Salah satu jenis bensin, misalnya premium mempunyai nilai oktan 88. Ini berarti mutu premium
setara dengan campuran 88% isooktan dan 12% n – heptane. Namun, mutu premium atau jumlah
ketukan yang dihasilkan setara dengan campuran 88% isooktan dan 12% n – heptana. Pada
umumnya bensin menimbulkan banyak ketukan. Hal ini terjadi karena sebagian besar bensin
yang merupakan hasil penyulingan terdiri dari alkane rantai lurus.
Bensin yang berantai hidrokarbon lurus kualitasnya kurang baik karena mengakibatkan
penyalakan/knocking pada mesin sehingga mesin menjadi cepat rusak. Namun, knocking ini
dapat dikurangi dengan menambahkan TEL (tetraethyl lead), yaitu Pb(C2H5)4. Penambahan 2-3
mL TEL kedalam 1 galon bensin, dapat menaikan nilai oktan 15 poin. Kekurangan dari
penambahan TEL ini adalah dalam pembakaran bensin akan menghasilkan oksida timah hitam
yang keluar bersama asap knalpot atau menempel pada mesin.
Untuk mengantisipasinya, maka ke dalam bensin bertimbal ini dicampurkan 1,2 – dibromo etana
sehingga endapan PbO dalam mesin tidak terjadi. Rumus struktur dari TEL dan MTBE sebgai
berikut.
4. Dampak Pembakaran Bahan Bakar
5. Pemakaian TEL pada bensin, selain mampu mempercepat pembakaran bensin, ternyata juga
memberikan dampak negatif yaitu menghasilkan partikulat Pb dari knalpot yang mengakibatkan
pencemaran udara, mengganggu pernapasan, gigi rapuh, kerusakan tulang belakang,
terhambatnya kerja enzim, dan terganggunya pembentukan hemoglobin. Untuk mengganti TEL
digunakan MTBE (metil tersier butyl eter). Namun perlu diketahui bahwa memakai timbal atau
bukan timbal, bensin tetap merupakan penyebab polusi udara terbesar karena merupakan
sumber utama gas CO2. CO2dihasilkan dari proses pembakaran sempurna. Reaksi pembakaran
sempurna tersebut adalah 2C8H18 + 25O216CO2 + 18H2O.
Selain itu, pembakaran bensin juga menghasilkan gas CO yang beracun dan dapat berikatan
dengan hemoglobin dalam darah dan menghalangi ikatan O2 dengan hemoglobin.
Berikut reaksinya :
Bila gas O2yang tersedia cukup, maka reaksi tersebut akan berjalan sempurna. Namun jika
tidak, maka akan terjadi pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan gas CO. Gas CO dapat
berikatan dengan hemoglobin, yang seharusnya berfungsi mengikat O 2. Namun, karena
kemampuan CO untuk mengikat tersebut lebih kuat, maka Hb yang telah berikatan dengan CO
menjadi HbCO tidak bisa lagi mengikat O2. Akibatnya tubuh akan kekurangan O2. Ambang batas
CO di udara adalah < 100 ppm. Udara dengan kadar CO > 100 ppm menyebabkan sakit kepala
dan cepat lelah. Dapun pada kadar CO > 750 ppm dapat menyebabkan kematian, maka dari itu
jangan menyalakan mesin di ruang tertutup.
Pembakaran bensin yang mengandung belerang secara terus-menerus dan oksida belerang yang
dilepas ke udara dalam jumlah banyak akan menimbulkan hujan asam. Selain itu, CO2yang
terlalu banyak di udara akan menyebabkan peningatan suhu bumi (green house effect).
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami
bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air
hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena
membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksidadan nitrogen
oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam
sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam
tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya
bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar
dilaksanakan.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Sumber
2Pembentukan hujan asam
3Sejarah
4Metode Pencegahan
5Pranala luar
Proses yang terlibat dalam pemecahan Asam ( catatan: bahwa hanya SO2 dan NOX memegang peran penting
dalam hujan asam).
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es kutub. Terlihat turunnya kadar pH
sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme
yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-
organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam.
Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di
dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-
masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer
turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan
sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri kadang-kadang
tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi,
merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri
tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk
mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering
sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana
daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-
danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih
tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi
enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun
seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir
berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernapas. Pertumbuhan fitoplankton yang
menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak
sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan
serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan
mineral-mineral penting menjadi hilang.
Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia.
Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium
dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai
hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran
sempurna. Karbon monoksida (CO)merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan
pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna,dan dapat berbentuk cairan pada
suhu dibawah -129OC. berat jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke
udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan phasa
gasnya. Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak
hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan
menimbulkan rasa pusing dan mual. Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang
berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya
adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan,
oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO
buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin.
Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per
tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar
bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan
minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik.
Karbon monoksida, CO, dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar
yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada tekanan dan suhu tinggi yang terjadi pada
mesin. Karbon monoksida dapat juga dihasilkan dari reaksi oksidasi gas metana oleh radikal
hidroksi dan dari perombakan/pembusukan tanaman meskipun tidak sebensar yang dihasilkan
oleh bensin. Pada jam-jam sibuk di daerah perkotaan konsentrasi gas CO bisa mencapai 50 -100
ppm. Tingkat kandungan CO di atmosfir berkorelasi positip dengan padatnya lalu lintas, tetapi
korelasi negatif dengan kecepatan angin. Keberadaan atau umur gas CO di atmosfir tidak lama
hanya kira-kira 4 bulan. Hal ini terjadi karena karbon monoksida di atmosfir dihilangkan melalui
reaksi dengan radikal hidroksil, HO*.
Karakteristik biologic yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan
haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini akan
menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
Oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relative lambat menyebabkan terhambatnya kerja
molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi seperti ini
bisa berakibat serius hingga fatal, karena dapat menyebabkan keracunan.
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan
menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO
bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen,
gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin)
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya
sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa
pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama
dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut
jantung, ritme jantung menjadi abnormal, gagal jantung dan kerusakan pembuluh darah perifal.
Dampak keracunan gas CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot
jantung atau sirkulasi darah peripheral yang parah.
Manusia dengan aktifitas yang tinggi disekitar lalu lintas kendaraan yang padat merupakan
kelompok yang paling beresiko mengalami gangguan kesehatan akibat gas CO. Mereka
ini antara lain Polisi lalulintas yang dinas dijalan, menertibkan dan menagtur agar lalulintas kendaraan
lancar, petugas retribusi Tol, tukang parkir. Sedangkan yang beresiko dari
hasil sampingan kegiatan manusia antara lain para pekerja bengkel kendaraan, industri logam,
industri kimia dan industri bahan bakar. Dampak gangguan kesehatan terhadap manusia tergantung
ketahanan fisik manusia, namun yang paling sering adalah memperparah penderita gangguan
jantung dan paru-paru, kelahiran premature dan berat badan bayi dibawah normal bahkan kematian
akibat keracunan gas CO bisa terjadi.