Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN
1. Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau tekanan
diastolic > 90 mmHg. Diagnosis dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih
pengukiran tekanan darah pada waktu yang terpisah (Engram, 1998).
2. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2001).
3. Hipertensi adalah peningkatan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang
terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi
tubuh, umur dan tingkat stress yang dialami (Tamboyong, 2000).

B. ETIOLOGI (Sjaifoellah Noer, 2001)


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi Esensial
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi 90 % dari seluruh
penderita hipertensi, faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain
a. Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan bahwa kejadian
hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot dari pada
heterozigot, apabila salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasus
hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
b. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian prematur.
c. Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah mengakibatkan
penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
mengakibatkan peningkatan vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi dimana hal
tersebut dapat merangsang medula adrenal untuk mensekresi epinerpin dan
norepineprin yang dapat menyebabkan hipertensi.
d. Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan pembentukan plaque pada
pembuluh darah. Pengembangan ini menyebabkan penyempitan dan pengerasan
yang disebut aterosklerosis.
e. Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama yang ditemukan
pada proses terjadinya HT. Retensi Na+ diikuti dengan ekspansi volume darah dan
kemudian peningkatan output jantung. Autoregulasi perifer meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan berakhir dengan HT.
f. Rokok
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran adrenalin yang
merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Selain itu asap rokok
mengandung karbon monoksida yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb
dalam menarik oksigen. Sehingga jaringan kekurangan oksigen termasuk ke
jantung.
g. Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan
lipogenesis (terjadi hiperlipidemia) sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A,
perubahan seklerosis dan fibrosis dalam arteri kecil.
h. Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga bersifat retensi garam dan
air, serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula darah.
i. Stres psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi,
yang bersifat memperberat kerjaya arteri koroner sehingga suplay darah ke otot
jantung terganggu.
Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten.
2. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
a. Penyakit ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel juxtaglomerular keluar,
mengakibatkan pengeluaran angiostensin II yang berpengaruh terhadap sekresi
aldosteron yang dapat meretensi Na dan air.
b. Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama mengakibatkan
gula darah pekat dan terjadi pengendapan yang menimbulkan arterosklerosis
meningkatkan tekanan darah.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatif,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi renspon pembuluh darahterhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan Hipertensi sangat sensitive terhadap noepinifrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivits
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirnnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut mencetuskan
keadaan hipertensi. (Bruner & Suddhart, 2001, hal. 898).

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Stadium hipertensi Menurut Sjaifoellah Noer, (2001) terdiri dari:
1. Stadium 1 (ringan)
Tekanan sistolik antara 140 – 159 mmHg. Tekanan diastolik antara 90-99 mmHg.
2. Stadium 2 (sedang)
Tekanan sistolik antara 160 – 179 mmHg. Tekanan diastolik antara 100 – 109 mmHg.
3. Stadium 3 (berat)
Tekanan sistolik antara 180 – 209 mmHg. Tekanan diastolik antara 110 – 119 mmHg.
4. Stadium 4 (sangat berat)
Tekanan sistolik lebih atau sama dengan 210 mmHg. Tekanan diastolik antara > 120
mmHg.

Klasifikasi ini tidak untuk seseorang yang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang
sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolik terdapat pada kategori yang berbeda.
Maka harus dipilih kategori yang tinggi untuk mengklasifikasi status tekanan darah
seseorang.

E. TANDA DAN GEJALA


Menurut Tambayong (2000) gejala dan tanda dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Nyeri atau berat di tengkuk
3. Sukar tidur
4. Mudah lelah dan marah
5. Tinnitus
6. Mata berkunang-kunang
7. Epistaksis
8. Gemetar
9. Nadi cepat setelah aktivitas
10. Sesak napas
11. Mual, muntah

F. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada hipertensi adalah
sebagai berikut :
1. Payah jantung (gagal jantung)
2. Pendarahan otak (stroke)
3. Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol
4. Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma dengan gangguan otak.
5. Infark miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup
oksigen kemiokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
6. Gagal ginjal
Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kemataian. Dengan
rusaknya membran glomerulus,proteinakan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang,menyebabkan edema,yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa hipertensi
menurut Doenges (2000) antara lain :
1. EKG : Hipertropi ventrikel kiri pada keadaan kronis lanjut.
2. Kalium dalan serum : meningkat dari ambang normal.
3. Pemeriksaan gula darah post prandial jika ada indikasi DM.
4. Urine :
a. Ureum, kreatinin : meningkat pada keadaan kronis dan lanjut dari ambang
normal.
b. Protein urine : positif

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Engram (1999), penatalaksanaanya antara lain :
1. Pengobatan hipertensi sekunder mendahulukan pengobatan kausal.
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
obat hipertensi.
3. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidup.
4. Pengobatan dengan menggunakan standar triple therapy (STT) terdiri dari:
a. Diuretik, misalnya : tiazid, furosemid, hidroklorotiazid.
b. Betablocker : metildopa, reserpin.
c. Vasodilator : dioksid, pranosin, hidralasin.
d. Angiotensin, Converting Enzyme Inhibitor.
5. Modifikasi gaya hidup, dengan :
a. Penurunan berat badan.
b. Pengurangan asupan alkohoL.
c. Aktivitas fisik teratur.
d. Pengurangan masukan natrium.
e. Penghentian rokok.

H. PENGKAJIAN
Pengkajian data dasar (Doenges, 2000)
1. Aktivitas : lemah, letih, lesu, takipnea, peningkatan HR, perubahan irama
jantung.
2. Sirkulasi : riwayat hipertensi, palpitasi, kenaikan TD perubahan warna kulit,
suhu dingin, pucat, sianosis, diaporesis.
3. Integritas ego : ansietas, depresi, marah, gelisah, otot muka tegang, peningkatan pola
bicara.
4. Makanan/cairan :BB normal/obesitas, edema.
5. Neurosensori : pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, epistaksis.
6. Nyeri : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala, nyeri abdomen.
7. Pernapasan : dispnea takipnea, riwayat merokok, bunyi nafas tambahan.
8. Eliminasi : gangguan gunjal saat ini atau yang lalu.
9. Keamanan : gangguan koordinasi, hipotensi postural.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Doenges,2000)

Dx 1 : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,


vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan -Pantau TTD -Perbandingan dari tekanan
asuhan memberikan gambaran yang lebih
keperawatan lengkap tentang keterlibatan/bidang
diharapkan klien masalah vascular.
mau berpartisipasi
-Catat keberadaan,kualitas
dalam aktivitas -Denyutan karotis,jugularis,radialis
denyutan sentraldan perifer
yang menurunkan dan femolarismungkin

TD/beban kerja teramati/terpalpasi.Denyut pada

jantung dengan tungkai mungkin

KH : menurun,mencerminkan efek dari

- TD dalam vasokontriksi(peningkatan SVR) dan

rentang individu kongesti vena.

yang dapat -Auskultasi tonus jantung


diterima dan bunyi nafas
- Irama dan
-S4 umumnya terdengar pada pasien
frekuensi jantung
hipertensi berat karena adanya
stabil dalam
hipermetrofi atrium(peningkatan
rentang normal
volume/tekananatrium)Perkembangan
S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel
dan kerusakan fungsi,adanya
krakles,mengi dapat mengindikasikan
-Amati warna
kongesti paru skunder terhadap
kulit,kelembaban,suhu,dan
terjadinya atau gagal ginjal kronik.
masa pengisian kapiler
-adanya pucat,dingin,kulit lembab
dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan
-Catat edema vasokontriksi atau mencerminkan
umum/tertentu dekompensasi/penurunan curah
jantung
-Dapat mengindikasikan gagal
-Berikan lingkungan tenang
jantung,kerusakan ginjal atau
dan nyaman,kurangi
vascular.
aktivitas/keributan
-Membantu untuk menurunkan
lingkungan .batasi jumlah rangsang simpatis;meningkatkan
pengunjung dan lamanya relaksasi
tinggal.
-Pertahankan pembatasan
aktivitas seperti istirahat
-Menurunkan stress dan ketegangan
ditempat tidur/kursi;jadwal
yang mempengaruhi tekanan darah
periode istirahat tanpa
dan perjalanan penyakit hipertensi.
gangguan;bantu pasien
melakukan perawatan diri
sesuai kebutuhan.
-Lakukan tindakan-
tindakan nyaman seperti -Mengurangiketidaknyamanan dan

pijatan punggung dan dapat menurunkan rangsang simpatis.


leher,miringkan kepala di
tempat tidur.
-Anjurkan tehnik
-Dapat menurunkan rangsangan yang
relaksasi,panduan imajinasi
menimbulkan stress,membuat efek
,aktivitas pengalihan.
tenang,sehingga menurunkan TD.
-Pantau respon terhadap
-Respon terhadap terapi obat
obat untuk mengontrol
“stepeed”(yang terdiri atas
tekanan darah
diuretic.inhibitorsimpatis dan
vasodilator)tergantung pada individu
dan efek sinergis obat.karena efek
samping tersebut,maka penting untuk
menggunakan obat dalam jumlah
paling sedikit dan dosis paling
rendah.

Dx 2 : Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan -Kaji respon klien terhadap -menyebutkan parameter
keperawatan diharapkan aktivitas,perhatian frekuensi membantu dalam
klien klien mampu nadi lebih dari20 X per menit mengkaji respons fisiologi
melakukan aktivitas yang di atas frekuensi istirahat terhadap stres aktivitas
ditoleransi KH : ;peningkatan TD yang nyata dan bila ada merupakan
-Klien berpartisipasi dalam selama/sesudah indikator dari kelebihan
aktivitas yang aktivitas,dispnea,nyeri kerja yang berkaitan
diinginkan/diperlukan dada;keletihan dan dengan tingkat aktivitas.
-melaporkan peningkatan kelemahan yang
dalam toleransi aktivitas berlebihan;diaphoresis;pusing
yang dapat diukur atau pingsan.
-Tehnik menghemat
-menunjukkan penurunan -Intruksikan pasien tentang
energi mengurangi
dalam tanda – tanda tehnik penghematan
penggurangan energy juga
intoleransi fisiologi energi,mis; menggunakan
membantu keseimbangan
kursi saat mandi,duduk saat
antara suplai dan
menyisir rambut atau
kebutuhan oksigen.
menyikat gigi,melakukan
aktifitas dengan perlahan.
-Berikan dorongan untuk -kemajuan aktifitas
melakukan bertahap mencegah
aktivitas/perawatan diri peningkatan kerja jantung
bertahap jika dapat ditoleransi tiba- tiba.memberikan
.berikan bantuan sesuai bantuan hanya sebatas
kebutuhan. kebutuhan akan
mendorong kemandirian
dalam melakukan
aktivitas.

Dx 3 : Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral


Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan -mempertahankan tirah baring selama -meminimalkan
asuhan keperawatan fase akut stimulasi/meningkatkan
diharapkan nyeri relaksasi
berkurang dengan KH -berikan tindakan non farmakologi -tindakan yang
: untuk menghilangkan sakit kepala menurunkan tekanan
-Klien melaporkan mis; kompres dingin pada dahi,pijat vaskuler serebral dan
nyeri/ketidaknyamana punggung dan leher,tenang,redupkan yang
n hilang/terkontrol lampu kamar lampu kamar,tehnik memperlambat/memblo
relaksasi(panduan k respon simpatis
imajinasi,diktraksi) dan aktifitas efektif dalam
waktu senggang. menghilangkan sakit
-Hilangkan/minimalkan aktivitas kepala dan
vasokontriksi yang dapat komplikasinya.
meningkatkan sakit kepala mis; -Aktivitas yang
mengejan saat BAB,batuk panjang meningkatkan
dan membungkuk. vasokontriksi
menyebabkan sakit
kepala pada adanya
-Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
peningkatan tekanan
kebutuhan
vascular serebral.

-pusing dan penglihatan


kabur sering
-berikancairan,makanan
berhubungan dengan
lunak,perawatan mulut yang teratur
sakit kepala.pasien juga
bila terjadi pendarahan hidung atau
dapat mengalami
kompres hidung telah dilakukan
episode hipotensi
untuk menghentikan pendarahan
postural.
-meningkatkan
kenyamanan
umum.kompres hidung
dapat mengganggu
proses menelan atau
-kolaborasi pemberian obat
membutuhkan napas
analgesik,
dengan mulut
,menimbulkan stagnasi
sekresi oral dan
- kolaberasi pemberian obat mengeringkan
Antiansietas mis;
lorazepanm(ativan),diazepam,(valiu membrane mukosa.
m) -
munurunkan/mengontro
l nyeri dan menurunkan
rangsang system saraf
simpatis.
-dapat mengurangi
ketegangan dan
ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stress.

Dx 4 : Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih


Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan -Kaji pemahaman pasien -kegemukan adalah resiko
keperawatan diharapkan tentang hubungan langsung tambahan pada tekanan
nutrisi klien cukup/optimal antara hipertensi dan darah tinggi karena
sesuai kebutuhan dengan kegemukan disproporsi antara
KH : kapasitas aorta dan
- Berat badan klien dalam peningkatan curah jantung
batas ideal berkaitan dengan
-Bicarakan pentingnya
peningkatan massa tubuh.
menurunkan masukan kalori
-Kesalahan kebiasaan
dan batasi masukan
makan makan menujang
lemak,garam,dan gula,sesuai
terjadinya ateroskerosis
indikasi.
dan kegemukan.

Dx 5 : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan


perawatan diri
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan -Kaji kesiapan dan hambatan -kesalahan konsep dan
keperawatan diharapkan dalam belajar.termasuk orang menyangkal diagnose
terjadi peningkatan terdekat. karena perasaan sejahtera
pengetahuan pada klien yang sudah lama dinikmati
dengan KH : mempengaruhi minat
-Klien paham dengan pasien dan/orang terdekat
tentang proses penyakit untuk mempelajari
dan regimen pengobatan penyakit,kemajuan,dan
prognosis.bila pasien tidak
menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan
continue,maka perubahan
-Terapkan dan nyatakan batas
prilaku tidak akan
TD normal.jelaskan tentang
dipertahankan.
hipertensi dan efeknya pada
Memberikan dasar untuk
jantung,pembuluh darah
pemahaman tentang
,ginjal dan otak.
peningkatan TD dan
mengklarisifikasi istilah
medis yang sering
digunakan.pemahaman
bahwa TD tinggi dapat
terjadi tanpa gejala adalah
ini untuk memungkinkan
-Hindari mengatakan TD
pasien melanjutkan
normal dan gunakan
pengobatan meskipun
istilah”terkontrol dengan baik
ketika merasa sehat.
“saat menggambarkan
-Karena pengobatan untuk
tekanan darah pasien TD
pasien hipertensi adalah
pasien dalam batas yang
sepanjang kehidupan,maka
normal.
dengan penyampaian
ide”terkontrol”akan
membantu pasien untuk
memahami kebutuhan
untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Vol 2, Jakarta:
EGC

Doenges Marilynn E., et. al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Doenges Marilynn E., et. al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Noer Sjaifoellah. 2002. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: FKUI

Sustiani, Lanny, Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto. 2003. Stroke. Jakarta ; PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Tambayong Jon. 2000. “Patofisiologi Untuk Keperawatan”, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai