Anda di halaman 1dari 14

11

BAB II
METODE PENDIDIKAN AGAMA

A. Pengertian Metode dan Fungsinya

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam pengertian yang umum, metode adalah cara-cara penyampaian

bahan pelajaran kepada murid. Irmansyah Aly Pandi mengemukakan metode atau

metodik adalah “cara sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan

bahan pelajaran untuk mencapai tujuan.”1 Selanjutnya Abu Ahmadi, mengatakan

metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.”2

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode adalah suatu

cara sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran

untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh siswa

dalam kegiatan belajar. Dengan demikian bahwa metode itu suatu cara yang

ditempuh dengan sistematis dimana dalam fungsinya terletak suatu tujuan tertentu

yang hendak dicapai. LIHAT BAB II ANITA

Selanjutnya Darwis A. Sulaiman mengatakan pembelajaran adalah

“merupakan bagian dari pendidikan yang suatu proses interaksi antara guru

dengan murid dalam mencapai tujuan pendidikan.”3 Pembelajaran berasal dari

Irmansyah Aly Pandi, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional,
1984), hal. 71.
2
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 2001), hal. 150.
3
Darwis A. Sulaiman, Pengantar Kepada Teori dan Praktek Mengajar, (Semarang: IKIP
Semarang, 1979), hal.16.
12

kata, “mengajar” yang berarti “perihal mengajar, segala sesuatu yang mengenai

mengajar.”4

Dengan demikian pembelajaran adalah cara mengajar ataupun apa saja

yang diajarkan guru kepada anak didiknya. Dalam suatu hal, pengajaran berarti

mengorganisir komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar,

sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dengan demikian metode pengajaran itu

merupakan suatu cara atau menciptakan situasi yang merangsang anak didik

mampu menyerap pelajaran demi tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Di

samping itu metode pembelajaran merupakan komponen yang tidak bisa

dipisahkan dalam proses belajar mengajar.

2. Fungsi Metode Pembelajaran

Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses belajar mengajar

diperlukan bermacam-macam metode yang sesuai dengan bahan pelajaran

yang akan diajarkan, terutama pelajaran agama. Dalam buku petunjuk

pelaksanaan tugas guru agama disebutkan bahwa “metode merupakan jalan

atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan”.5

Jadi fungsi metode pembelajaran sangatlah ditentukan oleh guru dalam

melaksanakan tugasnya, dengan adanya metode maka seorang guru akan lebih

mudan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu seorang guru harus

Ramly Maha, Perancangan Pembelajaran Sistem PAI, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry,
2000), hal. 2.
5

Departemen Agama RI, Pelaksanaan Tugas Guru Agama, Tahun 1993/1994, (Jakarta:
Depag RI, 2000), hal. 77-78.
13

menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran yang akan diajarkan. Adapun

fungsi metode pengajaran adalah sebagai berikut:

1. Untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah kepada masalah yang


sedang dibicarakan
2. Untuk mengarahkan proses berfikir anak
3. Mempercepat mencapai tujuan
4. Menarik minat siswa
5. Agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan sistematis dan efesien.6

Dengan demikian metode pembelajaran agama Islam membuat sipelaksana

tugas atau guru dapat mencapai tujuan dengan tepat dan cepat. Hasilnya dapat

diyakini dan kalau perlu dapat diperiksa kembali jalan pengajaran itu. Hal pokok

yang dapat diambil dari fungsi metode pengajaran di atas adalah seorang guru

dituntut agar menguasai metode pengajaran yang serasi dan sebagaimana

fungsinya, agar bahan pelajaran yang diajarkan dapat diterima dan dicerna oleh

siswa. Sehingga dengan penguasaan guru terhadap metode yang diterapkan dalam

proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan menjadi lancar.

B. Tujuan Metode dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses

belajar mengajar, baik langsung dalam kelas maupun di luar kelas, tanpa ada

proses belajar-mengajar tidak mungkin berhasil dengan efektif dan efisien.

Penggunaan metode dalam proses belajar tidak dapat dipisahkan dengan berbagai

komponen lain yang terlibat dalam proses tersebut. Pemakaian metode

pembelajaran dalam suatu bidang studi tentu perlu dipertimbangkan dalam

beberapa komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar diantaranya


6

Huzairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 87.
14

adalah tujuan, materi, siswa, situasi kelas dan guru sebagai operator dalam

pemakaian metode mengajar. Atas pertimbangan ini pemakaian metode

pembelajaran akan membuat siswa belajar lebih bergairah. Pemakaian metode

yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan

penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi hambatan yang paling besar

dalam proses belajar mengajar.

Dalam penggunaan metode pembelajaran, semua siswa diikutsertakan

secara aktif untuk meningkatkan kreatifitas siswa. Dalam penerapannya guru

dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok, yang terdiri dari beberapa orang

siswa yang kemudian dibimbing sesuai dengan judul pelajaran yang akan di

diskusikan dan memancing kreatifitas siswa dalam kelompok.

Dengan demikian tujuan penerapan metode dalam pembelajaran pendidikan

Agama Islam seperti berikut:

1. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai pelajaran


secara tuntas.
2. Guru bertugas mencari setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi
yang optimal termasuk waktu, metode, media serta umpan balik untuk
siswa.
3. Siswa adalah individu-individu yang berbeda, oleh karena itu kondisi
optimal bagi masing-masing siswa berbeda.
4. Siswa seharusnya mengerti hakikat, tujuan serta prosedur belajar. Oleh
karena itu, perumusan tujuan intruksional khusus suatu pelajaran mutlak
diperlukan.
5. Sangat bermanfaat bila pelajaran diperinci dalam satuan-satuan pelajaran
yang kecil dan selalu diadakan tes pada akhir satuan pelajaran.
6. Kegiatan belajar akan lebih efektif bila siswa membentuk kelompok-
kelompok belajar yang kecil yang dapat bertemu secara teratur untuk
saling membantu mengatasi kesulitan.
7. Penilaian akhir harus didasarkan atas tingkat penguasaan tujuan
intruksional khusus pelajaran yang bersangkutan.7
7

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),


hal. 82.
15

Proses belajar mengajar merupakan interaksi dari komponen materi,

metode, media, guru, siswa, dan sebagainya. Untuk menerapkan metode reitasi

dalam proses pembelajaran bidang studi Agama Islam dapat diterapkan dengan

beberapa cara yang biasa, antara lain sebagai berikut:

1) Guru melakukan tes pra-syarat.


2) Guru menindak lanjuti setelah pelaksanaan tes pra-syarat.
3) Pengayaan setelah tes pra-syarat (enrichment).
4) Pentutoran setingkat setelah tes pra-syarat (peer tutoring).
5) Tindak lanjut setelah pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.
6) Tes formatif.
7) Tindak lanjut setelah tes formatif.
8) Pogram pengayaan setelah tes formatif.
9) Pentutoran setingkat setelah tes formatif.
10) Pogram perbaikan setelah tes formatif
11) Tindak lanjut setelah pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.8

Dari gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa proses penerapan metode

pembelajaran dapat dilakukan sebagaimana penerapan metode-metode lain.

Karena penerapan metode pembelajaran bertujuan untuk menjadikan proses

belajar mengajar berdaya guna dan pencapaian tujuan pembelajaran lebih cepat

dan tepat. Oleh karena itu tujuan penggunaan metode dalam pembelajaran PAI

adalah dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik serta memperlancar proses

pembelajaran itu sendiri.

C. Hakikat dan Prinsip Metode Pendidikan Agama Islam

Metode-metode yang telah dikemukakan di atas hanya merupakan contoh

dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam.

Ibid, hal. 67.


16

Pendidikan hendaknya tidak fanatik terhadap satu metode saja, karena setiap

metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Kadang-kadang pendidik cukup

menggunakan satu metode dalam menyampaikan satu materi pendidikan, tetapi

juga kadang-kadang perlu memadukan berbagai macam metode.

Sebelum menggunakan satu metode, pendidik hendaknya

mempertimbangkan secara matang faktor-faktor yang terkait dengannya seperti

tujuan setiap materi pendidikan, latar belakang individual peserta didik, serta

situasi dan kondisi yang berlangsungnya pendidikan. Pribadi pendidik mempunyai

peranan penting dalam memilih metode apapun, sebagaimana dikemukakan oleh

KH. Imam Darkasyi, salah seorang pendidik Pesantren Darussalam, Gontor

Ponogoro, seperti yang dikutip oleh Hery Noer Aly, “Metode lebih penting

dibandingkan materi: tetapi pribadi agama lebih penting dibandingkan metode”.9

Kenyataannya, penerapan metode pengajaran di sekolah-sekolah telah

terjadi perkembangan tersendiri sesuai dengan kemampuan seorang guru dalam

mengaplikasikan pada waktu melakukan proses belajar mengajar. Melakukan

pengembangan ini bertujuan untuk lebih sukses dalam mencapai keberhasilan

tujuan belajar mengajar.

Pelaksanaan pendidikan agama Islam metodenya tidak jauh berbeda

dengan metode pendidikan lainnya. Tetapi metode mengajar tersebut harus

dikembangkan sendiri oleh guru-guru dalam batas kemampuannya sepanjang

tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Metode

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 207.
17

apapun dapat dipakai dengan ketentuan tidak bertentangan dengan materi yang

diajarkannya.

Metode pembelajaran agama Islam ditinjau kepada sifat materi dan bahan,

sehingga metode itu dapat dibagi sebagai berikut:

a. Materi yang bersifat dogma: ceramah, diskusi, indoktrinasi, tanya jawab,


karya wisata dan problematika.
b. Materi yang bersifat problem: problematika, diskusi dan tanya jawab.
c. Materi yang bersifat fakta-fakta atau pengetahuan-pengetahuan: ceramah,
karya wisata, eksperimen, proyek, sosio drama, dan demontrasi.10

Bukan hanya mempertimbangkan sifat bahan, tetapi dalam pemilihan atau

penggunaan metode, juga mempedomani tujuan yang ingin dijangkau. Setiap

materi atau bahan pelajaran itu tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Berhasil tidaknya seorang guru mengajar, tergantung pada tercapai tidaknya

tujuan tersebut. Karena banyak macam tujuan yang ingin dicapai, banyak alat

yang dapat dipergunakan dan banyak metode yang telah dikembangkan oleh

tokoh pendidikan untuk dipilih. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendidikan

timbul bermacam-macam prinsip yaitu:

a. Memakai satu metode untuk satu tujuan.

b. Memakai satu metode untuk bermacam-macam tujuan.

c. Memakai banyak metode untuk tujuan tertentu.11

Dalam pelaksanaan pendidikan dapat diakui bahwa sukar dilaksanakan

dengan satu metode yang paling tepat untuk satu materi atau bahan. Namun

10

Ramli Maha, Perancang Pmbelajaran Sistem PAI ..., hal. 18.


11

M. Bukhari, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Biru, 2001), hal. 12.


18

kebijaksanaan yang tepat adalah setiap materi dipakai banyak metode yang sesuai

dengan materi tersebut. Supaya tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik.

D. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Variasi Metode


Pembelajaran

Maka dalam hal ini pemakaian metode adalah sangat menentukan, salah

pilih metode mungkin hasilnya menyimpang dari tujuan. Dari itu dalam proses

mengajar dalam bidang studi pendidikan agama Islam, perlu melakukan

kombinasi antara metode yang satu dengan metode lainnya. Untuk menentukan

suatu metode perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain sebagai berikut:

1. Tercapainya tujuan yang hendak dicapai.

Tercapai tidaknya suatu tujuan dari proses pembelajaran sangat tergantung

dari metode yang digunakan, karena metode tidak selalu sama dalam setiap mata

pelajaran, sehingga menjadi salah satu jalan terpenting dalam membimbing dan

mengarahkan siswa agar mampu menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan

kepada mereka. Oleh karena itu, “seorang guru harus mampu melihat perbedaan

tersebut, sehingga dengan demikian dapat terpilihnya metode yang sesuai dan

cocok untuk diterapkan”.12

Dari kutipan di atas, maka penulis dapat mengambil suatu pemahaman

bahwa tercapainya tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar sangat

tergantung pada pemilihan metode pengajaran yang tepat. Karena dalam proses

belajar mengajar sangat banyak metode yang disediakan, sehingga di sini

12

Tayar Yusuf dan Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: Grafindo Persada, 1995), hal. 7.
19

membutuhkan kemampuan guru itu sendiri dalam menentukan metode yang

sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan.

2. Sifat materi

Sifat materi sangat penting diperhatikan oleh seorang guru, karena

ditentukannya metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan sangat

tergantung dari materi yang diajarkan kepada siswa. Apabila antara materi dan

metode yang digunakan “tidak ada relevansinya, maka proses pembelajaran tidak

akan berhasil seperti yang diharapkan”.13

Keterangan di atas mengidentifikasikan bahwa yang kesemuanya tentu

cocok untuk diterapkan. Akan tetapi perlu juga diperhatikan, dari kesemua metode

tersebut ada yang paling tepat dan cocok dengan materi yang diajarkan

kepada siswa. Dan disini juga membutuhkan kemahiran guru dalam

menentukannya.

3. Kemampuan guru

Jika seorang guru yang mengajarkan siswa tidak mampu menerapkan

metode yang digunakan secara tepat, maka pelaksanaan pendidikan tidak

akan berhasil. Misalnya seorang guru lebih mampu dalam berbicara, maka

metode yang baik digunakan adalah metode ceramah. Di samping itu perlu

diperhatikan kepribadian seorang yang memang cukup dominan pengaruhnya

dalam penerapan sebuah metode. Oleh karena itu, “kemampuan guru sangat

berperan dalam memberikan pendidikan kepada siswa”.14

13

JM. Jafar, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, t.t), hal. 133.

14
20

Uraian di atas menegaskan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan

sebuah metode pengajaran sangat berpengaruh, karena apabila metode yang

diterapkan tidak sesuai dengan kemahiran guru tentunya tidak akan tercapai suatu

tujuan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu kemampuan guru

merupakan unsur terpenting dalam menerapkan metode yang sesuai. Dan di sini

guru dituntut untuk memilih metode yang sesuai dengan kemampuannya.

4. Sarana yang tersedia

Penerapan suatu metode pendidikan sangat tergantug pada fasilitas

pengajaran yang tersedia, “bila fasilitas yang tersedia sangat terbatas, misalnya

dalam merapkan metode eksperimen, maka seorang guru mampu menciptakan

sarana baru pembantu agar proses belajar mengajar berhasil dan siswapun mampu

menyerapkan setiap ilmu pengetahuan yang diberikan.15

Keterangan di atas mengisyaratkan bahwa kelengkapan sarana pendidikan

merupakan faktor terpenting dalam mengaplikasikan sebuah metode pengajaran,

karena:

Jika fasilitas yang minim, tentunya penerapan metode apapun tidak tepat dan
proses belajar mengajar pun akan terganggu terhadap kemampuan siswa
dalam menyerap ilmu pengetahuan tersebut. Jika tidak dilakukan hal
demikian, maka siswa sampai kapanpun tidak dapat menerima pendidikan
yang diberikan oleh gurunya. Karena guru berhadapan langsung dengan
siswanya yang kemungkinan dapat dikembangkan dengan baik ke arah
pribadi yang sempurna.16

M. Ngalim Poerwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1991), hal. 111.
15

Tahar Yusuf dan Saiful Anwar …, hal. 9.

16

Ibid, hal. 135.


21

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat memahami bahwa

kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran sangat tergantung pada

kesesuaian metode yang diterapkan. Jika metode yang digunakan tidak sesuai

dengan pelajaran yang dipelajarinya maka sudah barang tentu siswa tidak mampu

memahami mata pelajaran yang diberikan dengan sepenuhnya.

Disamping itu adanya interaksi yang baik juga akan merangsang siswa

dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan, sehingga tujuan yang diinginkan dalam

proses pendidikan akan tercapai sendirinya. Namun demikian dalam kurikulum

pendidikan agama Islam ini pada setiap catur wulan disediakan alokasi waktu.

Demikian pula pada setiap pokok bahasan dicantumkan alokasi waktu yang dapat

dipergunakan untuk menyajikan bahan/ materi pelajaran dari setiap pokok

bahasan/ sub pokok bahasan tersebut. Pemanfaatan waktu yang tersedia tidak

merupakan suatu yang kaku, tetapi bersifat luwes yang disesuaikan dengan taraf

kemampuan siswa dan kondisi daerah setempat.

E. Hubungan Penerapan Variasi Metode Terhadap Hasil Belajar Siswa

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menghadapi masalah-

masalah yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara

saja, tetapi perlu banyak pengetahuan dan berbagai cara pemecahan dalam rangka

mencapai yang terbaik. Lebih dari itu banyak juga masalah dewasa ini yang

memerlukan lebih dari seorang saja. Yakni masalah yang memerlukan pemikiran

bersama dalam musyawarah. Berbicara guru pada dasarnya kita berbicara

pendidikan. Dalam dunia Islam seorang pendidik itu harus mampu mendidik anak

didik dalam segala aspek, tanpa meganggu aspek yang lain, misalnya guru tidak
22

boleh membangun satu sisi dengan mengorbankan sisi lain pada diri siswa. Akan

tetapi hasil dari didikan itu dapat dilihat dan diaplikasikan oleh anak didik.

Dalam proses pembelajaran seorang guru di tuntut mempunyai kompetensi

dalam pembelajarannya, sehingga dengan demikian maka guru tersebut akan

mampu menjalankan fungsi dan peran mereka sebagai pendidik, pengajar, pelatih,

serta pengayom bagi anak didiknya. Untuk dapat melaksanakan tugas

profesionalnya dengan baik, calon guru harus memiliki empat standar kompetensi

guru, yaitu: “kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi professional”.17

Kompetensi pedagogis adalah kompetensi yang terkait dengan penguasaan

guru tentang teori belajar mengajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik, termasuk di dalamnya penguasaan terhadap hal-hal yang terkait dengan

kurikulum. Kompetensi kepribadian disebut juga kompetensi personal.

Kompetensi personal adalah kemampuan yang harus di miliki secara personal

oleh seorang guru mulai dari kepribadiannya sampai komitnya terhadap Agama.

Sedangkan kompetensi sosial adalah kompetensi yang menyangkut dengan

kegiatan atau hal-hal yang ada di sekitar kita. Adapun kompetensi profesional

pertama-tama yang paling penting adalah menguasai materi yang diajarkan. Tanpa

penguasaan materi, metode apapun yang kita kuasai, tetap tidak akan berhasil

dalam rangka mentranfer ilmu dan akan membuat minat belajar siswa

menurun. Selanjutnya kemampuan penyajiannya. Kemampuan penyajian

memang harus dimulai dari penguasaan-penguasaan yang lain. Kompetensi


17

Suparlan, Modul dan Kurikulum Pengembangan Materi, (Jakarta: Universitas Tama


Jakarsa, 2008), hal. 3.
23

professional adalah “kemampuan seorang guru dalam menjalankan fungsinya

sebagai seorang guru”.18 Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan

bahwa metode resitasi mempunyai peran dalam pembelajaran sebagai

berikut:

a. Memotivasi siswa atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir

kritis, serta mampu menyelesaikan pekerjaannya.

b. Mengambil suatu jawaban aktual atau suatu rangkaian jawaban yang di

dasari atas jawaban yang seksama serta teliti dan telaten.19

Bila mana musyawarah atau diskusi dapat memecahkan yang diminta

dikerjakan bersama, maka sangat berfaedah bagi orang-orang yang diharapkan

dapat berpartisipasi mengetahui lebih dahulu masalahnya dan turut serta

membahas pemecahannya.

Dalam metode ini mata pelajaran yang paling sesuai yang digunakan

adalah materi pelajaran agama yang memerlukan kemampuan daya piker,

misalnya tentang masalah tauhid. Namun demikian metode ini juga mempunyai

langkah-langkah penyajian:

a. Persiapan

Sebelum mengajar guru harus mempersiapkan satuan pelajaran, disini

sudah termasuk tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan materi yang akan

diberikan kepada murid.

18

M. Robert, The Conditions Of Learning, (New York: Rinehart, Inc), hal. 24. Alih bahasa
oleh I. Nyoman Susila.
19

Huzairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), hal. 87.
24

Untuk penyajian materi perlu digunakan metode belajar yang sesuai untuk

mencapai tujuan. Dalam hal ini menggunakan metode diskusi.

b. Pembukaan

1. Guru bersama murid perlu terlebih dahulu menentukan masalah yang

akan di diskusikan.

2. Guru bersama murid perlu menentukan macam diskusi yang digunakan

sehubungan dengan masalah yang akan di diskusikan dan kemampuan

murid dalam pelaksanaan diskusi.

c. Inti

Dalam melaksanakan diskusi guru dapat memimpin langsug diskusi

tersebut. Meskipun kadang-kadang diskusi dapat dipimpin oleh seorang murid

yang dianggap cakap, guru tetap bertanggung jawab dalam berlangsungnya

diskusi itu dengan mengadakan kontrol. Peserta diskusi diharapkan benar-benar

dapat berpartisipasi dan berinisiatif untuk memecahkan masalah, sehingga tidak

terjadi penyimpangan-penyimpangan kearah yang tak kehendaki.

d. Penutup

Dalam mengakhiri diskusi guru atau pimpinan diskusi mengadakan

pembagian tugas atau kerja kepada murid-murid sesuai dengan macam

kesimpulan yang diadakan.

Anda mungkin juga menyukai