Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI KASUS

SEORANG PEREMPUAN USIA 54 TAHUN DENGAN GLAUKOMA AKUT


SUDUT TERTUTUP

Disusun Oleh:

Putu Putri Andiyani Dewi G99161013


Yurike Rizkhika G99161113
Yanu Tomang Sari G99162007
Pramitha Yustia G99161073
Fitri Maulani G99162166
Ade Puspa Sari G99161008

Pembimbing:
Farahdina Rahmawati, dr., Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
2018

BAB I

0
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Ny. DL
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jebres, Solo
Tanggal periksa : 19 Februari 2018
No. RM : 00-99-xx-xx
Cara Pembayaran : Umum

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Mata kanan merah dan cekot-cekot

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli mata RSUD Moewardi dengan keluhan mata kanan
merah dan cekot-cekot sejak 2 bulan SMRS. Keluhan disertai dengan
pandangan kabur dan rasa mengganjal. Pasien juga mengeluhkan mata
kanannya kadang-kadang berair (nerocos) dan kadang terasa silau. Pasien
pernah memeriksakan diri ke mantri dan dokter umum namun tidak membaik.
Kemudian pasien berobat ke RSUD Karanganyar dan diberikan obat minum 2x
sehari dan obat tetes polydex, karena keluhan tidak kunjung membaik pasien
dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat sakit serupa : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal

1
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat trauma : disangkal
 Riwayat mata merah : disangkal
 Riwayat operasi mata : disangkal
 Riwayat benjolan di mata : disangkal
 Riwayat infeksi / iritasi mata : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


 R. Hipertensi : disangkal
 R. Kencing manis : disangkal
 Riwayat benjolan di mata : disangkal
 Riwayat infeksi / iritasi mata : disangkal

E. Kesimpulan
Anamnesis
OD OS
Proses Hambatan Pengeluaran -
Cairan Mata
Lokalisasi Sudut Iridokornea -
Sebab Tidak Diketahui -
Perjalanan Kronis -
Komplikasi Kebutaan -

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik E4V5M6, gizi kesan cukup
T = 110/80 mmHg N = 88x/menit RR = 20x/menit S= 37,00C

B. Pemeriksaan subyektif OD OS
Visus sentralis jauh 1/60 6/6

2
Pinhole Tidak Maju tidak dilakukan
Refraksi non refraksi non refraksi
Visus Perifer
Konfrontasi test Lapang pandang Lapang pandang
Menyempit sama dengan pemeriksa

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang tidak ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
Kelainan warna tidak ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang

Geraknya dalam batas normal dalam batas normal


3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Heteroforia tidak ada tidak ada
Strabismus tidak ada tidak ada
Pseudostrabismus tidak ada tidak ada
Exophtalmus tidak ada tidak ada
Enophtalmus tidak ada tidak ada
Anopthalmus tidak ada tidak ada
4. Ukuran bola mata
Mikrophtalmus tidak ada tidak ada
Makrophtalmus tidak ada tidak ada

3
Ptisis bulbi tidak ada tidak ada
Atrofi bulbi tidak ada tidak ada
Buftalmus tidak ada tidak ada
Megalokornea tidak ada tidak ada
5. Gerakan Bola Mata
Temporal superior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal inferior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal dalam batas normal dalam batas normal
Nasal dalam batas normal dalam batas normal
Nasal superior dalam batas normal dalam batas normal
Nasal inferior dalam batas normal dalam batas normal
6. Kelopak Mata
Gerakannya dalam batas normal dalam batas normal
Lebar rima 10 mm 10 mm
Blefarokalasis tidak ada tidak ada
Tepi kelopak mata
Oedem tidak ada tidak ada
Margo intermarginalis tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Entropion tidak ada tidak ada
Ekstropion tidak ada tidak ada

7. Sekitar saccus lakrimalis


Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
8. Sekitar Glandula lakrimalis
Odem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada

4
9. Tekanan Intra Okuler
Palpasi Kesan Meningkat kesan normal
(N+)
Tonometer Non Kontak - 12
10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada


Konjungtiva Fornix
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada


Konjungtiva Bulbi
Pterigium tidak ada tidak ada
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada


Injeksi konjungtiva tidak ada tidak ada
Caruncula dan Plika Semilunaris
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada


11. Sklera
Warna hiperemis putih
Penonjolan tidak ada tidak ada
12. Kornea

5
Ukuran 12 mm 12 mm
Limbus jernih jernih
Permukaan edema (+) rata, mengkilat
Sensibilitas normal normal
Keratoskop (Placido) tidak dilakukan tidak dilakukan
Fluoresin Test tidak dilakukan tidak dilakukan
Arcus senilis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Isi jernih jernih
Kedalaman dangkal dalam
14. Iris
Warna coklat coklat
Gambaran spongious spongious
Bentuk bulat bulat

Sinekia Anterior tidak ada tidak ada


15. Pupil
Ukuran 3 mm 3 mm
Bentuk bulat bulat
Tempat tidak sentral sentral
Reflek direk (+) (+)
Reflek indirek (+) (+)
Reflek konvergensi baik baik

16. Lensa
Ada/tidak ada ada
Kejernihan jernih jernih
Letak sentral sentral
Shadow test tidak dilakukan tidak dilakukan
17. Corpus vitreum

6
Kejernihan tidak dilakukan tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


OD OS
Visus Sentralis Jauh 1/60 6/6
Pinhole Tidak Maju tidak dilakukan
Visus Perifer
Konfrontasi test Lapang Pandang Lapang Pandang Sama
Menyempit Dengan Pemeriksa
Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam dalam batas normal dalam batas normal
orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Kelopak mata dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan Intra Okuler Kesan Meningkat kesan normal
Konjunctiva bulbi dalam batas normal dalam batas normal
Sklera Hiperemis dalam batas normal
Kornea dalam batas normal dalam batas normal
Camera oculi anterior Dangkal dalam batas normal
Iris dalam batas normal dalam batas normal
Pupil dalam batas normal dalam batas normal
Lensa dalam batas normal dalam batas normal
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan
NCT - 12 mmHg

VII. GAMBAR

7
Gambar 1. Okuler Dextra-Sinistra

Gambar 2. Okuler Dextra

8
Gambar 3. Okuler Sinistra

VIII. DIAGNOSIS BANDING


- OD Glaukoma Akut (Sudut Tertutup)
- OD Glaukoma Kronis (Sudut Terbuka)
- Kelainan Refraksi

IX. DIAGNOSIS
OD Glaukoma Akut (Sudut Tertutup)

X. TERAPI
Non medikamentosa
- Edukasi pasien agar memeriksakan tekanan bola mata secara teratur.
- Edukasi pasien bahwa glaukoma tidak dapat disembuhkan, namun dapat
dikontrol dengan penggunaan obat-obatan, sehingga pasien harus teratur
menggunakan dan mengkonsumsi obat yang diberikan.

9
Medikamentosa
- Glaucon 3x250mg
- KSR 1x1
- Timolol Eye Drop 1 tetes tiap 12 jam OD
- Polydex Eye Drop 1 tetes tiap 3 jam OD

XI. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam
Ad sanam dubia et malam bonam
Ad kosmetikum bonam bonam
Ad fungsionam dubia et malam bonam

10
BAB II
GLAUKOMA
A. DEFINISI
Berasal dari kata Yunani yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan
warna tersebut pada penderita glaukoma.1
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan ekskavasi glaukomatosa, neuropati
saraf optik, serta kerusakan lapang panang. Penyakit ini bersifat kronik dan
progresif, ditandai dengan peninggian tekanan intraokular dan dapat disebabkan
oleh:1,2, 3
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.
Pada glaukoma akan terdapat penurunan fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta
degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut:1,3
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks)
b. Glaukoma sudut sempit
2. Glaukoma Kongenital
a. Primer atau infantile
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
3. Glaukoma Sekunder
Merupakan glaukoma yang timbul sebagai akibat dari penyakit lain dalam
bola mata.
a. Perubahan lensa
i. Luksasi
ii. Intumesen/pembengkakan
iii. Fakolitik
b. Kelainan uvea
i. Uveitis
ii. Tumor
c. Trauma
i. Hifema/perdarahan bilik mata depan
ii. Perforasi kornea dan prolaps iris

11
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan
katarak
e. Steroid

4. Glaukoma Absolut

C. PEMERIKSAAN GLAUKOMA
Jenis pemeriksaan pada glaukoma antara lain:3,4
1. Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan ini bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma.
2. Tonometri
Dilakukan untuk mengukur tekanan bola mata. Terdapat 4 cara untuk
melakukan tonometri, yaitu:
a. Palpasi/Digital
Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa.
b. Indentasi dengan tonometer Schiotz.
Pengukuran tekanan bola mata dengan menekan permukaan kornea
dengan beban yang bergerak bebas pada sumbunya.
c. Aplanasi dengan tonometer aplanasi Goldmann.
Pemeriksaan dengan mendatarkan permukaan kornea dengan
tonometer aplanasi Goldmann.
d. Non-Contact Pneumotonometry.
3. Gonioskopi
Merupakan pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa
kontak khusus. Dilakukan untuk menilai lebar sempitnya sudut mata depan.
4. Ophtalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan keadaan papil


optik, terutama pada glaukoma kronik.

D. GLAUKOMA PRIMER
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah
memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti:1
1. Gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata
yang menyempit.

12
2. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
(gonidiodisgenesis).
Glaukoma primer bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik
mata terbuka maupun tertutup. Untuk setiap glaukoma diperlukan pemeriksaan
gonioskopi.1
Glaukoma Simpleks
Glaukoma simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui dan
merupakan glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka.
Glaukoma simpleks ditegakkan bila ditemukan glaukoma pada kedua mata pada
pemeriksaan pertama tanpa ditemukan kelainan yang merupakan penyebab. Jika
pengaliran cairan mata (aqueus humor) keluar di sudut bilik mata normal, maka
disebut glaukoma hipersekresi.1
Pada umumnya glaukoma simpleks ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun,
walaupun kadang-kadang ditemukan pada usia muda. Diduga glaukoma simpleks
diturunkan secara dominan atau resesif pada 50% penderita, yang umumnya
secara genetik homozigot.1
Ekskavasi papil, degenerasi papil, dan gangguan lapang pandang dapat
disebabkan langsung atau tidak langsung oleh tekanan bola mata pada papil saraf
optik dan retina, ataupun pembuluh darah. Timbulnya gejala agak lambat dan
kadang tidak disadari penderita hingga akhirnya berlanjut pada stadium lanjut
kebutaan. Pada keadaan ini glaukoma simpleks tersebut berakhir dengan
glaukoma absolut.1,2
Pada glaukoma simpleks, tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih dari 20
mmHg. Mata tidak merah atau tidak dapat didapat keluhan yang mengakibatkan
terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari penderita.
Penderita mulai menunjukkan gejala apabila tekanan melebihi 35 mmHg. Akibat
tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil disertai excavatio glaucomatosa.1,2
Penegakkan diagnosis dilakukan dengan:2
1. Slit lamp examination of the anterior segment

13
2. Fundoscopy
3. Tonometry
4. Gonioscopy
5. Pachymetry
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penderita harus memakai obat seumur
hidup untuk mencegah kebutaan. Tujuan pengobatan adalah untuk memperlancar
pengeluaran cairan mata (aqueus humor) atau untuk mengurangi produksi cairan
mata sehingga TIO menurun.1,2
Diberikan pilokarpin (miotic agent) tetes mata 1-4% dan bila perlu ditambah
asetazolamid 3x1. Bila dengan pengobatan tekanan bola mata masih belum
terkontrol atau kerusakan papil saraf optik masih berjalan, maka dilakukan
pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan trabekulektomi laser atau
pembedahan trabekulektomi.1,3
Jika tekanan mata di atas 21 mmHg dan terdapat kelainan pada lapang pandang
dan papil, maka berikan pilokarpin 2% 3 kali per hari. Bila pada kontrol tidak
terdapat perbaikan, ditambahkan timolol (Beta-blocker/alpha agonist
combination) 0.25-0.5% 1-2 dd, asetazolamide 3x250 mg, atau epinefrin 1-2% 2
dd.1,2
Operasi dilakukan dengan indikasi glaukoma sudut terbuka dengan neuropati
optik yang memburuk dan pasien dengan dosis toleransi maksimum dengan terapi
sistemik yang tidak menunjukkan perbaikan. Jenis operasi yang dapat dilakukan
antara lain:2
1. Argon laser trabeculoplasty
2. Selective laser trabeculoplasty
3. Trabeculectomy
4. Drainage implant (ie, seton/tube/shunt) surgery
5. Ciliary body ablation
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Pada pasien
dianjurkan untuk:1
1. Penyakit ini tidak nyata dipengaruhi emosi.
2. Olah raga merendahkan tekanan bola mata sedikit.

14
3. Minum tidak boleh sekaligus banyak, karena dapat meningkatkan Tekanan
Intra Okuler (TIO)
4. Tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
5. Tekanan darah tinggi lama bila diturunkan cepat akan meningkatkan resiko
pada saraf mata akibat dari TIO.

E. GLAUKOMA ABSOLUT
Merupakan stadium akhir glaukoma dimana terjadi kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa,
mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.1,3
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar, alkohol retrobulbar, atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.1

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


2. Jeral A.B. 2014. Primary Open Angle Glaucoma. Medscape Reference. Tersedia
pada: http://emedicine.medscape.com/article/1206147overview
3. Ilyas, S., H.H.B. Mailangkay, Hilman T., Raman R.S., Monang S., Purbo S.W.
2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: CV Sagung Seto.
4. Ilyas, S. 2009. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

16

Anda mungkin juga menyukai