Anda di halaman 1dari 30

KEBIJAKAN PENETAPAN RISIKO INFEKSI PADA

PROSEDUR DAN PROSES ASUHAN INVASIF


DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) AL ISLAM
KEPUTUSAN DIREKTUR RS IBU DAN ANAK AL ISLAM
NOMOR : 009/KBJ/PPI/RSIA-AI/VI/2018
TENTANG
KEBIJAKAN PENETAPAN RISIKO INFEKSI PADA PROSEDUR DAN
PROSES ASUHAN INVASIF

DIREKTUR RS IBU DAN ANAK AL ISLAM

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam upaya pelayanan pasien yang bermutu di RSIA Al


Islam terkait pelaksanaan pengendalian infeksi di rumah sakit, maka
diperlukan asesmen risiko terhadap terjadinya infeksi di rumah sakit
2. Bahwa agar pelaksanaan asesmen risiko pengendalian infeksi tersebut
dapat terlaksana dengan baik perlu adanya Panduan Asesmen Risko
Pengendalian Infeksi di RSIA Al Islam sebagai landasan dalam
pelaksanaan tugas.
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir
1 dan 2 perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSIA Al Islam

MENGINGAT : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun


2017 tentang pedoman pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fsilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
270/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
lainnya
3. Ditjen Bina Kefarmasian dan alat kesehatan Depkes RI 2009 Buku
pedoman pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika
4. Buku Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, DEPKES RI, 2007.
5. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, DEPKES RI, 2007

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Penetapan risiko infeksi pada prosedur dan proses asuhan invasif antara
lain: Pencampuran obat suntik, pemberian suntikan, terapi cairan dll
sebagaimana Lampiran berikut ini ini.
KEDUA : Pelaksanaan kegiatan asesmen risiko pengendalian infeksi menjadi
tanggung jawab Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSIA
Al Islam
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini

Ditetapkan di Bandung
Pada tanggal 28 Juni 2018

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam

dr .Delle Heliani, Sp.OG


Direktur

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
LEMBAR PENGESAHAN

Tindakan Nama Jabatan Tandatangan Tanggal

Disiapkan Yani Yuliati., S.Kep. Ners Pembuat Dokumen 26 Juni 2018


Diperiksa Dr. Yani Triyani.,dr, SpPK, MKes Ketua Tim PPI 27 Juni 2018

Disetujui Dr. Delle Heliani., SpOG Direktur 28 Juni 2018

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK AL ISLAM
NOMOR : 009/KBJ/PPI/RSIA-AI/VI/2018
TANGGAL : 28 JUNI 2018

KEBIJAKAN PENETAPAN RISIKO INFEKSI PADA PROSEDUR DAN


PROSES ASUHAN INVASIF

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Rumah sakit mengidentifikasi proses yang terkait dengan resiko infeksi
yang ada di RSIA Al Islam.
2. Rumah sakit juga mengimplementasi strategi penurunan resiko infeksi
pada seluruh proses kegiatan.
3. Rumah sakit mengidentifikasi jenis resiko yang membutuhkan kebijakan
dan prosedur, edukasi staf, perubahan praktik dan kegiatan lainnya untuk
mendukung penurunan resiko.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam Menetapkan risiko infeksi pada
prosedur dan proses asuhan invasif (ICRA prosedur dan proses Invasif)
a. Pencampuran Obat suntik
b. Pemberian suntikan
c. Terapi Cairan
2. Pengkajian risiko infeksi di buat berdasarkan dari panduan ICRA Rumah
Sakit Ibu dan Anak Al Islam
3. Setiap prosedur dan proses asuhan invasif yang dilakukan di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Al Islam harus mengutamakan keselamatan pasen dan
petugas sesuai prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
C. PROSEDUR DAN ASUHAN PROSES INVASIF

1. PROSEDUR PENCAMPURAN OBAT


1.1. Penyiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan langkah
langkah sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan
prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu
pemberian)
2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah,
nomer batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak
jelas/tidak lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan,
tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label
obat, lampiran 1)
8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam
medis, ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman,
lampiran 2)
9. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran
dibuku 1: Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril)
10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan
dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

1.2. Pencampuran

1. Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah –


langkah sebagai berikut:
a. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
b. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap
Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
c. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan
dalam LAF.
d. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas
obat.
e. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
f. Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
g. Melakukan pencampuran secara aseptis

2. Tehnik memindahkan obat dari ampul


a. Membuka ampul larutan obat: (gambar 1)
1) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan
mengetuk-ngetuk bagian atas ampul atau dengan melakukan
gerakan J-motion.
2) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan
mengering.
3) Lilitkan kassa sekitar ampul.
4) Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul
dengan arah menjauhi petugas. Pegang ampul dengan posisi ini
sekitar 5 detik.
5) Berdirikan ampul.
6) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan.
b. Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul,
tarik seluruh larutan dari ampul, tutup needle.
c. Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam
syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali
larutan obat yang berlebih kembali ke ampul.
d. Tutup kembali needle.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
e. Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding
agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
f. Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
g. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.

3. Tehnik memindahkan sediaan obat dari vial :


a. Membuka vial larutan obat
1) Buka penutup vial.
2) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
3) Berdirikan vial
4) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan tertutup
b. Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
c. Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-
lahan memutar untuk melarutkan obat.
d. Ganti needle dengan needle yang baru.
e. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit
kosong sesuai volume yang diinginkan.
f. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit
tersebut.
g. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding
agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
h. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
i. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum
ke atas angkat jarum dan buang ke kantong buangan tertutup.
j. Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer
lock cap”.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
k. Seka cap dan syringe dengan alkohol.
l. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.
4. Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah
berisi obat hasil pencampuran.
5. Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-
obat yang harus terlindung dari cahaya.
6. Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman.
7. Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melalui pass
box.
8. Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah
pembuangan khusus
Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik

NO NAMA OBAT KETERCAMPURAN LARUTAN IV KETERANGAN


1 Acyclovir Larutan Dextrosa, Ringer's Lactat. NOTE: Tidak kompatibel dengan produk
larutan dextrose > 10% dapat menjadikan darah, larutan yang mengandung
kuning larutan (tidak mempengaruhi potensi protein Jangan simpan di lemari
obat) es
2 Albumin NaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibel dengan a Jangan gunakan jika larutan
5% dan 10% keruh.
jika kandungan larutan 5%-25%
gunakan NS atau D5W sebagai Jangan menggunakan SWFI
pelarut.
3 Amikacin Larutan Dextrosa, RL Inkompatibel masukkan > 1 jam sebelum
dengan heparin Penicillin

4 Aminophylline Larutan Dextrose, RL


5 Amphotericin B Lebih disukai dgn Dekstrosa 5% tidak kompatibel dengan NaCl 0.9%
(Fungizone) jangan dicampur dengan obat lain

6 Ampicillin Paling stabil dlm NaCl 0.9%


dekstrosa dapat digunakan tp tidak
dalam konsentrasi tinggi
7 Ampicillin sulbactam Dalam NaCL 0.9%lebih disukai
kompatibel dengan larutan yang
mengandung Dextrose dan RL
8 Calcium Gluconate Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL

9 Cefepime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
10 Cefotaxime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL

11 Ceftazidime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

12 Ceftriaxone Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa

13 Chloramphenicol Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

14 Ciprofloxacine Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa

15 Clindamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

16 Dexamethason Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa

17 Diazepam Tidak direkmonedasi untuk dilarutkan tapi


NaCl 0.9%dapat digunakan untuk
penggunaan darurat

18 Digoxin Dekstros 5% dan NaCl 0.9% Mungkin terjadi endapan


19 Dobutamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
Tidak kompatibel dengan heparin

20 Dopamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL ( Gunakan N5 bila ada
heparin)

21 Epinephrine Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa. Jangan dicampur dengan Bikarbonat

22 Fentanyl Citrate Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa

23 Fluconazole Kompatibel dgn Dextrosa 5%, 10% dan


RL
24 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9% Lebih Jangan dicampur dengan larutan
disukai dgn RL asam

25 Ganciclovir Kompatibel dgn Dextrosa 5%, NaCl 0.9%


dan RL

26 Gentamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa

27 Heparin Kompatibel dengan NaCl 0.9%, dekstrosa

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
28 Imipenem-Cilastatin NaCl 0.9% lebih disukai meskipun
dekstrose dapat digunakan pada kondisi
khusus
29 Ketorolac Kompatibel dengan larutan NaCl 0.9% dan
dekstrose, RL

30 Levofloxacin Kompatibel dengan larutan NaCl 0.9% dan


dekstrose, RL

31 Lorazepam Lebih disukai dgn Dekstrosa 5% Kurang


stabil dalam NaCl
32 MgSO4 Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
33 Mannitol Biasanya tdk dilarutkan tetapi Dekstrosa
5%, NaCl telah digunakan
34 Meropenem Lebih disukai NaCl 0.9%, kurang stabil
dalam dekstrose, kompatibel dengan
RL
35 Metronidazole Tdk perlu dilarutkan. Kompatibel dgn Jangan dicampur dgn obat lain
larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
36 Midazolam Dekstrose 5%, NaCl 0.9%, RL
37 Morphine Sulphate Larutan dekstrose dan NaCl 0.9%, bila
diinfus bersama dgn heparin gunakan
hanya NaCl 0.9%
38 Ondansentron Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% Tidak tercampur dengan obat dan
larutan bersifat basa

39 Penicillin G Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%


40 Phenytoin NaCl 0.9% Jangan dicampur dgn obat lain

41 Piperacillin- Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% tidak


Tazobactam tercampur dgn RL
42 Propranolol Tidak direkomendasi untuk dilarutkan tapi
NaCl 0.9%dapat digunakan

43 Ranitidin Kompatibel dengan larutan NaCl 0.9% dan


dekstrosa, RL

44 Sodium Bicarbonate Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%


45 Sodium Valproate Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL
46 Vancomycin Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL Tidak
tercampur dengan heparin

1.3 Formulasi obat suntik


Obat-obat yang sediaannya berbentuk dry powder seperti amoksisilin
memerlukan rekonstitusi dengan aqua pro injeksi atau NaCl 0,9% sebelum
digunakan. Keuntungan dari sediaan berbentuk dry powder ini adalah dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Beberapa kelemahan dari sediaan berbentuk dry powder adalah :

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
1. Rekonstitusi menghabiskan waktu, khususnya bila sediaan tersebut sulit
untuk dilarutkan
2. Dapat terkontaminasi oleh lingkungan di sekitarnya dan terkontaminasi
oleh mikroba yang terdapat dalam pelarut
3. Dapat terkontaminasi oleh mikroba
4. Perhatian mungkin dibutuhkan jika obat mudah untuk ”foaming”
(berbusa), sebagai dosis yang tidak komplit memungkinkan untuk hilang
(withdrawn) contoh : teicoplanin
5. Jika ampul dipatahkan, pecahan kaca ampul tersebut dapat masuk
kesediaan, melukai petugas serta percikan sediaan dapat mencemari
lingkungan sekitarnya.
6. Jika sediaan menggunakan vial timbul kesulitan memasukkan pelarut atau
obat yang telah direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial (beberapa
vial dibuat dengan tekanan didalamnya). Jika vial tersebut tidak memiliki
tekanan di dalamnya, maka udara perlu dikeluarkan terlebih dahulu
sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang keluar masuk kedalam
syringe harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum
mengeliminasi obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial, perbedaan
tekanan harus dihitung lagi. Udara perlu ditambahkan kedalam vial
sebanding dengan jumlah obat yang dieliminasi/ hilang.

1.4 Preparasi dari larutan yang memerlukan pelarut tambahan sebelum


digunakan
Contoh : Ranitidine, amiodaron Keuntungan dari preparasi ini adalah:
Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan proses rekonstitusi lagi
Kekurangan dari preparasi ini adalah :
- Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan
- Mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/ tekanan (untuk vial)
- Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
- Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri

1.5 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahan

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil yang
dapat dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan obat untuk
dieliminasi ke dalam syringe untuk pembuatan, contoh : adenosine, gentamisin,
metoklopramid. Hal ini sesuai/ cocok untuk digunakan, namun tetap memiliki
kekurangan, antara lain:
- Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial)
- Mudah mengalami gangguan/ masalah pad vakum/ tekanan (untuk vial)
- Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)

1.6 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)


Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang belum diisikan (pre-
filled), contohnya: NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin sulfat 60 mg
dalam 60 ml PCA syringe. Keuntungannya adalah :
- Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan
- Kecilnya kontaminasi mikrobakteri
- Mudah digunakan
- Menghemat waktu
Beberapa vial didesain dengan tekanan di dalamnya, hal ini diperlukan karena
berguna selama proses rekonstitusi.
Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara harus
dikeluarkan terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang
dikeluarkan harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum
mengeluarkan obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial perbedaan tekanan
harus dihitung lagi, sehingga udara perlu ditambahkan kedalam vial sebanding
dengan jumlah obat yang di keluarkan.

1.7 Cara Pemberian


1. Injeksi Intravena (i.v.)
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka waktu yang
pendek atau untuk waktu yang lama.
a. Injeksi bolus

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
Injeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalam waktu 3-
5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.
b. Infus
Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus
(continuous).
- Infus singkat (intermittent infusion)
Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu
pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per
dosis.
- Infus kontinu (continuous infusion)
Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat beragam
mulai dari volume infus kecil diberikan secara subkutan dengan pompa
suntik (syringe pump), misalnya 1 ml per jam, hingga 3 liter atau lebih
selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral.
2. Injeksi intratekal
Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang
belakang. Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume cairan
yang dikeluarkan.
3. Injeksi subkutan
Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.
4. Injeksi intramuskular
Injeksi intramuskular adalah pemberiaan injeksi di otot.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
1.1. Data stabilitas setelah pencampuran
Tabel 2: Data Kelarutan dan stabilitas obat non kemoterapi
(Lacy et al, 2009: McEvoy,2004)
No Golongan Nama obat Pelarut sesuai Konsentrasi Stabilitas setelah penyimpanan
dalam pelarut pencampuran

1 Antibiotik: Amikasin D5W, NS dan RL 0,25-5 mg/ml 24 jam dalam suhu Suhu kamar;
Aminoglikosid ruangan; 2 hari dalam Lemari
a lemari pendingin pendingin.

Gentamisin D5W, NS 40mg/ml dalam 24 jam dalam Suhu kamar


50-200ml suhu ruangan
Tobramisin D5W, NS Dalam 50-100 24 jam dalam Suhu kamar
mL D5W, NS suhu ruangan
2 Antibiotik: Imipenen dan Pelarut original. 5mg/ml 4 jam dalam suhu Dalam lemari
Carbapenem silastatin ruangan; 24 jam pendingin;
dalam lemari BUKAN
pendingin FREEZER
Meropenem SWFI, NS 500mg/10ml; SWFI: 2 jam Dalam lemari
D5W , dalam suhu pendingin;
1g/20ml
ruangan; 12 jam BUKAN
dalam lemari FREEZER
pendingin;
NS: 2 jam dalam
suhu kamar, 18
jam dalam lemari
pendingin.
D5W: 1 jam dalam
suhu kamar, 8
jam dalam lemari
pendingin

3 Antibiotik: Azitromisin SWFI, SWFI: 24 jam Suhu kamar ;


Makrolida NS 500mg/4.8ml; NS dalam suhu Lemari
, D5W /D5W: 1mg/l atau pendingin.
2mg/ml ; kamar
<30oC; 7
hari
dalam suhu 5oC.
4 Antibiotik Sefazolin generasiSWFI;
: Sefalosporin I D5W SWFI:1g/5ml 24 jam dalam Terlindung
atau 1g/10ml; suhu kamar; 10 dari cahaya
hari dalam lemari langsung;
D5W: 1g/50ml
pendingin (4oC). terlindung dari
atau 2g/50ml
suhu >40oC.
5 Antibiotik Sefuroksim generasiNS;
: Sefalosporin II D5W 750mg/50ml 24 jam dalam Suhu kamar ;
suhu kamar; 48 Lemari
jam dalam lemari pendingin.
pendingin.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
6 Antibiotik Sefotaksim generasiNS;
: Sefalosporin III D5W 1g/50ml 12-24 jam dalam Suhu kamar ;
suhu kamar dan Lemari
7-10 hari dalam pendingin.
lemari pendingin.
Seftriakson NS; D5W 10-40mg/ml ; stabil 2 hari Suhu kamar ;
dalam Lemari
100mg/ml
suh pendingin.
u kamar 25oC
dan
10 hari dalam
lemari pendingin
5oC;
Seftizoksim NS; D5W 1g/50ml 24 jam pada Suhu kamar ;
suhu kamar; 96 Lemari
jam pada pendingin.
lemar
i pendingin
Seftazidim SWFI;NS 100mg/ml 12 jam dalam Suhu
suhu ruangan; 3 kama
hari dalam lemari r; Lemari
pendingin pendingin.

7 Antibiotik: Sefepime NS; D5W 40mg/ml 24 jam dalam Suhu kamar ;


Sefalosporin suhu ruangan; 7 Lemari
Generasi IV hari dalam lemari pendingin
pendingin.

Sefpirom SWFI; NS 1-2g/10-20ml 24 jam dalam Suhu kamar


(NaCl 0,9%) ; suhu ruangan 25-
D5W 30oC

8 Antibiotik: Levofloksasin Larutan 5mg/ml 72 jam dalam Hindari cahaya


Kuinolon original. suhu ruangan; 14 langsung;
hari dalama dalam
suh
lemari pendingin kamar;
u
dala
lemari
m
pendingin

9 Antibiotik: Penicilin Ampisilin NS (NaCl 30 mg/ml 8 jam dalam NS Suhu kamar ;


0,9%) ; D5W (NaCl 0,9%) Lemari
dalam suhu pendingin.
o
kamar 25 C, 2
hari dalam suhu
4o C ; <1 jam

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
dalam D5W.

10 Antibiotik: Fosfomisin SWFI; NS 1g/10ml 24 jam dalam Suhu ruangan.


golongan lain- (NaCl 0,9%) ; suhu ruangan 25-
lain D5W 30oC

Teicoplanin SWFI; 400mg/3ml 24 jam dalam Suhu ruangan.


suhu ruangan
o
25 C

11 Antifungal Amfoterisin B SWFI; D5W Dalam 12 ml 24 jam dalam WFI Harus


SWFI/Vial ; 6 jam dalam disimpan
D5W. dalam
suh
pendingin
u
antara 2-8oC.

12 Antidotum Asetilsistein D5W - 24 jam. dalam suhu


kamar antara
20-25oC.

13 Elektrolit Kalsium D5W ; NS 1g/100mL D5W 24 jam JANGAN


Glukonat atau NS ; disimpan di
2g/100ml D5W ; KULKAS;
NS
Disimpan
dalam
suh
ruangan
u

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
II. TERAPI CAIRAN

2.1 Konsep Dasar Pemberian Cairan


1. Pengertian Terapi Intravena (Infus)
Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke
vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium,
kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat. (Wahyuningsih, 2005 :
68) Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan
dari tubuh.(Yuda, 2010)Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat
langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu
yang lama dengan menggunakan infus set. Terapi intravena (IV) digunakan untuk
memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau
syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan
memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 ).

2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)


a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam
tubuh.
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.
3. Tipe-tipe Cairan Intravena
a. Isotonik

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan
ada di dalam plasma.
1) Nacl normal 0,9%
2) Ringer Laktat
3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
4) Dextrose 5% dalam air ( D 5 W )
b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang
ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air
masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di Intrasel
dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau
membengkak.
1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45% 2) Nacl 0,45%
2) Nacl 0,2%
c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari
pada yang ada dalam plasma darah. Pemberian cairan ini
meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk
kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic, sel
kemudian akan menyusut.
1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%
2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit hipertonis
karena dextrose dengan cepat dimetabolisme dan hanya
sementara mempengaruhi tekanan osmotic).
3) Dextrose 10% dalam air
4) Dextrose 20% dalam air
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
7) Dextrose 5% dalam ringer laktat
8) Albumin 25

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
4. Komposisi Cairan Terapi Intravena
a. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)
b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori
c. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++, laktat)
d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+,
Mg++, cl-, HCO, glukonat ).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%,
hespan yang dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik
cairan dari intertisiall, kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume
darah sementara.
g. Hiperelimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan
kalori).

5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus)


a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip
dapat meneteskan 10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip
meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah tetesan yang diperlukan untuk
1 ml disebut faktor tetes.
b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total
cairan yang akan diberikan dengan jumlah jam infuse yang
berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor tetes.
c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan
permenit, bagi dengan 60.
d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika
kecepatan alirannya tidak tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan.

6. Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infus


a. D 5 W (dextrose 5% in water)
1) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang
hilang, memberikan suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk mempertahankan
vena dalam keadaan terbuka dengan infus tersebut
2) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia,
sindroma pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya).
Jangan digunakan dalam waktu yang bersamaan dengan
pemberian transfusi (darah atau komponen darah).
b. Nacl 0,9%
1) Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang
hilang, diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien
dalam kondisi syok hemodinamik.
2) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya : gagal
jantung dan gagal ginjal).
c. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang,
elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat
sedang.
7. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. IV push
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara
langsung kedalam saluran/jalan infus. Indikasi :
1) Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru,
memungkinkan pemberian obat langsung kedalam intravena.
2) Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat
(furosemid dan digoksin).
3) Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara
terus menerus melalui infus ( lidocain, xilocain).
4) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan
mengurangi kebutuhan akan injeksi
5) Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila
beberapa obat yang dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)
b. Continous Infusion (infus berlanjut)

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan
yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus
melalui intravena, intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat
dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam
maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan yatu :
1) Keuntungan
- Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan
kecil dengan akurat.
- Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti
adanya udara di selang infus atau adanya penyumbatan.
- Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan
aliran infus.
2) Kerugian
- Memerlukan selang yang khusus.
- Biaya lebih mahal
- Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada
infiltrat.
3) Tanggung jawab perawat
- Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis
sama dengan perawat yang memerlukannya.
- Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi
(adanya infiltrate atau infeksi).
- Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang
memproduksi alat tersebut.
- Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus.
c. Intermitten Infusion (Infus Sementara)
Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag”
untuk infus yang kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui
perangkat infus.
1) Komplikasi Terapi Intravena (Infus)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
- Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh
akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler,
terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada
pembuluh darah.
- Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan
sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum
infus melewati pembuluh darah.
- Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh
vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara
ketat dan benar.
- Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi
darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan
infus ke dalam pembuluh darah.
- Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan
melalui infus:
 Rasa perih/sakit
 Reaksi alergi

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
III. PEMBERIAN OBAT SUNTIKAN

Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan invasive yang sering


dilakukan kepada pasien khususnya di rumah sakit. Proses penusukan vena
dengan menggunakan benda tajam (needle) menyebabkan jaringan terbuka dan
rawan terpapar bakteri atau kuman yang menyebabkan infeksi. Proses
pelaksanaan yang tidak steril dan kondisi peralatan yang digunakan menjadi
beberapa penyebab terjadinya infeksi pada luka tusukan jarum yang dapat
menyebar secara sistemik sehingga menyebabkan sepsis.
Untuk menghindari terjadinya infeksi yang diakibatkan tindakan injeksi atau
tindakan invasive lainnya maka diperlukan suatu prosedur tindakan yang menjaga
sterilitas maupun penggunaan peralatan yang terjamin sterilitasnya.

3.1 Pengertian
1. Injeksi adalah suatu prosedur memasukkan obat ke dalam tubuh baik
melalui vena, muskulus maupun subcutan dengan menggunakan jarum
suntik.
2. Steril adalah suatu kondisi bebas semua mikroorganisme (bacteria,
virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial.
3. Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme ke dalam
tubuh yang dapat menimbulkan manifestasi maupun tidak.
4. Intavena adalah suatu prosedur memasukkan obat melalui pembuluh
darah vena. Intra muscular adalah suatu prosedur memasukkan obat
melalui jaringan muscular. Subcutan adalah suatu prosedur
memasukkan obat dibawah kulit.
5. Ampul adalah wadah gelas bening dengan bagian leher
menyempit, berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cair.
6. Vial adalah wadah berisi obat dosis tunggal atau multi dosis dalam
bentuk cairan dan/ atau kering dengan penutup karet diatasnya.

3.2 Keuntungan pemberian obat secara parenteral dibandingkan per oral,


yaitu:

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
1. Efeknya timbul lebih cepat dan teratur
2. Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau
muntah-muntah
3. Sangat berguna dalam keadaan darurat Kelemahan cara pemberian obat
melalui suntikan :
a. Dibutuhkan cara aseptis
b. Menyebabkan rasa nyeri
c. Kemungkinan terjadi penularan penyakit lewat suntikan
d. Tidak bisa dilakukan sendiri oleh penderita
e. Tidak ekonomis
f. Resiko infeksi

3.3 Rekomendasi Penyuntikan Yang Aman :


1. Menerapkan aseptic technique untuk mecegah kontaminasi alat-alat
injeksi (kategori IA).
2. Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih dari
satu pasien walaupun jarum suntiknya diganti (kategori IA).
3. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu
pasien dan satu prosedur (kategori IA).
4. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI,
dll) (kategori IA).
5. Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan)
(kategori IB).
6. Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien
atau mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian
berikutnya (kategori IA).
7. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril (kategori IA).
8. Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
yang membuat (kategori IA).
9. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien (kategori
IB)

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
3.4 Tata-Laksanan
1. Sebelum melakukan injeksi pastikan obat sesuai dengan 6 benar (benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar cara pemberian, benar waktu dan
benar dokumentasi).
2. Sebelum melakukan injeksi persiapan pasien dan alat sesuai prosedur
yang ditetapkan.
3. Jarum suntik yang digunakan harus dalam kondisi steril, hanya
digunakan sekali pakai. Setelah digunakan harus langsung dibuang.
4. Obat yang akan dimasukkan harus dalam kondisi baik dan tidak
kadaluwarsa.
5. Supplies peralatan injeksi steril yang sudah kadaluwarsa atau belum
kadaluwarsa tapi dalam kondisi tidak baik (sobek, kotor atau pecah)
tidak boleh digunakan.
6. Petugas yang akan melakukan injeksi harus cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan injeksi.
7. Siapkan obat ditempat yang bersih dan aman, dan dijaga sterilitas
obat injeksi yang akan diberikan kepada pasien.
8. Pastikan pasien telah mendapat informasi yang jelas tentang
prosedur yang akan dijalani.
9. Petugas harus menggunakan alat pelindung diri yang telah
ditetapkan yaitu sarung tangan disposable apabila diketahui pasien
berpenyakit menular.
10. Tempat yang akan dilakukan injeksi harus dilakukan desinfeksi dengan
menggunakan alkohol swab. Setelah didesinfeksi area tidak boleh
disentuh dengan jari atau ditiup.
11. Saat melakukan prosedur injeksi, sterilitas area injeksi dan jarum suntik
harus dijaga agar tetap steril.
12. Tidak melakukan recaping dengan kedua tangan, lakukan recaping
dengan tehnik one hand,.
13. Sampah tajam bekas injeksi harus dibuang ditempat sampah benda
tajam yang telah tersedia.
14. Sarung tangan injeksi di buang di tempat sampah infeksius yang ter sedia

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
15. Cuci tangan kembali setelah melakukan insersi.

3.3 Prinsip-prinsip pemberian obat


1. Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari
tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat
mengembalikan ketempat penyimpanan. Jika lebelnya tidak terbaca,
isinya tidak boleh dipakai dan harus di kembalikan ke bagian farmasi.Obat
memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama yang
asing harus diperiksa nama generiknya bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik atau kandungan obat. Jika pasien meragukan
obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat
harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu perawat mengingat
nama obat dan kerjanya.
2. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair
harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat
untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien.
a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk
obat yang bersangkutan.
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut : tersedianya obat dan dosis obaat yang diresepkan/diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/kgBB/hari), jika ragu-ragu dosis
obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
3. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mengidentifikai kebenaran obat dengan
mencocokan nama, nomor register, alamat dan program pengobatan
pada pasien.
a. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
b. Klien berhak untuk menolak pengguaan sebuah obat
c. Membedakan klien dengan dua nama yang sama
b. Benar Cara Pemberian
c. Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan wzktu yzng
diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.
a. Pembarian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehari,empat kali sehari, dan 6 kali
sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat yang
memiliki waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk
obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari
pada selang waktu tertentu.
d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah
makan atau bersama makanan.
e. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat
mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan .
f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
4. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standart
prosedur yang berlaku dirumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
sesuai mengeni obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap
pengobatan.
5. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat
yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh,
hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi
yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan
makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari selama sakit, dan sebagainya.
6. Hak Klien Untuk Menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan inform consent dalam pemberian obat.
7. Benar Pengkajian
Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda Tanda Vital) sebelum pemberian
obat.
8. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
9. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat
itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan
misalnya tetrasiklin,dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah
makan misalnya indometasin.
10. Benar Reaksi Obat Dengan Obat Lain
Pada penggunaan obat seperti ini chloramphenicol diberikan dengan
omeprazol penggunaan pada penyakit kronis.Berdasarkan keamanan dan
pengamanan obat, obat di kelompokan atas obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras, obat psikotropika, dan obat narkotik.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp. +62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com

Anda mungkin juga menyukai