OLEH: KELOMPOK 1
1. LATAR BELAKANG
Angka kematian balita di dunia mengalami penurunan cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir
termasuk di beberapa negara miskin. Meski demikian, target Millenium Development Goals
yang harus dicapai tahun 2015 diperkirakan masih jauh. Badan WHO yang mengurusi anak-
anak, Unicef mengungkap pada tahun 2010 tercatat jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun
(balita) sebanyak 7,6 juta. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka tahun 1990, yaitu
sekitar 12.000 kasus/hari dibandingkan 10 tahun silam. Sementara jika dibandingkan dengan
angka kelahiran, angka kematian balita berkurang dari 88 kasus menjadi 57 kasus tiap 100.000
kelahiran hidup mencapai 12 juta kematian. Beberapa negara memang masih mencatat angka
kematian yang cukup tinggi, bahkan hampir 50 persen dari angka kematian balita di seluruh
dunia terkonsentrasi di 5 negara. Kelima negara tersebut adalah India, Nigeria, Kongo, Pakistan
dan China (WHO, 2011).
Menurut data tahun 2008 di Indonesia, angka kematian balita adalah sebesar 44 per 1000
kelahiran hidup, atau ada lebih dari 200.000 balita Indonesia yang meninggal setiap tahunnya.
Sedangkan di Malaysia, dengan angka kematian balita sebesar 6.1 kematian per 1000 kelahiran
hidup, ada 3.694 kematian balita, jauh lebih sedikit dari pada Indonesia. Sementara di Filipina,
yang juga merupakan negara kepulauan dengan penduduk yang besar, ada sekitar 85.400
kematian balita, tidak sampai setengah dari angka kematian di Indonesia. Angka kematian bayi
di bawah usia 1 tahun (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah sebesar 34 kematian per 1000
kelahiran hidup. Dengan kata lain, ada sekitar 157.000 kematian anak setiap tahunnya.
Dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, angka ini jauh lebih dari Malaysia (3.633
kematian anak per tahun) dan dari Filipina (67.092 kematian anak per tahun). Penyebab
kematian utama anak balita adalah : Diare, Pneumonia, Malaria (di daerah Endemis
Malaria),Campak (The Lancet, 2007).
UNICEF telah memainkan peranan yang besar dalam memperingatkan dunia mengenai beban
yang sangat berat akibat penyakit dan kematian yang dialami oleh anak-anak di dunia.
Bagaimanapun, dalam beberapa dekade penanganan masalah ini diperkirakan bahwa di seluruh
dunia 12 juta anak mati setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala
awalnya demam (Anderson, 2007).
I. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan kepada setiap orangtua dapat mengerti dan
memahami tentang kejang demam pada anak.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, pengunjung ruangan anak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. METODE PENYULUHAN
2. Ceramah
3. Tanya jawab
1. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Media
: Penyaji
: Observer
: Moderator
: Fasilitator
1. PENGORGANISASIAN
1. Peran moderator
2. Peran Penyaji
3. Peran observer
4. Peran fasilitator
1. KEGIATAN PENYULUHAN
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenlakan diri b. Mendengar 20 menit
1. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penyuluhan dengan memberikan
pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
1. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi proses
3. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan berlansung
4. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
5. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
6. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlansung
7. Tanya jawab berjalan dengan baik
3. Evaluasi Hasil
1. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan 80% lebih
dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil/ cukup baik apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan antara 50-80% dengan benar
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran hanya mampu
menjawab kurang dari 50% dengan benar
MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN
Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak–anak yang berusia
dibawah 5 tahun, gejala–gejala yang timbul dapat bermacam–macam tergantung dibagian otak
mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi pada anak adalah kejang umum
(Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas
neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas
380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu
tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang
berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434).
1. PENYEBAB KEJANG DEMAM
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong
(1995: 1929) :
1. Demam itu sendiri, demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul
pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:
Diagnosisnya :
Diagnosisnya :
b.Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :
Diagnosisnya :
Diagnosisnya :
Diagnosisnya :
1. Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam (Soetomenggolo, 1995).
PROGNOSIS
Dengan penanganan cepat dan tepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian resiko yang
akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
PENATALAKSANAAN
1. Umum
2. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang
sudah dibungkus kasa / sapu tangan agar lidah anak tidak terigit akibat kejang.
3. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar anak, lepaskan pakaian yang menganggu
pernafasan.
4. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
5. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.
6. Bila suhu tinggi berikan kompres air biasa / kran secara intensif
7. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan
berpeluang membuat anak tersedak.
8. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan
jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa
penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.
9. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk
meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat,
atau anak terus tampak lemas.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.
Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern kepada kesehatan.
Bandung.
http://www.webmd.com/parenting/rectal-ear-oral-and-axillary-temperature-comparison
http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-
balita/#ixzz3DTntyZbc