TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi nosokomial yang terjadi pada penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan di rumah sakit merupakan beban tambahan secara fisik
dan patologis bagi penderita karena adanya “penyakit tambahan” disamping
penyakit dasarnya sehingga hari rawat menjadi semakin panjang. Penderita
yang menjalani rawat inap ini perlu dilindungi dan dijauhkan dari
kemungkinan terjangkitnya infeksi nosocomial melalui sebuah kebijakan
rumah sakit.
Telah disebutkan adanya sejumlah faktor yang sangat berpengaruh dalam
terjadinya infeksi nosocomial, yang menggambarkan faktor-faktor yang
datang dari luar ( extrinsic factors). Perlu dicatat pula adanya faktor-faktor
lain juga berperan memberikan peluang timbunlnya infeksi nosocomial,
faktor-faktor tersebut adalah sebagai beriut :
PENDERITA
Faktor keperawatan
Penyakit dasar
1. Lamanya hari
perawatan Faktor intrinsik :
2. Menurunya
1. Umur, jenis
standart
kelamin
perawatan
2. Kondisi
3. Padatnya
umum
penderita
3. Resiko terapi
4. Adanya
penyakit lain
1. Kewaspadaan Universal
Kewasapadaaan universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh
Centers For Disease Control (CDC) untuk mencegah penyebaran dari
berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah
sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Adaun konsep yang dianut
adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola
sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, HBV, dan berbagai
penyaki lain yang ditularkan melalui darah.
Petunjuk khusus dalam pelaksanaan universal adalah sebagai berikut:
a. Kewaspadaan dalam tindakan medik
Prosedur pembedahan yang membuka jaringan organ dalam tindak
medis yang invasidf beresiko tinggi terjadinya penularan penyakit,
misalnya HIV. Untuk mencegah terjadinya penularan dilakukan
tindakan sebagai berikut:
1) Kacamata pelindung untuk menghindari percikan cairan tubuh
pada mata.
2) Masker penutup pelindung hidung dan mulut untuk mencegah
percikan pada mukosa hidung dan mulut.
3) Skort untuk mencegah kontak cairan tubuh pasien dengan
petugas kesehatan.
4) Sarung tanagn untuk melindungi tangan yang katif melakukan
tindak medik invasif.
5) Penutup kaki untuk melindungi kaki dari kemungkinan
terpapar cairan yang terinfeksi.
b. Kegiatan di unit gawat darurat
Unit gawat darurat yang melayani kasus emergensi harus
menyediakan segala peralatan yang berkaitan dengan kewaspadaan
universal, seperti sarung tangan, masker, dan gaun khusus yang
harus selalu ada, mudah dicapai, dan mudah digunakan. Alat
resusutasi harus selalu ada dalam keadaan siap pakai dan ada
petugas yang terlatih yang membantu mengunakannya. Di setiap
tempat tindakan pelayananaa ermergensi harus selalu ada wadah
khusus untuk mengelola peralatan tajam.
c. Kegiatan di kamar operasi
1) Dalam prosedur operasi
Untukmenghindari kecelakaan dalam kegiatan operasi seperti
tertusuknya bagian tertentu dari petugas kesehatan maka dalam
pemberian instrumen yang tajam dilakukan dengan
menggunakan nampan oleh asisten.
2) Pada saat menjahit
Ketika menjahit dilakukn prosedur sedemikian rupa sehingga
jari tangan terhindar dari tusukan.
3) Memisahkan jaringan
Jangan menggunakan tangan saat memisahkan jaringan karena
tindakan ini menambah resiko.
4) Operasi dengan tingkat kesulitan tinggi
Untuk operasi yang membutuhkan aktu lebih dari 60 menirt
dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan ganda.
5) Melepas baju operasi
Hal ini dilakukan sebelum membuka sarung tangan agar tidak
terpapar oleh darah/cairan tubuh dari baju operasi tersebut.
6) Pencucian instrumen bekas pakai sebaiknya dilakukan secara
mekanik atau manual dengan menggunakan sarung tangan
dalam proses mencucinya dan direndam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
7) Dokter yang akan melakukan pembedahan sebaiknya telah
diuji kelayakannya untuk melakukan tindakan tersebut secara
khusus.
d. Tindakan di kamar bersalin
1) Kegiatan dikamar bersalin yang membutuhkan tangan untuk
memanipulasi instrauterin harus menggunakan skort dan
sarung tangan yang mencapai siku.
2) Penolong bayi baru lahir harus menggunakan sarung tangan.
3) Cara penghisapan lendir bayi dengan mulut harus ditinggalkan.
4) Potong tali pusar bayi segera setelah lahir dan hindari
terjadinya cipratan darah.
5) ASI dari ibu yang terinfeki HIV mempunyai resiko untuk bayi
baru lahir akan tetapi tidak bagi petugas kesehatan.
e. Prosedur Anestesi
Prosedur ini juga memerlukan perhatian khusus seperti:
1) Menyediakan nampan dan troli untuk alat-alat yang akan
digunakan.
2) Jarum harus dibuang sesegera mungkin setelah pemakaian
kedalam wadah yang aman.
3) Gunakan obat-obatan dengan sekali pakai.
4) Berhati-hati dalam menutup spuit karena beresiko tinggi.
5) Sangat dianjurkan untuk petugas anestesi melwati uji
kelayakan terlebih dahulu untuk meminimalkan resiko terluka
oleh jarum suntuk dan laat-alat lain yang tercemar darah dan
cairan tubuh.
f. Lokasi kegiatan lainnya yang memerlukan perhatian adalah di
mobil ambulan, ruang emergensi, laboratorium, serta kamar
jenazah.
Jacon, Annamma dan Rekha R dkk. 2014. Buku Ajar Clinical Nursing
Procedures. Edisi Kedua. Jilid Satu. Tangerang Selatan : Binapura Aksara
PEMBAGIAN TUGAS