Anda di halaman 1dari 72

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG

BERHAK ATAS OBJEK PENGADAAN TANAH


PEMBANGUNAN BANDARA
NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT
(Studi di Dusun Kepek dan Dusun Bapangan Desa Glagah
Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo)
UL

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Sebutan Sarjana Terapan di Bidang Pertanahan
Program Studi Diploma IV Pertanahan Konsentrasi Manajemen Pertanahan

Disusun oleh:
QUSNUL SYAMSUDIN DWI SAPUTRO
NIT. 14232823/MP

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2018

i
ii
iii
MOTTO

Allah yang mematikan dan menghidupkan, untuk menguji


siapa diantara kalian yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa, Maha Pengampun.
(QS. Al Mulk [67] : 2)

Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu (Agama),


maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.
(HR. MUSLIM)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala Puji hanya Bagi Allah SWT


kupersembahkan karya sederhana ini dengan sepenuh hati untuk:
Allah SWT, Sang Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha Pengampu, atas
seluruh Rahmat dan Hidayahnya,
Nabi Muhammad SAW untuk segala ajaran dalam kehidupan dan rasa cinta
kepada umatnya.

Ibu Dwi Usdiningsih, Ibunda tersayang dan tercinta,


Fatikha Nurhidayah, kakak kandung saya dan Mas Saripudin, kakak ipar saya,
Adik Zenith Safa Afriani dan Nabila Safa Salsabila, keponakan tersayang.
Terima kasih untuk doa, dukungan, kekuatan, motivasi dan nasihatnya untuk
saya, semoga saya bisa menjadi lebih baik lagi.
Keluarga Besar Alm. Supadi Tri Saputro, ayahanda saya tercinta yang 23 tahun
lalu telah meninggal, Kakek dan Nenek beserta keluarga besar di Jajar,
Karangasem. Terima kasih atas doa dan dukungannya untuk saya sehinga bias
menyelesaikan tugas belajar.

Bapak Ibu Dosen dan Seluruh Keluarga Besar Civitas Akademika Sekolah
Tinggi Pertanahan Nasional yang telah banyak memberikan bimbingan dan
bantuan selama tugas belajar.

Seluruh Teman-teman Diploma IV STPN Angkatan 23, khususnya Alfian,


Fahrul, Tiwi, Restu, Rifa, Priska, Ajeng, Zainal, Didi, Meilisa, Gege, Agung, Reza,
Hasnim, Danang Dwi, Prayoko, Farhan, Bayu, yang telah banyak memberikan
doa, nasihat, dukungan, bantuan dan motivasi untuk kesuksesan saya.

Seluruh rekan-rekan yang tergabung dalam dunia traveling (ITP, Jamur, Petei,
BI Jogja, Tante Goda, Wacana Bukber) yang sudah mewarnai hidup saya
selama menjalani tugas belajar.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Yang Berhak Atas Objek Pengadaan Tanah Pembangunan Bandara
New Yogyakarta International Airport”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam rangka menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma IV
Pertanahan pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Skripsi ini dapat diselesaikan bukan semata-mata karena kemampuan
penulis sendiri, tetapi juga berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Senthot Sudirman, M.S., selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional dan Dosen Pembahas serta selaku Ketua Kelompok
Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
2. Bapak Dr. Haryo Budhiawan, S.H., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan
Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan
ilmu serta senantiasa sabar dalam membimbing, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
3. Ibu Sri Kistiyah, S.H., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II dan Anggota
Kelompok Penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, motivasi, arahan dan pikirannya sehingga skripsi ini menjadi
lebih baik;
4. Bapak Sudibyanung, S.SiT., M.Si. selaku Ketua Kelompok Penguji yang
telah memberikan saran, kritik, arahan dan juga bimbingan, sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik;
5. Bapak Priyo Katon Prasetyo, S.SiT., M.Si selaku Sekretaris Kelompok
Penguji yang telah memberikan saran, kritik, arahan dan juga bimbingan,
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik;

vi
6. Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan/Karyawati Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik
7. Kepala Desa Glagah, Kepala Dusun Kepek dan Kepala Dusun Bapangan
yang telah memberikan data yang diperlukan penulis dalam penyusunan
skripsi ini;
8. Masyarakat Dusun Kepek dan Bapangan Desa Glagah yang telah
memberikan data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini;
9. Ibunda tercinta serta keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan doa
dan wejangan agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik;
10. Teman-teman keluarga besar Diploma IV Angkatan 23 Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional Yogyakarta yang sudah memberikan dukungan dan
bantuan sepenuhnya kepada pnulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini;
dan
11. Kepada pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan banyak kritik san saran yang membangun agar skripsi
ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi yang
sederhana ini mampu memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para
pembaca, terlebih lagi bagi penulis.

Yogyakarta, Juli 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ iii
MOTTO.................................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
INTISARI............................................................................................................. xiii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6


A. Kerangka Teoritik ........................................................................................ 6
1. Konsep Kondisi Sosial Masyarakat ............................................................. 6
2. Konsep Kondisi Ekonomi Masyarakat ........................................................ 7
3. Konsep Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ............................................. 8
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 16


A. Format Penelitian ....................................................................................... 16
B. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 16
C. Informan dan Teknik Pengambilan Informan ............................................ 16
D. Definisi Operasional Konsep ..................................................................... 17
E. Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 17
F. Analisis Data ............................................................................................. 19

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .............................. 23


A. Gambaran Fisik Wilayah............................................................................ 23
1. Kondisi Geografis Kecamatan Temon ...................................................... 23
2. Kondisi Topografi Wilayah ....................................................................... 26
B. Gambaran Umum Masyarakat Temon ....................................................... 28
1. Kondisi Demografi .................................................................................... 28
2. Kondisi Mata Pencaharian......................................................................... 29

viii
BAB V KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT ................................ 30
A. Kondisi Sosial Masyarakat Dusun Kepek dan Bapangan .......................... 30
B. Kondisi Ekonomi Masyarakat Dusun Kepek dan Bapangan ...................... 36

BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 41


A. Kesimpulan ................................................................................................ 41
B. Saran........................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Luas Desa dan Jumlah Pedukuhan di Kecamatan Temon ....................... 23


Tabel 2 Luas Desa dan Jumlah Pedukuhan dalam Pengadaan Tanah di Kecamatan
Temon ..................................................................................................... 25
Tabel 3 Luas Desa Dirinci Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Temon ... 27
Tabel 4 Jumlah Kepala Keluarga menurut Mata Pencaharian di Lokasi
Pembangunan bandara NYIA ................................................................. 29
Tabel 5 Data Pekerjaan Informan Dusun Kepek dan Bapangan ........................... 30
Tabel 6 Data Pendidikan Informan Dusun Kepek dan Bapangan......................... 35
Tabel 7 Data Pendapatan Informan Dusun Kepek dan Bapangan ........................ 37
Tabel 8 Data Informan Mengenai Dampak Bandara Terhadap Taraf Hidup ....... 39

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 15
Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Temon dan Lokasi Pengadaan Tanah
Bandara NYIA.................................................................................... 25
Gambar 3. Rumah Warga Relokasi....................................................................... 33
Gambar 4. Makam Relokasi .................................................................................. 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 . Peta Administrasi Kecamatan Temon ...............................................46
Lampiran 2. Peta Lokasi Pengadaan Tanah Bandar Udara Baru Kulon
Progo .................................................................................................47
Lampiran 3. Peta Lokasi Pembangunan Untuk Pengembangan Bandara ..............49
Lampiran 4. Sket Relokasi Bandara Desa Glagah .................................................51
Lampiran 5. Kuesioner ...........................................................................................52

xii
INTISARI

Permasalahan dalam pengadaan tanah secara umum adalah pelaksanaan


tahap ganti rugi setelah pelepasan tanah dimana secara keseluruhan memilih ganti
rugi berupa uang. Masyarakat yang berhak atas objek pengadaan tanah bandara
mengalami kehilangan rumah dan lahan dan mendapat ganti rugi, akan tetapi tidak
menjadikan masyarakat mendapat perubahan yang baik dalam meningkatkan
kehidupan mereka dari yang sebelumnya. Proses pengadaan tanah untuk
pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport di Kecamatan
Temon Kabupaten Kulon Progo juga mengalami perubahan kondisi sosial
ekonomi bagi masyarakat yang terkena objek pengadaan tanah bandara. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran informasi mengenai
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berhak atas objek pengadaan tanah untuk
pembangunan Bandara NYIA. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah
dengan menggunakan lembar kuesioner dan wawancara sebagai data kualitatif dan
menggunakan studi dokumen dan lapangan. Desa Glagah yang merupakan salah
satu desa yang menjadi objek pengadaan tanah khususnya Dusun Kepek dan
Dusun Bapangan yang wilayahnya habis terkena dampak pembangunan Bandara
NYIA ditandai dengan masyarakatnya yang memiliki pekerjaan sebagai petani,
pedagang, buruh harian lepas, dan lain-lain. Dimana, setelah pelepasan hak atas
tanahnya menjadi objek pengadaan tanah bandara menjadikan sebagian
masyarakat mengalami kehilangan rumah dan lahan. Pihak bandara memberikan
ganti rugi kepada masyarakat terhadap penggunaan lahan mereka, kemudian
digunakan masyarakat untuk membeli tanah dan membangun rumah di lokasi
relokasi yang disediakan oleh pihak pemerintah desa. Relokasi tersebut
menimbulkan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat sehingga harus
melakukan adaptasi di tempat yang baru. Adaptasi dalam kehidupan sosial
termasuk partisipasi dalam organisasi sosial, dan menjaga hubungan baik dengan
kerabat lingkungan. Adaptasi dalam kehidupan ekonomi termasuk beberapa upaya
seperti mencari mata pencaharian baru dan pekerjaan tambahanserta menyimpan
uang untuk ditabung. Diharapkan dengan adanya kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang berhak atas objek pengadaan tanah Bandara NYIA dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci : kondisi, sosial, ekonomi

xiii
ABSTRACT

The problem in land acquisition in general is the implementation of the


compensation stage after the release of land where overall the compensation is in
the form of money. People who are entitled to the object of airport land
acquisition experience loss of house and land and get compensation, but do not
make the community get a good change in improving their lives than before. The
process of land acquisition for the construction of New Yogyakarta International
Airport in Temon Subdistrict, Kulon Progo Regency, also experienced changes in
socio-economic conditions for the people affected by the object of airport land
acquisition. The purpose of this study is to provide an overview of information on
the socio-economic conditions of the people who are entitled to the object of land
acquisition for the construction of NYIA Airport. The instrument for collecting
data is using questionnaires and interviews as qualitative data and using document
and field studies. Glagah Village, which is one of the villages that is the object of
land acquisition, especially Kepek and Bapangan Hamlets, whose territory has
been affected by the construction of NYIA Airport is marked by the people who
have jobs as farmers, traders, casual daily laborers, and others. Where, after the
release of land rights became the object of airport land acquisition, some people
suffered loss of houses and land. The airport provides compensation to the
community for their land use, then the community uses it to buy land and build
houses on the relocation sites provided by the village government. The relocation
causes changes in the socio-economic conditions of the community so they must
adapt in a new place. Adaptation in social life includes participation in social
organizations, and maintaining good relations with environmental relatives.
Adaptation in economic life includes several efforts such as seeking new
livelihoods and additional jobs and saving money for savings. It is expected that
the socio-economic conditions of the people who are entitled to the NYIA Airport
land acquisition object can improve the welfare of the community.

Keywords: conditions, social, economic

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dewasa ini sedang membangun di segala bidang baik
pembangunan fisik maupun non fisik. Kegiatan pembangunan memerlukan
tanah sebagai sarana dalam menyelenggarakan seluruh segi kehidupan
manusia. Hal tersebut disebabkan karena tanah tidak saja mengandung nilai
ekonomis dan kesejahteraan semata sebagai anggapan sementara orang, akan
tetapi juga menyangkut aspek sosial, budaya dan psikologis. Pelaksanaan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum di Indonesia dengan cara
pelepasan hak atas tanah sering menimbulkan permasalahan. Kebutuhan akan
tanah semakin meningkat guna mendukung pelaksanaan pembangunan,
sementara di pihak lain persediaan akan tanah sangat terbatas.
Permasalahan lain yang timbul adalah pelaksanaan tahap ganti rugi
setelah pelepasan tanah dimana secara keseluruhan memilih ganti rugi berupa
uang. Sebagai contoh dalam pengadaan tanah pembangunan Bandara Kuala
Namu di Desa Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dimana
masyarakat yang berhak yang atas objek pengadaan tanah bandara mengalami
kehilangan rumah dan lahan dan mendapat ganti rugi, akan tetapi tidak
menjadikan masyarakat mendapat perubahan yang baik dalam meningkatkan
kehidupan mereka dari yang sebelumnya. Masyarakat harus melakukan
adaptasi dalam mengikuti perubahan kondisi sosial dan ekonomi sebagai
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Demikian juga yang terjadi dalam
proses pengadaan tanah untuk pembangunan Bandara New Yogyakarta
International Airport di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo juga
mengalami perubahan kondisi sosial ekonomi bagi masyarakat yang terkena
objek pengadaan tanah bandara.
Pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA)
dilatarbelakangi oleh kondisi Bandar Udara Adisucipto yang semakin padat

1
dan kelebihan kapasitas (over capacity) untuk menampung pertumbuhan
penumpang, pesawat, bagasi dan kargo. Upaya peningkatan kualitas telah
beberapa kali dilakukan dengan memperluas lahan bandara pada tahun 2004
seluas 77.200 m2 guna pembangunan parkir. Dilanjutkan pada tahun 2005
seluas 25.189 m2 dan pada tahun 2006 seluas 11.600 m2 di sebelah utara rel
yang juga untuk perluasan bandara umum namun belum bisa menampung
jumlah wisatawan yang terus bertambah tiap tahunnya (Listyawati 2006, 8).
Walaupun telah dilakukan perluasan bandara namun masih belum bisa
menampung jumlah wisatawan yang terus bertambah tiap tahunnya. Dengan
daya tampung hanya 1,2 juta penumpang Bandara Adisutjipto mulai
mengalami penurunan kualitas layanan karena jumlah penumpang yang
dilayani tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas yang ada (Dhika 2017).
Di sisi lain, pengembangan Bandara Adisutjipto sangat terbatas karena
berbagai keterbatasan lahan serta permasalahan keselamatan udara terkait
keberadaan penghalang alam di area sebelah timur bandara. Melihat kondisi
tersebut, Bandara Adisutijpto yang sudah tidak memungkinkan untuk
dikembangkan memunculkan wacana PT. Angkasa Pura I (persero) untuk
membangun bandara baru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Proses pembangunan bandara NYIA termasuk dalam kategori
penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 (UU 2/2012) tentang Pengadaan
Tanah Bagi pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pasal 10 poin d.
Penyelenggaraan Pengadaan tanah untuk pembangunan ditandai dengan
diterbitkannya Izin Penetapan Lokasi (IPL) bandara di Kulon Progo oleh
Gubernur DIY. Izin Penetapan Lokasi (IPL) bandara di Kulon Progo
ditetapkan melalui Keputusan Gubernur No.68/KEP/2015 tanggal 31 Maret
2015 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan untuk Pengembangan Bandara
Baru di Daerah Istimewa Yogyakarta. Disebutkan dalam Izin Penetapan
Lokasi (IPL), bandara baru Yogyakarta akan menempati lahan di Temon
seluas 645,63 hektar. Lokasi itu meliputi lima desa di Kecamatan Temon,
yaitu Desa Glagah, Palihan, Jangkaran, Sindutan dan Kebon Rejo.

2
Proses pengadaan tanah untuk pembangunan bandara NYIA tidak
terlepas dari adanya permasalahan dalam proses pengadaan tanahnya.
Penolakan terhadap terbitnya penetapan lokasi bandara mencapai puncaknya
ketika Paguyuban Wahana Tri Tunggal (WTT) mengajukan gugatan terhadap
surat keputusan penetapan lokasi yang dikeluarkan Gubernur DIY. Akibatnya
proses pengadaan tanah sempat terhenti pada tahap pengumuman penetapan
lokasi sejak Juni 2015 menyusul putusan majelis hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) DIY yang mencabut Izin Penetapan Lokasi (IPL)
pembangunan tersebut. Pembangunan bandara baru yang sempat terhenti
akhirnya dapat dilanjutkan setelah dikabulkannya permohonan kasasi
Gubernur DIY dengan nomor register 456 K/TUN/2015 oleh Mahkamah
Agung.
Penolakan yang dilakukan berimplikasi terhadap nilai ganti kerugian
yang ditaksir terhadap ±300 bidang tanah milik WTT. Tim penilai hanya
dapat menilai berdasarkan luas masing-masing bidang tanpa menilai benda-
benda yang ada di atasnya (baik itu bangunan maupun tanam tumbuh). Hal ini
karena tindakan warga WTT yang tidak kooperatif terhadap pelaksanaan
pengadaan tanah. Sampai akhirnya ganti kerugian dibayarkan, warga WTT
tetap menolak ganti kerugian yang diberikan sehingga pemerintah terpaksa
menitipkan uang ganti kerugian ke pengadilan negeri setempat yakni
Pengadilan Negeri Wates. Namun apa yang terjadi jika masyarakat juga tidak
mengambil uang ganti kerugian yang dititipkan, apakah pengadaan tanah
dikatakan telah menjamin hak-hak masyarakat pemilik tanah. Terlebih lagi
nilai ganti kerugian milik warga WTT yang dititipkan belum mencakup
keseluruhan ganti kerugian yang seharusnya diterima.
Berdasarkan dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Realisasinya dalam
bentuk Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo No. 1 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032.
Pasal 18 dalam Perda No. 1 Tahun 2012 menyatakan bahwa jaringan
transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c berupa

3
bandar udara dengan rencana pembangunan bandar udara baru berada di
Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan
Galur. Jika dilihat dari kondisi geografis Kecamatan Temon menjadi wilayah
staregis bagi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk menentukan lokasi
pembangunan bandara dibandingkan dengan Kecamatan Panjatan, Wates, dan
Galur. Dalam rangka merealisasi pembangunan NYIA diperlukan adanya
pengadaan tanah untuk menyediakan tanah sebagai lokasi pembangunan.
Kegiatan penyediaan tanah dalam rangka pengadaan tanah salah satunya
dilakukan dengan pembebasan tanah atau dengan kata lain pelepasan hak atas
tanah.
Pelepasan hak atas tanah yang dilakukan dalam rangka pengadaan
tanah memiliki keterkaitan erat dalam bidang keadilan sosial, maka dalam hal
ini, pada dasarnya keadilan sosial adalah suatu masalah universal yang ada
manakala rakyat merasa tertindas. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 9 UU 2/2012,
yang dimaksud pelepasan hak adalah pemutusan hubungan hukum dari pihak
yang berhak kepada negara melalui lembaga pertanahan. Di dalam pelepasan
hak untuk kepentingan umum, Negara harus memberikan ganti rugi yang
layak dan adil kepada pemiliknya, sehingga paling tidak kehidupan pemilik
sebelumnya lebih baik daripada kehidupan sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian sebagai
bahan penulisan skripsi dengan judul “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Yang Berhak Atas Objek Pengadaan Tanah Pembangunan Bandara New
Yogyakarta International Airport (Studi di Dusun Kepek dan Dusun
Bapangan Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo)”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
berhak atas objek pengadaan tanah untuk pembangunan Bandara New
Yogyakarta International Airport?

4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Mengetahui sosial ekonomi masyarakat yang berhak atas objek pengadaan
tanah untuk pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport
(NYIA);
1. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran
informasi mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berhak
atas objek pengadaan tanah untuk pembangunan Bandara New
Yogyakarta International Airport (NYIA)
2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman ilmu tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat akibat
kebijakan pemerintah, khususnya tentang penyelenggaraan pengadaan
tanah beserta dampaknya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik
1. Konsep Kondisi Sosial Masyarakat
Menurut Kamus Bahasa Indonesia kondisi diartikan sebagai suatu
keadaan atau situasi. Sedangkan kondisi sosial masyarakat diartikan
sebagai keadaan masyarakat suatu Negara pada saat tertentu (Kamus
Umum Bahasa Indonesia, 2000: 502). Jadi kondisi sosial adalah suatu
keadaan yang berkaitan dengan keadaan atau situasi dalam masyarakat
tertentu yang berhubungan dengan keadaan sosial.
Menurut Dalyono (2005: 133), “Kondisi sosial adalah semua orang
atau manusia lain yang mempengaruhi kita”. Hal ini berarti bahwa
lingkungan sosial juga mempengaruhi pencapaian pendidikan anak.
Kondisi sosial masyarakat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan
(Ihsan, 2003: 10). Kondisi sosial yang mempengaruhi individu dijelaskan
Dalyono (2005: 133) melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung.
Secara langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari-hari baik dari
keluarga, teman dan pekerjaan.
Secara tidak langsung melalui media masa baik cetak, audio
maupun audio visual. Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial yang
sangat berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah teman
bergaul, lingkungan tetangga dan aktivitas dalam masyarakat (Dalyono,
2005: 246).
Menurut Ihsan (2003: 10), “Kondisi masyarakat di mana memiliki
latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga
pendidikan dan sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh
positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi muda.”
Dalam hal ini di mana kondisi sosial ini berpengaruh secara negatif
terhadap pendidikan, maka kondisi ini menjadi pembatas pendidikan.
Orang tua sebagai pendidik secara kodrati harus mampu mengantisipasi

6
pengaruh yang ada karena tidak semua pengaruh kondisi sosial merupakan
pengaruh yang baik. Menurut Linton (2000: 42) kondisi sosial masyarakat
mempunyai lima indikator yaitu: umur dan kelamin, pekerjaan,
kemampuan, keluarga atau kelompok rumah tangga, dan keanggotaan
dalam kelompok perserikatan. Dari kelima indikator tersebut, hanya
indikator umur dan kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses
pendidikan, sehingga tinggal empat indikator yang perlu diukur tingkat
perbaikannya, guna mengetahui tingginya manfaat sosial bagi masyarakat.
Menurut Ahmed (2001: 41) manfaat dalam konteks sosial ekonomi
bagi masyarakat dari suatu program pendidikan adalah berupa perbaikan
dalam hal penghasilan, produktivitas, kesehatan, nutrisi, kehidupan
keluarga, kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi masyarakat. Perbaikan
penghasilan dan sebagian produktivitas, adalah merupakan manfaat
ekonomi bagi masyarakat. Perbaikan dari sebagian produktivitas,
kesehatan, makanan, kehidupan keluarga, kebudayaan, rekreasi, dan
partisipasi adalah merupakan manfaat sosial bagi mayarakat.
Keluarga merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat
ketercapaian pendidikan anak-anaknya. Namun pendidikan keluarga tidak
semata-mata tergantung pada keluarga itu sendiri, oleh karena itu suatu
keluarga tertentu hidup berdampingan dengan keluarga-keluarga lain.
Pengaruh keluarga lainya tidaklah boleh dikesampingkan, demikian halnya
dengan unsur-unsur lainya dalam masyarakat, yang kesemuanya disebut
sebagai kondisi sosial (Soekanto, 2002: 40).

2. Konsep Kondisi Ekonomi Masyarakat


Menurut Mulyanto (2001: 21) menyatakan bahwa kondisi ekonomi
adalah suatu keadaan yang secara rasional dan menetapkan seseorang
pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula
dengan seperangkat hak dan kewaiban yang harus dimainkan oleh si
pembawa status. Adapun indikator yang termasuk dalam kondisi ekonomi
mencakup berbagai hal yang berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan

7
seperti pekerjaan, pendapatan, kesehatan, kepemilikan aset dan pinjaman.
Menurutnya pula ada ciri-ciri keadaan sosial ekonomi yaitu:
a. lebih berpendidikan;
b. mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan,
kesehatan, prestise, pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap
lingkungan;
c. mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar;
d. mempunyai ladang luas;
e. lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk;
f. mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit; dan
g. pekerjaan lebih spesifik.
Aspek ekonomi desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan
masalah kesejahteraan masyarakat desa. Kecukupan pangan dan keperluan
ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga
cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha-
uasahanya (Mulyanto: 2001).

3. Konsep Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan.
Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah.
Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu
masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada
kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan
dan kesejahteraan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat.
Sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering disebut makhluk
sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa bantuan dari
orang lain disekitarnya (Salim 2002, 454). Sementara pengertian
ekonomi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah, segala sesuatu
tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta

8
kekayaan seperti perdagangan, keuangan dan perindustrian. Jadi, dapat
dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan
hidup sehari-hari (Salim 2002, 379).
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara
sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam
masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak
dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status (Sumardi,
2001: 21). Kondisi sosial ekonomi menurut M. Sastropradja (2000)
adalah keadaan atau kedudukan seseorang dalam masyarakat
sekelilingnya. Manaso Malo (2001) juga memberikan batasan tentang
kondisi sosial ekonomi yaitu, Merupakan suatu kedudukan yang diatur
secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam
sosial masyarakat. Pemberian posisi disertai pula dengan seperangkat hak
dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat ditandai adanya saling kenal
mengenal antar satu dengan yang lain, paguyuban, sifat kegotong-
royongan dan kekeluargaan. Mengenai kondisi sosial ekonomi, Yayuk
Yuliati yang dikutip Zaenal Arifin (2002) menjelaskan kondisi sosial
ekonomi sebagai kaitan antara status sosial dan kebiasaan hidup sehari-
hari yang telah membudaya bagi individu atau kelompok di mana
kebiasaan hidup yang membudaya ini biasanya disebut dengan culture
activity, kemudian ia juga menjelaskan pula bahwa dalam semua
masyarakat di dunia baik yang sederhana maupun yang kompleks, pola
interaksi atau pergaulan hidup antara individu menunjuk pada perbedaan
kedudukan dan derajat atau status kriteria dalam membedakan status
pada masyarakat yang kecil biasanya sangat sederhana, karena disamping
jumlah warganya yang relatif sedikit, juga orang-orang yang dianggap
tinggi statusnya tidak begitu banyak jumlah maupun ragamnya.
Sementara W.S Winkel dalam Salim (2001: 100) menyatakan
bahwa pengertian kondisi sosial ekonomi mempunyai makna suatu
keadaan yang menunjukkan pada kemampuan finansial keluarga dan

9
perlengkapan material yang dimiliki, di mana keadaan ini bertaraf baik,
cukup, dan kurang. Selanjutnya Mulyanto (2001: 12) berpendapat
tinjauan sosial ekonomi masyarakat meliputi aspek sosial, aspek sosial
budaya, dan aspek desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek
peluang kerja. Aspek ekonomi desa dan peluang kerja berkaitan erat
dengan masalah kesejahteraan masyarakat desa. Kecukupan pangan dan
keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan
rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan
pengembangan usaha-usahanya. Menurut pendapat Sajogyo (2000),
dalam hubungan dengan pola berusaha tani, perbedaan status seseorang
dalam masyarakat ditentukan oleh pola penguasaan lahan, modal,
teknologi, dan luasnya lahan pemiliknya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa
kondisi sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang
berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlalu umum tentang
pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas
kelompok dari komunitasnya, sedangkan kondisi sosial ekonomi
kaitannya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan
hidup sehari-hari individu atau kelompok.
Kondisi sosial ekonomi berkaitan erat dengan kesejahteraan
penduduk. BPS (2015, 63) menjabarkan mengenai indikator
kesejahteraan rakyat, yaitu:
a. Kependudukan
Meningkatnya jumlah penduduk tentunya akan berdampak pada
munculnya permasalahan dalam hal kependudukan. Semakin banyak
jumlah penduduk, maka dalam penentuan kebijakan semakin banyak
yang perlu dipertimbangkan dalam hal penyediaan berbagai sarana
dan prasarana atau fasilitas-fasilitas umum agar kesejahteraan
penduduk terjamin.
b. Kesehatan dan Gizi

10
Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting untuk
menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah. semakin
sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung
proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu negara/wilayah
semakin baik. Pada akhirnya hasil dari kegiatan perekonomian adalah
tingkat produktivitas penduduk suatu wilayah dapat diwujudkan
c. Pendidikan
Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu
merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan
dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia yang
diperlukan untuk mendukung keberhasilan pembangunan.
d. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu masalah terbesar yang menjadi
perhatian pemerintah, di mana masalah ketenagakerjaan ini
merupakan masalah yang sangat sensitif yang harus diselesaikan
dengan berbagai pendekatan agar masalah tersebut tidak meluas dan
berdampak pada penurunan tingkat kesejahteraan dan keamanan
masyarakat.
e. Tarif dan Pola Konsumsi
Pola konsumsi penduduk juga merupakan salah satu indikator sosial
ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan
setempat.
f. Perumahan dan Lingkungan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer, kebutuhan yang
paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia
sekaligus merupakan faktor penentu indikator kesejahteraan rakyat
g. Kemiskinan
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran.

11
Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup
berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup
yang lebih baik.Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur
secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek
sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual (Adi, 2003). Kesejahteraan
sosial dapat dianalogikan seperti kesehatan jiwa, sehingga dapat dilihat
dari empat sudut pandang, yaitu:
a. Kesejahteraan Sosial Sebagai Suatu Keadaan (Kondisi).
Sebagai suatu kondisi (keadaan), kesejahteraan sosial dapat dilihat
dari rumusan Undang-Undang No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-
ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pasal 2 ayat 1 : “Kesejahteraan
sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga
negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.” Rumusan tersebut
menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan di mana
digambarkan secara ideal adalah suatu tatanan (tata kehidupan) yang
meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak
menempatkan suatu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih
mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan antara
aspek jasmaniah dan rohaniah, ataupun keseimbangan antara aspek
material dan spiritual.
b. Kesejahteraan Sosial Sebagai Suatu Ilmu.
Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang
mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro,
mezzo maupun makro.Ilmu kesejahteraan sosial mengembangkan
beberapa metode intervensi (termasuk di dalamnya aspek strategi dan

12
teknik) guna meningkatkan taraf hidup komunitas sasaran.Metode
intervensi dalam ilmu kesejahteraan sosial secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu intervensi makro
dan mikro. Sebagai ilmu yang terkait dengan pekerjaan yang
memberikan bantuan (helping professions) terhadap klien ataupun
beneficiaries (penerima layanan), ilmu kesejahteraan sosial
merupakan suatu ilmu yang mencoba mensinergikan berbagai ilmu
yang sudah berkembang guna meningkatkan taraf hidup
(kesejahteraan) masyarakat.
c. Kesejahteraan Sosial Sebagai Suatu Kegiatan.
Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat terlihat
dari definisi: kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir
dari berbagai institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang
dirancang guna membantu individu ataupun kelompok agar dapat
mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan
(Friedlander, dalam Adi 2003). Meskipun tidak secara eksplisit
menyatakan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan, pengertian
yang dikemukakan Friedlander di atas sekurang-kurangnya
menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan
(kegiatan) yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Meskipun dalam pengertian yang dikemukakannya Friedlander secara
eksplisit menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah
individu dan kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian Friedlander
juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas.
d. Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan.
Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas
hampir ke seluruh penjuru dunia, sehingga menjadi suatu gerakan
tersendiri yang bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa
masalah kesejahteraan sosial merupakan hal yang perlu diperhatikan
secara seksama oleh masyarakat dunia, baik secara global maupun
parsial. Oleh karena itu muncullah berbagai macam gerakan dalam

13
wujud organisasi lokal, regional, maupun internasional yang berusaha
menangani isu-isu kesejahteraan sosial ini.

B. Kerangka Pemikiran
Pembangunan bandara baru di Kulon Progo merupakan suatu
pembangunan yang bersifat mendesak dan diperuntukkan sebagai
kepentingan umum. Kehadiran bandara baru ini dilakukan sebagai relokasi
bandara Adisucipto yang mengalami overload. Keadaan yang mendesak
tersebut maka kehadiran bandara membutuhkan lahan untuk pembangunan
sehingga harus dilaksanakan proses pengadaan tanah untuk pembangunan
bandara. Pelaksanaan proses pengadaan tanah, pemerintah bertangung jawab
untuk menyediakan relokasi bagi masyarakat yang berhak atas objek
pengadaan tanah pembangunan bandara NYIA. Pemindahan relokasi tersebut
akan mempengaruhi perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Pada
dasarnya perubahan yang terjadi dengan kehadiran bandara NYIA terjadi pada
seluruh aspek kehidupan masyarakat, meliputi aspek budaya, sosial, ekonomi,
politik dan lingkungan. Aspek yang paling berdampak pada kehidupan
masyarakat yang terkena relokasi dalam pembangunan bandara NYIA adalah
aspek sosial dan ekonomi. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terjadi
dapat dilihat dari beberapa hal yaitu pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Hal ini berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat yang terkena relokasi
pembangunan bandara. Alur pemikiran penulis dapat dilihat pada bagan alir
pemikiran berikut :

14
Pengadaan Tanah
Pembangunan Bandara NYIA

Relokasi

Kondisi Sosial Ekonomi

Pendidikan Pekerjaan Pendapatan

Kesejahteraan Masyarakat

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Format Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif dilakukan Peneliti dengan cara terlibat di lokasi
penelitian melalui wawancara langsung terhadap informan. Peneliti juga
bertindak sebagai “instrument penelitian” dengan berusaha memahami
karakteristik lapangan yang berintegrasi dengan kehidupan masyarakat yang
diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Metode
deskriptif dipandang sebagai metode pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat dalam mempelajari masalah, serta tatacara yang berlaku dalam
masyarakat dan juga situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-
kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 2013).

B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Dusun Kepek dan Dusun Bapangan, Desa
Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Dusun Kepek dan
Dusun Bapangan merupakan 2 (dua) dari 6 (enam) dusun yang wilayahnya
habis terkena dampak pembangunan bandara NYIA dan untuk relokasi
warganya disediakan satu tempat berupa Tanah Kas Desa Glagah yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pembangunan relokasi obyek pengadaan tanah
untuk pembangunan bandara NYIA yang sudah mendapatkan izin dari
Gubernur DIY.

C. Informan dan Teknik Pengambilan Informan


Informan dalam penelitian ini adalah pihak yang berhak dalam
pengadaan tanah pembangunan bandara NYIA, yaitu masyarakat Dusun
Kepek dan Dusun Bapangan beserta pihak-pihak yang dinilai mengetahui
kondisi Dusun Kepek dan Dusun Bapangan pasca pelepasan hak atas tanah

16
dalam rangka pengadaan tanah pembangunan bandara NYIA. Peneliti
mengambil informan sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 orang penduduk
Dusun Kepek dan 10 orang penduduk Dusun Bapangan dengan latar belakang
yang berbeda berdasarkan pertimbangan tertentu. Pengambilan informan
dilakukan menggunakan metode purposive sampling, dimana informan
diambil secara tidak acak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu
disesuaikan dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian.

D. Definisi Operasional Konsep


Untuk mendapatkan kesepahaman dan menghindari kesalahan dalam
menafsirkan, maka peneliti membuat definisi terhadap masalah yang diteliti
antara lain sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilaksanakan terhadap pihak yang berhak yang memiliki
objek dalam pengadaan tanah untuk pembangunan Bandara NYIA,
khususnya masyarakat Dusun Kepek dan Dusun Bapangan yang
menempati tempat relokasi yang disediakan oleh Pemerintah Desa
Glagah;
2. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud merupakan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setelah dilaksanakannya pelepasan hak atas tanah mereka.

E. Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuesioner dan hasil wawancara terhadap informan, yaitu para pihak yang
berhak serta pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan tanah
untuk pembangunan bandara NYIA di Dusun Kepek dan Dusun
Bapangan, Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo,
yaitu:

17
a. Kepala Dusun Kepek, Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten
Kulon Progo. Data yang diperoleh adalah informasi mengenai
gambaran umum kondisi wilayah selama terjadi pembangunan
bandara NYIA.
b. Kepala Dusun Bapangan, Desa Glagah, Kecamatan Temon,
Kabupaten Kulon Progo. Data yang diperoleh adalah informasi
mengenai gambaran umum kondisi wilayah selama terjadi
pembangunan NYIA.
c. Masyarakat yang berhak atas objek pengadaan tanah untuk
pembangunan NYIA di Dusun Kepek dan Dusun Bapangan, Desa
Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Data yang
diperoleh adalah informasi mengenai keadaan sosial dan ekonomi
selama terjadi pengadaan tanah untuk pembangunan bandara NYIA.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumen.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari:
a. Peta Pembangunan bandara NYIA dari Kantor Pertanahan
Kabupaten Kulon Progo;
b. Sket Blok Relokasi Dusun Kepek dan Bapangan Desa Glagah dari
Kantor Pertanahan Kabupaten Kulon Progo;
c. Daftar kependudukan masyarakat yang menempati wilayah relokasi
serta kepemilikan tanah masyarakat yang berhak atas obyek
pengadaan tanah untuk pembangunan bandara NYIA.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Wawancara dengan informan dan membagikan lembar kuesioner kepada,
masyarakat yang bidang tanahnya menjadi objek pengadaan tanah
maupun pemerintah desa yang mengetahui gambaran umum sosial
ekonomi di wilayah Dusun Kepek dan Dusun Bapangan, Desa Glagah,
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo tersebut. Data yang

18
dihasilkan berupa informasi terkait dampak sosial dan ekonomi akibat
adanya pengadaan tanah untuk pembangunan bandara NYIA.
2. Studi dokumen, pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca
peraturan-peraturan pengadaan tanah, buku-buku dan literatur tentang
sosial ekonomi dan pengadaan tanah, yang dapat menjadi landasan teori
dan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
studi dokumen dapat memberikan informasi dari berbagai literatur yang
berupa data seperti kesesuaian terhadap proses kegiatan, waktu
pelaksanaan, bentuk dan besar ganti rugi, gambaran umum lokasi
penelitian, serta keadaan sosial dan ekonomi masyarakat.

F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data
dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan. berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan oleh
peneliti:
1. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data
berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat
partisi, dan menulis memo.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverivikasi. Reduksi data atau proses

19
transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai
laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat
disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui
seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam
suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
2. Triangulasi
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan
teknik Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data.
Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng,
2004:330). Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang
berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.
Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga
dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu
triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti
terhadap data, karena itu Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan
empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat
macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik
pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331).
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai
berikut :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

20
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa
dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh
seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan
aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam
suatu penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi
diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif dan
kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.
Murti B., 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan
triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis,
maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi
memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan
kuantitatif, sedangkan menurut Yin R.K, 2003 menyatakan bahwa
pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam
penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi
yang tersusun member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan (Ulber Silalahi, 2009: 340).
Penyajian data yang sering digunakan untuk data kualitatif pada
masa yang lalu adalah dalam bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan,
atau bahkan ribuan halaman. Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah yang
besar melebihi beban kemampuan manusia dalam memproses informasi.
Manusia tidak cukup mampu memproses informasi yang besar jumlahnya;
kecenderungan kognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang

21
kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau
konfigurasi yang mudah dipahami.
Penyajian data dalam kualitatif sekarang ini juga dapat dilakukan
dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya
dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu padan dan mudah diraih. Jadi, penyajian data merupakan
bagian dari analisis.
3. Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verivikasi.
Ketika kegiatan pengumpullan data dilakukan, seorang penganalisis
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat
menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul
bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan,
pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang
digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan pemberi dana, tetapi sering
kali kesimpulan itu telah sering dirumuskan sebelumnya sejak awal.

22
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Gambaran Fisik Wilayah


Gambaran mengenai wilayah penelitian merupakan suatu gambaran
umum mengenai wilayah yang digunakan sebagai lokasi penelitian. Data
mengenai wilayah penelitian ini didapatkan peneliti melalui data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Kecamatan Temon
yaitu Kecamatan Temon Dalam Angka 2017.
1. Kondisi Geografis Kecamatan Temon
Kecamatan Temon merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang
ada di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Luas keseluruhan Kecamatan Temon yaitu 3.629,09 Ha yang terdiri atas
15 Desa dengan 96 pedukuhan dan merupakan Kecamatan yang memiliki
jumlah desa terbanyak di Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 1 Data Luas Desa dan Jumlah Pedukuhan di Kecamatan Temon


Luas Persentase
No Nama Desa Pedukuhan
(Ha) (%)
1 2 3 4 5
1. Jangkaran 365,64 10,08 8
2. Sindutan 297,80 8,21 7
3. Palihan 358,71 9,88 9
4. Glagah 603,94 16,64 9
5. Kalidengen 150,75 4,15 3
6. Plumbon 303,68 8,37 10
7. Kedundang 139,02 3,83 6
8. Demen 97,54 2,69 7
9. Kulur 279,75 7,71 7
10. Kaligintung 218,66 6,03 5
11. Temon Wetan 222,69 6,14 7

23
Lanjutan Tabel 1

1 2 3 4 5
12. Temon Kulon 155,71 4,29 5
13. Kebon Rejo 172,45 4,75 5
14. Janten 133,11 3,67 5
15. Karangwuluh 129,64 3,57 4
Jumlah 3.629,09 100,00 96
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2017

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Desa Glagah memiliki luas


desa paling luas diantara desa lainnya yaitu sebesar 16,64% dari
keseluruhan wilayah Kecamatan Temon. Desa Glagah merupakan salah
satu desa yang termasuk dalam pembangunan bandara NYIA di Kabupaten
Kulon Progo. Selain Desa Glagah yang termasuk dalam pembangunan
bandar udara baru, Desa Jangkaran, Desa Sindutan, Desa Palihan termasuk
kedalam 5 Desa terluas di Kecamatan Temon. Sementara Desa Kebon
Rejo hanya mencakup 4,75% dari keseluruhan wilayah Kecamatan
Temon.
Secara astronomis, Kecamatan Temon terletak antara Garis Lintang
07o 91‟ 67‟‟ Lintang Selatan dan Garis Bujur 110o 15‟ 00‟‟ Bujur Timur.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Temon memiliki batas-batas:
Utara : Kecamatan Kokap;
Selatan : Samudera Hindia;
Barat : Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah;
Timur : Kecamatan Wates dan Kecamatan Pengasih.
Berdasarkan uraian batas-batas tersebut, Kecamatan Temon
berbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah,
selain itu jarak Kecamatan Temon dari Ibukota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta ±48 km. Akses jalan darat dari Kota Yogyakarta menuju
Kecamatan Temon dapat ditempuh melalui Jalan Nasional Selatan Jawa
antara Yogyakarta-Purworejo. Hal tersebut menjadi faktor pendukung

24
terpilihnya Kecamatan Temon sebagai lokasi pengadaan tanah untuk
pembangunan Bandara NYIA di Kabupaten Kulon Progo.

Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Temon dan Lokasi


Pengadaan Tanah Bandara NYIA
Sumber : Lampiran Penelitian Setyabella, Hasil Pengolahan Data, Mei 2018

Pengadaan tanah untuk pembangunan Bandara NYIA meliputi 5


desa di Kecamatan Temon yaitu Desa Jangkaran, Desa Sindutan, Desa
Palihan, Desa Glagah, dan Desa Kebonrejo. Perincian luas yang digunakan
dan jumlah pedukuhan yang digunakan untuk pembangunan NYIA yang
berada dalam Izin Penetapan Lokasi dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Luas Desa dan Jumlah Pedukuhan dalam Pengadaan Tanah
Bandara NYIA
Luas yang
Luas Wilayah digunakan
No Desa Pedukuhan
(Ha)
Ha %
1 2 3 4 5 6
1 Jangkaran 365,64 49,99 13,67 2
2 Sindutan 297,80 52,34 17,57 1
3 Palihan 358,71 193,05 53,82 7
4 Glagah 603,94 260,43 43,12 9
5 Kebonrejo 172,45 31,30 18,15 1
NYIA 587,11 32,64 20

Sumber : Kantor Wilayah BPN Provinsi DIY, 2017

25
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa wilayah desa yang paling
banyak digunakan untuk pengadaan tanah NYIA adalah Desa Glagah
yakni meliputi 9 pedukuhan, sedangkan wilayah desa yang paling sedikit
digunakan untuk pengadaan tanah NYIA adalah Desa Kebonrejo dengan 1
pedukuhan. Luas pengadaan tanah NYIA yang disajikan dalam tabel di
atas yakni seluas 587,11 ha merupakan luas yang berada dalam Izin
Penetapan Lokasi berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 68/KEP/2015
tentang Penetapan Lokasi Pembangunan untuk Pengembangan Bandara
Baru di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan tabel 2 di atas terdapat 20 (dua puluh) dusun yang
terkena pengadaan tanah untuk pembangunan bandara NYIA, 6 (enam)
dusun di antaranya, wilayahnya habis termasuk ke dalam objek pengadaan
tanah dengan 4 (empat) dusun berada di Desa Palihan, yaitu Dusun Kragon
2, Munggangan, Ngringgit dan Tanggalan, sedangkan 2 (dua) dusun
lainnya terdapat di Desa Glagah yaitu Dusun Bapangan dan Kepek.
Penelitian kali ini dilakukan terhadap 2 (dua) dusun terakhir, yaitu Dusun
Kepek dan Dusun Bapangan.

2. Kondisi Topografi Wilayah


Kecamatan Temon merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km
berada dibagian selatan Kabupaten Kulon Progo yang merupakan dataran
rendah dengan ketinggian sampai dengan 100 meter di atas permukaan air
laut dan rata-rata berada pada ketinggian ±15 meter di atas permukaan air
laut. Berdasarkan kemiringan lahan, wilayah bagian selatan termasuk
Kecamatan Temon memiliki lereng 0-20, dengan kondisi topografi yang
relatif datar tersebut menjadi nilai lebih bagi Kecamatan Temon pada saat
pemilihan lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan bandar udara
baru.
Kondisi fisik daerah penelitian menggambarkan fisiografis wilayah
yang mempengaruhi aktivitas sosial ekonomi, termasuk pemanfaatan dan
pengembangan wilayah.

26
Tabel 3 Luas Desa Dirinci Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Temon (Ha)
Tanah Tanah Hutan Hutan Lain-
No Nama Desa Bangunan Jumlah
Sawah Kering Rakyat Negara nya
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Jangkaran 46,00 71,70 35,43 - - 212,51 365,64
2. Sindutan 104,75 119,98 44,08 - - 28,99 297,80
3. Palihan 71,70 146,53 53,34 - - 87,14 358,71
4. Glagah 125,00 144,53 153,21 - - 181,20 603,94
5. Kalidengen 76,00 48,87 19,32 - - 6,56 150,75
6. Plumbon 125,00 73,68 96,69 - - 8,31 303,68
7. Kedundang 56,50 55,37 17,55 - - 9,60 139,02
8. Demen 43,00 34,52 14,98 - - 5,04 97,54
9. Kulur 38,75 165,70 66,13 - - 9,17 279,75
10. Kaligintung 59,00 96,21 33,66 - - 29,79 218,66
11. Temon Wetan 54,00 135,00 29,38 - - 4,31 222,69
12. Temon Kulon 54,00 45,31 50,54 - - 5,86 155,71
13. Kebon Rejo 75,00 63,19 20,80 - - 13,46 172,45
14. Janten 68,00 36,10 16,54 - - 12,47 133,11
15. Karang Wuluh 69,00 26,14 24,68 - - 9,82 129,64
Jumlah/Total 1 065,70 1 262,83 676,33 - - 624,23 3 629,09
Sumber : Kecamatan Temon dalam Angka 2017, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tabel 3 di atas, penggunaan lahan di Kecamatan


Temon, untuk desa yang digunakan dalam pembangunan bandar udara
baru yaitu Desa Jangkaran dan Glagah, sebagian besar penggunaan
lahhanya merupakan kategori lainnya dalam hal ini umumnya
merupakan tambak dan kolam. Desa Sindutan dan Kebon Rejo
penggunaan lahannya didominasi oleh tanah sawah dan tanah kering,
sedangkan di Desa Palihan penggunaan lahan yang tinggi adalah tanah
kering.
Melihat penggunaan lahan yang ada pada tabel 3, kita bisa
mendapatkan gambaran aktifitas sosial ekonomi masyarakat di 5 Desa

27
tersebut. Kegiatan bertani dan tambak merupakan mata pencaharian
pada sebagian besar masyarakat di 5 desa yang terkena dampak
pembangunan bandara NYIA.

B. Gambaran Umum Masyarakat Temon


1. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Temon tahun 2017 berdasarkan
angka estimasi Sensus Penduduk tahun 2010 (SP2010) yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 26.343 jiwa, yang terdiri dari
12.913 penduduk laki-laki dan 13.430 penduduk perempuan, sedangkan
jumlah penduduk tahun 2016 berdasarkan estimasi hasil SP2010,
mencapai 26.048 jiwa, yang terdiri dari 12.764 penduduk laki-laki dan
13.284 penduduk perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Kecamatan Temon tahun 2016-2017 bertambah sebanyak 295
jiwa. Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) Kecamatan Temon adalah 96 yang
berarti dalam 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Temon tahun 2017 mencapai 726
jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 15 desa cukup beragam dengan
kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Kedundang dengan
kepadatan sebesar 1.523 jiwa/km2 dan terendah di Desa Glagah 475
jiwa/km2.
Kepadatan penduduk di lima desa yang ditetapkan sebagai lokasi
pembangunan bandar udara baru relatif rendah yaitu dibawah rata-rata
kepadatan penduduk di Keamatan Temon dan bila dibandingkan desa
lainnya yang ada di Kecamatan Temon. Hal tersebut turut serta menjadi
bahan pertimbangan saat dilakukan pemilihan lokasi pembangunan
bandara NYIA, sebab dampak yang akan ditimbulkan dari pembangunan
tersebut akan berdampak langsung terhadap penduduk yang bertempat
tinggal di lokasi tersebut.

28
2. Kondisi Mata Pencaharian
Mata Pencaharian merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan
sehari-hari sebagai pekerjaan pokok untuk memperoleh taraf hidup
yang layak.. Jika dilihat dari komposisi penduduk di wilayah
Kecamatan Temon, jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2015
sebesar 69,12% dengan angka beban ketergantungan sebesar 44,67.
Pada Tahun 2015 dari berbagai mata pencaharian penduduk Kecamatan
Temon, sektor pertanian menempati urutan teratas dengan persentase
sebesar 54,16%. Khusus pada lokasi pembangunan NYIA, rincian kepala
keluarga berdasarkan mata pencaharian adalah sebagai berikut.
Tabel 4 Jumlah Kepala Keluarga menurut Mata Pencaharian di Lokasi
Pembangunan Bandara NYIA
No Desa Mata Pencaharian Jumlah
Petani Buruh Pedagang Lain-lain KK
1 Jangkaran 6 - 5 - 11
2 Sindutan 7 - - 1 8
3 Palihan 173 27 33 35 268
4 Glagah 158 3 4 22 187
5 Kebonrejo 25 - 12 7 44
Jumlah KK 369 30 54 65 518
Persentase (%) 71,24 5,79 10,42 12,55 100

Sumber: Dokumen Permohonan Pelepasan Tanah Kas Desa untuk


Relokasi Warga Terdampak Bandara NYIA, 2016

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa 71,24%


kepala keluarga pada lokasi pembangunan NYIA merupakan petani.
Mata pencaharian lain meliputi: pedagang sebesar 10,42%; buruh
sebesar 5,79 %; dan lain-lain sebesar 12,55%. Sebagian besar para
petani di lokasi pembangunan bertani di tanah pertanian yang juga
berada di lokasi pembangunan. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi
alih profesi dari petani ke non petani dapat terjadi mengingat mereka
telah kehilangan lahan pertanian. Kondisi saat ini, sebagian petani
masih menanam tanaman semusin di tanah pertanian mereka.

29
BAB V
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

A. Kondisi Sosial Masyarakat Dusun Kepek dan Dusun Bapangan


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tentang kondisi sosial
ekonomi masyarakat, dapat dilihat dari hasil kuesioner dengan 18 (delapan
belas) informan. Data tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat diperoleh
melalui kuesioner dan wawancara dengan informan. Sebagaimana umumnya
masyarakat pedesaan, sumber utama pemenuhan kebutuhan ekonomi di Dusun
Kepek dan Bapangan adalah pada sektor pertanian, sehingga pola hidup
masyarakat petani lebih mewarnai kehidupan desa. Jenis pekerjaan mereka
sebagian besar adalah petani. Sebagian yang lain adalah Pegawai Negeri Sipil,
Pensiunan, Wiraswasta dan Pengusaha.
Tabel 5. Daftar Pekerjaan Informan di Dusun Kepek dan Bapangan
Pekerjaan Sebelum
No. Informan Relokasi Pekerjaan Saat ini
1 Fatkurohman Petani Petani
2 Wiyatmo PNS PNS
3 Catur Rochmad S Wiraswasta Wiraswasta
4 Suparjo Petani Petani
5 Suwandi Petani Petani
6 Kuswiyanto Petani Petani
7 Susmiasih Petani Tidak Bekerja
8 Sokomulyono Pensiunan PNS Tidak Bekerja
9 Suyono Petani Petani
10 Sudarman Petani Petani
11 Parsono Pensiunan ABRI Tidak Bekerja
12 Sukaryo Petani Petani
13 Nanang Wiyatmo Pensiunan Bank Tidak Bekerja
14 M. Syukron Pengusaha Pengusaha
15 Sudiyem Petani Petani
16 R. Tri Laksono Petani Petani
17 Suyadi Pensiunan PNS Tidak Bekerja
18 Aji Puji Raharjo Petani Petani
Sumber : Data Olahan Peneliti 2018

30
Berdasarkan tabel 5 di atas sebelum relokasi ada 11 (sebelas) informan
yang bekerja sebagai petani, informan lainnya bekerja sebagai PNS,
Wiraswasta, Pensiunan dan Pengusaha. Hal ini menunjukkan bahwa memang
sektor pertanian sangat dominan di wilayah Dusun Kepek dan Bapangan
karena sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian. Pasca relokasi,
beberapa informan masih tetap dengan pekerjaan yang sama, hanya sebagian
informan yang setelah itu tidak bekerja, yaitu informan Susmiasih,
Sokomulyono, Parsono, Nanang dan Suyadi. Informan Susmiasih tidak bekerja
sebagai petani lagi karena setelah relokasi hanya membeli tanah dan dibangun
rumah saja, dan perintah dari anaknya supaya tidak perlu bekerja lagi. Hal ini
disampaikan informan Susmiasih sebagai berikut :
“Saya sudah tidak boleh lagi bekerja sama anak saya, uang dari hasil
ganti rugi supaya digunakan untuk membeli tanah dibangun rumah dan
sisanya ditabung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi saya sudah
tidak bertani lagi.”
Selain itu berdasarkan informan Sokomulyono sebagai berikut :
“Setelah saya menerima ganti rugi, uangnya saya belikan tanah saja di
tempat relokasi yang disediakan pihak desa dan sisanya saya simpan
sebagai tabungan krena saya juga sudah menerima uang pensiunan, jadi
saya sementara beraktivitas di rumah saja.”

Sejumlah 18 (delapan belas) informan tersebut merupakan sebagian dari


masyarakat Dusun Kepek dan Bapngan yang merupakan objek pengadaan
tanah Bandara NYIA. Pada Dusun Kepek, objek pengadaan tanah meliputi
bidang tanah milik 55 kepala keluarga (KK) dari total 65 KK yang mendiami
Dusun Kepek. Adapun untuk wilayah Dusun Bapangan, terdapat 76 KK yang
bidang tanahnya menjadi objek pengadaan tanah, dari total 91 KK penduduk
Dusun Bapangan (Dewi 2017, 85). Warga kedua dusun telah menerima ganti
kerugian berupa uang atas objek pengadaan tanah yang mereka miliki/kuasai,
kecuali warga yang masih menolak pembangunan bandara, yaitu sebanyak 5
KK yang bertempat tinggal di Dusun Bapangan. Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Dusun Bapangan (tanggal 28 April 2018), didapatkan informasi
bahwa penolakan tersebut disebabkan karena ketidakinginan warga
meninggalkan tanah leluhur yang menyimpan banyak sejarah bagi mereka.

31
Masyarakat yang sebagian besar merupakan petani juga tidak ingin
meninggalkan lahan pertanian sebagai sumber mata pencahariannya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat (2) Undang-undang Nomor 2 Tahun
2012, pada saat menerima ganti kerugian, masyarakat yang menguasai atau
memiliki objek pengadaan tanah juga wajib melepaskan haknya, begitu pula
yang terjadi pada pengadaan tanah untuk pembangunan bandara NYIA. Tidak
hanya kehilangan bidang tanah, masyarakat yang bidang tanahnya menjadi
objek pengadaan tanah juga harus merelakan bangunan tempat tinggal mereka
dirobohkan dengan diberikan ganti kerugian.
Terhadap lokasi tempat tinggal baru bagi masyarakat Desa Glagah yang
bidang tanahnya menjadi objek pengadaan tanah, Pemerintah Desa Glagah
sendiri telah menyediakan tempat relokasi. Tempat relokasi tersebut
merupakan Tanah Kas Desa milik Pemerintah Desa Glagah yang telah
dikapling dengan masing-masing bidang tanah seluas 200 m2. Pemerintah Desa
Glagah menyediakan sebanyak 102 kapling bidang tanah sebagai tempat
relokasi hunian khusus hanya bagi warga Desa Glagah yang kehilangan tempat
tinggalnya akibat menjadi objek pengadaan tanah (lihat Lampiran 3). Proses
pendaftaran tanah dari masing-masing bidang tanah ini masih dalam
penanganan Kantor Pertanahan Kabupaten Kulon Progo.
Masyarakat dapat membeli bidang tanah baru di tempat relokasi
menggunakan uang ganti kerugian yang telah diterima sebelumnya dan
kemudian membangun hunian di atas bidang tanah tersebut. Sebenarnya tidak
ada kewajiban bagi masyarakat untuk membeli bidang tanah baru di tempat
relokasi tersebut, namun sebagian warga sudah bersedia direlokasi ke tempat
yang disediakan oleh Pemerintah Desa Glagah tersebut. Berdasarkan
wawancara dengan Kepala Dusun Bapangan (tanggal 28 April 2018) diketahui
bahwa alasan masyarakat menerima relokasi tersebut adalah :
a. Mengikuti arahan dari Kepala Dusun sebagaimana yang disampaikan dalam
sosialisasi;
b. Relokasi yang disediakan oleh Pemerintah Desa Glagah merupakan pilihan
tercepat dan termudah yang dapat diakses oleh masyarakat.

32
Sebanyak 96 KK yang berasal dari kedua dusun, yaitu 50 KK dari Dusun
Kepek dan 46 KK dari Dusun Bapangan telah menempati hunian yang
dibangun di tempat relokasi yang baru. Lingkungan dari tempat relokasi ini
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

Gambar 3. Rumah Warga Relokasi


Sumber : Dokumentasi Peneliti 2018

Tidak hanya pemindahan hunian ke tempat relokasi, pemindahan juga


dilakukan terhadap makam yang terdapat pada lokasi pengadaan tanah untuk
pembangunan bandara NYIA. Sebelumnya, di Dusun Kepek dan Dusun
Bapangan terdapat beberapa lokasi pemakaman. Makam kedua dusun yang
sebelumnya terpisah dalam 6 (enam) blok tersebut kemudian direlokasi ke satu
blok yang terletak di sebelah Utara hunian blok Dusun Kepek. Makam hasil
relokasi dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 4. Makam Relokasi


Sumber : Dokumentasi Peneliti 2018

33
Sebagaimana layaknya sebuah daerah permukiman, tempat relokasi yang
disediakan oleh Pemerintah Desa Glagah ini juga dilengkapi dengan fasilitas
umum berupa masjid dan bangunan sekolah. Gedung sekolah ini merupakan
pengganti dari gedung Sekolah Dasar Negeri 3 Glagah yang harus dibongkar
akibat masuk ke dalam wilayah pengadaan tanah untuk pembangunan bandara
NYIA. Pembangunan masjid dan gedung sekolah tersebut masih dalam proses
pembangunan. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sendiri siap
menggelontorkan dana sebesar 4 miliar rupiah untuk membangun gedung baru
SD Negeri 3 Glagah yang nantinya akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas
baru, seperti laboratorium komputer dan musholla („Bangun SD Negeri 3
Glagah‟ 2018).
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan masyarakat di Dusun
Kepek dan Bapangan dapat dikategorikan cukup bagus (Dapat dilihat dari tabel
6 di bawah ini). Selanjutnya dari hasil wawancara dengan Kepala Dusun
Bapangan (Bapak Suparjo) dan Kepala Dusun Kepek (Bapak Fatkurohman)
diketahui bahwa masyarakat di Dusun Kepek dan Bapangan memilikilatar
belakang pendidikan yaitu, antara SD, SMP dan SLTA, walaupun ada sebagian
kecil yang sampai sampai kejenjang Perguruan Tinggi (Diploma, S1 dan S2).
Penduduk Dusun Kepek dan Bapangan paling dominan berada pada
tingkat SLTA, yaitu ada sejumlah 6 (enam) informan. Adapun alasan faktor
yang menyebabkan dominannya penduduk yang berada pada tingkat SLTA,
karena sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang ada di wilayah
Kecamatan Temon sudah memadai. Hal ini seperti disampaikan informan
Fatkurohman sebagai berikut:
“Warga disini rata-rata sekolah sampai ke jenjang SMP dan SMA bahkan
ada juga yang bisa lanjut ke Perguruan Tinggi karena dari segi fasilitas
pendidikan di wilayah Kecamatan Temon, Kabupaten Kuln Progo dan
Provinsi DIY sangat memadai, selain itu dari segi ekonomi sudah
mencukupi untuk menyekolahkan anaknya agar jadi orang sukses.”

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam


upaya untuk meningkatkan pengetahuan penduduk, karena pada pembangunan
sekarang ini sangat diperlukan partisipasi dari penduduk yang terdidik dan

34
terampil agar dapat berpartisipasi penuh dalam pembangunan Bandara NYIA.
Berdasarkan data dari beberapa informan di bawah ini mengenai data
pendidikan masyarakat maka terlihat bahwa masyarakat Dusun Kepek dan
Bapangan memiliki latar belakang pendidikan yang baik sehingga memiliki
wawasan dan pandangan yang baik mengenai adanya proyek pembangunan
Bandara NYIA dan prospek kedepannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
informan yang mampu meneruskan anak-anaknya melanjutkan pendidikan ke
jenjang lebih tinggi sampai dengan Universitas atau Perguruan Tinggi.
Tabel 6. Data Pendidikan Informan di Dusun Kepek dan Bapangan
Jumlah Anggota Masih
No. Informan Pendidikan Keluarga tanggungan Keterangan
1 Fatkurohman SLTA 4 4 SD, SMP, SMA, Universitas
2 Wiyatmo SLTA 3 -
3 Catur Rochmad S S1 3 1 Belum sekolah
4 Suparjo SMP 4 2 SD, SMP
5 Suwandi SMP 4 2 SD
6 Kuswiyanto SLTA 4 2 Universitas
7 Susmiasih SD 1 -
8 Sokomulyono SD 4 2 Universitas
9 Suyono SD 5 3 SMA
10 Sudarman SMP 4 2 SD, SMP
11 Parsono SLTA 2 -
12 Sukaryo SD 5 5 SD, SMP
13 Nanang Wiyatmo SLTA 2 -
14 M. Syukron S2 4 2 Belum sekolah
15 Sudiyem SMP 4 2 SD
16 R. Tri Laksono DIPLOMA 4 2 SMP, SMA
17 Suyadi SMP 2 -
18 Aji Puji Raharjo SLTA 4 2 SD
Sumber : Data Olahan Peneliti 2018
Berdasarkan hasil penelitian di lokasi relokasi menyatakan bahwa
terdapat kondisi sosial mengenai karakteristik masyarakat dimana yang
dahulunya mengutamakan gotong-royong, menjadi cenderung hidup sendiri-
sendiri. Rasa kekeluargaan di antara masyarakat yang semula cukup tinggi,
juga semakin berkurang seiring dengan perpindahan mereka ke tempat yang
baru. Masyarakat yang awalnya hidup bertetangga, setelah direlokasi harus

35
menyesuaikan kembali dengan kondisi masyarakat di lingkungan yang baru.
Kondisi sosial masyarakat setelah adanya ganti rugi berupa uang juga
memicu hubungan yang tidak harmonis di tengah-tengah masyarakat,
mengingat pengadaan tanah untuk pembangunan bandara NYIA ini belum
sepenuhnya selesai dan masih terdapat masyarakat yang menolak pindah dari
tempat tinggalnya sebelumnya. Hal ini disampaikan informan Suparjo
(Kepala Dusun Bapangan) sebagai berikut:
“Saya sudah banyak kehilangan kontak dengan warga saya sehingga
komunikasi dengan beberapa warga sulit terjalin terutama dengan
pihak warga yang masih menolak bandara. Saya sendiri disini di
lokasi relokasi juga merasakan rasa kebersamaan yang dulu dalam
hidup bertetangga sudah berbeda karena sekarang seperti tinggal di
komplek perumahan.”

Informan Fatkurohman juga menyampaikan sebagai berikut:


“Saya disini sudah merasakan bagaimana warga saya yang dulu mulai
protes bahkan memberontak saya terkait adanya proyek bandara,
tetapi pada akhirnya dengan ajakan persuasif masyarakat bisa menurut
untuk pindah ke lokasi relokasi yang disediakan pihak Desa Glagah.
Hubungan saya dengan warga disini juga berbeda (kurang harmonis)
dengan sebelumnya karena terkait persepsi adanya proyek bandara ini,
dimana kapasitas saya disini sebagai perangkat desa yang harus bisa
menjembatani semua pihak demi keberlanjutan kehidupan bersama-
sama.

B. Kondisi Ekonomi Masyarakat Dusun Kepek dan Dusun Bapangan


Sebelum pengadaan tanah untuk pembangunan NYIA, masyarakat Dusun
Kepek dan Dusun Bapangan sebagian besar merupakan petani. Mata
pencaharian warga Dusun Bapangan dan Dusun Kepek hingga saat dilakukan
penelitian belum mengalami perubahan karena ganti rugi atas tanah pertanian
yang diterima oleh masyarakat, kembali digunakan untuk membeli tanah
pertanian di lokasi lain yang tidak terdampak pembangunan NYIA. Masyarakat
tetap dapat mengolah lahan pertanian di lokasi yang baru.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar informan menyatakan
bahwa pembangunan NYIA ini tidak menyebabkan perubahan pendapatan
mereka. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

36
Tabel 7. Data Pendapatan Informan Dusun Kepek dan Bapangan
Pendapatan
No. Informan Sebelum Setelah Keterangan
Relokasi Relokasi
1 Fatkurohman > Rp. 1.000.000 > Rp. 2.000.000 Bertambah
2 Wiyatmo > Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Tetap
3 Catur Rochmad > Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Tetap
4 Suparjo > Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000 Tetap
5 Suwandi > Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000 Tetap
6 Kuswiyanto > Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000 Tetap
7 Susmiasih > Rp. 1.000.000 - Berkurang
8 Sokomulyono > Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Tetap
9 Suyono > Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000 Tetap
10 Sudarman > Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000 Tetap
11 Parsono > Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Tetap
12 Sukaryo > Rp. 1.000.000 > Rp. 1.000.000 Tetap
13 Nanang Wiyatmo > Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Tetap
14 M. Syukron > Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Tetap
15 Sudiyem > Rp. 1.000.000 > Rp. 2.000.000 Bertambah
16 R. Tri Laksono > Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000 Tetap
17 Suyadi > Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000 Tetap
18 Aji Puji Raharjo > Rp. 1.000.000 > Rp. 1.000.000 Tetap
Sumber : Olahan Data Peneliti 2018

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa 7 (tujuh) informan


memiliki pendapatan lebih dari Rp. 3.000.000 sebelum pindah ke lokasi
relokasi, 6 (enam) informan memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000 dan
5 (lima) informan mmiliki pendapatan lebih dari Rp. 1.0000.000. Berdasarkan
tabel di atas juga dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan informan sebelum
pindah ke tempat relokasi yang baru tidak mengalami perubahan alias tetap.
Hal ini disebabkan karena proyek pembangunan bandara masih dalam tahap
proses yang sampai saat ini masih berlangsung pembangunan landasan pacu
bandara, sehingga masyarakat menganggap pembangunan bandara belum
selesai dan untuk beralih profesi atau memulaikegiatan lapangan usaha baru
nampaknya mereka masih menunggu sampai pembangunan bandara selesai.

37
Berdasarkan tabel 7 di atas terlihat hanya ada 3 (tiga) informan yang
mengalami perubahan pendapatan yaitu Fatkurohman, Susmiasih dan Sudiyem.
Informan Fatkurohman menyatakan pendapatannya bertambah karena setelah
mendapat ganti rugi dari tanah pertanian, rumah, bangunan dan tanamannya
dapat digunakan kembali untuk membeli tanah, membangun rumah, membeli
mobil dan masih bisa ditabung uang hasil ganti ruginya. Hal ini seperti
disampaikan informan Fatkurohman sebagai berikut:
“Kalau saya jujur setelah mendapat ganti rugi ini saya membeli tanah dua
kapling kemudian saya bangun rumah, selain itu juga saya belikan sawah
dan mobil untuk keperluan keluarga dan sisa uang yang ada saya tabung
di bank.”

Masyarakat yang sudah bekerja sebagai petani, tetap menaruh harapan


pada pembangunan NYIA. Terdapat persepsi di kalangan masyarakat yang
menganggap bahwa adanya pembangunan NYIA dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya melalui penyediaan lapangan
pekerjaan. Hal ini disampaikan Informan Suparjo (Kepala Dusun Bapangan)
sebagai berikut :
“Kalau Pemerintah serius dengan adanya pembangunan bandara di
wilayah sini seharusnya lebih banyak memanfaatkan tenaga kerja
masyarakat untuk diberdayakan menjadi pekerja, nyatanya hanya
sedikit dari masyarakat yang dilibatkan, itupun baru bekerja sebagai
pemasang patok dan pagar batas bandara.”

Pembangunan Bandara NYIA tidak banyak menyerap tenaga lokal.


Hanya beberapa warga terdampak saja yang kemudian turut berpartisipasi
dalam pembangunan bandara dalam hal ini membantu pemasangan patok
dan pemasangan pagar batas luar bandara dan ada beberapa warga yang
terlibat dalam pembangunan landasan pacu bandara. (Fatkurohman)

38
Tabel 8. Data Informan Mengenai Dampak Bandara Terhadap Taraf Hidup

Dampak Bandara
No. Informan
Terhadap Taraf Hidup
1 Fatkurohman Menguntungkan
2 Wiyatmo Menguntungkan
3 Catur Rochmad Menguntungkan
4 Suparjo Tidak berpengaruh
5 Suwandi Tidak berpengaruh
6 Kuswiyanto Menguntungkan
7 Susmiasih Menguntungkan
8 Sokomulyono Merugikan
9 Suyono Tidak berpengaruh
10 Sudarman Tidak berpengaruh
11 Parsono Menguntungkan
12 Sukaryo Tidak berpengaruh
13 Nanang Wiyatmo Tidak berpengaruh
14 M. Syukron Menguntungkan
15 Sudiyem Menguntungkan
16 R. Tri Laksono Tidak berpengaruh
17 Suyadi Menguntungkan
18 Aji Puji Raharjo Tidak berpengruh
Sumber : Olahan Data Peneliti 2018

Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa informasi yang didapat


dari informan yang menyatakan dampak bandara terhadap taraf hidup
menjadi menguntungkan, yakni berjumlah 9 (informan). Hal ini disebabkan
masyarakat merasa dengan adanya bandara dapat menyediakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat yang terkena pengadaan tanah serta dapat
membuka kegiatan usaha di sekitar lokasi bandara (Wiyatmo, 2018).
Informan yang menyatakan dampak bandara terhadap taraf hidup tidak
berpengaruh sejumlah 8 (delapan) informan. Hal ini disampaiakn oleh salah
satu informan Suparjo sebagai berikut:
“Dengan adanya bandara baru ini menurut saya belum ada
pengaruhnya sama sekali bagi masyarakat karena masih berlangsung
pembangunan bandara dan belum dapat dilihat hasilnya, mungkin
masih butuh beberapa bulan bahkan tahun untuk dapat dilihat
pengaruh atau manfaatnya bagi masyarakat disini.”

39
Informan Sokomulyono satu-satunya yang menyatakan dampak bandara
terhadap taraf hidup menjadi merugikan karena menurutnya pembangunan
bandara di wilayah dusunnya tidak sesuai dengan penggunaan lahannya
yang seharusnya merupakan lahan pertanian produktif.
Kondisi ekonomi masyarakat mayoritas merupakan petani sebagai
mata pencahariannya. Umur mereka dapat dikatakan pada usia yang
mendekati usia yang cukup tua dan kurang produktif untuk pekerjaan yang
bertani. Ketika obyek tanah milik mereka terkena pembebasan tanah dan
menerima ganti kerugian berupa uang, sebagian besar mereka membeli
tanah di lokasi relokasi yang telah disiapkan oleh pemerintah. Sisa dari uang
ganri yang mereka dapatkan tidak digunakan sebagai modal usaha atau
kembali membeli sawah di tempat lain untuk kembali bertani. Faktor usia
yang tidak memungkinkan untuk kembali bertani, sehingga mereka lebih
memilih untuk tidak bekerja dalam kurun waktu yang tidak dapat diprediksi.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa kondisi tempat tinggal mereka berubah
menjadi rumah yang baru dan tertata rapi di lokasi relokasi namun pekerjaan
mereka tidak ada, hanya sebagian kecil saja yang membeli sawah di tempat
lain untuk bertani. Tentu saja, ketika membeli tanah di tempat lain harganya
pun meningkat setelah adanya pengadaan tanah untuk Bandara NYIA.
Dengan kata lain, keuangan yang mereka peroleh semakin berkurang setelah
keperluan yang mereka penuhi pasca ganti rugi.

40
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan pengamatan mengenai kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang berhak atas objek pengadaan tanah Bandara
New Yogyakarta International Airport di Dusun Kepek dan Dusun
Bapangan Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo, maka
peneliti dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
a. Kondisi sosial masyarakat Dusun Kepek dan Dusun Bapangan sudah
tergolong baik, hal ini dapat dapat dilihat dari jenis pekerjaan yang
dimiliki masyarakat Dusun Kepek dan Dusun Bapangan yang mayoritas
adalah petani, disamping itu ada beberapa yang bekerja menjadi
Pegawai Negeri Sipil, Wiraswasta, Pengusaha dan Pensiunan. Selain
itu, dapat dilihat juga dari tingkat pendidikan masyarakat yang memiliki
latar belakang pendidikan sebagian besar SLTA dan mereka juga
meneruskan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan penduduk, karena pada pembangunan
sekarang ini sangat diperlukan partisipasi dari penduduk yang terdidik
dan terampil agar dapat berpartisipasi penuh dalam pembangunan.
b. Kondisi ekonomi masyarakat Dusun Kepek dan Dusun Bapangan belum
terlalu nampak, dari segi pendapatan yang diperoleh setelah relokasi
sebagian besar masyarakat belum mengalami perubahan hanya ada
beberapa informan yang mngalami perubahan pendapatan. Kondisi ini
dikarenakan pembangunan Bandara NYIA belum selesai sehingga
dampak terhadap taraf hidup masyarakat belum terlalu dirasakan oleh
warga yang berhak atas objek pengadaan tanah Bandara NYIA.

41
B. Saran
Saran-saran yang dapat peneliti berikan ataupun ajukan bagi pihak
yang berkaitan (pihak Bandara/Pemerintah), adalah :
a. Pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi kepada masyarkat
berupa peningkatan kualitas SDM agar masyarakat mampu
mengelola uang ganti kerugian untuk keberlanjutan usaha.
Sedangkan, bagi pihak Bandara Namu sebaiknya mampu membuat
program-program yang dapat membuat setiap orang yang bekerja di
bandara tersebut menjadi lebih semangat untuk tetap bekerja di
bandara. Misalnya, dengan memberikan bantuan beasiswa kepada
setiap anak dari buruh/karyawan yang bekerja di bandara tersebut
yang memiliki prestasi.
b. Peneliti selanjutnya dapat menganalisa dinamika sosial ekonomi
masyarakat pasca pengadaan tanah untuk Bandara NYIA apabila
telah seutuhnya selesai dalam kurun waktu tertentu. Sehingga
didapatkan data yang lebih akurat dan lebih menyeluruh terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat.
c. Merekrut masyarakat lokal atau sumber daya manusia setempat di
desa yang tanahnya terkena obyek pengadaan tanah sebagai tenaga
kerja dalam pembangunan Bandara NYIA.
d. Melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan pemberdayaan
masyarakat, terlebih lagi masyarakat yang kehilangan lahan dan mata
pencaharian mereka.
e. Pemerintah dapat berperan sebagai pendamping dan fasilitator
kegiatan pemberdayaan masyarkat seperti menyelenggrakan berbagai
pelatihan usaha untuk menunjang perekonomian masyarakat.

42
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Adi. 2003. Kesejahteraan Sosial Masyarakat dalam Berbagai Aspek Kehidupan.
Jakarta: CV Buana.
Ahmed, Hasan. 2001. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara.
Arifin, Zaenal. 2002. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Tebu di Desa Negara Batin
Sungkai Selatan. Bandar Lampung: UNILA.
Badan Pusat Statistik.2017. Statistik Daerah Kecamatan Temon 2017. Kulon
Progo: BPS.
Badan Pusat Statistik.2017. Kecamatan Temon Dalam Angka 2017. Kulon Progo:
BPS.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Gerungan.
Dhika. 2017. Mendesak Bandara Alternatif Yogyakarta. Yogyakarta: Angkasa
Pura.
Fatahillah, R. 2016. Rencana Pembangunan Bandara Untuk Kepentingan Siapa.
Seruan Aksi dan Advokasi. In Edisi Bandara (pp. 1-5). Jakarta: Pustaka
Utama.
Fauzi, N. 1999. Petani dan Penguasa: Perubahan Perjalanan Politik Agraria
Indonesia. Yogyakarta: INSIT dan KPA.
Gunanegara. 2008. Rakyat dan Negara Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan. Jakarta: Tatanusa.
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Indriantoro, N. dan Supomo, B., 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
Kamus Umum Bahasa Indonesia Tahun 2000
Kartono, K., & Gulo, D. 2000. Kamus Psikolog. Bandung: CV. Pionir Jaya.
Linton, Ralph. 2000. Antropologi: Suatu Penyelidikan Tentang Manusia.
Bandung: Jemars.

43
Listyawati, Hery. 2006. Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bandara Adi
Sutjipto Menjadi Bandara Internasional. Yogyakarta: Laporan Penelitian
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada.
Muhtar,A.2015. Kajian Dampak Pembebasan Lahan Pembangunan Jaringan
Transmisi Listrik Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat. Bogor:
Institut Pertanian Bogor (IPB).
Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nugroho,(2006). Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
M. Sastropradja. 2000.Status Sosial Masyarakat. Jakarta: Karya Pustaka.
Malo, Manaso. 2001. Kedudukan Sosial Ekonomi Masyarakat. Jakarta: Rajawali.
Mulyanto. 2001. Aspek Sosial Ekonomi dalam kaitan Kesejahteraan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Press.
Sajogyo. 2005. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Salim. 2002. Kosep Sosiologis Manusia Sebagai Makhluk Sosial. Jakarta: CV
Karyajaya.
Sitorus, Oloan dan Dayat Limbong. (2004). Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum, Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah Indonesia.
Sodiki, Achmad 2013. Politik Hukum Agraria. Jakarta : Konstitusi Press
Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumardi. 2001. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat.. Yogyakarta/; Suara Media.
Sumardjono, Maria S.W. (2008). Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial
dan Budaya. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Tauchid, M. 2009. Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan
Kemakmuran Rakyat Indonesia. Yogyakarta: STPN Press.
Wiradi, G. 2000. Reforma Agraria : Perjalanan Yang Belum Berakhir.
Yogyakarta: Insist Pers.
Yuliati, Yayuk dan Mangku Pirnomop. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang:
Pustaka Utama.
Zulkarnaen, W. 2013. Perubahan Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

44
PERATURAN
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum
Peraturan Presiden No. 148 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
WEBSITE
Dhika 2017. Mendesak Bandara Alternatif Yogyakarta dilihat tanggal 6 Juli 2018
Pukul 14.45 WIB pada http://adisutjipto.ap1.co.id/id/ news
2/index?detail=mendesak-bandara-alternatif-yogyakarta

WAWANCARA
Bapak Fatkurrohman, selaku Kepala Dusun Kepek pada tanggal 20 April 2018
Bapak Suparjo, selaku Kepala Dusun Bapangan pada tangal 20 April 2018
Informan Masyarakat Dusun Kepek dan Bapangan :
Bapak Wiyatmo
Bapak Catur Rochmad Syaleh
Bapak Suwandi
Bapak Kuswiyanto
Ibu Susmiasih
Bapak Sokomulyono
Bapak Suyono
Bapak Sudarman
Bapak Parsono
Bapak Sukaryo
Bapak Nanang Wiyatmo
Bapak M. Syukron
Ibu Sudiyem
Bapak R. Tri Laksono
Bapak Suyadi
Bapak Aji Puji Raharjo

45
Lampiran 1 Peta Administrasi Kecamatan Temon

46
Lampiran 2 Peta Lokasi Pengadaan Tanah Bandar Udara Baru Kulon Progo

47
48
Lampiran 3 Peta Lokasi Pembangunan Untuk Pengembangan Bandara

49
Lampiran 4 Sket Relokasi Bandara Desa Glagah

50
Lampiran 5 Kuesioner
Pengantar
Yth. Bapak/Ibu Informan
Di Tempat

Saya Qusnul Syamsudin Dwi Saputro, Taruna Diploma IV Pertanahan


Semester VIII di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) saat ini sedang
melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “ KONDISI
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG BERHAK ATAS OBJEK
PENGADAAN TANAH PEMBANGUNAN BANDARA NEW
YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (Studi Kasus : Dusun Kepek
dan Dusun Bapangan Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulon
Progo). Hasil kuesioner ini harapannya dapat menjadi bahan dalam penyusunan
skripsi untuk memenuhi tugas akhir. Oleh karena itu, dimohon kepada Bapak/Ibu
dapat memberikan data dan informasi sebagaimana uraian pertanyaan berikut ini.
Atas kesedian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Petunjuk :
Mohon isi dan/atau beri tanda silang (x) dan/atau contreng (√) pada butir-butir
jawaban berikut ini.

51
PANDUAN KUESIONER PENELITIAN
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG BERHAK ATAS
OBJEK PENGADAAN TANAH PEMBANGUNAN BANDARA NEW
YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT
(Studi Kasus : Dusun Kepek dan Dusun Bapangan Desa Glagah
Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo)

1. DATA RESPONDEN
Hari/Tanggal : ………………………..
No. Responden : ………………………..
Dusun : ………………………..
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : 3. Laki-laki
4. Perempuan
3. Umur : …………tahun
4. Pendidikan : 1. SD 4. D3
Terakhir 2. SMP 5. S1
3. SLTA 6. S2/S3
5. Status dalam : 1. Suami 3. Anak
Keluarga 2. Isteri 4…………….
6. Jumlah Anggota : ………………………. orang
Keluarga
7. Jumlah yang : 1. ……….Balita 5…………SMA
masih dalam 2. ……….TK 6……….Perguruan tinggi
tanggungan (satu 3. ……….SD 7………..Lainya
rumah) 4. ……….SMP
8. Lama menetap di : …………….Tahun
Dusun
9. Pekerjaan Utama : …………………….
10. Lama menekuni ……………..Tahun

52
pekerjaan utama
11. Pekerjaan : …………………
Sampingan
12. Daerah Asal : 1. Asli
2. .Pendatang

2. PANDUAN KUESIONER
A. Jenis Penggunaan Tanah
1. Apakah jenis Penggunaan tanah bapak/ibu yang terkena proyek
pengadaan tanah Bandara NYIA
a. Pertanian
b. Non Pertanian
B. Faktor Sosial Pasca Pengadaan Tanah Bandara NYIA
1. Apakah perusahaan Pambangunan Bandara membantu menyediakan
fasilitas sosial
a. Banyak
b. Beberapa
c. Sedikit
d. Tidak ada
e. Nantinya
2. Bagaimana pandangan bapak/ibu dengan pembangunan Bandara NYIA
a. Menolak
b. Mendukung
c. Netral
d. Tidak Peduli

3. Siapakah yang paling berperan dalam sosialisasi pembangunan Bandara


NYIA ini
a. Pemerintah DIY
b. Kemeterian ATR/BPN

53
c. Perangkat Desa
d. LSM
e. Lain-lain
(.…………………………………………………………………..)
4. Jenis Hak atas tanah apa yang melekat di tanah bapak/Ibu yang terkena
proyek pengadaan tanah Bandara NYIA
a. Hak Milik
b. Hak Guna Bangunan
c. Letter C
d. Lainya ( Girik, Pipil, Ketitir, Verponding Indonesia)
5. Bagaimana wujud partisipasi bapak/ibu terhadap pembangunan Bandara
NYIA
5.1 Perencanaan
a. Uang
b. Tenaga
c. Barang
d. Pikiran
e. Tidak ada
(Boleh lebih dari satu)
5.2 Pelaksanaan
a. Uang
b. Tenaga
c. Barang
d. Pikiran
e. Tidak ada
(Boleh lebih dari satu)
5.3 Pengawasan
a. Uang
b. Tenaga
c. Barang
d. Pikiran

54
e. Tidak ada
(Boleh lebih dari satu)
6. Bagaimana tingkat ketakutan Anda terhadap program pembangunan
bandara NYIA
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Sedang
d. Rendah
e. Sangat Rendah
7. Bagaimana hubungan Perusahaan Pembangunan Bandara dengan
Masyarakat sekitarnya
a. Sangat baik
b. Baik
c. Biasa saja
d. Tidak baik
8. Apakah keberadaan bandara NYIA merusak kenyamanan dan keamanan
masyarakat
a. Sangat mengganggu
b. Menggangu
c. Sedikit menggangu
d. Tidak sama sekali
C. Faktor Ekonomi Pasca Pengadaan Tanah Bandara NYIA
1. Berapa luas tanah bapak/Ibu yang terkena pembebeasan tanah untuk
pembangunan Bandara NYIA?
a. ≤ 1.000 M²
b. 1.000 M² s/d 10.000 M²
c. 10.001 M² s/d 100.000 M²
d. ≥ 100.000 M²
2. Apakah tanah yang terkena pembebasan tanah untuk pembangunan
bandara NYIA merupakan sumber utama penghasilan bapak/ibu
a. Sumber penghasilan utama

55
b. Penghasilan sampingan, ada sumber pengahsilan lainya
c. Bukan merupakan sumber panghasilan
3. Apakah bentuk ganti rugi pemerintah terhadap tanah bapak/Ibu yang
terkena pembebsan tanah Untuk pembangunan Bandara NYIA
a. Uang
b. Tanah
c. Saham/Giro
d. Lainya
(………………………………………………………………………)
4. Seberapa besar penyerapan tenaga kerja lokal oleh Perusahaan
Pembangunan Bandara
a. Semua
b. Setengah
c. Sedikit
d. Tidak ada
5. Apakah Anda memperoleh manfaat dari Pembangunan Bandara NYIA
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Sedikit
d. Sangat sedikit
e. Tidak ada
6. Apakah pendapatan Anda bertabah dengan adanya pembangunan
Bandara NYIA di Desa Anda
a. Sangat bertambah
b. Bertambah
c. Biasa saja
d. Berkurang
e. Sangat berkurang
7. Bagaimana pandangan Anda dampak pembangunan Bandara NYIA
terhadap taraf hidup masyarakat
a. Sangat menguntungkan

56
b. Menguntungkan
c. Tidak berpengaruh
d. Merugikan
e. Sangat merugikan
8. Bagaimana pendapat Anda pembangunan keberadaan Bandara NYIA
terhadap lingkungan
a. Memperbaiki kualias lingkungan
b. Mendukung pelestarian lingkungan
c. Tidak akan mempengaruhi lingkungan
d. Akan menyebabkan kerusakan alam

57
RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Qusnul Syamsudin Dwi Saputro


NIT/Konsentrasi : 14232823/ Manajemen Pertanahan
NIP : 19910414 201101 1 001
Tempat/ Tanggal Lahir : Sukoharjo, 14 April 1991
Alamat : Tenongan RT 02 RW 01 Gupit Nguter
Sukoharjo Jawa Tengah 57571
Status : Belum Menikah
Nama Instansi : Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas
Alamat Kantor : Jalan Jend. Sudirman No. 356-358 Kranji
Purwokerto Jawa Tengah 53116
Jabatan : Pengadministrasi Umum
Pangkat/Golongan : Pengatur Muda Tk. I / (II/b)
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Karangasem 3 (1997-2003)
SMP Negeri 1 Sukoharjo (2003-2006)
SMA Negeri 1 Sukoharjo (2006-2009)
Diploma I PPK STPN (2009-2010)
Riwayat Pekerjaan : CPNS Golongan II/a Tahun 2011
PNS Golongan II/a Tahun 2012
PNS Golongan II/b Tahun 2015
Tugas Belajar DIV STPN Tahun 2014-2018

58

Anda mungkin juga menyukai