Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator
penting dari derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pelayanan kesehatan serta masalah
kesehatan di seluruh negara. Kementrian Kesehatan menargetkan penurunan AKI di Indonesia
pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan penurunan Angka
Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 adalah menjadi 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKI sebesar 305 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia,
2015). Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam menurunkan angka kematian ibu
tersebut karena bidan adalah tenaga kesehatan yang turun langsung di tengah masyarakat. (APA
PERLU DI HAPUS YAA MBA MIL?)
Suatu gebrakan untuk Bangsa yang sehat dibutuhkan jiwa seorang pemimpin yang
mempunyai aksi perubahan. Leadership is not leader, but leadership is Action. Menurut saya,
Kepemimpinan adalah bukan hanya seorang pemimpin, tapi kepemimpinan adalah suatu Aksi
nyata yang menimbulkan perubahan baik. Aksi nyata waktu dibangku kuliah, saya aktif
diberbagai organisasi yaitu Ikatan Lembaga Mahasiswa Kebidanan Indonesia (IKAMABI),
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Majelis Kerohanian Islam (MKI). Dengan bekal
pengalaman organisasi, saya menjadi orang yang suka tantangan dan mencoba hal yang baru
untuk perubahan. Saya terinspirasi untuk menjadi pemuda yang berperan aktif dalam
meningkatkan derajat kesehatan Indonesia.
Pencerah Nusantara bagiku akan menjadi tempat tinggal untuk bertumbuh menjadi
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dan aktif membangun Negeri mulai dari akar.
Setelah ikut Pencerah Nusantara, saya berharap bisa melanjutkan studi D4 Bidan Terapan agar
bisa berkontribusi dalam memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.
Tantangan terbesar yang pernah saya hadapi yaitu menolong persalinan dua tangan
dengan atonia uteri dan resiko hipotermi pada bayi. Hal tersebut menjadi tantangan terbesar bagi
saya karena berkaitan dengan keselamatan dua nyawa dalam satu waktu dengan tanggung jawab
di tangan saya. Cara mengatasinya, saya mengaplikasikan ilmu kebidanan yang didapat dari
institusi. Penjelasan secara rinci yaitu sebagai berikut.
Waktu berjalan sudah 10 menit yang lalu, sampai lah saya di PKD dengan membawa
motor. Pada kenyataannya sampai di Poli Klinik Desa (PKD) tidak ada Bidan disana dan Ibu
mengenakan daster sudah berbaring tanpa alas apapun didepan pintu PKD yang tertutup. Ibu dan
suaminya juga tidak membawa perlengkapan persalinan apapun, karena Ibu rencana hanya mau
periksa kehamilan dengan keluhan kenceng-kenceng. Setelah itu saya langsung melakukan
anamnesa, melihat buku KIA secara sekilas sambil cek DJJ. Hasilnya Ny. Sundari 34 tahun
G3P2A0 dengan hamil normal DJJ 145 x/m, pemeriksaan laboratorium dalam batas normal dan
riwayat persalinan sebelumnya juga normal. Ibu sudah tidak tahan lagi pengin mengejan, tidak
tahan lagi berdiri. Kemudian saya buka celananya dan ternyata kepala bayi sudah kroning. Tidak
memungkinkan untuk saya bawa ke klinik, karena mobil belum datang. Terpaksa saya pimpin
mengejan di halaman depan pintu PKD yang tertutup, beralaskan underpad dan tanpa penutup
apapun. Resiko Infeksi pada Ibu dan resiko hipotermi pada Bayi. Saya harus siap dengan
keadaan tersebut.
Pimpin mengejan dengan waktu 5 menit, Bayi lahir spontan jam 02.20 WIB dengan
Apgar Score 7/8/9, menangis kuat, warna kemerahan, gerakan aktif dan jenis kelamin
perempuan. Tanpa memfikirkan buka aurat demi tanggung jawab keselamatan nyawa ibu dan
bayi, Saya langsung lepas jilbab untuk mengeringkan bayi dan saya minta tolong sama suami ibu
untuk lepas baju buat penghangat bayi. Suntik Oxytosin 1 ampul IM di 1/3 distal lateral paha. Di
sela pertolongan partus, suami Bidan datang membawa mobil dan menelphone Bidan Desa
setempat dengan tidak ada jawaban apapun. Pada jam 02.30 WIB plasenta lahir spontan,
kotiledon lengkap. Kemudian 15 – 20 detik saya massase fundus dan hasilnya kontraksi lembek,
perdarahan. Dengan ilmu minimalis yang saya dapat sampai semester VI, saya langsung berfikir
bahwa itu atonia uteri. Saya langsung mengambil keputusan, eksplore cavum uteri untuk
mengeluarkan bekuan darah dan sisa selaput plasenta dan langsung KBI selama 2 menit.
Kemudian saya massase fundus selama 15 detik, kontraksi keras. Suntik Metergin 0,2 mg (1
ampul) IM. Lanjut saya obervasi, KU baik, kontraksi keras, tidak ada perdarahan, kondisi ibu
dan bayi stabil. Setelah itu, saya langsung bawa ke klinik dengan mobil dan sampai di klinik
pasang infuse drip oxcytosin 1 ampul setelah itu saya cek laserasi derajat 2, melakukan hecting
dengan anastesi.
Hal tersebut dapat di ambil nilai pelajaran hidup bahwa menjadi Bidan itu harus tangguh,
harus tau 5 benang merah dalam menangani asuhan kebidanan fisiologis atau patologis yaitu
membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan bayi, pencegahan infeksi, dokumentasi dan
rujukan.
Kegiatan dalam PKMD dan KKN pada intinya sama yaitu Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD 1), Survay Mawas Diri (SMD), Tabulasi Data, Musyawarah Masyarakat Desa (MMD 2),
Intervensi/Pelaksanaan, Musyawarah Masyarakat Desa (MMD 3). Hasil dari Tabulasi Indikator
Keluarga Sehat akan di peringkat menjadi 5 prioritas masalah terbesar yang harus diselesaikan
beserta pemecahan masalahnya yang akan di sampaikan pada MMD 2. Setelah itu di lakukan
intervensi dengan membentuk Planning Of Action (POA) yang akan dilaksanakan bersama
masyarakat desa. Kemudian dilakukan evaluasi mana kegiatan yang sudah terlaksana, kegiatan
yang belum terlaksana dan kegiatan yang perlu kelanjutan secara berkala, akan di sampaikan
pada MMD 3.
Pada waktu itu saya ikut berkontribusi menjadi Team Tabulasi dan POA. Jadi semua data SMD,
Team tersebut yang mengolah kemudian merancang POA bayangan untuk MMD 2. Hasil dari
Tabulasi Data didapatkan 5 prioritas masalah utama yaitu :
1. Remaja putri tidak minum tablet tambah darah dan rendahnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi bagi remaja.
a. POA yang akan dilaksanakan yaitu membentuk Markas Besar (Mabes) Remaja.
Koordinasi dengan Puskesmas, Kelurahan, dan tokoh masyarakat untuk melakukan
penyuluhan tentang manfaat tablet tambah darah bagi remaja putrid, pemberian tablet
tambah darah dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja.
b. Dampak kegiatannya yaitu dapat menekan angka anemia pada wanita untuk
mempersiapkan kehamilan mendatang dan mengurangi permasalahan yang disebabkan
karena kesehatan reproduksi.
c. Evaluasi : Peserta sangat aktif dan mau berpartisipasi dalam setiap rangkaian acara,
serta mereka berharap akan sering diadakan acara - acara remaja untuk menambah
wawasan. Pertemuan Mabes Remaja akan dilaksanakan secara berkala.
2. Bayi usia <6 bulan tidak diberikan ASI Eksklusif.
a. POA yang akan dilaksanakan yaitu membentuk program Kelompok Pendukung Ibu
(KP Ibu) yang dilakukan pertemuan rutin setiap 4 minggu sekali dengan koordinasi
Bidan Desa setempat dan Kader Posyandu.
b. Dampak kegiatannya yaitu dapat meningkatkan angka pencapaian target ASI
Eksklusif karena ibu akan merasa aman dan nyaman bahwa merawat bayinya tidak
sendiri, ibu akan merasa semangat untuk melakukan ASI Eksklusif.
c. Evaluasi : Antar peserta sangat bersahabat, banyak berbagi pengalaman, peserta
mengharapkan KP Ibu tetap diadakan pertemuan setiap bulannya.
3. Penderita Hipertensi tidak berobat secara teratur
a. POA yang akan dilaksanakan yaitu membentuk Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan, senam lansia dan memberikan
penyuluhan. Koordinasi dengan Puskesmas, Kelurahan, dan tokoh masyarakat,
dilaksanakan setiap 4 minggu sekali.
b. Dampak kegiatannya : dapat mendeteksi dini dan membantu mengurangi resiko terkena
penyakit kronis pada lansia.
c. Evaluasi : Kegiatan kelanjutan akan di teruskan dan ditindak lanjuti oleh puskesmas.
4. Keluarga belum menjadi anggota JKN
a. POA yang akan dilaksanakan yaitu memberikan penyuluhan akan pentingnya
kepemilikan JKN sebagai asuransi kesehatan masyarakat, berkolaborasi dengan BPJS
Daerah setempat. Koordinasi dengan Puskesmas, Kelurahan, dan tokoh masyarakat.
b. Dampak kegiatannya yaitu meningkatkan cakupan kepemilikan BPJS sebagai
asuransi JKN.
c. Evaluasi : Peserta banyak yang berkontribusi mengikuti JKN dan akan di tindak
lanjuti oleh pihak BPJS.
5. PHBS
a. POA yang akan dilaksanakan yaitu melakukan penyuluhan ke TK, SD, SMP dan SMA
terkait tentang perilaku hidup bersih dan sehat, demostrasi cara cuci tangan,
demonstrasi gosok gigi yang benar.
b. Dampak Kegiatannya yaitu meningkatkan derajat kesehatan melalui hidup bersih.
c. Evaluasi : Kegiatan kelanjutan secara berkala akan di teruskan dan ditindak lanjuti oleh
puskesmas
Suatu ketika IKAMABI mempunyai acara yaitu Musyawarah Wilayah (Muswil) dan Rapat
Kerja Wilayah (Rakerwil) IKAMABI Jateng-DIY, kebetulan waktu itu IKAMABI menunjuk
Poltekkes Kemenkes Surakarta sebagai tuan rumah pada acara tersebut. Umpan Balik dari pihak
Poltekkes Kemenkes Surakarta yaitu mengadakan rapat besar guna memilih ketua panitia dan
kebetulan saya yang dipercaya pihak Poltekkes Kemenkes Surakarta untuk menjadi ketua
panitianya. Menurut saya itu sebuah amanat yang besar karena saya dipercaya Institusi untuk
membawa nama baik Poltekkes Kemenkes Surakarta dalam IKAMABI, selain itu saya juga
mempunyai tanggung jawab pada IKAMABI untuk merekrut kembali institusi kesehatan yang
sebelumnya vakum menjadi aktif kembali dan yang sebelumnya tidak ikut menjadi tergabung
dalam IKAMABI untuk melaksanakan visi dan misi dari IKAMABI Wilayah Jawa Tengah-DIY.
Persiapan acara Muswil Rakerwil IKAMABI dirancang H-3 bulan agar persiapan
maksimal dan partisipasi anggota dari institusi banyak yang hadir. Saya ingin menampilkan
Poltekkes Kemenkes Surakarta di hadapan Institusi yang hadir itu bagus. Dimulai dari
pembentukan kepanitiaan yaitu Ketua Panitia, Wakil Ketua, Sekertaris, Bendahara,
Kesekertariatan, Sie Acara, Sie Dekorasi dan Dokumentasi (dekdok), Sie Perlengkapan, Sie
Humas, Sie Konsumsi dan Sie Sponsorsip. Kemudian kita membentuk tema semenarik mungkin.
Setelah itu, persie membuat anggaran dana yang diperlukan dan dikolektif oleh bendahara untuk
dikasihkan ke sekertaris agar dibuatkan proposal. Proposal acc sampai ketua jurusan kebidanan
poltekkes satu bulan kemudian.
Tanggung jawab saya di IKAMABI sesuai dengan tujuan IKAMABI yaitu menyatukan
mahasiswa kebidanan bergerak dalam satu irama dan memadukan segenap kompetensi
mahasiswa kebidanan sehingga dapat maju bersama membangun bangsa. Kemudian saya
melakukan perekrutan pada Institusi yang belum mengenal IKAMABI dengan mengirim
proposal untuk pendelegasian pada acara Muswil Rakerwil Ikamabi yaitu sebanyak 18 institusi
se-Jateng DIY. Setelah proposal sampai di Institusi masing-masing pastilah ada yang merespon
baik dan ada juga yang masih penasaran dengan Ikamabi. Kemudian saya di telephone Pengelola
Prodi dari berbagai Institusi dan harus menjelaskan Ikamabi dengan visi misi dan tujuannya.
Akhirnya respon baik.
Rutinitas rapat 1 bulan kedua yaitu setiap minggu sekali untuk memantau perkembangan
persiapan acara dan peserta. Satu bulan telah terlewati belum ada satupun peserta yang daftar
padahal hotel sudah pesan dengan 30 peserta. Sponsor belum ada yang tembus satupun. Kondisi
panitia yang mengikuti rapat semakin sedikit, banyak yang ijin acara pribadi, ijin rapat pada
organisasi yang lain karena waktu itu bebarengan sama kegiatan HMJ. Kemudian saya gerak
cepat dan berfikir kreatif karena waktu semakin minimalis.
Saya mengadakan jadwal rapat selajutnya di Cafe sekitar kampus dan akhirnya 95%
panitia yang hadir. Disitu saya memberi motivasi terkait dengan keberhasilan acara Ikamabi ini
untuk Almamater serta evaluasi rapat selama 1 bulan yang lalu. Setelah dilakukan rapat itu,
semua panitia aktif kembali dan semua ikut gerak cepat menyelesaikan permasalahan. Kemudian
saya ikut membantu sie humas untuk mengkonfirmasi ulang perinstitusi dan memberi waktu
deadline maksimal H-2 minggu. Saya dan beberapa panitia ikut membantu menyebar proposal
sponsor tetapi tidak meninggalkan tanggung jawab masing-masing sie. Sie Acara mulai
memfikirkan konsep acara, sie dekdok mulai membuat skema ruangan, sie perlengkapan mulai
menyiapkan peralatan presentasi dan lain-lain.
Dua minggu berlalu, persiapan acara sudah 75% sudah tertata rapi dari semua sie. Peserta
yang sudah mendaftar dan membayar 25 orang dari 15 institusi. Sponsorship dapat uang cash
dari sponsor utama dan doorprice dari sponsor yang lain. Singkat waktu, Acara pembukaan di
kampus Kebidanan Poltekkes Surakarta dengan sambutan seni tari, pengenalan profil dan terapy
komplementer khas dari Poltekkes di lanjutkan kegiatan di Hotel dan penutupan dengan City
Tour. Banyak apresiasi dari institusi yang lain.
Hal tersebut dapat diambil suatu pengalaman bahwa kerja team itu harus mengendalikan
egoisme pada diri, menyelesaikan permasalahan tidak dengan emosi, belajar percaya pada
partner kerja, menarik anggota ketika ada yang diluar haluan dan memberi motivasi dan harus
berfikir kreatif serta inovatif ketika suasana mulai tidak mendukung.
Hal yang perlu dipertahankan peran pemerintah lokal terhadap pembangunan kesehatan
masyarakat yaitu Pemerintah Desa/Kecamatan melaksanakan pembinaan terhadap masyarakat
dengan cara mengumpulkan masyarakat untuk memberikan pengertian tentang apa yang perlu
dilaksanakan suatu kegiatan dan bagaimana pelaksanaannya nanti di lapangan.
Hal yang perlu diperbaiki yaitu setelah terlaksananya kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
masyarakat sudah mandiri, alangkah baiknya jika pemerintah desa/kecamatan mengarahkan,
memberikan bimbingan tentang bagaimana system pengelolaan suatu program baik dan
memantau secara berkala sehingga terciptanya kesehatan masyarakat di daerah
Membuat rencana kerja untuk pencerah nusantara berdasarkan profil kesehatan setempat
perlu adanya kreatif dan inovatif berfikir cerdas untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Hal
yang sangat penting ketika terjun ke masyarakat, bidan harus mampu dalam Kompetensi survey,
pengolahan data, membuat diagnosa dan program development. Bidan melakukan survey ke
masyarakat langsung ,menggali berbagai permasalahan dalam keluarga. Kemudian data di
tabulasi untuk menemukan diagnose atau analisa. Setelah itu bidan juga harus mampu untuk
memecahkan suatu permasalahan dengan Planning of Action.
Kompetensi lain yang dibutuhan yaitu jiwa Kepemimpinan dan Nasionalisme yang
tinggi.
Kompetensi yang saya miliki untuk mendukung tercapainya tujuan Pencerah Nusantara
yaitu kompetensi medis, saya mampu melakukan penatalaksanaan pada kasus-kasus obstetri dan
ginekologi baik fisiologis maupun patologis didukung dengan pelatihan Asuhan Persalinan
Normal (APN). Saya mampu komunikasi tinggi dan mempunyai jiwa pemimpin, dibuktikan
dengan mengikuti berbagai organisasi dan kepanitiaan dalam setiap kegiatan. Dalam organisasi
dituntut harus bisa berbicara di hadapan umum, yang awalnya bingung sungkan mau berbicara
sekarang menjadi terbiasa komunikasi dihadapan umum.
Pemantauan terhadap derajat kesehatan merupakan suatu bukti saya memiliki kepekaan
dan kepedulian terhadap pengembangan kesehatan Indonesia. Salah satu hal agar derajat
kesehatan meningkat yaitu dengan pemerataan tenaga kesehatan di Indonesia. Itu yang membuat
saya untuk tetap menumbuhkan niat mengabdi di Nusantara, mencari banyak pengalaman.
Masuk Pencerah Nusantara tidak hanya berbicara tentang apa yang saya berikan tetapi juga
mempelajari untuk terus berkontribusi diluar Pencerah Nusantara kedepannya.