Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan praktik keperawatan pada Ny A dengan

ganggua system permafasan telah di upayakan semaksimal mungkin

untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami klien dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dilakukan

secara komprehensif yang meliputi pengkajian, diagnose

keperawatana, intervensi, implementasi dan evaluasi dengan tidak

mengabaikan pendekatan medis.

Beberapa kesenjangan antara teori dan praktik ditemukan

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny A. berikut ini akan

dibahas beberapa kesenjangan yang terjadi. Untuk memudahkan

dalam pembahasan selanjutnya penulis menggunakan proses

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,

implementasi.
A. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan terdapat perbedaan

tanda-tanda yang ditemukan pada teori menjurus (DE LANGEN, 1919).

Dengan kasus yang ditemukan gejala yaitu :

1) batuk berdahak lebih dari tiga minggu,

batuk adalah suatu respon reflex yang terjadi secara tiba tiba

untuk mengeluarkan benda asing yang ada di saluran

pernafasan seperti produksi sputum yang berlebihan,

sedangkan pada kasus saat dilakukan pengkajian pasien

didapatkan seperti batuk berdahak 6 bulan terakhir.

2) batuk berdarah, dan sesak nafas

batuk berdarah adalah infeksi atau iritasi pada saluran nafas

akan menyebabkan produksi mucus, yang akan menjadi

sumbatan pada saluran pernafasan dan menyebabkan sesak

nafas. Pada kasus tuberculosis paru terdapat kejadian sesak

nafas dan terjadi batuk berdarah.

3) Gangguan pernapasan

4) penurunan berat badan


B. Diagnose Keperawatan

Diagnosa menurut (Herdman & Kamitsuru, 2015). diagnose tuberculosis paru

menurut NANDA 2015-2017 dalam Prabowo E & Eka (2014) adalah:

Keperawatan yang ada pada pasien luka bakar yaitu :

1. Berdasarkan teori :

a. Ketidak efektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan

obstruksi jalan

b. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular

c. Risiko Infeksi

d. Intoleransi aktivitas

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn S diagnose

yang muncul pada kasus yaitu sebagai berikut :

a. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler nyeri

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan

bedah jaringan

d. Resiko Infeksi
3. Kesenjangan diagnose yang ada pada teori namun tidak ada pada

kasus itu

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracuanan

karbon dioksidan, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas

atas, meliputi `:pernapasan abnormal, sianosis, warna kulit

abnormal (missal, pucat kehitaman), iritabilitas, dyspnea.

Diagnosa ini tidak terdapat pada kasus, karena tidak ditemukan

nya adanya gejala seperti pernapasan abnormal (mis,

kecepatan,irama dan kedalaaman), sianosis, warna kulit

abnormal( mis, pucat, kehitaman), iritabilitas dan dyspnea serta

penurunan permukaan efektif paru, ateleksi dan kerusakan

membra alveolar- kapiler. Saat dilakukan pengkajian pada

pasien tidak Mengalami tandan – tanda inhalasi atau keadaan

fase darurat karena pasien sudah menjalani perawatan selama

18 hari dan pasien mengalami luka bakar yang disebabkan oleh

aliran Listrik/menyentuh kabel telanjang.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

adanya obstruksi jalan napas Diagnosa ini tidak terdapat dalam

kasus karena pada saat pengkajian tidak ditemukan adanya

gejala seperti batuk disertai secret , tidak ada suara napas

tambahan, tidak ada perubahan frekuensi dan irama napas,

dyspnea dan sianosis. Hal ini disebabkan karena saat


dilakukam pengkajian pada pasien tidak dalam keadaan fase

darurat dan sudah menjalani perawatan selama 18 hari.

4. Kesenjangan Diagnosa yang ada pada kasus namun tidak ada

pada teori.

a. Nyeri akut

Diagnose ini muncul pada kasus karena klien mengalami nyeri

pada luka bakar. Hal ini disebabkan adanya Aliran listrik, nyeri

terasa panas seperti terbakar, lokasi nyeri pada bagian lengan

kiri dan lengan kanan, paha kaki kanan dan paha kiri, skala

nyeri 3, nyeri hilang timbull, wajah pasien tampak meringis dan

ada luka bakar pada daerah ekstremitas kanan atas (3%) grade

II B dan III A, ekstremitas kiri atas(2%) grade III B serta

Ekstermitas bawah kanan (2 %) grade III B dan ekstremitas

bawah kiri (1 %) grade II B.

b. Kerusakan intergritas kulit.

Diagnose ini muncul pada kasus karena klien Tampak ada luka

bakar pada daerah : ekstremitas kanan atas (3%) grade II B dan

III A, ekstremitas kiri atas(2%) grade III B serta Ekstermitas

bawah kanan (2 %) grade III B dan ekstremitas bawah kiri (1 %)

grade II B.
c. Resiko infeksi

Diagnose ini muncul pada kasus karena Terdapat luka bakar

pada bagian ekstremitas kanan atas (3%) grade II B dan III A,

ekstremitas kiri atas(2%) grade III B serta Ekstermitas bawah

kanan (2 %) grade III B dan ekstremitas bawah kiri (1 %) grade

II B luka masih basah, luka tampak merah dan putih, Suhu :

37.50C dan hasil lab WBC : 21.9 103/UL

C. Perencanaan keperawatan

Semua tindakan yang di lakukan selalu berorientasi pada rencana

yang dibuaat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda

yang timbul sehingga tindakan keperawataan dapat tercapai pada

asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan

komunikasi terapeutik dengan prinsip etis . pada kasu ini tidak jauh

beda dengan teori-teori yang ada dalam rencana keperawatan.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, kerusakan

muskuluscletal)

Pelaksanaan tindakan keperawatan di sesuaikan pada rencana

keperwatan berdasarkan teori yaitu : melakukan pengkajian

nyeri secara komprehnsif (PQRST), mengkaji tanda-tanda vital,

mengobservasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan,

memberikan posisi yang nyaman, menganjurkan tentang tehnik


non farmakologik , meningkatkan istrahat,kolaborasi pemberian

obat analgetik untuk mengurangi nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan keruskan

vaskuler atau trauma: kerusakan permukaan kulit karena

destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

Pelaksaanaan tindakan keperawatan disesuaikn pada rencana

keperawatan berdasarkan teori yaitu mengkaji/catat

ukura,warna,kedalaman luka,perhatikan jaringan nekrotik dan

kondisi sekitar luka, melakukan perawatan luka bakar yang

tepat dan tindakan control infeksi, mempertahankan penutupan

luka sesuai indikasi, meninggikan area graft bila mungkin/ tepat.

Memepertahankan posisi yang diinginknan dan immobilisasi

area bila di indikasikan. Mempertahankan balutan atas area

graft baru dan /atau sisi donor sesuai indikaasi.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler nyeri: kekuatan otot meliputi tidak adanya

deformitas ,amputasi, pemendekan ekstremitas dan bagian

tubuh yang tidak dalam kesejarajaran anatomis.

Pelaksaanaan tindakan keperawatan disesuaikn pada rencana

keperawatan berdasarkan teori yaitu mengkaji/catat

kemampuan pasien dan melatih pasien untuk duduk/berjalan di

samping tempat tidur setiap 2 jam meninggikan area graft bila


mungkin/ tepat. Mempertahankan posisi yang diinginknan dan

immobilisasi area bila di indikasikan. Mempertahankan balutan

atas area graft baru dan /atau sisi donor sesuai indikaasi.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer

adekuat, kerusakan perlindungan kulit, : jaringan trumatik

pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana

keperawatan bedsarkan teori yaitu mempertahankan tehnik

aseptif, mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah

melakukan tindakan, memonitor tanda dan gejala infeksi,

memonitor adanya luka mendorong asuk cairan, membatasi

pengunjung dan memberikan terapi antibiotic.

D. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses

keperawatan yang meliputi hasil dan proses pada kasus ini menunjang

adanya kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi oleh

klien/keluarga.

Pada kasus yang ditangani dengan menggunkanan pendekatan

proses keperawatan sebagai metode pemecahan masalah sehingga

dalam evaluasi setelah dirawat selama berada di ugd luka bakar

belum ada masalah yang teratasi yaitu nyeri akur, hambatan mobilitas

fisik, kerusakan intergritas kulit dan resiko infeksi dikarenakan keadaan


pasien luka bakar membutuhkan proses perawatan dari petugas

kesehatan dan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses

penyembuhan klien. Untuk perawatan selanjutnya didelegasikan ke

perawat diruangan perawatan luka bakar RSUP wahidin Sudirohusodo

Makassar.

Anda mungkin juga menyukai