Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan


ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial
yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki (Perlman & Peplau,
1981). Kesepian merupakan hidup tanpa melakukan hubungan (Baron, 1991), tidak
punya keinginan untuk melakukan hubungan interpersonal yang akrab (Peplau &
Perlman, 1982). Dalam suatu penelitian menemukan bahwa kesepian diasosiasikan
dengan perasaan depresi, kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia, dan kesedihan
(Russel, 1982). Jones, Hanson, dan Smith (1980) mengemukakan bahwa kesepian
juga diasosisikan dengan kepercayaan bahwa cinta merupakan dasar yang tidak
begitu penting bagi pernikahan dimana mereka punya pandangan bahwa pernikahan
seseorang akan berakhir dengan perceraian (dalam Baron & Byrne, 1991). Kesepian
akan disertai oleh berbagai macam emosi negatif seperti depresi, kecemasan,
ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, menyalahkan diri sendiri (Anderson, 1994) dan
malu (Jones, Carpenter & Quintana, 1985).

Kesepian berarti suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan
oleh adanya perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang
lain (Bruno, 2000). Menurut Brehm dan Kassin, kesepian adalah perasaan kurang
memiliki hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial
yang ada (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003). Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kesepian merupakan suatu perasaan yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan emosi-emosi negatif dan perasaan yang tidak
menyenangkan yang dimiliki seseorang serta adanya ketidaksesuaian antara
hubungan sosial yang diharapkan dan ketersediaan hubungan yang dimiliki. Individu
bisa saja merasa kesepian dalam kesendrian dan bisa mengalami kesepian di tengah
keramaian. Kesepian yang dirasakan akan memberi efek negatif pada individu yang
mengalami hal tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Baron &
Byrne, (2003) yang mengatakan bahwa kesepian merupakan keadaan emosi dan
kognitif yang tidak bahagia yang diakibatkan oleh keinginan akan hubungan akrab
namun tidak dapat mencapainya.

Kesepian yang dirasakan oleh individu karena ketidakhadiran individu-individu


yang dirasa sangat penting bagi dirinya sehingga individu tersebut merasa sendirian
dan berakibat mengalami depresi, hilangnya kepercayaan diri, mengkonsumsi alkohol
atau bahkan yang paling fatal berusaha untuk bunuh diri. Lake (Hidayati, 2015)
menjelaskan bahwa yang menjadi penyebab seseorang mengalami kesepian adalah
ketika harus berada jauh dari rumah dan terpisah jauh dari individu-individu yang
disayangi seperti orang tua dan teman-teman. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Baron & Byrne (2003) yang menyatakan bahwa perpindahan ke lokasi baru atau
tempat yang baru dapat menjadi penyebab menimbulkan kesepian

Tugas utama dari perkembangan psikologis selama periode bangku kuliah


adalah untuk mendapatkan keintiman dan menghindari kesepian Zhao (Higuang,
Ang, & Hang, 2015). Tugas ini pada mahasiswa terjadi ketika dimasa awal
perkuliahan atau di semester-semester awal. Usia mahasiswa semester awal diantara
18-22 tahun, memasuki usia remaja akhir dan sebagai masa transisi menuju usia
dewasa. Mental Health Foundation di Inggris pada Mei tahun 2010 melakukan
Survey loneliness yang dimana dari jumlah subjek sebanyak 2.256 orang ditemukan
bahwa 24% dari subjek merasakan kesepian, dimana subyek tersebut berumur 18-34
tahun, meraka lebih merasakan kesepian dari pada subyek yang memiliki usia di atas
55 tahun (Mental Health Foundation, 2010). Ketika seorang mahasiswa tidak mampu
memenuhi tugas utama dari perkembangan psikologis pada bangku kuliah tersebut
maka akan menyebabkan relasi sosial yang kurang baik. Hal ini menyebabkan remaja
mengisolasi diri sendiri karena tidak terpenuhi tantangan perkembangan pada masa
remaja yaitu membentuk hubungan dengan orang lain sehingga memicu timbulnya
rasa kesepian. Heinrich dan Gullone (Vanhalst, dkk., 2012) mengatakan bahwa
meskipun sebagian besar remaja berhasil dalam menangani tantangan tugas ini,
namun remaja lain mungkin mengalami kesulitan dalam melakukannya. Hal ini 4
disebabkan beberapa perubahan yang terjadi dalam jaringan sosial, sehingga
menimbulkan kesepian dan gejala depresi yang relatif umum dan saling terkait dalam
periode kehidupan.

Perasaan kesepian yang dirasakan jika dibiarkan begitu saja dan terus menjadi
beban psikologis akan berakibat munculnya stress yang berkepanjangan. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Baron & Byrne, (2003) bahwa kesepian
berpengaruh negatif terhadap afek atau perasaan individu, termasuk depresi,
kecemasan, ketidakbahagiaan, dan ketidakpuasan yang ditampakkan dengan kondisi
atau perasaan ketidakberdayaan, dan rasa malu. Individu yang kesepian melihat
bahwa dirinya berbeda dari orang-orang di sekelilingnya dan memiliki lebih sedikit
pengalaman hubungan yang dekat atau berpasangan dibanding orang lain sehingga
biasanya mereka hanya mempunyai sedikit teman dan menjalin sedikit persahabatan.

Kondisi tersebut terjadi saat individu harus berada disituasi sosial baru dan
adanya perasaan tidak nyaman sehingga individu tidak mampu bahkan gagal untuk
ikut berpartisipasi dalam situasi sosial tersebut. Ozodasık (Yusuf, 2015) mengatakan
bahwa individu yang merasakan kesepian biasanya akan timbul perasaan bersalah,
tidak berguna, tidak percaya diri dan tidak memiliki fungsi yang baik untuk
lingkungan sekitarnya. Hulme (Yusuf, 2015) berpendapat bahwa manusia sebagai
makhluk sosial, memiliki motivasi untuk mencari dan mempertahankan hubungan
dengan orang lain, misalnya dengan keluarga, saudara, teman, atau pasangan. Jika
seseorang tidak dapat menemukan lingkungan yang memungkinkan untuk memenuhi
kebutuhan akan keakraban dalam sebuah hubungan, akibat yang mungkin terjadi
adalah munculnya perasaan kesepian. Sears, Freedman, & Peplau, (1985)
mengatakatan bahwa individu yang mengalami kesepian adalah individu yang
memerlukan individu lain yang bisa dan bersedia untuk melakukan komunikasi
sehingga terjalin suatu hubungan yang baik dan mendapat dukungan sosial dari
individu yang dipercaya menyayangi individu tersebut. Hal tersebut menunjukkan
bahwa bentuk dari dukungan sosial yang diharapkan oleh setiap individu adalah
sebagai kehadiran atau adanya seseorang yang dipercayai dan mampu mengerti serta
dapat menghargai serta mencintai individu sehingga menimbulkan rasa 5 nyaman,
perhatian, penghargaan dari individu di luar diri orang tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Kesepian ?


2. Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesepian ?
3. Apa saja Dampak dari Kesepian
4. Bagaimana Cara Mengatasi Kesepian ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu Kesepian


2. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesepian
3. Mengetahui Dampak dari Kesepian
4. Mengetahui Cara Mengatasi Kesepian
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kesepian

1. Pengertian Kesepian

Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan


ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial
yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki (Perlman & Peplau,
1981). Kesepian merupakan hidup tanpa melakukan hubungan (Baron, 1991), tidak
punya keinginan untuk melakukan hubungan interpersonal yang akrab (Peplau &
Perlman, 1982). Dalam suatu penelitian menemukan bahwa kesepian diasosiasikan
dengan perasaan depresi, kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia, dan kesedihan
(Russel, 1982). Jones, Hanson, dan Smith (1980) mengemukakan bahwa kesepian
juga diasosisikan dengan kepercayaan bahwa cinta merupakan dasar yang tidak
begitu penting bagi pernikahan dimana mereka punya pandangan bahwa pernikahan
seseorang akan berakhir dengan perceraian (dalam Baron & Byrne, 1991). Kesepian
akan disertai oleh berbagai macam emosi negatif seperti depresi, kecemasan,
ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, menyalahkan diri sendiri (Anderson, 1994) dan
malu (Jones, Carpenter & Quintana, 1985). Kesepian berarti suatu keadaan mental
dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan terasing dan kurangnya
hubungan yang bermakna dengan orang lain (Bruno, 2000). Menurut Brehm dan
Kassin, kesepian adalah perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan
ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada (dalam Dayakisni & Hudaniah,
2003). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepian
merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan emosi-
emosi negatif dan perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki seseorang serta
adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diharapkan dan ketersediaan
hubungan yang dimiliki.
2. Bentuk-bentuk Kesepian

Weiss (dalam Santrock, 2003) menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang
berkaitan dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda-beda, yaitu:

a. Isolasi emosional (emotional isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang


muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan hubungan yang intim; orang dewasa
yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya sering mengalami
kesepian jenis ini.

b. Isolasi sosial (social isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika
seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya; tidak ikut
berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya kebersamaan,
minat yang sama, aktivitas yang terorganisasi, peranperan yang berarti; suatu bentuk
kesepian yang dapat membuat seseorang merasa diasingkan, bosan dan cemas.
Menurut Young (dalam Weiten & Lloyd, 2006) kesepian dapat dibagi menjadi dua
bentuk berdasarkan durasi kesepian yang dialaminya, yaitu:

a. Transcient loneliness yaitu perasaan kesepian yang singkat dan muncul sesekali,
banyak dialami individu ketika kehidupan sosialnya sudah cukup layak. Meer
mengemukakan bahwa transcient loneliness memiliki jangka waktu yang pendek,
seperti ketika mendengarkan sebuah lagu atau ekspresi yang mengingatkan pada
seseorang yang dicintai yang telah pergi jauh (dalam Newman & Newman, 2006).

b. Transitional loneliness yaitu ketika individu yang sebelumnya sudah merasa


puas dengan kehidupan sosialnya menjadi kesepian setelah mengalami gangguan
dalam jaringan sosialnya (misalnya meninggalnya orang yang dicintai, bercerai atau
pindah ke tempat baru).

c. Chronic loneliness adalah kondisi ketika individu merasa tidak dapat memiliki
kepuasan dalam jaringan sosial yang dimilikinya setelah jangka waktu tertentu.
Chronic loneliness menghabiskan waktu yang panjang dan tidak dapat dihubungkan
dengan stressor yang spesifik. Orang yang mengalami chronic loneliness bisa saja
berada dalam kontak sosial namun tidak memperoleh tingkat intimasi dalam interaksi
tersebut dengan orang lain (Berg & Peplau, 1982). Sebaliknya, individu yang
memiliki kemampuan sosial tinggi, yaitu meliputi mampu bersahabat, kemampuan
komunikasi, kesesuaian perilaku nonverbal dan respon terhadap orang lain memiliki
sistem dukungan sosial yang lebih baik dan tingkat kesepian yang rendah (Rokach,
Bacanli & Ramberan, 2000)

Selanjutnya Shaver dkk (dalam Wrightsman, 1993) mengemukakan tipetipe kesepian


yang lain berdasarkan sifat kemenetapannya, yaitu:

1) Trait loneliness, yaitu kesepian yang cenderung menetap (stable pattern), sedikit
berubah, dan biasanya dialami oleh orang yang memiliki selfesteem yang rendah, dan
memiliki sedikit interaksi sosial yang berarti.

2) State loneliness, yaitu kesepian yang bersifat temporer, biasanya disebabkan


oleh pengalaman-pengalaman dramatis dalam kehidupan seseorang.

B. Dampak Kesepian

Menurut Brehm dkk (2002) terdapat empat hal yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami kesepian, yaitu:

a. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki seseorang

Menurut Brehm dkk (2002) hubungan seseorang yang tidak kuat akan menyebabkan
seseorang tidak puas akan hubungan yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang
merasa tidak puas dengan hubungan yang dimiliki, merasa tidak puas dengan
hubungan yang tidak adekuat. Rubenstein dan Shaver (1982) menyimpulkan
beberapa alasan yang banyak dikemukakan oleh orang yang kesepian, yaitu sebagai
berikut:
1) Being unattached; tidak memiliki pasangan, tidak memiliki partner seksual,
berpisah dengan pasangannya atau pacarnya.

2) Alienation; merasa berbeda, merasa tidak dimengerti, tidak dibutuhkan dan tidak
memiliki teman dekat.

3) Being Alone; pulang ke rumah tanpa ada yang menyambut, selalu sendiri.

4) Forced isolation; dikurung di dalam rumah, dirawat inap di rumah sakit, tidak
bisa kemana-mana.

5) Dislocation; jauh dari rumah (merantau), memulai pekerjaan atau sekolah baru,
sering pindah rumah, sering melakukan perjalanan (dalam Brehm dkk, 2002).

Dua kategori pertama dapat dibedakan menurut tipe kesepian dari Weiss yaitu isolasi
emosional (being unattached) dan isolasi sosial (alienation). Kelima kategori ini juga
dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu being unattached, alienation dan
being alone disebabkan oleh karaktersitik individu yang kesepian, sedangkan forced
isolation dan discolation disebabkan oleh karakteristik orang-orang yang berada di
sekitar lingkungan individu yang merasa kesepian.

b. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan
Menurut Brehm dkk (2002) kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan
terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu
hubungan sosial yang dimiliki seseorang cukup memuaskan. Sehingga orang tersebut
tidak mengalami kesepian. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi
memuaskan karena orang itu telah merubah apa yang diinginkannya dari hubungan
tersebut. Menurut Peplau (dalam Brehm dkk, 2002), perubahan itu dapat muncul dari
beberapa sumber yaitu

1) Perubahan mood seseorang. Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika


sedang senang berbeda dengan jenis hubungan yang diinginkan ketika sedang sedih.
Bagi beberapa orang akan cenderung membutuhkan orangtuanya ketika sedang
senang dan akan cenderung membutuhkan teman-temannya ketika sedang sedih.

2) Usia, seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang membawa


berbagai perubahan yang akan mempengaruhi harapan atau keinginan orang itu
terhadap suatu hubungan.

3) Perubahan situasi. Banyak orang tidak mau menjalin hubungan emosional yang
dekat dengan orang lain ketika sedang membina karir. Ketika karir sudah mapan
orang tersebut akan dihadapkan pada kebutuhan yang besar akan suatu hubungan
yang memiliki komitmen secara emosional. Brehm dkk (2002) menyimpulkan bahwa
pemikiran, harapan dan keinginan seseorang terhadap hubungan yang dimiliki dapat
berubah. Jika hubungan yang dimiliki orang tersebut tidak ikut berubah sesuai dengan
pemikiran, harapan dan keinginannya maka orang itu akan mengalami kesepian.

c. Self-esteem Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah.

Orang yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada
situasi yang beresiko secara sosial. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan
menghindari kontak-kontak sosial tertentu secara terus menerus akibatnya akan
mengalami kesepian.

d. Perilaku interpersonal Perilaku interpersonal akan menentukan keberhasilan


individu dalam membangun hubungan yang diharapkan. Dibandingkan dengan orang
yang tidak mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian akan menilai orang
lain secara negatif, tidak begitu menyukai orang lain, tidak mempercayai orang lain,
menginterpretasikan tindakan orang lain secara negatif, dan cenderung memegang
sikap-sikap yang bermusuhan. Orang yang mengalami kesepian cenderung terhambat
dalam keterampilan sosial, cenderung pasif bila dibandingkan dengan orang yang
tidak mengalami kesepian dan ragu-ragu dalam mengekspresikan pendapat di depan
umum. Orang yang mengalami kesepian cenderung tidak responsif dan tidak sensitif
secara sosial. Orang yang mengalami kesepian juga cenderung lambat dalam
membangun keintiman dalam hubungan yang dimilikinya dengan orang lain. Perilaku
ini akan membatasi kesempatan orang itu untuk bersama dengan orang lain dan
memiliki kontribusi terhadap pola interaksi yang tidak memuaskan (Peplau &
Perlman, Saks & Krupart, dalam Brehm dkk, 2002).

e. Atribusi penyebab Menurut pandangan Peplau dan Perlman (dalam Brehm dkk,
2002) perasaan kesepian muncul sebagai kombinasi dari adanya kesenjangan
hubungan sosial pada individu ditambah dengan atribusi penyebab. Atribusi
penyebab dibagi atas komponen internal-eksternal dan stabil-tidak stabil.

C. Perasaan Individu Ketika Mengalami kesepian

Ketika mengalami kesepian, individu akan merasakan ketidakpuasan, kehilangan,


dan distress, namun hal ini tidak berarti bahwa perasaan ini sama di setiap waktu.
Faktanya menunjukkan bahwa orang-orang yang berbeda bisa saja memiliki perasaan
kesepian yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula (Lopata dalam Brehm dkk,
2002).

Berdasarkan survei mengenai kesepian yang dilakukan oleh Rubeinstein, Shaver dan
Peplau (dalam Brehm dkk, 2002) diuraikan bahwa empat jenis perasaan yang dialami
oleh orang yang kesepian, yaitu:

a. Desperation (Pasrah) Desperation merupakan perasaan keputusasaan, kehilangan


harapan, serta perasaan yang sangat menyedihkan sehingga mampu melakukan
tindakan nekat. Beberapa perasaan yang spesifik dari desperation adalah:

(1) Putus asa, yaitu memiliki harapan sedikit dan siap melakukan sesuatu tanpa
memperdulikan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain(2) Tidak berdaya, yaitu
membutuhkan bantuan orang lain tanpa kekuatan mengontrol sesuatu atau tidak dapat
melakukan sesuatu(3) Takut, yaitu ditakutkan atau dikejutkan oleh seseorang atau
sesuatu, sesuatu yang buruk akan terjadi(4) Tidak punya harapan, yaitu tidak
mempunyai pengalaman, tidak menunjukkan harapan(5) Merasa ditinggalkan, yaitu
ditinggalkan/dibuang seseorang, serta (6) Mudah mendapat kecaman atau kritik, yaitu
mudah dilukai baik secara fisik maupun emosional.

b. Impatient Boredom (Tidak Sabar dan Bosan)

Impatient boredom yaitu rasa bosan yang tidak tertahankan, jenuh, tidak suka
menunggu lama, dan tidak sabar. Beberapa indikator impatient boredom seperti

(1) Tidak sabar, yaitu menunjukkan perasaan kurang sabar, sangat menginginkan
sesuatu, (2) Bosan, yaitu merasa jemu, (3) Ingin berada di tempat lain, yaitu
seseorang yang merasa dirinya di tempat yang berbeda dari tempat individu tersebut
berada saat ini, (4) Kesulitan, yaitu khawatir atau cemas dalam menghadapi suatu
keadaan,(5) Sering marah, yaitu filled with anger, serta(6) Tidak dapat
berkonsentrasi, yaitu tidak mempunyai keahlian, kekuatan, atau pengetahuan dalam
memberikan perhatian penuh terhadap sesuatu.

c. Self-Deprecation (Mengutuk Diri Sendiri)

Self-deprecation yaitu suatu perasaan ketika seseorang tidak mampu menyelesaikan


masalahnya, mulai menyalahkan serta mengutuk diri sendiri. Indikator self-
deprecation diantaranya (1) Tidak atraktif, yaitu suatu perasaan ketika seseorang tidak
senang atau tidak tertarik terhadap suatu hal, (2) Terpuruk, yaitu sedih yang
mendalam, lebih rendah dari sebelumnya, (3) Bodoh, yaitu menunjukkan kurangnya
inteligensi yang dimiliki, (4) Malu, yaitu menunjukkan perasaan malu atau keadaan
yang sangat memalukan terhadap sesuatu yang telah dilakukan, serta (5) Merasa tidak
aman, yaitu kurangnya kenyamanan, tidak aman.

d. Depression (Depresi)

Depression menurut Davison (2004) merupakan tahapan emosi yang ditandai dengan
kesedihan yang mendalam, perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain, serta
kurang tidur. Indikator depression menurut Brehm dkk (2002) yaitu, (1) Sedih, yaitu
tidak bahagia atau menyebabkan penderitaan, (2) Depresi, yaitu murung, muram,
sedih, (3) Hampa, yaitu tidak mengandung apa-apa atau tidak ada sama sekali, tidak
memiliki nilai atau arti, (4) Terisolasi, yaitu jauh dari orang lain, (5) Menyesali diri,
yaitu perasaan kasihan atau simpati pada diri sendiri, (6) Melankolis, yaitu perasaan
sedih yang mendalam dan dalam waktu yang lama, (7) Mengasingkan diri, yaitu
menjauhkan diri sehingga menyebabkan seseorang menjadi tidak bersahabat, serta (8)
berharap memiliki seseorang yang spesial, yaitu individu mengharapkan memiliki
seseorang yang dekat dengan individu dengan lebih intim.

Menurut M.J. Saks dan E. Krupat (1988) ada dua hal yang memicu munculnya
perasaan kesepian, yaitu:

a. Sifat dan taraf hubungan sosial seseorang dapat berubah. Misalnya adalah
perceraian, putus cinta, perpisahan secara fisik, meninggalnya orang yang dicintai,
pengangguran, pensiun, atau ketika opname di rumah sakit. Semua ini dapat
memunculkan perasaan kesepian.

b. Kebutuhan seseorang untuk persahabatan dan keintiman dan dapat barubah.


Misalnya pasangan yang anaknya sudah dewasa dan pergi meninggalkan rumah, akan
mencari kesenangan yang baru dan membina hubungan yang baru.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian diantaranya:

a. Usia

Orang yang berusia tua memiliki stereotip tertentu di dalam masyarakat. Banyak
orang yang menganggap semakin tua seseorang semakin merasa kesepian.
b. Status Perkawinan

Secara umum, orang yang tidak menikah lebih merasa kesepian bila dibandingkan
dengan orang menikah (Freedman; Perlman & Peplau; dalam Brehm dkk, 2002).
Berdasarkan penelitian Perlman dan Peplau; Rubeinstein dan Shaver (dalam Brehm
dkk, 2002), menyimpulkan bahwa kesepian lebih merupakan reaksi terhadap
kehilangan hubungan perkawinan (marital relationship) dan ketidakhadiran dari
pasangan suami/isteri pada diri seseorang.

c. Gender

Studi mengenai kesepian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesepian


antara laki-laki dan perempuan. Menurut Borys dan Perlman (dalam Brehm dkk,
2002) laki-laki lebih sulit menyatakan kesepian secara tegas bila dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh stereotip peran gender yang berlaku
dalam masyarakat. Borys dan Perlman mengemukakan bahwa berdasarkan stereotip
peran gender, pengekspresian emosi kurang sesuai bagi laki-laki bila dibandingkan
dengan perempuan (dalam Deaux, Dane & Wrightsman, 1993).

d. Status sosial

ekonomi Weiss (dalam Brehm dkk, 2002) melaporkan fakta bahwa individu
dengan tingkat penghasilan rendah cenderung mengalami kesepian lebih tinggi
daripada individu dengan tingkat penghasilan tinggi

. e. Karakteristik latar belakang yang lain

Rubeinstein dan Shaver (dalam Brehm dkk, 2002) menemukan satu karakteristik
latar belakang seseorang yang kuat sebagai prediktor kesepian. Individu dengan orang
tua yang bercerai akan lebih kesepian bila dibandingkan dengan individu dengan
orang tua yang tidak bercerai. Semakin muda usia seseorang ketika orang tuanya
bercerai semakin tinggi tingkat kesepian yang akan dialami orang tersebut ketika
dewasa. Tetapi hal ini tidak berlaku pada individu yang orangtuanya meninggal
ketika individu tersebut masih kanak-kanak, individu tersebut tidak lebih kesepian
ketika dewasa bila dibandingkan dengan individu dengan orang tua yang berpisah
semasa kanakkanak atau remaja. Menurut Brehm dkk (2002) proses perceraian
meningkatkan kesepian ketika anak-anak tersebut dewasa.

E. Cara mengatasi Kesepian

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Rubeinstein dan Shaver (dalam
Brehm dkk, 2002) disimpulkan beberapa cara mengatasi kesepian, yaitu:

a. Melakukan kegiatan aktif Reaksi terhadap kesepian berupa kegiatan-kegiatan aktif


dan membangun terhadap diri sendiri seperti: belajar atau bekerja, menulis,
mendengarkan musik, melakukan olahraga, melakukan hobi, pergi ke bioskop,
membaca atau memainkan alat musik, menggunakan internet.

b. Membuat kontak sosial Reaksi terhadap kesepian berupa membuat kontak sosial
dengan orang lain seperti: menelepon teman, chatting, dan mengunjungi seseorang.

c. Melakukan kegiatan pasif Reaksi terhadap kesepian yang sifatnya pasif seperti:
menangis, tidur, duduk, dan berpikir, tidak melakukan apapun, makan berlebihan,
memakan obat penenang, menonton televisi, mabuk.

d. Kegiatan selingan yang kurang membangun Reaksi terhadap kesepian berupa


menghabiskan uang dan berbelanja.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kesepian diasosiasikan


dengan perasaan depresi, kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia, dan kesedihan ,
Kesepian akan disertai oleh berbagai macam emosi negatif seperti depresi,
kecemasan, ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, menyalahkan diri sendiri . Perasaan
kesepian yang dirasakan jika dibiarkan begitu saja dan terus menjadi beban psikologis
akan berakibat munculnya stress yang berkepanjangan . Ketika mengalami kesepian,
individu akan merasakan ketidakpuasan, kehilangan, dan distress, namun hal ini tidak
berarti bahwa perasaan ini sama di setiap waktu. Faktanya menunjukkan bahwa
orang-orang yang berbeda bisa saja memiliki perasaan kesepian yang berbeda dalam
situasi yang berbeda . Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Rubeinstein dan
Shaver (dalam Brehm dkk, 2002) disimpulkan beberapa cara mengatasi kesepian
yaitu Melakukan kegiatan aktif Reaksi terhadap kesepian berupa kegiatan-kegiatan
aktif dan membangun terhadap diri sendiri seperti: belajar atau bekerja, menulis,
mendengarkan musik, melakukan olahraga, melakukan hobi, pergi ke bioskop,
membaca atau memainkan alat musik, menggunakan internet.

Saran

Melihat dari pembahasan Kesepian saran yang dapat diberikan kepada teman-
, kita sudah tau bahaya dari kesepian maka dari itu kita harus berfikir yang baik

Anda mungkin juga menyukai