Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN TEKNOLOGI BANGUNAN PASCA KEMERDEKAAN

PADA OBJEK STUDI


BALAI PERTEMUAN ILMIAH INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Ida Bagus Gede Adhinarayana


NIM 25218029
Magister Arsitektur Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK

Balai Pertemuan Ilmiah ITB merupakan salah satu bangunan pasca kemerdekaan.
Bangunan ini tadinya berfungsi sebagai tempat perkumpulan ilmu alam bandung.
Dibangun tahun 1953 ditengah kondisi Negara dan ekonomi yang belum stabil
pembangunan dilaksanakan dengan segala keterbatasan dan menggunakan hasil rampasan
perang. Namun penerapan teknologi yang tepat pada bangunan membuat bangunan ini
mampu bertahan hingga saat ini.
Teknologi yang diterapkan mulai dari adaptasi fasad terhadap iklim tropis, pemilihan
material yang sesuai sampai dengan sistem struktur yang unik dan berani pada jamannya.
Adaptasi terhadap iklim tropis bisa terlihat dari pemilihan material yang massif pada fasad
yang terpapar sinar matahari langsung dan juga penerapan shading egg crate pada sisi utara
selatan banguan yang bisa memberikan naungan tanpa menghalangi cahaya matahari untuk
masuk ke ruangan.
Teknologi pada sistem struktur terlihat dari bentuk fasad bangunan yang melengkung
dan massif. Dimana bentuk ini memertlukan perhitungan khusus dan orang yang ahli di
bidang struktur. Selain itu penerapan struktur kolom yang melebar di bagian atas dan juga
jarak bentang yang cukup lebar semakin menegaskan teknologi struktur yang digunakan
bukannya teknologi struktur yang biasa.
Keywords : Teknologi,Tropis, struktur, fasad, shading

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia arsitektur indonesia mulai terlihat pasca kemerdekaan
indonesia tahun 1945. Pada masa itu ditengah situasi peralihan dimana kondisi negara yang
belum stabil, kondisi ekonomi yang masih terpuruk, dan masyarakat yang masih berada
dibawah bayang-bayang belanda, Presiden Indonesia Ir. Soekarno mendorong terbentuknya
indonesia yang berdikari(berdiri diatas kaki sendiri) melalui pembangunan-pembangunan
menggunakan konsep mercusuar dengan tujuan menunjukan kebesaran, kebebasan dan
kemerdekaan negara indonesia. Mengingat kondisi negara yang belum stabil, pembangunan
pada masa itu dilaksanakan dengan segara keterbatasan, baik dari segi bahan maupun ilmu
dan teknologi, dengan segala keterbatasan itu modal yang dimiliki hanyalah tekad yang kuat
untuk membuat arsitektur yang antikolonial. Arsitektur ini merupakan arsitektur yang tampil
beda dari arsitektur pada masa itu dimana bangunan masih didominasi arsitektur kolonial.
Bangunan Balai Pertemuan Ilmiah ITB merupakan salah satu bangunan arsitektur
pasca kemerdekaan yang dalam proses pembangunannya menggunakan material hasil
rampasan perang(1950). Bangunan ini merupakan hasil campuran international style dan
juga jengki yang menjadi tren bangunan pada masa itu.Bangunan yang berfungsi sebagai
tempat perkumpulan ilmu alam ITB ini dirancang Natmeisnig and Kopeinig arsitek asal
austria (ITB Undergraduate Handbook 2010). Bangunan ini di bangun pada tahun 1953,
1
selesai pada tahun 1955 dan diresmikan tahun 1956 Meskipun pada masa itu situasi
ekonomi dan negara masih belum stabil. Penerapan teknologi bangunan yang dipakai
terbukti bisa bertahan bertahun-tahun bahkan hingga saat ini masih berfungsi dengan baik.
Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan makalah ilmiah ini, dimana tujuan dari
pembuatan makalah ini untuk dapat mengetahui teknologi bangunan yang terapkan pada
masa itu dan dikemudian hari bisa dijadikan bahan inovasi pengembangan wawasan akan
teknologi yang lebih maju.

KAJIAN TEORI
Menurut Tri harsono dalam jurnalnya Mendefinisikan kembali arsitektur tropis
Indonesia, definisi arsitektur tropis adalah bentuk arsitektur yang mampu beradaptasi dan
bentuk penyelesaian masalah iklim seperti matahari, hujan, kelembaban, suhu dll.

Faktor yang mempengaruhi arsitektur tropis antara lain :


1. orientasi matahari

Orientasi bangunan terhadap arah datangnya sinar matahari mempengaruhi


kualitas suhu udara ruangan didalamnya. Semakin besar frekuensi dan luasan bidang
yang terkena paparan sinar matahari akan berpengaruh pada meningkatnya suhu
dalam bangunan, sehingga di rekomendasikan arah orientasi bangunan(permukaan
bangunan yang memanjang) menghadap ke utara-selatan

Gambar 1. Bangunan yang memanjang yang menghadap utara selatan


Sumber : Penulis

2. Orientasi terhadap Angin (Ventilasi silang)


Orientasi bangunan terhadap arah datangnya angina juga merupakan faktor
pembentuk arsitektur tropis. Angina dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami
dalam ruang. selain memberikan kesan sejuk, angina juga berfungsi sebagai
pertukaran udara antara udara luar dan dalam. Pertukaran udara dapat berjalan
dengan baik melalui pembuatan ventilasi silang pada bangunan. Kecenderungan
angina bergerak dari bawah ke atas, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah dan dari
suhu rendah ke suhu tinggi.

2
Apabila orientasi bangunan tidak memungkinkan kea rah utara selatan maka
diperukan adanya elemen arsitekturu pembayang yang dapat mengurangi efek panas
dan silau dari cahaya matahari.
Berikut adalah jenis elemen arsitektur/ shading :

Egg crate dan vertical louver efektif untuk bangunan menghadap ke barat-timur
Sumber : penulis

Cantilever Horizontal Louver Screen Awning


Sumber : penulis

Efektifitas shading diukur dari banyaknya panas yang ditransimikan pada permukaan
bangunan(SC). Berikut adalah tabel nilai SC dari masing-masing jenis shading.

No Elemen Pelindung Shading coefficient


1 Egg crate 0.10
2 Awning 0.15
3 Horizontal louver screen 0.6-0.20
4 Horizontal louver overhang 0.20
5 Vertical louver 0.30
6 cantilever 0.25
Tabel 1. Shading coefficient
Sumber : Concept in thermal comfort, M. David Egan

Karakteristik bangunan
Menurut Basaria Talarosha, Karakteristik bangunan yang adaptif terhadap iklim tropis
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. menggunakan teritisan yang cukup lebar
b. selubung bangunan berwarna muda yang reflektif terhadap cahaya
c. adanya ventilasi silang pada bangunan
d. penggunaaan sun shading untuk menghalau panas matahari
3
Struktur bangunan
berdasarkan jurnal rekayasa sipil Volume XII No 1, April 2015 didapat perhitungan dimensi
struktur beton bertulang sebagai berikut :
 Tinggii Balok induk(H) = 1/16 x Bentang kolom(B)
Dimana nilai Bentang adalah jarak antar kolom terlebar
 Lebar Balok Induk = 2/3 x Tinggi balok induk (H)
 Tinggi Balok anak(h) = 1/16 x bentang balok (b)
Dimana nilai Bentang adalah jarak antar balok induk terlebar
 Lebar Balok anak = ½ x Tinggi Balok anak (h)
 Dimensi kolom = (2x5) + lebar balok induk (H)
 Dimensi plat lantai = 1/40 x Bentang(B)

PEMBAHASAN
Teknologi bangunan yang adaptif terhadap iklim tropis.
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat bukaan berukuran sekitar 1mx1m yang
dipasang dinding ruang pertemuan bagian atas sebagai akses cahaya matahari pada ruang.
Ditambah adanya garis diagonal pada jendela yang berfungsi sebagai pembayang matahari.
Jendela hanya dipasang pada dinding sisi utara dan selatan dengan framing beton pada
eksteriornya sebagai pelindung untuk mengurangi panas matahari.
Hal ini sesuai dengan teori arsitektur tropis dimana posisi bukaan diusahakan tidak
langsung menghadap arah datangnya sinar matahari. Sedangkan untuk dinding yang
menghadap langsung kearah datangnya sinar matahari(barat dan timut) dibuat solid dan
dinding dibuat lebih tebal untuk memperlama daya hantar panas kedalam ruangan.

Gambar 2. Bukaan pada dinding bagian atas Gambar 3. Framing beton pada eksterior jendela
Sumber : survey Sumber : survey

Untuk sisi bagian utara dan selatan, fasade bangunan di desain berupa sun shading
kubikal/egg crate berukuran 40x40 cm dengan kedalaman 40 cm yang bertumpu pada
struktur balok kantilever. bentuk kubikal ini merupakan shading yang paling efektif
berdasarkan teori yang disebutkan sebeumnya dan berfungsi sebagai pelindung jendela
kaca didalamnya dari sinar matahari agar ruangan tidak mudah panas dan juga mencegah
tampias hujan. Jendela yang digunakan ada berupa kaca mati dan ada juga berupa jendela
yang bisa dibuka kedalam di bagian atasnya sehingga bangunan ini tetap bisa mengalirkan
4
udara kedalam bangunan tanpa takut terkena tampias ataupun panas berlebih dari sinar
matahari. penggunaan material beton dan permainan fasad yang lengkung menunjukkan
teknologi pembangunan yang diterapkan pada masa itu sudah cukup maju.

Gambar 4. Sunshading beton pada fasad Gambar 5. Bentuk lengkung pada fasad beton
Sumber : survey Sumber : survey
Untuk fasad dibagian timur
dan barat didominasi dinding beton
yang masih dengan sedikit bukaan
pada beranda untuk mengurangi
kesan kaku pada fasad.Pemilihan
material pada fasad disesuaikan
dengan fungsinya untuk menangkal
panas berlebih. Selain itu pemilihan
material pelapis fasad bertujuan
untuk mengurangi efek refleksi
panas pada lingkungan sekitar.

Gambar 6. Fasad di bagian timur bangunan


Sumber : survey

Teknologi Struktur Bangunan

Ketinggian plafon pada ruang seminar setinggi trape struktur 2 lantai dengan sistem
struktur rigid (kolom dan balok). Bentang struktur ruangan ini sekitar 12m dengan jarak
antar kolom memanjang sekitar 14 m. berdasarkan pengamatan tidak terlihat adanya
penggunaan balok yang membentang pada ruangan, adanya kemungkinan menggunakan
balok yang lebih tipis dari balok memanjang(balok anak) yang tertutupi oleh plafond
sehingga tidak terlihat.
Selain itu bentuk kolom yang miring dan membesar di bagian atas menjadi sesuatu yang
sangat menarik mengingat pada masa itu pembangunan dilakukan dengan banyak
keterbatasan akan tetapi mampu menghasilkan bangunan dengan struktur yang unik dan
berani.

5
Berdasarkan teori struktur dengan bentang 12 m diperlukan balok induk dengan
dimensi 0.75m x 0.5 m dan dimensi kolom 0.6m 0.6m. Berdasarkan pengamatan pada
bangunan kolom pada ruang seminar berukuran sekitar 0.4x 0.6 m, dimana dimensi ini
belum sesuai dengan teori perhitungan struktur. Tetapi bentuk kolom yang dibuat membesar
ke atas memungkinan adanya perhitungan lain yang lebih kompleks sehinga bagaimana pada
masa itu ahli bangunan yang membangun berani menerapkan sistem struktur tersebut dan
bisa bertahan hingga saat ini.

Gambar 5. Tinggi ruang bebas struktur+-6m Gambar 6. Bentang struktur ruang seminar
Sumber : survey Sumber : survey

Teknologi pada fasad bangunan berupa bentuk lengkung pada massa bangunan yang
menjadikan bangunan ini unik dari bangunan sekitarnya. Fasad bangunan ini menggunakan
material beton yang bertumpu pada balok kantilever. Bentuk bulat dan garis garis yang
membentuk bidang persegi di aplikasikan pada fasad sebagai memperkuat bentuk fasad
yang melngkung. Selain itu Fasad bangunan yang massif berfungsi sebagai buffer terhadap
beban termal mengingat bangunan ini menghadap kearah barat, dan juga sisi fasad lebih
menjorok keluar dibandingkan bukaan pada lantai 1 sebagai bentuk perlindungan terhadap
ruang pada lantai 1 yang berfungsi sebagai ruang transisi sebeum masuk ke ruang seminar

Gambar 7. Fasad melengkung yang massif bertumpu pada balok kantilever


Sumber : survey 6
Gambar 8. Penggunaan kolom pipih Gambar 9. Kolom miring pada eksterior
Sumber : survey Sumber : survey

Dapat dilihat pada gambar diatas kolom miring yang mengapit jendela kaca sebagai
ciri khas arsitektur jengki yang berkembang pasca kemerdekaan dari tahun 1950-1960.
Penggunaan kolom struktur miring juga merupakan suatu kemajuan teknologi pada masa
itu. Selain itu penggunaan kolom pipih sudah mulai ada pada masa itu. Kolom pipih yang
dewasa ini banyak diminati karena dapat memberi bentuk yang rapi ternyata sudah
diaplikasi oleh ahli bangunan dari jaman pasca kemerdekaan.
Terlihat pada gambar penggunaan kolom pipih pada bangunan 3 lantai ini dengan
ukuran 25x 40 cm dengan jarak antar kolom sekitar 2 m, ukuran balok 25 cm x 50 cm.
mengingat pembangunan pada masa itu hanya mengandalkan ahli bangunan yang sempat
bekerja dengan arsitek-arsitek belanda. Dengan keterbatasan ilmu, pada masa itu sudah
dihasilkan bentuk-bentuk yang berani, melengkung dan menentang bentuk-bentuk
bangunan colonial Belanda.

Simpulan
Teknologi yang adaptif terhadap iklim tropis pada bangunan berupa Penggunaan
shading beton/egg crate yang merupakan jenis shading paing efektif dna memiliki nilai SC
terendah diantara shading lain. Ditambah dengan sistem bukaan yang membuka kedalam di
bagian atas yang membuat sirkulasi udara berjalan lancar dan tetap terlindung dari hujan
dan panas matahari berlebih.
Selain itu pemilihan warna material diarah barat yang reflektif terhadap cahaya dan dinding
yang tebal dan terkesan kasar juga merupakan bentuk adaptasi terhadap iklim tropis.
Penerapan teknologi struktur bangunan pada balai pertemuan ilmiah ITB berupa
penggunaan struktur kolom pipih dan bentang yang cukup lebar. Perhitungan struktur
bangunan ini kemungkinan memiliki perhitungan tersendiri. Mengingat bentuk kolom yang
melebar ke atas dan bentang yang lebar belum sesuai dengan teori perhitungan akan tetapi
terbukti bertahan hingga saat ini. sehingga sistem struktur yang digunakan terkesan berani
dan sangat unik. Selain itu struktur bangunan juga diperkuat dengan bentuk fasad rigid(egg
crate) yang berfungsi sebagai pelindung terhadap panas dan hujan, fasad juga berfungsi
sebagai elemen yang saling memperkuat dengan elemen struktur bangunan.

Daftar Pustaka

7
Kurniawan, K R.,1999, Identifikasi Tipologi dan Bentuk Arsitektur Jengki di Indonesia Melalui
KajianSejarah. Jurnal Teknik Arsitektur Universitas Indonesia. Laporan Penelitian SPP/DPP.

Wulandari, Ratri., 2016, Bandung Jengki From Heritage Point Of View: Documentation And
Preliminary Search On Significance, Jurnal of Architecture and Built Environment, Vol 43, No. 1, July
2016, ISSN 0126-219x
Karyono, T H.,2000. Mendefinisikan Kembali Arsitektur Tropis Di Indonesia, jurnal desain arsitektur,
vol. 1 , April 2000, pp. 7-8

Talarosha, Basaria,.2005, Menciptakan Kenyamanan Thermal Dalam Bangunan, Jurnal Sistem


Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

ITB Undergraduated Handbook 2010

Zefanya, Teresa,2016, Arsitektur Pasca Kemerdekaan:Dokumentasi gedung sbm dan bpi itb.
Program studi Arsitektur ITB.

Zefanya, Teresa,2016,Manakala Gedung BPI ITB Unjuk Kekuatan(Solid dan Void dalam Arsitektur
Gedung BPI ITB. Program studi Arsitektur ITB.

Anda mungkin juga menyukai