Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN DEMAM KEJANG PADA ANAK

DI RUANGAN ANAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

OLEH: KELOMPOK 1

WISHNU FAJAR DEWATA P27820116062

ELINA INDRIYANI P27820116072

APRILLYA NILLA PERTIWI P27820116065

PRIZILA GRYNTARI FEBRIANTI P27820116049

KURNIAWAN ARIF TIRTANA AW P27820116058

PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AJARAN 2018/2019


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Demam Kejang pada Anak

Sub Pokok Bahasan : Mencegah dan Menangani Kejang Demam

Sasaran : Pengunjung Ruang Anak dan Orangtua

Hari / tnaggal : Kamis, 24 Mei 2018

Waktu : 08.00 – 08.30

Tempat : Ruangan Anak BONA II RSUD dr. SOETOMO Surabaya

Penyuluh : Mahasiswa Tingkat II Semester 4 DIII Keperawatan Soetomo


Surabaya

1. LATAR BELAKANG

Angka kematian balita di dunia mengalami penurunan cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir
termasuk di beberapa negara miskin. Meski demikian, target Millenium Development Goals
yang harus dicapai tahun 2015 diperkirakan masih jauh. Badan WHO yang mengurusi anak-
anak, Unicef mengungkap pada tahun 2010 tercatat jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun
(balita) sebanyak 7,6 juta. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka tahun 1990, yaitu
sekitar 12.000 kasus/hari dibandingkan 10 tahun silam. Sementara jika dibandingkan dengan
angka kelahiran, angka kematian balita berkurang dari 88 kasus menjadi 57 kasus tiap 100.000
kelahiran hidup mencapai 12 juta kematian. Beberapa negara memang masih mencatat angka
kematian yang cukup tinggi, bahkan hampir 50 persen dari angka kematian balita di seluruh
dunia terkonsentrasi di 5 negara. Kelima negara tersebut adalah India, Nigeria, Kongo, Pakistan
dan China (WHO, 2011).

Menurut data tahun 2008 di Indonesia, angka kematian balita adalah sebesar 44 per 1000
kelahiran hidup, atau ada lebih dari 200.000 balita Indonesia yang meninggal setiap tahunnya.
Sedangkan di Malaysia, dengan angka kematian balita sebesar 6.1 kematian per 1000 kelahiran
hidup, ada 3.694 kematian balita, jauh lebih sedikit dari pada Indonesia. Sementara di Filipina,
yang juga merupakan negara kepulauan dengan penduduk yang besar, ada sekitar 85.400
kematian balita, tidak sampai setengah dari angka kematian di Indonesia. Angka kematian bayi
di bawah usia 1 tahun (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah sebesar 34 kematian per 1000
kelahiran hidup. Dengan kata lain, ada sekitar 157.000 kematian anak setiap tahunnya.
Dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, angka ini jauh lebih dari Malaysia (3.633
kematian anak per tahun) dan dari Filipina (67.092 kematian anak per tahun). Penyebab
kematian utama anak balita adalah : Diare, Pneumonia, Malaria (di daerah Endemis
Malaria),Campak (The Lancet, 2007).

UNICEF telah memainkan peranan yang besar dalam memperingatkan dunia mengenai beban
yang sangat berat akibat penyakit dan kematian yang dialami oleh anak-anak di dunia.
Bagaimanapun, dalam beberapa dekade penanganan masalah ini diperkirakan bahwa di seluruh
dunia 12 juta anak mati setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala
awalnya demam (Anderson, 2007).

I. TUJUAN

Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan kepada setiap orangtua dapat mengerti dan
memahami tentang kejang demam pada anak.

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, pengunjung ruangan anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
dapat mengetahui dan memahami tentang :

1. Menjelaskan pengertian demam kejang


2. Menjelaskan penyebab kejang demam
3. Menjelaskan klasifikasi kejang demam
4. Menjelaskan manifestasi klinis /tanda gejala
5. Menjelaskan prognosis
6. Menjelaskan penatalaksanaan

II. MATERI ( terlampir)

III. MEDIA PENYULUHAN


1 Clip Chart
2 Leaf leat

1. METODE PENYULUHAN
2. Ceramah
3. Tanya jawab

1. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Media

: Penyaji

: Observer

: Moderator

: Fasilitator

1. PENGORGANISASIAN

 Moderator : Prizila Gryntari F


 Penyaji : Elina Indriyani
 Observer : Aprillya Nilla Pertiwi
 Fasilitator : Wishnu Fajar Dewata, Kurniawan Arif TAW
Pembagian tugas :

1. Peran moderator

 Menutup dan memulai acara


 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi

2. Peran Penyaji

 Menyajikan materi penyuluhan


 Bersama fasilitator menjalin kerjasama dalam acara penyuluhan
 Menjawab pertanyaan audiens

3. Peran observer

 Mengamati jalannya kegiatan


 Mengevaluasi kegiatan
 Mencatat prilaku verbal dan non verbal serta kegiatan

4. Peran fasilitator

 Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya


 Bekerjasama dengan penyaji dalam menampilkan Bahan penyuluhan
 Membagikan leaf leat

1. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu


1. Pendahuluan
a. Menjawab salam 5 menit

1. Mengucapkan salam
2. Memperkenlakan diri b. Mendengar 20 menit

c. Menjelaskan latar belakang c. Mendengar dan 5 menit


dan tujuan intruksional umum memperhatikan

2. Kegiatan inti a. Mengemukakan


pendapat
a. Menggali pengetahuan klien
b. memperhatikan,
b. Menjelaskan pengertian
mendengar dan memahami
demam kejang
c. mendengarkan dan
c. Menjelaskan penyebab
memperhatikan
kejang demam
d. mendengarkan dan
d. Menjelaskan klasifikasi
memperhatikan
kejang demam
e. mendengarkan dan
e. Menjelaskan manifestasi
memperhatikan
klinis /tanda gejala demam kejang
f. Mendengarkan dan
f. Menjelaskan prognosis
memperhatikan
demam kejang
g. Mendengarkan dan
g. Menjelaskan penatalaksanaan
memperhatikan
demam kejang
h. Bertanya
h. Memberi kesempatan pada
audiens untuk bertanya i. Mendengarkan dengan
penuh seksama
i. Menjawab pertanyaan dan
menjelaskan jawaban untuk j. Mendengarkan
audiens
a. Ikut menyimpulkan
j. Menguatkan pendapat
audiens materi bersama

3. Penutup b. Menjawab Pertanyaan

a. Bersama audiens c. Menjawab Salam


menyimpulkan materi

1. Mengevaluasi materi yang


telah diberikan
2. Menutup dan memberi
saran

1. EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penyuluhan dengan memberikan
pertanyaan secara lisan sebagai berikut :

1. Menjelaskan dan menyebutkan pengertian demam kejang


2. Menyebutkan penyebab kejang demam
3. Menjelaskan klasifikasi kejang demam
4. Menjelaskan manifestasi klinis /tanda gejala demam kejang
5. Menjelaskan prognosis demam kejang
6. Menjelaskan penatalaksanaan demam kejang

1. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan

2. Evaluasi proses
3. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan berlansung
4. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
5. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
6. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlansung
7. Tanya jawab berjalan dengan baik

3. Evaluasi Hasil

1. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan 80% lebih
dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil/ cukup baik apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan antara 50-80% dengan benar
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran hanya mampu
menjawab kurang dari 50% dengan benar

MATERI PENYULUHAN

DEMAM KEJANG PADA ANAK

1. PENGERTIAN

Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak–anak yang berusia
dibawah 5 tahun, gejala–gejala yang timbul dapat bermacam–macam tergantung dibagian otak
mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi pada anak adalah kejang umum
(Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas
neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002).

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas
380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu
tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang
berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434).
1. PENYEBAB KEJANG DEMAM

Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong
(1995: 1929) :

1. Demam itu sendiri, demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul
pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:

1. Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama


2. Riwayat kejang demam dalam keluarga
3. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
4. Riwayat demam yang sering
5. Infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut,
exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih (Goodridge, 1987;
Soetomenggolo, 1989). Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti
tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak
(morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
6. Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
7. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
8. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
9. Gabungan dari faktor-faktor diatas.

1. KLASIFIKASI KEJANG DEMAM

1. Menurut Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua :


2. Kejang demam sederhana

Diagnosisnya :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun


2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan

2. Epilepsi yang diprovokasi demam

Diagnosisnya :

1. Kejang lama dan bersifat lokal


2. Umur lebih dari 6 tahun
3. Frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun
4. EEG setelah tidak demam abnormal

b.Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :

1. Kejang demam kompleks

Diagnosisnya :

1. Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun


2. Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat fokal/multipel
4. Didapatkan kelainan neurologis
5. EEG abnormal
6. Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
7. Temperatur kurang dari 39 derajat celcius
2. Kejang demam sederhana

Diagnosisnya :

1. Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun


2. Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
3. Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
4. Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
5. Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
6. Temperatur lebih dari 39 derajat celcius

3. Kejang demam berulang

Diagnosisnya :

1. Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam (Soetomenggolo, 1995).

MANIFESTASI KLINIS /TANDA GEJALA

1. Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat


2. Berlangsung singkat > 15 menit dan berhenti sendiri
3. Umur anak kejang antara 6 bulan & 4 tahun
4. kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam

PROGNOSIS

Dengan penanganan cepat dan tepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian resiko yang
akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga


2. Kelainan dalam perkembangan / kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
3. Kejang yang berlangsung lama

PENATALAKSANAAN
1. Umum
2. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang
sudah dibungkus kasa / sapu tangan agar lidah anak tidak terigit akibat kejang.
3. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar anak, lepaskan pakaian yang menganggu
pernafasan.
4. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
5. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.
6. Bila suhu tinggi berikan kompres air biasa / kran secara intensif
7. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan
berpeluang membuat anak tersedak.
8. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan
jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa
penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.
9. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk
meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat,
atau anak terus tampak lemas.

2. Cara penggunaan stesolid rectal tube ( Medical ), sbb :


3. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
b. Pemberian oksigen melalui face mask
c. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah
terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
d. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
e. Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini
pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk,
lemas) yang berkelanjutan (1).
Jika kejang masih berlanjut :
f. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus,
0,5 mg/kg per rektal
g. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :
h. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20
mg/kg per infus dalam 30 menit.
i. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).
j. Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.

Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern kepada kesehatan.
Bandung.

Arif Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta

http://www.webmd.com/parenting/rectal-ear-oral-and-axillary-temperature-comparison

http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-
balita/#ixzz3DTntyZbc

Anda mungkin juga menyukai