TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Cairan menekan
syaraf Tertelan ke lambung
Mual muntah
MRS
Hospitalisasi Family center problem
Perpisahan,
Tindakan
Lingkungan Situasi Krisis
Invasif Kurangnya
baru
informasi
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Menurut Ngastiah, penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah:
Pengobatan berdasarkan etiologi dan uji resitensi, akan tetapi, karena hal
itu perlu waktu dan klien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang
diberikan:
1) Penisilin 50000 u/kg bb/hari, ditambah dengan cluoromfenikol 50-70
mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas
demam 4-5 hari.
2) Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 :1
ditambah larutan HCl 10%, 500 ml/ botol infus.
3) Karena sebagian klien jatuh kedalam metabolik akibat kurang
makanan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri.
4) Klien pneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.
b. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menjaga kelancaran
1) Pernafasan pada anak
Pernafasan pada anak dengan pneumonia berat dalam keadaan
dispneu dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya
lendir didalam broncus/paru:
a) Agar anak dapat bernafas secara lancar, lendir tersebut harus
dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan 02 perlu dibantu
dengan mengeluarkan 02 21x/menit secara nasal.
b) Pada anak yang agak besar (sudah mengerti) berikan sikap
setengah duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat
pinggang, kaos yang agak sempit.
c) Ajarkan jika ia batuk lendirnya harus dikeluarkan dan katakan
kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan maka sesak yang dialami
tidak akan segera sembuh (sediakan kertas tisu dan tempat
penampungan).
d) Berikan kepada anak agar ia tidak selalu miring ke arah dada
yang sakit, boleh duduk atau miring ke bagian dada yang lain.
2) Pada bayi
a) Berikan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan
ganjalan dibawah bahu.
b) Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita,atau celana yang ada
karetnya.
c) Hisaplah lendir dan berikan O2secara teratur sampai 21x/menit.
d) Penghisapan lendir harus sering, yaitu pada saat terlihat lendir
didalam mulut, pada waktu akan memberikan miuman,
mengubah sikap berbaring atau tindakan lain.
e) Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah
infus lancar.
b. Kebutuhan istirahat
Anak dengan pneumonia adalah klienlemah, suhu
tubuhnyatinggi,sering hipereksia, maka klien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus dibantu di tempat tidur. Usahakan pemberian
obat secara tepat. Pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian
suntikan jangan dilakukan saat klien sedang tidur. Usahakan keadaan
tenang dan nyaman agar klien dapat istirahat sebaik-baiknya atau terlalu
rapat karena dapat menyebabkan sesak nafas.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Anak pneumonia hampir slalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masuk cairan
yang kurang dapat menyebabakan dehidrasi dan kekurangan kalori
dipasang infus dengan cairan glukosa 5% NaCl 0,9% dalam perbandingan
3:1 ditambah HCl 10 meq/500ml/botol infus. Pada bayi yang masih
minum ASIekslusif, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek, selain
memperoleh infus. Beritahukan ibunya agar pada waktu bayi menetek
puting susunya sering-sering dikeluarkan untuk memberikan bayi
bernafas.
d. Mengontrol suhu tubuh
Anak dengan pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia.
Untuk ini maka suhu tubuh harus dikontrol tiap jam selain usahakan
untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-
obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu tubuh
sudah turun
2.1.7 Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak
yang langsung diberikan pada klien dengan berbagai tatanan pelayanan kesehatan pada
(Nursalam, 2012).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian meupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini dibutuhkan
pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat
diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau bio-psiko-sosial dan spiritual,
bagi manusia yang memandang manusia dari segi aspek biologis,pikologis, sosial
dan tinjauan dari aspek spiritual juga pengetahuan akan kebutuhan pengembangan
manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasarnya) pengetahuan darikonsep sehat
dan sakit,pengetahuan tentang patofosiologi dan penyakit yang
dialami,pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya serta nilai
keyakinan yang dialami klien ( Hidayat, 2011).
1. Data demografi
a. Identitas klien : nama,umur (lebih sering terkena pada bayi dan balita
karena sistem pertahan tubuh masih belum stabil), penyakit pneumonia
dapat terjadi pada semua jenis kelamin, suku/bangsa, agama,alamat (lebih
berisiko terkena pada lingkungan yang kumuh, kotor atau dengan rumah
yang peroses pencahayaan dan ventilasi kurang karena dengan kondisi ini
mempercepat pertumbuhan bakteri atau virus penyebab pneumonia).
b. Identitas penanggung jawab: nama orangtua,umur,jenis
kelamin,pendidikan (karena tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat
pemahaman penanggung jawab tentang kondisi penyakit klien dan cara
mengatasi penyakit klien),agama,pekerjaan, alamat, data ini sangat
diperlukan karena penanggung jawab adalah orang yang bisa perawat
hubungi saat akan dilakukan suatu tindakan.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama yang sering timbul pada pneumonia adalah
yang ditandai keluhan menggigil,demam lebih dari 400C sesak, batuk,
bunyi nafas menggi, whizing, ronchi, pernafasan cuping hidung, letergis,
kejang-kejang (Nursalam, 2011).
b. Riwayat penyakit saat ini
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya
akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus
kekuning kuningan,ke hijau hijauan,peningkatan prekuensi nafas
lebih dari 40 x/menit, sesak, demam lebih dari 380C dan
sesak(Muttaqin, 2012).
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran nafas
atas infeksi pada hidung dan tenggorokan),resiko tinggi timbul
pada klien dengan riwayat alkohol,infeksi pernafasandan klien
dengan immunosupresi (kelemahan dalam sistem imun)
(Nursalam, 2011).
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit
batuk pilek atau influenza karena batuk pilek dan influenza
adalah penyebab awal dari pneumonia (Nursalam, 2011).
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Antenal
Pada saat ibu hamil,pernah mengalami kelainan atau penyakit
apa yang pernah diderita ibu dan apakah pernah
memeriksakan kehamilannya serta riwayat penggunaan
alkohol untuk mengetahui resiko terkena pneumonia.
2. Natal
Apakah selama persalinan mengalami gangguan dan
melahirkan dimana secara normal atau kelainan adanya
asfiksia.
3. Post natal
Bagaimana keadaan bayi baru lahir,sehat atau tidak,penilaian
apgar skor normal (7-10).
f. Riwayat imunisasi
Anak yang tidak dapat imunisasi BCG beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan seperti pneunomia
karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat melawan
infeksi sekunder.
Table 2.3.1 Dosis dan cara pemberian imunisasi
NO Vaksin Dosis Cara Jumlah Interval Waktu
pemberian pemberian pemberian
1 BCG 0,05 cc Ic 1x 0-11 bulan
6 TT 0,5 cc Im
(sumber:Depkes, 2010).
g. Riwayat alergi
Biasanya riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.
3. Riwayat bio, psiko, sosial, spiritual (Virginia Handerson):
a. Pernafasan
Pada anak dengan pneunomia ditemukan nafas tersengal-sengal yang dalam
dan cepat diikut henti nafas yang ditandai dengan denyut jantung yang cepat
dan tampak lemah dan pernafasan yang semakin lemah, anak tanpak sianosis
respirasi lebih dari 40-50x/ menit.
b. Eliminasi
Biasanya pada kasus pneunomia yang perlu dikaji pada eliminasi adalah
frekuensi jumlah dan konsistensi BAB dan BAK.
c. Nutrisi
Biasanya pada anak dengan pneumonia terjadi penurunan nafsu makan
sehingga anak diberikan cairan prenteral untuk mencukupi kebutuhan
elektrolit cairan, kalori juga mengoreksi dehidrasi, asitosis metabolik dan
hipoglekemi.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada anak dengan pneumonia biasanya ditemukan gangguan istirahat tidur
karena adanya sesak dan demam.
e. Kebutuhan keseimbangan tubuh
Biasanya anak dengan pneumonia keseimbangan tubuh/pergerakannya agak
lambat karena terganggu oleh sesaknya.
f. Kebutuhan personal hygine
Biasanya personal hygineakan dibantu oleh orang tua dan perawat.
g. Kebutuhan berkomunikasi
Biasanya anak dengan pneumonia akan menangis jika BAB atau
BAK,begitu juga bila anak merasa sesak maka anak akan menangis.
h. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya anak dengan pneumonia menunjukan rasa tidak aman dan nyaman
dengan menangis seperti jika merasakan perubahan pada tubuhnya anak
akan menunjukan dengan cara menangis dan merasa aman bila bersama
ibunya.
i. Kebutuhan berpakaian
Biasanya anak dengan pneumonia berpakaian akan dibantu oleh perawat
ataupun keluarganya.
j. Pengaturan suhu tubuh
Anak dengan pneumonia basanya akan mengalami hipertermi (> 380 C)
dengan suhu tubuh normal 36,5-37,50 C.
k. Kebutuhan spiritual
Biasanya pada anak kebutuhan spiritualnya masih tergantung pada orang
tuanya seperti orang tuanya mengajarkan berdoa keda anaknya.
l. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada anak dengan pneunomia tidak mampu beraktifitas seperti biasanya
apabila dalam keadaan lemah kesadarannya menurun apalagi respon
terhadap ransangan serta tonus ototpun menurun.
m. Kebutuhan belajar
Biasanya pada anak dengan pneunomia kurang mampu mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan sekitarnya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum biasanya meliputi ringan,sedang dan berat.
b. Kesadaran
Pada bayi dengan pneunomia menunjukan tingkat kesadaran yang menurun
dan biasa sampai koma.
c. Tanda-tanda vital
1) Pada anak HR (lebih dari110 x/menit), suhu (lebih dari 380C) dan RR
(lebih dari 50 x/menit).
2) Antropometri
Rumusan cara mencari berat badan normal:
a) Perkiraan berat badan dengan kilogram
(1) Lahir : 3,25 kg
(2) 3-12 bulan : 1/2x(usia dalam bulan +9) kg
(3) 1-6 tahun : 2x(usia anak dalam tahun)+8 kg
b) Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter
(1) Lahir : 50 cm
(2) Umur 1 tahun : 75 cm
(3) 2-12 tahun : 6 x (usia anak)+77cm
c) Periksa Lingkar Lengan atas dalam sentimeter
(1) Lahir : 11 cm
(2) 1-3 tahun : 16 cm
(3) 1 tahun : bertambah 5 cm/tahun
d) Periksa lingkar lengan atas dalam sentimeter
(1) Lahir : 11 cm
(2) 1 tahun : 16 cm
e) Pemeriksaan dengan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT):
IMT = Berat badan (BB) Kg
(Tinggi badan (TB) m)2
Keterangan:
< 16 : Malnutrisi
16-19 : BB kurang
20-25 : Normal
26-30 : BB lebih
31-40 : Kegemukan sedang menuju berat
>40 : Kegemukan yang tidak wajar
5.Pemeriksaan penunjang
a. Foto rotgen dada (chest x-ray)
Teridentifikasi penyebaran misalnya lobus bronchia, dapat juga
menimbulkan muliple abses empisema (staphilococus),penyebaran atau
lokasi infiltrat (bakterial),atau penyebaran ekstensif infiltrat, pada pnemonia
myckroplasma, gambaran chest x-raymungkin bersih.
b. Pulse oxymetri
Abnomalitas mungkin timbul tergantung luasnya kerusakan paru.
c. Kultur sptum dan darah atau gramstain
Mendapatkan dengan needle biopsi, transtracheal aspiration, fiberotic
bronchoscopy atau biopsi paru terbuka atau untuk mengeluarkan organisme
penyebab,atau didapatkan lebih dari satu jenis kuman,seperti staphylococus
aureus, hemolitye streptococus dan haemophilus influenza
d. Hitung darah lengkap atau Coplete Blood Count (CBC)
Leukositosis biasanya timbul, biarpun nilai sel darah putih rendah pada
infeksi virus, LED (Untuk laju endap darah biasanya ditemukan meningkat).
e. Tes serologik
Membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
f. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran
udara meningkat, complience menurun dan akhirnya terjadi hipoksia.
g. Elektrolit
Biasanya pada kasus pneumonia sodium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin
Biasanya pada kasus pneumonia bilirubin meningkat
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah pasien
adapun analisa data dapat pada pneumonia sebagai berikut:
Table 2.3.3 Analisa data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds : biasanya ibu klien Jamur, virus, protozoa, Bersihan jalan
mengatakan anaknya batuk di benda asing nafas tidak
sertai dahak efektif
Do :
1. Terdapat sputum Masuk ke alveoli
2. Terdapat stridor atau nafas
bunyi saat inspirasi
3. Ronchi, wheezing Proses peradangan
4. RR meningkat (lebih dari 40
x/menit)
Infeksi
Akumulasi sputum di
jalan nafas
2 Ds : biasanya ibu klien Peningkatan konsentrasi Pola nafas
mengatakan anaknya sesak. cairan alveoli tidak efektif.
Do :
a. Terdapat tarikan dinding
dada Tekanan hirostatik
b. Frekuensi nafas lebih dari meningkat, tekanan
40x/menit osmosis meningkat
c. Sianosis
d. Terdapat whizing
e. Terdapat sputum Difusi
Infeksi
Produksi sputum
meningkat
Tertelan ke lambung
Peningkatan asam
lambung
Mual,muntah (anoreksia)
5 Ds : biasanya ibu klien, Pneumonia Kurang
mengatakan tidak mengetahui pengetahuan
tentang penyakit anaknya. orang tua
Do : Masuk rumah sakit
a. Ibu klien tidak mengetahui
tanda gejala penyakit
anaknya Stressor hospitalisasi
b. Ibu klien tidak mengetahui
penyakit anaknya
c. Ibu klien tidak mengetahui
penyakit yang di derita Kurang informasi
anaknya berbahaya.
Tindakan invasif
Situasi krisis
Cemas
2.2.1 Pelaksanaan
kepada pasien oleh perawat, dengan tujuan umum untuk membantu klien
koping.
Tiga fase implementasi keperawatan yaitu : fase persiapan, meliputi
2.2.2 Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus yang bertujuan untuk
menilai apakah tujuan yang hendak dicapai barhasil atau tidak. Ada tiga
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
pengertian:
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,
yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
2011).
perawat.
2.3.1 Pengertian
satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi
baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya
kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan
sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang
terganggu.
d. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup.
2.3.3 Indikasi
metode kanguru di bagi menjadi dua, menurut Atikah & Cahyo (2010). :.
kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru
1. Drainase Postural
cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi
yang banyak drainase postural lebih efektif bila disertai dengan perkusi
1. Tnsion pneumotoraks
2. Hemoptisis
4. Edema paru
mengeluarkan sekret.
d. Cara melakukan pengobatan :
1. Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama
Postural Drainase.
2. Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa
3. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan.
1. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan
kanan.
3. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
5. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi
tekanan darah.
h. Prosedur kerja :
1) Jelaskan prosedur
3) Cuci tangan
4) Pakai masker
7) Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
10) Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11) Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan
14) Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali
2. Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan
tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau
melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang
diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk
drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi
perkusi.
b. Kontraindikasi
lapangan baru, perawat harus berhati-hati dan jangan memperkusi daerah scapula,
kalau tidak hati-hati maka akan terjadi trauma pada kulit dan struktur
musculoskeletal di bawahnya.
5. Emboli paru
1) Handuk kecil
e. Prosedur kerja
1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi
ketidaknyamanan
2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan
membentuk mangkok.
3 Vibrating
drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk
dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas
dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan
dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan
b. Prosedur kerja :
1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang
pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4) Istirahatkan pasien
4 Clapping
(dada dan punggung) dengan tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk, tepukan
tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah. Selalu
perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi
dengan ringan ditepukkan pada dinding dalam gerakan berirama diatas segmen paru -
paru yang akan dialirkan. Cupping adalah menepuk-nepuk tangan dalam posisi
diharapkan dapat keluar secara gaya berat dilaksanakan dengan menepuk tangan
a. Tujuan
melonggarkan secret yang tertahan. Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien
yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara
Baki berisi :
1) Handuk
3) Segelas air
4) Tissue
6) Buku catatan
d. Persiapan Klien
e. Persiapan perawat :
1) Cuci tangan
3) Prosedur Kerja
5) Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada, dispneu
6) Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi
9) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
10) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
11) Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara
12) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan pada area yang
f. Prosedur kerja :
2) mengurangi ketidaknyamanan.
3) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing.
4) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan
membentuk mangkok pada telapak tangan dan dengan ringgan di tepukan pada
dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang akan di
alirkan.
5) Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di pukul
5) Emboli paru
2) Batuk dan pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari
1) Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.
2) Kliwn mengalami sesak yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa
menambahsesaknya.
muntah.
1) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera, seperti
2) Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan
air hangat anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu agar guna
mengencerkan sekretnya
BAB 3
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah
desain studi kasus. Penilitian desain studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi
Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari
berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk
3.4.1 Definisi
satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi
baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya
kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan
sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang
terganggu
1. Tujuan :
d. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup.
2. Persiapan Peralatan
a. Handuk
c. Segelas air
d. Tissue
3. Tahap Prainteraksi
c. Menyiapkan alat
4. Tahap orientasi
5. Tahap kerja
mengurangi ketidaknyamanan.
b. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing.
c. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan
pada dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang
akan di alirkan.
6. Tahap terminasi
e. Dokumentasi
a. Handuk
c. Segelas air
d. Tissue
f. Buku catatan
terjadinya sianosis.
mulai dari mencatat tingkah laku tanda dan geja responden, mengamati
3.6.3 Wawancara
sehigga mengetahui informasi apa saja yang akan di dapat, selain itu peneliti
juga akan menggunakan tekhnik tatap muka langsung atau secra tidak langsung
Penelitian studi kasus akan di laksanakan dirumah Di Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi NTB di Ruang naggu sejak bulan Februari sampai bulan April 2019.
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil
penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
1. Pengumpulan data
a. Penyajian data
b. Kesimpulan
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
3. Confidentiality (kerahasiaan)
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan