Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Advokasi


Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan, atau tambahan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-
mula diginakan dibidang hukum atau pengadilan. Advokasi dalam
kesehatan diartikan upata untuk memperolah pembelaan, bantuan, atau
dukungan terhadap program kesehatan.
Menurut Jhons Hopskin (1990) Advokasi alaha usaha untuk
mempengaruhi kebijakan pnlik melalui bermacam-macam bentuk
komunikasi persuasif.
Istilah advokasi dibidang kesehatan mulai digunakan dalam program
kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai
salah satu strategi pendidikan atau promosi kesehatan. WHO merumuskan
bahawa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif
menggunakan strategi pokok, yaitu:
1. Advocacy (Advokasi)
2. Social Support (Dukungan sosial)
3. Empowermen (Pemberdayaan masyarakat)

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang


dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan.oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi
adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy maker)atau
pembuat keputusan (decision maker) baik di institusi pemerintah ataupun
swasta.

Advokasi terhdap kesehatan merupakan upaya yang dilakukan


orang-orang di lingkup kesehatan, utamanya promosi kesehatan sebagai
bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan
mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk mebuat peraturan-peraturan
yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat
menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat
terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007).

Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting, sehingga


komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar
komunikasi efektif. Sehingga dapat dilakukan beberapa hal berikut:

1. Jelas (clear) : pesan yang akan disampaikan kepada sasaran


harus disusun sedemikian rupa sehingga jelas, baik isi maupun bahasa
yang digunakan.
2. Benar (correct) : pasan yang disampaikan harus atas dasar
kebenaran.
3. Konkret (concrete) : dalam mengajukan usulan program untuk
mendapatkan dukungan dari pembuat kebijakan yang terkait, maka
petugas kesehatan yang mengajukan usulan tersebut harus
merumuskannya dalam bentuk yang konkrit (bukan kira-kira) atau
dalam bentuk operasinal.
4. Lengkap (complete) : pesan yang disampaikan harus lengkap untuk
menghindari adanya kesalah-pahaman.
5. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap namun ringkas
atau tidak bertele-tele.
6. Meyakinkan (convince) : agar komunikasi advokasi dapat diterima
oleh para pembuat kebijakan, maka penyampaiannya harus meyakinkan.
7. Konstektual (contextual) : pesan atau program yang di advokasikan
harus diletakkan tau diakaitkan dengan masalah pembangunan daerah
yang bersangkutan.
8. Berani (courage) : seorang petugas kesehatan yang akan melakukan
advokasi kepada pembuat kebijakan harus mempunyai keberanian
berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan.
9. Hati-hati (coutious) : dalam berkomunikasi harus berhati-hati dan tidak
boleh keluar dari etikan berkomunikasi. Hindari sikap “menggurui”
kepada pihak yang bersangkutan.
10. Sopan (courteous) : advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam
tutur kata maupun penampilan fisik termasuk cara berpakaian.
2.2. Tujuan Advokasi
Upaya advokasi dalam pembangunan kesehatan yang dilakukan
adalah bertujuan untuk:
1. Agar kesehatan menjadi arus utama dalam pembangunan nasional.
2. Agar pembangunan kesehatan tidak lagi di anggap hanya sebagai sektor
pinggir.
3. Agar sektor kesehatan tidak dianggap sebagai sektor yang hanya
menghaniskan anggaran.
4. Implementasi dari “Health For All”.

Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat empat kesatuan dalam


tujuan advokasi, antara lain:

1. Komitmen politik (Political commitent), dalam hal ini para pembuat


keputusan atau kebijakan dapat diwujudkan dengan penyataan dari
pejabat eksekutif maupun legislatif mengenai dukung atau persetujuan
terhadap isu-isu kesehatan.
2. Dukungan kebijkan (policy support), stelah adanya komitmen politik,
maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan
kebijkan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen
politik tersebut.
3. Penerimaan sosial (Social acceptance), komitmen politik dan dukungan
kebijakan dari eksekutif dan legislatif masih perlu disosialisasikan untuk
memperoleh dukungan masyarakat. Penerimaan sosial kartinya
diterimanya suatu program oleh masyarakat. Tokoh masyarakat
mempunyai peran penting dalam sosialisasi agar program dapat diterima
masyarakat.
4. Dukungan sistem (System support), agar suatu program kesehatan
berjalan dengan baik, maka perlu tercipta sebuah lingkungan dan sistem
(mekanisme) yang mendukung terlaksananya suatu program secara efektif
dan efisien.
2.3. Metode dan Teknik Advokasi
Dalam rangka melakukan sebuah advokasi terhadap pihak yang bersangkuta,
terdaat beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan, antara lain:
1. Lobi politik (Political lobiying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat
untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan
yang dilaksankan.
2. Seminar atau Presentasi
Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya
lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program
pemecahannya dalam seminar yang dihadiri oleh para pejabat lintas
program dan lintas sektor. Agar diperoleh komitmen dan dukungan
terhadap program lyang akan dilaksanakan.
3. Media Advokasi
Media advokasi adalah tindakan melakukan kegiatan advokasi dengan
menggunakan media, khususnya media massa. Melalui media cetak
maupun media elektronik permasalahan kesehatan disajikan baik dalam
bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, peyampaian pendapat, dan
sebagainya.
4. Perkumpulan peminat (asosiasi)
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
interes terhadap permasalahan tertentu atau perkumpulan profesi juga
merupakan bentuk advokasi.
2.4. Unsur Dasar Advokasi
1. Penetapan tujuan advokasi
Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks karena
banyak faktor yang saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat
berhasil, tujuan advokasi perlu dibuat lebih spesifik.
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
Adanya data dan riset untuk pendukung sangat penting agar keputusan
dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar.
3. Identifikasi sasaran advokasi
Apabila isu, tujuan, dan upaya advokasi telah disusun, maka upaya
advokasi tersebut harus ditunjukan bagi kelompok yang dapat mebuat
keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam
pembuatan keputusan.
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
Sasaran advokasi berbeda atau bereaksi tidak sama atas pesan yang
berbeda. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi jika mengetahui
banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah
tertentu.
5. Membangun koalisi
Sering kali kekuatan sebuah advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang atau
organisasi yang mendukung advokasi tersebut. hal ini sangat penting
dimana situasi di negara tertentu sedang membangun masyarakat
demokratis dan advokasi merupakan suatu hal yang relatif baru.
6. Membuat presentasi yang persuasif
Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran sering kali terbatas
akan waktu, sehingga pembuatan presentasi yang persuasif bisa
dilakukan.
7. Penggaangan dana untuk advokasi
Hal ini perlu dilakukan karena semua kegiatan dlaam advokasi
memerlukan dana.
8. Evaluasi upaya advokasi
Untuk menjadi advokator yang baik diperlukan umpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.
2.5.Langkah Advokasi Dalam Promosi Kesehatan
Menurut Depkes (2007), terdapat lima langkah kegiatan advokasi, antara lin:
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta. Data
sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang
tepat dan benar. Data berdasarkan fakta sangat membantu menentukan
masalah, mengidentifikasi solusi, dan menentukan tujuan yang realistis.
Adanya data dan fakta yang valid seringkali menjadi argumen yang
persuasif.
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
Sasaran kegiatan advokasi ditujukan pada para pembuat keputusan atau
pembuat kebijakan, baik di bidang kesehatan maupun diluar sektor
kesehatan yang berpengaruh terhadap publik. Tujuannya agar para
pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan, undang-undang, dan
isntruksi yang menguntungkan kesehatan. Perlu ditetapkan siapa saja
yang menjadi sasaran, mengapa perlu diadvokasi, apa kecenderungannya,
dan apa harapan kedepannya.
3. Menyiapkan dan mengemas bahan informasi
Tokoh politik mungkin akan termotivasi dan mengambil keputusan jika
merek mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh
sebab itu, penting untuk diketahui pesan tau informasi apa yang
diperlukan agar sasaran yang dituju dapat membuat keputusan yang
mewakilin kepentingan advokator. Informasi yang disampaikan harus
akurat, tepat, dan menarik. Beberapa pertimbangan dalam menetapkan
bahan informasi ni meliputi:
a. Bahan infromasi memuat rumusan masalah yang dibahas, latar
belakang masalahnya, alternatif megatasinya, usulan peran atau
tindakan yang diharapkan, dan tindak lanjut penyelesaiannya. Bahan
informasi juga harus memuat 5W 1H tentang permasalahan yang
diangkat.
b. Dikemas menarik, ringkas, jelas, dan mengesankan.
c. Menyertakan data pendukung, ilustrasi contoh, gambar dan bagan.
4. Rencanakan teknik atau kegiatan operasional
Beberapa teknik atau kegiatan operasional advokasi dapat meliputi
konsultasi, lobi, pendekatan atau pembicaraan formal/informal terhadap
para pembuat keputusan, negoisasi, dan seminar-seminar kesehatan.
5. Laksanakan kegiatan pantau dan evaluasi serta tindak lanjut
Upaya advokasi selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai rencana
yang telah disusun, memantau dan mengevaluasi, serta melakukan tindak
lanjut. Evaluasi diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan serta
menyempurnakan dan memperbaiki strategi advokasi. Untuk menjadi
advokat yang tangguh, diperlukan umpan balik berkelanjutan dan evaluasi
terhadap advokasi yang telah dilakukan. Meykinkan para pembuat
kebijakan dan pembuat keputusan terhadap pentingnya program kesehatan
tidaklah mudah, memerlukan argumen dalam melakukan kegiatan
tersebut, anatara lain:
a. Credible, adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang
menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya.
b. Layak (feasible), artinya program yang diajukan baik secara teknik,
politik, maupun ekonomi dimungkinkan atau layak.
c. Relevan (relevant), program yang diajukan tersebut paling tidak harus
mencakup du kriteria, yakni memenuhi kebutuhan masyarakat dan
memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d. Penting dan mendesak (urgent)¸artinya program yang diajukan harus
mempunyai urgensi yang tinggi, harussegera dilaksankan dan jika
tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar.
e. Prioritas yang tinggi (high priority), artinya program yang diajukan
tersebut harus mempunyai prioritas yang tinggi.
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Syahaceh. 2008. “ Advokasi Dalam Promkes”. (online),


(https://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/advokasi-dalam-promkes/, diakses
tanggal 27 September 2017 : pukul 20:44 WIB).

Gustin. 2012. “Advokasi Dalam Promosi Kesehatan”. (online),


(http://gustin74.blogspot.co.id/2012/10/advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html,
diakses tanggal 27 Agustus 2017 : pukul 20:45 WIB).

Anda mungkin juga menyukai