Anda di halaman 1dari 63

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Pengertian

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru (alveoli), terjadinya pneumonia pada balita sering kali kebersamaan

proses infeksi akut bronkus, bisa disebut bronkopneumoni (Misniadiarly,

2012).

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada

masa kanak-kanak dan sering terjadi pada bayi, yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur dan benda asing (Hidayat, 2012).

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Somabtri,

2014).

Dari berbagai sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa, pneumonia

adalah peradangan yang terjadi pada parenkim paru baik itu disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur dan benda asing yang sering terjadi pada anak-anak

ataupun balita.

2.1.2 Tanda Dan Gejala

Menurut Nursalam (2008), pneumonia dikelasifikasikan secara sederhana

berdasarkan tanda dan gejala yang ada:

a. Pneumonia berat ditandai dengan gejala seperti:


1. Adanya tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau menetek

dan selalu memuntahkan semuanya,kejang-kejang atau anak tidak sadar

(letargis).

2. Terdapat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, suara whizing dan

ronchi.

3. Terdapat stridor atau suara bunyi nafas saat inspirasi.

4. Pernfasan cuping hidung.

5. Terdapat gejala sianosis atau kulit kebiru-biruan kekurangan oksigen.

6. Umur bayi kurang dari dua bulan yang disertai nafas cepat 60 x/menit.

b. Pneumonia sedang ditandai apabila terdapat gejala:

1. Nafas cepat (sesak nafas) yang dimaksud adalah:

1. Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50x/menit atau lebih.

2. Anak 1-5 tahun frekuensi nafas 40x/menit atau lebih.

2. Ada tarikan dinding dada bagian bawah.

3. Ada gejala whizing.

4. Ada demam.

5. Kesadaran masih baik.

c. Bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit

sangat berat (Nursalam, 2011) tanda dan gejala bukan pneumonia:

1. Batuk dan filek biasa

2. Tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah

3. Tidak ditemukan nafas cepat

4. Tidak ada sesak nafas


2.1.3 Etiologi dan Klasifikasi

Menurut Nursalam (2013), terdapat 3 klasifikasi pneumonia:

a. Berdasarkan klinis dan epidemiologi

1. Pneumonia kominitif

Terdapat pada virus influenza pada klien perokok, pathogen

atipikal pada lansia, gram negative pada klien dari rumah jompo,

dengan adanya PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), penyakit

penyerta paska terapi antibiotika.

2. Pneunomia nosokomial

Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat beratnya sakit, adanya

resiko untuk jenis pathogen tertentu dan masa menjelang timbul

pneumonia.

3. Pneunomia aspirasi

Terjadi karena infeksi kuman, akibat aspirasi bahan kimia, akibat

cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru dan

obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.

4. Pneunomia pada penderita imonokomporomiset

Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat trapi. Penyebab

infeksi berupa kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya

nonvirilen, berupa bakteri, virus dan jamur.

b. Berdasarkan bakteri penyebabnya


Sebagian besar pneunomia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara

primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab terserang

pneumonia bakterialis adalah:

1. Streptococuspneumoniae yang menyebabkan pneunomia stertococus

2. Bakteri staphilococus aureus dan stertococus beta hemoliticus group

juga sering menyebabkan pneumomia. Pneumonia bakteri atau tipikal

dapat terjadi pada semua umur. Beberapa bakteri mempunyai tendensi

menyerang seseorang yang peka misalnya: clpsiela pada penderita

alkholik stphilacocus pada penderita paska inpeksi influenza dan

pneunomia atipikal yang disebabkan oleh mikroplasma,lezionela dan

chamadia.

c. Disebabkan oleh virus yaitu virus influenza

Disebabkan oleh mikroplasma, suatu pneunomia yang relatif sering

dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme berdasarkan beberapa

aspeknya, berada diantara bakteri dan virus:

1. Individu yang mengidap acquired imonodefisiensi sindrom

(AIDS) sering mengalami pneumonia.

2. Individu yang terlalu lama berada di ruang yang terdapat aerosol dari

air yang tergenang,misalnya dari unit pendingin ruang yaitu AC atau

alat pelembab yang kotor bisa menyebabkan pneumonia legionela.

3. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau

air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia aspirasi. Bagi

individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang


menyebabkan pneumonia, bukan microorganisme mencetuskan suatu

reaksi peradangan.

d. Disebabkan oleh jamur dan sering merupakan infeksi sekunder prediksi

terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh yang lemah

(Imonocompromised):

Jadi etiologi pneumonia dapat disebabkan oleh:

1. Bermacam golonga microorganisme, yaitu disebabkan oleh:

1) Bakteri: setoptococus pneumonia, stephylococus aureus

2) Virus: influenza, parainfluenza,adenofirus

3) Jamur :kandidiasis,histoplasmosis, aspergiposis,

cocidioidoimicocis, criptococosis, pneumocytiscarini.

4) Aspirasi: makanan, cairan lambung.

5) Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas

2. Virus antara lain :

1) Virus influenza

2) Virus parainfluenza

3) Adenovirus

4) Rhenovirus

5) Virus herpes simpleks

6) Mikroplasma (menyerang anak diatas usia

belita)(Misnadiarly,2012).
2.1.4 Patofisiologi dan WOC

Bakteri, virus, jamur atau benda asing penyebab pneumonia terhisap

lalu masuk ke dalam alveoli, di dalam alveoli terjadi proses peradangan

sehingga mengakibatkan peningkatan suhu dan infeksi, karena terjadinya

infeksi menyebabkan kerja sel goblet menjadi meningkat dan memicu

peningkatan jumlah sputum sehingga terjadi akumulasi sputum di jalan nafas.

Meningkatnya jumlah sputum di jalan nafas mengakibatkan sputum tertelan ke

lambung, sehingga terjadilah peningkatan ke asaman di lambung karena

sputum yang bersifat basa, sehingga mengakibatkan mual dan muntah

(Sumarti, 2014).

Eksudat dan serous masuk ke dalam alveoli,

mengakibatkanpeningkatan konsentrasi protein cairan alveoli yang

mempengaruhi tekanan hidrostatik dan osmosis meningkat dan mengakibatkan

akumulasi cairan di alveoli dapat mengakibatkan gangguan pertukaran gas,

cairan di alveoli yang dapat menekan syaraf mengakibatkan timbulnya nyeri

pleuritik. Eritrosit dan leukosit yang mengisi alveoli mengakibatkan

konsolidasi di alveoli dan paru, compliantce paru menurun sehingga

mengakibatkan pola nafas tidak efektif(Nursalam,2011).


Pathway :

Jamur, virus, bakteri dan benda asing


Hiperter
Masuk ke alveoli mi

Proses peradangan Infeksi


Peningkatan
konsentrasi
protein cairan Eritrosit dan Leokosit Kerja sel Goblet meningkat
alveoli Mengisi alveoli

Produksi sputum meningkat


Tekanan hidrosatik Konsolidasi di alveoli
dan osmosis dan paru
meningktak Akumulasi sputum di jalan nafas
Fungsi paru
menurun Bersihan jalan nafas tidak
Akumulasi cairan di efektif
alveoli Pola nafas tidak
efektif

Cairan menekan
syaraf Tertelan ke lambung

Akumulasi Sputun di lambung


Nyeri pleuritik

Gangguan Pertukaran Peningkatan asam lambung


Gas

Mual muntah

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

MRS
Hospitalisasi Family center problem

Perpisahan,
Tindakan
Lingkungan Situasi Krisis
Invasif Kurangnya
baru
informasi

Nyeri dan a.Cemas


injuri b.Gangguan Kurangnya Cemas
fungsional pengetahuan
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2013) dapat dilakukan

antara lain:

a. Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di

paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru-paru).

b. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner

sehubung dengan oksigensi.

c. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya

anemia,infeksi dan proses inflamasi.

d. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.

e. Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan TB jika anak

tidak berespon terhadap pengobatan.

f. Jumlah leukosit pada pneumonia bakterial.

g. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan

luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan.

h. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang

diinspirasi.

i. Kultur darah-spesimen darah untuk menetapkan agen penyebabnya

seperti virus dan bakteri.

j. Kultur cairan pleuraspesimen cairan dari rogga pleura untuk

menetapkan agen penyebab seperti bakteri dan virus.

k. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-

cabang utama dari pohon trakeobronkhial: jaringan yang diambil untuk


diuji diagnostik,secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan

mengangkat benda asing.

l. Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan

kajian diagnostik.

Sedangkan menurut Egram (2011), pemeriksaan menunjang meliputi:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositesis

dengan predominan polimorfonuklear.Leukosit menunjukan prognosis

yang buruk.

b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm.

Protein diatas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa

darah.

c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan

dapat menyokong diagnosa.

d. Kadang ditemukan anemia ringan dan berat.

2. Pemeriksaan mikrobiologi

a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau

sputum darah,aspirasi trakhea fungsi pleura, aspirasi paru.

b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura

atau aspirasi paru.

3. Pemeriksaan imunologis

a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat.


b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman

penyebab pneumonia.

c. Spesimen: darah atau urin.

4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap

mikroorganisme penyebab pneumonia:

a. Pneumonia pneumonokokus: gambaran radiologinya bervariasi dari

infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata

(bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu

lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran konsolidasi

lobus jarang ditemukan.

b. Pneumonia streptokokus, gambaran radiologik menunjukan

bronkopneumonia difus atau infiltrate interstialis. Sering diderita efusi

pleura yang berat, kadang terdapat adenopatihilus.

c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologinya tidak khas pada

pemulaan penyakit, infiltrat mula-mula berupa bercak-bercak

kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau

hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumnya penekanan (65%),

<20% mengenai kedua paru.

2.1.6 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

Menurut Ngastiah, penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah:


Pengobatan berdasarkan etiologi dan uji resitensi, akan tetapi, karena hal

itu perlu waktu dan klien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang

diberikan:

1) Penisilin 50000 u/kg bb/hari, ditambah dengan cluoromfenikol 50-70

mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum

luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas

demam 4-5 hari.

2) Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan

campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 :1

ditambah larutan HCl 10%, 500 ml/ botol infus.

3) Karena sebagian klien jatuh kedalam metabolik akibat kurang

makanan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan

hasil analisis gas darah arteri.

4) Klienpneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.

b. Penatalaksanaan keperawatan

a. Menjaga kelancaran

1) Pernafasan pada anak

Pernafasan pada anak dengan pneumonia berat dalam keadaan

dispneu dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya

lendir didalam broncus/paru:

a) Agar anak dapat bernafas secara lancar, lendir tersebut harus

dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan 02 perlu dibantu

dengan mengeluarkan 02 21x/menit secara nasal.


b) Pada anak yang agak besar (sudah mengerti) berikan sikap

setengah duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat

pinggang, kaos yang agak sempit.

c) Ajarkan jika ia batuk lendirnya harus dikeluarkan dan katakan

kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan maka sesak yang dialami

tidak akan segera sembuh (sediakan kertas tisu dan tempat

penampungan).

d) Berikan kepada anak agar ia tidak selalu miring ke arah dada

yang sakit, boleh duduk atau miring ke bagian dada yang lain.

2) Pada bayi

a) Berikan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan

ganjalan dibawah bahu.

b) Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita,atau celana yang ada

karetnya.

c) Hisaplah lendir dan berikan O2secara teratur sampai 21x/menit.

d) Penghisapan lendir harus sering, yaitu pada saat terlihat lendir

didalam mulut, pada waktu akan memberikan miuman,

mengubah sikap berbaring atau tindakan lain.

e) Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah

infus lancar.

b. Kebutuhan istirahat

Anak dengan pneumonia adalah klienlemah, suhu

tubuhnyatinggi,sering hipereksia, maka klien perlu cukup istirahat, semua


kebutuhan pasien harus dibantu di tempat tidur. Usahakan pemberian

obat secara tepat. Pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian

suntikan jangan dilakukan saat klien sedang tidur. Usahakan keadaan

tenang dan nyaman agar klien dapat istirahat sebaik-baiknya atau terlalu

rapat karena dapat menyebabkan sesak nafas.

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Anak pneumonia hampir slalu mengalami masukan makanan yang

kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masuk cairan

yang kurang dapat menyebabakan dehidrasi dan kekurangan kalori

dipasang infus dengan cairan glukosa 5% NaCl 0,9% dalam perbandingan

3:1 ditambah HCl 10 meq/500ml/botol infus. Pada bayi yang masih

minum ASIekslusif, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek, selain

memperoleh infus. Beritahukan ibunya agar pada waktu bayi menetek

puting susunya sering-sering dikeluarkan untuk memberikan bayi

bernafas.

d. Mengontrol suhu tubuh

Anak dengan pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia.

Untuk ini maka suhu tubuh harus dikontrol tiap jam selain usahakan

untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-

obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu tubuh

sudah turun
2.1.7 Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak

Menurut Markum (1999), konsep tumbuh kembang dibagi menjadi :

1. Jean Peaget

Fase sensorik motorik (0-2 tahun) peaget melihat bahwa pada

mulanya seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan

sangat terpusat pada diri sendiri.Segala usahanya berhubungan dengan

dirinya sendiri yaitu untuk memuaskan kebutuhan dengan kesenangan,

oleh karena itu kebutuhan pada fase ini kebanyakan bersifat fisik, maka

yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan sensorik motorik.

Anak belajar melakukan berbagai gerakan yang makin terkoordinasi,

terarah dan bertujuan

2. Robert Sears

Masa bayi berkisar umur 2 minggu sampai 2 tahun.Pada masa ini

masih sibuk dengan dirinya sendiri. Proses asosialisasi berkembang

dengan lambat, bayi lebih mementingkan kebutuhanya sendiri dan

belajar berbagai cara untuk memenuhinya. Bayi sebenarnya banyak

menuntut dan menguasai lingkungan.Pada masa inilah kepribadian

dasar seorang dibangun.

3. Erik Erickson

Masa balita (1-3 tahun), pada masa ini anak sedang belajar untuk

menegakkan kemandiriannya, namun ia belum dapat berpikir secara

diskriminatif. Olek karena itu perlu mendapatkan bimbingan secara

tegas.Meskipun lingkungan yang mengharapkan anak untuk dapat


mandiri, anakpun masih perlu dilindungi terhadap pengelaman yang

menimbulkan rasa ragu dan malu.

4. Sigmun Freud

Fase anak (1-3 tahun), pada masa ini anak mulai menunjukkan sifat

keakuannya, sikap yang sangat narasitik dan egoistic.Ia pun belajar

mulai kenal dengan tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari

pengelaman autoerotiknya. Sesuai dengan namanya “fase anal” salah

satu tugas utamanya adalah latihan kebersihan atau disebut “toilet

training” perkembangan bahasa.

2.1.8 Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Hospitalisasi adalah suatu keadaan sakit dan harus dirawat di rumah

sakit, yang terjadi pada anak maupun keluarganya (Wong, 2000).

1. Stress karena adanya perubahan status kesehatan dan kebiasaan sehari-

hari.

2. Anak mempunyai keterbatasan terhadap mekanisme koping untuk

memecahkan kejadian-kejadian stress.

Respon pada anak usia pra-sekolah dalam menghadapi stressor utama

dalam hospitalisasi, reaksi anak pada kondisi stress, sangat dipengaruhi oleh

usia, perkembangannya, pengdelaman sakit yang lalu, perpisahan,

hospitalisasi, adanya support system, koping yang digunakan dan keseriusan

penyakitnya. Bagaimana anak bereaksi terhadap hospitalisasi dan metode

koping yang digunakan saat sakit adalah sangat dipengaruhi oleh stressor yang

ada selama fase perkembangannya.Stressor utama selama hospitalisasi adalah


perpisahan, kehilangan control, terutama pada tubuh, dan nyeri serta reaksi

perilaku anak.

a. Respon kecemasan karena perpindahan pada anak yang dirawat tergantung

pada tingkat usia perkembangan anak

Pada masa ini anak sudah melibatkan diri pada kebiasaan atau aktivitasnya

dan bermain. Pada waktu terjadi perbatasan kebiasaan rutin ini, akan

menjadi regresi bahkan gangguan dari kebiasaan tersebut, respon perilaku

yang ditunjukkan dapat langsung atau spontan.

b. Respon kehilangan kendali pada anak yang dirawat menurut usia tumbuh

kembang (Toddler 1-3 tahun)

Merupakan masa dimana anak mencari otonomi yang ditampakan dengan

tingkah laku antara lain: keterampilan motorik, permainan hubungan

interpersonal aktivitas motoriknya akan cemas jika harus dan akibat tangan

kakinya.

c. Respon nyeri pada anak tergantung pada tahap tumbuh kembang anak.

Karakteristik respon nyeri berupa Todler (1-3 tahun)

1) Meringis

2) Mengatupkan mulut

3) Membuka mata lebar-lebar

4) Marah atau bertingkah laku agresif seperti menggigit,

menendang, memukul dan berusaha untuk lari.

d. Mekanisme koping anak pada hospitalisasi Todler (1-3 tahun)


Memberikan toddler bersama obyek yang member rasa aman bagi mereka

seperti selimut, boneka beruang atau obyek khusus lain amatlah penting

selama tindakan presedur. Seringkali foto ibu digunakan anak-anak sebagai

pelindung saat mengelami tindakan.Anak menjadi lebih tenang dan mau

bekerjasama dengan perawat jika memegang atau memeluk foto ibunya.

2.1.9 Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Pneumonia

Banyak factor resiko yang menyebabkan terjadinya pneumoni pada

balita(Depkes 2004),diantaranya :

a. Factor resiko yang terjadi pada balita

Salah satu factor yang berpengaruh pada timbilnya pneumoni dan

berat ringannnya penyakit adalah daya tahan tubuh balita.daya tahan tubuh

tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:

1. Keadaan gizi adalah factor yang sangat penting bagi timbulnya

pneumi.tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik

seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan

kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya

infeksi suatu penyakit seperti pneumonia (Dailure,2000).

2. Status imunisasi

Kekebalan dapat dibawasi secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai

pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita

terhindar dari penyakit.Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat

sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan

kekebalan yang ada padabalita (Depkes RI, 2004).Salah satu strategi


pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat

peneumoni adalah dengan pemberian imunisasi.Melalui imunisasi

diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi.

3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selainsebagai bhan

makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan

infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus.

Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu factor risiko

yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita (Dailure,

2000).

4. Umur anak

Umur merupakan factor risiko yang berhubungan dengan kejadian

pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak

umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini

dikarenakan status kerentanan anak dibawah 2 tahun belum sempurna

dan lumen saluran napas yang masih sempit (Daulaire,2000).

b. Factor lingkungan

Lingkungan khususnya perumhan sangat berpengaruh pada

peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan

sempit, kotoran dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita

sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menukar dan terinfeksi


oleh berbagi kuman yang berasal dari tempat kotor tersebut(depkes

RI,2004),yang berpengaruh diantaranya:

1. Ventilasi

Ventilasi berguna untuk penyediaan udara kedalam

danpengeluaran udara kotor dari tempat yang tertutup.termasuk

ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan

minimal 10% dari luas lantai.kurangnya ventilasi akan menyebabkan

naikknya kelembaban udara.keklembaban yang tinggi merupakan

media untuk berkembangya bakteri terutama baktero

pantogen(semedi,2001).

2. Volusi udara

Pencemaran udara yang terjadidi dalm rumah umumnya

disebabkan oleh volusi di dalam dapur.asap dari bahan bakar kayi

merupakan factor resiko terhadap kejadian pneumoni pada

balita.volusi uadar di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh asap

rokok,kompor gas,alat pemanas ruangan,dan juga akibat

pembakaran yang tidak sempurna dari sepeda motor(lubis.1989)

2.1.10Pencegahan penyakit peneumonia

Untuk mencegah pneumonia perlu p1artisipasi aktif dari masyarakat

atau keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat

dipengerahui oleh kebersihan di dalam dan di luar rumah.Pencegahan

pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada

balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :


1. Perawatan selama masa kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berat badan lahir rendah, perlu

gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang

cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta

pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi

selama kehamilan.

2. Perbaikan gizi balita

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan

karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi

neonatal sampai umur 2 tahun.Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak

terkontaminasi serta mengandung factor-faktor antibody sehingga dapat

memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan

bakteri.Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih

tahan infeksi dibandingkan balita yang tidak mendapatkannya.

3.Memberikan imunisasi lengkap pada anak

Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9

bulan, imunisasi DPT(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu

pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memberikan anak sedini mungkin apabila terserang batuk

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan

yang sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa

menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.


5. Mengurangi polusi di dalam dan diluar rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap

diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa

balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap

rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca

dan masuk angin sebagai factor yang member kecendrungan untuk terkena

penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada

saluran pernapasan.Karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang

penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat

menularkan peneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini

menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan

rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat.

Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput

lender pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia

karena malnutrisi

2.2 Asuhan Keperawatan anak dengan pneumonia

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan

yang langsung diberikan pada klien dengan berbagai tatanan pelayanan kesehatan pada

standar keperawatan dalam lingkup/wewenang serta tanggung jawab keperawatan

(Nursalam, 2012).
Asuhan Keperawatan pada anak dengan pneumonia diberikan sesuai tahap-tahap

dalam proses keperawatan sebagai berikut :

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian meupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini dibutuhkan

pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat

diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau bio-psiko-sosial dan spiritual,

bagi manusia yang memandang manusia dari segi aspek biologis,pikologis, sosial

dan tinjauan dari aspek spiritual juga pengetahuan akan kebutuhan pengembangan

manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasarnya) pengetahuan darikonsep sehat

dan sakit,pengetahuan tentang patofosiologi dan penyakit yang

dialami,pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya serta nilai

keyakinan yang dialami klien ( Hidayat, 2011).

1. Data demografi

a. Identitas klien : nama,umur (lebih sering terkena pada bayi dan balita

karena sistem pertahan tubuh masih belum stabil), penyakit pneumonia

dapat terjadi pada semua jenis kelamin, suku/bangsa, agama,alamat (lebih

berisiko terkena pada lingkungan yang kumuh, kotor atau dengan rumah

yang peroses pencahayaan dan ventilasi kurang karena dengan kondisi ini

mempercepat pertumbuhan bakteri atau virus penyebab pneumonia).

b. Identitas penanggung jawab: nama orangtua,umur,jenis

kelamin,pendidikan (karena tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat


pemahaman penanggung jawab tentang kondisi penyakit klien dan cara

mengatasi penyakit klien),agama,pekerjaan, alamat, data ini sangat

diperlukan karena penanggung jawab adalah orang yang bisa perawat

hubungi saat akan dilakukan suatu tindakan.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Biasanya keluhan utama yang sering timbul pada pneumonia adalah

yang ditandai keluhan menggigil,demam lebih dari 400C sesak, batuk,

bunyi nafas menggi, whizing, ronchi, pernafasan cuping hidung, letergis,

kejang-kejang (Nursalam, 2011).

b. Riwayat penyakit saat ini

Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya

akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus

kekuning kuningan,ke hijau hijauan,peningkatan prekuensi nafas

lebih dari 40 x/menit, sesak, demam lebih dari 380C dan

sesak(Muttaqin, 2012).

c. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran nafas

atas infeksi pada hidung dan tenggorokan),resiko tinggi timbul

pada klien dengan riwayat alkohol,infeksi pernafasandan klien

dengan immunosupresi (kelemahan dalam sistem imun)

(Nursalam, 2011).

d. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit

batuk pilek atau influenza karena batuk pilek dan influenza

adalah penyebab awal dari pneumonia (Nursalam, 2011).

e. Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Antenal

Pada saat ibu hamil,pernah mengalami kelainan atau penyakit

apa yang pernah diderita ibu dan apakah pernah

memeriksakan kehamilannya serta riwayat penggunaan

alkohol untuk mengetahui resiko terkena pneumonia.

2. Natal

Apakah selama persalinan mengalami gangguan dan

melahirkan dimana secara normal atau kelainan adanya

asfiksia.

3. Post natal

Bagaimana keadaan bayi baru lahir,sehat atau tidak,penilaian

apgar skor normal (7-10).

f. Riwayat imunisasi

Anak yang tidak dapat imunisasi BCG beresiko tinggi untuk

mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan seperti pneunomia

karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat melawan

infeksi sekunder
Table 2.3.1 Dosis dan cara pemberian imunisasi

NO Vaksin Dosis Cara Jumlah Interval Waktu

pemberian pemberian pemberian

1 BCG 0,05 cc Ic 1x 0-11 bulan

2 DPT Hb combo 0,5 cc Im 3x 4 minggu 2-11 bulan

3 Hepatitis B 0,5 cc Im 3x 4 minggu 0-11 bulan

4 Polio 2 tetes Oral 4x 4 minggu 0-11 bulan

5 Campak 0,5 cc Sc 1x 9-11 bulan

6 TT 0,5 cc Im

(sumber:Depkes, 2010).

g. Riwayat alergi

Biasanya riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.

3. Riwayat bio, psiko, sosial, spiritual (Virginia Handerson):

a. Pernafasan

Pada anak dengan pneunomia ditemukan nafas tersengal-sengal yang dalam

dan cepat diikut henti nafas yang ditandai dengan denyut jantung yang cepat

dan tampak lemah dan pernafasan yang semakin lemah, anak tanpak sianosis

respirasi lebih dari 40-50x/ menit.

b. Eliminasi

Biasanya pada kasus pneunomia yang perlu dikaji pada eliminasi adalah

frekuensi jumlah dan konsistensi BAB dan BAK.

c. Nutrisi
Biasanya pada anak dengan pneumonia terjadi penurunan nafsu makan

sehingga anak diberikan cairan prenteral untuk mencukupi kebutuhan

elektrolit cairan, kalori juga mengoreksi dehidrasi, asitosis metabolik dan

hipoglekemi.

d. Kebutuhan istirahat tidur

Pada anak dengan pneumonia biasanya ditemukan gangguan istirahat tidur

karena adanya sesak dan demam.

e. Kebutuhan keseimbangan tubuh

Biasanya anak dengan pneumonia keseimbangan tubuh/pergerakannya agak

lambat karena terganggu oleh sesaknya.

f. Kebutuhan personal hygine

Biasanya personal hygineakan dibantu oleh orang tua dan perawat.

g. Kebutuhan berkomunikasi

Biasanya anak dengan pneumonia akan menangis jika BAB atau

BAK,begitu juga bila anak merasa sesak maka anak akan menangis.

h. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Biasanya anak dengan pneumonia menunjukan rasa tidak aman dan nyaman

dengan menangis seperti jika merasakan perubahan pada tubuhnya anak

akan menunjukan dengan cara menangis dan merasa aman bila bersama

ibunya.

i. Kebutuhan berpakaian

Biasanya anak dengan pneumonia berpakaian akan dibantu oleh perawat

ataupun keluarganya.
j. Pengaturan suhu tubuh

Anak dengan pneumonia basanya akan mengalami hipertermi (> 380 C)

dengan suhu tubuh normal 36,5-37,50 C.

k. Kebutuhan spiritual

Biasanya pada anak kebutuhan spiritualnya masih tergantung pada orang

tuanya seperti orang tuanya mengajarkan berdoa keda anaknya.

l. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada anak dengan pneunomia tidak mampu beraktifitas seperti biasanya

apabila dalam keadaan lemah kesadarannya menurun apalagi respon

terhadap ransangan serta tonus ototpun menurun.

m. Kebutuhan belajar

Biasanya pada anak dengan pneunomia kurang mampu mengetahui hal-hal

yang berhubungan dengan sekitarnya.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum biasanya meliputi ringan,sedang dan berat.

b. Kesadaran

Pada bayi dengan pneunomia menunjukan tingkat kesadaran yang menurun

dan biasa sampai koma.

c. Tanda-tanda vital

1) Pada anak HR (lebih dari110 x/menit), suhu (lebih dari 380C) dan RR

(lebih dari 50 x/menit).

2) Antropometri

Rumusan cara mencari berat badan normal:


a) Perkiraan berat badan dengan kilogram

(1) Lahir : 3,25 kg

(2) 3-12 bulan :1/2x(usia dalam bulan +9) kg

(3) 1-6 tahun : 2x(usia anak dalam tahun)+8 kg

b) Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter

(1) Lahir :50 cm

(2) Umur 1 tahun :75 cm

(3) 2-12 tahun :6 x (usia anak)+77cm

c) Periksa Lingkar Lengan atas dalam sentimeter

(1) Lahir :11 cm

(2) 1-3 tahun : 16 cm

(3) 1 tahun : bertambah 5 cm/tahun

d) Periksa lingkar lengan atas dalam sentimeter

(1) Lahir : 11 cm

(2) 1 tahun : 16 cm

e) Pemeriksaan dengan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT):

IMT = Berat badan (BB) Kg

(Tinggi badan (TB) m)2

Keterangan:

< 16 : Malnutrisi

16-19 : BB kurang

20-25 : Normal

26-30 : BB lebih
31-40 : Kegemukan sedang menuju berat

>40 : Kegemukan yang tidak wajar

d. Pemeriksaan head to toe:

Tabel 2.3.2 Pemeriksaan fisik head to toe

Head to Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

toe

Kepala Bentuk kepala Teraba - -

bulat atau benjolan

lonjong, tidak

kebersihan

rambut, warna

rambut hitam

atau pirang, tidak

ada lesi

Mata Tampak simetris - - -

kiri-kanan,

konjungtiva

anemis, seklera

ikterik, area

gelap di kelopak

mata.

Hidung Adanya - - -
pernafasan

cuping hidung

Wajah Tampak sianosis - - -

Mulut Warna - - -

pucat,kemerahan,

sianosis, pecah-

pecah tidak, gusi

berdarah atau

tidak, lidah

bersih atau tidak.

Telinga Ada secret tidak Ada nyeri - -

tekan

tidak

Leher Tidak tampak - - -

pemebsaran

kelenjar tiroid

Dada Ada tarikan - - Biasanya

dinding dada bunyi

tidak whzing

atau ronchi

pada

pneumonia.

Tidak ada
bising aorta

dan mur-

mur, suara

jantung S1

“Lup”, S2

“Dup”

Abdomen Tampak Ada nyeri Ada tidak Peristaltic

kembung tidak, tekan bunyi 3-5 x/menit

ada lesi tidak tidak nyaring

khas

kembung

Ekstremitas Replek bisep (+), Akral - -

trisep (+), teraba

kekuatan otot (1- hangat

5) atau

panas.

Genetalia Bersih tidak, ada - - -

lesi.

Integument Tampak sianosis, - - -

turgor kulit

menurun normal

(2-5 detik)
5.Pemeriksaan penunjang

a. Foto rotgen dada (chest x-ray)

Teridentifikasi penyebaran misalnya lobus bronchia, dapat juga

menimbulkan muliple abses empisema (staphilococus),penyebaran atau

lokasi infiltrat (bakterial),atau penyebaran ekstensif infiltrat, pada pnemonia

myckroplasma, gambaran chest x-raymungkin bersih.

b. Pulse oxymetri

Abnomalitas mungkin timbul tergantung luasnya kerusakan paru.

c. Kultur sptum dan darah atau gramstain

Mendapatkan dengan needle biopsi, transtracheal aspiration, fiberotic

bronchoscopy atau biopsi paru terbuka atau untuk mengeluarkan organisme

penyebab,atau didapatkan lebih dari satu jenis kuman,seperti staphylococus

aureus, hemolitye streptococus dan haemophilus influenza

d. Hitung darah lengkap atau Coplete Blood Count (CBC)

Leukositosis biasanya timbul, biarpun nilai sel darah putih rendah pada

infeksi virus, LED (Untuk laju endap darah biasanya ditemukan meningkat).

e. Tes serologik

Membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.

f. Pemeriksaan fungsi paru

Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran

udara meningkat, complience menurun dan akhirnya terjadi hipoksia.

g. Elektrolit

Biasanya pada kasus pneumonia sodium dan klorida mungkin rendah.


h. Bilirubin

Biasanya pada kasus pneumonia bilirubin meningkat

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Analisa data

Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah pasien

adapun analisa data dapat pada pneumonia sebagai berikut:

Table 2.3.3 Analisa data

NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

1 Ds : biasanya ibu klien Jamur, virus, protozoa, Bersihan jalan

mengatakan anaknya batuk di benda asing nafas tidak

sertai dahak efektif

Do :

1. Terdapat sputum Masuk ke alveoli

2. Terdapat stridor atau nafas

bunyi saat inspirasi

3. Ronchi, wheezing Proses peradangan

4. RR meningkat (lebih dari 40

x/menit)

Infeksi

Kerja sel goblet

meningkat

Akumulasi sputum di
jalan nafas

2 Ds : biasanya ibu klien Peningkatan konsentrasi Pola nafas

mengatakan anaknya sesak. cairan alveoli tidak efektif.

Do :

a. Terdapat tarikan dinding

dada Tekanan hirostatik

b. Frekuensi nafas lebih dari meningkat, tekanan

40x/menit osmosis meningkat

c. Sianosis

d. Terdapat whizing

e. Terdapat sputum Difusi

Akumulasi cairan alveoli

3 Ds :biasanya ibu klien Jamur, virus, protozoa, Hipertermi

mengatakan anaknya demam. benda asing

Do :

a. Suhu tubuh lebih dari 380C

b. Badan kemerahan Masuk ke alveoli

c. Anak rewel

d. Akral hangat

e. Kulit memerah Proses pradangan

f. Ibu gelisah

4 Ds : biasanya ibu klien Jamur,virus,protozo, Gangguan

mengatakan anaknya tidak ada benda asing nutrisis kurang

nafsu makan. dari kebutuhan

Do :

a. Nafsu makan menurun Masuk ke alveoli


b. BB menurun

c. Anak lemas

Proses pradangan

Infeksi

Produksi sputum

meningkat

Tertelan ke lambung

Peningkatan asam

lambung

Mual,muntah (anoreksia)

5 Ds : biasanya ibu klien, Pneumonia Kurang

mengatakan tidak mengetahui pengetahuan

tentang penyakit anaknya. orang tua

Do : Masuk rumah sakit

a. Ibu klien tidak mengetahui

tanda gejala penyakit

anaknya Stressor hospitalisasi

b. Ibu klien tidak mengetahui


penyakit anaknya

c. Ibu klien tidak mengetahui

penyakit yang di derita Kurang informasi

anaknya berbahaya.

6 DS: biasanya ibu klien Hospitalisasi Kecemasan


mengatakan merasa cemas

dengan kondisi anaknya saat ini. Perpisahan

DO:

a. Tampak ibu gelisah, anak

rewel Lingkungan baru

b. Ibu tanpak bingung

Tindakan invasif

Situasi krisis

Cemas

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasikan

dan membentuk intervensi keperawatan untuk mengurangi,menghilangkan

atau mencegah,masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawab

(Tarwoto&Wartonah, 2011).
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum

dijalan nafas ditandai dengan biasanya ibu klien mengatakan anaknya

batuk disertai dahak,terdapat sputum,terdapat stridor atau bunyi napas

saat inspirasi, RR lebih dari 40 x/menit.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan di alveoli

ditandai dengan biasanya ibu klien mengatakan anaknya sesak, terdapat

tarikan dinding dada, frekuensi nafas lebih dari 40-60x/menit,terdapat

pernafasan cuping hidung, sianosisi.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan

biasanya ibu klien mengatakan anaknya demam,suhu tubuh lebih dari

380C akral hangat, kulit tanpak memerah.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan anoreksia

(mual,muntah) ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak ada

nafsu makan, nafsumakan menurun, berat badan menurun.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai

dengan ibu klien biasanya mengatakan tidak mengetahui tentang

penyakit anaknya,ibu klien tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit

anaknya.

f. Kecemasan berhubungan dengan biasanya ibu klien mengatakan merasa

cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ditandai dengan biasanya tampak

wajah ibu gelisah, anak rewel, tanpak bingung.


2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu proses penyusunan

berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk

mencegah,menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.

Perencanaan ini merupakan langkah ke tiga dalam membuat suatu proses

keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat

diperlukan berbagai pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien,

nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga

kesehatan lainnya, kemampuan dalam menyelesaikan masalah, mengambil

keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan

yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta

kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan kesehatan lain.

Pada tahap perencanaan untuk menentukan kriteria hasil berdasarkan

“SMART”:

S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda).

M : Measurable (tujuan keperawatan harus: dapat diukur,

khususnya tentang prilaku klien: dapat dilihat, didengar,

diraba, dirasakan dan dibau).

A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai).

R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah).

T: : Time (tujuan keperawatan).


Tabel 2.3.4 Intervensi keperawatan

No Tujuan dan Intervensi Rasional

Dx kriteria hasil keperawatan

1 Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui kesetabilan

tindakan keperawatan tanda vital RR klien

selama …x24 jam 2. Kaji karakteristik 2. Infeksi ditandai dengan secret

diharapkan jalan nafas secret tebal dan kekuningan

klien menjadi efektif 3. Auskultasi bunyi 3. Menentukan adekuatnya

dengan kriteria hasil: nafas pertukaran gas dan luasnya

1. Jalan nafas bersih 4. Anjarkan pada klien obstruksi akibat secret

2. Batuk hilang tentang dan tehnik 4. Memudahkan keluarnya secret

3. RR dalam rentan relaksasi nafas

normal dalam 5. Meningkatkan pengembangan

a. Bayi baru 5. Berikan posisi diafragma

lahir 35 untuk pernafasan 6. Nebulizer membantu

x/menit yang optimal menghangatkan dan

b. 1-11 bulan 30 6. Kolaborasi dalam mengencerkan secret, pisioterafi

x/ menit pemberian dada membantu secret untuk

c. 2 tahun 25 x/ nebulizer dan keluar.

menit psioterafi dada

d. 4-12 tahun dengan tim medis.

19-23 x/menit

e. 14-18 tahun

16-18 x/menit

2 Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Kesadaran menurun


tindakan keperawatan kesadaran menunjukkan tanda hipoksia

selama ..x24 jam 2. Observasi warna 2. Menetukan adekuatnya sirkulasi

diharapkan pertukaran kulit 3. Penting untuk pertukaran gas ke

gas klien normal 3. Monitor abgs jaringan defekasi jumlah hb

dengan kriteria hasi : 4. Kurangi aktivitas yang ada dan adanya infeksi

a. Bunyi nafas bersih 5. Kolaborasi dengan 4. Mempercepat penyembuhan

b. Tidak sianosis tim medis dalam 5. Untuk pertukaran gas dan

c. Dispneu pada saat pemberian oksigen mengurai kerja pernafasan,

aktivitas dan sesuai kebutuhan kebutuhan akan oksigen.

istirahat tidak ada

d. Bga batas normal

pco2 : 35-45

mmhg, po2 : 80-

100 mmhg

3 Setelah dilakuakn 1. Observasi suhu 1. Indikasi jika ada demam

tindakan keperawatan tubuh setiap 4 jam 2. Pakaian yang tipis akan

selama …x24 jam 2. Lepaskan pakaian mempercepat penguapan

diharapkan suhu tubuh yang berlebihan 3. Memfasilitasi kehilangan lewat

dalam batas normal 3. Tingkatkan konfeksi

(36-37,5 0C) dengan sirkulasi runganan 4. Memfasilitasi kehilangan lewat

kriteria hasil : 4. Berikan kompres konduksi

a. Kulit hangat dan air hangat 5. Mengurangi demam

lembab 5. Kolaborasi dengan

b. Membran mukosa tim medis lainnya

lembab dalam pemberian

antipiretik sesuai

kebutuhan.
4 Setelah dilakan 1. Observasi BB 1. Untuk mengetahui

tindakan keperawatan setiap hari perkembangan keadaan klien

selama ..x24 jam 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui penyebab

diharapkan kebutuhan pencetus mual mual muntah

nutri terpenuhu muntah 3. Meningkatkan intake nutrisi

dengan kriteria hasil : 3. Berikan makanan 4. Untuk meningkatkan nafsu

a. Klien dengan porsi sedikit makan

mendapatkan tapi sering 5. Untuk meningkatkan nafsu

nutrisi yang 4. Anjurkan keluarga pemberian makan

adekuat sesuai untuk oral hygiene 6. Menurunkan efek mual muntah.

dengan kebutuhan sebelum makan

b. Menunjukakan BB 5. Berikan lingkungan

tetap yang aman dan

tenang dalam waktu

pembrian makan

6. Jadwal pengobatan

pernafasan

setidaknya 1 jam

sebelum makan.

5 Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui kemampuan

tindakan keperawatan kemampuan keluarga dalam menerima

selama …x 24 jam keluarga untuk informasi

diharapkan keluarga mempelajari 2. Untuk mengetahui penanganan

dapat mengetahui informasi khusus yang akan di ajarkan

tentang penyakit 2. Identifikasi 3. Mengurangi ansietas dan

anaknya dengan keperluan informasi menambang pengetahuan

kriteria hasil : yang di butuhkan keluarga


a. Keluarga dapat 3. Berikan informasi 4. Memastikan bahwa keluarga

mengetahui tanda tentang penyakit memahami informasi yang di

dan gejala dari yang di alami klien sampaikan dan penangannya

penyakit yang di kepada keluarganya

derita oleh 4. Pastikan keakuratan

anaknya umpan balik dalam

b. Menyatakan penyampaian

pemahaman informasi

kondisi, proses

penyakit, dan

pengobatannya

c. Keluarga tampak

tenang

6 Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1.Mengetahui tingkat kecemasan

tindakan keperawatan kecemasan anak klien

selama …x 24 jam 2. Fasilitasi rasa aman 2. Untuk mengurangi tingkat

diharapkan: dengan cara ibu ikut kecemasan klien.

a. kecemasan teratasi berperan dalam

merawat anaknya 3. Memberikan rasa aman

3. Dorong ibu untuk

terus mensuport

anaknya denan cara

ibu terus berada di 4. Megurangi tingkat kecemasan

dekan anaknya. keluarga.

4. Jelaskan dengan

sederhana tentang 5. Mengurai kecemasan.

tindakan yang akan


di lakukan tujuan,

manfat.

5. Berikan

reinforcement untuk

prilaku yang positif

2.2.1 Pelaksanaan

Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang diberikan

kepada pasien oleh perawat, dengan tujuan umum untuk membantu klien

dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan memasilitasi

koping.

Tiga fase implementasi keperawatan yaitu : fase persiapan, meliputi

pertama pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan, dan

keterampilan mengimplementasikan rencana, kedua fase persiapan klien,

ketiga fase persiapan lingkungan berdasarkan dengan intervensi yang

direncanakan (Nursalam, 2012).

2.2.2 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus yang bertujuan untuk

menilai apakah tujuan yang hendak dicapai barhasil atau tidak. Ada tiga

alternatif dalam penilaian keberhasilan tujuan yaitu tujuan tercapai, tujuan

tercapai sebagian, dan tujuan tidak tercapai


Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilannya.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan

pengertian:

S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamat yang objektif setelah implementasi keperawatan.

A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

masalah keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang

telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap

ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,

yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara

bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan

dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap

pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan

sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Suprajitno,

2011).

Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu dicari

penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :


1. Tujuan tidak realitas

2. Tindakan keperawatan yang tidak jelas

3. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Adapun metode yang digunakan dalam penilaian yaitu:

1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang

terjadi dalam keluarga.

2. Wawancara : mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan

perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan

perawat.

3. Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan

yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.

4. Latihan stimulasi : latihan stimulasi berguna dalam menentukan

perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.

2.3 Pisioterapi dada

2.3.1 Pengertian

Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang

mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan

untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi.Fisioterapi dada adalah salah

satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi

baik yang bersifat akut maupun kronis.Fisioterapi dada ini walaupun caranya

kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan

sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang

terganggu.
2.3.2 Tujuan Fisioterapi Dada

a. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru

b. Memperkuat otot pernapasan

c. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan

d. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang

cukup.

2.3.3 Indikasi

Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan

pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk

kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim

paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.Perawatan

metode kanguru di bagi menjadi dua, menurut Atikah & Cahyo (2010). :.

2.3.4 Kontra indikasi fisioterapi dada

Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti

kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan

kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru

bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta

adanya kejang rangsang.

2.3.5 Macam Fisioterapi Dada

Macam-macam Fisioterapi dada antara lain :

1. Drainase Postural

Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan

mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret.Pembersihan dengan


cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi

tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon

trakheobronkhial ke dalam trachea.Batuk penghisapan kemudian dapat

membuang secret dari trachea.Pada penderita dengan produksi sputum

yang banyak drainase postural lebih efektif bila disertai dengan perkusi

dan vibrasi dada.

a. Indikasi untuk Postural Drainase :

1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :

a. Pasien yang memakai ventilasi

b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama

c. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis

kistik atau bronkiektasis

d. Pasien dengan batuk yang tidak efektif .

2. Mobilisasi sekret yang tertahan :

a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret

b. Pasien dengan abses paru

c. Pasien dengan pneumonia

d. Pasien pre dan post operatif

e. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan

menelan atau batuk

b. Kontra indikasi untuk postural drainase :

1. Tnsion pneumotoraks

2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark

miokard akutrd infark dan aritmia.

4. Edema paru

5. Efusi pleura yang luas

c. Persiapan pasien untuk postural drainase.

1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.

2. Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap.

3. Periksa nadi dan tekanan darah.

4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk

mengeluarkan sekret.

d. Cara melakukan pengobatan :

1. Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama

Postural Drainase.

2. Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa

posisi tidak lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3 – 10 menit.

3. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan.

e. Penilaian hasil pengobatan :

1. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan

kanan.

2. Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.

3. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.

4. Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah,

merasa enakan, sakit.


5. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi

tekanan darah.

f. Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :

1. Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.

2. Suara pernafasan normal atau relative jelas.

3. Foto toraks relative jelas.

4. Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.

g. Alat dan bahan :

1) Bantal 2-3 4) Masker

2) Tisu wajah 5) Sputum pot

3) Segelas air hangat

h. Prosedur kerja :

1) Jelaskan prosedur

2) Kaji area paru, data klinis, foto x-ray

3) Cuci tangan

4) Pakai masker

5) Dekatkan sputum pot

6) Berikan minum air hangat

7) Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage

8) Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit. Sambil

PD bisa dilakukan clapping dan vibrating

9) Berikan tisu untuk membersihkan sputum

10) Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11) Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan

12) Cuci tangan

13) Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien

14) Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali

dengan memperhatikan kondisi pasien

2. Perkusi

Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan

tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau

melekat pada bronkhus.Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang

diteruskan pada saluran nafas paru.Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk

kedua tangan deperti mangkok.

a. lndikasi untuk perkusi :

Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural

drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi

perkusi.

b. Kontraindikasi

Perkusi menjadi kontraindikasi bagi klien yang mengalami gangguan

perdarahan, osteoporosis, fraktur tulang ige. Dalam melakukan perkusi dalam

lapangan baru, perawat harus berhati-hati dan jangan memperkusi daerah scapula,

kalau tidak hati-hati maka akan terjadi trauma pada kulit dan struktur

musculoskeletal di bawahnya.

c. Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :

1. Patah tulang rusuk


2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada

3.Skin graf yang baru

4.Luka bakar, infeksi kulit

5.Emboli paru

6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati

d. Alat dan bahan :

1) Handuk kecil

e. Prosedur kerja

1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi

ketidaknyamanan

2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing

3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan

membentuk mangkok.

3 Vibrating

Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural

drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk

mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan

nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret.Vibrasi

dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas.Pasien disuruh bernafas

dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan
dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan

bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar.

a. Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.

b. Prosedur kerja :

1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang

akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar

2) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing

3) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada

pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi

4) Istirahatkan pasien

5) Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk

4 Clapping

Perkusi dada adalah penepukan pada daerah dimana sekret terakumulasi

(dada dan punggung) dengan tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk, tepukan

tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah.Selalu

perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri.Setiap lokasi

dilakukan perkusi selama 1-2 menit.

Perkusi dilakukan dengan membentuk mangkuk pada telapak tangan dan

dengan ringan ditepukkan pada dinding dalam gerakan berirama diatas segmen paru -

paru yang akan dialirkan. Cupping adalah menepuk-nepuk tangan dalam posisi

telungkup.Clupping menepuk-nepuk tangan dalam posisi terbuka. Tujuan untuk

menolong pasien mendorong atau menggerakkan sekresi didalam paru-paru yang


diharapkan dapat keluar secara gaya berat dilaksanakan dengan menepuk tangan

dalam posisi telungkup.

a. Tujuan

Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau

melonggarkan secret yang tertahan. Sehingga sekresi didalam paru-paru yang

diharapkan dapat keluar secara gaya berat.

b. Indikasi Klien yang mendapat Perkusi Dada

Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau

melonggarkan secret yang tertahan.Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien

yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara

umum adalah indikasi perkusi.

c. Persiapan Alat dan Bahan

Baki berisi :

1) Handuk

2) Bantal ( 2 sampai 3 buah )

3) Segelas air

4) Tissue

5) Sputum pot, berisi cairan desinfektan

6) Buku catatan

d. Persiapan Klien

1) Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur


2) Pasang sampiran jaga privacy pasien

3) Atur posisi yang nyaman

e. Persiapan perawat :

1) Cuci tangan

2) Perhatikan Universal Precaution

3) Prosedur Kerja

4) Lakukan auskultasi bunyi napas klien

5) Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada, dispneu

6) Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi

7) Kendurkan pakaian klien

8)Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk

9)Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan

relaksasi

10) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk

11) Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara

cepat menepuk dada

12) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan pada area yang

mudah cedera seperti mammae, sternum, dan ginjal

f. Prosedur kerja :

1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk

2) mengurangi ketidaknyamanan.

3) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing.

4) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan
membentuk mangkok pada telapak tangan dan dengan ringgan di tepukan pada

dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang akan di

alirkan.

5) Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di pukul

atau di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri.

g. Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :

1) Patah tulang rusuk

2) Emfisema subkutan daerah leher dan dada

3) Skin graf yang baru

4) Luka bakar, infeksi kulit

5) Emboli paru

6) Pneumotoraks tension yang tidak diobati

h. Kondisi yang mengijinkan untuk melakukan Clapping

1) Dokter menyarankan menjalani fisioterapi.

2)Batuk dan pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari

kurang lebih yakni 3 hari).

i. Kondisi yang tidak mengijinkan untuk melakukan Clapping

1) Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.

2) Kliwn mengalami sesak yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa

menambahsesaknya.

3) Klien baru saja menghabiskan makannya karena dapat mengakibatkan muntah.

j. Aspek Keamanan dan Keselamatan


1) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera, seperti

mamae, sternum, dan ginjal

2) Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan

tekanannya jangan sampai menimbulkan fraktur

3) Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila klien belum minum

air hangat anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu agar guna

mengencerkan sekretnya
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis/Desain/Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah

desain studi kasus.Penilitian desain studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu

masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang

mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.

Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari

berupa peristiwa, aktivitas atau individu.Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplorasi masalah “Penatalaksanaan Fisioterapi dada di Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi NTB”.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil

kasus, Subyek penelitian yang digunakan adalah 1pasien dengan masalah

keperawatanyaitu dengan Penatalaksaanaan fisioterapi pada anak dengan pneumonia.

3.3 Fokus Studi

Penerapan prosedur Penatalaksaanaan fisioterapi pada anak dengan pneumonia. .

3.4 Definisi Operasional Fokus Studi

3.4.1 Definisi

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru

meredang.Kemampuan kantong-kantong menyerap oksigen menjadi

berkurang.Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel tubuh tidak bisa berkerja


secara optimal.Hal inilah yang menyebabkan selain penyebaran infeksi

keseluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.

Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang

mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan

untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi.Fisioterapi dada adalah salah

satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi

baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya

kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan

sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang

terganggu

3.4.2 Prosedur penatalaksanaan fisioterapi dada (clapping)

1. Tujuan :

a. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru

b. Memperkuat otot pernapasan

c. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan

d. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang

cukup.

2. Persiapan Peralatan

a. Handuk

b. Bantal ( 2 sampai 3 buah )

c. Segelas air

d. Tissue

e. Sputum pot, berisi cairan desinfektan


f. Buku catatan

3. Tahap Prainteraksi

a. Melakukan verfikasi program perawatan klien

b. Mencuci tangan , keringkan dan gunakan gel hand rub

c. Menyiapkan alat

4. Tahap orientasi

a. Memberikan salam pada ibu dan anak

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada ibu /keluarga

c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan ibu sebelum tindakan dilakukan :

5. Tahap kerja

a. Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk

mengurangi ketidaknyamanan.

b. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing.

c. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan

membentuk mangkok pada telapak tangan dan dengan ringgan di tepukan

pada dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang

akan di alirkan.

d. Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di

pukul atau di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri

6. Tahap terminasi

a. Mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan dan tanda-tanda vital anak

b. Berpamitan dengan ibu bayi

c. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula


d. Mencuci tangan

e. Dokumentasi

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrument penelitian yang digunakan dalam study kasus ini yaitu :

3.5.1 Alat Untuk Perawatan Metode Kangguru

a. Handuk

b. Bantal ( 2 sampai 3 buah )

c. Segelas air

d. Tissue

e. Sputum pot, berisi cairan desinfektan

f. Buku catatan

3.5.2 Alat tulis (bolpoint, penghapus)

Digunakan untuk mengisi format penelitian

3.5.3 Lembar observasi (check list)

Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan bertujuan untuk

mengetahui secara langsung dan menggali bagaimana hasil tindakan dari

penatalaksanaan fisioterapi pada anak dengan pneumonia dalam mencegah

terjadinya sianosis.

3.5.4 Lembar wawancara

Lembar wawancara berisi pertanyan penatalaksaaan fisioterapi dada pada

anak dengan pneumonia untuk mencegah ketidakefektipan jalan nafas , Dalam

penelitian ini, pewancaraa mengajukan pertanyaan sesuai dengan daftar

pertanyaan yang sudah disiapkan.secara sistematis.


3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis

manusia, baik invivo maupun invitro)

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan melakukan pemeriksaan

fisik/fisiologis pada responden dengan tekhnik melihat, meraba, mengetuk serta

mendengarkan, dan melakukan pengamatan yang tersirat atau respon dari

anngota tubuh yang diperiksa.

3.6.2 Observasi (terstruktur dan tidak terstruktur)

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan meengamati keadaan responden

mulai dari mencatat tingkah laku tanda dan geja responden, mengamati

lingkungan, suasana sekitar responden yang mungkin tidak bisa tercantum

dalam hasil wawancara dan kuesioner.

3.6.3 Wawancara

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan cara terstruktur yaitu

mengajukan pertanyaan yang sudah tersusun dengan sistematis oleh peneliti

sehigga mengetahui informasi apa saja yang akan di dapat, selain itu peneliti

juga akan menggunakan tekhnik tatap muka langsung atau secra tidak langsung

(melalui handphone) dengan responden tanpa menggunakan pedoman

wawancara yang sudah disusun sitematis.

3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Penelitian studi kasus akan di laksanakan dirumah Di Rumah Sakit Umum Daerah

Provinsi NTB di Ruang naggu sejak bulan Februari sampai bulan April 2019.
3.8 Analisis Data Dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil anamnesa mendalam. Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip.

a. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari responden atau dengan menggunakan inisial nama.

b. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.


3.9 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

denganmemberikanlembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden (Hidayat, 2010).

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan di sajikan (Hidayat,2010).

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah m-asalahlainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset(Hidayat,2010).

Anda mungkin juga menyukai