PENDAHULUAN
C. Penyebab
Menurut Sears et al. (2009: 216) orang yang kesepian cenderung lebih
tertutup dan pemalu, lebih sadar diri dan kurang asertif. Orang yang kesepian
sering memiliki keterampilan sosial yang buruk. Kesepian juga berkaitan
dengan kecemasan dan depresi. Ada dua faktor yang mendorong kesepian
(Cheryl & Parello 2008: 67 ) yaitu :
1. Faktor situasional
Faktor ini mengenai situasi kehidupan yang dialami ketika perasaan
seseorang akan menjadi kesepian. Situasi kehidupan, seperti
perceraian, perpisahan, sosial situasi individu dirawat di rumah sakit
atau sakit kronis anak-anak atau anggota keluarga, dan mereka yang
baru saja pindah kelingkungan baru.
2. Faktor characterological
Characterological faktor yang mendorong kesepian adalah ciri-ciri
kepribadian seperti introversi, rasa malu, dan rendah diri. Individu
dengan ciri-ciri kepribadian dapat dilihat di lingkungannya. Sejumlah
faktor telah dihipotesiskan untuk berkontribusi kesepian seperti
karakteristik demografi, pengaturan hidup, dan karakteristik
kepribadian. Pendapat dan penilaian diri akan status kesehatan juga
telah disarankan sebagai kontributor untuk kesepian. Alpass & Neville
(2010:212) menemukan 30 keterbatasan fisik, kurangnya perawatan
kesehatan, sikap, dan lainnya yang signifikan berkontribusi terhadap
kesepian pada lansia. Kesepian dapat mengancam perasaan nilai
pribadi dan merusak kepercayaan pada kemampuan untuk
mengembangkan dan memelihara hubungan interpersonal (Alpass &
Neville, 2010: 213)
D. Penanganan
Terdapat dua cara yang bisa ditempuh oleh lansia untuk dapat
menghilangkan rasa kesepian yang dialami :
a. Dari lansia itu sendiri
Seorang lansia di rumah dapat menjalin kontak sosial dengan teman,
tetangga atau sanak saudara.
Misalnya aktif dalam berbagai kegiatan sosial, senam, paduan suara,
hobi, atau kegiatan keagamaan. Bahkan kegiatan ini perlu
dipersiapkan dan dirintis sejak pralansia. Kegiatan dan keterikatan
dalam kelompok akan menghadirkan nuansa kegembiraan pada saat
pertemuan berlangsung. Setidaknya lansia memiliki agenda kapan
bisa bertemu dengan teman-teman untuk saling bertukar informasi
dan bersendau gurau. Kegiatan periodik ini merupakan kegiatan yang
dinanti-nantikan serta mampu membangkitkan semangat hidup.
Mengingat arti penting kegiatan sosial ini maka setiap kegiatan perlu
diisi dengan acara yang bersifat meningkatkan kualitas hidup baik
fisik maupun psikisnya.
Kontak sosial tidak harus dalam arti kontak secara fisik.
Jika kontak fisik tidak dapat dilakukan lansia bisa menggunakan
media yang mampu membantu lansia untuk melakukan kontak sosial
yaitu melalui telpon, surat atau e-mail, kiriman lagu lewat radio, atau
cara lain yang menjadi penghubung dengan orang lain. c. Bila rasa
kesepian datang agar melakukan suatu aktivitas seperti : membaca,
menulis, mendengarkan musik, melihat TV, berjalan-jalan,
berbelanja, menyiram tanaman, memberi makan binatang peliharan,
menyapu, menyanyi, mengatur buku, membersihkan kamar, dan
kegiatan lain yang mungkin dilakukan yang menimbulkan rasa
senang dan sibuk untuk menghalau kesepian, menelpon atau
mengunjungi teman untuk mengobrol, diskusi, atau membicarakan
sesuatu).
Secara sistematis dapat juga dengan langkah sebagai berikut:
1. Catat kegiatan yang mendatangkan rasa senang dan lakukan
dalam agenda kegiatan sehari-hari,
2. Tingkatkan kegiatan dan hindari waktu luang yang panjang,
berkomunikasi dengan orang lain sehingga memperoleh
dukungan dan stimulan dari orang lain.
3. Tingkatkan berfikir positif dan pelajari terus serta praktekkan cara
untuk lebih nyaman.
b. Dari pihak orang lain
Penanganan dari pihak lain baik oleh anak, cucu, sanak keluarga
maupun orang lain yang peduli pada lansia. Keuntungannya selain
mengurangi rasa kesepian juga memonitor kondisi kesehatan.
Disediakan radio, TV , telpon dan lain sebagainya. Adanya tetangga
dekat sangat besar perannya. Bahkan ada yang sengaja berjualan
dengan tujuan agar tidak kesepian.
B. Karakteristik Spiritual
Adapun karakteristik spiritualitas menurut Hamid (2000) meliputi :
1. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance)
meliputi: pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya)
dan sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan,
ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri).
2. Hubungan dengan alam (harmoni) meliputi: mengetahui tentang tanaman,
pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam (bertanam,
berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi alam.
3. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif) meliputi: berbagi
waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak,
orang tua dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian
(mengunjungi, melayat dll), dikatakan tidak harmonis apabila: konflik
dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan
friksi.
4. Hubungan dengan Ketuhanan (agamais atau tidak agamais) meliputi:
sembahyang atau berdoa atau meditasi, perlengkapan keagamaan dan
bersatu dengan alam (hamid, 2000)
C. Dimensi Spiritual
Menurut Koezier & Wilkinson, (1993), dimensi spiritual adalah upaya
untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi
stres emosional, penyakit fisik atau kematian.
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan
dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan
seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas sebagai konsep
dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain
dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua
dimensi tersebut (Hawari, 2002).
D. Perkembangan Spiritual Lansia
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak
waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan
berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda.
Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi
kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan
mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat
membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam
kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai
sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut
usia antara lain:
1. Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
2. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler :
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.
DAFTAR PUSTAKA