Anda di halaman 1dari 11

TUGAS REPORT

SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA

Oleh:

Velya Rachim

17137072

TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
A. Perundingan Linggarjati

Latar belakang terjadinya perjanjian Linggarjati adalah


karena banyaknya konflik dan insiden pertempuran antara pejuang
Indonesia dan pasukan Sekutu-Belanda. Sehingga kedua belah
pihak menginginkan berakhirnya konflik dan selesainya
persengketaan wilayah kekuasaan serta kedaulatan Republik
Indonesia.

Perundingan linggarjati menghasilkan keputusan yang


kemudian disebut perjanjian linggarjati yang memiliki 17 Pasal, dari
17 pasal tersebut terdapat 3 pasal pokok, diantaranya adalah:

 Belanda mengakui Republik Indonesia secara de


facto dengan wilayah kekuasan meliputi Sumatera, Jawa,
Madura dan Belanda akan meninggalkan Indonesia
selambat-lambatnya 1 Januari 1949
 Menyepakati pembentukan negara serikat dengan nama
Negara Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dari RI,
Kalimantan dan Timur besar sebelum 1 Januari 1949.
 RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda
dengan ratu Belanda sebagai ketua.
Dampak Positif Perjanjian Linggarjati

 Citra Indonesia di mata dunia Internasional semakin kuat,


dengan pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan
Indonesia, mendorong negara-negara lain untuk mengakui
kemerdekaan Republik Indonesia secara sah.
 Belanda mengakui negara Republik Indonesia yang memiliki
kuasa atas Jawa, Madura dan juga Sumatera. Dengan
demikian secara de facto Indonesia berkuasa atas wilayah
tersebut.
 Selesainya konflik antara Belanda dan Indonesia (walaupun
setelahnya Belanda melanggar perjanjian). pada saat itu
dikhawatirkan apabila konfrontasi rakyat Indonesia dan
kekuatan Belanda terus berlanjut. Maka akan semakin
banyak korban jiwa dari kalangan rakyat. Hal ini tentu saja
dikarenakan kekuatan militer Belanda yang canggih dan
kekuatan rakyat Indonesia yang apa adanya.
Dampak Negatif Perjanjian Linggarjati
 Indonesia hanya memiliki wilayah kekuasaan yang sangat
kecil, yakni pulau Jawa, Sumatera dan Madura saja. Selain
itu Indonesia harus mengikuti juga persemakmuran Indo-
Belanda.
 Memberikan waktu Belanda membangun kekuatan atau
“menghela nafas” untuk kemudian selanjutnya melakukan
agresi militernya.
 Perjanjian ini juga ditentang dari dalam negara Indonesia.
Masyarakat dan kalangan tertentu yang dimulai dari Partai
Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia dan Partai Rakyat
Jelata.
 Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa pemimpin
yang ditunjuk yaitu Sutan Syahrir telah dianggap
memberikan dukungan pada Belanda. Sehingga membuat
anggota dari Partai Sosialis yang berada dalam Kabinet
tersebut dan KNIP mengambil langkah penarikan dukungan
kepada pemimpin perundingan tersebut. Penarikan
dukungan tersebut terjadi kepada Syahrir pada tanggal 26
Juni 1947.

B. Agresi Belanda 1

Belanda menafsirkan isi dari perjanjian Linggar Jati


berasarkan pidato Ratu Wihelmina pada 7 Desember 1942, yang
pada intinya menginginkan bangsa Indonesia menjadi anggota
Commonwealth dan akan dibentuk menjadi negara federasi, lantas
Belanda yang akan mengatur hubungan luar negeri bangsa
Indonesia. 15 Juli 1947, van Mook sebagai Gubernur Jendral
Belanda di Indonesia mengultimatum bangsa Indonesia agar
menarik pasukannya untuk mundur dari garis batas demarkasi
sejauh 10 km, yang tentu saja ditolak dengan tegas oleh para
pemimpin bangsa Indonesia waktu itu.

Berikut ini tujuan utama Pihak Belanda melancarkan Agresi


Militernya terhadap bangsa Indonesia :

1. Militer : Belanda menggunakan agresi militer demi


memusnahkan TNI sebagai ujung tombak pertahanan
bangsa dengan begitu Indonesia akan lemah dan mudah
dikendalikan.
2. Politis : dengan agresi militer yang dilancarkan pihak
Belanda terutama mengepung titik-titik strategis seperti ibu
kota negara secara tidak langsung akan menghapuskan
kedaulatan bangsa Indonesia.
3. Ekonomis : wilayah Indonesia yang terkenal akan hasil
rempahnya yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang
tinggi membuat Belanda enggan melepaskan dan melihat
bangsa Indonesia merdeka.

Untuk pertama kalinya pada 3 Juli 1947, masalah mengenai


agresi militer Belanda terhadap Indonesia dimasukkan ke dalam
agenda sidang Dewan Keamanan PBB. Hal tersebut karena
dorongan dari pemerintah India dan Australia yang termasuk
anggota PBB, dan dalam sidang tersebut dikeluarkanlah sebuah
Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang didalamnya berisi
seruan kepada kedua belah pihak agar menghentikan konflik
bersenjata tersebut. Secara de facto pemerintahan Republik
Indonesia diakui oleh Dewan Keamanan PBB, ini terbuukti dari
semua resoluusi yang dikeluarkan oleh PBB yang secara resmi
memakai nama Indonesia bukannya Netherlands indies.

Karena desakan dari Dewan Keamanan PBB, pada akhirnya


pihak Belanda menyatakan akan menghentikan pertempuran
dengan bangsa Indonesia demi resolusi dari Dewan Keamanan
PBB. Dengan diterimanya resolusi dari Dewan Keamanan PBB
pada 17 Agustus 1947 oleh pihak Belanda dan pemerintah
Republik Indonesia pun melakukan gencatan senjata. Setelah
gencata senjata dilakukan, Dewan Keamanan PBB pada 25
Agustus 1947 pun membentuk sebuah komite yang nantinya
memiliki fungsi sebagai penghubung dan penengah konflik idantara
Indonesia dan Belanda.

C. Perjanjian Renville

Perundingan ini di latar belakangi adanya peristiwa penyerangan


Belanda terhadap Indonesia yang disebut dengan Agresi Militer
Belanda Pertama yang jatuh pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 4
Agustus 1947.

Agresi militer pertama disebabkan adanya perselisihan pendapat


yang diakibatkan bedanya penafsiran yang ada dalam persetujuan
linggajati, dimana Belanda tetap mendasarkan tafsirannya pidato
Ratu Wilhelmina pada tanggal 7 Desember 1942. Dimana
Indonesia akan dijadikan anggota Commonwealth serta akan
dibentuk negara federasi, keinginan Belanda tersebut sangat
merugikan Indonesia.

Perundingan pihak Belanda dan pihak Indonesia dimulai pada


tanggal 8 Desember1947 diatas kapal Renville yang tengah
berlabuh di teluk Jakarta. Perundingan ini menghasilkan saran-
saran KTN dengan pokok-pokonya yaitu pemberhentian tembak-
menembak di sepanjang Garis van Mook serta perjanjian peletakan
senjata dan pembentukan daerah kosong militer.

Berikut adalah pokok-pokok isi perjanjian Renville, yaitu:

1. Belanda akan tetap berdaulat hingga terbentuknya RIS atau


Republik Indonesia Serikat.
2. RIS atau Republik Indonesia Serikat memiliki kedudukan sejajar
dengan Uni Indonesia Belanda.
3. Belanda dapat menyerahkan kekuasaanya ke pemerintah federal
sementara, sebelum RIS terbentuk.
4. Negara Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat.
5. Enam bulan sampai satu tahun, akan diadakan pemilihan umum
(pemilu) dalam pembentukan Konstituante RIS.
6. Setiap tentara Indonesia yang berada di daerah pendudukan
Belanda harus berpindah ke daerah Republik Indonesia.

Akibat buruk yang ditimbulkan dari perjanjian Renville bagi


pemerintahan Indonesia, yaitu:

1. Semakin menyempitnya wilayah Republik Indonesia karena


sebagian wilayah Republik Indonesia telah dikuasai pihak
Belanda.
2. Dengan timbulnya reaksi kekerasan sehingga
mengakibatkan Kabinet Amir Syarifuddin berakhir karena
dianggap menjual Negara terhadap Belanda.
3. Diblokadenya perekonomian Indonesia secara ketata oleh
Belanda
4. Republik Indonesia harus memakasa menarik mundur
tentara militernya di daerah gerilya untuk untuk ke wilayah
Republik Indonesia.
5. Untuk memecah belah republik Indonesia, Belanda membuat
negara Boneka, antara lain negara Borneo Barat, Negara
Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa Timut.
D. Agresi Belanda 2

Serangan bermula pada 19 Desember 1948, Belanda


melancarkan serangan menggunakan taktik perang kilat (blitkrieg)
disegala sisi wilayah Republik Indonesia. Dimulai dari merebut
pangkalan udara Maguwo (saat ini bernama Adi Sucipto) dengan
menerjunkan pasukan payung dan dengan gerak cepat mampu
mengambil alih kendali kota Yogyakarta yang merupakan ibukota
Republik Indonesia saat itu. Dan menangkap pemimpin Republik
Indonesia yakni Soekarno dan Mohammad Hatta.

Dengan Agresi Militer kedua yang dilancarkan pihak


Belanda, hal tersebut dianggap sebagai sebuah kemenangan besar
yang diperoleh Belanda. Sebab dapat menawan pucuk pimpinan
bangsa Indonesia, namun hal tersebut menuai kecaman luar biasa
yang tak diduga sebelumnya oleh pihak Belanda. Terutama dari
pihak Amerika Serikat yang menunjukan rasa simptinya terhadap
bangsa Indonesia dengan memberi pernyataan, sebagaimana
berikut.

1. Jika Belanda masih saja melakukan tindakan militer terhadap


bangsa Indonnsia, Amerika Serikat akan menghentikan
segala bantuan yang diberikan pada pemerintah Belanda
2. Mendorong Belanda untuk menarik pasukannya berada
dibelakang garis status quo renville
3. Mendorong dibebaskannya pemimpin Bangsa Indonesia oleh
Belanda
4. Mendesak agar Belanda dibuka kembali sebuah
perundingan yang jujur berdasarkan perjanjian Renville

Menurut Kahin (2013) Belanda memiliki dua kelompok


kepentingan yang menginginkan bangsa Indonesia tetap dalam
kekuasaan Belanda, diantaranya sebagai berikut.

1. Elemen pertama, merupakan mayoritas orang Belanda yang


memiliki investasi yang ditanamkan di bidang pengelolaan di
Indonesia termasuk kalangan pengusaha yang tentunya
memiliki kepentingan ekonomis didalamnya.
2. Elemen kedua, berasal dari tentara militer dari KNIL dan
pegawai negeri Belanda. Ini merupakan kelompok yang
memiliki kepentingan utama didalam kedudukan militer
Belanda dan aparat pemerintah.

Dan apabila ditilik dari tujuan utama dalam setiap gerakan


militer Belanda terhadap Indonesia, ada beberapa segi yang
melatar belakangi hal tersebut. Diantaranya sebagai berikut.

1. Dari segi ekonomi, bersamaan kembalinya Indonesia


dibawah kekuasaan masa penjajahan Belanda di
Indonesia segala kepentingan ekonomi investasi yang
ditanam oleh Belanda akan semakin luas dan mendapat
keuntungan laba yang besar.
2. Dari segi sosial, ini memiliki keterkaitan dengan masalah
kependudukan orang Belanda yang masih tetap tinggal di
Indonesia.
3. Dari segi eksistensi, kedudukan Belanda di mata dunia
melalui upaya perundingan yang gagal semakin
memperburuk citra Belanda di mata dunia Internasional. Dan
melalui Agresi Militer Belanda berusaha melancarkan
tujuannya melalui dukungan Militer dan sekutu.

E. PDRI

Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki


ibukota Yogyakarta dan menangkap sebagian besar pimpinan
Pemerintahan Republik Indonesia, tanggal 19 Desember sore hari,
Mr. Syafruddin Prawiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima
Tentara dan Teritorium Sumatera, mengunjungi Mr. Teuku
Mohammad Hasan, Gubernur Sumatera/Ketua Komisaris
Pemerintah Pusat di kediamannya, untuk mengadakan
perundingan. Malam itu juga mereka meninggalkan Bukittinggi
menuju Halaban, daerah perkebunan teh, 15 Km di selatan kota
Payakumbuh.

Sejumlah tokoh pimpinan republik yang berada di Sumatera


Barat dapat berkumpul di Halaban, dan pada 22 Desember 1948
mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain oleh Mr.
Syafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan
Mohammad Rasjid, Kolonel Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir.
Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Direktur BNI
Mr. A. Karim, Rusli Rahim dan Mr. Latif. Walaupun secara resmi
kawat Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember
1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, maka dalam
rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI)

Sekitar satu bulan setelah agresi militer Belanda, dapat


terjalin komunikasi antara pimpinan PDRI dengan keempat Menteri
yang berada di Jawa. Mereka saling bertukar usulan untuk
menghilangkan dualisme kepemimpinan di Sumatera dan Jawa.

Setelah Persetujuan Roem-Royen ditandatangani, pada 13


Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno,
Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Pada
sidang tersebut, Pemerintah Hatta mempertanggungjawabkan
peristiwa 19 Desember 1948. Wakil Presiden Hatta menjelaskan 3
soal, yakni hal tidak menggabungkan diri kepada kaum gerilya, hal
hubungan Bangka dengan luar negeri dan terjadinya Persetujuan
Roem-Royen.

Sebab utama Sukarno-Hatta tidak ke luar kota pada tanggal


19 Desember sesuai dengan rencana perang gerilya, adalah
berdasarkan pertimbangan militer, karena tidak terjamin cukup
pengawalan, sedangkan sepanjang yang diketahui dewasa itu,
seluruh kota telah dikepung oleh pasukan payung Belanda. Lagi
pula pada saat yang genting itu tidak jelas tempat-tempat yang
telah diduduki dan arah-arah yang diikuti oleh musuh. Dalam rapat
di istana tanggal 19 Desember 1948 antara lain KSAU
Suaryadarma mengajukan peringatan pada pemerintah, bahwa
pasukan payung biasanya membunuh semua orang yang dijumpai
di jalan-jalan, sehingga jika mereka ke luar maka haruslah dengan
pengawalan senjata yang kuat.

Pada sidang tersebut, secara formal Syafruddin


Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya, sehingga dengan
demikian, M. Hatta, selain sebagai Wakil Presiden, kembali menjadi
Perdana Menteri. Setelah serah terima secara resmi pengembalian
Mandat dari PDRI, tanggal 14 Juli, Pemerintah RI menyetujui hasil
Persetujuan Roem-Royen, sedangkan KNIP baru mengesahkan
persetujuan tersebut tanggal 25 Juli 1949.

F. Koferensi Meja Bundar


Hal yang melatarbelakangi terjadinya KMB adalah
kegagalan Belanda untuk meredam kemerdekaan Indonesia
dengan jalan kekerasan karena adanya kecaman dari dunia
internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan
beberapa pertemuan untuk melakukan penyelsaian secara
diplomasi. Sebelumnya terlah terjadi beberapa perundingan antara
pihak Belanda dan Indonesia lewat perjanjian Linggarjati
dan perjanjian Renville.

Ada beberapa tujuan diadakannya Konferensi Meja Bundar ini


antara lain adalah :

1. Mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan Belanda


dengan cara melaksanakan perjanjian-perjanjian yang sudah
dibuat antara Republik Indonesia dengan Belanda,
khususnya mengenai pembentukan Negara Indonesia
Serikat (RIS).
2. Dengan tercapainya kesepakatan Meja Bundar, maka
Indonesia telah diakui sebagai negara yang berdaulat penuh
oleh Belanda, walaupun tanpa Irian Barat.

Ada beberapa poin kesepakatan Konferensi Meja Bundar. Berikut


merupakan isi dan hasil Konferensi Meja Bundar selengkapnya.

1. Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat


(RIS) sebagai sebuah negara yang merdeka.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya
tanggal 30 Desember 1949.
3. Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam
waktu setahun setelah pengakuan kedaulatan.
4. Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk mengadakan
kerjasama antara RIS dan Belanda yang dikepalai Raja
Belanda.
5. Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik
Belanda dan memberikan hak-hak konsesi serta izin baru
untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
6. Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang
Belanda sejak tahun 1942.
7. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia
dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada
RIS.
8. Tentara Kerajaan Belanda akan ditarik mundur, sedangkan
Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan
dengan catatan bahwa anggotanya yang diperlukan akan
dimasukkan dalam kesatuan TNI.

Penyerahan kedaulatan menandai pengakuan Belanda atas


berdirinya Republik Indonesia Serikat dan wilayahnya mencakup
semua bekas wilayah jajahan Hindia-Belanda secara formal kecuali
wilayah Irian Barat. Irian barat diserahkan oleh Belanda setahun
kemudian.

G. Pengakuan Kedaulatan

Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh


Belanda atau Pengakuan Kedaulatan Indonesia adalah peristiwa di
mana Belanda akhirnya mengakui bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah tanggal 17 Agustus 1945 sesuai
dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan tanggal 27
Desember 1949 saat soevereiniteitsoverdracht (penyerahan
kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.
Pengakuan ini baru dilakukan pada 16 Agustus 2005, sehari
sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia,
oleh Menlu Belanda Bernard Rudolf Bot dalam pidato resminya di
Gedung Deplu. Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia
diwakili oleh Menlu Hassan Wirajuda. Keesokan harinya, Bot juga
menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-
60 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. Langkah Bot ini
mendobrak tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.
Pada 4 September 2008, juga untuk pertama kalinya dalam
sejarah, seorang Perdana Menteri Belanda, Jan Peter Balkenende,
menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende
menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang
digelar oleh KBRI Belanda di Wisma Duta, Den Haag.
Kehadirannya didampingi oleh para menteri utama Kabinet
Balkenende IV, antara lain Menteri Luar Negeri Maxime Jacques
Marcel Verhagen, Menteri Hukum Ernst Hirsch Ballin, Menteri
Pertahanan Eimert van Middelkoop, dan para pejabat tinggi
kementerian luar negeri, parlemen, serta para mantan Duta Besar
Belanda untuk Indonesia.[1]
Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda
menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada 27
Desember 1949, yaitu ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan
kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.
Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa
mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja
mengakui tindakan politionele acties (agresi militer) pada 1945-
1949 adalah ilegal.
Sebelumnya, pada tahun 1995, Ratu Beatrix sempat ingin
menghadiri Peringatan Hari Ulang Tahun RI ke-50. Tapi keinginan
ini ditentang PM Wim Kok. Akhirnya Beatrix terpaksa mampir
di Singapura dan baru memasuki Indonesia beberapa hari setelah
peringatan proklamasi.

Anda mungkin juga menyukai

  • GFFF
    GFFF
    Dokumen2 halaman
    GFFF
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Namar
    Namar
    Dokumen3 halaman
    Namar
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Deskripsi GRMM
    Deskripsi GRMM
    Dokumen2 halaman
    Deskripsi GRMM
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Registrasi Perlombaan
    Registrasi Perlombaan
    Dokumen4 halaman
    Registrasi Perlombaan
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • FHDZGFH
    FHDZGFH
    Dokumen2 halaman
    FHDZGFH
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Bisnis Model Canva
    Bisnis Model Canva
    Dokumen1 halaman
    Bisnis Model Canva
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • KJ, J
    KJ, J
    Dokumen12 halaman
    KJ, J
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • GW
    GW
    Dokumen1 halaman
    GW
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Tambang Terbuka
    Tugas Tambang Terbuka
    Dokumen4 halaman
    Tugas Tambang Terbuka
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • XZCDSV
    XZCDSV
    Dokumen2 halaman
    XZCDSV
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Rre
    Rre
    Dokumen1 halaman
    Rre
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen2 halaman
    Skenario 2
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • FR
    FR
    Dokumen1 halaman
    FR
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH KIMIA DASAR II Cover CCCCC
    MAKALAH KIMIA DASAR II Cover CCCCC
    Dokumen3 halaman
    MAKALAH KIMIA DASAR II Cover CCCCC
    Angku Palo
    Belum ada peringkat
  • Dfga
    Dfga
    Dokumen6 halaman
    Dfga
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Deskripsi Granit
    Deskripsi Granit
    Dokumen4 halaman
    Deskripsi Granit
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Deskripsi Granit
    Deskripsi Granit
    Dokumen4 halaman
    Deskripsi Granit
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen3 halaman
    Nikel
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Tambang Terbuka
    Tugas Tambang Terbuka
    Dokumen11 halaman
    Tugas Tambang Terbuka
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Tambang Terbuka
    Tugas Tambang Terbuka
    Dokumen11 halaman
    Tugas Tambang Terbuka
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Russs
    Russs
    Dokumen5 halaman
    Russs
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Seminarl
    Laporan Seminarl
    Dokumen4 halaman
    Laporan Seminarl
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • N Revisi 3
    N Revisi 3
    Dokumen5 halaman
    N Revisi 3
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Tambang Bawah Tanah
    Tugas Tambang Bawah Tanah
    Dokumen3 halaman
    Tugas Tambang Bawah Tanah
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Makalah 1 Batubara
    Makalah 1 Batubara
    Dokumen6 halaman
    Makalah 1 Batubara
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Journal Heheh
    Journal Heheh
    Dokumen13 halaman
    Journal Heheh
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Ttyt
    Ttyt
    Dokumen64 halaman
    Ttyt
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Reviw 1
    Reviw 1
    Dokumen2 halaman
    Reviw 1
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Resume Metodologi
    Tugas Resume Metodologi
    Dokumen3 halaman
    Tugas Resume Metodologi
    Maulana Assidikkey Iqra
    Belum ada peringkat
  • Rencana Proyek Eksplorasi Pertambangan Bahan
    Rencana Proyek Eksplorasi Pertambangan Bahan
    Dokumen8 halaman
    Rencana Proyek Eksplorasi Pertambangan Bahan
    Riyadil Afdal
    Belum ada peringkat