Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua


masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari
budaya, di antaranya objek yang menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah: 1)
penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes), 2)
dibeberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir, 2) kelompok healers ditemukan dengan
bentuk yang berbeda disetiap kelompok masyarakat, 3) healers mempunyai
peranan sebagai penyembuh, dan 4) adapun perhatian terhadap suatu
keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual, terutama illness dan
sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir


abad 20, pada tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan
bahwa kepercayaan medis dan prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek
budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia menyatakan “praktek medis
primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-syarat yang
mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3 padangan
dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan
sistem-sistem kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku
medis yang sesuai.

Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi


teoritisnya diungkapkan dalam bentuk lima generalisasi yaitu 1) studi
signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan
konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt dimana
pola medis berada dalam totalitas tersebut, 2) ada begitu banyak pengobatan
primitif, 3) bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan

1
budaya, secara fungsional saling berkaitan, 4) pengobatan primitif paling
baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi budaya, dan 5)
manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan
pengobatan gaib.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para


antropolog—perilaku sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness
behavior) perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit
explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi
dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut
pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran
modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan.

Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan


interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik
biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional
antropolog dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara
gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah
laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik.

Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana


individu di masyarakat mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan
bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui
mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat tinggal.
Antropologi Kesehatan dianggap sebagai ‘antropologi dari obat” (segi teori)
dan ‘Antropologi dalam pengobatan’ (segi praktis atau terapan).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep sehat dan sakit ?
2. Bagaimana pandangan sehat sakit di masyarakat ?
3. Bagaimana cara pandang dan pengobatan penyakit yang terjadi pada
masyarakat daerah ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sakit?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari sehat sakit.
2. Untuk mengetahui cara pandang masyarakat tentang konsep sehat sakit
3. Untuk mengetahui cara pandang dan pengobatan penyakit yang
dilakukan oleh masyarakat daerah.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sakit

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sehat Sakit


2.2.1 Pengertian Sehat
Ada beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang sehat
a) “Health is a state of complete physical mental and social well
being, not merely the absence of diseases or informity” (WHO).
Batasan yang dikemukakan oleh WHO tersebut memang ideal
sekali, dimana sehat berarti keadaan yang sempurna dari fisik,
mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau cacad.
Sebagai contoh : Seseorang yang menderita luka dan menimbulkan
luka parut; orang tersebut menurut batasan diatas dianggap tidak
sehat, walaupunsebenarnya yang bersangkutan masih mampu
melaksanakan tugas sebagai individu dan tidak merasa kekurangan
atau kecacadan tersebut.
Contoh lain :
Seorang individu yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik
dengan individu lain, cepat tersinggung dan marah juga
dimasukkan ke dalam kategori tidak sehat.
b) Menurut Perkin’s
“Health is a state of relative equilibrium of body form and function
which result from its successful dynamic adjustment to forces
sending to distrurb it”
Artinya :
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara
bentuk tubuh dan fungsinya yang dapat mengadakan penyesuaian
sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
c) Sehat adalah keadaan seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan
pokoknya sebagai umat manusia sesuai dengan tingkat dan derajat
masing – masing.

4
d) Sehat adalah keadaan seseorang yang dapat menguasai keadaan
lingkungan tanpa menimbulkan ketegangan dan tekanan serta tidak
menimbulkan ketidak seimbangan pada dirinya.
2.1.2 Rentang Sakit
Rentang ini diawali dari status kesehatan sehat normal, sehat
sekali dan sejahtera. Dikatakan sehat bukan hanya bebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang
meliputi aspek fisik, emosi, social, dan spiritual. Batasan sehat itu
sendiri dapat diartikan bahwa sutu keadaan yang sempurna baik secara
fisik, mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947) Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat
diketahui karakteristik sehat sebenarnya adalah : Pertama, memiliki
kemampuan merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia;
Kedua, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks
lingkungan, bak secara internal maupun eksternal; dan Ketiga,
memiliki hidup yang kreatif dan produktif.

2.1.3 Faktor Pengaruh Kesehatan

1. Perkembangan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh factor perkembangan yang
mempunyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat
ditentukan oleh factor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan
perkembangan, mengingat proses perkembangan itu dimulai dari
usia bayi sampai usia lanjut yang memiliki pemahaman dan respon
terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Dan pemahaman
itulah yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang.
2. Social Dan Cultural
Social dan cultural dapat juga mempengaruhi proses perubahan
status kesehatan seseorang. Karena akan mempengaruhi pemikiran
atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam
perilaku kesehatan.

5
3. Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi perubahan status
kesehatan, hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan
yang tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk
sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutnya.
4. Harapan Seseorang Terhadap Dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam
meningkatkan perubahan status kesehatan kearah yang optimal.
5. Keturunan
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan
seseorang, mengingat potensi perubahan status kesehatan telah
dimiliki melalui factor genetic, walaupun tidak terlalu besar tetapi
akan mempengaruhi respon terhadap beberapa penyakit.
6. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti
sanitasi lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah
atau kotoran serta rumah yang kurang memenuhi persyaratan
kesehatan. Sehingga dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat
yang dapat merubah status kesehatan.
7. Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem
pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan.

2.1.3 Pengertian Sakit


Ada beberapa batasan tentang sakit yaitu :
a) Menurut Perkin’s
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas
sehari – hari baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial.
b) Menurut “Webster’s New Collegiate Dictionary”
“a condition in wich body health is impaired”
Artinya : Suatu keadaan dimana kesehatan tubuh lemah.

6
c) Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam – macam
hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, baik fungsi itu sendiri
maupun fungsi keseluruhan.
Dari batasan – batasan tentang sehat – sakit, dapat disimpulkan
bahwa keadaan sehat – sakit pada dasarnya adalah :
1) Produk interaksi seseorang dengan lingkungannya
2) Sebagai manifestasi keberhasilan atau kegagalan seseorang
dalam mengadaptasikan diri dengan lingkungannya.
3) Gangguan kesehatan disebabkan terjadinya ketidak seimbangan
antara faktor – faktor :
a. Penyebab penyakit ( agent )
b. Tuan rumah ( Hospes ) – Keadaan manusia atau individu
c. Lingkungan ( Environment )
2.1.4 Rentang Sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit
kronis, dan kematian. Sakit pada dasarnya merupakan keadaan
terganggunya seseorang dalam proses tumbuh kembang fungi tubuh
secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses
penyesuaian diri manusia, sakit juga bisa dikatakan sebagai gangguan
dalam fungsi yang normal dimana individu sebagai totalitas dari
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi social
(Parsons, 1972). Selain itu sakit juga dapat dikatakan sebagai hasil
dari interaksi antara seseorang dengan lingkungan, dimana terjadinya
kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan antara factor host, agen dan
lingkungan.

2.2 Konsep Sehat Sakit Di Masyarakat

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social, dan


pengertian professional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan
kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit.

7
Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari
berbagai aspek. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melihat sehat dari berbagai
aspek. Definisi sehat menurt WHO (1981), Health is a state of complete
physical, mental, and social well-being, and not merely the absence of
disease of infirmity. Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani,
rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas mana seseorang
dapat dianggap sempurna jasmaninya? Oleh para ahli kesehatan, antropologi
kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan social budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah
kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Sakit
menurut Perkin’s merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang, sehingga menimbulkan gangguan dalam beraktivitas
sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani, maupun social. Jadi, sakit berarti
suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara
subjektif dan objektif, sehingga penderita tersebut memerlukan pengobatan
untuk mengembalikan keadaan sehat. Keadaan sakit sering dipakai untuk
menilai tingkat kesehatan suatu masyarakat. Untuk mengetahui tingkat
kesehatan tersebut dapat dilakukan melalui pengukuran-pengukuran nilai
unsur tubuh antara lain berat badan, tekanan darah, frekuensi pernapasan,
pemeriksaan cairan tubuh, dan lainnya. Keadaan sakit merupakan akibat
dari kesalahan adaptasi terhadap lingkungan (mladaptation) dan reaksi
antara manusia dengan sumber-sumber penyakit. Kesakitan adalah reaksi
personal, interpersonal, kultural atau perasaan kurang nyaman akibat dari
adanya penyakit. Penyakit itu sendiri di tentukan oleh budaya. Hal ini
karena penyakit merupakan pengakuan social bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar.

Orang zaman dulu juga menganggap jika suatu penyakit yang


diderita oleh seorang individu adalah suatu kutukan karena perbuatan yang
dia lakukan selalu menyimpang dari norma yang berada disuatu masyarakat.
Serta orang zaman dahulu jika sakit hanya pergi ke dukun untuk mengusir
roh halus yang berada didalam tubuhnya, sehingga masyarakat zaman

8
dahulu sering mengucilkan individu yang terserang penyakit, dan individu
tersebut tidak pernah tau apa penyakit yang diderita olehnya. Namun
masyarakat zaman dulu masih sedikit yang menderita penyakit kanker ,
seiring perkembangan zaman kebudayaan masyarakat mulai berkembang
dan pola berfikir mereka pun semakin berkembang. Misalkan mengenai pola
makan masyarakat zaman dulu cenderung mengkonsumsi makanan yang
sederhana didalam makanan tidak terdapat bahan zat kimia bahan yang
digunakan berasal langsung dari alam. Sedangkan masyarakat sekarang
lebih menyukai makanan cepat saji karena mereka menganggap jika lebih
mudah dan lebih praktis. Sedangkan mengenai lingkungan dulu lingkungan
masih sehat dan bersih belum tercemari oleh radikal bebas dan sebagainya
karena banyak industri yang berdiri tanpa memikirkan limbah yang dibuang
dan dampak apa yang terjadi terhadap lingkungan. Serta masyarakat zaman
dulu belum mengenal teknologi sebenarnya tanpa disadari mereka sudah
rutin berolah raga karena masih terbatasnya motor dan mobil mereka
memilih kemana – mana jalan kaki atau naik sepeda, sedangkan masyarakat
modern lebih menyukai kemana – mana menggunakan kendaraan hal itu
yang menyebabkan masyarakat modern lebih malas berolah raga. Semua hal
tersebut merupakan kebudayaan masyarakat itu sendiri cenderung
mengabaikan kesehatannya. Masyarakat berfikir jika apa yang dikerjakan
lebih mudah dan praktis lebih menguntungkan.

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang


dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu
hasil berbgai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat
dan pengobat tradisional menganut 2 konsep penyebab sakit, yaitu
naturalistic dan personalistik. Penyebb yang bersifat naturalistic, yaitu saat
seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah
makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas-dingin seperti masuk angina dan penyakit bawaan.
Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan
yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan
dengan keadaan badan atau kondisi tubuh dengan kelainan-kelainan serta

9
gejala yang dirasakannya. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang
normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai sebagai suatu keadaan badan yang
kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga
menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
seperti halnya orang yang sehat.

Konsep personalistik menganggap bahwa mnculnya penyakit


(illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa
makhluk bukan manusia (hantu, roh, lelluhur atau roh jahat), atau manusia
(tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai
pengenalan kusta dana cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnis
Makassar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan
kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang
mendukung bahwa kusta secara endemic telah berada dalam waktu yang
lama di tengah-tengah masyarakat tersebut. Hasil penelitian kualitatif dan
kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya
dengan penyakit kusta (Kaddala, Bugis) di masyarakat Bugis menunjukkan
bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut
salah seorang tokoh budaya, dalam nasihat perkawinan orang-orang tua
disana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila
terjadi pelanggaran melakukan hubungan itim saat istri sedang haid, kedua
mempelai akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan
guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menurut
proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadikan konsep penderita
kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa
dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri
penderita dimulai dari rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah
diri keluarga yang tercemar bila salah seorang anggota keluarganya
menderita kusta. Dituduh berbuat dosa, melakukan hubungan intim saat istri
sedang haid bagi seorang fanatic Islam dirasakan sebagai beban trauma
psikosomatik yang sangat berat. Orang tua, keluarga sangat menolak
anaknya didiagnosis kusta.

10
Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan di Provinsi
Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok
di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika
menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel,
kurus kering. Sedangkan bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit jika
sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin,
pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, dan diare. Menurut hasil
diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit
dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya, yaitu jika
menunjukkan gejala misalnya panas, batuk, pilek, diare, muntah-muntah,
gatal, luka, gusi bengkak, badan kuning, kaki, dan perut bengkak. Seorang
pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,
mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat.
Baginya, arti sakit adalah ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur
terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi bisa diketahui
degan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya
lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal,
penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah atau sakit-
sakit badan. Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif mengenai
persepsi masyarakat pada beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan
penyakit. Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu
yang mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidk
nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering
menangis, dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu,
tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak
punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke
dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Dikarenakan pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh


manusia.
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.

11
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan


kedua, dapat digunaan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantang
makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ketiga
harus dimintakan bantuan dukun, kiai, dan lain-lain. Dengan demikian
upaya penanggulangannya bergantung pada kepercayaan mereka terhadap
penyebab sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak di antaranya
adalah sebagai berikut.

a. Sakit demam dan panas. Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena


hujan, salah makan, atau masuk angina. Pengobatannya adalah dengan
cara mengopres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat
influenza. Di Indramayu dikatakan sebagai penyakit adem meskipn
gejalanya panas tinggi, supaya demamnya turun. Penyakit tampek
(campak) disebut juga sakit adem karenanya gejalanya badan panas.
b. Sakit mencret (diare). Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang
terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak
meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain.
Penanggulangannya dengan obat tradisional misalnya dengan pucuk daun
jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima, Nusa
Tenggara Barat). Obat lainnya adalah larutan gula garam (LGG), Oralit,
Pil Ciba, dan lain-lain. Larutan gula garam sudah dikenal hanya proporsi
campurannya tidak tepat.
c. Sakit kejang-kejang. Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa
sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi
disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat desebabkan hantu
jahat. Di Indramayu pengobatannya dengan pergi ke dukun atau
memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
d. Sakit tampek (campak). Penyebabnya karena anak terkena panas dalam,
anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu
mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak,
meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang
menurut kepercayaan dapat mengisap penyakit.

12
2.3 Perilaku Sakit

Penelitian-penelitian dan teori-teoi yang dikembangkan oleh para


antropolog seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness
behavior), perbedaan antara illness dan desease, model penjelasan penyakit
(explanatory mode), peran dan karier seorang yang sakit (sick role),
interaksi dokter-perawat, dokter-klien, perawat-klien, penyakit dilihat dari
sudut klien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran
modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan.

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang


dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan,
sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga
dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang
merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul
sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit, maka perilaku
sakit dan perilaku sehat pun sifatnya subjektif. Persepsi masyarakat tentang
sehat sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di
samping unsur social budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha
sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan
gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sakit


1. Faktor Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misalnya: Tukang Kayu
yang menderita sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera
mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula

13
mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut
mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara
menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
b. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta
mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka
klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program
terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6
bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi
yang ada.
2. Faktor Eksternal
a. Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra
Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir
kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan
dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar
orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
b. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit,
atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya:
Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang
berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan
adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI.
Kemudian mereka mendiskusikannya dengan temannya masing-
masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan
untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman
Ny.B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak
perlu diperiksakan ke dokter.
c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana
menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan

14
demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang
dimiliki klien.
d. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.
e. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis
lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari
pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk
mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang
rumit.
f. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan
yang bersifat peningkatan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

15
3.1 Kesimpulan
Sehat berarti keadaan yang sempurna dari fisik, mental dan sosial,
tidak hanya bebas dari penyakit atau cacad. Sedangkan Sakit adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari baik aktivitas jasmani,
rohani dan sosial.
Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas mana seseorang dapat
dianggap sempurna jasmaninya? Oleh para ahli kesehatan, antropologi
kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan social budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah
kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, maka dari itu kami membutuhkan berbagai masukan ataupun saran
yang bersifat konstruktif untuk memperbaiki pembuatan makalah yang
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan/A. Aziz Alimul Hidayat-Jakarta;
Salemba Medika, 2009
2. Antropologi kesehatan/ george M. Foster, Barbara GallatinAnderson;
penerjemah, Priyanti Pakan Suryadarma, Meutia F. Hattta Swasono-
Cet.1- Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1986
3.

17

Anda mungkin juga menyukai