NIP :
GOLONGAN : IX
2
1. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
3
5) Lingkungan Sehat 6) Istirahat Sehat
Mental (Mind, Mentis, jiwa) dalam pengertiannya yang luas berkaitan dengan
interaksi antara pikiran dan emosi manusia. Dalam konteks modul ini, kesehatan
mental akan dikaitkan dengan dinamika pikiran dan emosi manusia. Kedua komponen
inilah yang menjadi titik penting dari kehidupan manusia. Keduanya dapat diibaratkan
bandul yang saling mempengaruhi naik turun bandul tersebut. Pikiran berada di satu
sisi dan emosi berada di sisi lainnya. Keduanya berinteraksi secara dinamis.
Berpikir yang sehat berkaitan dengan kemampuan seseorang menggunakan
logika dan timbangan-timbangan rasional dalam memahami dan mengatasi berbagai
hal dalam kehidupan. Dalam memahami pelbagai hal dalam kehidupan seseorang
tidak saja dituntut berpikir logis, tetapi juga kritis dan kreatif, cara yang paling mudah
memahami kesehatan dalam berpikir adalah dengan memahami kesalahan dalam
berpikir. Sejumlah kesalahan berpikir (distorted thinking) berkontribusi dalam
pelbagai masalah mental manusia.
Kendali diri adalah tanda kesehatan mental dan kesehatan spiritual yang paling
tinggi. Secara sederhana, kendali diri adalah kemampuan manusia untuk selalu dapat
berpikir sehat dalam kondisi apapun.
4
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik
tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri
dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat. Anda dapat
dikatakan telah memiliki kesiapsiagaan mental, jika Anda mampu menerima dan
berbagi rasa aman, kasih sayang, kebahagiaan, dan rasa diterima oleh orang lain
dalam melakukan berbagai aktivitas.
Sasaran latihan kesiapsiagaan mental adalah dengan mengembangkan dan/atau
memaksimalkan kekuatan mental dengan memperhatikan modal insani, diantaranya
adalah modal intelektual, modal emosional, modal sosial, modal ketabahan, dan
modal etika/moral.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kesiapsiagaan mental adalah
bagaimana mengelola emosi, melalui kecerdasaran emosi. Kata Emosi berasal dari
perkataan emotus atau emovere, yang artinya mencerca “to strip up”, yaitu sesuatu
yang mendorong terhadap sesuatu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
emosi dapat diartikan sebagai: (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut
diwaktu singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis, seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.
apabila seseorang sudah dapat memanage, mengawasi, mengontrol, dan
mengatur emosinya dengan tepat, baik ketika orang tersebut berhadapan dengan
pribadinya, berhadapan dengan orang lain, orang tua, teman-teman, atau masyarakat,
berhadapan dengan pekerjaan, atau masalah-masalah yang muncul, maka orang
tersebut sudah dapat dikatakan mempunyai kecerdasan emosional. Karena kecerdasan
emosional adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
Apabila seseorang telah memiliki kemampuan yang tinggi untuk
mengendalikan secara efektif emosionalnya, memanage dirinya sendiri, dan memiliki
kesadaran sosial yang tinggi, maka perlu satu langkah lagi, yaitu bagaimana
memanage hubungan sosial yang telah berhasil dibangun agar dapat bertahan bahkan
berkembang lebih baik lagi. Hal ini, yang disebut sebagai manajemen hubungan
sosial. Jadi, manajemen hubungan sosial merupakan muara dari derajat kompetensi
emosional dan intelegensi.
5
C. Etika, Etiket Dan Moral
Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens dalam
Erawanto, 2013). Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta dalam
Bertens, 2011), etika mempunyai arti sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral)”.
Etiket adalah sebagai bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai
aturan tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama
manusia dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan
menimbulkan komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan
yang lain.
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu
mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti
yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’,
maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, kalau arti
kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-
nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa
asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin (Kanter
dalam Agoes dan Ardana, 2011).
D. Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia
di tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan.
Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan
perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai
bidang kehidupan manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun dapat berupa karya
terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga setempat terhadap bangsa lain di luar
daerahnya.
Kearifan lokal memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut:
a) Bentuk kearifan lokal dapat berupa gagasan, ide, norma, nilai, adat, benda, alat,
rumah tinggal, tatanan masyarakat, atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau
6
konkrit; sebagai hasil dari budi pekerti pengetahuan, keterampilan dan sikap
mulia manusia di suatu daerah.
b) Segala bentuk kearifan lokal yang dihasilkan oleh manusia mengandung nilai
kebaikan dan manfaat yang diwujudkan dalam hubungannya dengan lingkungan
alam, lingkungan manusia dan lingkungan budaya di sekitarnya; di tempat
manusia itu hidup;
c) Kearifan lokal yang sudah terbentuk akan berkembang dengan adanya pengaruh
kegiatan penggunaan, pelestarian, dan pemasyarakatan secara
baikdanbenarsesuaiaturanyang berlaku di lingkungan manusia itu berada;
d) Kearifan lokal dapat sirna seiring dengan hilangnya manusia atau masyarakat
yang pernah menggunakannya, sehingga tidak lagi dikenal kearifan lokal
tersebut; atau karena adanya pengalihan dan penggantian bentuk kearifan lokal
yang ada dengan hal-hal baru dalam suatu lingkungan manusia yang pernah
menggunakannya;
e) Kearifan lokal memiliki asas dasar keaslian karya karena faktor pembuatan oleh
manusia setempat dengan pemaknaan bahasa setempat, kegunaan dasar di daerah
setempat, dan penggunaan yang massal di daerah setempat.
f) Kearifan lokal dapat berupa pengembangan kearifan yang berasal dari luar namun
telah diadopsi dan diadaptasi sehingga memiliki ciri baru yang membedakannya
dengan kearifan aslinya serta menunjukkan ciri-ciri lokal
7
BELA NEGARA
Tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman. (UU No. 23 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahan Negara)
Aksi Nasional Bela Negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi
segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan
pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan
makmur
8
Menghormati serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Saling membantu dan tolong menolong antar sesama sesuai nilai-nilai luhur
Pancasila untuk mencapai kesejahteraan.
4. RELA BERKORBAN UNTUK BANGSA DAN NEGARA
Rela menolong sesama warga masyarakat yang mengalami kesulitan tanpa
melihat latar belakang sosio-kulturalnya. Mendahulukan kepentingan Bangsa
dan Negara dari pada kepentingan pribadi dan golongan.
Menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan untuk kepentingan
masyarakat, kemajuan bangsa dan negara.
Membela bangsa dan negara sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-
masing.
Berpartisipasi aktif dan peduli dalam pembangunan masyarakat bangsa dan
negara.
Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara tanpa pamrih.
5. MEMPUNYAI KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA
Memiliki kemampuan, integritas dan kepercayaan diri yang tinggi dalam
membela bangsa dan negara.
Mempunyai kemampuan memahami dan mengidentifikasi bentuk-bentuk
ancaman di lingkungan masing-masing........
Senantiasa menjaga kesehatannya sehingga memiliki kesehatan fisik dan
mental yang baik.
Memiliki Kecerdasan Emosional dan spiritual serta Intelejensi yang tinggi.
Memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal dalam menyikapi setiap
ancaman.
Memiliki kemampuan dalam memberdayakan kekayaan sumberdaya alam
dan keragaman hayati.