Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LONELINESS

2.1.1 Definisi

a. Menurut Bahasa
Menurut English Oxford Living Dictionaries, lonliness is sadness because one has
no friends or company; The fact of being without companions or solitariness.
(Kesepian adalah kesedihan karena tidak memiliki teman atau kelompok; fakta
bahwa tidak memiliki teman atau kesendirian).
b. Menurut Istilah
Menurut Taylor loneliness adalah perasaan kesepian individu, ketidaknyamanan
subjektif individu rasakan ketika hubungan individu tersebut kurang erat. Dan
perasaan kesendirian merupakan kondisi sementara yang dihasilkan dari sebuah
perubahan dalam kehidupan sosial individu.
Menurut Perlman dan Peplau kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan
dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan
sosial yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki

Kesepian, resiko kedua pada kehidupan keluarga yang hampir umum yang
terjadi dalam penyesuaian di hari tua adalah kesepian. Meskipun anak yang telah
dewasa tinggal berdekatan. Orang-orang berusia lanjut berhubungan dengan
mereka. Kebersmaan mereka sekarang jauh berkurang dibandingkan dengan kasus
hubungan tiga generasi rumah tangga diwaktu lampau. Salah satu penyebab umum
kesepian diusia anjut adalah kehilangan pasangan hidup (suami atau istri). Banyak
orang berusia lanjut yang menyadari bahwa suatu ketika pasangan hidup mereka
akan meninggal, oleh sebab itu mereka telah mempersiapkan diri untuk
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Akan tetapi belum banyak menyadari
tentanya, atau siap menyesuaikan diri dengan situasi kesepian yang akan terjadi.
Wanita umumnya lebih menghadapi kematian suami.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Loneliness berarti rasa
kesepian karena tidak adanya teman atau hubungan yang erat atau intim antara
individu ataupun kelompok.

2.1.2 Aspek-aspek Loneliness

Menurut Bruno yang menjadi aspek-aspek kesepian ada delapan, yaitu:


a. Isolasi adalah seseorang yang menginginkan hubungan sosial tetapi tidak memiliki
jaringan teman-teman atau kerabat.
b. Penolakan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak diterima,diusir dan
dihalau oleh lingkungannya. Seseorang yang kesepianakan merasa dirinya ditolak
dan ditinggalkan walaupun berada ditengah-tengah keramaian.
c. Merasa disalah mengerti adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa seakan-
akan dirinya disalahkan dan tidak berguna. Seseorang yang selalu merasa disalah
mengerti dapat menimbulkan rasa rendah diri, rasa tidak percaya diri dan merasa
tidak mampu untuk bertindak.
d. Merasa tidak dicintai adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan
kasih sayang, tidak diperlukan secara lembut dan tidak dihormati, merasa tidak
dicintai akan jauh dari persahabatan dan kerjasama.
e. Tidak mempunyai sahabat adalah tidak ada seseorang yang berada disampingnya,
tidak ada hubungan, tidak dapat berbagi. Orang yang paling tidak berharga adalah
orang yang tidak mempunyai sahabat.
f. Malas membuka diri suatu keadaan dimana seseorang malas menjalin keakraban,
takut terluka, senantiasa merasa cemas dan takut jangan- jangan orang lain akan
melukainya.
g. Bosan adalah suatu perasaan seseorang yang merasa jenuh tidak menyenangkan
tidak menarik, merasa lemah, orang-orang yang pembosan biasanya orang-orang
yang tidak pernah menikmati keadaan-keadaan yang ada.
h. Gelisah adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa resah, tidak nyaman dan
tentram didalam hati atau merasa selalu khawatir, tidak senang, dan perasaan galau
dilanda kecemasan.

Dari beberapa aspek-aspek kesepian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
satu orang pun yang ingin hidupnya terus menerus sendiri didunia ini sebenarnya.

2.1.3 Klasifikasi Loneliness

a. Menurut Weiss menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang berkaitan dengan
tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda, yaitu:7
1) Kesepian emosional adalah kesepian yang timbul karena tidak ada figure
kasih sayang yang intim yang dapat dimiliki individu seperti yang biasa
diberikan orang tua kepada anak, bisa diberikan oleh teman akrab, tunangan
atau suami kepada istrinya.
2) Kesepian sosial adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang
tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya, tidak ikut
berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya
kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang terorganisir peran- peran yang
berarti, suatu bentuk kesepian yang dapat membuat seseorang merasa
diasingkan, bosan dan cemas.
b. Sementara menurut Young kesepian dapat dibagi menjadi dua bentuk berdasarkan
durasi kesepian yang dialaminya, yaitu :
1) Transcient loneliness, yaitu perasaan kesepian yang singkat dan muncul
sesekali, banyak dialami individu ketika kehidupan sosialnya sudah cukup
layak. Misalnya ketika mendengar sebuah lagu atau ekspresi yang
mengingatkan pada seseorang yang dicintai yang telah pergi jauh.
2) Transitional loneliness, yaitu ketika individu yang sebelumnya sudah merasa
puas dengan kehidupan sosialnya menjadi kesepian setelah mengalami
gangguan dalam jaringan sosialnya (misalnya meninggalnya orang yang
dicintai, bercerai atau pindah ketempat baru).
c. Dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kesepian adalah ada berbagai bentuk
kesepian, tetapi pada intinya itu tidak adanya orang dekat, akrab dan menjalin
hubungan disekitarnya

2.1.4 Faktor-faktor Loneliness


Menurut oleh Martin dan Osborn ahli psikologi dari Universitas Cambridge
menyebutkan bahwa, penyebab kesepian terdiri dari tiga faktor yaitu : faktor psikologis,
faktor kebudayaan dan situasional, serta faktor spiritual.

a. Faktor Psikologis
Menurut beberapa ahli Psikologi yaitu, Paola Corsano, Marinella Majorano,
dan Lorrela Champretary dari Universitas Parma, Italia, faktor psikologi yang
menyebabkan seperti perasaan takut. Perasaan itu muncul akibat perubahan-
perubahan mental yang berhubungan dengan perubahan fisik (terutama organ
perasa), keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi
lingkungan. Dari segi mental emosional muncul perasaan pesimis, merasa
terancam akan timbulnya penyakit sehingga takut ditelantarkan karena tidak
berguna lagi. Perasaan sedih adalah emosi yang paling sering dinyatakan.
Termasuk rasa bersalah, kegelisahan, kemarahan, depresi, ketidakberdayaan,
kesepian dan penyesalan tentang suatu hubungan dengan orang yang telah
meninggal. Shok dan tidak percaya dapat diakibatkan oleh kematian atau
kehilangan. Beberapa orang tidak mampu berkonsentrasi setelah kematian
seseorang yang penting bagi mereka. Tanggapan kesedihan diwujudkan individu
itu sendiri, selain itu di tentukan oleh faktor hubungan antara yang meninggal dan
berkabung. Beberapa orang tua, pengalaman kesedihan mungkin termasuk
perasaan lega dan emansipasi, terutama setelah mengalami situasi yang sulit,
semakin berat stressor yang di rasakan semakin membuat seseorang merasakan
kesepian.
Dapat disimpulkan bahwa faktor psikologis adalah perubahan itu muncul
akibat perubahan fisik, mental, dan lingkungan setempat.
b. Faktor Kebudayaan dan Situasional
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ami Rokach ahli sosiologi dari New
Zealand. Terjadinya suatu perubahan dalam tatacara hidup dan kultur budaya
dalam keluarga. Perbaikan dibidang kesejahteraan sosial, di bidang globalisasi,
dikomunikasi, informasi, transportasi dan pendidikan niscaya menimbulkan
pengaruh luar yang mengikis budaya masyarakat yang selama ini ada terhadap
hubungan antar-anggota keluarga mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia.11
Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin melemah dalam keluarga
yang mengarah pada bentuk keluaga kecil, terlebih-lebih dalam masyarakat
industri dimana lanjut usia terpisah dari anggota keluarga lainnya akibat
urbanisasi. Anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa
hidup sendiri dan dalam kesepian.

Dapat disimpukan bahwa perubahan itu muncul akibat budaya, situasi yang
ada disekitar dan adat istiadat yang ada dimasyarakat itu sendiri.

c. Faktor Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius
berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan individu
berusia diatas 75 tahun.Dalam perjalanan hidupnya, setiap manusia pada
umumnya akan berupaya mengatasi kesulitan hidup dengan caranya masing–
masing, sehingga individu tersebut akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan
iramanya masing–masing. Kedekatan atau tingkat spiritual yang tinggi dengan
sang pencipta akan membuat seseorang lebih sehat di bandingkan yang jauh
dengan pencipta-Nya. Namun, kedekatan tersebut tidak selalu berjalan mulus.
Dengan tetap terjaga hubungan baik antara makhluk dan Pencipta-Nya,
diharapkan adanya keseimbangan sikap realistis terhadap dunia dan kebutuhan
spiritual, sehingga perasaan negatif yang sering muncul pada lansia seperti
kesepian, kecemasan dapat dihindari. Melalui pengalaman hidup, setiap orang
akan berupaya menjadi lebih arif dan akan mengembangkan dirinya. Untuk itu,

berbagai dimensi kehidupan manusia perlu ditelaah agar dalam mencapai


pencerahan atau kesempurnaan hidup.
Dapat disimpulkan bahwa faktor spiritual itu muncul karena adanya agama
yang dianut oleh orang itu sendiri yang merubah dirinya kearah yang lebih baik.
2.1.5 Dampak dari Loneliness

Adapun dampak dari kesepian menurut Robinson oleh :


a. Mengalami rendah diri, bergantung pada teman untuk membangun harga dirinya.
b. Menyalahkan diri sendiri.
c. Tidak ingin berusaha untuk terlibat pada kegiatan sosial
d. Mempunyai kesulitan untuk memperlihatkan diri dalam berkelakuan dan takut
untuk berkata ya atau tidak untuk hal yang tidak sesuai.
e. Takut bertemu orang lain dan menghindari situasi baru.
f. Mempunyai persepsi negatif tentang diri sendiri.
Disimpulkan bahwa banyak sekali dampak yang dialami leh orang yang sedang
kesepian dan itu pula yang menyebabkan orang tersebut mengalami kesepian.

2.2. LANSIA

2.2.1 Definisi Lansia

Usia tua adalah priode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu priode
dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari priode terdahulu yang lebih menyenangkan
atau, beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.

Lanjut usia berarti pula orang jompo. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, orang jompo
adalah orang tua orang yang sudah tua. Tahap lanjut usia adalah “tahp dimana terjadi
penuaan dan peurunan. Penurunan ini lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada
tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada mahluk hidup

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa usia lanjut adalah dimana
usia tua itu adalah usia penutupan atau usia yang paling akhir bagi manusia yang telah
mengalami perubahan- perubahan, baik perubahan fisik, tampilan, mental dan sosial baik
bagi pria ataupun laki-laki.

2.2.2 Tugas Perkembangan Lansia


Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan
kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Hal ini sering diartikan
sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan didalam maupun diluar
rumah. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kawajiban untuk menghadiri rapat yang
menyangkut kegiatan sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan
karena kesehatan dan pendapat mereka menurun setelah pensiun.

a. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik bagi lansia


Beberapa masalah umum yang unik bagi orang usia lanjut:
1. Keadaan fisik lemah dan terpercaya, sehingga harus tergantung pada orang
lain.
2. Status ekonomi sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan
berbagai perubaan besar dalan pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik.
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal
atau pergi jauh dan atau cacat.
5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin
bertambah.
6. Belajar memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan
orang dewasa.

b. Perubahan penampilan

Bischof mengatakan bahwa, manusia berarti ”peralihan dari kacamata bifocal, dan
gigi palsu ke kematian. “pendapat semacam ini menyarankan bahwa kebanyakan
tanda-tanda yang paling jelas dari usia lanjut hanyalah perubahan pada wajah.
Walaupun wanita dapat menggunakan kosmetik untuk menutupi tanda-tanda
ketuaan pada wajah, tetapi selalu banyak ditutupinya, misalnya perubahan yang
terjadi pada bagian-bagian lainya pada tubuh.
c. Perubahan bagian dalam tubuh

Perubahan pada sistem saraf (nervois system) yang sangat perlu


diperhatikan ialah pada otak. Pada usia lanjut, berat otak berkurang, bilik-bilik
jantung melebar sedang pita jaringan cortical menyempit. Sistem saraf pusat juga
berubah sejak awal priode lanjut. Perubahan ini ketahuan dari menurunya
kecepatan atau belajar sesuatu yang diikuti dengan menurunya kemampuan
intelektual. Isi perut (viscera) mengalami perubahan bentuk seiring dengan
bertambahnya usia. Berhentinya pertumbuhan (arhropia) khususnya ditandai dan
diketahui lewat limpa, ati, paru-paru, pankreas, dan ginjal
d. Perubahan umum dalam penampilan selama lansia
1) Kepala
a) Hidung menjalus lemas.
b) Bentuk mulut berubahakibat hilangnya gigi atau karena harus memakai gigi
palsu.
c) Mata kelihatan pudar, tak bercahaya dan sering mengeluarkan cairan.
d) Dagu berlipat dua atau tiga.
e) Pipi berkerut dan kering berbintik hitam, banyak tahi lalat, atau ditumbuhi
kutil.
f) Rambut menipis, berubah menjadi putih atau abu-abu, dan kaku, tumbuh
rambut halus dalam hidung telinga dan alis.

2) Tubuh
a) Bahu membungkuk dan tampak mengecil.
b) Perut membesar dan membuncit.
c) Pinggul tampak mengendor dan lebih lebar dibandingkan dengan waktu
sebelumnya.
d) Garis pinggang melebar menjadi badan tampak seperti terisap.
e) Payudara bagi wanita menjadi kendur dan melorot.

3) Persendian
a) Pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat, adapun ujung tangan tampak
mengerut.
b) Kaki menjadi kendur dan pembuluh darah balik menonjol terutama yang ada
disekitar pergelangan kaki.
c) Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena disepanjang bagian tangan
menonjol.
d) Kaki membesar karena otot-otot mengendur, timbul benjolan- benjolan, ibu
jari kaki membengkak dan bisa meradang serta sering timbul kelois.
e) Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras, dan mengapur.

2.2.3 Perkembangan Kognitif

Menurut Feldman orang tua dengan kasus-kasus berat dalam kemunduran memori,
yang disertai dengan berbagai kesulitan kognitif lainya, dipandang sebagai penderita
kepikunan. Kepikunan adalah suatu istilah yang sebenarnya tidak tepat digunakan secara
khusus bagi orang tua yang mengalami kemunduran dalam perkembangan kemampuan
mental, termasuk kehilangan memori, disorientasi, dan kebingunggan pada umumnya.
Oleh sebab itu, dewasa ini sejumlah ahli gerontologi memandang kepikunan sebagai
sebuah istilah yang ditunjukan bagi orang-orang yang hidupnya sudah tidak berguna.22
Perkembangan intelegensi menurut Witherington menyebutkan tiga faktor penyebab
terjadinya kemunduran kemampuan belajar orang dewasa:
a. Pertama, ketiadaan kapasitas dasar. Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan
belajar bila pada usia muda tidak memilliki kemamampuan belajar yang memadai.
b. Kedua, terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat
intelektal. Artinya orang-orng yang telah berhenti membaca bacaan-bacaan yang
“berat” dan berhenti pula melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat bodohdan
tidak mampu melkukan pekerjaan-pekerjaan semcam itu.
c. Ketiga, faktor budaya terutama cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti
kebiasaan, kbiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar,
sehingga sitiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat
tantangan yang kuat.
2.2.4 Perubahan pada Fungsi Fisiologis

Disamping berbagai perubahan yang telah dijelaskan sebelum juga terjadi


perubahan pada fungsi organ. Tingkat denut nadi dan konsumsi oksigen lebih beragam dan
konsumsi oksigen lebih beragam diantara mereka yang telah berusia lanjut dibanding
mereka yang lebih muda. Meningkanya tekanan darah yang terjadi akibat bertambah
kerasnya dinding pembuluh arteri aorta dari pusat, merupkan gejala umum bagi orang
berusia lanjut. Air seni yang diproduksi oleh orang usia lanjut berkurang dan kandungan
creatine dalam air seni juga berkurang dibanding orang yang lebih muda. Pada usia lanjut,
terjadi penurunan dalam jumlah waktu tidur yang diperlukan dan kenyenyakan tidurnya.

2.2.5 Perubahan Panca Indera

Pada usia lanjut, fungsi seluruh organ penginderaan kurang mempunyai sensivitas
dan efisiensin kerja dibanding yang memiliki oleh orang yang lebih muda

2.2.6 Perubahan Seksual

Masa berhentinya reproduksi keturunan (klimakterik) pada pria datang belakangan


dibanding masa menopuse pada wanita, dan memerlukan masa yang lebih lama. Pada
umumnya ada penurunan potensi seksual selama usia 60-an, kemudian berlanjut sesuai
dengan bertambahnya usia. Seperti menopause, masa klimakterik disertai dengan
menurunya fungsi gonodal karena gonodal ialah yang bertanggung jawab terhadap
berbagai perubahan yang terjadi selama masa klimakterik. Klimakterik pada pria
mempunyai dua efek umum:
a. Terjadinya penyusutan atau penurunan ciri-ciri seks sekunder misalnya perubahan
suara, titinada suara meninggi, rambut pada bagian wajah dan badan menjadi
berkurang keindahnya, dan kekerasan otot secara umum menurun menjadi lembek.
Secara umum, orang berusia lanjut berkurang kelaki-lakinya dibanding pada masa
sebelumnya. Begitu juga wanita berkurang keluwesanya setelah masa menopause
terjadi.
b. Klimakterik pada pria mempengaruhi fungsi seksual. Walaupun potensi telah
berkurang, tetapi tidak berarti bahwa keinginan melakukan hubungan seksual
menurun

2.1.7 Perubahan Umum Kemampuan Motorik pada Lansia

a. Kekuatan. Penurunan kekuatan yang paling nyata ialah pada kelenturan otot-otot
tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Orang berusia
lanjut lebih lebih cepat dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan
diri dari keletihan dibanding orang yang lebih muda.
b. Kecepatan. Penurunan kecepatan dalam bergerak bagi orang usia lanjut dapat
dilihat dari tes terhadap waktu reaksi dan keterampilan dalam bergerak, seperti
dalam menulis tangan. Kecepatan dalam bergerak tampak sangat menurun setela
usi 60 tahun.
c. Belajar Keterampilan Baru. Bahkan pada waktu orang usia lanjut percaya bahwa
belajar keterampilan baru akan menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih
lambat dalam belajar dibanding orng yang lebih muda dan hasil akhir cenderung
kurang memuaskan.

2.2.8 Resiko atau Bahaya Penyesuaian Pribadi dan Sosial pada Lansia

a. Bahaya Fisik
1) Gangguan Gigi. Cepat atau lambat, orang yang berusia lanjut pada umumnya
akan kehilangan sebagian gigi bahkan banyak yang hilang semuanya.

2) Kurang Gizi. Penyakit usia lanjut lebih banyak disebabkan oleh faktor pengaruh
psikologi dibanding sebab-sebab ekonomi.

3) Mengendurnya Kemampuan Fisik. Hilangnya kemampuan seksual atau sikap


yang tidak menyenangi hubungan seksual pada usia lanjt banyak mempengaruhi
orang usia lanjut
b. Bahaya Psikologis
1) Orang usia lanjut menerima pendapat klise tentang kebudayaan. Hal ini dianggap
sebagai bahaya karena pendapat tersebut mendorong orang usia lanjut untuk
merasa tidak enak dan rendah mutunya.akbatnya lebih buruk karena mereka
cenderung kehilangan motivasi untuk mengerjakan apa yang sesungguhnya mamu
mereka kerjakan.
2) Pengaruh perubahan fisik pada usia lanjut.perasaan rendah diri dan tidak enak
yang datan bersama dengan perubahan fisik. Hilangnya daya tarik dan
penampilan seksual yang tepat mungkin mengakibatkan pria atau wanita merasa
ditolak oleh kelompok sosial.
3) Perubahan dalam pola kehidupan. Orang usia lanjut perlu menetapkan pola hidup
yang berbeda dengan keadaan masa lalu dan cocok dengan kondisi usia lanjut.
4) Merasa bersalah karena menganggur. Perasaan bersalah karena mereka tidak
bekerja sedang orang lain masih bekerja.
5) Berkurangnya pendapatan. Akibat berkurangnya pendapatan, setelah pensiun
banyak usia lanjut yang tidak dapat memanfatkan waktu luangnya dengan
kegiatan yang produktif, seperti menghadiri kuliah atau konsert, atau
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat.
6) Pelepasan Kegiatan Sosial. Ini merupakan yang paling berbahaya bagi orang
berusia lanjut baik secara sukarela maupun secara terpaksa, secara sosial menjadi
terisolasi, sebagai akibatnya mereka kurang memperoleh dukungan sosial pada
waktu mereka menghadapi masalah atau stress dimasa mudanya.

2.3 PERBEDAAN KARAKTER WANITA DAN LAKI-LAKI

Secara signifikan lebih banyak wanita dibandingkan dengan laki-laki tua. Untuk
semua usia, rasio pria terhadap wanita dinegara- negara maju pada tahun 1980, adalah 93
dibanding 100; dan untuk mereka yang berusia 70 tahun atau lebih, rasio ini turun menjadi
58 pria per 100 wanita (International Federation on Aging).
Perbedaan-perbedaan dinyatakan antara lain dalam peristiwa sebagai berikut:
a. Wanita hampir-hampir tidak pernar mempunyai interesse menyeluru pada soal-
soal teoritis seprti aum laki-laki. Hal ini bergantung pada struktur otaknya serta
misi hidupnya. Jadi wanita itu pada umumnya lebih tertarik pada hal-hal yang
praktis daripada yang teoritis.
b. Kaum wanita itu lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati segi-segi
kehidupan konkrit serta segera. Misalnya ia sangat meminati masalah rumah
tangga, kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian berlangsung disekitar rumah
tangganya. Sedangkan kaum pria pada umumnya hanya mempunyai inteesse.
Ringkasnya wanita lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis
kongkrit sedangkan kaum laki-laki lebih tertarik pada segi –segi kejiwaan yang
bersifat abstrak.
c. Wanita pada umumnya sangat bergairah, penuh vitalitas hidup. Karena itu
tampaknya wanita bersifat lebih spontan dan implusif. Sehubungan dengan hal ini
mereka disebut sebagai mahluk yang memiliki keremajaan dan penuh dan
kelincahan hidup. Sehingga tepat kiranya bila wanita berfungsi sebagai tempat
bergaul bagi kaum pria, karena pria pada umumunya selalu tertarik pada
keremajaan dan kesegaran pada sifat-sifat wanita. Pada umunya kaum pria
sifatnya lebih lamban, lebih berat mengenap, sehingga penampilan dirinya tampak
kurang lincah. Semua ciri wanita tersebut merupakan sifat-sifat kontras dengan
sifat laki-laki, namun jelas saling melengkapi.
d. Wanita pada hakekatnya lebih bersifat heteo-sentris dan lebih sosial. Karena itu
lebih ditonjolkan sifat kesosialnya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :sesuai
dengan kodrat alaminya, dan disebabkan oleh dapat mengalami duka derita lahir
batin (terutama waktu yang melahirkan bayinya), wanita lebih banyak tertarik pada
kehidupan orang lain terutama pada “penderitaan” orang lain. Karena itu ia
senantiasa mencari objek pehatiannya diluar dirinya sendiri, terutama suami dan
anak-anaknya, juga berminat pada lingkunganya. Sebaliknya laki-laki. Mereka
bersifat egosentris, dan lebih suka berfikir pada hal-hal yang zakelijk. Mereka
lebih obyektif esensial. Memang ada kalanya kaum pria mengarahkan dirinya ada
patnernya, misalnya dalam kegiatan relasi seksual. Namun ini hanya berlangsung
sekejap atau sebentar saja, untuk selanjutnya kembali pada diri sendiri, yaitu
memikirkan diri sendiri.
e. Wanita lebih banyak mengarah keluar, kepada subjek lain. Pada setiap
kecenderungan kewanitaanya, misalnya saja pada caranya bergaya dan berhias,
secara primer wanita mengarahkan aktivitas keluar, untuk menarik perhatian
orang lain, terutama sekse lain.
f. Kaum laki-laki disebut sebagai lebih egosentris atau lebih self- oriented. Pria
cendrung berperan sebagai pengambil inisiatif untuk memberikan stimulasi dan
pengarahaan, khususnya bagi kemajuan. Dan menganggap dunia sebagai
miliknya, sebagai ruang untuk berprestasi dan untuk bekerja. Segenap kegiatan
dan hidupnya senantiasa dikaitkan dengan macam-macam proyek dan material
dari karyanya.
g. Menurut Profesor Eymans, pebedaan laki-laki dn perempuan terletak pada sifat-
sifat sekundaritas “ emosionalita dan aktivitas dari funsi-fungsi kejiwaan. Pada
kaum wanita, fungsi sekundaritasnya tidak terletak pada intelek, akan tetapi pada
perasaan. Oleh karena itu nilai perasaan dari pengalaman- pengalamanya jauh
lebih lama mempengaruhi struktuk kepribadiaanya dibandingkan dengan nilai
perasaan kaum laki- laki.
h. Pada kaum pria terdapat garis pemisah yang sangat jelas antara kehidupan psikis
dengan kehidupan indrawi, dan antara interesse pribadi dan dengan tugas
kewajiban formal sehari-hari. Dia menghayati pemisahan ini sebagai elemen yang
terintegrasi dalam kepribadianya. Ia menyadari, betapa eratnya diri sendiri itu
terikat pada struktur-struktur psikis yang tampaknya kontrakditif satu dengan yang
lainya. Oleh kesadaran itu ia ingin lebih bebas berdiri diluar pagar sebagai
“pegamat”, dan ingin lebih otonom. Bahkan seringkali ia bersikap agresif
menghadapi kontrakdisi-kontrakdisi dan nasip hidupnya.
i. Perbedaan lain antara kaum pria dan wanita dalam hal aktivitasnya ialah sebagai
berikut: wanita lebih suka menyibukkan diri dengan berbagai macam pekerjaan
ringan. Umpamanya saja bertanam bunga, menyulam, merajut, menganyam,
mengerjakan kerajinan tangan, dan membuat kue-kue. Sedangkan laki-laki lebih
suka istirahat, tidur, atau relax, santai seenak-enaknya. Sebaiknya wanita lebih
tangkas dan lebih giat, lebih banyak menyibukkan diri dengan macam-macam
kegiatan sampingan terlebih-lebih pada waktu senggang. Boleh dikatakan segenap
waktunya selama bangun dan sadar itu selau dipenuhi berbagai kesibukkan
pekerjaan dan hobby- hobbynya.
j. Wanita pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetail. Umpama saja masalah-
masalah ilmiah, wanita biasanya lebih konsekuen dan lebih akurat daripada kaum
laki-laki
k. Dibidang intelek, kaum wanita lebih banyak menunjukkan tanda-tanda
emosionalnya. Karena itu, biasanya wanita memilih bidang dan pekerjaan yang
banyak mengandung unsur relasi-emosional dan pembentukan-perasaan.
Misalnya pekerjaan guru, juru rawat, pekerja sosial, bidan, dokter, seni dan lain-
lain.
l. Dalam kehidupan sehari-hari, wanita lebih aktif dan lebih resolut tegas. Diantara
kehidupan kemauan dan aktivitasnya terdapat persesuaian yang harmonis. Jika
seorang wanita sudah memilih sesuatu dan telah memutuskan untuk melakukan
langkah-langkah selanjutnya. Hal ini berbeda sekali dengan kaum laki-laki yang
masih saja selalu bimbang hati, dan masih saja terombang-ambing diantara pilihan
menolak dan menyetujui. Dengan begitu wanita pada hakekatnya lebih spontan
dan lebih mempunyai kepastian jiwa terhadap keputusan-keputusan yang telah
diambilnya. Pada umumnya wanita juga lebih antusias memperjuangkan
pendirianya dibandingkan laki-laki.
Maka secara ringkas dapat dikatakan, bahwa perbedaan kaum pria dan wanita itu
bukan terletak pada adanya perbedaan yang esensial dari temperamen dan
karakternya akan tetapi pada perbedaan struktur jasmaninya. Perbedaan tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitanya sehari-hari. Dan hal ini
menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi sosialnya ditengah
masyarakat.
BAB III

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

3.1 PENGERTIAN

Aktivitas kelompok merupakan sekumpulan individu yang mana memiliki relasi


satu sama lainnya yang berkaitan serta bersama-sama mengikuti aturan dan norma yang
sama. Theraphy aktivitas kelompok atau TAK adalah kegiatan yang ditujukan pada
sekelompok klien yang mana memiliki tujuan untuk bisa memberikan terapi bagi seluruh
anggota di dalam kelompok tersebut.

Dengan adanya kelompok terapi tersebut maka dapat meningkatkan kualitas


hidup serta meningkatkan respon sosial. Terapi aktivitas kelompok ini berupaya
memfasilitasi beberapa klien yang bertujuan untuk membina hubungan sosial sehingga
nantinya dapat menolong klien untuk berhubungan sosial dengan orang lainnya semisal
mengajukan pertanyaan, menceritakan dirinya sendiri, berdiskusi, menyapa teman
kelompok, dan masih banyak lainnya.

3.2 TUJUAN

Tujuan dari terapi aktivitas kelompok adalah

1. Mengembangkan stimulasi persepsi

2. Mengembangkan orientasi realitas

3. Mengembangkan stimulasi sensoris

4. Mengembangkan sosialisasi.
3.3 PRINSIP TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Prinsip di dalam memilih pasien yang ikut dalam terapi aktivitas kelompok adalah
dengan homogenitas, yang dijelaskan pada poin-poin berikut ini:

1. Gejala Yang Sama

Misalnya saja dalam terapi aktivitas kelompok tersebut dikhususkan untuk pasien
penderita depresi, halusinasi, atau lainnya. Setiap terapi aktivitas kelompok tentunya
memiliki tujuan masing-masing yang spsifik untuk anggotanya. Setiap tujuan tersebut
tentunya dapat dicapai jika pasien-pasien di dalanya memiliki gejala atau masalah yang
sama. Sehingga nantinya pasien-pasien di dalam kelompok tersebut dapat bekerja sama
dalam proses terapi.

2. Kategori Sama

Disini mengartikan jika pasien yang memiliki skor hampir sama dari kategorisasi.

Bila dalam sebuah terapi pasien-pasien di dalamnya memiliki skor yang hampir sama
tentu saja tujuan dalam terapi akan tercapai dengan mudah.

3. Jenis Kelamin Sama

Pengalaman dalam terapi aktivitas kelompok yang dijalani pasien dengan memiliki gejala
yang sama, biasanya laki-laki akan mendominasi dibandingkan dengan kaum perempuan.
Sehingga akan lebih baik jika dibedakan.

4. Kelompok Umur Hampir Sama

Tingkat perkembangan pasien yang sama nantinya akan lebih memudahkan interaksi
yang terjadi antara pasien satu sama lainnya

5. Jumlah Anggota Yang Efektif

Jumlah anggota kelompok di dalam sebuah terapi tentunya harus efektif. Jumlah yang
efektif biasanya sekitar 7-10 orang di dalamnya. Jika terlalu banyak pasien di dalamnya
maka tujuan terapi akan terasa sulit untuk dicapai karena kondisinya akan terlalu ramai
dan kurangnya perhatian terapis untuk pasien. Namun jika terlalu sedikit maka tentu saja
interaksi yang terjadi akan terasa sepi dan tujuan menjadi sulit tercapai.

3.4 MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BAGI LANSIA

Ada bebrapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti terapi
aktivitas kelompok, antara lain adalah:

1. Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki, serta dihargai
eksistensinya oleh anggota lainnya di dalam kelompok

2. Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu sama lainnya dan
merubah sikap dan perilaku yang maladaptive dan destrkutif

3. Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalamn serta saling memantau satu
sama lainnya yang dipertuntukkan untuk menemukan solusi menyelsaikan masalah.

3.5 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA DENGAN MASALAH


LONELINESS

1. ART THERAPY

Menurur Savitri Gemini et al 2022 dalam jurnalnya yang berjudul,” Art Therapy
Sebagai Upaya Mengatasi Kesepian Pada Lansia Di Panti Wreda Budi Sosial Kota
Batam”.Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok

klien dengan maksud memberi terapi bagi anggotanya (Stuart & Sundeen, 1998). The

American Art Therapy Association (AATA) mendefinisikan art therapy sebagai kegiatan
yang dilakukan pada klien dengan masalah mental dengan menggunakan media yang
artristik, dengan proses yang kreatif dan menghasilkan suatu kerajinan seni untuk
mengeksplorasi perasaan, meningkatkan kesadaran diri, mengelola perilaku dan
meningkatkan ketrampilan sosial, meningkatkan orientasi dan

menurunkan kecemasan (American Art Therapy Association, 2014).


Art Therapy adalah gabungan pendekatan psikoterapi dengan berdasarkan pada mind body,
pada kegiatan ini klien lebih mampu untuk dapat mengekspresikan perasaan melalui
sensori maupun kinestetik ( Im, 2014). Art therapy juga bisa berdampak untuk
meningkatkan kesehatan lansia dengan mengurangi emosi negatif, meningkatkan konsep
diri dan menurunkan kecemasan (Kim, 2013). Art therapy juga suatu bentuk terapi yang
bersifat ekspresif dengan menggunakan materi seni, seperti lukisan, kapur, spidol, dan
lainnya, art therapy menggunakan media seni dan proses kreatif untuk membantu
mengekspresikan diri, meningkatkan keterampilan coping individu, mengelola stress, dan
memperkuat rasa percaya diri.

Menurut Savitri kegiatan TAK Art therapy pada lansia di Panti Wreda Budi Sosial Kota
Batam selama 4 hari berturut turut dapat menurunkan nilai kesepian. Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) Art Therapy pada lansia dapat dilakukan setiap saat di panti werdha
sebagai upaya dalam penatalaksanaan mengatasi kesepaian pada lansia di panti werdha.
Pemberian terapi dalam beberapa minggu lebih efektif menurunkan tingkat kesepian
dibandingkan dengan pemberian 1 kali terapi.

2. TERAPI MUSIK TRADISIONAL CINA

Menurut Arlis et al. 2019 dalam jurnalnya yang berjudul, “Pengaruh Terapi Musik
Tradisional Cina Terhadap Kesepian Pada Lansia Di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti
Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2019” Salah satu
cara untuk mengatasi kesepian menurut Nursing Interventions Classification yang terdapat
dalam domain perilaku, kelas terapi perilaku, intervensi 4400 (Bulechek dkk, 2016) yaitu
terapi musik, dimana aktivitas yang dilakukan yaitu:

1) definisikan perubahan spesifik perilaku dan fisiologi seperti yang diinginkan


(misalnya relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan pengurangan nyeri);

2) pertimbangkan minat klien pada musik;

3) identifikasi musik yang dikuasai klien;

4) informasikan individu mengenai tujuan pengalaman terhadap musik;


5) pilih musik – musik tertentu yang mewakili musik yang dikuasai klien;

6) bantu individu untuk posisi yang nyaman;

7) batasi stimuli eksternal selama mendengarkan musik;

8) buatlah kaset/cakram optik dan peralatan musik lainnya dalam kondisi baik;

9) berikan handphone sesuai indikasi;

10) pastikan bahwa volume musik adekuat dan tidak terlalu keras;

11) hindari menghidupkan musik dan dibiarkan dalam waktu yang lama;

12) fasilitasi pertisipasi aktif klien jika hal ini diinginkan klien dan sesuai dengan tempat;
13) hindari stimulasi musik setelah injuri kepala akut.

Pada saat memberikan terapi musik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah jenis musik yang akan diberikan. Terdapat beberapa jenis musik,
misalnya musik klasik, musik rock, musik gamelan, musik instrumental dan lain–lain.
Kebanyakan lansia mengatakan lebih menyukai musik – musik tradisional (Hidayat, 2016).
Salah satu musik tradisional yang berpengaruh dalam relaksasi adalah tradisional cina.
Musik tradisional cina dikenal sebagai musik yang memiliki tempo lamban, lembut, dan
juga santai, namun ada juga yang bertempo cepat sehingga dapat menimbulkan perasaan
tenang dan mengurangi ketegangan otot bagi para pendengarnya dan mengurangi kesepian
pada lansia (Liu, 2014).

3. LOGOTERAPI

Menurut Sirril Wafa et al 2023 dalam jurnalnya yang berjudul,” Peran Logoterapi
Untuk Mengurangi Kesepian Pada Kelompok Lansia Perempuan Di Panti Wreda”
penelitian ini menggunakan pendekatan logoterapi dengan teknik Panca Cara Temukan
Makna, suatu pendekatan intervensi jenis logoterapi yang telah disesuaikan sesuai kultur
budaya Indonesia oleh Bastaman, logoterapi menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007)
merupakan suatu pendekatan untuk mengajak individu untuk menemukan dan meriah
makna hidup yang lebih bermakna, pada pelaksanaannya terdapat tiga asas utama dari
logoterapi pertama, hidup harus tetap memiliki makna dalam segala situasi apapun,
sekalipun dalam situasi kesulitan, sedih dan menderita. Kedua, setiap individu memiliki
kebebasan yang tidak terbatas untuk menemukan makna hidupnya. Ketiga, setiap hidup
yang lebih bermakna, pada pelaksanaannya terdapat tiga asas utama dari logoterapi
pertama, hidup harus tetap memiliki makna dalam segala situasi apapun, sekalipun dalam
situasi kesulitan, sedih dan menderita. Kedua, setiap individu memiliki kebebasan yang
tidak terbatas untuk menemukan makna hidupnya. Ketiga, setiap individu diyakini
memiliki kemampuan untuk mengambil sikap secara mandiri terhadap peristiwa yang tidak
menguntungkan baginya (Bastaman, 2007; Widowati et al., 2018).Intervensi logoterapi
akan dilaksanakan dalam setting kelompok, terapi kelompok sendiri merupakan sebuah
treatment yang dilakukan dengan cara menyertakan beberapa orang dalam sebuah
kelompok kecil yang didampingi oleh satu terapis atau lebih yang terlatih dalam proses
terapi (Lubis & Hasnida, 2016). individu diyakini memiliki kemampuan untuk mengambil
sikap secara mandiri terhadap peristiwa yang tidak menguntungkan baginya (Bastaman,
2007; Widowati et al., 2018). Intervensi logoterapi akan dilaksanakan dalam setting
kelompok, terapi kelompok sendiri merupakan sebuah treatment yang dilakukan dengan
cara menyertakan beberapa orang dalam sebuah kelompok kecil yang didampingi oleh satu
terapis atau lebih yang terlatih dalam proses terapi (Lubis & Hasnida, 2016). Penggunaan
Terapi kelompok berperan menstimulasi interaksi antara lansia selama proses intervensi,
dimana penelitian Nuraini et al., (2018) menyebutkan terhadap hubungan interaksi sosial
terhadap kesepian pada lansia, dimana semakin intens interaksi sosial yang dimiliki
semakin rendah tingkat kesepian yang dialami. Dengan demikian diharapkan pemberian
terapi kelompok turut membantu mengembangkan interaksi sosial lansia selama terapi
berlangsung.

4. TERAPI KOGNITIF

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azizah & Rahayu (2016) menyatakan bahwa
kesepian terkait dengan pikiran-pikiran negatif individu terhadap dirinya. Pikiranpikiran
negatif itu adalah merasa terasing dan terkucil, merasa tidak mempunyai harapan, merasa
harga diri rendah. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan menghindari kontak-
kontak sosial tertentu secara terus menerus akibatnya akan mengalami kesepian. Terapi
kognitif melatih diri lansia menyadari cara berpikirnya yang salah, kemudian lansia harus
belajar cara merespons cara pikir yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dari
perspektif kognitif, lansia dilatih untuk mengenal dan menghilangkan berbagai pikiran dan
harapan negatif. Terapi kognitif mempengaruhi korteks serebri yang memiliki dimensi
kognisi dan emosi. Terapi kognitif membantu klien mengenali pikiran negatif yang muncul,
sehingga hal ini akan membuat persepsi yang positif. Persepsi yang positif
akanmempengaruhi koping yang positif. Koping yang positif akan membuat dimensi
kognitif menjadi positif (kognisi yang baik) dan peningkatan harga diri lansia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjelaskan efektifitas terapi kognitif terhadap peningkatan
harga diri lansia yang mengalami kesepian.

Kesepian adalah masalah yang meluas di antara orang tua dengan hubungan yang
kuat berdasarkan dukungan sosial, kesehatan mental dan fisik, dan Kognisi. Kesepian juga
bisa disebabkan oleh kurangnya perasaan tentang sosial hidup dengan seseorang. Namun,
menurut beberapa peneliti, perasaan kekurangan disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
kenyataan dan harapan (Arumdina, 2013). Terapi Perilaku Kognitif (CBT) adalah teknik
untuk memodifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif. Bantuan terapis
Individu mengganti interpretasi irasional peristiwa dengan lebih realistis Interpretasi. Atau,
ini membantu mengendalikan reaksi emosional yang terganggu, seperti kecemasan dan
depresi, dengan mengajari mereka cara yang lebih efektif untuk menafsirkan pengalaman
mereka (Mujib &; Mudzakkir, 2001). Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dianggap mampu
diterapkan berulang kali oleh klien tanpa bantuan dari terapis, jadi efektif untuk mengubah
pemikiran yang menyimpang tentang dia.

Tahapan terapi yang digunakan adalah:

1) Pendekatan kepada klien

2) Identifikasi masalah klien

3) Pengungkapan masalah yang dihadapi oleh klien

4) Pengungkapan keinginan klien untuk anaknya


5) Jelaskan pikiran positif melalui positif Pernyataan

6) Transisi dari pikiran negatif ke positif pikiran

7) Evaluasi

Menurut Melita Gusti Varadila dalam jurnal yang berjudul,”Cbt (Cognitive Behavior
Therapy) For Elderly With Moderate Loneliness Disorder”didapatkan hasil intervensi
terapi CBT (Cognitive Behaviour Therapy) Teknik mengurangi gangguan kesepian
moderat pada orang tua. Setelah terapi, Klien tidak lagi merasa kesepian karena klien sudah
memiliki aktivitas untuk didapatkan menghilangkan kesepian dan lebih cenderung
melakukan aktivitas dengan tetangga dekat, klien merasa bahwa klien peduli (Anak-anak
mereka harus bekerja dan mendapatkan uang untuk klien dukungan).Proses intervensi
untuk klien dapat berlangsung dengan lancar dan tepat sasaran Karena klien kooperatif
dengan baik. Keinginan klien untuk berubah untuk Lebih baik memudahkan praktisi dalam
memberikan konseling dan solusi Sehingga klien dapat berkomitmen dengan baik.
Tetangga klien juga dapat diundang ke Bekerja sama secara wajar ketika praktisi meminta
izin untuk wawancara tentang kehidupan klien.

5. TERAPI RELAKSASI GUIDED IMAGERY

Terapi relaksasi yang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membantu
mengurangi kesepian (loneliness) pada lansia yaitu Guided Imagery (meditasi
terbimbing, visualisasi, latihan mental dan self-hypnosis yang dipandu) merupakan teknik
yang lembut namun kuat yang memfokuskan imajinasi secara proaktif dan positif.
Penelitian yang dilakukan oleh (Widodo Dkk, 2015) dalam (Saifudin & Zakiah, 2018).
Guided Imagery Therapy merupakan sebuah teknik pikiran tubuh yang dianggap sebagai
suatu bentuk hipnotis yang dipandu melalui konsentrasi dan imajinasi pikiran. Guided
Imagery menghasilkan hormon endorphin. Neurohormon yang berhubungan dengan
sensasi yang menyenangkan. Endorphin akan meningkat didalam darah saat seseorang
mampu dalam keadaan rileks atau tenang sehingga dapat memberikan mood positif. Efek
emosi dan kognisi yang bernilai positif dapat memberikan efek persepsi positif yang
nantinya akan membuat koping dapat meningkat. Langkah - langkah melakukan
Teknik guided imagery adalah sebagai berikut :

1. Bina hubungan saling percaya


2. Jelaskan prosedur, tujuan, posisi, waktu, dan peran perawat sebagai pembimbing
3. Duduk atau berbaring di tempat yang tenang dan nyaman
4. Melonggarkan pakaian
5. Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangan dan saat itu perawat tidak perlu
bicara lagi. Klien diminta untuk menutup mata atau fokus pada suatu titik atau suatu
benda di dalam, jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernapasan dalam dan pelan
untuk bernafas kemudian dihembuskan.

Menurut penelitian Siti Kholifah et al 2022 dengan judul,”Pengaruh Terapi Relaksasi


Guided Imagery Terhadap Loneliness Pada Lansia di Panti Werdha Sumber Pendidikan
Mental Agama Allah” hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1 juni
2022 sampai dengan tanggal 21 juni 2022, peneliti menetapkan hasil bahwa hampir
seluruhnya lansia di Panti Werdha Sumber Pendidikan Mental Agama Allah
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan mengalami perubahan setelah diberikan
perlakuan terapi relaksasi guided imagery. Terapi relaksasi guided imagery diberikan
kepada lansia selama 3 minggu dengan frekuensi 2 kali seminggu selama 30 menit
dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase prelude, fase induction, fase imagery
experience, dan fase postlude. Fase pertama adalah prelude, pada fase ini individu
mengungkapkan keluhan yang sedang dirasakan. Fase kedua adalah induction pada
fase ini terapis akan memberikan sugesti verbal untuk merilekskan tubuh individu
dan mempersiapkan individu untuk mendengarkan music beserta bimbingan
imageri. Fase ketiga adalah Music-Imagery Experience, pada fase ini subjek akan
di beri bimbingan imageri dan diperdengarkan music. Fase keempat adalah postlude,
pada tahap ini adalah fase untuk mengakhiri proses guide imagery and music.

Anda mungkin juga menyukai