DISUSUN OLEH :
PUJI LESTARI 16334080
Kelas : M
O (OBJECTIVE) atau Objektif adalah hasil pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan tanda-
tanda vital, skala nyeri dan hasil pemeriksaan penunjang pasien pada saat ini.
P (PLAN) atau rencana asuhan adalah berisi rencana untuk menegakan diagnosis
(pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti), rencana
terapi (tindakan, diet, obat-obat yang akan diberikan), rencana monitoring (tindakan
monitoring yang akan dilakukan, misalnya pengukuran tensi, nadi, suhu, pengukuran
keseimbangan cairan, pengukuran skala nyeri) dan rencana pendidikan (misalnya apa yang
harus dilakukan, makanan apa yang boleh dan tidak, bagaimana posisi….. dst
Analisis SOAP dan Drug Related Problems pada Kasus Diabetes Melitus
Seorang pasien wanita hamil bernama AC merasa sering lelah, sering buang air kecil, dan
kehausan. Kadar glukosa puasanya 250 g/dl, HbA1c 9,6%, tekanan darah 145/88mm Hg,
LDL-c 187 mg/dl. Tinggi nyonya AC 5’3” dan tinggi 180 lbs, BMI 31,9. Nyonya AC berusia
43 tahun, ras Amerika Afrika, tidak minum alkohol dan merokok. Pasien memiliki DM
gestasionalpada kehamilan kedua dan ketiganya. Ibu dan nenek pasien menderita DM, ayah
pasien meninggal karena infark miokardia pada usia 49 tahun, dan ibu pasien meninggal
karena stroke pada usia 76 tahun. Inisial terapi pasien yaitu dengan metformin 500 mg
perhari, kemudian pasien diminta untuk memodifikasi gaya hidup, dan pasien juga diedukasi
mengenai penyakit, terapi, dan komplikasinya. Tiga bulan kemudian pasien datang kembali,
kadar gula darah puasa pasien 160 mg/dl, HbA1c 8,6%, namun LDL-c, BP, dan berat badan
tidak berubah signifikan. Pasien mendapat terapi tambahan 20 mg/hari lisinopril dan 40
mg/hari simvastatin. Setelah 1 tahun, LDL-c dan BP pasien mengalami penurunan, namun
kadar gula darah puasa pasien kembali meningkat (180-200 mg/dL dan HbA1c > 8%). Pasien
mengakui sering lupa minum obat karena sibuk dan lupa. Terapi pasien diubah, pasien
diberikan 1500 mg/hari metformin dan 4 mg/hari glimepirid. Setelah terapi selama 3 bulan
kadar gula darah puasa pasien 130 mg/dL, LDL-c 100 mg/dL, dan BP 130 mg/dL.
Analisis SOAP
A. Subjek
2. Social history
- Tidak merokok
3. Medication
- 40 mg/hari simvastatin
Setahun kemudian
- 40 mg/hari simvastatin
- 4 mg/hari glimepirid
4. Physical examination
B. Objek
3 bulan kemudian
A. Assesment
Dari data yang diberikan, diketahui pasien memiliki DM gestasional saat kehamilan pertama
dan kedua namun tidak disebutkan pada usia berapa. Penderita DM gestasional berisiko lebih
besar untuk untuk menderita lagi diabetes dikemudian hari. Pasien merasakan kelelahan,
kehausan, dan sering huang air kecil merupakan tanda atau gejala dari diabetes melitus yang
diderita.
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas.
Faktor genetik (ibu dan nenek menderita DM) dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas (BMI pasien 31,9 = obesitas tingkat
1), diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan. Obesitas merupakan salah
satu faktor pradisposisi utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan bahwa ada
hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas dengan gen-gen yang
merupakan faktor pradisposisi untuk DM Tipe 2.
Penyakit hipertensi pasien merupakan sekunder yang disebabkan berat badan pasien yang
termasuk kategori obesitas kelas I (BMI > 30), pertambahan usia, serta penyakit diabetes
melitus. Hipertensi pasien merupakan hipertensi tahap 1.
Menurut Dipiro (2009) pasien berpotensi untuk tekena CHD selain itu riwayat keluara pasien
menunjukkan ayah pasien meninggal karena infark miokardia. Diabetes melitus
menyebabkan abnormalitas karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin ataupun penurunan sensitivitas insulin. Abnormalitas metabolisme lemak
menyebabkan hiperlididemia pada pasien (LDL-c > 100 mg/dl).
Tujuan dari terapi farmakologi yaitu untuk menormalkan gula darah, tekanan darah, dan
profil lipid pasien serta untuk mencegah terjadinya Coronary Heart Disease (CHD).
Target terapi diabetes melitus pasien yaitu kadar gula darah puasa 110-130 mg/dL dan
HbA1c < 7%. Fisrt line drug dalam terapi pengobatan diabetes melitus tipe 2 antara lain
sebagai berikut:
Dalam kasus ini dokter memberikan 500 mg metformin 2 kali sehari kepada pasien sebagai
first line drug. Metformin menghambat proses glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa jaringan.
1. Metformin
Dosis inisial 500 tiap 12 jam atau 850 mg perhari, ditingkatkan tiap 2 minggu.
Setelah 3 bulan terapi, terjadi penurunan kadar gula darah puasa pasien menjadi 160 mg/dL
dan hasil pengujian HbA1c pasien yaitu sebesar 8,6%. Pasien sering lupa meminum obatnya,
sehingga setelah 1 tahun terapi gula darah puasa pasien tidak mengalami perbaikan dengan
kisaran kadar 180-200 mg/dL dan HbA1c >8%. Karena target terapi tidak tercapai, dokter
mengubah terapi DM dengan memberikan 1500 mg/hari metformin dan sulfonil urea 4
mg/hari glimepirid.
2. Metformin
3. Glimepirid
Dosis : 4mg/hari
Setelah 3 bulan terapi dan konseling yang intensif kadar gula darah pasien mengalami
penurunan menadi 130 mg/dL. Ini berarti, target terapi DM tipe 2 pasien sesuai harapan.
2. Hipertensi
Pasien menderita hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2, maka target tekanan darah
menurut JNC8 yang harus dicapai setelah terapi yaitu sebesar < 140/80 mm Hg.
JNC8 merekomendasikan diuretik tiazid sebagai fisrt line drug untuk terapi hipertensi,
adanya diabetes melitus tipe 2 menyebabkan peningkatan aktivitas RAAS sehingga pemilihan
ACEi merupakan pilihan yang lebih baik. ACEi akan menginhibisi angiotensin I menjadi
angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat dan stimulus aldosteron. Inhibitor ACE
juga mencegah sintesis senyawa vasokonstriktor lainnya seperti prostaglandin E2 dan
prostasiklin. Dalam kasus ini dokter memutuskan memberikan ACEi lisinopril untuk terapi
1. Lisinopril
Dosis 2,5 mg/hari ditingkatkan menjadi 10 mg/hari diminum setelah/sesudah makan pada
pagi hari.
Setelah 1 tahun 3 bulan, tekanan darah pasien menjadi 130/80 mm Hg. Target terapi
hipertensi pasien telah tercapai.
3. Hiperlipidemia
Firts line terapi untuk hiperlipidemia menurut CPHCS Care Guide (2011) yaitu sebagai
berikut:
Golongan statin efektif menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dan merupakan terapi
utama untuk mayoritas pasien hiperlipidemik. Statin adalah inhibitor HMG KoA reduktase
yang memblok sintesis kolestrol. Dokter memberikan obat anti hiperlipidemia golongan
statin (Simvastatin 40mg/hari) untuk menurunkan profil lipid pasien. Setelah 1 tahun 3 bulan,
terapi hiperlipidemia pasien mencapai target.
1. Simvastatin
Dosis 40 mg perhari obat diminum setelah atau sebelum makan sebelum tidur
B. SOAP PADA IBU MENYUSUI
Subjektif :
Ny. T 24 tahun datang ke BPS W pada tanggal 17 September 2012 pukul 19:30 WIB,
kebangsaan Indonesia, islam, pekerjaan IRT, dengan bersuamikan Tn. K 25 tahun, islam,
kebangsaan Indonesia, wiraswasta, Ciseureuh Rt.09/03 NO.142 Purwakarta. Ibu datang
bersama suami. Ibu nifas hari ke-2 mengeluh payudaranya terasa panas, bengkak, dan nyeri
serta ASI belum keluar sejak bayi dilahirkan.
Objektif :
Pemeriksaan fisik :
Pada saat pemeriksaan Kepala terlihat rambut hitam, bersih, sedikit rontok dan tidak
berketombe. Muka terlihat tidak ada oedem. Mata terlihat conjungtiva merah muda, sklera
anikterik. Hidung terlihat bersih, tidak ada polip. Mulut dan gigi : mulut dan lidah bersih
tidak ada scorbut, gigi bersih tidak ada caries. Telinga terlihat simetris, bersih. Pada Leher
tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Dada terlihat
simetris kanan kiri, payudara membesar, bengkak dan merah mengkilap. Tidak terdengar
bunyi ronchi atau whezing, juga tidak terdengar mur-mur.
Pemeriksaan Abdomen :
Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae dan linea. Kandung kemih kosong dan
tidak adanya mules. TFU 3 jari bawah pusat, tidak nyeri tekan pada perut bagian bawah.
Pemeriksaan Anogenital :
Inspeksi :
Adanya bekas luka parut, tidak ada tumor, tidak adanya benjolan dan tumor, tidak
adanya varises. Adanya lendir keluar dari vagina (Lokia Rubra).
Pemeriksaan ekstermitas :
Assessment :
Planning :
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, yaitu:
keadaan ibu sedikit lemah, payudara terlihat bengkak dan merah mengkilap, terasa keras,
panas dan terdapat nyeri tekan pada payudara, tanda vital: TD 120/80 mmHg, nadi 89
x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 37,80C, TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, jumlah
lochea rubra normal (± 50 cc), dan dari hasil pemeriksaan, ibu mengalami bendungan ASI.
Hasil pemeriksaan sudah diberitahukan kepada ibu dan ibu sudah mengetahui keadaannya.
2. Jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami. Menjelaskan tentang bendungan ASI
yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga
kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar.
Penjelasan sudah disampaikan dan ibu sudah mengerti.
3. Beritahu ibu terjadinya bendungan ASI. Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu
rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan
pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu rasakan. Penjelasan sudah diberikan dan ibu
sudah mengerti.
c. Vit C 3x1 untuk menjaga dan memperbaiki daya tahan tubuh ibu
Obat-obatan telah diberikan dan ibu sudah mengerti cara minum obat dan kegunaannya.
5. Beritahu ibu cara mengatasi keluhannya. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang
ibu rasakan, yaitu:
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan
payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh
semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika
bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang
sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan
pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan
secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
6. Ajarkan kepada ibu cara perawatan payudara. Mengajarkan kepada ibu cara
perawatan/masase payudara, yaitu:
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus
kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan
tangan dari payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan,
kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting,
demikian pula payudara kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan
dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
Ibu sudah mengerti dan berjanji akan melakukannya.
7. Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik. Mengajarkan ibu teknik dan posisi
menyusui yang baik, yaitu:
a. Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat
keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya
sebelum menyusui
c. Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat
menggunakan sandaran pada punggung
e. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang di bawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting)
dibelakang areola
f. Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal
(on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya
ganti menyusui pada payudara yang satunya
g. Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering sebelum kembali
memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah lecet pada puting
h. Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung
bayi supaya bayi tidak kembung dan muntah
8. Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara. Mengajarkan ibu cara
memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu :
b. Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan
dekatkan pada payudara
c. Letakan ibu jari diatas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting
dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara
d. Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak
menyumbat aliran susu
e. Kemudain tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tenpat tampungan ASI
dibawah areola
f. Tekan dan lepas, kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti
tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif.
9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk
memperbanyak dan memperlancar ASI, misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain. Ibu sudah
mengerti dan berjanji akan melakukannya.
10. Anjurkan ibu banyak beristirahat. Menganjurkan ibu banyak beristirahat, ibu dapat
beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur. Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat.
Serta, mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
11. Jelaskan pada ibu manfaat menyusui dapat memperlancar produksi ASI. Menjelaskan
pada ibu manfaat menyusui dapat memperlancar produksi ASI, mendekatkan hubungan batin
ibu dan bayi serta mengurangi resiko kanker payudara. Penjelasan sudah diberikan dan ibu
sudah mengerti.
Seorang wanita 58 tahun, dibawa oleh keluarganya ke UGD sebuah RS, dengan keadaan tidak sadar.
Pasien diketahui tidak sadar sejak 1 jam sebelum ke RS, saat itu dikiranya pasien tertidur,
tetapi setelah dibangunkan pasien tidak kunjung bangun, dan akhirnya dilarikan ke RS.
Sehari sebelumnya pasien mengeluh badan terasa lemas, perut terasa sakit dan sering BAK.
RPD: Riwayat DM sejak 6 tahun, tidak rajin kontrol, terakhir minum obat anti diabetes (OAD) 1 bulan yang lalu
RPK: Bapak penderita meninggal karena DM dan PJK.
RPS: Pasien seneng makan makanan ringan (nyemil).
Diagnosis:
- KHONK (Koma Hiperosmolar Non Ketosis) atau HHS (Hyperosmolar
Hyperglikemik State)
Subjective:
- Wanita 58 tahun
- Tidak sadar sejak 1 jam SMRS
- 1 hari SMRS Px mengeluh badan lemas, perut terasa sakit dan sering BAK
- DM sejak 6 tahun (tidak rajin kontrol)
- Pasien senang makan makanan ringan (nyemil)
- Terakhir minum OAD 1 bulan yang lalu
- Bapak Px meninggal karena DM dan PJK
Objective:
Pemeriksaan fisik Tampak obese, GCS 122, tensi 120/70 mmHg, nadi 98x/mnt, RR 28 x/mnt,
temp axila 37,9
Kepala/leher Anemis (-), ikterus (-), pupil isokor, pembesaran kelenjar leher (-), kaku
kuduk (-)
Thorax Bentuk dada normal, simetris, tidak teraba massa, fremitus normal,
perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler, tidak ada rhonkhi, tidak
ada wheezing
Cor Iktus tak tampak, batas jantung normal, S1 S2 tunggal, bising jantung (-)
Laboratorium GDA 587 mg/dl, Hb 12,1 g%, leukosit 14.910 sel/mm3, trombosit
167.000/mm3
Assessment:
Problem Medik S/O Terapi Analisis DRP
Planning:
Planning-1 (Rekomendasi)
DRP’s Rekomendasi
Volume infus NaCl 0.9% Infus NaCl 0.9% tersedia dalam volume 25-1000 mL. Dengan
kandungan Na+ 154 mmol/L dan Cl- 154 mmmol/L).
Jika osmolalitas tidak Substitusi dengan infus NaCl 0.45% (cairan hipotonik)
menurun secara adekuat
dengan infus NaCl 0.9%
Temp.axila 37,9 Pemberian antipiretik jika perlu (rute IV)
(sub febris)
Pemilihan dosis Ceftriaxon : Dosis 2 x 1 g (1 g tiap 12 jam).
1 x 2 g atau 2 x 1 g ? Ceftriaxon Ab time-dependent
Do = 1 g ; τ = 12 hr %T> MIC = 236.88 %
Do= 2 g; τ = 24 hr %T> MIC = 155.94 %
- -
Planning-3 (Informasi)
Subjek Yang Dituju Informasi
Planning-4 (KIE)
Kontrol kadar gula darah yang ketat.
Mengurangi stres
Literatur:
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, dan Kasper. 2000. Harrison: Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Wisman, Hakimi, Charles D. Siregar, Melda Deliana. 2007. Pemberian Insulin pada
Diabetes Melitus Tipe-1. Sari Pediatri, Vol. 9, No. 1.
Handbook of Injectable Drugs 15th Ed. (2009).
Diagnosis:
- Hematemesis melena (perdarahan SCBA non varises)
- Artitis
Subjective:
- Laki-laki 62 tahun
- Kondisi muntah darah sejak pagi tadi
- Perut sebah
- BAB warna hitam seperti petis 2 hari SMRS
Objective:
Kepala/leher Konjungtiva anemis (+), ikterus (-), pupil isokor, pembesaran kelenjar leher (-),
kaku kuduk (-)
Thorax Bentuk dada normal, simetris, tidak teraba massa, fremitus normal, perkusi sonor,
auskultasi suara nafas vesikuler, tidak ada rhonkhi, tidak ada wheezing.
Cor Iktus tak nampak, batas jantung normal, soepel, nyeri tekan epigastrium (+), bising
usus meningkat.
Extremitas Akral hangat, edema (-), genu D : krepitasi (+)
Resep dokter:
Nama Obat Rute Regimen Dosis Indikasi Asuhan
Kefarmasian
(Target)
NS 0,9% NGT 1-2L Banyak darah di lambung Bilas lambung
Infus RL IV 30-40 mL/kgBB/hari Pengganti kehilangan cairan Sebagai Pengganti
akut (resusitasi) Cairanekstraseluler
(elektrolit dan air)
Omeprazole IV bolus 80mg Ulkus peptikum Meredakan nyeri
akibat tukak
lambung
Sukralfat p.o 500mg Ulkus peptikum Melindungi
(Neciblok) 4x sehari mukosa lambung.
Ondansetron p.o 8mg Mual Mengurangi mual
1x sehari
Asam p.o 500mg perdarahan Mencegah
Tranexamat 3x sehari perdarahan yang
berlebihan
Paracetamol p.o 500mg 2x sehari Osteoartritis Meredakan nyeri
Assessment:
Problem Medik S/O Terapi Rute Dosis Analisis Rekomendasi
Planning:
OBAT MONITORING EFEKTIVITAS MONITORING ES OBAT
Infus RL Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan air Demam, infeksi, nyeri pada tempat
(cairan ekstraselular) suntikan.
Omeprazole ↓ ulkus peptikum Mual, konstipasi
Ondansentron mengurangi mual konstipasi
Asam traneksamat ↓ pendarahan trombosis
Transfusi whole blood Hb ↑ Pendarahan tidak ada faktor
pembekuan darah
Plan KIE
Kepada Px :
1. Istirahat yang cukup.
2. Diet rendah purin (kacang-kacangan).
3. Diet rendah serat dan tinggi kalori.
D. SOAP Tumbuh kembang bayi/balita
SUBJEKTIF DATA
Biodata:
Nama anak :Saskia fitri Nama orang tua: Rina
Umur :2 thn Umur : 25 thn
Jenis kelamin :Perempuan Pekerjaan :Ibu RT
Alamat :Belakang balok
No Telp/HP :085263078025
2. Riwayat Prenatal
a. Kehamilan ke : pertama
b. Tempat ANC : BPS RIANA
c. Imunisasi TT : 3 kali
d. Obat-Obatan yang pernah diminum selama hamil : tidak ada
e. Penerimaan Ibu/Keluarga Terhadap kehamilan : kehamilan direncanakan dan keluarga
sangat mengharapkan kelahiran anak pertamanya
f. Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil : tidak ada
3 . Riwayat IntraNatal
a. Persalinan ke : pertama
b. Tempat dan penolong persalinan : BPS RIANA
c. Masalah saat persalinan : tidak ada
d. Cara Persalinan : pervaginam
e. Keadaan bayi saat lahir : normal
f. Segera menangis/tidak : segera menangis
g. BB lahir/PB Lahir : BB : 3200 gram/PB : 45 cm
4. Riwayat Kesehatan Anak : ibu mengatakan anak tidak sedang/pernah menderita penyakit
yang berat seperti penyekait jantung,diabetes,asma,TBC dan lain-lain. Keluarga : ibu
mengatakn keluarga tidak sedang/pernah menderita penyakit degenaratif seperti
hipertensi,TBC,DM,Jantung dan lain-lain
B. Kebutuhan Eliminasi BAB Frekuensi : 1-2 x sehari Warna : kuning Konsistensi : lembek
Masalah : tidak ada BAK Frekuensi : 7-8 x sehari Warna : kuning jernih Masalah : tidak ada
C. Kebutuhan Personal Hygiene Frekuensi Mandi : 2 x sehari Frekuensi Ganti pakaian : 2 x
sehari Penggunaan popok anti tembus : jika bepergian saja
OBJECTIVE DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital : N : 90 x /menit R : 30 x / menit S : 370 C
2. Pemeriksaan Antropometri
a. BB : 17 kg
b. PB/TB : 90 cm
c. Lingkar kepala : 39 cm
d. Lingkar dada : 40 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut bersih,hitam,tidak ada ketombe,mesochepal,UUB datar,tidak ada cepal
hematoma
b. Muka : simetris,tidak moon face,tidak pucat
c. Mata : simetris,sclera tidak ikterik,konjungtiva merah muda,reflek blingking + d. Telinga :
tidak ada serumen,bersih
e. Hidung : tidak ada polip,tidak secret,terdapat sekat
f. Mulut : tidak pucat,tidak ada labioscisis,tidak ada labiopalatoscisis ( reflek
rooting,scuckling,swallowing : +)
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan pembesaran vena jugularis
h. Dada :simetris tidak ada retaksi dinding dada
i. Perut : tidak ada bekas luka,tidak ada bising usus
j. Ekstermitas : simetris kanan kiri,tidak ada oedem,tidak ada varices,tidak ada polidaktili dan
sindaktili
k. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
l. Anus : bersih,tidak atresia ani,tidak ada hemoroid.
4. Data Penunjang
a. pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
b. pemeriksaan penunjang : DDST tes terlampir
c. catatan medic lainnya : tidak ada
Hasil pengkajian empat sector diatas : Normal ( tidak ada delay dan tidak ada caution)
Assesment
An. Saskia safitri umur 2 tahun dengan tumbuh kembang normal
Planning
1. menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan tumbuh kembang anaknya. - ibu
mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan.
2. Memeberitahukan kepada ibu agar memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya -
Ibu bersdia memberikan stimulasi pada anaknya.
3. Memberitahukan kepada ibu tentang kunjungan ulangnya yaitu melakukan kunjungan
ulang untuk tes perkembangan bulan depan. - Ibu mengerti dan bersedia melakukan
kunjungan ulang bulan depan.
4. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan - Hasil pemeriksaan sudah
didokumentasikanp