Anda di halaman 1dari 2

Manajemen Tawazun Dalam Kehidupan Muslim

Manusia selalu mencari keseimbangan dalam hidupnya karena keseimbangan berarti


kesempurnaan. Siapapun kita tak seorangpun akan menyangkal bahwa kesempurnaan
membawa kebahagiaan. Agama kita mengajarkan untuk senantiasa mencari titik
pertengahan dari setiap urusan karena sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan.

Dengan memiliki bermacam-macam kecenderungan dan menyeimbangkan serta


menyesuaikan satu dengan yang lain adalah hal yang urgen. Mengapa? Setiap kali orang
meluangkan waktu untuk banyak beribadah, muncul dalam jiwanya perasaan bahwa ia
telah melalaikan dan mengesampingkan persoalan dakwah. Demikian juga sebaliknya.
Suatu ketika ia sibuk dengan urusan dakwah hingga akhirnya ia merasa mengabaikan
urusan keluarga (hak-hak keluarga, kerabat, famili dsb.)

Tak sedikit fenomena futur terjadi karena seseorang tidak bisa menyeimbangkan
kecenderungan-kecenderungan itu. Untuk bisa mewujudkan itu, ada kaidah-kaidah yang
harus ada pada setiap orang yang mendambakan hidup tawazun (seimbang).Antara lain :

Persiapan sejak dini

Kecerdasan akal

Kondisi fisik dan mental yang positif

Kepribadian yang tawazun

Optimalisasi penggunaan waktu dan cita-cita tinggi

Manajemen hidup yang baik

Mengembangkan dasar-dasar berpikir ilmiah

Melihat secara utuh semua persoalan

Mengetahui/memiliki skala prioritas

Tidak mencampuradukkan antara angan-angan dan kenyataan

Tidak isti�jal (terburu-buru) mengharap sesuatu segera terwujud

Berupaya semaksimal mungkin dalam tawazun

Mengatur frekuensi pergaulan dengan orang lain

Memahami keterkaitan antara satu kecenderungan dengan kecenderungan yang lain.


Lebih jauh lagi penulis mengungkapkan bahwa tawazun sulit direalisasikan tanpa:

Rasa tumakninah dan aman, yaitu kondisi negara/wilayah tempat seorang muslim tinggal.

Mengosongkan diri dari angan-angan dan kegiatan dunia yang muluk-muluk.

Meluaskan ilmu dan wawasan intelektual.

Itulah sedikit ringkasan dari buku yang ditulis oleh Muhammad bin Hasan bin �Aqil
Musa. Semoga mengingatkan kita kembali untuk senantiasa menjaga keseimbangan
dalam hidup sehingga tercipta keharmonisan yang indah. Seperti alam ini, adakah Allah
menciptakan tidak seimbang?

Anda mungkin juga menyukai