Lab Klinik PDF
Lab Klinik PDF
LABORATORIUM KLINIK 1:
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan
Penyusun:
Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes
Telefon:
0352-752747 (rumah), 081335251726 (mobile), 0351-895216 (kantor)
E-mail:
heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com
website:
www.heruswn.teach-nology.com atau www.heruswn.weebly.com
Venoject
3. Hemositometer
Hemositometer digunakan untuk menghitung eritrosit, lekosit dan trombosit. Alat ini
terdiri atas kamar hitung, kaca penutup dan pipet.
a. Kamar hitung
Kamar hitung yang banyak digunakan adalah improved Neubauer. Gambar detail dari
kamar hitung dapat Anda lihat pada gambar.
b. Kaca penutup
Kaca penutup dibuat benar-benar datar, agak lebih tebal dari kaca obyek.
c. Pipet
Pipet yang digunakan adalah pipet Thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas
pipa kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk
bola. Di dalam bola terdapat sebutir kaca merah.
Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan pipet eritrosit, namun di
dalam bola terdapat sebutir kaca putih.
1 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Kamar hitung
Pipet Thoma
4. Hemoglobinometer (hemometer)
Hemoglobinometer digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin secara sederhana.
Hemometer Sahli masih digunakan di laboratorium-laboratorium kecil atau di lembaga-
lembaga pelayanan kesehatan dasar misalnya puskesmas. Sehingga, meskipun cara ini
tak dianjurkan karena akurasinya yang rendah namun masih perlu dipelajari. Alat ini
terdiri atas HCl, tabung reaksi dan pengaduk, pipet hemogobin serta warna pembanding.
2 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
1. Darah kapiler
Darah kapiler diambil dari ujung jari atau anak daun telinga untuk orang dewasa dan
dari tumit atau ibu jari kaki untuk bayi. Tak boleh mengambil sampel darah dari bagian
tubuh dengan gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia. Cara mengambil
sampel darah kapiler adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pegang bagian yang dipilih supaya tak bergerak
c. Tekan sedikit untuk mengurangi nyeri
d. Tusuk dengan cepat dan cukup dalam menggunakan lanset. Untuk jari, tusuk secara
tegak lurus dengan garis-garis sidik jari, jangan sejajar. Untuk daun telinga, tusuk
pinggirnya, jangan sisinya. Jangan dipijat-pijat, karena darah akan bercampur
dengan cairan jaringan sehingga menjadi lebih encer, yang berdampak terhadap
akurasi hasil pemeriksaan.
e. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering.
2. Darah vena
Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti.
Untuk bayi, darah vena dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis superior.
Cara mengambil darah vena adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pasang torniket, sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena
terlihat jelas
c. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak
d. Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena
e. Longgarkan torniket secara perlahan, lalu hisap darah sesuai dengan kebutuhan
f. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering.
g. Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat
h. Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh
pasien)
i. Cabut jarum dari semprit lalu alirkan darah ke botol secara perlahan melalui dinding
botol supaya tidak terjadi lisis sel-sel darah
3 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
e. Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah
f. Aduklah supaya cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan
tambahkan setetes demi setetes aquades.
g. Setelah 3-5 menit bandingkan warna tersebut dengan warna standar sampai benar-
benar sama. Bacalah kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam tabung
Kelemahan metode ini adalah:
a. Tak semua hemoglobin menjadi hematin asam, misalnya karboksihemoglobin (Hb-
CO2), methemoglobin dan sulfhemoglobin
b. Kemampuan visual pemeriksa sangat mempengaruhi hasil
c. Cahaya yang kurang terang mempengaruhi hasil
Penghitungan lekosit
Untuk menghitung lekosit, darah diencerkan dalam pipa lekosit lalu dimasukkan ke dalam
kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Turk. Langkah-langkah
pemeriksaan yang diterapkan adalah:
1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet
3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45 o, tahan agar tetap di
tanda 0,5. Isap larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada gelembung
udara
4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocok selama 15-30 detik
6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja
7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke
kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan
kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
9. Biarkan 2-3 menit supaya lekosit mengendap
10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus dirahkan ke garis-
garis bagi.
11. Hitunglah lekosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke
bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada
garis kiri dan atas.
12. Jumlah lekosit per µL darah adalah: jumlah sel X 50
Penghitungan eritrosit
Untuk menghitung eritrosit, darah diencerkan dalam pipa eritrosit lalu dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Hayem. Langkah-langkah
pemeriksaan yang diterapkan adalah:
1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet
3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem dengan sudut 45 o, tahan agar tetap di
tanda 0,5. Isap larutan Hayem hingga mencapai tanda 101. Jangan sampai ada
gelembung udara
4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocok selama 15-30 detik
6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja
4 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke
kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan
kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
9. Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap
10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garis-
garis bagi dalam bidang besar yang tengah.
11. Hitunglah eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang
kecil, dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan
seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas.
12. Jumlah lekosit per µL darah adalah: jumlah sel X 10000
Penghitungan trombosit
Ada 2 cara penghitungan trombosit yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak
langsung tidak dibahas dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara langsung,
darah diencerkan dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer
yang digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan
adalah:
1. Hisap cairan Rees Ecker sampai tanda “1” dan buang lagi cairan tersebut
2. Hisap darah sampai tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101 lalu kocok
selama 3 menit
3. Lanjutkan langkah-langkah seperti penghitungan eritrosit
4. Biarkan kamar hitung selama 10 menit dalam posisi horisontal supaya trombosit
mengandap
5. Hitunglah trombosit dalam seluruh bidang besar tengah dengan lensa obyektif besar
6. Jumlah trombosit per µL darah adalah: jumlah trombosit x 2000.
5 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Setelah hapusan darah selesai, dilanjutkan dengan pewarnaan dengan berbagai cara
misalnya pewarnaan Wright dan Giemsa. Teknik pewarnaan tidak perlu dibahas dalam
kuliah ini. Dengan pewarnaan maka keadaan sel-sel darah akan terlihat jelas di bawah
mikroskop.
6 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Keadaan trombosit
Dalam pemeriksaan keadaan trombosit yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan mofologi
trombosit. Jumlah trombosit dihitung dalam 100 lapangan penglihatan dan secara normal
akan didapatkan lebih dari 500-1500 trombosit. Pemeriksaan morfologi trombosit dilakukan
untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk trombosit.
Keadaan trombosit
Keadaan eritrosit
Dalam pemeriksaan keadaan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah mofologi eritrosit
meliputi bentuk bentuk, ukuran dan karakteristik warna.
eritrosit
Morfologi eritrosit
7 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Keadaan lekosit
Dalam pemeriksaan keadaan lekosit yang perlu diperhatikan adalah hitung jenis
(differential counting) lekosit.
Jenis-jenis lekosit
Hitung jenis adalah menghitung 100 lekosit dan mengelompokkan berdasarkan jenis-
jenisnya. Urutan pengelompokan adalah basofil, eosinofil, netrofil (batang dan segmen),
limfosit dan monosit. Nilai normal dari hitung jenis adalah basofil: 0-1%, eosinofil: 1-3%,
netrofil batang: 2-6%, netrofil segmen: 50-70%, limfosit: 20-40% dan monosit: 2-8%.
Menghitung retikulosit
Setelah eritrosit muda kehilangan inti, sebagian kecil RNA tertinggal di dalam eritrosit. Sel
ini dinamakan retikulosit. Jumlah retikulosit normal adalah 0,5-1,5% dari jumlah eritrosit,
yaitu 25000-75000 per µL darah.
8 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Menghitung retikulosit
Nilai LED normal adalah pria: < 10 mm/jam dan wanita: < 15 mm/jam
Hematokrit
Hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah. Ada 2 cara pemeriksaan
hematokrit yaitu cara Wintrobe dan cara mikrometode. Pada kuliah ini hanya dibahas cara
Wintrobe, dengan langkah langkah pemeriksaan sebagai berikut:
1. Ambil kapiler atau darah EDTA, darah heparin atau darah oksalat lalu masukkan ke
dalam tabung Wintrobe hingga tanda 100 di atas.
2. Masukkan tabung ke dalam sentrifuge yang cukup besar lalu pusingkan selama 30
menit dengan kecepatan 3000 rpm
3. Bacalah hasilnya dengan memperhatikan:
a. Plasma di atas (kuning) dibandingkan dengan kaliumbikromat dan intensitasnya
disebut satuan. Satu satuan adalah 1:10000
b. Ketebalan lapisan putih (lekosit dan trombosit)
c. Volume sel-sel darah merah.
9 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
1. Bersihkan bagian voler lengan bawah (cara Ivy) atau anak daun telinga (cara Duke)
dengan alkohol 70% dan tunggu sampai kering.
2. Khusus untuk cara Ivy pasang manset sfigmomanometer pompa sampai batas tekanan
40 mmHg lalu pertahankan tekanan tersebut
3. Cara Ivy: tegangkan kulit dan tusuk dengan lanset sedalam 3 mm di lokasi 3 jari
dibawah lipat siku
Cara Duke: tusuk pinggir anak daun telinga dengan lanset sedalam 2 mm
4. Ketika darah mulai keluar, hidupkan stopwatch
5. Isap tetesan darah dengan kertas saring tiap 30 detik, cegah menekan kulit saat
menghisap darah
6. Ketika darah tak terhisap hentikan stopwatch dan catatlah waktunya
Masa perdarahan normal adalah 1-6 menit. Jika melampaui 10 menit perdarahan belum
berhenti, hentikan percobaan. Batalkan percobaan jika hasil percobaan kurang dari 1
menit, karena terjadi akibat kurang dalamnya tusukan.
10 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Masa pembekuan normal adalah 9-15 menit. Masa pembekuan melebihi 20 menit
menunjukkan abnormalitas
11 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen dalam sel. Selain itu dikenal pula
penetapan agglutinin dalam serum. Cara terbaik adalah dengan menggunakan kedua
penetapan yaitu aglutinogen dan agglutinin.
1. Taruh di bagian kiri object glass 1 tetes serum anti A dan di bagian kanan 1 tetes
serum anti B
2. Tambahkan 1 tetes kecil darah pada serum, kemudian campurlah dengan ujung lidi
3. Goyangkan object glass dengan gerakan melingkar
4. Perhatikan aglutinasi dengan mata telanjang, lalu benarkan dengan menggunakan
mikroskop.
Catatan:
Warna serum anti A: hijau/biru
Warna serum anti B: kuning
Darah yang diperiksa boleh darah kapiler segar atau darah vena yang telah membeku
terlebih dahulu yang kemudian sel-selnya dilepaskan memakai ujung lidi.
Jumlah darah yang dicampur dengan serum sebaiknya mencapai nilai hematokrit 2%.
Anti serum kuat memberikan hasil tegas dalam waktu kurang dari 1 menit, sebaiknya
hasil diperiksa setelah 2 menit dan selanjutnya disusul pemeriksaan ulang setelah lewat
20 menit. Tindakan terakhir mengamankan adanya subgroup lemah dalam golongan A.
Jaga jangan sampai bahan pemeriksaan mengering pada object glass.
13 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Untuk menghindari kesalahan, sebaiknya gunakan juga serum anti A,B (serum
golongan O). Ini berguna untuk mendapatkan subgroup A yang lemah, yang tidak
bereaksi dengan serum Anti A.
Object glass harus bersih benar, tidak boleh ada sisa zat kimia atau darah. Hal ini
menghindari adanya aglutinasi palsu.
Pedoman kesimpulan:
14 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Lempeng ELISA
15 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Pemeriksaan gula darah bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa di dalam darah, yang
dinyatakan dalam g/dL. Pada masa sekarang banyak diedarkan peralatan pengukuran
kadar gula darah yang praktis secara digital, sehingga mudah diterapkan di mana saja.
Langkah-langkah pengukurannya adalah:
1. Ambil darah kapiler dengan lanset yang terdapat pada set peralatan
2. Letakkan darah pada monitor untuk mengetahui kadar glukosa
3. Jika kadar glukosa terlalu tinggi, insulin diberikan. Jika kadar glukosa terlalu rendah
karbohidrat dikonsumsi
4. Insulin diberikan dengan pompa insulin
16 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Tugas:
1. Carilah nilai normal hasil pemeriksaan darah lengkap dari salah satu laboratorium klinik
(boleh lembar aslinya saja) !
2. Carilah nilai normal dari berbagai macam cara pemeriksaan gula darah !
17 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
slight anisocytosis,
RBC morphology
moderate poikilocytosis
Biochemical profile -
Levamisole resistance 60 %
18 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
19 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
LABORATORIUM KLINIK 2:
PEMERIKSAAN URIN
Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan
Penyusun:
Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes
Telefon:
0352-752747 (rumah), 081335251726 (mobile), 0351-895216 (kantor)
E-mail:
heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com
website:
www.heruswn.teach-nology.com atau www.heruswn.weebly.com
1. Urin sewaktu
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tak ditentukan secara
khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup
baik untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa pendapat
khusus.
2. Urin pagi
Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur. Urin pagi lebih
pekat daripada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis,
protein dll. Bagi kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan kehamilan
berdasarkan adanya hormon human chorionic gonadotrophin (HCG) di dalam urin.
3. Urin postprandial
Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam setelah makan.
Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa di dalam urin)
4. Urin 24 jam
Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam, dengan cara:
a. Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L) umumnya dilengkapi pengawet.
b. Jam 7 pagi urin dibuang.
c. Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan dicampur.
20 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas, dengan cara:
a. Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih
b. Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen)
c. Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti
Gelas I diisi 20-30 ml pertama (berisi sel-sel uretra pars anterior dan prostatika)
Gelas II diisi volume berikutnya (berisi unsur-unsur dari kandung kemih)
Gelas III diisi volume terakhir (berisi unsur-unsur khusus dari uretra pars prostatika
dan getah prostat)
Urin 2 gelas diperoleh dengan cara sama dengan urin 3 gelas, dengan 2 gelas saja,
gelas pertama diisi 50-75 ml.
Urin ini digunakan untuk menentukan letak radang atau lesi yang menghasilkan darah
atau nanah pada urin seorang pria.
1. Jumlah urin
Jumlah urin dapat diukur dengan urin 24 jam, urin 12 jam, timed specimen pada
pemeriksaan tertentu serta urin sewaktu. Jumlah urin berkaitan dengan faal ginjal,
keseimbangan cairan tubuh serta penafsiran hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi
kuantitatif urin.
2. Warna urin
Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus. Ada beberapa
macam hasil yaitu: tak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur
merah, merah bercampur kuning, merah, coklat, kuning bercampur hijau, putih susu
dll. Perubahan warna urin disebabkan oleh: obat-obatan, darah, mikroorganisme, zat
warna normal maupun abnormal, pus, protein dll. Beberapa contoh penyebab
perubahan warna urin antara lain:
Hijau bilirubinuria
21 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
3. Kejernihan urin
Kejernihan dapat diperiksa dengan cara yang sama dengan pemeriksaan warna urin.
Ada beberapa macam hasil yaitu: jernih (normal), agak keruh, keruh dan sangat keruh.
Kekeruhan urin disebabkan oleh bakteri, sedimen, lemak, dll.
Berat jenis urin diukur dengan bantuan alat urinometer. Jika volume urin kecil, maka
dapat digunakan refraktometer. Berat jenis urin normal adalah 1016-1022. Berat jenis
berhubungan dengan diuresis. Semakin besar diuresis, makin rendah berat jenisnya.
Berat jenis berkaitan dengan pekatnya urin (faal pemekat ginjal). Glukosuria akan
meningkatkan berat jenis urin.
5. Bau urin
Bau urin dari semula (bukan bau akibat dibiarkan tanpa pengawet) memiliki makna.
Bau normal disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau abnormal
dapat disebabkan oleh
a. Makanan mengandung atsiri (jengkol, petai, durian dll.)
b. Obat-obatan (mentol, terpentin dll.)
c. Amoniak (perombakan ureum menjadi amoniak oleh bakteri)
d. Ketonuria (bau aseton)
e. Bau busuk (perombakan protein)
Indikator pH urin
22 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
7. Protein
Pemeriksaan proteinuria
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan adanya protein dengan cara pemanasan
dengan asam asetat:
a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh
b. Pegang ujung bawah tabung, panasi lapisan atas urin sampai mendidih selama 30
detik
c. Bandingkan kekeruhan lapisan atas dengan lapisan bawah urin. Jika keruh mungkin
disebabkan oleh protein
d. Tetesi urin dengan asam asetat 6% (3-5 tetes). Jika tetap keruh maka tes protein
positif. Jika kekeruhan hilang, penyebab kekeruhan pertama adalah kalsium fosfat
atau kalsium karbonat
e. Panasi sekali lagi sampai mendidih, lalu tentukan hasilnya:
- Tak ada kekeruhan :-
- Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir :+ (protein 0,01-0,05%)
- Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%)
- Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%)
- Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal: ++++(> 0,5%)
8. Glukosa
23 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
9. Benda keton
Benda-benda keton (aseton, aseto asetat dan beta hidroksi butirat) di dalam urin
diperiksa dengan menggunakan urin segar karena aseton mudah menguap. Cara
pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara Rothera, cara Gerhardt atau menggunakan
carik celup. Cara pemeriksaan menurut Gerhardt melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Masukkan 5 cc urin ke dalam tabung reaksi, lalu tetesi dengan feriklorida 10%
sambil dikocok
b. Jika terbentuknya presipitat putih ferifosfat berhenti, saringlah cairan tersebut
c. Berikan beberapa tetes feriklorida lagi, perhatikan warna merah coklat (benda keton
+)
10. Bilirubin
Dalam kondisi patologis terdapat bilirubin di dalam urin. Jika urin dibiarkan sebagaian
kecil bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin. Tes untuk bilirubin menggunakan cara
percobaan busa, Harrison serta dengan carik celup. Cara Harrison melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Masukkan 5 cc urin yang telah dikocok ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 cc Barium klorida 10%, lalu campur dan saringlah
24 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
c. Ketas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan
ditaruh mendatar di atas corong. Biarkan sampai agak kering.
d. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat di atas kertas saring
e. Warna hijau menandakan adanya bilirubin
11. Urobilinogen
12. Urobilin
Urin segar praktis tak mengandung urobilin. Urobilin baru muncul kemudian setelah
urobilinogen mengalami oksidasi. Cara yang dipakai adalah menggunakan Schlesinger.
Sampel urin untuk pemeriksaan sedimen sebaiknya urin segar. Cara pemeriksaan
sedimen antara lain:
a. Makroskopis (perhatikan dengan mata telanjang tentang adanya sedimen.
b. Mikroskopis, dengan langkah-langkah:
1) Kocoklah supaya sedimen bercampur
2) Masukkan 7-8 cc ke dalam tabung sentrifuge dan pusingkan selama 5 menit
pada 1500-2000 rpm.
3) Tuang cairan atas keluar dari tabung dengan gerakan cepat dan luwes,
kemudian tegakkan kembali tabung hingga cairan di dinding kembali ke dasar
tabung. Volume sedimen dan cairan menjadi kira-kira ½ cc.
4) Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen
5) Dengan menggunakan pipet Pasteur, taruh 2 tetes sedimen tersebut terpisah ke
atas kaca obyek dan tutuplah masing-masing tetes dengan kaca penutup.
6) Turunkan kondensor mikroskop atau kecilkan diafragmanya, kemudian
periksalah sedimen itu dengan lensa obyektif kecil (10X)
7) Periksa sedimen itu dengan lensa obyektif besar (40X)
8) Bacalah hasil pemeriksaan
Tugas:
Carilah dari referensi mengenai nilai normal hasil pemeriksaan sedimen urin !
25 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Epitel transisional
Epitel skuamosa
Lekosit
Eritrosit
26 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Silinder hialin
Silinder eritrosit
Silinder lekosit
Silinder granuler
27 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Silinder lilin
Kristal oksalat
28 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
Kristal Sistein
29 Biokimia-Program D3 Kebidanan
Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)
30 Biokimia-Program D3 Kebidanan