Anda di halaman 1dari 7

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol.

6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN KESEPIAN


(LONELINESS) PADA DEWASA MUDA LAJANG
Indah Putri Sari1
Ratih Arruum Listiyandini2

Fakultas Psikologi, Universitas Yarsi


1
indah17putri@gmail.com
2
ratih.arruum@gmail.com, ratih.arruum@yarsi.ac.id

ABSTRAK

Masa dewasa muda merupakan proses untuk membentuk suatu keluarga, mendapatkan
pekerjaan dan memilih teman. Tahap perkembangan yang akan dilalui dewasa muda yaitu
intimacy vs isolation. Apabila individu belum dapat menjalin hubungan interpersonal
dengan orang lain, maka ia akan mengalami perasaan terisolasi. Oleh karena itu, dewasa
muda lajang yang belum memiliki pasangan dianggap sudah memasuki usia kritis dan
memiliki resiko mengalami depresi dan kesepian. Kesepian merupakan emosi negatif yang
muncul karena adanya kesenjangan hubungan sosial antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang ada. Oleh karena itu, individu membutuhkan peran resiliensi. Resiliensi
merupakan kualitas pribadi yang memungkinkan seseorang bangkit ketika menghadapi
kesulitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan
kesepian (loneliness) pada dewasa muda lajang serta tinjauannya dalam Islam. Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi terkait mengatasi
kesepian pada dewasa muda lajang. Subjek penelitian berjumlah 200 orang di Jakarta
dengan rentang usia 22-33 tahun. Pengukuran menggunakan adaptasi alat ukur CD-RISC
dan UCLA Loneliness Scale. Berdasarkan uji korelasi ditemukan hasil r = -0,324 dan p =
0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan dan bersifat negatif. Artinya apabila
resiliensi pada individu dewasa muda lajang rendah maka kesepian (loneliness) yang
dirasakan individu dewasa muda lajang tinggi dan sebaliknya apabila resiliensi tinggi maka
kesepian (loneliness) rendah.Resiliensi memiliki kontribusi dalam menurunkan kesepian
sebesar 10,5%. Dengan demikian, untuk mengatasi kesepian individu membutuhkan
kemampuan resiliensi seperti percaya pada diri sendiri dan membangun interaksi sosial
yang baik.
Kata Kunci: dewasa muda, lajang, resiliensi, kesepian

PENDAHULUAN pada dewasa muda adalah dari teman dan


Masa dewasa muda merupakan pasangan. individu dewasa muda dengan
awal dari suatu tahap kedewasaan dalam usia 30-an yang belum memiliki pasangan
rentang kehidupan seseorang. Rentang usia atau hidup sendiri dianggap sudah
dewasa muda adalah antara usia 20 hingga memasuki usia kritis (critical age)
40 tahun (Papalia, dkk, 2004). Menurut (Hurlock dalam Huda, 2012).
teori perkembangan psikososial Erikson Sampai saat ini memang belum ada
(Papalia, dkk, 2004), masa dewasa muda data pasti yang menggambarkan jumlah
ditandai dengan tahapan intimacy vs penduduk Indonesia yang tidak
isolation. Intimacy dapat dicapai dengan mempunyai pasangan romantis (lajang),
menjalin hubungan interpersonal yang tetapi jumlah populasi melajang dari
intim dan membuat komitmen dengan tahun ke tahun semakin meningkat. Lebih
orang lain. Jika hal ini tidak terpenuhi dari 3 dekade, jumlah orang yang hidup
maka seseorang akan mengalami perasaan sendiri meningkat 2 kali lipat (dalam
terisolasi. Dua sumber utama intimacy artikel “Kesepian Ternyata Sumber

Sari dan Listiyandini, Hubungan Antara Resiliensi… P-45


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Pemicu Depresi”, 29 Agustus 2012). Kesepian? Hati-hati Maut Mengancam”,
Diperoleh data dari 9 juta penduduk di 13 Maret 2012) dengan melibatkan
kota Jakarta, sebanyak 680.000 orang sekitar 1.300 orang. Penelitian
diidentifikasi sebagai penduduk muda menemukan bahwa individu dengan usia
yang masih belum memiliki pasangan di atas 18 tahun mengalami kesepian di
(dalam “PMJa-karta.com Sasar usia remaja hingga dewasa awal.
Profesional Muda Lajang”, 30 April Penyebab dari kesepian pada
2014). Data statistik juga mengatakan individu menurut psikiater Indonesia,
bahwa penduduk Jakarta yang melajang Dadang Hawari (dalam artikel “Sepi
memiliki tingkat kebahagiaan yang Mendekati Mati”, 12 Maret 2012) bisa
rendah (dalam koran kompas “Betulkah dipengaruhi oleh kehidupan sosial yang
Lajang Jakarta Merana?”, 22 Maret 2015). hanya sedikit mempunyai jaringan
Hidup melajang dapat menimbulkan pertemanan. Selain itu, dapat juga karena
kekecewaan dalam diri karena merasa ketidakcocokan dengan lingkungan sekitar
tidak diterima dan menjadi bahan sehingga merasa kesepian di tengah
pembicaraan dalam masyarakat (Kemala keramaian. Individu yang mengalami
& Puspitawati dalam Arumdina, 2013). kesepian mempunyai persepsi negatif
Dewasa muda sebagai makhluk tentang diri sendiri (Robinson dalam
sosial membutuhkan kehadiran orang lain Oktaria, 2013). kesepian meningkatkan
untuk memenuhi kebutuhannya, baik itu kemungkinan terjadinya kematian dini
biologis, sosial maupun religiusitas. Tidak sebesar 14 persen (dalam artikel “Kesepian
terpenuhinya kebutuhan dalam memiliki Itu Tidak Baik Bagi Kesehatan”, 6 Maret
hubungan intim dengan lawan jenis, bisa 2014). Penelitian yang dilakukan oleh
menjadi penyebab guncangan jiwa bagi Wheeler, Reis, dan Nezlex (dalam Nanda,
individu lajang (Huda, 2012). Manfaat 2013) menunjukkan bahwa tingkat
yang diperoleh ketika seseorang menjalin kesepian individu yang memiliki pasangan
hubungan intim, yaitu mampu memiliki lebih sedikit dibanding individu yang
rasa empati, dapat memberikan dukungan lajang, bahkan perbedaannya mencapai
emosional, kemampuan untuk bersikap 85%.
terbuka, dan kemampuan dalam Dalam mengatasi berbagai
mengatasi konflik (Buhrmester, dalam masalah, individu membutuhkan peran
Arumdina, 2013). Namun, jika hal ini resiliensi. Resiliensi merupakan sebuah
tidak terpenuhi maka individu lajang atribut penting yang menjadi kemampuan
tersebut akan merasa kesepian. individu untuk memberikan ketegaran
Kesepian (loneliness) adalah emosi dalam menghadapi segala tantangan dalam
negatif yang muncul karena adanya kehidupan secara sukses (Wijasena dalam
kesenjangan hubungan sosial yang Rosyani, 2012). Tidak berarti bahwa
diharapkan dengan kenyataan yang ada, resiliensi merupakan suatu sifat (traits),
baik secara kualitas maupun kuantitas melainkan lebih merupakan suatu proses
(Russel, Peplau dan Cutrona, 1980). Hasil (process). Penelitian ilmiah yang telah
survey yang dilakukan oleh sebuah dilakukan lebih dari 50 tahun telah
Yayasan Kesehatan Jiwa terhadap 2000 membuktikan bahwa resiliensi adalah
responden di Amerika Serikat kunci dari kesuksesan kerja dan kepuasan
menunjukkan bahwa 10 persen responden hidup (Reivich & Shatte, 2002). Menurut
merasa kesepian (dalam artikel “Kesepian Lopez (2009) (dalam artikel ”Kemiskinan
Itu Tidak Baik Bagi Kesehatan”, 6 Maret dan Resiliensi”, 27 Februari 2012)
2014). Terdapat sebuah penelitian ada keterkaitan kuat antara kemampuan
mengenai kesepian dari Belfast Institute, beradaptasi dalam situasi beresiko
Inggris, yang dilaporkan Journal of seperti tekanan hidup dan pengalaman stres
Clinical Nursing (dalam artikel “Sering dengan kesehatan mental seseorang.

P-46 Sari dan Listiyandini, Hubungan Antara Resiliensi…


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Individu yang resilien disebut sebagai yang digunakan dalam penelitian ini
individu yang berorientasi pada tujuan. Hal menggunakan rancangan sampel
tersebut akan mendorongnya untuk selalu nonprobability, dengan metode sampel
bangkit dan terus maju ketika menghadapi yang digunakan adalah sampling
kesulitan. insidental.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin
mencari tahu sejauh mana resiliensi yang Uji Validitas dan Reliabilitas
tinggi pada individu dewasa muda lajang Hasil uji validitas alat ukur
dapat memprediksi kemampuannya untuk resiliensi dan loneliness dilakukan kepada
mengatasi kesulitan, termasuk kesepian 51 orang dewasa muda lajang. Analisis
yang dialaminya. Dewasa muda lajang aitem yang menunjukkan bahwa nilai
yang resilien diharapkan mampu corrected item total correlation > 0.2 maka
beradaptasi sehingga kesepian yang semua aitem yang dikatakan baik untuk
dirasakannya akan menurun. Maka dari itu, digunakan. Aitem yang dikatakan baik
peneliti ingin mengetahui hubungan untuk digunakan pada alat ukur loneliness
resiliensi dengan kesepian (loneliness) ada 19 aitem dan 1 aitem dinyatakan
pada dewasa muda lajang. Penelitian ini gugur, yaitu nomor 17 yang berbunyi
bertujuan untuk mengetahui hubungan “Seberapa sering Anda merasa malu?”.
antara resiliensi dengan kesepian Setelah melakukan pertimbangan aspek
(loneliness) pada dewasa muda lajang. kualitatif dan nilai corrected item total
correlation aitem 17 yaitu 0,156 (p< 0,2)
METODE peneliti memutuskan untuk menghapus
aitem.
Desain Penelitian Pengujian reliabilitas alat ukur
Penelitian ini menggunakan resiliensi (CD-RISC) dilakukan saat try out
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini kepada 130 orang individu dengan usia
menggunakan rancangan penelitian dewasa. Perhitungan tersebut diperoleh
asosiatif dan jenis penelitian pada koefisien reliabilitas sebesar α=0,857
penelitian ini adalah non-eksperimental. untuk alat ukur resiliensi. Sedangkan
pengujian reliabilitas alat ukur Loneliness
Alat Ukur dilakukan saat try out kepada 51 orang
Resiliensi dan Loneliness yang dewasa muda lajang. Teknik yang
dimiliki oleh subjek penelitian dapat digunakan yaitu Cronbach’s Alpha, maka
diketahui dari total skor skala. Semakin diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
tinggi skor total seseorang, maka semakin 0,849.
tinggi resiliensi seseorang. Sebaliknya,
semakin rendah skor seseorang, maka HASIL
semakin rendah resiliensi seseorang.
Hasil Analisis Data
Sampel Uji normalitas
Sampel pada penelitian ini adalah Hasil uji normalitas yang
200 orang dewasa muda lajang yang menunjukkan nilai signifikansi yaitu 0,815
tinggal di wilayah DKI Jakarta, dengan (p > 0,05). Berdasarkan pada data yang
kriteria subjek merupakan dewasa muda didapatkan maka dapat dikatakan bahwa
yang berada pada rentang usia 22-33 tahun sebaran data normal atau berdistribusi
berdasarkan usia batasan dewasa awal normal.
menurut Levinson (dalam Dariyo, 2008) Uji Linieritas
dan berjenis kelamin laki-laki dan Hasil uji linier menunjukkan
perempuan yang belum memiliki p=0.308 dimana menurut Nisfianoor
pasangan. Teknik pengambilan sampel (2009) mengatakan p > 0.05 adalah linier.

Sari dan Listiyandini, Hubungan Antara Resiliensi… P-47


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
memiliki tingkat resiliensi lebih tinggi di
Uji Korelasi bidang spiritualnya adalah perempuan
Nilai korelasi antara resiliensi (µ=6.621) dibandingkan laki-laki
dengan loneliness sebesar r= -0,324 dan (µ=6.105).
nilai signifikansi p=0,000 (p ≤ 0,05). Nilai
signifikansi p ≤ 0,05 maka dapat PEMBAHASAN
diinterpretasikan hipotesis diterima, yang Berdasarkan hasil uji analisis data
artinya terdapat hubungan yang signifikan didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
(Sunjoyo, 2013) antara resiliensi dengan signifikan antara resiliensi dengan
loneliness pada dewasa muda lajang dan kesepian (loneliness) pada dewasa muda
nilainya negatif. Artinya semakin tinggi lajang. Hubungan tersebut tergambar pada
tingkat resiliensi individu, maka semakin uji korelasi yang menghasilkan nilai
rendah tingkat kesepian (loneliness) signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan
individu dewasa muda lajang. Sebaliknya, bahwa resiliensi dapat dijadikan prediktor
semakin rendah tingkat resiliensi individu, untuk memprediksi atau mengukur tingkat
maka semakin tinggi tingkat kesepian kesepian (loneliness) pada dewasa muda
(loneliness) individu dewasa muda lajang. lajang di Jakarta.
Dengan r= -0,324 (p=0.000, p<0.01), nilai Koefisien korelasi sebesar 0,324
korelasi dapat diartikan bahwa hubungan berada pada rentang interval nilai r = 0,2 –
antara resiliensi dan loneliness tergolong 0,4 (Sugiyono, 2010). Hal ini
rendah (Sugiyono, 2010). menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang negatif dengan kekuatan hubungan
Uji Regresi yang rendah. Artinya, apabila resiliensi
Hasil uji regresi antara resiliensi pada individu dewasa muda lajang rendah
dan loneliness didapatkan nilai F=23,145 maka kesepian (loneliness) yang dirasakan
dan p=0,000 yang artinya resiliensi individu dewasa muda lajang tinggi dan
berperan secara signifikan terhadap sebaliknya apabila resiliensi tinggi maka
loneliness pada dewasa muda lajang. kesepian (loneliness) rendah. Tingkat
Selain itu didapatkan juga koefisien resiliensi pada diri seseorang biasanya
determinasi (R square) yaitu 0,105 atau berhubungan positif dengan kepercayaan
10,5% yang artinya resiliensi berkontribusi diri, disiplin yang tinggi, keberanian
dalam menurunkan loneliness sebesar terhadap lingkungan dan optimisme dalam
10,5% dan 89,5% dipengaruhi faktor lain. menghadapi kesulitan serta kemampuan
kognitif yang baik (Porztky, dkk dalam
Uji Beda Rosyani, 2012).
Peneliti melakukan analisis Resiliensi memiliki peran yang
tambahan dengan beberapa teknik signifikan terhadap loneliness yaitu sebesar
penghitungan statistik untuk melihat 10,5% dan 89,5% diperankan oleh faktor
apakah terdapat perbedaan setiap dimensi lain. Dewasa muda lajang dengan resiliensi
resiliensi antara kelompok-kelompok yang baik akan memiliki loneliness yang
responden berdasarkan faktor-faktor cenderung rendah. Kesepian menurut
demografis. Setelah dilakukan analisis data Russel, Peplau dan Cutrona (1980)
demografis dengan setiap dimensi merupakan emosi negatif yang muncul
resiliensi, memperlihatkan bahwa adanya karena kesenjangan hubungan sosial yang
hubungan yang signifikan pada resiliensi diharapkan. Upaya dalam mengatasi
dimensi spiritual t= -2.322 dengan kesenjangan sosial yang diharapkan,
signifikansinya yaitu 0.021 (p < 0.05) jika dewasa muda lajang dapat memperhatikan
ditinjau dari jenis kelamin dewasa muda faktor dari resiliensi yaitu penerimaan
lajang. Jika ditinjau dari mean resiliensi positif dalam menghadapi perubahan
pada dimensi spiritual, maka yang (Connor dan Davidson, 2008). Artinya

P-48 Sari dan Listiyandini, Hubungan Antara Resiliensi…


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
dewasa muda lajang yang resilien mampu instrumental berupa tindakan, ungkapan
beradaptasi dan menerima kondisi lajang rasa cinta, perhatian, simpati dan rasa
secara positif sehingga ia dapat kebersamaan. Oleh karena itu, meskipun
membangun interaksi sosial yang baik. pria atau wanita dewasa muda yang lajang
Dewasa muda lajang yang memiliki tidak mendapatkan sumber dukungan dari
resiliensi tinggi juga akan mampu pasangan, mereka masih mendapatkan
mengendalikan emosi. Connor dan dukungan dari sumber lain, seperti
Davidson (2003) menjelaskan individu keluarga, sahabat dan rekan kerja. Dalam
yang percaya pada diri sendiri, ia mampu penelitian ini responden yang mendapatkan
bertoleransi terhadap afek negatif. dukungan sosial dari keluarga mampu
Meskipun dewasa muda lajang ini mengatasi kesulitan dengan meningkatkan
mendapatkan ejekan dari lingkungan, ia resiliensi pada dirinya.
akan mampu tegar dalam mengatasi Berdasarkan hasil analisis faktor
berbagai emosi negatif, seperti perasaan demografis dengan dimensi resiliensi
murung, sedih, tidak bersemangat dan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan
merasa tidak berharga. Hasil penelitian ini yang signifikan yaitu pada resiliensi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan dimensi spiritual jika ditinjau dari jenis
oleh Francisca (2004) yaitu individu yang kelamin dewasa muda lajang. Nilai
memiliki resiliensi tinggi akan memiliki signifikansi sebesar 0.021 (p < 0.05).
kecenderungan depresi yang lebih rendah. Laki-laki dan perempuan memiliki
Untuk variabel loneliness sebagian perbedaan kemampuan resiliensi,
besar responden lebih banyak pada perempuan memiliki skor rata-rata lebih
kategori rendah (32orang) dibandingkan tinggi daripada laki-laki. Hasil analisis
dengan kategori tinggi (28orang). Tingkat faktor demografis ini sejalan dengan
kesepian yang berada pada kategori penelitian yang dilakukan oleh Fara
rendah, sangat bertentangan dengan (2012) yang hasilnya adalah responden
pendapat Nurwidodo dan Poerwati (dalam perempuan memiliki skor rata-rata
Wahidah & Cynthia, 2012) yang resiliensi lebih tinggi daripada laki-laki.
mengatakan bahwa pada usia dewasa muda Hal ini kemudian dijelaskan dalam
merupakan masa kesepian bagi penelitian Pew Research Center (dalam
kebanyakan kaum dewasa. Namun, hasil Basri, 2014) mengenai pengaruh jenis
tersebut sejalan dengan penelitian yang kelamin terhadap religiusitas. Hasilnya
dilakukan oleh Nanda (2013), bahwa adalah sebanyak 77% perempuan lebih
kesepian yang dialami dewasa muda lajang sering berdoa dan memiliki suatu
memiliki mayoritas kategori rendah. Hal kepercayaan penuh akan adanya Tuhan
ini berarti sebagian besar dewasa muda atau malaikat, sedangkan laki-laki hanya
yang melajang tidak memiliki kesenjangan 65%. Perempuan cenderung untuk lebih
antara hubungan sosial yang dicapai terbuka mengenai persoalan pribadi dan
dengan hubungan sosial yang diinginkan. lebih mempunyai hubungan yang erat
Responden dinilai merasa puas dengan dengan lingkungan serta perempuan lebih
hubungan sosial yang dicapai saat ini. belajar ke arah empiris, tergantung pada
Peneliti menduga bahwa hal ini terjadi pengalaman atau pengamatan yang
karena sebagian besar responden merupakan dasar dari kepercayaannya.
tampaknya masih mendapatkan dukungan Perempuan suka melakukan ibadah harian
sosial yang cukup dari anggota dibandingkan laki-laki. Penelitian yang
keluarganya. Berdasarkan hasil faktor sama juga dilakukan oleh Rodney Stark
demografis, responden sebagian besar (dalam Basri, 2014) hasilnya adalah laki-
tinggal bersama keluarga. Huda (2012) laki tidak mempunyai kesadaran terhadap
mengatakan bahwa keluarga merupakan hukum agama, tidak mempunyai pikiran
dukungan sosioemosional yang bersifat jauh ke depan dan laki-laki mempunyai

Sari dan Listiyandini, Hubungan Antara Resiliensi… P-49


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
ketidak-mampuan untuk menahan hawa
nafsu. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis kaitan Hasil yang diperoleh setelah
faktor demografis dengan loneliness melakukan analisis menunjukkan bahwa
memperlihatkan bahwa faktor demografis terdapat hubungan yang signifikan antara
tidak berhubungan signifikan dengan resiliensi dengan kesepian (loneliness)
loneliness. Usia, jenis kelamin, tempat pada dewasa muda lajang. Hubungan ini
tinggal, pendidikan terakhir, suku, dan bersifat negatif dengan artian semakin
pekerjaan tidak berkaitan dengan kesepian tinggi skor resiliensi subjek, maka semakin
yang dirasakan individu. Namun, rendah skor loneliness subjek.
penelitian Mahargyaningrum (dalam Resiliensi berperan signifikan dalam
Septiningsih dan Naimah, 2010) terkait menurunkan loneliness, kontribusi
kesepian yang dialami laki-laki dan resiliensi dalam menurunkan loneliness
perempuan mengatakan bahwa terdapat adalah sebesar 10,5% dan sisanya
hubungan signifikan. Laki-laki kurang dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 89,5%.
merasa kesepian dibanding perempuan,
dikarenakan laki-laki mampu mereal- Saran
isasikan dirinya terhadap lingkungan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dengan mudah. dilakukan, maka saran-saran yang dapat
Dalam riset selanjutnya perlu diberikan pada penelitian selanjutnya:
ditemukan faktor-faktor demografis lain 1. Diharapkan dapat mengetahui
yang terkait dengan kesepian, seperti variabel-variabel lain yang memi-
jumlah teman dan jumlah orang yang liki hubungan terhadap resiliensi
dapat diandalkan saat butuh bantuan dan loneliness. Selain itu,
(Huda, 2012). Faktor lain yang dapat penelitian selanjutnya juga bisa
mempengaruhi tingkat kesepian individu menambahkan faktor-faktor demo-
dewasa muda lajang yaitu dukungan grafis yang lebih berkaitan dengan
sosial (Huda, 2012). Seseorang yang variabel resiliensi dan variabel
mendapatkan dukungan sosial loneliness, seperti jaringan perte-
memperlihatkan kesejahteraan yang lebih manan.
baik dalam berbagai tingkat stres 2. Diharapkan memperhatikan propor-
dibandingkan dengan orang yang kurang si pengambilan sampel penelitian
memperoleh dukungan sosial (Cutrona berdasarkan jenis kelamin. Selain
dalam Huda, 2012). Oleh karena itu, pada itu dibutuhkan pertimbangan
penelitian selanjutnya perlu ditambahkan jumlah subjek pada setiap daerah
faktor demografis lain seperti yang ada di Jakarta.
keikutsertaan dalam komunitas tertentu, 3. Diharapkan peneliti dapat menam-
atau jumlah jaringan pertemanan saat ini. bahkan rentang usia responden
Peneliti memiliki keterbatasan yaitu usia 34 hingga 40 tahun,
dalam penelitian ini yaitu dari teknik untuk melihat perbedaan kesepian
sampling yang digunakan adalah yang dialami.
insidental sampling. Selain itu, peneliti 4. Rata-rata responden memiliki ting-
tidak menentukan jumlah responden laki- kat loneliness yang sedang. Hal
laki dan perempuan dengan jumlah yang tersebut perlu diperhatikan agar
setara. Diharapkan untuk penelitian tidak menimbulkan dampak negatif
selanjutnya menggunakan teknik (seperti: kematian dan depresi)
sampling kuota agar dapat melihat pada dewasa muda lajang. Pada
perbedaan variabel resiliensi dan mereka yang memiliki rata-rata
loneliness pada jenis kelamin laki-laki dan tingkat resiliensi yang sedang, perlu
perempuan. dipertahankan agar dapat mengatasi

P-50 Sari dan Listiyandini, Hubungan Antara Resiliensi…


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 2015
UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
kesulitan seperti kesepian. Selain Perempuan pada Perempuan Lajang
itu, juga terdapat responden yang Dewasa Muda. Skripsi.
memiliki tingkat loneliness yang Pascasarjana Fakultas Psikologi
tinggi sebanyak 28 orang dan Universitas Indonesia. Depok.
memiliki tingkat resiliensi yang Oktaria, R. (2013). Kesepian Pada Usia
rendah sebanyak 26 orang. Oleh Pria Lanjut Usia yang Melajang. E-
karena itu, diharapkan kepada Jurnal Psikologi. Jakarta: Fakultas
praktisi psikolog untuk mem- Psikologi Universitas Gunadarma.
berikan tindakan seperti pelatihan Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R.
atau konsultasi pribadi sebagai D. (2004). Human Development.
upaya meningkatkan resiliensi (9th ed.). New York: The Mc
sehingga kesepiannya bisa teratasi. Graw-Hill Companies, Inc.
Reivich, K., & Shatte. (2002). A. The
DAFTAR PUSTAKA Resilience Factor. New York:
Arumdina, A. F. (2013). Pengaruh Random House, Inc.
Kesepian Terhadap Pemilihan Rosyani, C. R. (2012). Hubungan Antara
Pasangan Hidup Pada Dewasa Resiliensi Dan Coping Pada Pasien
Awal Yang Masih Lajang. Jurnal Kanker Dewasa. Skripsi. Fakultas
Psikologi Pendidikan dan Psikologi Universitas Indonesia
Perkembangan. Vol. 2 No. 03 Program Studi Sarjana Reguler.
Desember 2013. Depok.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Russel, D. W., Peplau, L. A., & Cutrona,
Validitas Edisi 4. Yogyakarta: C. E. (1980). The Revised UCLA
Pustaka Belajar. Loneliness Scale : Concurrent and
Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. Discriminant Validity Evidence.
(2003). Development Of A New Journal of Personality and Social
Resilience Scale: The Connor- Psychology, Vol. 39 (3), 472-480.
Davidson Resilience Scale (CD- Russel, D. W. (1996). UCLA Loneliness
RISC). Journal Of Depression And Scale Version-3: reliability, validity
Anxiety. Vol 18: 76-82. and factor structute. Journal of
Dariyo, A. (2008). Psikologi Personality Assessment. 20-40.
Perkembangan Dewasa Muda. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
Grasindo. Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Desmita. (2009). Mengembangkan Sunjoyo, S., et al. (2013). Aplikasi SPSS untuk
Resiliensi Remaja Dalam Upaya Smart Riset (Program IBM SPSS
Mengatasi Stres Sekolah. Ta’dib, 21.0). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Vol. 12, No. 1 (Juni 2009). Wahidah, F. N., & Cynthia, T. (2012).
Huda, N. (2012). Kontribusi Dukungan Hubungan Antara Kesepian
(Loneliness) Dengan Perilaku
Sosial Terhadap Kepuasan Hidup,
Parasosial Pada Wanita Dewasa Muda.
Afek Menyenangkan Dan Afek Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Tidak Menyenangkan Pada Dewasa Gunadarma.
Muda Yang Belum Menikah. Wijayanti, C. M. (2007). Faktor-faktor
Skripsi. Fakultas Psikologi Penyebab Wanita Karir Memilih
Universitas Gunadarma. Hidup Melajang. Skripsi. Fakultas
Kerlinger, F. N. (1986). Foundation Of Psikologi Universitas Katolik
Behavioral Reseacrh (3rd edition). Soegijapranata. Semarang.
Forth Worth: Harcout Brace
College Publishers.
Nurmala, I. S. (2006). Gambaran
Hubungan Ibu dan Anak

Sari dan Listiyandini, Hubungan Antara Resiliensi… P-51

Anda mungkin juga menyukai