Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PEBDAHULUAN

DEMAM THYPOID

1. KONSEP MEDIS
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara yang
sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersih
yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakit tipus dapat sangat berbahaya
apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah melahirkan. Kebanyakan
penyebaran penyakit demam tifoid ini tertular pada manusia pada daerah – daerah
berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene personal
yang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari
tahun 1996 sampai dengan 2000. (Susanto, 2008)

Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-negara
industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian wilayah dunia,
seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan
Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun dan 600 ribu
diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari seluruh kasus kematian itu
menimpa penderita demam tifoid di Asia. (Susanto, 2008)

Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara dengan higiene


buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika subspesies enterika
serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella enterika subspesies enterika serovar Paratyphi A
(S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi demam tifoid mencapai 358-
810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan pada usia 3-19
tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara 3,1 – 10,4 % pada pasien rawat inap.
(Susanto, 2008)

B. DEFENISI
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi
kuman Salmonella ( Brunner and Sudart, 2007 ).

Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12
– 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak
12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010).

Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine
M. Wilson,2015). Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (
Bruner and Sudart, 2014 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.
2008).

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2009: 432). Demam typoid adalah penyakit menular
yang bersifat akut, yang ditandai denganbakteremia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer
di distal ileum. Disebabkan salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih,
gejala saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2010: 1). Demam typoid
adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir usus,dan jika tidak di
obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh tubuh.(Tambayong, 2011: 143).
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella
typhi. (Ovedoff, 2011: 514).

Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran
pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1
minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran Demam tifoid
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 – 14 hari. Sedangkan
typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih
ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut. (FKUI,
2014).

C. ETIOLOGI
Menurut (Rahmad Juwono, 1996) :
1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
 antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
 antigen H(flagella)
 antigen V1 dan protein membrane hialin
2. Salmonella parathypi A
 Salmonella parathypi B
 Salmonella parathypi C
 Faces dan Urin dari penderita thypus

Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil


gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak
menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran
pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan.
Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu
yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto, 1996).

Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :

 antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk


grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan
somatik antigen yang tidak menyebar
 antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
 antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
antigen O terhadap fagositosis

3. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala
prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) (Mansjoer,
Arif, 1999):
 Perasaan tidak enak badan
 Lesu
 Nyeri kepala
 Pusing
 Diare
 Anoreksia
 Batuk
 Nyeri otot

Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu (Rahmad
Juwono, 1996) :
1. Demam
 Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari
 Minggu II: Demam terus
 Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
 Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor
 Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
 Terdapat konstipasi, diare
3. Gangguan kesadaran
 Kesadaran yaitu apatis–somnolen
4. Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit ).
Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
malamnya demam tinggi.
a. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya
anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam
atau pedas.
D. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa
mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
b. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
c. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas,
pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di
perut.
d. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman
dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang
parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat dibagi dalam (Patriani Sarasan, 2008) :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra intestinal
a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis,
trombosis, dan tromboflebitie.
b. Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
c. Paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
d. Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
e. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
f. Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
g. Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer,
sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
h. Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.
Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum,
terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.

Di usus halus

Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :

a. Perdarahan usus

Diagnosis dapat ditegakkan dengan :

 Penurunan TD dan suhu tubuh


 Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
 Kulit pucat
 Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel

b. Perforasi usus

 Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian
distal ileum.
c. Peritonitis

Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:

 Nyeri perut hebat


 Kembung
 Dinding abdomen tegang (defense muskulair
 Nyeri tekan
 TD menurun
 Suara bising usus melemah dan pekak hati berkuran
 Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu
singkat

F. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan adalah (Pakdhe, 2009) :

1. Obat
Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu:
a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg,
diberikan selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis
diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian.
b. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan
kloramphenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti
obat– obat terbaru dari jenis kuinolon.
c. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2
minggu.
d. Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg
trimetropim), diberikan selama dua minggu.
2. Diet
a. Cukup kalori dan tinggi protein
b. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat
diberikan bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan.
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,
yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar)
dapat diberikan secara aman.
c. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif
dengan nutrisi parenteral total.
3. Istirahat
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus
tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama
14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi.
Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam
untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air
kecil perlu perhatian karena kadang – kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.
d. Perawatan sehari – hari
Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang digunakan oleh klien.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium (Rahmad Juwono, 1996) :

1. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif,


aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
2. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya
dalam minggu pertama sakit.
3. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi 1/200³ - Diperlukan titer anti bodi
terhadap antigeno yang bernilai 4 kali antara masa akut dan konvalesene
mengarah³atau peningkatan kepada demam typhoid.
4. Pemeriksaan darah
5. Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)
6. Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama
sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
7. Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis
thypoid abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu
masuk dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk
kultur dan widal)
8. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel
System (RES) dengan adanya sel makrofag.

2. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien :
 Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
b. Keluhan utama :
 Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-
turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang :
 Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi
ke dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu:
 Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
e. Riwayat penyakit keluarga :
 Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
1. Pola-pola fungsi kesehatan :
a. Pola nutrisi dan metabolisme
 Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
 Eliminasi aktivitas. Klien dapat mengalami konstipasi oleh
karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak
mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning
kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan
suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan
 Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring
total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien
dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
 Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.

e. Pola persepsi dan konsep diri


 Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakitanaknya.
f. Pola sensori dan kognitif
 Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terdapat suatu waham pad klien.
g. Pola hubungan dan peran
 Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di
rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress
 Biasanya orang tua akan nampak cemas
b. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypoid.
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
e. Devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh.
f. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan diare
g. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
h. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan kondisi anaknya

Anda mungkin juga menyukai