Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan ulu
hati, mual, muntah, kembung-kembung atau rasa penuh atau rasa cepat kenyang
dan sendawa. Dispepsia sering ditemukan sehari-hari, keluhan ini sangat berfariasi
baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke
waktu.
Dispepsia terbagi menjadi 2 yaitu : dispepsia tipe organic apabila dispepsia
diketahui penyebabnya dengan jelas yaitu di temukannya kelainan organ misalnya
maag kronis, tukak lambung, kanker lambung, batu empedu, liver dan penyebab
lainnya. Dispepsia tipe fungsional apabila dispepsia tidak di ketahui penyebanya,
dan tidak di dapati kelainan pada pemeriksaan saluran pencernaan sederhana atau
tidak ditemukannya kelainan organ.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan proses asuhan kebidanan pada keluarga Ny.D dengan
Dispepsia di Wilayah Kerja Rumah Sakit Umum Tgk.Chik Ditiro Sigli.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar Dispepsia
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan kebidanan pada
keluarga Ny.D dengan Dispepsia di Wilayah Kerja Rumah Sakit Umum
Tgk.Chik Ditiro Sigli

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Dispepsia adalah merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang
terdiri rasa tidak enak atau sakit diperut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas didada
(heart burn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.
Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1) Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.
2) Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
B. Etiologi
Penyebab dispepsia, yaitu :
1) Dalam Lumen Saluran Cerna.
 Tukak peptic
 Gastritis
 Keganasan
2) Obat-obatan
 Digitalis
 Antibiotik
3) Hepato Biller
 Hepatitis
 Kolesistitis
 Kolelitiatis
 Keganasan
 Disfungsi spincter odii
4) Pancreas
 Pankreatitis

2
 Keganasan
5) Keadaan Sistematik
 DM
 Gagal ginjal
 Kehamilan
6) Gangguan Fungsional
 Dispepsia fungsional
 Sindrom kolon iritatif
C. Patofisiologi
Dengan kriteria tidak adanya kelainan organik pada SCBA, maka teori
patogenesisnya sangat bervariasi. Berbagai usaha telah dicoba untuk menerangkan
korelasi yang ada antara keluhan dengan sedikitnya temuan kelainan yang ada
secara konvensional.

D. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi 3 tipe :
1) Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :
a) Nyeri epigastrium terlokalisasi.

3
b) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
c) Nyeri saat lapar.
d) Nyeri episodik.
2) Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia),
dengan gejala :
a) Mudah kenyang
b) Perut cepat terasa penuh saat makan
c) Mual
d) Muntah
e) Upper abdominal bloating
f) Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3) Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaa Radiologi
a) OMD dengan kontras ganda
b) Serologi Helicobacter pylori
c) Urea breath test
2) Pemeriksaan Endoskopi
a) CLO (rapid urea test)
b) Patologi anatomi (PA)
c) Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
d) PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara
lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini
sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri.

4
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.
2. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam
lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang
termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.
3. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
(sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
cerna bagian atas (SCBA)
4. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance).

5
BAB III
ASUHAN S PADA
Nn. L USIA17 TAHUN DENGAN DISPEPSIA
DI RUMAH SAKIT UMUM Tgk CHIK DITIRO SIGLI

MASUK TANGGAL, JAM : 17 Juni 2018, Jam 10:30


Tempat Pemeriksaan : Di Rumah Sakit Umum Tgk.Chik Ditiro

Biodata :
Nama : Nn . L
Umur : 17 Tahun
Agama : Islam
Suku / bangsa : Aceh/Indonesia
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan :-
Alamat : beureunun

DATA SUBJEKTIF
1. Kunjungan saat ini : Kunjungan Perama
Keluhan Utama :
Nn. L 17 tahun mengeluh nyeri pada abdomen atas dan merasa mual
a) Pola nutrisi Makan Minum
Frekwensi 2 kali sehari 3-4 kali sehari
Macam nasi, sayur air putih, teh
Jumlah 1 porsi habis 1 gelas habis
Keluhan tidak ada tidak ada
b) Pola eliminasi BAB BAK
Frekwensi 1 kali sehari 7-8 kali sehari
Warna kuning kuning jernih
Bau khas encer
Konsistensi lunak encer

6
c) Pola aktivitas
Kegiatan sehari – hari : mahasiswa
Istirahat / tidur : Malam 8 jam
d) Seksualitas :
e) Personal Hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin setiap BAK dan BAB
Kebiasaan menggantikan pakaian dalam setiap mandi
jenis pakaian dalam yang digunakan kain katun

2. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
b. Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga
klien pernah mengalami nyeri pada abdomennya

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 78 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 37 0C
c. TB : 155 cm
BB : 56 kg
d. Ekstremitas
Edema : tidak ada
Varises : tidak ada
Kuku : kuku bersih
2. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

7
ASESSMENT
1. Diagnosis Keperawatan
Nn. L umur 17 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati
2. Masalah
Nn. L mengalami nyeri ulu hati
3. Kebutuhan
Mengurangi rasa nyeri di ulu hati
4. Diagnosa Potensial
Dispepsia
5. Masalah Potensial
Resiko menurunnya nafsu makan dan merasakan mual terus menerus
6. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri
- Memberi konseling dengan pasien mengenai dispepsia (nyeri diulu hati)
- Pemerikasaan TD, dan BB
- memberi obat antasid,Dexa,omeprazol,cipromeprazol
b. Kolaborasi
Untuk saat ini belum melakukan tindakan kolaborasi
c. Merujuk
Untuk saat ini belum melakukan tindakan merujuk

PLANNING
Tanggal 17 Juni 2018, jam 10.30
Perencanaan
1. Beritahu klien pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang sedang diderita
2. Anjurkan klien untuk menghindari stres dan terlalu banyak pikiran
3. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
4. Anjurkan klien untuk minum obat sesuai anjuran

8
5. Anjurkan Ibu untuk pantang makanan yang dapat memicu nyeri ulu hati

Penatalaksaan
1. Memberitahu Ibu pendidikan kesehatan mengenai penyakit dispepsia seperti
penyebabnya, serta cara-cara untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Menganjurkan Ibu untuk menghindari stress dan terlalu banyak pikiran
3. Menganjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup disaat terasa nyeri diulu hati
4. Menganjurkan Ibu untuk meminum obat yang teratur untuk mengurangi rasa
nyeri yang diderita Ibu
5. Menganjurkan Ibu untuk pantang makanan yang dapat memicu nyeri ulu hati
seperti makanan yang terlalu asam dan terlalu pedas .

Evaluasi
1. Ibu mengerti dengan keadaannya sekarang.
2. Ibu mau menuruti apa yang disarankan agar menghindari stress dan terlalu
banyak pikiran
3. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.
4. Ibu bersedia untuk minum obat sesuai dengan anjuran
5. Ibu bersedia memantang makanan yang dapat memicu nyeri ulu hati seperti
makanan yang terlalu asam dan terlalu pedas.

9
BAB IV
PENUTIP

A. Kesimpulan
Dispepsia adalah merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang
terdiri rasa tidak enak atau sakit diperut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas didada
(heart burn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.
Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

B. Saran
Dalam upaya peningkatan kualitas keperawatan dasar pada klien yang
menderita penyakit dyspepsia
a. Untuk klien
Pemenuhaan asupan nutrisi harus diperhatikan dan harus bnyak istirahat, serta
menerapkan gaya hidup sehat untuk mengelola dan mencegah timbulnya
gangguan akibat dyspepsia.
b. Untuk instansi (perawat)
Asuhan keperawatan harus di sesuaikan dengan implementasi dimana
kebutuhan klien terpenuhi dan mempunyai kemampuan komunikasi
terapeutik dalam melaksanakan asuhan keperawatan

10
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief et all.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1 Edisi III.Jakarta :


Media Aesculapius.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.2001.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.Jilid 2 Edisi 3.Jakarta : FKUI.
Smeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC.
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta,
EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai