Anda di halaman 1dari 22

Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 5, No.

1, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

DAMPAK BULLYING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN DI DKI JAKARTA DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN JIWA

1 2 3
Uswatun Chasanah , Thika Marliana , dan Dian Sulasmy
1) Mahasiswa Program Studi Keperawatan
2) Dosen Program Studi Keperawatan
Ilmu Keperawatan Universitas Respati Indonesia, Kampus FIKes URINDO,
Jl. Bambu Apus I No.3 Cipayung, Jakarta Timur – 13890
E-mail: urindo@indo.net.id

Abstrak :

Bullying yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa lebih kuat terhadap seseorang yang
lemah dan bermaksud untuk menyakiti yang bersifat fisik, verbal, atau psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi dampak bullying pada mahasiswa keperawatan di Jakarta dalam perspektif kesehatan jiwa.
Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah
mahasiswa keperawatan yang menjadi korban bullying yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang
dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan menerapkan tehnik
Collaizi. Penelitian ini menghasilkan 5 tema. Hasil penelitian menggambarkan tentang perilaku bullying yang
pernah dialami oleh partisipan diantaranya perilaku bullying yang nyata seperti aniaya fisik dan aniaya sosial.
Perilaku bullying yang terselubung seperti aniaya psikologis dan aniaya verbal. Dampak yang dialami oleh
partisipan meliputi dampak fisik, dampak psikologis, dan dampak sosial. Mekanisme koping yang digunakan oleh
partisipan meliputi penyelesaian masalah berfokus pada diri sendiri dan penyelesaian masalah berfokus pada
orang lain. Harapan partisipan meliputi harapan dari diri sendiri dan harapan terhadap lingkungan. Temuan
penelitian bullying ini dapat dimanfaatkan oleh program studi, hendaknya dapat dimasukan kedalam kurikulum
pembelajaran dan dikembangkan cara menyelesaikan dampak bullying pada mahasiswa.
Kata kunci : mahasiswa keperawatan , bullying, dampak bullying.
Daftar Pustaka: 58

Abstract :
Bullying is an act committed by a person who feels more strongly against someone who is weak and intended to
harm the physical, verbal, or psychological. This study aims to explore the impact of bullying on nursing students in
Jakarta in the mental health perspective. This study used a phenomenological design with in-depth interviews.
Participants were nursing students who are victims of bullying were obtained through purposive sampling. Data
collected in the form of recordings of interviews and field notes were analyzed by applying techniques Collaizi. This
study resulted in 5 themes. The results of the study illustrate that bullying behavior experienced by participants
including real bullying behavior such as physical persecution and social injustice. Bullying disguised as psychological
mayhem and verbal mayhem. Impact experienced by participants include physical impact, psychological impact,
and social impact. Coping mechanisms used by participants include problem solving focusing on yourself and focus
on problem solving others. Hope participants include expectations of yourself and hope for the environment.
Bullying research findings can be used by programs of study, should be incorporated into the curriculum and
develop learning how to resolve the impact of bullying on students.
Keywords: nurse students, bullying, bullying impact

PENDAHULUAN 8,37% dan usia 25-29% sebesar 8,97% dari


Mahasiswa merupakan penerus nilai-nilai luhur 237 641 326 jumlah jiwa penduduk Indonesia.
budaya dan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia Sementara jumlah penduduk di DKI Jakarta
serta sumber daya bagi pembangunan nasional berdasarkan data BPS (2010) usia 20-24 tahun
(Nugraha, 2011). Menurut Kementerian Pemuda dan sebesar 10,52% dan 11,92% usia 25-29 tahun dari
Olahraga RI dan UU 40/2009 tentang kepemudaan 2 693 896 jiwa. Rentang usia produktif termasuk
dalam Nugraha (2011), mahasiswa merupakan dalam kategori dewasa awal.
bagian dari pemuda yaitu seseorang yang berusia 18
(delapan belas) sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun. Dewasa awal sendiri menurut Keliat (2011) memiliki
Rentang usia produktif berdasarkan data statistik tugas perkembangan membangun interaksi yang
(2013) sebanyak 65,20% dari 4.538.919.696 jumlah akrab dengan orang lain, terutama lawan jenis dan
jiwa penduduk dunia. Jumlah penduduk di Indonesia mempunyai pekerjaan. Pada tahap ini, individu
menurut data BPS (2010) usia 20-24 tahun sebesar mencoba untuk mandiri dan mencukupi kebutuhan
356
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

dirinya dengan bekerja, berinteraksi dan menjadi dengan dunia luar. Hal tersebut dapat menyebabkan
bagian dari masyarakat, apabila individu mengalami individu mendapatkan bullying dari lingkungan kerja,
kegagalan dalam berhubungan akrab dan teman maupun pasangannya.
memperoleh pekerjaan dapat menyebabkan individu
menjauhi pergaulan dan merasa kesepian kemudian Bullying menurut O’Connel (2003) yaitu suatu
menyendiri. Dewasa awal biasanya dimulai pada tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa
akhir masa remaja (kira-kira usia 20 tahun) dan lebih kuat terhadap seseorang yang lemah dan
berakhir pada usia 40 tahun (Kaplan & Sadock, bermaksud untuk menyakiti yang bersifat fisik
2011). Masa dewasa awal ditandai oleh (memukul, menendang, meludah, mendorong),
memuncaknya perkembangan biologis dan verbal (mengejek, menggoda berbahaya, nama
merupakan waktu dimana kemandirian ekonomi dan panggilan, mengancam), atau psikologis
kepribadian terbentuk. (menyebarkan rumor, memanipulasi hubungan
sosial, atau mempromosikan pengucilan sosial,
Permasalahan yang terjadi di usia dewasa awal jika pemerasan, atau intimidasi). Menurut Yayasan
tugas perkembangan tidak terpenuhi menurut Hall, Sejiwa, (2005) bullying yaitu Suatu tindakan dengan
C dan Lindzey, G (2009) yaitu merasa terisolasi yaitu menggunakan kekuatan atau kekuasaan untuk
kecenderungan menghindari hubungan karena orang menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik
tidak mau melibatkan diri dalam ke intiman, terjadi secara verbal, fisik maupun psikologis, sehingga
kemunduran kepribadian dan mengalami stagnasi membuat korban merasa tertekan, takut dan tak
serta merasa putus asa. Menurut Kaplan & Sadock berdaya.
(2011) dewasa awal mungkin mengalami krisis yang
berat yang dimanifestasikan dengan masalah Bullying merupakan permasalahan yang sudah
perkawinan, perubahan kerja, dan gejala psikiatri, mendunia, tidak hanya menjadi permasalahan di
seperti kecemasan dan depresi. Suatu proses yang Indonesia saja tetapi juga di negara-negara maju
serupa menurut Roger Gould dalam Kaplan & seperti Amerika Serikat dan Jepang. Data National
Sadock (2011) di antara orang dalam akhir usia 20-an Mental Health and Education Center tahun 2004 di
dan awal 30-an yang menemukan suatu bakat, Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan
harapan, kecenderungan, dan minat baru yang bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam
sebelumnya tidak disadari atau diakui, hal tersebut lingkungan sosial antara 15% dan 30% siswa adalah
dapat menimbulkan kekecewaan dan depresi atau pelaku bullying dan korban bullying (Setiawati,
suatu rasa diri yang baru dengan penilaian yang 2008). The American Justice Department Bullying
realistik mengenai kekuatan dan kelemahan Suicide tahun 2013 menyatakan bahwa setidaknya 1
seseorang. Menurut Erik Erikson dalam Kaplan & dari 4 orang siswa sekolah di seluruh Amerika Serikat
Sadock (2011) periode antara usia kira-kira 20 dan pernah di-bully oleh temannya sendiri, hasil
40 tahun sebagai stadium keintiman yang penelitian pun menunjukan bahwa bunuh diri adalah
menyangkut kemampuan seseorang untuk penyebab kematian terbesar ketiga di Amerika
membentuk persahabatan dan pergaulan yang Serikat, yaitu 4.400 kasus per tahun, dan penyebab
hangat dengan orang lain, khususnya keintiman yang terbesarnya adalah karena depresi akibat bullying.
menyangkut kemampuan seseorang untuk bersikap Bukan hanya di Amerika Serikat, sebuah penelitian di
intim dalam hubungan seksual, untuk Inggris pun memperlihatkan kalau separuh kasus
mengombinasikan cinta dan seks. bunuh diri pada remaja disebabkan karena bullying
dan kebanyakan menimpa perempuan remaja usia
Ketidakmampuan seseorang untuk mengembangkan 10-15 tahun (Gadis, 2013).
hubungan jangka panjang, absorpsi diri akan terjadi,
tanpa perlekatan yang dibuat pada setiap kelompok Kasus bullying yang terjadi pada perawat di dunia
sosial. Adaptasi terhadap pekerjaan terjadi pada kerja menurut penelitian dari Wilson & Colleague
dewasa awal, jika terjadi maladaptasi dapat (2011) dalam Becher, J & Visovky, C (2012) 61,1%
menyebabkan kekecewaan pada seseorang dan perawat melaporkan mendapatkan bullian dari
pekerjaan, perasaan tidak kokoh, penurunan harga teman kerja, dan menurut Stagg, Sheridan, Jones,
diri kemarahan, dan kebencian pada pekerjaan. and Speroni (2011) dalam Becher, J & Visovsky, C
Pengangguran sering terjadi pada usia tersebut, efek (2012) dari perawat yang menjadi responden
yang disebabkan akibat kehilangan penghasilan yaitu terdapat 28% perawat mendapatkan bullian dari
bahaya psikologis dan fisik seperti insidensi atasannya. Menurut penelitian Johnson and Rea
ketergantungan alkohol, pembunuhan, kekerasan, (2009) dalam Becher, J & Visovsky, C (2012)
bunuh diri (Erik Erikson dalam Kaplan & Sadock , melakukan penelitian terhadap 249 perawat dari
2011). Individu pada masa ini dibiarkan berpisah dari Washington State Emergency Nurses Association
orang tua nya atau mengalami proses individuasi, yang mendapatkan kekerasan sesama perawat
yang menyebabkan individu banyak berinteraksi terdapat 27,3% yang mengalami bullying dari tempat
357
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

kerja, dengan 18 perawat yang menjadi sampel kekerasan terhadap anak, yakni Kecamatan Kramat
penelitian melaporkan memiliki pengalaman dua Jati, Kecamatan Ciracas dan Kecamatan Cakung
perbuatan negatif setiap hari atau minggu dan dari (Suryanis, 2013). Kasus kekerasan yang terjadi
50 perawat memiliki pengalaman tiga atau lebih tersebut merupakan salah satu bentuk bullying yang
perbuatan negatif setiap hari atau minggu. sering terjadi di dewasa muda.

Penelitian lain yang dilakukan terhadap mahasiswa Kasus bullying di Indonesia sering kali terjadi di
keperawatan di Australia, kira-kira 50% dari institusi pendidikan. Fenomena kekerasan di sekolah
mahasiswa memiliki pengalaman kekerasan sesama yang dilakukan oleh teman sebaya di Indonesia
perawat selama mereka praktek klinik (Curtis, semakin lama semakin banyak bermunculan.
Bowen, & Reid, 2007 dalam Becher, J & Visovsky, C, Penelitian mengenai bullying baik didalam maupun
2012 ). Mahasiswa juga mengatakan merasa tidak diluar negeri sudah banyak dilakukan penelitian.
berdaya dan terhina saat mereka mulai mengerti Penelitian yang dilakukan di Indonesia sendiri sudah
tingkah laku dalam tempat kerja. Sebuah penelitian ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh
dari mahasiswa perawat senior melihat kekerasan SEJIWA, Plan Indonesia dan Universitas Indonesia.
sesama perawat terjadi secara mudah pada saat Penelitian ini melibatkan sekitar 1233 orang siswa
pertemuan pertama dari siswa dengan perawat SD, SMP dan SMA di di Jakarta, Yogyakarta dan
profesional dalam aturan klinik (Tomas & Burk, 2009 Surabaya pada tahun 2008. Hasil penelitian
dalam Becher, J & Visovsky, C, 2012). Lulusan menunjukan tingkat Kekerasan antar siswa di tingkat
perawat baru melaporkan mengalami kekerasan SMP secara berurutan terjadi di Yogyakarta (77.5%),
antar sesama perawat lebih tinggi level nya dari Jakarta (61.1%) dan Surabaya (59.8%). Kekerasan di
absen kehadiran dan kebaikan sesama profesi (Curtis tingkat SMA terbanyak terjadi di Jakarta (72.7%),
et al., 2007 dalam Becher, J & Visovsky, C, 2012). kemudian diikuti Surabaya (67.2%) dan terakhir
Yogyakarta (63.8%) (Sejiwa, 2010).
Sementara di negara Jepang menyebut bullying
sendiri adalah ijime yang berarti mengolok-olok atau Kasus bullying selanjutnya yaitu peristiwa IPDN
mengasari seseorang, Jepang adalah negara Ijime (Institut Pemerintahan dalam Negeri) dengan
paling berat. Bunuh diri di Jepang sedikitnya 94 klimaks kejadian meninggalnya Praja Clifft Muntu
orang setiap hari atau 34.427 orang bunuh diri pada akibat dianiaya oleh seniornya di lingkungan
tahun 2003 sesuai data kepolisian Jepang. Jumlah kampus. Bahkan yang terbaru adalah peristiwa STIP
tersebut terus menerus semakin naik setiap tahun. (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) yang juga memakan
Jumlah bunuh diri tersebut diperkirakan akibat di korban, Agung Bastian Gultom yang meninggal dunia
Ijime lalu bunuh diri sekitar 0,5 persen. Jumlah kasus akibat dianiaya oleh seniornya. Genk Nero dari Pati
ijime di Jepang sebanyak 124.898 kasus per 31 Maret yang terdiri dari kumpulan anak-anak perempuan
2007 menurut data Kementerian Pendidikan Jepang. yang melakukan kekerasan terhadap teman
Jumlah kasus tersebut , 35 persen di kalangan SLTA, sebayanya (Setiawati, 2008).
40 persen di kalangan SLTP dan 25 persen kalangan Kekerasan yang dilakukan senior terhadap mahasiwa
SD. Data dari 124.898 kasus ijime di Jepang, 171 baru tidak hanya kekerasan fisik tetapi kekerasan
orang bunuh diri (Susilo, 2013). seksual pun terjadi dalam ospek penerimaan
mahasiswa baru ITN Malang (Esyandi, 2013).
Kejadian bully di Indonesia terus meningkat dari Kekerasan Ospek ITN Malang ini telah merenggut
tahun ke tahun. Menurut Komnas Perlindungan nyawa Fikri Dolasmantya Surya, mahasiswa baru ITN
Anak kasus bullying Cukup tinggi tahun 2011 ada 139 malang saat Kemah Bhakti Desa, 12 Oktober 2013 di
kasus bullying di lingkungan sekolah (Triyuda, 2012). bumi perkemahan pantai Goa Cina, kecamatan
Kekerasan anak di Jabodetabek tahun 2012 tercatat Sumbermanjing Wetan, kabupaten Malang
sebanyak 2.637 kasus, dan Komisi Nasional (Prabowo, 2013). Berdasarkan data penelitian
Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat sejak tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bullying
awal tahun 2013 terdapat sebanyak 127 laporan masih menjadi masalah terbesar dalam dunia
kasus kekerasan terhadap anak, secara fisik, mental, pendidikan di Indonesia.
dan seksual di wilayah Jabodetabek (Suryanis,
2013). Kasus kekerasan pada anak di DKI Jakarta Dampak Bullying yang sering terjadi terhadap korban
paling tinggi yakni 663 kasus kekerasan, sebanyak tidak hanya merenggut nyawa korban-korbannya.
190 kasusnya terjadi di Jakarta Timur. Banyaknya Penelitian yang dilakukan sebuah tim peneliti dari
kasus kekerasan pada anak di Jakarta Timur, karena University of Warwick dan pusat Kedokteran Duke
faktor padatnya penduduk dan pendidikan yang University yang diterbitkan dalam jurnal
rendah. Ekonomi penduduknya juga 80 persen Psychological Science dalam Virgianti (2013)
menengah ke bawah. Menurut Komnas Anak ada mengungkapkan pengaruh negatif bulliyng bahkan
tiga kecamatan yang sering terjadi tindakan bisa terbawa hingga dewasa pada saat individu
358
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

memasuki dunia kerja. Tingkat serangan kecemasan sehari-hari (Rurchan, 1992 dalam Basrowi &
yang lebih tinggi dan kepanikan yang dialami oleh Suwandi, 2008).
korban bullying, berhubungan dengan kesehatan
mental dan masalah perilaku di kemudian hari. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan
Peneliti mempelajari 1.420 anak-anak antara usia alasan bahwa peneliti ingin menggali dampak
sembilan sampai 16 tahun yang dilaporkan menjadi bullying pada mahasiswa keperawatan yang hanya
korban bullying, bertindak sebagai pelaku bully, atau dapat dilakukan dengan menggali sedalam-dalamnya
keduanya (korban bully yang menjadi pelaku bully). terhadap dampak bullying yang dialami oleh
Peneliti menemukan bahwa orang yang ditindas dua mahasiswa keperawatan tersebut. Selain itu
kali lebih mungkin mengalami kesulitan penelitian ini diharapkan mampu memberikan suatu
mempertahankan pekerjaan dan juga kesulitan penjelasan secara terperinci tentang fenomena yang
menjaga hubungan sosial yang bermakna, dibanding tidak dapat dicapai dengan penelitian kuantitatif.
mereka yang tidak mengalami bullying.
Penelitian kualitatif terdiri dari berbagai metode,
Dampak bullying yang dialami oleh perawat maupun antara lain; fenomenologis, grounded theory,
mahasiswa keperawatan selama praktik klinik yaitu etnografi, action research (Streubert & Carpenter,
kekerasan sesama perawat berdampak pada 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan
martabat dari individu dan akhirnya merusak profesi, fenomenologi. Pendekatan fenomenologi digunakan
penyerangan yang ditimbulkan dari tempat kerja untuk memahami cara berpikir yang menekankan
siapa yang akan menjadi pimpinan dan mendukung pada fokus kepada pengalaman-pengalaman
(Saltzberg, 2011 Becher, J & Visovsky, C, 2012). subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia
Dampak bullying menurut Thomas (2010) dalam (Moleong, 2013). Tujuan dilakukan penelitian
Hammond, R. Elizabeth (2011) korban merasa dengan pendekatan fenomenologi adalah untuk
terancam, mudah diserang, kepercayaan diri rendah, menjelaskan struktur atau inti kehidupan dari
kepercayaan diri menurun, kepuasan bekerja pengalaman hidup berdasarkan suatu fenomena
berkurang. dalam mencari satu kesatuan makna dengan
Mencermati dari kondisi tersebut diatas, perilku mengidentifikasi inti fenomena dan menggambarkan
bullying memiliki dampak yang serius bagi secara akurat dalam pengalaman hidup sehari-hari
korbannya. Dampak yang ditimbulkan baik fisik (Rose, Beeby & Parker, 1995 dalam Streubert &
maupun psikis akan terbawa sampai korban dewasa Carpenter, 2003).
seperti yang telah diterbitkan dalam jurnal
Psychological Science, yang telah dilakukan oleh Metode deskriptif fenomenologi menurut
sebuah tim peneliti dari University of Warwick dan Spiegerlberg (1975) dalam Streubert & Carpenter
Pusat Kedokteran Duke University. Berdasarkan (2003) yaitu penelitian kualitatif yang
urain penjabaran tersebut peneliti ingin meneliti mengeksplorasi pengalaman secara langsung,
dampak bullying pada mahasiswa keperawatan di menganalisa, dan mendeskripsikan tiap-tiap bagian
Jakarta dalam perspektif kesehatan jiwa. dari fenomena yang ada secara bebas dari fenomena
yang belum tergali. Penelitian ini bertujuan untuk
METODE PENELITIAN mengungkapkan dampak bullying yang dialami oleh
Penelitian ini menggunakan metode penelitian mahasiswa keperawatan meliputi berbagai keunikan
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari secara
Penelitian kualitatif menurut Strauss & Corbin (1997) menyeluruh, rinci, mendalam dan dapat
dalam Basrowi & Suwandi (2008) adalah jenis dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan Informan/Partisipan
yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan Partisipan/ informan adalah individu yang
prosedur-prosedur statistik atau dengan cara memberikan informasi dan merupakan bagian dari
kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif dapat proses penelitian ( Streubert & Carpenter, 2003).
digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, Teknik pengambilan partisipan yang akan digunakan
sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, adalah purposive sampling. Metode purposif adalah
gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian
Pandangan lain diungkapkan oleh Bogdan & Taylor dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang
(1992) dalam Basrowi & Suwandi (2008) akan dimasukkan ke dalam penelitian, dimana
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah partisipan yang diambil dapat memberikan informasi
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data yang berharga bagi peneliti (Polit & Hungler, 2002).
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati. Melalui penelitian Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, berfokus pada kedalaman dan proses penelitian
merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehingga dalam pennelitian ini hanya melibatkan
359
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

jumlah partisipan yang antara 5-8 partisipan (Polit & pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013
Hungler, 2002). Jumlah sampel yang kecil atau sampai bulan Oktober 2013.
sedikit bertujuan untuk memfokuskan diri pada Waktu penelitian dilakukan pada partisipan pertama
kedalaman dan kekayaan informasi atau data dari pada minggu pertama bulan April, dan tempat
para partisipannya atau fenomena yang diteliti penelitian di kontrakan partisipan. Wawancara pada
(Afiyanti & Rachmawati, 2014). Menurut Afiyanti & partisipan kedua dilakukan pada minggu ketiga bulan
Rachmawati (2014) besar sampel dalam penelitian April, dan tempat penelitian yang dipilih oleh
kualitatif biasanya sekitar 3 sampai 15 partisipan, hal partisipan yaitu di masjid. Sementara pada partisipan
ini bertujuan untuk lebih memperdalam pemahaman ketiga dilakukan di kontrakan peneliti sesuai
terhadap fenomena yang diteliti. kemauan partisipan, dan dilakukan pada bulan Juli.

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa HASIL


keperawatan yang menjadi korban bullying. Peneliti menggunakan tekhnik wawancara
Penentuan calon partisipan dalam penelitian ini mendalam (indepth interview) dengan strategi yang
berdasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu digunakan adalah open ended interview pada setiap
pertama penelitian ini berbentuk studi kasus, partisipan penelitian. Peneliti memperoleh sebanyak
partisipan yang tidak terlalu besar akan lebih 3 partisipan korban bullying dalam penelitian ini.
memperdalam hasil penelitian. Kedua, partisipan Peneliti dalam bab ini akan menguraikan
dalam penelitian ini dipilih secara purposive karakteristik partisipan dan analisis tema yang telah
sampling yang sesuai dengan tujuan penelitian dan diperoleh dari hasil wawancara dengan partisipan
berdasarkan kriteria inklusi dalam penelitian. Ketiga, mengenai dampak bullying pada mahasiswa
penentuan jumlah partisipan dianggap telah keperawatan di Jakarta dalam perspektif kesehatan
memadai pada saat informasi yang diperoleh telah jiwa.
mencapai saturasi data. Saturasi data dicapai pada A. Karakteristik Partisipan
partisipan kedua, sehingga jumlah partisipan dalam Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
penelitian ini berjumlah 3 partisipan. yang menjadi korban bullying. Partisipan berjumlah
3 orang yang semua partisipan berjenis kelamin
Berdasarkan pertimbangan penentuan partisipan perempuan, dan saturasi dalam penelitian ini
tersebut diatas, kriteria inklusi pada penelitian ini tercapai pada partisipan kedua. Partisipan dalam
ditetapkan adalah sebagai berikut: (1) mahasiswa penelitian ini memiliki rentang usia yang berbeda
keperawatan di Universitas Respati Indonesia dan partisipan pertama berusia 22 tahun, partisipan
AKPER RSPAU yang menjadi korban bullying; (2) kedua 20 tahun, dan partisipan ketiga 23 tahun.
mahasiswa keperawatan yang sedang menempuh Partisipan pertama dan ketiga bersuku melayu, dan
pendidikan; (3) mahasiswa keperawatan yang masih partisipan kedua bersuku jawa. Jenjang pendidikan
memiliki orang tua; (4) mahasiswa keperawatan partisipan pertama dan ketiga S1 keperawatan dan
yang mampu berbahasa Indonesia dengan baik; (5) partisipan kedua dari D3 Keperawatan. Partisipan
mahasiswa keperawatan yang mampu berasal dari keluarga yang memiliki pekerjaan dan
mengungkapkan pengalamannya dengan baik; (6) tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Karakteristik
mahasiswa keperawatan yang bersedia menjadi partisipan secara lengkap dapat dilihat pada
partisipan dalam penelitian yang dibuktikan dengan lampiran 7.
menandatangani surat pernyataan persetujuan B. Tema Hasil Analisis Penelitian
penelitian. Berdasarkan hasil analisis tema yang dilakukan,
peneliti telah mengidentifikasi beberapa tema yang
Penelitian ini dilakukan di beberapa kampus berkaitan dengan tujuan penelitian tentang dampak
keperawatan wilayah Jakarta Timur yaitu kampus korban bullying pada mahasiswa keperawatan di
Universitas Respati Indonesia dan AKPER RSPAU Jakarta. Tema-tema yang sesuai dengan tujuan
pada mahasiswa keperawatan yang memiliki pengalaman bullying pada mahasiswa keperawatan
pengalaman bullying. Pemilihan beberapa kampus di Jakarta adalah 1) Perilaku bullying yang nyata 2)
keperawatan di wilayah Jakarta sebagai lokasi Perilaku bullying yang terselubung 3) Dampak
penelitian dengan pertimbangan bahwa sebelum Korban bullying. Sementara tema yang sesuai
penelitian dilakukan, peneliti telah melakukan dengan tujuan respon mahasiswa keperawatan
observasi terkait bullying dan peneliti merupakan sebagai korban bullying di Jakarta adalah 4)
mahasiswa keperawatan juga sehingga Mekanisme koping korban Bullying dan tema yang
memudahkan peneliti untuk membina hubungan sesuai dengan harapan mahasiswa keperawatan
saling percaya dengan partisipan. Wawancara sebagai korban bullying adalah 5) Harapan korban
terhadap partisipan dilakukan di tempat yang bullying. Pada bab ini akan diuraikan secara
disepakati oleh partisipan. Waktu pengambilan data keseluruhan tema dari analisis berdasarkan hasil
wawancara.
360
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

Tujuan Khusus 1: Diperolehnya pengalaman


bullying pada mahasiswa keperawatan di Jakarta Partisipan pertama dan kedua mengalami aniaya
Tema yang mendukung tujuan khusus pertama fisik seperti dicubit, berikut hasil wawancara yang
didapatkan 3 tema diantaranya yaitu perilaku diperoleh:
bullying yang nyata, perilaku bullying yang “..Gua dicubit..” (P1)(P3)
terselubung, dan dampak korban bullying. Pengalaman aniaya fisik lain yang dialami oleh
Munculnya tema-tema tersebut pada tujuan khusus partisipan pertama yaitu dijambak dan disikut,
diperolehnya pengalaman bullying pada mahasiswa berikut kutipan hasil wawancaranya:
keperawatan di Jakarta secara rinci dapat dijelaskan “..dijambak..”(P1)
pada bagan berikut: “…kalau jalan kaya nyikut gitu…kalau gua ada
Tema Perilaku Bullying Yang Nyata didepan dia, dia maen lewat-lewat aja…”(P1)

Pengalaman bullying yang pernah dialami oleh para


partisipan dalam penelitian ini selain aniaya fisik,
partisipan mengalami aniaya sosial seperti diejek,
dipojokin, dicemooh, diadu domba, direndahin,
disalahin, didiemin. Untuk lebih jelasnya peneliti
akan menyajikan hasil wawancara mengenai aniaya
sosial berikut:
Aniaya sosial seperti diejek dialami dua dari tiga
partisipan, berikut cuplikan hasil wawancara:
“…suka diejek-ejekin..lu jomblo nya entah gak tau
suka ama cewek apa lu suka ama cowok..”(P1)
“…saya itu jelek katanya...rambutnya kriting kaya
indomie gitu…mereka ngejek-ngejek saya..udah
hitam pakai kacamata kaya nenek-nenek…dibilang
gak normal…kamu gak normal lesbi lah...”(P3)

Pengalaman aniaya sosial lain yang dialami oleh


Pengalaman bullying yang pernah dialami oleh partisipan pertama selain diejek partisipan juga
mahasiswa korban bullying diantaranya yaitu mengalami aniaya sosial seperti dipojokin dan
perilaku bullying yang nyata. Seluruh partisipan dicemooh serta diadu domba, seperti yang
penelitian mengalami baik aniaya fisik maupun dituturkan berikut:
aniaya sosial. Aniaya fisik yang dialami oleh “…dipojok-pojokin..”(P1)
mahasiswa korban bullying seperti ditoyor, “…dicemooh… pengen ngeludahin gitu…pada
didorong, dipukul, ditendang,dilemparin, dicubit, ketawain kalau lagi diparkiran…”(P1)
dijambak, dan disikut. Aniaya fisik seperti ditoyor “…gua nya sering diadu domba…(P1)
dialami oleh partisipan pertama, berikut cuplikan
hasil wawancara : Pengalaman aniaya sosial seperti direndahin dialami
“…Gua doang yang ditoyor kepalanya…” (P1) ketiga partisipan dalam penelitian ini, seperti yang
diungkapkan partisipan berikut:
Sementara aniaya fisik seperti didorong dialami oleh “…semacam merendahkan, mencibir…gua ini dimata
partisipan kedua dan partisipan ketiga, seperti hasil dia rendah banget gitu… ngerendahin gua banget si
wawancara berikut: gurunya..”(P1)
“..Sempet didorong…kami nya mental kebelakang “…ngejudge dan juga menjatuhkanlah…”(P2)
sendiri-sendiri “(P2) “…tindakan kekerasan pada seorang temen ke
“…dijorokin ke parit sama temen yang deket rumah. temennya yang merasa lemah…”(P3)
“(P3)
Selain pengalaman aniaya sosial seperti direndahin,
Aniaya fisik lain seperti dipukul dan ditendang serta kedua partisipan penelitian mengalami aniaya sosial
dilemparin dialami oleh partispan ketiga, seperti seperti disalahin, berikut penuturannya:
yang dituturkan: “…misalkan ada kesalahan dari dia, dia bilangnya
“…tau-taunya dipukul langsung luka-luka…dipinggir gua gitu…(P1)
jalan tu dipukuli pakai karton yang digulung- …mereka yang bikin trouble dilariinnya ke kita. (P2)
gulung..”(P3)
“…ditendang kakinya waktu duduk dikursi…”(P3) Partisipan pertama juga mengalami aniaya sosial
“…di kelas juga dilempar pake kapur…terakhir tu seperti didiemin, berikut cuplikan hasil wawancara:
dilempar sama penghapus” (P3)
361
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

“…suka dicuekin sama sepupu…gua nya didiemin, partisipan penelitian, berikut kutipan hasil
gua nya diambekin … “(P1) wawancara:
Tema Perilaku Bullying Yang Terselubung “… ngerasa kecewa banget…”(P1) (P2) (P3)

Selain aniaya psikologis para partisipan penelitian


juga mengalami aniaya verbal seperti labeling dan
bentakan. Untuk memperjelas adanya aniaya verbal
yang dialami oleh partisipan, peneliti akan
menampilkan beberapa hasil wawancara berikut:
Partisipan ketiga mengalami aniaya verbal seperti
labeling, berikut kutipan hasil wawancara:
“…Dibilang rambut indomie, rambut jagung
gitu…”(P3)

Sementara kategori bullying aniaya verbal seperti


Pengalaman lain yang pernah dialami oleh para bentakan dialami oleh partisipan pertama, dengan
partisipan korban bullying yaitu perilaku bullying penuturan:
yang terselubung. Pengalaman perilaku bullying yang “…dia marah-marah sama gua didepan orang
nyata yaitu aniaya psikologis dan aniaya sosial. banyak…diomel-omelin gitu, semua keluar entah
Peneliti akan menguraikan hasil wawancara bodohlah…”(P1)
mengenai aniaya psikologis dan aniaya verbal Demikian halnya pernyataan dari pertisipan ketiga
berikut ini: yang mengalami aniaya verbal seperti bentakan,
Aniaya psikologis yang dialami oleh partisapan seperti yang dituturkan berikut:
diantara nya seperti gak betah, merasa tertekan, “…Cuma ya bentakan ajah…manggilnya diteriakin D3
merasa takut, merasa kecewa. Kategori tidak betah keperawatan diteriakin kaya gitu…nangis- nangis
dialami oleh ketiga partisipan korban bullying dalam kaget dibentak-bentak…”(P2)
penelitian ini, berikut kutipan hasil wawancara: Tema Dampak Korban Bullying
“...pulang lagi ke rumah…”(P1)
“ …kalau ketemu senior tu aduh gua mati aja deh,
gua gak mau ketemu, gak mau lewat kelas gitu.”(P2)
“…pengen lari dari masalah… cepet deh, selesai deh
dibully kaya gitu terlalu lama.”(P3)
Sementara pengalaman aniaya psikologis lain seperti
tertekan dialami oleh partisipan pertama, berikut
cuplikan hasil wawancara:
“…gua lakuin sesuai dengan apa yang dia mau
gitu…kenapa setiap ngelakuin sesuatu dia boleh dan
gua gak boleh…gua selalu disuruh menyadari
kesalahan gua gitu loo…”(P1)

Seluruh partisipan dalam penelitian ini mengalami


aniaya psikologis seperti merasa takut yang
diungkapkan oleh partisipan berikut:
“…kalau telat takut banget…telat 5 menit gak berani
masuk sekolah.. “(P1)
“…takut kalau ke depannya mau ketemu lagi...saking
takutnya saya gimana, kaka nya dimana harus
sampai teriak “pagi kak”…mau lewat aja uuh
takut…mau ke kamar mandi ada senior, tahan dulu
aja deh tunggu senior cabut baru…”(P2) Dampak yang dialami oleh para partisipan dalam
“…gak berani kalau ditinggalin di kelas itu penelitian ini diantara nya yaitu dampak fisik,
sendirian…takut dipukul, diejek gitu…saya takut dampak psikologis dan dampak sosial. Dampak fisik
kalau misalnya ditinggal…gak berani ngadu takut yang dialami oleh korban sangat bervariasi seperti
gitu…… temen yang ngajak jalan malem-malem sulit tidur, pusing, dan berdebar-debar. Dampak
biasanya saya tolak, takut gitu. Takut dibully…”(P3) seperti sulit tidur dialami oleh partisipan pertama,
berikut hasil wawancara:
Selain kategori merasa takut kategori yang lain “…gua bisa gak tidur gara-gara cuma mikirin itu.
seperti merasa kecewa dialami oleh seluruh “(P1)
362
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

Selain dampak fisik sulit tidur partisipan pertama


juga mengalami dampak fisik seperti pusing, seperti Pengalaman dampak psikologis seperti merasa tidak
cuplikan hasil wawancara berikut: berdaya dialami oleh seluruh partisipan penelitian,
“…Gua mikirin itu bikin gua pusing sendiri… seperti penuturan berikut:
pusingnya lama gitu…”(P1) “…gua legowo gitu, gak ngelawan, gak marah…”(P1)

Dampak fisik lain yang dirasakan oleh partisipan Demikian halnya pernyataan dari partisipan kedua
pertama selain sulit tidur dan pusing, partisipan dan partisipan ketiga, menyampaikan dampak
pertama juga merasa berdebar-debar, pengalaman psikologis seperti merasa tidak berdaya, berikut
tersebut disampaikan seperti berikut: cuplikan hasil wawancara:
“…gua kalau ngomong di depan deg-degan…”(P1) “…walaupun sakit hati atau gimana telen aja
Dampak bullying yang dialami oelh partisipan selain udah.”(P2)
dampak fisik, partisipan juga mengalami dampak “Pengen marah tapi apa daya gak bisa ngelakuin
psikologis seperti tidak percaya diri, harga diri apa-apa…”(P3)
rendah, merasa malu, merasa marah, merasa tidak
berdaya, merasa sedih, merasa takut, merasa Ketiga partisipan menyampaikan pengalaman yang
trauma, berpikiran negatif serta berhati-hati dalam sama mengenai dampak psikologis merasa tidak
mengambil keputusan. Untuk memperjelas dampak berdaya, berikut cuplikan nya:
psikologis yang dialami oleh partisipan, peneliti akan “…diam aja…”(P1)(P2)(P3)
menyampaikan hasil wawancara berikut:
Dampak psikologis seperti tidak percaya diri dialami Penuturan lain juga disampaikan oleh partisipan
oleh dua dari tiga partisipan penelitian, berikut pertama dan kedua, berikut hasil wawancara:
kutipan hasil wawancara: “…dipendem aja di dalam hati…”(P1)(P3)
“…jadi gak percaya diri gitu..kayanya gua gak pantes
deh ada disini…ngerasa gak PD aja gitu.”(P1) Selain dampak psikologis seperti merasa tidak
“…ada rasa minder gitu…kalau mau ngungkapin berdaya, partisipan juga mengalami dampak
pendapat itu susah…susah untuk memulai psikologis lain seperti merasa sedih. Berikut peneliti
percakapan gitu.”(P3) akan menampilkan hasil wawancara:
Dua dari tiga partisipan dalam penelitian ini memiliki
Selain mengalami dampak psikologis seperti tidak dampak psikologis seperti merasa sedih, berikut
percaya diri partisipan pertama juga mengalami penuturannya:
dampak psikologis seperti harga diri rendah, seperti “…bisanya Cuma nangis…sedihlah gitu…pengen
penuturan berikut: nangis rasanya…”(P1)
“…gua itu berasa kurang gitu dari pada orang “…di pojokan nangis, terus nangis nya gak bunyi…
lain…gua gak ada apa-apanya dibandingkan sama pulang ke rumah nangis-nangis”(P3)
temen-temen gua…gua tu ngerasa gak punya
kemampuan apa-apa yang bisa gua eksplor…terus Selain dampak merasa sedih dua partisipan
ngerasa rendah gitu.. “(P1) penelitian mengalami dampak psikologis lain seperti
merasa takut. Berikut hasil wawancara penelitian:
Merasa malu dampak psikologis lain yang dialami “…gua takut salah ngomong..takut kalau gua
oleh partisipan pertama dan kedua, berikut cuplikan disalahin..”(P1)
hasil wawancara: “…takut untuk memulai berbicara..takut ngomong di
“…sampai sekarang tu malu gitu.. “(P1)(P3) depan umum…takut untuk mengungkapkan
“…gua malu digituin sama temen gua…malu pendapat…takut sama cowok..”(P3)
perasaan gua ditoyor gitu…nunggu motor temen-
temen semuanya pulang, gua baru pulang malu Partisipan ketiga mengalami dampak psikologis
gitu…”(P1) merasa trauma, seperti penuturannya beikut:
“…malu saya diejek kaya gitu.”(P3) “Sampai sekarang tu rasanya trauma lah sama
cowok… gak bisa deket-deket sama cowok, masih
Dampak psikologis seperti merasa marah dialami trauma…”(P3)
oleh ketiga partisipan penelitian, seperti penuturan
berikut: Dampak psikologis seperti berpikiran negative juga
“…timbul kebencianlah…gua sakit hati dialami oleh partisipan pertama dan partisipan
banget..perasaannya sebel…rasanya dongkol banget kedua dalam penelitian ini, berikut cuplikan hasil
didalam hati…”(P1) wawancaranya:
“Jengkel lah… huuh sebel banget gitu…gak enak “…pikiran tu gak pernah bagus kalau orang liatin
banget punya temen sering dibully…”(P3) gua…jadi suka negative thinking sama orang…”(P1)
“…ada rasa gak enaknya dihati…sebel…”(P2) “…ada rasa ih ini cowok mau ngapain gitu…”(P3)
363
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

Berhati-hati dalam mengambil keputusan dampak menyalahkan diri sendiri, mencari aktivitas lain serta
psikologis yang dialami oleh partisipan pertama dan mencari dukungan spiritual.
kedua penelitian, seperti kutipan berikut: Mekanisme koping penyelesaian masalah yang
“…biasanya mikirnya lama gitu, ampek dua malem berfokus pada diri sendiri seperti menarik diri
tiga malem…mikir sampai bermalem-malem gitu, dilakukan oleh partisipan pertama dan partisipan
bisa ngambil keputusan…”(P1) kedua, berikut kutipan hasil wawancara:
“Jadi ngerasa harus lebih ati-ati kalo bertindak.”(P2) “…gua gak bergaul sama yang lain…”(P1)
“…malas punya temen dibully juga… mendingan
Selain dampak fisik dan psikologis, partisipan dalam sendiri… saya di rumah mulu”(P3)
penelitian ini juga mengalami dampak sosial seperti
anti sosial dan apatis. Dampak sosial seperti anti Selain menarik diri mekanisme koping yang
sosial dialami oleh dua dari tiga partisipan, berikut dilakukan oleh partisipan yaitu membatasi pergaulan
cuplikan hasil wawancara: yang dilakukan oleh partisipan ketiga, seperti yang
“…takut bersosialisasi…serasa diasingkan gitu..saya disampaikan berikut:
merasa sendirian…seolah-olah saya gak punya “…temen yang ngajak jalan malem-malem biasanya
temen buat ngedukung…seolah-olah saya sendirian saya tolak”(P3)
di dunia ini…”(P3)
“… gua jauhin gak gua temenin lagi…gak gua Mekanisme koping menyalahkan diri juga dilakukan
tegur.”(P1) oleh partisipan pertama dan kedua, berikut kutipan
hasil wawancara:
Selain anti sosial dampak bullying yang dialami oleh “…apa yang gua lakuin gak pernah bener…gua itu
korban yaitu apatis, seperti penuturan berikut: gak ngerti sama diri gua sendiri…”(P1)
“…sampai sekarang kalau orang-orang ngomong gak “…Hidup saya itu ngerasanya serba salah gitu…mau
fokus sama omongan orang itu… gak fokus sama ke A salah mau ke B salah…seolahnya rasa gak
apa yang diomongkan orang udah kebiasaan terima gitu dengan diri sendiri gitu…”(P3)
nampaknya…”(P3) Mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan
Tujuan Khusus ke 2: Diperolehnya respon ketiga yaitu mencari aktivitas lain, seperti
mahasiswa keperawatan sebagai korban bullying di penuturannya berikut:
Jakarta “….kalau bosan atau BT menggambar gitu.”(P3)
Tema yang mendukung tujuan khusus kedua
didapatkan 1 tema yaitu mekanisme koping korban Mencari dukungan spiritual adalah salah satu
bullying. Munculnya tema tersebut pada tujuan penyelesaian masalah berfokus pada diri sendiri
khusus diperolehnya respon mahasiswa yang dilakukan oleh partisipan pertama dan ketiga,
keperawatan sebagai koraban bullying di Jakarta berikut cuplikan hasil wawancara:
secara rinci dapat dijelaskan pada bagan berikut: “…jadi berasa nya astafirullah haladzim…”(P1)
“…berdoa semoga yang ngebully itu sadar…”(P3)

Mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan


selain penyelesaian masalah berfokus pada diri
sendiri, partisipan juga melakukan penyelesaian
masalah berfokus pada orang lain. Penyelesaian
berfokus pada orang lain seperti menyalahkan orang
lain, mencari aliansi, selektif dalam berinteraksi,
serta sikap balas dendam. Penyelesaian berfokus
pada orang lain seperti meyalahkan orang lain
dilakukan oleh seluruh partisipan penelitian, berikut
penuturannya:
“…dia gak pernah ngaca diri dan gua disuruh
menyadari kesalahn gua…”(P1)
“…memang cari-cari kesalahan juga mereka biar ada
tindakan ke kami…”(P2)
Mekanisme koping yang dilakukan oleh korban “…seandainya bapak ganteng pasti anak nya
bullying diantara nya yaitu penyelesaian masalah ganteng, coba lurus rambutnya, coba bapak
berfokus pada diri sendiri dan penyelesaian masalah putih…”(P3)
berfokus pada orang lain. Mekasnisme koping
penyelesaian masalah yang berfokus pada diri Selain menyalahkan orang lain penyelesaian masalah
sendiri seperti menarik diri, membatasi pergaulan, berfokus pada orang lain yang dilakukan oleh

364
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

partisipan yaitu mencari aliansi, sesuai dengan bisa memulai pembicaraan, berikut kutipan hasil
penuturan partisipan pertama dan ketiga berikut: wawancara:
“…Curhat sama temen…”(P1)(P3) “…bisa memulai percakapan…bisa lebih leluasa..bisa
“…Curhat sama bibik…”(P1) mengungkapkan pendapat…”(P3)

Penyelesaian masalah berfokus pada orang lain Harapan lain seperti ingin dihargai orang lain yang
seperti selektif dalam berinteraksi dilakukan oleh diharapkan oleh kedua partisipan penelitian, berikut
partisipan pertama, berikut kutipan hasil penuturannya:
wawancara: “…muridnya jawab walaupun salah hargain…setip
“…becanda milih temen dulu…jaga sikap pahami opini kita itu diterima lah…”(P1)
temennya…”(P1) “…cukup hargai kami lah…”(P2)

Selain penyelesaian masalah berfokus pada orang Selain harapan terhadap diri sendiri, partisipan juga
lain seperti selektif dalam berinteraksi partisipan menuturkan harapan terhadap lingkungan seperti
pertama juga melakukan penyelesaian masalah membina hubungan sosial dan lingkungan yang
berfokus pada orang lain seperti sikap balas dendam, kondusif. Harapan partisipan seperti membina
seperti penuturan berikut: hubungan sosial dituturkan oleh partisipan kedua,
“…lu nya aja kaya gini-gini ntar gua ikutan nyolot… berikut cuplikan hasil wawancara:
nah kalau gua bisa dibilang dendam… “(P1) “Berbagi ilmunya jangan pelit-pelit lah
Tujuan Khusus ke 3: Diperolehnya harapan gitu…berharap banget tu junior deketlah nggak usah
mahasiswa keperawatan sebagai korban bullying. terlalu menutup diri banget…kasihlah kami waktu
Tema yang mendukung tujuan khusus ketiga sedikit…kami dibantu lah jangan hanya melihat
didapatkan tema harapan korban bullying. saja…”(P2)
Munculnya tema tersebut pada tujuan khusus
diperolehnya harapan mahasiswa keperawatan Harapan terhadap lingkungan yang lain seperti
sebagai korban bullying secara rinci dapat dijelaskan lingkungan yang kondusif yaitu dituturkan oleh
pada bagan berikut: partisipan pertama dan kedua, berikut
Tema Harapan korban bullying penuturannya:
“…orang-orang harus lebih bisa jaga omongan…
lebih peka terhadap perasaan orang lain…”(P1)
“…sabarnya mereka itu kita harapkan sekali…mereka
sibuk apa ajak kami…”(P2)

PEMBAHASAN
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari suku jawa
dan suku melayu. Partisipan pertama dan ketiga
berasal dari suku yang sama yaitu suku melayu.
Sementara partisipan kedua berasal dari suku
melayu. Suku bangsa menurut Koentjaraningrat
dalam Waluya (2007) suatu golongan manusia yang
terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas
tersebut sering dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
Harapan mahasiswa keperawatan sebagai korban Menurut Koesoema (2007) karakter dianggap sama
bullying terdiri dari harapan dari diri sendiri dan dengan kepribadian, dan kepribadian dianggap
harapan terhadap lingkungan. Untuk lebih jelas nya sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat
mengenai harapan korban bullying, peneliti akan khas dari diri seseorang yang bersumber dari
menampilkan beberapa hasil wawancara berikut: bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
Harapan dari diri sendiri seperti punya kepercayaan misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan
diri (PD) yang dituturkan oleh partisipan pertama seseorang sejak lahir. Suku jawa merupakan salah
dan ketiga berikut ini: satu suku terbesar yang ada di Negara Indonesia.
“…pengennya yaudah PD aja…PD aja gitu didepan Adapun karakter suku jawa menurut Ahira (2014)
orang lain…”(P1) yaitu diidentikan dengan berbagai sikap sopan,
“…kedepannya saya jadi gak pemalu…”(P3) segan, menyembunyikan perasaan alias tidak suka
mengatakan secara langsung, menjaga etika pada
Selain harapan punya kepercayaan diri (PD), harapan saat berbicara baik secara konten isi dan bahasa
lain yang disampaikan oleh partisipan ketiga yaitu perkataan maupun objek yang diajak berbicara.
Sementara suku melayu menurut Ahira (2014) yaitu
365
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

masyarakat yang religious, ramah dan mudah menurut Sullivan, Clearly & Sullivan (2004) sering
bersahabat dengan orang asing, sabar dan tidak menyebabkan luka yang terlihat maupun yang tidak
mudah terpancing emosinya,tapi karakteristik terlihat. Luka yang terlihat seperti memar atau
negatif yang dimiliki suku melayu yaitu dianggap bahkan ada luka luar yang dalam, sedangkan luka
suku yang pasif, sulit melakukan perubahan atau yang tidak terlihat diterima oleh korban dalam
kemajuan, dan mudah dipengaruhi atau menuruti bentuk psikologis (emosional) bahwa kerusakan
kemauan orang lain. internal yang tidak terlihat, tetapi ada rasa sakit yang
dirasakan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi.
Karakteristik partisipan dari penjelasan diatas dapat Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ramadhoni
disimpulkan bahwa jika suku jawa lebih sering (2013) bullying secara fisik yang dialami oleh korban
menyembunyikan perasaannya dan tidak yaitu memar-memar di beberapa bagian tubuh
mengekspresikan perasaannya secara langsung. Hal akibat bullying fisik.
tersebut sesuai dengan partisipan kedua yang
bersuku jawa, partisipan sering menyembunyikan Aniaya fisik yang dialami oleh partisipan sejalan
perasaannya saat di bully, dan segan terhadap orang dengan laporan McIntyre and Franks (2014)
yang lebih tua di atas nya seperti menyapa didapatkan sebanyak 56% siswa yang berusia 12-16
seniornya. Sementara partisipan pertama dan ketiga tahun melaporkan pernah dipukul, ditampar atau
yang merupakan suku melayu sesuai dengan didorong. Sementara penelitian yang dilakukan oleh
pernyataan Ahira (2014) bahwa suku melayu Peterson dan Rigby (1999) dalam Sullivan, Clearly
memiliki sisi negative seperti pasif, sulit melakukan and Sullivan Ginny (2004) menemukan bahwa aniaya
perubahan atau kemajuan, dan mudah dipengaruhi fisik yang diterima oleh anak perempuan kurang dari
atau menuruti kemauan orang lain. Hal tersebut setengah dari anak laki-laki yaitu laki-laki 13,7% dan
sesuai dengan penuturan partisipan pertama yang perempuan 6,7% menerima pukulan atau
menyatakan bahwa dirinya sering menuruti tendangan. Bullying fisik yang dialami oleh korban
kemauan yang diinginkan oleh pelaku bully, dan sejalan dengan penelitian Sari (2010) remaja korban
tidak bisa mengembangkan dirinya kea rah yang bullying dalam penelitiannya yang mendapat
lebih baik, begitupun dengan partisipan ketiga yang perlakuan fisik sebanyak 65,87% dari 167 sampel.
mengatakan bahwa dirinya sulit untuk berinteraksi
dengan orang lain. Perilaku bullying yang nyata selain aniaya fisik,
partisipan dalam penelitian ini juga mengalami
Tema-tema dalam penelitian ini terdiri dari 5 tema aniaya sosial. Aniaya sosial yang dialami seperti
diantaranya yaitu perilaku bullying yang nyata, diejek, dipojokin, dicemooh, diadu domba,
perilaku bullying yang terselubung, dampak korban direndahin, dan disalahkan serta didiemin. Aniaya
bullying, mekanisme koping, serta harapan korban sosial menurut Sullivan, Clearly and Sullivan Ginny
bullying. Peneliti akan membahas terkait dengan (2004) termasuk dalam bullying non verbal tidak
tema-tema yang muncul dalam penelitian ini, berikut langsung seperti sengaja dan sering mengabaikan,
penjabarannya: tidak menganggap, dan isolasi, mengirim pesan yang
Perilaku Bullying Yang Nyata berbahaya dan membuat orang lain tidak menyukai
Tema perilaku bullying yang nyata merupakan tema orang lain. Sosialisasi menurut Stuart dan Laraia
pertama yang diperoleh dalam penelitian ini. (2005) adalah kemampuan seseorang untuk
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa membentuk hubungan kerja sama dan saling
perilaku bullying yang nyata yang dialami oleh bergantung dengan yang lainnya. Sosialisasi
partisipan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu merupakan fungsi terakhir diantara lima fungsi otak
aniaya fisik dan aniaya sosial. besar, karena sosialisasi merupakan suatu masalah
dengan orang lain yang harus dipahami untuk
Aniaya fisik yang dialami oleh partisipan dalam menghargai konsekuensi relasional respon
penelitian ini seperti ditoyor, didorong, dipukul, maladaptive dari neurobiologis.
ditendang, dilemparin, dicubit, dijambak dan disikut.
Menurut Sullivan, Clearly and Sullivan Ginny (2004) Korban bullying dari aniaya sosial menurut Sheras &
bullying fisik adalah bentuk yang paling jelas dari Tippins (2002) akan mengasingkan diri dari
bullying dan terjadi ketika seseorang dirugikan masyarakat karena merasa sakit hati yang dalam dan
secara fisik, seperti digigit, dipukul, ditendang, lama. Aniaya sosial pada anak-anak seperti
ditinju, dicakar, diludahi, dan dijambak atau pengucilan yang disengaja, penolakan, pengasingan
rambutnya ditarik. James (2010) mengemukakan dan lelucon yang sangat kejam, ditertawakan akan
bullying secara fisik tindakan langsung seperti terbawa oleh korban hingga dewasa. Masalah sosial
intimidasi secara langsung membuat satu atau lebih yang dialami oleh korban bullying akibat aniaya
orang terluka secara fisik, seperti memukul sosial tersebut menurut Stuart dan Laraia (2005)
seseorang. Bullying yang nyata seperti aniaya fisik akan menimbulkan dampak langsung maupun tidak
366
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

langsung yang diproses oleh otak yaitu di limbic kejahatan kekerasan (penggunaan upaya paksa
sistem (memory) dan thalamus. secara tidak sah, meliputi pembunuhan,
penganiayaan, perampokan, perkosaan dan
Bentuk aniaya sosial yang dialami oleh partisipan serangan seksual lainnya), pembunuhan (upaya
dalam penelitian ini didukung oleh penelitian yang melenyapkan nyawa orang lain, baik yang
dilakukan Peterson & Rigby (1999) dalam Sullivan, intensional maupun tidak), penganiayaan (tindakan
Clearly and Sullivan Ginny (2004) berupa pengucilan yang menyebabkan luka tubuh), dan perampokan
sosial, mengungkapkan rahasia seseorang, dan (pencurian dengan mempergunakan upaya paksa)
menyakiti seseorang secara tidak sengaja. Swart & (Meliala, 2009). Berdasarkan definisi dan bentuk-
Bredekamp (2009) menyatakan bahwa aniaya sosial bentuk dari violence dan abuse dapat disimpulkan
menyebabkan mereka sakit hati dan merasa takut, bahwa perilaku bullying berbeda dengan perilaku
dan pengucilan sosial paling sering dialami oleh kekerasan yang lain seperti violence dan abuse.
partisipan tersebut. Aniya sosial yang dialami oleh Perilaku Bullying Yang Terselubung
partisipan dalam penelitian ini sejalan dengan Perilaku bullying yang terselubung yang dialami oleh
temuan Besag (2006), Neser etal (2003) dan Rigby partisipan dalam penelitian ini diantaranya yaitu
(2004) dalam Swart & Bredekamp (2009) yang aniaya psikologis dan aniaya verbal. Aniaya
menemukan jenis bullying aniaya sosial pada psikologis yang dialami oleh korban diantaranya
partisipan penelitiannya. yaitu tidak betah, merasa tertekan, merasa takut dan
merasa kecewa. Aniaya psikologis merupakan jenis
Olweus dalam Sheras and Tippins (2002) bullying non verbal secara langsung. Menurut
berpendapat bahwa ketika seseorang di bully secara Sullivan, Clearly and Sullivan Ginny (2004) bullying
berulangkali dari waktu ke waktu dan mendapatkan jenis ini termasuk membuat gestur tubuh dan wajah
perilaku negatif seperti tindakan fisik, verbal atau yang kasar atau jahat dan sering tidak dianggap
sosial dimana pengganggu sengaja menyebabkan sebagai tindakan bullying yang relatif tidak
cedera atau ketidaknyamanan dari satu individu atau berbahaya. Kenyataannya hal tersebut dapat
lebih dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan digunakan pelaku bullying untuk mengontrol
menyakitkan. Aniaya fisik dan aniaya sosial yang seseorang, dan mengintimidasi serta mengingatkan
dialami oleh korban bullying, otak akan memproses mereka bahwa pelaku adalah mereka yang sering
informasi dari indera dan respon perilaku yang mengasingkan seseorang setiap saat.
dihasilkan seperti yang dituliskan oleh Stuart dan
Laraia (2005) dalam bukunya bahwa perilaku Korban yang mengalami aniaya psikologis menurut
tersebut akan disusun di otak dalam kategori Sullivan, Clearly and Sullivan Ginny (2004) akan
berikut: kognisi, persepsi, emosi, perilaku & gerakan, merasa sendiri, marah, depresi, tidak berdaya, benci,
sosialisasi. Pengolahan informasi yang diperoleh sakit hati, sedih, takut, merasa tidak manusiawi,
melibatkan organisasi masukan sensorik oleh proses merasa diinjak-injak, tidak berguna, atau merasa
otak dalam respon perilaku. Input sensorik dari dendam. Respon psikologi yang dilakukan saat orang
indera baik internal maupun eksternal disaring mengalami aniaya psikologis menurut Stuart dan
sesuai dengan fokus perhatian dan kemampuan Laraia (2005) terjadi interaksi beberapa akses
untuk mengingat, belajar, membedakan, neuroendokrin yang melibatkan hormone
menafsirkan, dan mengatur informasi seseorang. pertumbuhan, prolactin, adrenocorticotropic
Hasil yang jelas telah diperoleh dalam pemikiran hormone (ACTH), luteinizing and follicle-stimulating
seseorang, mengamati, perasaan, perilaku, dan hormones, thyroid-stimulating hormone,
keterkaitan dengan orang lain. vasopressin, oxytocin, insulin, epinephrine,
norepinephrine, dan berbagai neurotransmitter yang
Perilaku bullying yang nyata baik aniaya fisik maupun ada di dalam otak. Fight of flight merupakan respon
aniaya sosial yang dialami oleh para partisipan dalam fisiologis yang merangsang saraf simpatik dari sistem
penelitian ini dari pembahasan diatas dapat saraf otonom dan meningkatkan aktivitas dari
disimpulkan bahwa perilaku yang dilakukan oleh hipofisis dan adrenal. Selain itu, stress telah
seseorang (pembully) kepada korban bully mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang
(partisipan) dalam bentuk fisik diantaranya ditoyor, mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
didorong, dipukul, ditendang, dilemparin, dicubit, melawan penyakit.
dijambak dan disikut. Sementara aniaya sosial yang
dialami oleh korban bully (partisipan) yaitu diejek, Aniaya psikologis yang diterima oleh korban bullying
dipojokin, dicemooh, diadu domba, direndahin, dan akan disimpan ke dalam memori otak. Memori
disalahkan serta didiemin. Kekerasan lain yang adalah tempat penyimpanan dari hasil pengetahuan
terjadi disekitar kita seperti selain bullying yaitu tentang dunia. Fungsi biologis memori dilakukan
violence dan abuse. Violence dan abuse (kekerasan) dibeberapa bagian otak seperti sistem limbic.
adalah timbulnya luka fisik secara paksa seperti Seseorang yang menerima aniaya psikologis akan
367
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

memiliki dampak psikologis sesuai dengan kejadian dendam. Selain itu perilaku bullying yang
yang diingatnya. Aniaya psikologis yang dialami oleh terselubung yang dialami oleh partisipan juga
partisipan dalam penelitian ini sejalan dengan mempengaruhi kerja sistem neurotransmitter yang
penelitian Peterson & Rigby (1999) dalam Sullivan, ada didalam otak, jika hal tersebut tidak dapat
Clearly and Sullivan Ginny (2004) partisipan dalam diatasi oleh individu khususnya korban bullying akan
penelitiannya laki-laki sebanyak 12,9% dan mengalami perilaku maladaptif.
perempuan sebanyak 5,3% sering merasa terancam. Dampak Korban Bullying
Perilaku bullying yang diterima oleh partisipan dalam
Perilaku bullying yang terselubung selain aniaya penelitian ini baik perilaku bullying yang nyata
psikologis yang diterima oleh korban atau partisipan maupun perilaku bullying yang terselubung
dalam penelitian ini yaitu aniaya verbal. Aniaya memberikan beberapa dampak bagi para korban
verbal yang diterima diantaranya yaitu labeling dan atau partisipan. Dampak yang dialami oleh partisipan
bentakan. Bullying secara verbal menurut Sullivan, dalam penelitian ini diantaranya yaitu dampak fisik,
Clearly and Sullivan Ginny (2004) adalah tindakan dampak psikologis, dan dampak sosial.
seperti memanggil secara kasar, melakukan
pemerasan uang atau harta benda, intimidasi umum Dampak fisik yang dialami oleh partisipan
atau ejekan secara berlebihan, mengata-ngatai, diantaranya seperti sulit tidur, pusing, dan berdebar-
memberikan komentar yang membenci atau debar, disaat seseorang mengalami tekanan atau
mengejek, memberikan kata-kata yang seksualitas ansietas hal-hal tersebut akan terjadi. Ansietas
atau kata-kata kasar, ejekan yang berisi dendam menurut Stuart dan Laraia (2005) adalah
atau membuat komentar yang kejam, dan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
menyebarkan berita yang salah dan berbahaya. berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
Memberikan label dan mengejek mulai dilakukan berdaya. Ansietas dapat diekspresikan secara
oleh anak-anak, mereka mengetahui hal tersebut langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku
adalah bullying. Mereka mulai menggunakan yang secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
labeling dan ejekan dengan sengaja dan secara sadar atau mekanisme koping untuk melawan ansietas
untuk menyakiti orang lain dengan kata-kata tersebut. Respon tubuh terhadap tekanan yang
tersebut (Sheras and Tippins, 2002). dialami dibagi dalam dua tipe yaitu respon
parasimpatik dan simpatik. Respon parasimpatik
Bullying secara verbal sering digunakan pada korban sistem tubuh kardiovaskuler menunjukan seperti
yang tidak berdaya, menurut Sheras and Tippins pusing, dan respon simpatik pada sistem
(2002) hal tersebut merupakan penyebab dampak kardiovaskuler mengalami palpitasi (berdebar-
yang menetap pada diri korban seperti tidak percaya debar), sistem neuromuskular mengalami insomnia
diri dan memiliki emosional yang rapuh dikemudian (susah tidur).
hari. Selain itu juga bullying secara verbal menurut
Sheras and Tippins (2002) dapat menyebabkan Respon fisiologis menurut Stuart dan Laraia (2005)
penurunan kepercayaan yang tajam, harga diri tersebut terjadi karena biologis dasar dari
rendah, depresi dan ansietas. Aniaya verbal yang neurotransmitter tertentu mengalami gangguan
dialami oleh partisipan penelitian selaras dengan kecemasan. Sistem tersebut yaitu sistem GABA
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) bahwa (gamma aminobutyric acid) yang mana mengontrol
responden dalam penelitiannya mendapatkan aktivitas, atau tingkat pembakaran di bagian otak
bullying secara verbal sebanyak 172 orang/remaja. yang bertanggung jawab terhadap kejadian
Bullying secara verbal juga dialami oleh partispan kecemasan. Dampak bullying menurut Rigby (2003)
dalam penelitian yang dilakukan oleh Swart & korban sering mengalami kelemahan fisik yang
Bredekamp (2009) mereka memperoleh aniaya ditandai dengan gejala psikosomatik.
verbal seperti dibentak, mendapat perkataan yang
buruk, menerima semacam labeling, dan lain Berdasarkan uraian diatas, dan tanda gejala ansietas
sebagainya dan terjadi dalam 24 jam sehari. yang diungkapkan oleh partisipan seperti respon fisik
(sulit tidur, pusing, dan berdebar), respon kognitif
Berdasarkan data hasil penelitian dan pemaparan (berfokus pada perhatiannya),respon perilaku dan
berbagai teori yang terkait dengan perilaku bullying emosi (perasaan tidak aman). Tanda gejala ansietas
yang terselubung seperti aniaya psikologis dan yang dialami oleh partisipan sesuai dengan tanda
aniaya verbal dapat disimpulkan bahwa korban yang dan gejala ansietas yang diungkapkan oleh Keliat
mengalami aniaya psikologis dan verbal akan merasa (2011) yaitu tanda dan gejala ansietas meliputi
tertekan, marah, ansietas, sedih, depresi, tidak respon fisik, respon kognitif, dan respon perilaku dan
berdaya, putus asa, benci, sedih, takut, merasa emosi. Berdasarkan tanda dan gejala ansietas
terasingkan, tidak percaya diri, harga diri rendah, tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak fisik
bahkan korban memiliki niat untuk membalas perilaku bullying baik perilaku bullying yang nyata
368
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

maupun perilaku bullying yang terselubung dapat individu dan pengembangan karakter, serta
menyebabkan ansietas. Tingkat ansietas menurut kelemahan dan harga diri rendah cukup dirasakan
Stuart dan Laraia (2005) memiliki rentang respon dampaknya yang diperkuat oleh perilaku bullying.
mulai dari ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas Bullying memiliki dampak jangka panjang yang serius
berat, dan tingkat panik. Respons adaptif yang bagi kepribadian individu dan pengembangan
ditunjukan saat seseorang mengalami ansietas yaitu karakter seperti yang di sampaikan oleh Sullivan,
antisipasi, ringan, dan sedang. Sementara respons Clearly and Sullivan Ginny (2004), hal tersebut sesuai
maladaptif yang ditunjukan saat seseorang dengan ciri-ciri perkembangan dewasa awal yaitu
mengalami ansietas yaitu ansietas berat hingga eksplorasi identitas, khususnya dalam relasi
panik. Respons maladaptif dari ansietas, jika telah romantik dan pekerjaan (Cote, 2009; Kroger,
ditunjukan oleh partisipan sebaiknya dilakukan Martinussen, & Marcia, 2010 dalam Santrock, 2011).
intevensi keperawatan sesuai dengan diagnosa Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang
keperawatan ansietas dalam NANDA dalam berpikir secara realistis dan pragmatis, serta
Wilkinson & Ahern (2011). Intervensi yang dilakukan berpikiran reflektif dan relativistik (Santrock, 2011).
untuk mengatasi ansietas yaitu seperti lakukan Selain itu masa dewasa awal adalah masa dimana
bimbingan antisipasi, lakukan penurunan ansietas, berkembangnya suatu kreativitas (Santrock, 2011),
ajarkan tekhnik menenangkan diri, lakukan dan memiliki tugas perkembangan seperti
peningkatan koping, serta berikan dukungan emosi mendapatkan pekerjaan, memilih seorang teman
Nic dalam Wilkinson & Ahern (2011). hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau
isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan
Dampak lain yang disebabkan oleh bullying yang anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga,
dialami oleh partisipan selain dampak fisik yaitu menerima tanggung jawab sebagai warga negara
dampak psikologis diantaranya yaitu tidak percaya (Hurlock, 1980). Dampak tidak percaya diri dan harga
diri. Seseorang yang mengalami tekanan (bullying) diri rendah dapat mempengaruhi tugas
secara terus menerus akan memiliki dampak tidak perkembangan dewasa awal tersebut.
percaya diri, hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Stuart dan Laraia (2005) bahwa seseorang dengan Dampak tidak percaya diri dan harga diri rendah juga
konsep diri yang lemah atau negatif atau lemah dan dapat mempengaruhi mahasiswa keperawatan
tidak percaya diri, mungkin telah mengalami khususnya yang dituntut untuk menyelesaikan
penyempitan atau terdistorsi persepsi. Mereka yang masalah secara ilmiah, belajar aktif dan mandiri,
merasa mudah terancam, tingkat kecemasannya serta harus memiliki profil Community Leader,
akan naik dengan cepat, dan kemudian ia akan Manager, Care Provider, dan Educator (AIPNI, 2010).
menjadi sibuk dengan membela diri. Sebaliknya, Dampak tidak percaya diri dan harga diri rendah
seseorang dengan konsep diri yang kuat atau positif yang dialami oleh para partisipan dalam penelitian
dapat menjelajahi dunianya secara terbuka dan ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
jujur, karena mereka memiliki latar belakang Glew, Fan, Katon, Rivara, & Kernic (2005) dalam
penerimaan dan keberhasilan yang mendukung Leong (2006) menyatakan bahwa korban mengalami
mereka. Harga diri rendah adalah dampak yang keraguan diri dan penurunan harga diri. Dampak
terjadi pada partisipan selain dampak tidak percaya yang sama yang diperoleh Rigby (2003) dalam
diri. Harga diri menurut Stuart dan Laraia (2005) penelitiannya bahwa dampak yang dialami korban
adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, yaitu rendahnya kesejahteraan psikologi, keadaan ini
yang didasarkan pada perilaku yang sesuai dengan umumnya dianggap tidak menyenangkan,
ideal dirinya yang mana frekuensi mempengaruhi menyedihkan, rendah diri, perasaan marah dan
perasaan seseorang mencapai tujuan secara sedih.
langsung sesuai dengan kompetensi harga diri tinggi
atau harga diri rendah. Harga diri berasal dari dua Dampak tidak percaya diri dan harga diri rendah
sumber utama yaitu diri sendiri dan orang lain. Harga yang dialami oleh para partisipan dalam penelitian
diri rendah disebabkan ketika seseorang kehilangan ini serta pemaparan teori-teori dan penemuan yang
cintanya, seseorang merasa gagal dan tidak telah diuraikan diatas yang sesuai dengan harga diri
dibutuhkan oleh orang lain. rendah, serta dari tanda dan gejala yang peneliti
amati saat wawancara dilakukan, dan didukung
Dampak seperti tidak percaya diri dan harga diri dengan pernyataan dari partisipan seperti partisipan
rendah yang dialami oleh para partisipan penelitian merasa tidak mampu, pandangan hidup yang
ini akan berpengaruh terhadap tugas psemisis, lebih banyak menunduk, bicara lambat
perkembangannya sebagai dewasa awal. Menurut dengan nada suara lemah, mengkritik diri sendiri,
Sullivan, Clearly and Sullivan Ginny (2004) kehilangan dan penurunan produktivitas. Berdasarkan hal
harga diri pada tahap kritis kehidupan dapat tersebut peneliti dapat menegakkan diagnosa
memiliki jangka panjang yang serius bagi kepribadian keperawatan pada partisipan penelitian yaitu
369
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

gangguan konsep diri: harga diri rendah (Keliat, mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi
2011). Sementara diagnosa keperawatan yang dapat kehidupan seseorang, hal tersebut berkaitan dengan
ditegakkan sesuai dengan NANDA dalam Wilkinson & berlaku dan meresapi emosi dan identik dengan
Ahern (2011) yaitu risiko harga diri rendah emosi Stuart dan Laraia (2005). Respon emosional
situasional. Intervensi keperawatan menurut NIC yang ditunjukan dari akibat bullying yang dialami
dalam Wilkinson & Ahern (2011) yang dapat oleh korban selain mempengaruhi perasaan, juga
dilakukan diantaranya berikan dukungan mempengaruhi kognitif dari korbannya, seperti
perlindungan terhadap penganiayaan, memberikan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,
konseling pada partisipan/korban, dan membantu kebingungan dan keraguan Stuart dan Laraia (2005).
partisipan dalam meningkatkan harga diri. Dampak psikologis merasa sedih seperti menangis
Dampak psikologis lain yang disebabkan oleh merupakan metode koping jangka pendek yang
perilaku bullying yaitu merasa malu, merasa marah, dilakukan oleh korban bullying. metode koping
merasa tidak berdaya, merasa sedih dan merasa tersebut sesuai dengan teori Bell (1997) dalam
takut, merasa trauma, berpikiran negatif, serta Stuart (2009) yaitu cara ini adalah konstruktif dan
berhati-hati dalam mengambil keputusan. Hal merupakan cara yang efektif dan realistis dalam
tersebut seperti yang diungkapkan oleh Sullivan, menangani masalah psikologis dalam kurun waktu
Clearly and Sullivan Ginny (2004) bahwa korban yang lama. Berhati-hati dalam mengambil keputusan
bullying mungkin merasa sendiri, merasa marah, respon yang dilakukan partisipan saat menerima
merasa depresi, merasa tidak berdaya, benci, sakit bullying, hal tersebut sesuai dengan penuturan Keliat
hati, merasa sedih, merasa takut serta merasa (1999) bahwa individu akan mencoba berhati-hati
trauma. Dampak psikologis tersebut dapat untuk menyelesaikan masalah (task oriented
mempengaruhi neurobiological, respon tersebut reaction/ koping penyelesaian masalah).
dapat diperlihatkan dari perilaku adaptif hingga
respon maladaptif. Dampak yang dialami oleh para partisipan dalam
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Dampak psikologis yang dialami oleh korban bullying dilakukan oleh Ramadhoni (2013) dampak yang
tersebut diproses oleh otak yaitu brainstem, yang dialami oleh korban bullying antara lain dampak
menghasilkan norepinephrin (NE) yang memiliki secara psikologis misalnya marah, kesal, tertekan,
fungsi meningkatkan fluktuasi dengan tidur dan terintimidasi, dan stress setelah mengalami bullying.
terjaga dan memainkan peran dalam perubahan Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh
tingkat perhatian dan kewaspadaan yang terlibat Swart dan Bredekamp (2009) dampak yang dialami
dalam menghubungkan nilai yang bermanfaat untuk oleh korban sangat beragam diantaranya yaitu
stimulus dan dalam regulasi suasana hati. Selain itu dampak jangka pendek korban merasa sakit hati,
NE juga berperan dalam gangguan afektif dan malu dan takut, merasa kesal. Dampak psikologis
kecemasan, antidepresan disini memblokir reuptake bullying menurut Leong (2006) dapat berdampak
NE ke dalam sel presinaps atau menghambat pada tekanan psikologis yang dianggap lebih serius
monoamone oxidase dari metabolisme tersebut dan termasuk tingkat kecemasan tinggi, depresi dan
(Stuart dan Laraia (2005). Selain NE menurut Stuart bahkan berpikir untuk bunuh diri.
dan Laraia (2005) dopamine (DA) juga
mempengaruhi emosi seseorang, yang berfungsi Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan
untuk mengendalikan gerakan yang kompleks, bahwa seseorang yang di bully akan mengalami
motivasi, dan kognisi dalam mengatur respon depresi. Hal tersebut diperkuat dengan adanya
emosional. Emotional selain dipengaruhi oleh NE beberapa perilaku yang ditunjukan oleh partisipan
dan DA, emosional juga dipengaruhi oleh serotonin seperti partisipan sangat sensitif, mengalami
yang menunjukan peran dalam gairah dan modulasi penurunan konsentrasi, berdiam diri dan
tingkat aktivitas SSP, khususnya tidur. Serotonin memperlihatkan ekspresi wajah yang datar atau
berperan dalam suasan hati dan mungkin dalam sedih, tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas,
delusi, halusinasi, dan skizofrenia. Serotonin juga bahkan partisipan menarik diri atau perilaku acting
berperan dalam gangguan afktif dan kecemasan. out (membalas/ menjadi perilaku bully). Tanda dan
gejala yang dialami oleh partisipan sesuai dengan
Variasi suasana hati adalah bagian alami dari pernyataan yang dikemukakan oleh Keliat (2011)
kehidupan, yang menunjukkan seseorang melihat bahwa perilaku yang menunjukan depresi adalah
dunia dan menanggapinya. Suasana hati yang terdapat satu atau lebih gangguan fisik (lelah, susah
ekstrim menurut Stuart dan Laraia (2005) terkait tidur), konsentrasi berkurang, kecemas atau
dalam pengalaman manusia seperti kreativitas, kegelisahan, suasana hati sedih. Definisi depresi
kegilaan, putus asa, ekstasi, romantisme, karisma sendiri menurut Keliat (2011) adalah suatu gangguan
pribadi, dan pengerusakan interpersonal. Suasana jiwa yang ditandai dengan sedih yang
hati adalah keadaan emosional berkepanjangan yang berkepanjangan, proses pikir melambat disertai
370
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

penurunan motivasi dan perilaku lamban yang ketidaksukaan terhadap tempat kerja, sekolah,
terkesan malas (trias depresi), dan depresi sendiri merasa kesepian, isolasi (Rigby, 2003).
bukan kelemahan atau kemalasan tetapi
ketidakberdayaan individu untuk mengatasi Berdasarkan dari hasil data wawancara dan analisis
masalahnya. Berdasarkan tanda dan gejala yang dari berbagai literature diatas bahwa individu atau
ditunjukan oleh partisipan dan diperkuat dengan partisipan yang di bully akan memiliki dampak sosial
teori yang dikemukakan oleh Keliat (2011) dapat seperti antisosial dan apatis. Perilaku antisosial dan
ditegakan diagnosa keperawatan menurut NANDA apatis yang diungkapkan oleh partisipan dalam
dalam Wilkinson & Ahern (2011) yang muncul pada peneitian ini yaitu partisipan merasa diasingkan dan
partisipan yang mengalami bully yaitu depresi. seolah-olah sendirian, menjauhi teman, serta tidak
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan saat fokus terhadap sekitar atau tidak perduli dengan
individu mengalami depresi menurut Keliat (2011) lingkungan. Menurut Stuart (2004) perilaku yang
yaitu berikan konseling pada individu dan keluarga teramati pada respons sosial maladaptif mewakili
dengan berfokus pada kegiatan jangka panjang upaya individu untuk mengatasi ansietas yang
pendek seperti aktivitas yang menyenangkan atau berhubungan dengan kesepian, rasa takut,
yang membangkitkan kepercayaan diri, membimbing kemarahan, malu, rasa bersalah, dan merasa tidak
individu untuk memperbaiki pola pikir sehingga tidak aman. Respons sosial yang seringkali terjadi meliputi
terpusat pada pikiran negative atau rasa bersalah manipulasi, narkisisme, dan impulsif. Perilaku
dan melawan pesimisme dan kritik terhadap diri manipulasi ditunjukan oleh partisipan dalam
serta tidak bertindak sesuai perasaan. penelitian ini seperti partisipan berorientasi pada diri
sendiri, bukan berorientasi pada orang lain.
Dampak sosial merupakan dampak terakhir yang Sementara perilaku narkisisme yang ditunjukan oleh
dialami oleh para partisipan korban bullying. partisipan yaitu harga diri yang rapuh, dan secara
Dampak tersebut diantaranya yaitu antisosial dan terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
apatis. Dampak sosial dapat mempengaruhi perilaku dan pujian. Berdasarkan tanda dan gejala dan
yang berkaitan dengan sosialisasi yang disebabkan perilaku maladaptif yang ditunjukan oleh partisipan
oleh respon neurobiologis maladaptive seperti maka dapat ditegakan diagnosa keperawatan sesuai
antisosial dan apatis (Stuart dan Laraia, 2005). dengan NANDA dalam Wilkinson & Ahern (2011)
Antisosial adalah perilaku yang menunjukan yaitu isolasi sosial. Intervensi keperawatan NIC
seseorang menarik diri dari hubungan sosial, dan dalam Wilkinson & Ahern (2011) yang dapat
apatis menurut Stuart dan Laraia (2005) adalah diberikan untuk mengatasi masalah tersebut
suatu perilaku yang kurang memiliki perasaan, diantaranya yaitu memodifikasi perilaku seperti
emosi, minat, atau kepedulian. Dampak tersebut keterampilan sosial, membantu individu dalam
sangat mempengaruhi terhadap tugas tumbuh peningkatan koping, membantu individu dalam
kembang dewasa awal yaitu menjadi saling meningkatkan kesadaran diri, dan membantu
tergantung dengan orang tua dan teman, menikah, individu dalam peningkatan bersosialisasi, serta
memiliki anak. memfasilitasi individu dalam meningkatkan sistem
dukungan.
Dampak sosial yang dialami oleh partisipan dalam Mekanisme Koping Korban Bullying
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan
dilakukan oleh Ramadhoni (2013) dampak sosial dalam penelitian ini sebagai korban bullying
yang dialami oleh korban yaitu terisolir di sekolah diantaranya yaitu penyelesaian masalah berfokus
karena tidak memiliki teman dan masalah yang pada diri sendiri dan penyelesaian masalah berfokus
dialami korban berdampak di rumah. Sullivan. K, pada orang lain. Koping menurut Kozier (2002) dapat
Clearly.M & Sullivan. G (2004) yang mengemukakan diartikan sebagai keberhasilan mengahadapi atau
bahwa seringkali korban bullying merasa canggung menangani masalah dan situasi. Sedangkan menurut
untuk memulainya, dan merasa gelisah untuk Folkman&Lazarus (1984) koping adalah upaya
berinteraksi dengan teman sebaya yang memiliki kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan
peran penting dalam tahap pembangunan diri eksternal dan internal tertentu yang dinilai
mereka. Selain itu juga siswa lain secara aktif membebani atau melewati batas sumber daya yang
menghindari para korban bulying karena takut akan ada dalam diri inividu. Pengertian mekanisme koping
menjadi korban selanjutnya (Leong, 2006). Dalam sendiri menurut Keliat (1999) adalah cara yang
banyak kasus, anak-anak yang di bully mungkin tidak dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,
memiliki keterampilan sosial untuk berhubungan menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon
yang nyaman dengan orang lain (Rigby, 1996 dalam terhadap situasi yang mengancam. Berdasarkan
Leong, 2006), dan penyesuaian sosial yang buruk definisi diatas maka yang dimaksud mekanisme
seperti perasaan enggan terhadap lingkungan sosial, koping adalah cara yang digunakan individu dalam
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang
371
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

terjadi dan situasi yang mengancam baik secara koping individu dalam mengatasi masalah psikologis
kognitif maupun perilaku. seperti beralih pada aktifitas lain agar dapat
melupakan masalah (metode koping jangka pendek)
Mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan dan melakukan latihan fisik untuk mengurangi
dalam penelitian ini yaitu penyelesaian masalah ketegangan (metode koping jangka panjang).
berfokus pada diri sendiri seperti menarik diri, Mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan
membatasi pergaulan, menyalahkan diri sendiri, sejalan dengan penelitian Gamliel et al. (2003)
mencari aktivitas lain, dan mencari dukungan dalam Swart & Bredekamp (2009) korban juga
spiritual. Penyelesaian masalah seperti menarik diri menulis tentang perasaannya, latihan secara fisik,
dan membatasi pergaulan yang dilakukan oleh memukul sesuatu yang tidak membahayakan bagi
partisipan sejalan dengan mekanisme koping yang dirinya maupun orang lain. Sementara menurut
dikemukakan oleh Freud yaitu menarik diri. Reaksi Romadhoni (2013) yaitu dengan mengalihkan
ini merupakan respon yang umum dalam mengambil perhatian pada hal lain, seperti bermain game.
sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk
tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respons Mencari dukungan spiritual merupakan mekanisme
ini disertai dengan depresi dan sikap apatis. Selain koping yang dilakukan oleh partisipan dalem
itu yang dilakukan individu saat mengalami tekanan menghadapi tekanan (bullying). mekanisme koping
strategi yang dilakukan menurut Lazarus & Folkman tersebut sesuai dengan respon psikologis terhadap
(1984) adalah Emotion-Focused coping, dimana stresor menurut Freud dalam Keliat (1999) supresi
individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur merupakan suatu proses pengendalian diri yang
emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan terang terangan ditujukan menjaga agar impuls-
dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap
atau situasi yang penuh tekanan. Mekanisme koping terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu
seperti menarik diri dan membatasi diri sejalan secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum).
dengan penelitian Sullivan. K, Clearly.M & Sullivan. G Mekanisme koping mencari dukungan spiritual yang
(2004) bahwa seringkali korban bullying merasa dilakukan oleh partisipan sejalan dengan penelitian
canggung untuk memulainya, dan merasa gelisah yang dilakukan oleh Romadhoni (2013) yaitu hanya
untuk berinteraksi dengan teman sebaya yang bisa mengucap istighfar.
memiliki peran penting dalam tahap pembangunan
diri mereka. Mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan
Penyelesaian masalah yang berfokus pada diri korban bullying dalam penelitian ini selain
sendiri selain menarik diri dan membatasi diri, penyelesaian masalah berfokus pada diri sendiri,
penyelesaian masalah lain yang dilakukan oleh partisipan juga melakukan penyelesaian masalah
partisipan dalam penelitian ini sebagai korban berfokus pada orang lain, seperti menyalahkan
bullying yaitu menyalahkan diri sendiri. Mekanisme orang lain, mencari aliansi, selektif dalam
koping yang dilakukan oleh korban seperti yang berinteraksi, dan sikap balas dendam. Saat individu
dikemukakan oleh Freud dalam kelliat (1999) yaitu megalami tekanan, mekanisme yang akan dilakukan
mekanisme koping Introjeksi Merupakan bentuk adalah meyalahkan orang lain, hal ini seperti sejalan
sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, dengan pendapat yang dikemukakan oleh Freud
norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga dalam Keliat (1999) bahwa seseorang yang
ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar. mengalami tekanan akan melakukan proyeksi.
Rasa benci atau kecewa terhadap bullying yang Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini,
diterimanya dialihkan dengan cara menyalahkan diri biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri
sendiri. Mekanisme koping yang dilakukan oleh pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa
partisipan korban bullying dalam penelitian ini yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh besarkan.
Sullivan, Cleary & Sullivan (2004) banyak korban
menyalahkan diri sendiri, korban percaya bahwa itu Mencari aliansi merupakan mekanisme koping yang
adalah kelemahan yang mereka miliki atau dilakukan oleh partisipan saat mereka merasa
ketidakmampuan yang memberikan kontribusi untuk tertekan. Hal ini sesuai dengan pedapat Freud dalam
mereka menjadi korban bully. Keliat (1999) menyatakan bahwa saat orang
mengalami tekanan akan melakukan fiksasi, dimana
Mencari aktivitas lain merupakan mekanisme koping dalam menghadapi kehidupannya individu
yang dilakukan oleh partisipan korban bullying dalam dihadapkan pada suatu situasi menekan yang
penelitian ini dalam penyelesaian masalah berfokus membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan,
pada diri sendiri. Mekanisme koping yang dilakukan sehingga membuat individu tersebut merasa tidak
oleh korban sesuai dengan yang dikemukakan oleh sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat
Bell (1997) dalam Stuart (2009) bahwa mekanisme perkembangan normalnya terhenti untuk sementara
372
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi dalam menyelesaikan permasalahannya. Semakin
terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena banyak dukungan yang diperoleh individu maka akan
tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu semakin mudah untuk menyelesaikan
yang sangat tergantung dengan individu lain permasalahannya. Oleh karena itu, suatu
merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan permasalahan dapat dianggap sebagai suatu
fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi tantangan bagi individu sehingga dia siap untuk
mandiri. Mencari aliansi yang dilakukan oleh menghadapi dan menyelesaikan permasalahan
partisipan sejalan dengan pendapat yang tersebut. Sedangkan efek negatif dari tidak adanyan
dikemukakan oleh Bell (1997) dalam Stuart (2009) dukungan sosial, individu menjadi tidak dapat
bahwa metode koping yang digunakan oleh individu menyelesaikan permasalahannya karena tidak dapat
dalam mengatasi masalah psikologis dalam jangka membagikan masalahnya kepada orang lain sehingga
panjang yaitu Berbicara dengan orang lain. menghadapinya dengan menangis, mengisolasikan
Mekanisme koping tersebut sejalan dengan diri dan bentuk-bentuk emotional focused coping
penelitian yang dilakukan oleh Gamliel et al. (2003) lainnya. Mekanisme koping yang digunakan
dalam Swart & Bredekamp (2009) yaitu korban akan partisipan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
bercerita dengan orang lain, bahkan berbicara oleh Sari (2010) bahwa responden dalam
dengan hewan peliharaannya. penelitiannya banyak menggunakan emotional
Selektif dalam berinteraksi merupakan mekanisme focused coping sebanyak (53,89%). Sedangkan
koping lain yang dilakukan oleh para partisipan responden yang menggunakan problem focused
dalam penelitian ini. Selektif dalam berinteraksi coping sebanyak (46,10%).
sesuai dengan intelektualisasi yaitu suatu respon
individu dalam menghadapi stressor yang Berdasarkan uraian mekanisme koping yang
dikemukakan oleh Freud dalam Keliat (1999). dilakukan oleh partisipan dalam peneltian ini,
Apabila individu menggunakan teknik peneliti menyimpulkan bahwa mekanisme koping
intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang yang digunakan oleh partisipan masih banyak
seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menggunakan emotional focused coping.
menekan dengan cara analitik, intelektual dan Mencermati dari hal tersebut peneliti menyarankan
sedikit menjauh dari persoalan. saat individu mengalami tindakan buly, hal-hal yang
perlu dilakukan yaitu pertama pergi menjauhi orang
Sikap balas dendam sering ditunjukkan individu saat yang melakukan bully, jika hal tersebut
mengalami tekanan. Mekanisme koping yang memungkinkan untuk dilakukan. Tindakan Kedua
dilakukan oleh partisipan sejalan dengan pendapat yang perlu dilakukan yaitu mengucapkan stop
Freud dalam Keliat (1999) bahwa seseorang dalam kepada pem-bully, jika anda merasa aman dan
posisi terterkan respon koping yang ditunjukan yaitu percaya diri untuk melakukannya. Tindakan yang
adalah acting out. Individu langsung mencetuskan harus dilakukan selanjutnya yaitu cobalah untuk
perasaan bila keinginan terhalang, misalnya mengontrol emosi anda saat anda di bully jangan
mengatasi problem dengan jalan paling sedikit menunjukan ekspresi yang takut atau marah.
bertengkar. Mekanisme koping yang dilakukan Tindakan terakhir yang perlu dilakukan saat anda di
partisipan dalam penelitian ini sejalan dengan bully yaitu jangan mencoba melawan, respon ini
penelitian yang dilakukan oleh Gamliel et al. (2003) mungkin hanya akan melanjutkan perilaku yang
dalam Swart & Bredekamp (2009) yaitu korban buruk atau bahkan perilaku bully selanjutnya.
membalas dendam terhadap orang yang Tindakan atau Respon tersebut dapat mengurangi
mengintimidasinya. kejadian bully yang selama ini terjadi, dan tidak akan
pernah putus seperti rantai kehidupan. Respon
Mekanisme koping yang digunakan oleh para tersebut sesuai dengan cara yang disarankan oleh
partisipan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan ADL (2012) yaitu jika anda menjadi target bully
pembahasan diatas partisipan menggunakan lakukan hal-hal berikut diantaranya yaitu
problem focused coping dan emotional focused menyimpan bukti, jangan merespon, melaporkan
coping. Partisipan yang mendapatkan banyak kejadian bully, menjaga diri agar tidak menjadi
dukungan sosial menggunakan problem focused korban bully dengan cara mengubah password email
coping. Sedangkan partisipan yang mendapatkan dan mengunci halaman sosial media anda, dan
sedikit atau tidak mendapatkan dukungan sosial mencari dukungan dari group.
manggunakan emotional focused coping. Hal ini
sesuai dengan pendapat Webb & Colette (1975) Respon yang perlu dilakukan oleh partisipan setelah
dalam Sari (2010) yang mengatakan bahwa individu di bully menurut ADL (2012) yaitu menceritakan
yang memiliki banyak dukungan sosial cenderung kepada teman dan melaporkan kepada orang tua
menggunakan problem focused coping. Efek positif atau pihak yang berwajib. Sementara Respon yang
dari dukungan sosial sangat mempengaruhi individu perlu dilakukan seiring waktu kejadian bully yaitu
373
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

mencari tempat yang aman, mempraktekkan cara diinginkan dalam pikiran individu untuk didapatkan
menanggapi perilaku bully, mengekspresikan atau dicapai. Individu ingin mengalami,
perasaan anda melalui buku harian, jurnal, maupun mendapatkan menciptakan ataupun menjadikan
video yang dapat merekam pemikiran dan perasaan keinginannya menjadi kenyataan. Individu yang
anda. Respon yang terkahir dilakukan yaitu mencari memiliki harapan tinggi cenderung membuat tujuan
teman baru, hobi atau minat yang dapat mengisi yang meningkat sedikit demi sedikit dari tujuan yang
hari-hari anda. telah dicapai sebelumnya (Linely & Joseph, 2004).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menekan Snyder, et. Al (1991) dalam Pramita (2008) dalam
angka kejadian bullying di dunia pendidikan penelitiaannya juga menemukan bahwa individu
menurut Sullivan, Clearly and Sullivan Ginny (2004) yang memiliki harapan yang tinggi cenderung untuk
terdapat enam tingkatan pendekatan diantaranya menciptakan tujuan dalam berbagai bidang
yaitu pertama menambah pengetahuan dan keahlian kehidupan, dan memiliki tujuan yang meningkat
seperti membaca literature-literatur yang tersedia sedikit demi sedikit (Westerop, 2002 dalam Pramita,
mengenai anti bullying dan terbiasa dengan program 2008).
anti bullying yang ada. Pendekatan yang kedua yaitu
meyakinkan pihak-pihak yang ada di lingkungan Harapan lain yang diinginkan oleh para partisipan
pendidikan seperti kepala sekolah atau program yaitu harapan terhadap lingkungan seperti membina
studi, wakil prodi atau kepala sekolah, staf guru, hubungan sosial dan lingkungan yang kondusif.
para siswa senior, dan managemen tim senior. Harapan menurut Weil (2000) dalam Pramita (2008)
Pendekatan ketiga yaitu membentuk sebuah mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor
rencana dalam group yang bertujuan untuk yang dapat mempengaruhi harapan individu salah
mengembangkan pendekatan yang alamiah. satunya yaitu dukungan sosial. Harapan memiliki
Pendekatan selanjutnya yaitu dengan cara kaitan erat dengan dukungan sosial. Keluarga dan
mengembangkan rencana tindakan. Pendekatan teman pada umumnya diidentifikasi sebagai sumber
yang kelima yaitu melaksanakan rencana yang telah harapan untuk individu (Raleigh, 1992, dalam Weil,
dibuat seperti melakukan penelitian, berkonsultasi, 2000 dalam Pramita, 2008). Herth (1989, dalam
mengembangankan persetujuan tentang definisi Weil, 2000 dalam Pramita, 2008)
bullying, membangun keamanan, merencanakan mengidentifikasikan pertahanan hubungan peran
tindakan. Pendekatan yang ke enam yaitu keluarga sebagai sesuatu yang penting bagi tingkat
melakukan evaluasi. harapan dan coping.

Penanganan yang dapat digunakan untuk membantu Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian
mengurangi dampak yang dialami oleh para korban ini bahwa harapan yang lebih dominan dari para
bullying menurut Sullivan, Clearly and Sullivan Ginny partisipan korban bully yaitu harapan yang berasal
(2004) yaitu membuat program kepemimpinan, dari diri sendiri seperti ingin dihargai oleh orang lain,
belajar tentang pengalaman bullying dalam bentuk percaya diri, bisa memulai pembicaraan. Harapan-
drama sosial, memberikan dukungan kepada harapan yang dituturkan oleh partisipan tersebut
individu melalui bantuan teman sebaya, dan sesuai dengan kriteria kesehatan jiwa menurut
merubah dinamika sosial dengan pendekatan tidak Stuart (2004) yaitu sikap positif terhadap diri sendiri,
menyalahkan. pertumbuhan, perkembangan, dan aktualisasi diri,
Harapan Korban Bullying integrasi dan ketanggapan emosional, otonomi dan
Harapan menurut Snyder (1994) dalam Pramita kemantapan diri, persepsi realitas yang akurat,
(2008) adalah kemauan jiwa serta kekuatan jalan penguasaan lingkungan dan kompetensi sosial.
dalam mencapai tujuan. Sementara menurut Linley Harapan-harapan yang dituturkan oleh para
& Joseph (1994) harapan dapat dipahami sebagai partisipan dalam penelitian ini sesuai dengan tugas
gabungan dari motivasi intrinsik, self-efficacy pribadi perkembangan dewasa awal sendiri yaitu individu
dan harapan akan hasil. Adapun harapan para mampu melakukan interaksi yang akrab dengan
partisipan dalam penelitian ini yaitu harapan dari diri orang lain, terutama lawan jenis, dan mempunyai
sendiri dan harapan terhadap lingkungan. pekerjaan. Individu pada tahap perkembangan ini
dituntut untuk mandiri dan mencukupi kebutuhan
Harapan dari diri sendiri dari partisipan meliputi dirinya sendiri dengan bekerja. Aktualisasi diri
mempunyai kepercayaan diri (PD), bisa memulai merupakan kebutuhan setiap individu yang memiliki
pembicaraan, dan ingin dihargai oleh orang lain. sehat jiwa terlebih lagi korban bully yang
Harapan yang diinginkan oleh para partisipan sesuai membutuhkan dukungan yang lebih besar dari
dengan teori yang dikemukakan oleh Snyder (1994) lingkungan sekitarnya untuk melakukan aktualisasi
dalam Pramita (2008) harapan memiliki 3 komponen diri, bahkan pelaku bully juga membutuhkan
salah satunya yaitu tujuan. Tujuan merupakan aktualisasi diri karena dia ingin dianggap kuat, hebat
obyek, pengalaman, atau hasil yang dibayangkan dan dibandingkan dengan orang lain.
374
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

KESIMPULAN DAN SARAN B. Saran


A. Kesimpulan 1. Bagi Pendidikan
1. Pada tujuan khusus pengalaman bullying pada Penelitian mengenai bullying ini hendaknya
mahasiswa keperawatan di Jakarta dalam dapat dimasukan kedalam kurikulum
perspektif kesehatan jiwa didapatkan tema pembelajaran mata kuliah keperawatan jiwa dan
perilaku bullying yang nyata, perilaku bullying dikembangkan cara menyelesaikan dampak
yang terselubung, dan dampak korban bullying. bullying pada mahasiswa.
2. Pada tujuan khusus kedua yaitu respon
mahasiswa keperawatan sebagai korban bullying 2. Bagi Mahasiswa
di Jakarta didapatkan tema mekanisme koping Mengingat dampak bullying yang dialami oleh
korban bullying. korban bullying sangat kompleks bagi individu,
3. Pada tujuan khusus terakhir yaitu harapan oleh sebab itu mahsiswa melakukan bimbingan
mahasiswa keperawatan sebagai korban bullying konseling khususnya korban bullying, dan
didapatkan tema harapan korban korban memberikan sosialisasi anti bullying di institusi-
bullying. institusi pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
menyimpulkan bahwa dampak bullying pada a. Pada penelitian tentang dampak bullying
mahasiswa keperawatan yang ditemukan sangat selanjutnya, sebaiknya perlu melakukan
kompleks dan berbahaya bagi korbannya. Peneliti penelitian yang lebih mendalam dengan metode
menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul kualitatif tentang studi fenomenologi: dampak
menurut NANDA dari dampak yang dialami oleh psikologis yang dialami oleh korban bullying.
partisipan diantaranya yaitu ansietas, risiko harga b. Menggunakan partisipan yang lebih bervariasi
diri rendah situasional, dan depresi. Mekanisme lagi dari jenis kelamin, partisipan penelitian
koping yang dilakukan oleh para partisipan korban jangan hanya mahasiswa keperawatan sehingga
bullying yaitu emosional focus coping, dan adapun akan mendapatkan hasil penelitian yang lebih
harapan-harapan yang dominan yang diharapkan mendalam.
oleh partisipan yaitu ingin dihargai, percaya diri. Hal c. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu
tersebut sesuai dengan kriteria kesehatan jiwa melakukan penelitian kuantitatif tentang faktor-
bahwa individu yang sehat jiwa memiliki keinginan faktor yang mempengaruhi mekanisme koping
untuk mengaktualisasikan dirinya semaksimal pada korban bullying.
mungkin, baik korban maupun pelaku bullying.

DAFTAR PUSTAKA
ADL. (2012). 10 Ways To Respond To bullying. Astuti, Ponny Retno. (2008). Meredam Bullying: 3
Diakses pada hari Senin, 24 Februari 2014. Cara Effektif Menanggulangi
Pukul 16.39 WIB. Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia
http://www.adl.org/assets/pdf/education- Widiasarana Indonesia.
outreach/10-Ways-to-Respond-to- Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian
Bullying.pdf Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Afiyanti, Yati & Rachmawati, Imami Nur. (2014). Becher, J & Visovsky, C. (2012). Horizontal Violence
Metodologi Penelitian Kualitatif In Nursing. Medsurg Nursing Professional
Dalam Riset Keperawatan. Jakarta: P.T Practice, Volume 21, no. 4
Rajagrafindo Persada. BPS. (2010). Sensus Penduduk Tahun 2010. Diakses
Ahira, Anne. (2014). Mengenal Suku Asli di pada hari Sabtu, tanggal 25
Kalimantan Barat. Diakses pada hari Januari 2013, pukul 20.30 WIB.
Minggu, tanggal 08 Juni 2014, pukul 15.00 http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tab
WIB. el?searchtabel=Penduduk+Menurut+Kelom
http://www.anneahira.com/kalimantan- pok+Umur+dan+Jenis+Kelamin&tid=336&se
barat.htm arch-
. Tradisi Dan Karakter Khas Suku wilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang
Jawa. Diakses pada hari Minggu, tanggal 08 =id
Juni 2014, pukul 15.00 WIB. Esyandi, Dodi. (2013). Wakil Rektor ITN Malang Akui
http://www.anneahira.com/jawa.htm Ada Kekerasan Seksual saat Ospek. Diakses
AIPNI. (2010). Kurikulum Pendidikan Ners. Depok: pada hari Senin, tanggal 09 Desember 2013,
Universitas Indonesia. pukul 13.30 WIB.
375
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

http://www.tribunnews.com/regional/2013 McIntyre, Tom and Franks, Alexis. (2014). Dealing


/12/09/wakil-rektor-itn-malang-akui-ada- with Bullying. Diakses pada hari
kekerasan-seksual-saat-ospek Senin, 24 Februari pukul 12.25 wib.
Gadis. (2013). Aksi Bunuh Diri akibat bullying. http://www.behavioradvisor.com/Bullying.h
diakses pada hari Kamis 20 juni 2013, pukul tml
10.30 WIB. Meliala, Adrianus. (2009). Agresi Dan Kejahatan
http://www.gadis.co.id/gaul/aksi/bunuh.dir Kekerasan. Diakses pada hari Selasa, 15 Juli
i.akibat.bullying/001/006/194 2014. Pukul 16.37 WIB.
Garringer, Michael. (2008). Bullying Prevention and http://www.adrianusmeliala.com/files/kulia
Intervention. U.S. Department of Education: h/kul_19082009100146.ppt
the Office of Safe and Drug-Free Schools. Moleong, L.J. (2013). Metodologi Penelitian
Hall, C dan Lindzey, G. (2009). Psikologi Kepribadian I Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya
Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Ed. 18. Nugraha, S. (2011). Peranan pemuda dan mahasiswa
Yogyakarta: Kanisius. yang visioner. Diakses pada Rabu, 22 Januari
Hammond, R. Elizabeth. (2011). Horizontal Violence 2013 pukul 19.30 WIB.
Among Student Nurses: It’s Time We Stop http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/08
Eating Our Young. Diakses pada hari Minggu /peranan-pemuda-dan-mahasiswa-yang-
02 Februari 2014, pukul 20.30 WIB. visioner-345114.html.
http://www.nursinglibrary.org/vhl/bitstrea O’connell, J. (2003). Bullying at school. California:
m/10755/291014/1/Hammond- Department of Education.
Ritschard_Elizabeth_54026.pdf Olweus, D. (2003). Bullying In Schools: Facts And
James, Alana. (2010). School Bullying. Diakses pada Intervention. Diakses pada Hari Sabtu, 12
hari Minggu tanggal 13 Oktober 2013, pukul Oktober 2013. Pukul 13.40 wib.
14.39 WIB. http://www.ggdkennisnet.nl/?file=549&m=
http://www.nspcc.org.uk/inform/research/ 1310459526&action=file.downlod
briefings/school_bullying_pdf_wdf73502.pd Pollit, D.F., Beck, C.T., & Hungler, B.P. (2002).
f Nursing research; methods, appraisal, and
th
Kaplan, Harold I & Sadock, Benjamin J. (2011). utilization (5 ed). Philadelphia: Lippincott
Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Williams & Wilkins.
Perilaku Psikiatri Klinis. Tangerang: Bina Prabowo, Surya h. Y (2013). 30 Penyidik Dalami
Rupa Aksara Publisher. Kasus Kematian Mahasiwa ITN Fikri. Diakses
Keliat, Budi Ana. (1999). Penatalaksanaan stres. pada hari Senin 16 Desember 2013. Pukul
Jakarta : EGC 13.30 WIB.
Keliat, Budi Ana. (2011). Manajemen Keperawatan http://www.tribunnews.com/regional/2013
Psikososial dan kader Kesehatan Jiwa: /12/16/30-penyidik-dalami-kasus-kematian-
CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC. mahasiwa-itn-fikri
. Keperawatan Pramita, Agita. (2008). Harapan Pada Remaja
Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN Penyandang Thalasemia Mayor. Skripsi.
(Intermediate Course). Jakarta: EGC. Depok: F.PSI.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Rahayu, Dezy. P. (2012). Penerapan Misconduct Slip
Koesoema A, Doni. (2007). Pendidikan karakter: dan Faktor-Faktor Penyebab Bullying di SMP
strategi mendidik anak di zaman global. X (studi kasus: 3 siswa-siswi Pelaku Bullying
Jakarta: Grasindo di SMP X, Lampung Tengah). Skripsi. Depok:
Kozier. (2002). Buku Ajar Keperawatan. Edisi 7. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jakarta: EGC Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan
Lazarus,S.R dan Folkman (1985). Stress appraisal and Sosial.
coping. New York : Publishing Compay Rigby, Ken & Thomas, E. Barrington. (2010). How
Leong, Goh Chee. (2006). The Psychosocial Impact Of Schools Counter Bullying; Policies and
Violence Against Children. Malaysia: United Procedures in Selected Australian Schools.
Nations Secretary-General’s Study On Australian Council for Educational Research:
Violence Against Children. Acer Press
Levianti. (2008). Komformitas dan Bullying Pada Rigby, Ken. (2003). Consequences of Bullying in
Siswa. Jurnal psikologi, volume 6, Schools. The Canadian Journal of Psychiatry,
no. 1 volume 48, no.09. diakses pada hari Rabu,
Linley, P.A & Joseph, Stephen (ed). (2004). Positive 08 Januari 2013, pukul 22.33 WIb.
psychology in practice. New Jersey: John http://ww1.cpa-
Wiley & Sons, Inc. apc.org:8080/publications/archives/cjp/2003/o
ctober/rigby.pdf
376
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 5, Juni 2015 ISSN : 1693-6868

Romadhoni, Dyah S. L (2013). Adversity Quotient Sullivan, keith,. Mark, Clearly, and Sullivan, Ginny.
pada Remaja Korban Bullying. Skripsi. (2005). Bullying Secondary School: What It
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Looks Like And How to Manage it. London:
Kalijaga Paul Chapman Publishing.
Santrock, John W. (2012). Life-Span Development; Suryanis, Afrilia. (2013). Jakarta Timur dominasi
perkembangan masa hidup, edisi kasus kekerasan anak. Diakses pada Hari
ketigabelas, jilid 2. Jakarta: Erlangga. Kamis 20 Juni 2013, pukul 10.30 WIB.
Sari, Puspita. (2010). Coping Stress Pada Remaja http://www.tempo.co/read/news/2013/04/
Korban Bullying Di Sekolah “X”. Jurnal 03/064470887/Jakarta-Timur-Dominasi-
Psikologi Universitas Esa Unggul, volume. 8, Kasus-Kekerasan-Anak
no. 2 Susilo, Richard. (2013). Ijime no Sekai, Bullying ala
Sejiwa. (2010). Penelitian mengenai kekerasan di Jepang. Diakses pada hari Selasa 11 Juni
sekolah 2008. Diakses pada hari Senin, 2013, pukul 22.30 WIB.
tanggal 21 Oktober 2013, pukul 09.30 WIB. http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/0
http://sejiwa.org/penelitian-mengenai- 6/11/ijime-no-sekai-bullying-ala-jepang
kekerasan-di-sekolah-2008/ Swart, S & Bredekamp, J. (2009). Non-physical
Setiawati, Octa R. (2008). Bullying: Kekerasan Teman bullying: exploring the perspectives of Grade
Sebaya di Balik Pilar Sekolah. Diakses pada 5 girls. South African Journal of Education,
hari Rabu, tanggal 23 Oktober 2013, pukul volume 29, hlm.405-425.
10.30 WIB. Triyuda, Pandu. (2012). Komnas PA: Tahun 2011
http://www.kabarindonesia.com/berita.php Bullying di Sekolah 139 Kasus, Tahun Ini 36
?pil=13&dn=20080623203208 Kasus. Diakses pada hari Kamis, tanggal 24
Siswati & Widayanti, Costrie Ganes. (2009). Oktober 2013, pukul 13.00 WIB.
Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri http://news.detik.com/read/2012/07/29/14
di Semarang: Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal 1619/1977653/10/
psikologi UNDIP, volume. 05, no. 2 Virgianti, Kartika. (2013). Bullying pada Masa Kecil
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2005). Brunner & Dapat Berdampak Pada Masa Bekerja.
Sudarth’s textbook of medical-surgical Diakses pada hari Sabtu, 25 Januari 2013,
th
nursing. Volume 1. (8 ed). (Agung Waluyo. pukul 11.30 WIB.
Terjemahan). Jakarta: EGC http://satuharapan.com/index.php?id=109
Statistik. (2013). Jumlah penduduk usia 15-64 tahun. &tx_ttnews[tt_news]=3946&cHash=1
Diakses pada hari Sabtu tanggal 25 Januari Waluya, Bagja. (2007). Sosiologi: Menyelami
2013,pukul 18.30 WIB. Fenomena Sosial Di Masyarakat Untuk Kelas
http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=pendu Xi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
duk_15&info1=3. Program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Streubert, H.J. & Carpenter, D.R. (2003). Qualitative Bandung: PT Setia Purna Inves
Research In Nursing; Addvancing the Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa
Humanistic Imperative, third edition. keperawatan: diagnose NANDA, intervensi
Philadelpia: Lippicott William & Wilkins. NIC, Kriteria hasil NOC. Ed.9. Alih bahasa,
Stuart, Gail.W. (2004). Buku Saku keperawatan Jiwa. Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa
Ed.5. Jakarta: EGC Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.
.(2009). Prinsiples and Practise Yayasan Sejiwa. (2005). Bullying A-Z. Diakses pada
th
psyhiartic nursing. ( 9 edition). St Louis: hari Kamis 20 Juni 2013, pukul 09.00 WIB.
Mosby http://sejiwa.org/a-z/

377

Anda mungkin juga menyukai