Anda di halaman 1dari 4

RESUME 3 KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

MODUL 3
Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil
Kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam. Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI
1945, yakni: Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal
30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Kesiapsiagaan Bela Negara
adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik,
mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI
1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara.
Manfaat kesiapsiagaan bela negara antara lain membentuk sikap disiplin
waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain; membentuk jiwa kebersamaan dan
solidaritas antar sesama rekan seperjuangan; membentuk mental dan fisik yang
Tangguh; menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri; melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun
kelompok dalam materi Team Building; membentuk Iman dan taqwa pada agama
yang dianut oleh individu; berbakti pada orang tua, bangsa, agama; melatih
kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan;
menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin;
membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Kemampuan Awal Bela Negara
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal
bela negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan
dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga
kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara
menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung
nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
Kesehatan jasmani menjadi bagian dari definisi sehat dalam Undang-Undang
Kesehatan No. 36 tahun 2009. Artinya Anda dikatakan sehat salah satunya adalah
dengan melihat bahwa jasmani atau fisik Anda sehat. Kesehatan jasmani
mempunyai fungsi yang penting dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Semakin tinggi
kesehatan jasmani seseorang, semakin meningkat daya tahan tubuh sehingga
mampu untuk mengatasi beban kerja yang diberikan.
Sebagai Aparatur Sipil Negara, anda tidak hanya membutuhkan jasmani yang
sehat, tetapi juga memerlukan jasmani yang bugar. Kebugaran jasmani ini
diperlukan agar dapat menjalankan setiap tugas jabatan dengan baik tanpa keluhan.
Kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas/profesi masing-
masing, tergantung dari tantangan fisik yang dihadapinya. Komponen kebugaran
jasmani yang berhubungan dengan Kesehatan dan dapat diukur adalah komposisi
tubuh, ketentuan/fleksibilitas tubuh, kekuatan otot, daya tahan jantung paru, daya
tahan otot.
Pola hidup sehat yaitu segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang
dapat mengganggu kesehatan. Pola hidup sehat diwujudkan melalui perilaku,
makanan, maupun gaya hidup menuju hidup sehat baik itu sehat jasmani ataupun
mental. Kebiasaan-kebiasaan baik dalam pola hidup sehat yang perlu Anda
laksanakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan cara makan sehat, aktifitas
sehat, berpikir sehat, lingkungan sehat, istirahat sehat. Beberapa ciri jasmani yang
sehat adalah :
1. Normalnya fungsi alat-alat tubuh, terutama organorgan vital (jantung, paru).
2. Punya energi yang cukup untuk melakukan tugas harian (tidak mudah merasa
lelah)
3. Kondisi kulit, rambut, kuku sehat: menggambarkan tingkat nutrisi tubuh
4. Memiliki pemikiran yang tajam: asupan dan pola hidup yang sehat akan membuat
otak bekerja baik
Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus. Itu
sebabnya, salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan
memelihara kesehatan otak (healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak
(normal brain). Dengan mempertimbangkan sifat neuroplastisitas otak—dimana otak
dan lingkungan bisa saling pengaruh memengaruhi—maka kesehatan otak dapat
dibangun melalui kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual. Berpikir yang
sehat berkaitan dengan kemampuan seseorang menggunakan logika dan
timbangan-timbangan rasional dalam memahami dan mengatasi berbagai hal dalam
kehidupan. Dalam memahami pelbagai hal dalam kehidupan seseorang tidak saja
dituntut berpikir logis, tetapi juga kritis dan kreatif.
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen
penting dalam kesiapsiagaan jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus
dimiliki untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat
secara fisik dengan baik dengan menghindari efek cedera dan atau mengalami
kelelahan yang berlebihan.
Sasaran latihan kesiapsiagaan jasmani adalah mengembangkan dan/atau
memaksimalkan kekuatan fisik, dengan melatih kekuatan fisik akan dapat
menghasilkan:
1. Tenaga (Power). Kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara maksimal
disertai dengan kecepatan.
2. Daya tahan (endurance). Kemampuan melakukan pekerjaan berat dalam waktu
lama.
3. Kekuatan (muscle strength). Kekuatan otot dalam menghadapi tekanan atau
tarikan.
4. Kecepatan (speed). Kecepatan dalam bergerak,
5. Ketepatan (accuracy). Kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh dengan
kontrol yang tinggi
6. Kelincahan (agility). Kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh dengan
lincah.
7. Koordinasi (coordination). Kemampuan mengkoordinasikan gerakan otot untuk
melakukan sesuatu gerakan yang kompleks.
8. Keseimbangan (balance). Kemampuan melakukan kegiatan yang menggunakan
otot secara berimbang.
9. Fleksibilitas (flexibility). Kemampuan melakukan aktivitas jasmani dengan
keluwesan dalam menggerakkan bagian tubuh dan persendian.
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya,
baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan
diri dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat. Untuk itu
agar setiap orang dapat mencapai tingkat kesiapsiagaan mental yang baik, maka
hendaknya menerima dan mengakui dirinya sebagaimana adanya (Ikhlas dan
bersyukur); berpikir positif dan bersikap sportif; percaya diri dan memiliki semangat
hidup; siap menghadapi tantangan dan berusaha terus untuk mengatasinya;
terbuka, tenang, tidak emosi bila menghadapi masalah; banyak bergaul dan
bermasyarakat secara positif; banyak latihan mengendalikan emosi negatif, dan
membiasakan membangkitkan emosi positif; memiliki integrasi diri atau
keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam mengatasi problema hidup termasuk stress;
mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses mencapai
kematangan; mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain;
menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan; memiliki falsafah
atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi hidupnya; pengawasan
diri atau memiliki kontrol diri terhadap segala keinginan yang muncul; memiliki
perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.
Kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan
kemampuan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan manusia.
Kemampuan emosional meliputi, sadar akan kemampuan emosi diri sendiri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan
menyatakan perasaan orang lain, dan pandai menjalin hubungan dengan orang lain.
Kemampuan ini, merupakan kemampuan yang unik yang terdapat di dalam diri
seseorang, karenanya hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
kemampuan psikologi seseorang. Norman Rosenthal, MD, bukunya yang berjudul
“The Emotional Revolution”, menjelaskan cara untuk meningkatkan kecerdasan
emosional, yaitu Coba rasakan dan pahami perasaan anda; Jangan menilai atau
mengubah perasaan Anda terlalu cepat; Lihat bila Anda menemukan hubungan
antara perasaan Anda saat ini dengan perasaan yang sama di masa lalu;
Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda; Dengarkan tubuh Anda; Jika Anda
tidak tahu bagaimana perasaan Anda, mintalah bantuan orang lain; Masuk ke alam
bawah sadar Anda; Tanyakan pada diri Anda: Apa yang saya rasakan saat ini;
Tulislah pikiran dan perasaan Anda ketika sedang menurun; Tahu kapan waktu untuk
kembali melihat keluar.
Secara Etimologi Pengertian Etika berasal dari bahasa Yunani kuno dalam
bentuk tunggal yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan bentuk jamaknya yaitu “Ta etha”, berarti adat kebiasaan. Arti dari bentuk
jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles
dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata),
etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan (Bertens dalam Erawanto, 2013). Etiket adalah sebagai bentuk
aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun, dan
tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yang baik,
patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi, hubungan
baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai