperti
Ayat (5), Khusus mengenai bentuk Negara Ternyata Ketetapan yang seperti makna kedaulatan rakyat, kalau kita
Kesatuan Republik Indonesia tidak itupun bisa begitu saja kita cabut. lihat didalam teori perdebatan yang
dapat dilakukan perubahan. Jadi saya mengingatkan hendaklah sudah ada bahwa yang tidak bisa
kita Majelis ini tidak melakukan hal- lagi diubah, hanyalah menyangkut
Harjono dari F-PDIP menyampaikan hal yang mengandung kontradiksi pembukaan Undang-Undang Dasar
tanggapannya atas rancangan itu. insubstansial karena kewenangan 1945, kena pa d em ik ia n? Oleh
Pasal 37 ayat (2) itu disebutkan, MPR untuk mengubah undang- karena di dalam pembukaan itulah
“Setiap usul perubahan pasal-pasal u nd a ng kok dip a n cu ng s endi ri dinyatakan kemerdekaan Indonesia
Undang-Undang Da sar diajukan ol eh M PR. A p a bi la kem b a l i sehingga itu yang sesungguhnya
secara tertulis dan ”ditunjukkan”... kepada rumusan lama, kita tidak yang tidak boleh diubah.
kata “ditunjukkan” ini bagaimana mengura ngi kewena nga n MPR, Da n i n ila h s e s u ngg u h nya
kalau kita ganti dengan “disebut”. tetapi memberi syarat lebih di dalam yang harus dicantumkan di dalam
kaitan mengubah Negara Kesatuan kalau kita mau mencantum kan,
Hartono Mardjono dari F-PDU Republik Indonesia itu diperlukan bukan ayat (5) ini karena kalau
kemudian berpendapat. syarat lebih, tidak sekadar dipenuhi di kemudian hariada kesepakatan
Saya mencermati perubahan seperti yang diatur di dalam Pasal rakyat Indonesia, misalnya seluruh
yang terjadi pada Pasal 37 ayat 37. rakyat sudah menghendaki demikian
(5). Semula didalam draft yang dan ini ada ketentuan ini. Bagaimana
menjadi, yang dihasilkan oleh Badan Retno Triani dari F-UD meminta yang bisa dilakukan dan mereka
Pekerja yang disebutkan demikian. penjelasan atas frasa ”50% ditambah sudah sepakat, misalnya pada saat
Khusus putusan terhadap perubahan satu”. itu, 200 tahun yang akan datang,
at a s b ent u k Negara Kes at ua n Yang ingin saya pertanyakan 50 tahun yang akan datang, apa
Rep u bl i k I n d o n e s ia d i la k u ka n mu ng k i n ha nya p er m a s a la ha n yang akan terjadi? Apakah juga
m e l a l u i r e f e r en d u m n a s io n a l bahasa, yaitu Pasal 37 ayat (4) mereka akan berdosa mengenai hal
d a n m end a p at ka n p er s et ujua n yang berbunyi, “putusan untuk tersebut?
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah mengubah pasal-pasal Undang- Hal-hal tersebut, menur ut
rakyat yang mempunyai hak pilih. Undang Dasar dilakukan dengan hemat saya, ini bertentangan dengan
Kemudian yang tadi dikatakan oleh p erset ujuan sekurang-kurangnya prinsip-prinsip demok rasi. Beda
saudara Ketua ber ubah menjadi 50% ditambah satu.” halnya dengan larangan mengubah
k husus menjadi b ent uk Negara Ini bisa menimbulkan arti Pembukaan Undang-Undang Dasar
Kesatuan Republik Indonesia tidak 50% ditambah 1% atau bagaimana? 1945 karena di dalam pembukaan
dapat dilakukan perubahan. Saya Karena p enjela s a n nya b ar u di itu menyatakan kemerdekaan. Di
cu ma m eng i ngat ka n b a hwa di belakangnya dari seluruh anggota situlah berdirinya sebuah negara
dala m r umusa n Pa sal 37 ya ng Majelis Permusyawaratan Rakyat. sehingga di kala itu diubah, di
seperti ini jelas terkandung adanya Ja d i, s at u nya i t u s at u o ra ng, dalam teori dikatakan mengubah
contradictio insubtansialis karena bagaimana, jadi atau satu persen. atau meruntuhkan kembali negara
kewenangan MPR sendiri tidak Jadi, di situ saya kira lebih, kita kesatuan yang dinyatakan merdeka
hanya sekedar merubah satu Pasal, harus menanyakan pada ahli bahasa. ini. Itu saya kira komentar saya
bahkan merubah seluruh Undang- mengenai ayat (5) sehingga kalau
Undang Dasar itu dibenarkan. Moh. Askin dari Fraksi Reformasi boleh kita coba rumuskanlah ini
Saya i ng i n m eng i ngat ka n pun menyampaikan pandangan terkait sehingga memungkinkan hal tersebut
kekeliruan kita pada zaman MPR Ayat (5). tidak bertentangan dengan prinsip-
O rd e Ba r u ya ng m engat a ka n prinsip demokrasi.

Nomor 140 • Oktober 2018


61
RISALAH AMENDEMEN

Yang kedua Saudara Ketua, Saudara Hartono Mardjono yang pi m pi na n ya ng k i t a m em a ng


penomoran atau dari segi tata bahasa. m engemu ka ka n arg um ent a si p ercaya kan. Jadi, b eb erapa hal
Kalau boleh juga saya mengusulkan contradiction in substantialis saya yang memang sifatnya informatoris
Ejaan Yang Disempurnakan itu, kalau juga ingin mengingatkan, saudara tentunya kami bisa menyampaikan.
kalimat angka di tengah kalimat yang bersangkutan bahwa dalam Per t a m a b a hwa d a r i
itu sebisa mungkin ditulis dengan dunia hukum juga ada ketentuan, keseluruhan konsep Undang-Undang
huruf, ini tentu memerlukan suatu the edge on bla bla bla, artinya Dasar ini, Pembukaan itu menempati
dukungan ahli bahasa, kata-kata 2/3, selalu ada perkecualian-perkecualian. posisi yang amat tinggi dan tidak
kata-kata 50%. Nah, saya di sini tidak ingin merupakan objek perubahan sama
berdebat secara akademis, tapi saya sekali. Jadi, memang tidak dapat
Nurdiati Akma dari Fraksi Reformasi tidak sepakat kalau pada Pasal 37 diubah. Oleh karena itu, Ayat (1)
lebih lanjut berpendapat atas Ayat (5). ayat yang ke-5 itu tidak dicantumkan Pasal 37 secara jelas dan seluruhnya
Pasal 37 ayat (5) sepertinya Pembukaan Undang-Undang Dasar secara jelas menyatakan bahwa
apa yang pernah kita bahas sebelum 1945. Saya tidak elaborasi, alasan perubahan hanya bisa dilakukan
dibawa ke Tim Perumus dan Tim saya mengenai hal itu. atas pasal-pasal. Mengenai Sidang
Lobi itu ada kata-kata yang lebih Ya n g k e d u a m e n g e n a i MPR 2002 ini nanti ahli bahasa
bagus di mana artinya sama dengan soal bahasa kemarin sudah saya saya pikir saya anjurkan untuk bisa
apa yang tertulis di layar ini bahwa kemukakan hal itu di Indonesia ini, untuk tidak mengelirukannya atau
khusus putusan terhadap perubahan ada banyak orang Indonesia yang mengartikannya dalam term-term
at a s b ent u k Negara Kes at ua n mengguna kan ba ha sa Indonesia yang dikenal dalam Tata Tertib. Jadi,
Rep u bl i k I n d o n e s ia d i la k u ka n secara tidak benar. Saya ambil contoh mungkin MPR tahun 2003.
melalui referendum nasional, dan saja, banyak orang mengatakan ikan
mendapatkan persetujuan nasional ayam, ikan ayam itu tidak ada, ikan Lebih lanjut Jakob menjelaskan
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah di laut, ayam di darat. Yang ada m engena i Pa s a l 37 Ayat (5) a la m
rakyat yang mempunyai hak pilih. itu iwak pete, tetapi bukan ikan perumusan terjadi perbedaan-perbedaan
Ini artinya juga, sebetulnya intinya ayam. Dalam hubungan itu, saya pendapat.
negara kesatuan ini tidak bisa diubah kemarin kemukakan bahwa aturan Pa d a p er u mu s a n t i ng kat
karena terlalu begitu dipersulit, tapi itu menunjuk kepada ketentuan awal terjadi perbedaan-perbedaan
tidak ada. yang tidak tertulis. Kalau kepada p endapat yang menggambarkan
Masih ada sedikit peluang ketentuan yang tertulis harus dibaca p en d a p at- p en d a p at ya ng a d a
kalau memang pada suat u saat peraturan itu yang dikenal dalam di sini. Sebagai suatu informasi
dibutuhkan adanya perubahan, tapi dun ia huk um s e cara nor mat if, ingin saya sampaikan bahwa pada
kita semaksimal mungkin menutup dengan kata lain saya mengusulkan a k hir nya Tim Lobi b er s epa kat
kemungkinan itu dengan kalimat agar Aturan Tambahan itu diganti untuk kemudian masuk ke rumusan
yang begitu berat, tapi jangan dibuat dengan Peraturan Tambahan dan yang ada ditayangan tadi. Dengan
seperti kalimat yang tertuang di Aturan Peralihan diganti Peraturan p er t im b a nga n ya ng m end a la m
layar ini karena seolah-olah ini sudah Peralihan. dan itu memang memakan waktu
harga mati yang sudah tidak bisa yang lama sekali pembicaraannya.
ditawar-tawar lagi. Sebagai Ketua Komisi A, Jakob Semua kita akhirnya sepakat untuk
Tobing memberi penjelasan lengkap atas melakukan itu dengan memahami
J.E. Sahetapy dari F-PDIP juga pandangan-pandangan dan p endapat- bahwa asas kedaulatan rakyat tetap
menyampaikan pandangannya terkait pendapat tersebut. dapat dilaksanakan apa pun yang
Ayat (5). Tentunya komisi ini memang ada di sini karena adanya tata cara
Di negara demokrasi, seperti p erlu mencer mati dan seb elum pengambilan keputusan yang kalau
d i E r o p a s eka l i p u n, d i kena l a k hi r nya m em b eri pu t u s a n. perlu memang mengubah kembali
ad a ket ent ua n-ket ent ua n ya ng Walaupun ini adalah sudah hasil yang ayat ma na pun ya ng dia nggap
nonamandeble. Saya dalam hal dilakukan oleh Tim Perumus yang mengganggu di dalam perkembangan
ini denga n tet ap menghor mat i kita tugaskan dan juga melalui Tim ke depan.
p endapat dari reka n s aya Lobi yang merupakan unsur-unsur

62 Nomor 140 • Oktober 2018


Ini adalah suatu apa yang (2) adalah pasal. Jadi, orang bisa tadi, tetapi memang inilah yang
di kat a ka n t a di oleh b eb era p a saja mer ubah usulan per ubahan disepakati pada waktu itu. Jadi itu
pembicara sebagai sikap-sikap yang Pasal 37 ini. usul Pak Sahetapy itu dibicarakan
dimasukkan di sini mencerminkan cukup mendalam begitu. Tentunya
kehendak kita sekarang ini. Sebagai apa yang bisa dicapailah yang kita
Jakob Tobing kemudian menjelaskan.
non-amendable article yang juga hasilkan.
Pa sal-Pa sal Undang-
dikena l d a la m pra kt ik negara-
Undang Dasar 1945, itu terdiri
negara demokrasi lainnya. Tapi yang Rapat ke- 4 (Lanjutan) Komisi A
atas Pembukaan dan Pasal-Pasal.
penting ini adalah memang sudah ST MPR 20 02 a k hir nya menyet ujui
Pa s a l 37 ayat (1) menyat a ka n
kesepakatan-kesepakatan yang ada. rumusan Pasal 37 ini dan selanjutnya
perubahan itu mengenai pasal-pasal.
Mengena i p enulis a n 50% juga disetujui secara aklamasi pada Rapat
Jadi Pembukaan itu sama sekali
tambah satu memang bukan tambah Paripurna ke-6 (Lanjutan ke-2) ST MPR
tidak kena pasal. Itu adalah suatu
1%. Jadi, ini nanti saya rasa ahli 2002 pada 10 Agustus 2002. Dengan
konstruksi yang bisa disepakati.
bahasa bisa sekaligus apakah mau di demikian rancangan Pasal 37 menjadi
Ada yang mengusulkan sep erti
jadikan tulisan angka menjadi huruf bagian Perubahan Keempat UUD 1945.
yang diusulkan oleh Pak Sahetapi
saya rasa bisa dilakukan. LUTHFI WIDAGDO EDDYONO

Jakob Tobing kemudian menjelaskan


tentang penulisan 50% + 1.
Mungkin soal ini ketek nis
penulisan nanti kami laporkan di
Paripurna, tetapi itu biasa kalaupun
50 % tambah 1 itu, walaupun
ganjil tetap saja tambah satu itu
pembulatan ke atas, asal jangan
sepertiga saja Pak. Jadi itu nanti
diselesaikan, redaksi-redaksi, kita
Keluarga Besar MK
memang selalu didampingi dengan Mengucapkan Selamat atas Pernikahan

Muhammad Halim
oleh ahli bahasa.
Immanuel Ekadianus Blegur dari
F-PG menyampaikan pertanyaan terkait
(Analis S.I dan Diseminasi Hukum Biro HP)
dengan Pembukaan UUD 1945 yang
dinyatakan tidak dapat diubah.
Ada jaminan konstitusional
dengan
tentang tidak mungkin diubahnya
und a ng-und a ng, Pem bu ka a n
Undang-Undang Dasar 1945 yang Pradita Ningrum
merujuk pada Pasal 37 ayat (2)
setiap usul perubahan Pasal-Pasal. Jakarta, 4 November 2018
Dengan demikian tidak ada usul
p er uba ha n Pem bu ka a n. Tet a pi
Semoga menjadi keluarga yang
ketentuan ayat (2) Pasal 37 ini Sakinah Mawaddah wa Rahmah
adalah Pasal. Jadi jaminan apa Mendapatkan keturunan
bahwa Pembukaan itu tidak akan yang Shalih dan Shalihah
diubah. Apa jaminannya bahwa
Pembukaan itu tidak akan diubah?
Ketentuan tentang itu ada pada
Pasal 37 ayat (2). Pasal 37 ayat

Nomor 140 • Oktober 2018


63
J ejak Konstitusi

Mohammad Hatta
dan Usi Possidetis Juris

M
aksud dari Usi
Po s s i d e t i s
Juris pernah
d i s eb u t ka n
Moha m mad
Hatta dalam
pembahasan
wilayah negara dalam Rapat BPUPKI
pada tahun 1945. Prinsip bermaksud
menyatakan bahwa negara yang merdeka
dari kolonial maka wilayahnya sesuai
dengan wilayah kolonial yang menjajahnya.
Prinsip tersebut merupakan doktrin dan
bagian dari hukum kebiasaan internasional
(principle of customary international law).
Dalam sidang tanggal 11 Juli 1945,
Hatta memulai pemaparannya dengan
menjelaskan alasan beliau pada sidang
pertama agar wilayah Indonesia sesuai
dengan daerah jajahan saja. “Pada sidang
yang pertama daripada Badan Penyelidik,
saya telah mengemukakan permintaan
saya yang sederhana tentang batas-batas
Indonesia. Waktu itu saya katakana,
bahwa saya tidak minta lebih daripada
daerah Indonesia yang dahulu dijajah oleh
Belanda. Kalau itu seluruhnya diberikan
kembali kepada kita oleh Pemerintah Dai
Nippon, saya sudah senang.” ujar Hatta.
Hatt a kemu d ia n m enj ela s ka n
pandangannya kembali mengenai Malaka
dan Papua sekaligus. “Dahulu saya sudah
mengat a ka n p endapat s aya tent a ng
Malaka; bagi saya, saya lebih suka melihat
Malaka menjadi negara yang merdeka
sendiri dalam lingkungan Asia Timur Raya.
Akan tetapi kalau sekiranya rakyat Malaka
sendiri ingin bersatu dengan kita, saya
tidak melarang hal itu. Hanya tentang
Lebih lanjut Hatta menyampaikan masuk tanah air Indonesia berdasarkan
Papua saya dengar kemarin uraian-uraian
pandangannya terhadap upaya strategis strategi. Saya bukan ahli strategi, akan
yang agak menguatirkan, oleh karena
memasukkan Malaka dan Papua dalam tetapi berhubung dengan pembacaan
dapat timbul kesan ke luar, bahwa kita
wilayah negara. “Kemarin saya dengar teori saya tentang politik internasional, saya
seolah-olah mulai dengan tuntutan yang
bahwa Malaka dan Papua diminta supaya m enger t i, ba hwa s t rategi it u t ida k
agak imprealistis.” lanjutnya.

64 Nomor 140 • Oktober 2018


berdiri sendiri, tetapi bergantung kepada on regions which had been assigned by the sanggup, belum mempunyai tenaga cukup,
kons tela si p olit ik da la m lingk unga n former metropolitan State to one division untuk mendidik bangsa Papua sehingga
internasional. Umpamanya Chamberlain or another, but which were still uninhabited menjadi bangsa yang merdeka,” ujar Hatta.
mengatakan, bahwa batas Inggris bukan or unexplored.” Putusan tersebut telah Hatta lebih lanjut menjelaskan bahwa
Kanaal melainkan Sungai R ijn. Jadi, diterbitkan pada 22 December 1986 dan ketika beliau masih berada di Perhimpunan
jikalau ini diterus-teruskan, mungkin kita menjadi rujukan penting dalam memahami Indonesia, malah beliau ingin mengurangi
tidak puas dengan Papua saja tetapi Uti possidetis juris. daerah tersebut dari wilayah Indonesia.
Solomon masih juga kita minta dan begitu Moha m mad Hatt a pada t a hun “Bagian Papua saya serahkan kepada
seterusnya sampai ke tengah Laut Pasifik,” 1945 sebenarnya telah menerapkan hal orang lain,” ujarnya.
papar Hatta. tersebut dan diterima oleh komunitas Walau demikian kalau pemerintah
Menurut Hatta, dalam menentukan inter na sional. Menur ut Hatta, dalam Jepang memberikan Papua yang dahulu
wilayah negara menggunakan pendirian menentukan wilayah negara menggunakan di bawah Pemerintah Belanda kepada
yang doelmatig saja dulu, karena alasan p endirian yang doelmatig saja dulu, Indonesia, beliau tidak berkeberatan,
yang dem ikian tepat dengan p olitik karena a la s a n ya ng dem ik ia n tepat hanya beliau tidak menuntutnya. “Marilah
inter na sional dan tepat juga dengan dengan politik internasional dan tepat juga kita menentukan dasar tanah air kita
pengakuan Pemerintah Jepang. Hatta dengan pengakuan Pemerintah Jepang. menurut garis internasional yang tetap
b ena r. Da la m p ol i t i k i nt er na sio na l B a h k a n H a t t a s e m p a t j u ga yaitu Hindia Belanda dulu. Bagi saya
dikenal istilah Usi Possidetis Juris. Dalam menjelaskan pandangannya tentang bangsa sendiri tidak ada keberatan, kalau tanah
perkembangannya, prinsip ini terkemuka Papua yang disebutkannya merupakan Papua diberikan kepada kita. Dan tentang
dalam kajian batas wilayah di Amerika bangsa Melanesia. “Saya mengakui bahwa Malaka, biarlah diserahkan kepada rakyat
Latin dan akhirnya diterapkan pula di bangsa Papua juga berhak untuk menjadi Malaka, apakah mereka mau berdiri sendiri
Afrika dalam Putusan International Court bangsa merdeka, akan tetapi bangsa ataukah bersatu dengan Indonesia, tetapi
of Justice. Indonesia buat sementara waktu, yaitu janganlah dituntut oleh pihak Indonesia,”
L ega l I n fo r m at io n I n s t i t u t u e dalam beberapa puluh tahun, belum jelas Hatta.
yang dikelola oleh Cornell Law School LUTHFI WIDAGDO EDDYONO

menjelaskan secara lengkap tentang prinsip


tersebut, “Uti possidetis juris (UPJ) is
a principle of  customary international
law that serves to preserve the boundaries Keluarga Besar MK
of colonies emerging as States.  Originally
Mengucapkan Selamat atas Pernikahan
applied to establish the boundaries of

Andi Nurshafa Marwa


decolonized territories in Latin America,
UPJ has become a rule of wider application,
notably in Africa.”  (Perisalah MK)
Kebijakan lebih lanjut dari prinsip
tersebut dijelaskan oleh International
Court of Justice  dalam  Frontier Dispute
dengan
(Burkina Faso/Mali) Case sebagai berikut:
“[UPJ is a] general principle, which is
logically connected with the phenomenon
Dwi Hardisyah Bramantoro
of the obtaining of independence, wherever Perisalah MK)
it occurs. It’s obvious purpose is to prevent
the independence and stability of new
Jakarta, 14 Oktober 2018
States being endangered by fratricidal
struggles provoked by the challenging of
frontiers following the withdrawal of the
Semoga menjadi keluarga yang
administering power…Its purpose, at the Sakinah Mawaddah wa Rahmah
time of the achievement of independence Mendapatkan keturunan
by the former Spanish colonies of America, yang Shalih dan Shalihah
was to scotch any designs which non-
American colonizing powers might have

Nomor 140 • Oktober 2018


65
Ruang Konstitusi

PENGUNDANGAN PERATURAN
MAHKAMAH KONSTITUSI (PMK)
Pan Mohamad Faiz, Ph.D.

P
Peneliti di Mahkamah Konstitusi
erihal proses
7. Produk Hukum MK 1
p eng und a nga n
8. Permohonan Online dan Video 1
terhadap Peraturan Conference
M a h k a m a h 9. Pedoman Administrasi Yustisial 1
Kon s t it u si (PMK) m enjadi Jumlah 53
diskursus yang menarik untuk Sumber: Diolah oleh Penulis dari Mahkamah Konstitusi
d ib a ha s s e c a ra a ka d em i s.
Sebab selama ini, PMK tidak Hal yang menjadi pertanyaan, apa alasan selama ini yang
p er nah diundangkan dalam menyebabkan PMK tidak diundangkan ke dalam Berita Negara?
Berita Negara oleh MK melalui Sebagian ahli ilmu perundang-undangan, termasuk para mantan
hakim konstitusi sejak generasi pertama, berpendapat bahwa
Kementerian Hukum dan HAM.
PMK secara teoritis tidak dapat diklasifikasikan sebagai salah satu
Padahal, UU Nomor 12 Tahun
jenis peraturan perundangan-undangan. Sehingga pembentukannya
2011 tentang Pembentukan
tidak perlu juga melalui tahapan pengundangan menurut UU P4.
Peraturan Perundang-undangan Oleh karenanya, PMK yang mengatur hukum acara MK tersebut
(selanjutnya disebut P4) telah mengatur bahwa setiap jenis umumnya diberi judul “Pedoman” dengan maksud untuk sekadar
peraturan perundang-undangan harus melalui seluruh tahapan menjadi panduan bagi para hakim konstitusi dan administratur
dalam pembentukannya, termasuk tahapan akhir ber upa peradilan dalam melakukan pemeriksaan perkara.
p engundangan. Sementara it u, Pasal 8 ayat (1) UU P4 Namun demikian, sebagian lainnya berpendapat berbeda.
mengklasifikasikan bahwa peraturan yang ditetapkan oleh MK PMK harus diundangkan, karena secara norma hukum telah
merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan selain tegas disebutkan di dalam UU P4. Artikel singkat ini akan
yang dimuat dalam jenis dan hierarki peraturan perundang- membahas perbedaan pandangan tersebut dan merumuskan apa
undangan menurut Pasal 7 ayat (1) UU P4. yang sebaiknya dilakukan terhadap PMK di masa mendatang.
Hingga tulisan ini dibuat, MK telah mengeluarkan sebanyak 53
(lima puluh tiga) PMK sejak 2003. Mayoritas dari PMK tersebut Tiga Pandangan Berbeda
mengatur mengenai hukum acara terkait kewenangannya, yakni 27 Adanya perbedaan pandangan terhadap pengundangan
PMK atau sekitar 50,9% dari seluruh PMK yang ada.PMK lainnya PMK ini tidak saja menjadi diskusi hangat di kalangan akademisi,
namun juga para praktisi dan pembentuk kebijakan serta
mengatur mengenai Kode Etik dan perangkatnya, tahapan dan jadwal
pengambil keputusan. Menyikapi isu mengenai pengundangan
penanganan perkara, pedoman penysunan berkas persidangan, dan
PMK ini, Penulis mengelompokkan setidaknya 3 (tiga) arus
lain sebagainya, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
pandangan berbeda sebagai berikut.
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Peraturan Pandangan pertama ber pendapat bahwa PMK harus
diundangkan karena dikategorikan sebagai salah satu jenis
Mahkamah Konstitusi
p erat ura n p er unda ng-unda nga n menur ut huk um p osit if
No Jenis PMK Jumlah sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU P4. Dengan
1. Hukum Acara 27 demikian, proses pembentukan PMK harus memenuhi seluruh
2. Majelis Kehormatan; Dewan Etik; 6 asas dan mengikuti tahapannya yang dimulai dari perencanaan,
dan Kode Etik penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
3. Tahapan dan Jadwal Penanganan 5 pengundangan. Selain itu, dasar hukum pembuatan PMK dalam
Perkara kondiserannya merujuk pada Pasal 86 UU MK yang memberikan
4. Pedoman Penyusunan berkas 5 kewenangan delegasi bagi MK untuk mengatur lebih lanjut
persidangan hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan
5. Persidangan dan Tata Tertib 4 wewenangnya. Sehingga, PMK yang dibuat oleh MK haruslah
Persidangan
dikategorikan sebagai salah satu jenis peraturan perundang-
6. Tata Cara Pemilihan dan 3
undangan menurut UU P4.
Pemberhentian Hakim Konstitusi

66 Nomor 140 • Oktober 2018


Kemudian, pandangan kedua menginginkan agar PMK harus segera diundangkan. Terlebih lagi, berdasarkan Pasal 13
tidak perlu diundangkan, karena seharusnya PMK tidak dapat PMK Nomor 1 Tahun 2012 tentang Produk Hukum Mahkamah
digolongkan sebagai salah satu jenis peraturan perundang- Konstitusi, Peraturan Mahkamah disebutkan sebagai peraturan
undangan.Menurut pengikut pandangan ini, kesalahan mendasar tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara
justru terletak pada pengaturan Pasal 8 ayat (1) UU P4. umum (huruf tebal oleh Penulis), baik di bidang yudisial maupun
Alasannya, materi PMK merupakan materi yang sebenarnya lebih non-yudisial. Artinya, MK sendiri telah mengategorikan PMK
bermuatan ke dalam untuk keperluan internal bagi para hakim sebagai peraturan yang mengikat umum, tidak sekadar bersifat
dan administratur peradilan untukmenerima, memeriksa, dan untuk kepentingan internal semata.
mengadili suatu perkara. Sehingga,PMK lebih bersifat internal Jikalau PMK yang mengatur hukum acara MK memerlukan
regeling, karenanya sebagian kecil materi PMK yang mengatur perubahan dan penyempurnaan, maka proses yang dilakukan
ke luar. Hal itu pun terbatas hanya kepada para pihak yang adalah dengan melakukan revisi atau menyusun PMK yang
akan atau sedang berperkara, bukan berlaku untuk umum bagi barudengan berkoordinasi pada Ditjen Peraturan Perundang-
setiap orang dan setiap saat. undangan, Kementerian Hukum dan HAM. Praktik demikian
Alasan berikutnya bagi penganut pandangan ini, produk lazim dilakukan oleh lembaga dan kementerian lain dalam
hukum lembaga yudikatif tidak dapat dikategorikan sebagai menyusun suatu peraturan lembaganya masing-masing.Kalaupun
salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Sebab, ketika PMK kemudian berpotensi untuk diuji materi, maka MK pun
peraturan yangdikeluarkan oleh lembaga peradilan dikategorikan harus siap untuk menghadapinya. Sebab sejatinya, salah satu
sebagai jenis peraturan, maka peraturan tersebut akan menjadi kewewenangan MK adalah menguji konstitusionalitas UU sebagai
objek permohonan uji materiil yang harus diputus oleh lembaga bentuk pengawalan konstitusi oleh lembaga yudisial. Oleh
peradilan yang berwenang. Saat ini, jenis peraturan perundang- karenanya, MK pun perlu untuk menerima kondisi manakala
undangan di bawah undang-undang dapat diuji secara materiil produk hukum yang dikeluarkan juga diuji oleh publik melalui
di MA. Padahal, para hakim perlu memegang prinsip nemo MA sebagai wujud dan bentuk ketaatan asas pembentukan
judex ideoneus in propria causa. Artinya, seseorang tidak perundang-undangan.
dapat menjadi hakim bagi dirinya sendiri. Lebih dari itu, telah Namun, untuk memberikan kepastian hukum, materi
muncul usulan kuat dari para akademisi hukum tata negara agar pokok hukum acara MK memang sebaiknya dituangkan di
pengujian seluruh peraturan perundang-undangan dijadikan satu dalam Undang-Undang, bukan di tingkat PMK. Karenanya,
atap di bawah kewenangan MK. Artinya, PMK pun kelak bisa pembentuk undang-undang perlu juga didorong agar dapat
menjadi objek pengujian di hadapan MK itu sendiri. segera menuangkan materi pokok hukum acara di dalam
Selanjutnya, pandangan ketiga mencoba untuk mencari jalan UU MK. Lebih baik lagi, hukum acara MK dari seluruh
tengah dengan tidak mengharuskan pengundangan PMK untuk kewenangannyadituangkandalam suatu undang-undang tersendiri
sementara waktu. Alasannya, MK dinilai masih berupaya untuk yang terpisah dari UU MK.
mencari pola yang tepat dan sesuai mengenaipengaturan hukum Terlepas dari hal tersebut, praktik yang selama ini dilakukan
acara dalam menangani perkara, sehingga masih memerlukan oleh MK dengan tidak mengundangkan peraturannya justru
fleksibilitas dan penyempurnaan hukum acara dari waktu ke sempat dijadikan rujukan oleh lembaga negara lainnya. Misalnya,
waktu. Misalnya, PMK mengenai hukum acara penyelesaian oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat hendak mengatur
perselisihan hasil pemilihan kepala daerah dan pemilihan umum, larangan bagi caleg mantan terpidana korupsi dalam Peraturan
setiap tahun dan periode selalu mengalami perubahan dan KPU. Padahal, Mahkamah Agung (MA) sekalipun telah sejak
penyempurnaan yang didasarkan dari dinamika praktik hukum lama mengundangkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
acara yang berkembang. di dalam Berita Negara. Menurut Penulis, ketidaksamaan
Di masa mendatang, bagi penganut pandangan ketiga perlakukan dan tindakan dalam proses penyusunan peraturan
ini, ketika hukum acara MK sudah relatif stabil dan tidak perundang-undangan ini akan menjadi hal yang tidak baik dalam
banyak mengalami perubahan, maka PMK dapat diundangkan. sistem dan ketaatan asas perundang-undangan di Indonesia.
Permasalahannya, proses pencarian pola tersebut juga tidak Oleh karenanya, praktik yang berbeda ini harus segera diakhiri.
dapat dibiarkan berlarut-larut. Artinya, perlu ada kepastian dan Langkah pengundangan ini tentunya akan berbeda apabila
batas waktu mengenai kapan hukum acara MK dapat dikatakan di kemudian hari disepakati oleh pembentuk undang-undang atau
telah memuat pengaturan yang tetap dan stabil serta tanpa ada diputus oleh lembaga peradilan konstitusi bahwa peraturan yang
banyak perubahan atau modifikasi dalam praktiknya. Sehingga, dibuat oleh lembaga yudikatif, baik secara teoritis maupun hukum
hal ini akan dapat memberikan kepastian dan keadilan secara positif, tidak lagi dikategorikan sebagai peraturan perundang-
hukum prosedural bagi para pihak yang berperkara. undangan. Dengan kata lain, peraturan yang dibuat lembaga
peradilan bukan lagi termasuk jenis peraturan perundang-
Pengundangan PMK undangan. Sehingga, MK ataupun MA dapat membuat peraturan
Dari ketiga pandangan tersebut, dalam konteks hukum tanpa perlu melalui tahapan pengundangan di Kementerian
positif saat ini, terutama mengacu pada UU Nomor 12 Tahun Hukum dan HAM. Namun, selama ketentuan pengundangan
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, ini masih berlaku, maka menjadi suatu keharusan bagi MK agar
Penulis lebih cenderung pada pendapat pertama, yakni PMK mengundangkan setiap PMK yang dikeluarkannya.

Nomor 140 • Oktober 2018


67
68 Nomor 140 • Oktober 2018
Perpustakaan
Mahkamah Konstitusi
http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/simpus/

Gedung.Mahkamah Konstitusi
Lantai 8
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6
Jakarta Pusat
Telp. (021) 2352 9000

Nomor 140 • Oktober 2018


69
70 Nomor 140 • Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai