Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infeksi Nosokomial


Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba
patogendan bersifat sangant dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup
tentunya ingin bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu
reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir baru dengan cara
berpindah atau menyebar. Penyebaran mikroba pathogen ini tentunya sangat
merugikan bagi orang- orang yang dalam kondisi sehat, dan lebih-lebih bagi
orang yang sedang dalam keadaan sakit (penderita). Orang sehat akan
menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan
keperawatan di rumah sakit akan memperoleh (tambahan beban penderitaan)
dari penyebaran mikroba pathogen ini. Proses penyebaran infeksi ini disebut
dengan infeksi nasokomial.
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya
penyakit, dan komeo yang artinya merawat. Nosokomial berarti tempat untuk
merawat / rumah sakit. Jadi nosokial dapat diartikan sebagai infeksi yang
diperolah atau terjadi di rumah sakit (Darmadi, 2008).
Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit
dirawat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada pasien, tenaga kesehatan, dan
juga setip orang yang datang ke rumah sakit.
Angka kajdian infeksi nosokomial telah dijadikn tolok ukur mutu
pelayanan rumah sakit. Izin operasional rumah sakit dapat dicabut karen
tingginya kejadian infeksi nosokomial.
2.2 Cara Penularan Infeksi Nosokomial
1. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung,
dan droplet. Kontak langsung terjadi apabila sumber infeksi berhubungan
langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan
infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung teradi
apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati).
Hal ini terjadi karena benda mati tersebut teah terkontaminasi leh infeksi,
misalnya kontaminasi peralatn medis oleh mikroorganisme.
2. Penularan melalui common vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman,
dan dapat menyebabkan penyakit lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-
jenis common vehicle adalah darah, cairan intravena, obat-obatan, dan
sebagainya.
3. Penularan melalui udara
Penularan ini terjadi apabila mikroorganisme mempunyai ukuran yang
sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup
jauh dan melalui saluran pernapasan. Misalnya mikroorganisme yang
terdapat pada sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus), dan
tuberculosis.
4. Penularan dengan perantara vector
Penularan ini terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara eksternal apabila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikoorganisme yang menempel pada tubuh vector, misalnya shigella dan
salmonella oleh lalat.
Penulran secara internal apabila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh
vector dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit
malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis,
misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).
2.3 Proses Terjadinya Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial yang terjadi pada penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan di rumah sakit merupakan beban tambahan secara fisik
dan patologis bagi penderita karena adanya “penyakit tambahan” disamping
penyakit dasarnya sehingga hari rawat menjadi semakin panjang. Penderita
yang menjalani rawat inap ini perlu dilindungi dan dijauhkan dari
kemungkinan terjangkitnya infeksi nosocomial melalui sebuah kebijakan
rumah sakit.
Telah disebutkan adanya sejumlah faktor yang sangat berpengaruh dalam
terjadinya infeksi nosocomial, yang menggambarkan faktor-faktor yang
datang dari luar ( extrinsic factors). Perlu dicatat pula adanya faktor-faktor
lain juga berperan memberikan peluang timbunlnya infeksi nosocomial,
faktor-faktor tersebut adalah sebagai beriut :

a. Faktor-faktor yang ada dari diri penderita (intrinsic factors) seperti


umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, resiko terapi, atau
adanya penyakit lain yang menyertai penyakit dasar (multipatologi)
beserta komplikasinya. Faktor ini merupakan faktor predisposisi.
b. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay),
menurunnya standart pelayanan perawatan serta padatnya penderita
dalam satu ruangan.
c. Faktor mikroba pathogen seperti tingkat kemampuan invasi serta
tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya pernapasan (length of
exposure) antara sumber penularan (reservoir) dengan penderita.
Maka faktor lain yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
nosocomial dapat digambarkan sebagai berikut :
Faktor Ekstrinsik

1. Petugas: dokter, perawat, dll


2. Penderita lain
3. Bangsal/lingkungan
4. Peralatan: material medis
5. Pengunjung/keluarga
6. Makanan dan minuman

PENDERITA
Faktor keperawatan
Penyakit dasar
1. Lamanya hari
perawatan Faktor intrinsik :
2. Menurunya
1. Umur, jenis
standart
kelamin
perawatan
2. Kondisi
3. Padatnya
umum
penderita
3. Resiko terapi
4. Adanya
penyakit lain

Faktor mikroba patogen:

1. Kemampuan invasi/merusak jaringan


2. Lamanya pemaparan

Terjadinya infeksi nosocomial dipengaruhi oleh banyak faktor


(multifaktorial), baik faktor yang ada dalam diri (badan, tubuh) penderita
sendiri, maupun faktor yang berada disekitarnya. Setiap faktor tersebut
hendaknya di cermati, diwaspasai, dan dianggap berpotensi.
Semua petugas pelayanan medis (medical provider) harus benar-benar memahami
hal ini, sehingga yang masih dalam proses asuhan keperawatan terhindar dari
infeksi nosocomial. Standart asuhan keperawatan, sanitasi rumah sakit, dan
sterusnya harus tetap dijaga, hal ini merupakan bagian dari upaya menjaga mutu
atau quality assurance rumah sakit.

2.4 Jenis Infeksi Nosokomial


2.5 Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial
2.6 Dampak Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial dapat memberikan dampak sebagai berikut :
1. Mnyebabkan cacat fungsional, stress emosional, dan dapat menyebabkan
cacat yang permanen, serta kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevelansi HIV/AIDS
yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu
dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan
obat-obat mahal, dan penggunaan pelayanan-pelayanan lainnya.
4. Morbiditas dan mortalitas semakin tinggi
5. Adanya tuntutan secar hukum
6. Penurunan citra rumah sakit.
2.7 Pengendalia Dan Pencegahan Infeksi Nosokomial
Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit ad tiga hal yang
perlu ada dalam program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit,
antara lain:
1. Adanya sistem surveilan yang bagus
Surveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistemik dan
dilakukan terus-menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada
suatu populasi tertentu dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan
dan pengendalian. Pengendalian infeksi nosokomial tidak ditentukan oleh
canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan
perilaku petugas dalam melakanakan perawatan pederita secara benar.
Dalam hal ini perawat sebagai petugas lapangan garis depan mempunya
peran yang sangat menetukan.
2. Adanya peraturan yang jelas dan tegas
Peraturan yang tegas dan jelas serta dapat dilksankan merupakan hal yang
sangat penting. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus
dijalankan . standar ini meliputi standar diagnosis ataupun standar
pelaksanaan tugas. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
dan pengawasan pelaksanaan peraturan.
3. Adanya program pendidikan yang bertujuan mengembalikan sikap dan
mental dalam merawat
Keberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dlam
melaksanakan perawatan yang sempurna kepada penderita. Perubahan
perilaku inilah yang memerlukan proses belajar dan mengajar yang
berkelanjutan. Program pendidikan hendaknya tidak hanya ditekankan
pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi juga aspek epidemologi dari
infeksi nosokomial ini.

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang


terintegrasi, monitoring, dan program, diantarannya :

1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara


mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan dan aseptik,
sterilisasi dan disinfeksi.
2. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik yang adekuat, nutrisi
yang cukup, dan vaksinasi.
3. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur
invasif.
4. Pengawasan infeksi, identifikasi, dan mengontrol penyebarannya.
Misalnya penularan dari dekontaminasi tangan dapat dicegah dengan
mengoptimalkan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan selama
kontak langsung dengan pasien.
5. Mencegah penularan dari rumah sakit misalnya dengan melakukan
pembersihan secara rutin penting untuk meyakinkan kebersihan rumah
sakit terjaga. Perawatan toilet rumah sakit juga harus dijaga.
6. Mengecek dan menginspeksi bahwa prosedur pengendalian infeksi dan
aseptik telah dilakukan sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
7. Melakukan kerjasama dengan staf kesehatan okupasi dalam
memelihara rekaman infeksi staf medis. Perawat, catering, domestik,
dan berbagai golongan staf lainnya yang terinfeksi.
8. Melakukan kerjasama dengan memberi petunjuk kepada perawat
komunitas tentang berbagai masalah infeksi.
9. Melakukan partisipasi dalam edukasi dan demnstrasi tentang teknik
pengendalian infeksi kepada staf medis, perawat, katering, karyawan
rumah sakit, dan staf lainnya.
10. Melakukan perundingan dengan pimpinan pelayanan steril tentang
infeksi tertentu dalam rumah sakit.

Pencegahan Infeksi Nosokomial adalah sebagai berikut :

1. Kewaspadaan Universal
Kewasapadaaan universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh
Centers For Disease Control (CDC) untuk mencegah penyebaran dari
berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah
sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Adaun konsep yang dianut
adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola
sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, HBV, dan berbagai
penyaki lain yang ditularkan melalui darah.
Petunjuk khusus dalam pelaksanaan universal adalah sebagai berikut:
a. Kewaspadaan dalam tindakan medik
Prosedur pembedahan yang membuka jaringan organ dalam tindak
medis yang invasidf beresiko tinggi terjadinya penularan penyakit,
misalnya HIV. Untuk mencegah terjadinya penularan dilakukan
tindakan sebagai berikut:
1) Kacamata pelindung untuk menghindari percikan cairan tubuh
pada mata.
2) Masker penutup pelindung hidung dan mulut untuk mencegah
percikan pada mukosa hidung dan mulut.
3) Skort untuk mencegah kontak cairan tubuh pasien dengan
petugas kesehatan.
4) Sarung tanagn untuk melindungi tangan yang katif melakukan
tindak medik invasif.
5) Penutup kaki untuk melindungi kaki dari kemungkinan
terpapar cairan yang terinfeksi.
b. Kegiatan di unit gawat darurat
Unit gawat darurat yang melayani kasus emergensi harus
menyediakan segala peralatan yang berkaitan dengan kewaspadaan
universal, seperti sarung tangan, masker, dan gaun khusus yang
harus selalu ada, mudah dicapai, dan mudah digunakan. Alat
resusutasi harus selalu ada dalam keadaan siap pakai dan ada
petugas yang terlatih yang membantu mengunakannya. Di setiap
tempat tindakan pelayananaa ermergensi harus selalu ada wadah
khusus untuk mengelola peralatan tajam.
c. Kegiatan di kamar operasi
1) Dalam prosedur operasi
Untukmenghindari kecelakaan dalam kegiatan operasi seperti
tertusuknya bagian tertentu dari petugas kesehatan maka dalam
pemberian instrumen yang tajam dilakukan dengan
menggunakan nampan oleh asisten.
2) Pada saat menjahit
Ketika menjahit dilakukn prosedur sedemikian rupa sehingga
jari tangan terhindar dari tusukan.
3) Memisahkan jaringan
Jangan menggunakan tangan saat memisahkan jaringan karena
tindakan ini menambah resiko.
4) Operasi dengan tingkat kesulitan tinggi
Untuk operasi yang membutuhkan aktu lebih dari 60 menirt
dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan ganda.
5) Melepas baju operasi
Hal ini dilakukan sebelum membuka sarung tangan agar tidak
terpapar oleh darah/cairan tubuh dari baju operasi tersebut.
6) Pencucian instrumen bekas pakai sebaiknya dilakukan secara
mekanik atau manual dengan menggunakan sarung tangan
dalam proses mencucinya dan direndam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
7) Dokter yang akan melakukan pembedahan sebaiknya telah
diuji kelayakannya untuk melakukan tindakan tersebut secara
khusus.
d. Tindakan di kamar bersalin
1) Kegiatan dikamar bersalin yang membutuhkan tangan untuk
memanipulasi instrauterin harus menggunakan skort dan
sarung tangan yang mencapai siku.
2) Penolong bayi baru lahir harus menggunakan sarung tangan.
3) Cara penghisapan lendir bayi dengan mulut harus ditinggalkan.
4) Potong tali pusar bayi segera setelah lahir dan hindari
terjadinya cipratan darah.
5) ASI dari ibu yang terinfeki HIV mempunyai resiko untuk bayi
baru lahir akan tetapi tidak bagi petugas kesehatan.
e. Prosedur Anestesi
Prosedur ini juga memerlukan perhatian khusus seperti:
1) Menyediakan nampan dan troli untuk alat-alat yang akan
digunakan.
2) Jarum harus dibuang sesegera mungkin setelah pemakaian
kedalam wadah yang aman.
3) Gunakan obat-obatan dengan sekali pakai.
4) Berhati-hati dalam menutup spuit karena beresiko tinggi.
5) Sangat dianjurkan untuk petugas anestesi melwati uji
kelayakan terlebih dahulu untuk meminimalkan resiko terluka
oleh jarum suntuk dan laat-alat lain yang tercemar darah dan
cairan tubuh.
f. Lokasi kegiatan lainnya yang memerlukan perhatian adalah di
mobil ambulan, ruang emergensi, laboratorium, serta kamar
jenazah.

Sebagai petugas kesehatan khususnya yang bekerja di rumah sakit


sudah selayknya kita menerapkan kewaspadaan universal dalam
melaksanakan tugas. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi unsur-unsur terkait.


b. Menilai fasilitas dan kebiasaan yang berlangsung.
c. Meninjau kembali kebijakan dan prosedur yang telah ada.
d. Membuat perencanaan
e. Menjalankan rencana yang telah disusun.
f. Mengadakan pendidikan dan pelatihan.
g. Pemantauan pelaksanaan kewaspadaan universal secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial. Jakarta : Salemba Medika

Jacon, Annamma dan Rekha R dkk. 2014. Buku Ajar Clinical Nursing
Procedures. Edisi Kedua. Jilid Satu. Tangerang Selatan : Binapura Aksara

Potter, Patricia A dan Anne G Perry. 2010. Fundamental Of Nursing. Edisi 7.


Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Septiary, B.B. 2012. Infeksi Nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika.


LAMPIRAN

PEMBAGIAN TUGAS

1. BAB 1, kata pengantar, daftar isi, editing : Alifi Nila Cahyani


2. BAB 2 & daftar pustaka : 1. Esthi Mulyani
2. Prizilla Gryntari
3. Rosa Frassisca
4. BAB 3 & PPT : Nizar Zulmi Barzani

Anda mungkin juga menyukai