PUSKESMAS PASIKOLAGA
KABUPATEN MUNA
SULAWESI TENGGARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya
Laporan Kuartal IV tim Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga ini dapat diselesaikan. Laporan kuartal
IV ini merupakan laporan triwulan yang secara berkala dilaporkan. Pada laporan kuartal IV ini
memuat laporan – laporan kegiatan yang berlangsung dari bulan Maret hingga Mei tahun 2017.
Dalam proses penyusunan laporan, tim dihadapkan oleh berbagai kendala sehingga laporan ini tidak
dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam kurun waktu tiga bulan tersebut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang menyangkut
berbagai hal dalam peningkatan kualitas kesehatan manusia di Pasikolaga. Terdapat total 17 kegiatan
yang telah dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi bidang Promosi Kesehatan yakni Layar Suluh,
Penyuluhan Anemia, Pembinaan Kader, Pembentukan Komunitas Remaja Sehat, Kampanye Bahaya
merokok, Penyuluhan dan Pemeriksaan Golda. Untuk Bidang Upaya Pengendalian penyakit tidak
menular telah dialaksanakan Posbindu PTM. Upaya Kesehatan tradisional berupa pembinaan dan
pemanfaatan TOGA. Pada Kesehatan lingkungan berupa kegiatan inspeksi sanitasi tempat umum dan
rumah sehat, Sedangkan dalam Upaya Kesehatan Perorangan, Pelayanan Kesehatan Bergerak juga
dilakukan. Serta pada Kesehatan Ibu dan anak terdapat kegiatan pemeriksaan ANC tetpadu,
Pemantuan bumil risti, P4K, Kelas ibu hamil, penggalakan IMD dan Asi Ekslusif, serta Kemitraan Bidan
dan Dukun.
Dalam laporan ini juga disertakan dokumentasi berupa foto – foto dan tautan video kegiatan.
Lampiran – lampiran memuat hasil – hasil yang berkaitan dengan dokumen kegiatan.
Berbagai kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik walaupun masih banyak kendala dan
kekurangan yang dihadapi. Namun demikian, demi terus meningkatkan pelayanan dan kualitas
kesehatan tim tetap berupaya dalam memberikan yang terbaik.
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PLAN OF ACTION
Plan of Action (POA) telah dibuat dan dilaporkan pada Laporan Awal.
BAB III
PROGRAM INTERVENSI
Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya, baik
secara individu, kelompok, maupun masyarakat. sedangkan menurut Permenkes Nomor 74
tahun 2015, pasal 1 butir 3, Promosi Kesehatan adalah proses untuk memberdayakan
masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat
agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah
pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial
masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Orientasi pelayanan kesehatan harus digeser dari pelayanan kesehatan yang konvensional
(paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan yang sesuai dengan paradigma baru (paradigma
sehat). Paradigma Sehat itu sendiri merupakan Cara pandang atau pola fikir pembangunan
kesehatan bersifat holistik, proaktif antisipatif, Melihat masalah kesehatan sebagai masalah
yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral dalam suatu wilayah
dan Berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk
agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Untuk itu, ujung tombak dari percepatan pembangunan kesehatan di DTPK adalah
Puskesmas, dan salah satu dari upaya kesehatan wajib puskesmas yang harus ditingkatkan
kinerjanya adalah promosi kesehatan.
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat dalam
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya secara mandiri melalui
pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.
Tujuan Khusus
Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para penentu
kebijakan dari berbagai pihak
Meningkatkan kerjasama antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga
dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan.
Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan yang efektif
dengan mempertimbangan kearifan lokal.
Metode
o Metode Promosi Individual
bimbingan, penyuluhan, wawancara
o Metode Promosi Kelompok
Kelompok Besar : Ceramah,Seminar;
Kelompok Kecil : Diskusi, Brain Storming, Snow Ball, Role Play,
permainan Simulasi
Perilaku kesehatan atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Pengetahuan adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan tindakan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada enam tingkatan
domain pengetahuan yaitu 1). Tahu, 2). Memahami; 3). Aplikasi; 4). Analisis; dan 5). Sintesa.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan
yakni, kesadaran, tertarik, evaluasi, mencoba, dan menerima.
Pemilihan media menjadi penting sebagai sarana dalam penyuluhan. Tidak sekedar berbicara
didepan orang banyak menyampaikan materi, dengan media/alat bantu, peserta penyuluhan
akan lebih paham dan mengerti. Salah satu contoh media penyuluhan adalah menggunakan
metode audio visual (film). Kombinasi metode ceramah dengan promosi kesehatan
menggunakan media film dirasa sangat membantu dalam menyampaikan bahan materi
kepada masyarakat. Masyarakat tidak hanya mendengar dari narasumber mengenai
penjelasan materi tetapi juga terbantu dengan gambaran visual yang ada di film.
Oleh karena itu, tujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesadaran
menjaga kesehatan salah satunya dirasa perlu dilakukan dengan kegiatan penyuluhan
dengan menggunakan media film.
D.1.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pentingya menjaga kesehatan
3. Mengajak masyarakat lebih aktif dalam memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
Kepala Desa persiapan Matampe. Sebagai pimpinan di wilayahnya, kepala desa memberikan
izin untuk mengadakan kegiatan ini di pasar desa. Kepala desa dalam kapasitasnya
mendorong masyarakat sekitar untuk menyiapkan berbagai sarana pendukung seperti
pembersihan tempat kegiatan, penyiapan Layar, sound sistem dan lainnya. Kepala Desa juga
mensosialisasikan kegiatan ini kepada warganya.
D.1.4. Sasaran
Masyarakat Umum
Kegiatan Layar Suluh ini bertempat di Balai Desa Kolese. Mengambil tema Tanaman Obat
Keluarga, masyarakat disuluh tentang manfaat dan pentingnya memiliki TOGA dihalaman
rumah. Tema Toga dipilih karena Desa Kolese sedang mengikuti Lomba Desa tingkat
Kabupaten, sehingga masyarkat beramai – ramai membuat Toga di halaman rumah
masing – masing. Agar Toga yang dibuat dapat dimanfaatkan dengan baik, maka
masyarkat diberikan pemahaman dan pengetahuan bagaimana manfaat dan cara
pengolahan TOGA secara sederhana. Kegiatan ini dimulai pukul 19.00, diawali dengan
peyuluhan kemudian dilanjutkan dengan menonton fiilm sebagai hiburan
Masyarakat Desa Kolese yang bertempat tinggal di daerah pesisir masih banyak yang
belum memiliki jamban keluarga. Hal tersebut berdampak juga terhadap kesehatan
warga terutama yang berkaitan dengan sanitasi. Untuk itu, tema yang diambil layar suluh
kali ini adalah sanitasi. Warga yang pada pukul 19.00 telah mulai berkumpul di rumah
bapak kepala desa. Setelah mendengarkan penyuluhan tentang pentingya memiliki
jamban keluarga dan sanitasi, layar suluh ditutup dengan pemutaran film Komedi.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Tautan Video Dokumentasi : https://youtu.be/9qX6qm3aWl0
Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga
masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya
yodium (GAKI), dan masalah kurangnya Vitamin A (Supariasa, 2000).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 mengungkapkan prevalensi
anemia defisiensi besi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri
usia 10 - 18 tahun 57,1% dan usia 19 - 45 tahun 39,5%. Dari semua kelompok umur
tersebut, wanita mempunyai risiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja
putri (Isniati, 2007).
Gejala dari anemia adalah cepat lelah, pusing kepala, letih, lemas, sesak napas, mudah
kesemutan, dan merasa mual. Berkurangnya jumlah hemoglobin dalam darah pada remaja
dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja ataupun menurunkan kemampuan
untuk berkonsentrasi sehingga akan menurunkan prestasi belajar.
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi menderita anemia
defisiensi besi, dikarenakan siklus menstruasi dan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat
(Stang & Mary 2005). Pada umumnya remaja putri memiliki asupan zat besi yang rendah
oleh karena buruknya pola makan. Pola makan yang buruk dikarenakan remaja putri
menganggap kurus itu indah. Kebanyakan remaja melakukan penurunan berat badan
dengan cara mengurangi porsi makan harian, sehingga tubuh kekurangan asupan nutrisi
yang diperlukan. Kebiasaan dalam mengonsumsi fastfood juga berdampak pada pemenuhan
nutrisi yang tidak seimbang (Brown, 2005).
Untuk itu, Khususnya Remaja Putri sejak dini harus mulai diperkenalkan Pegertian Anemia,
dampak, tanda – tanda, dan pecegahan dengan pemberian tablet FE (zat Besi) pada remaja
putri. Dengan demikian resiko remaja putri terkena anemia dapat di cegah .
D.2.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan siswa remaja tentang anemia dan cara pencegahan anemia
pada remaja putri.
2. Kepedulian kesehatan remaja putri akan pencegahan anemia dengan kesadaran remaja
putri dalam mengkonsumsi tablet FE (zat besi)
Kepala sekolah sebagai pimpinan yang memberikan izin kepada tenaga kesehatan untuk
memberikan penyuluhan dan pemberian tablet besi pada pelajar khusnya remaja putri pada
masing masing sekolah.
Guru yang bersentuhan langsung dengan pelajar berperan untuk membimbing dan mendidik
pelajar khususnya remaja putri. Dalam kegiatan guru membantu mengatur para pelajar
khususnya remaja putri untuk mengikuti kegiatan dangan tertib.
D.2.4. Sasaran
Seluruh siswi MTS Negeri 5 MUNA, MAS AL MUHADJIRIN & SMP di wilayah kerja kecamatan
Pasikolaga.
No Evaluasi Rekomendasi
D.2.9. Dokumentasi
Pemberian penyuluhan kesehatan tentang anemia dan tablet besi dengan petugas puskemas pasikolaga
di sekolah MAS AL MUHAJIRIN pada tanggal 16 Maret 2017
Pemberian penyuluhan kesehatan tentang anemia dan tablet besi dengan petugas puskemas pasikolaga
di sekolah MTS NEGERI 5 MUNA pada tanggal 16 Maret 2017
Pemberian penyuluhan kesehatan tentang anemia dan tablet besi dengan petugas puskemas pasikolaga
di sekolah SMP NEGERI 1 MUNA pada tanggal 17 Maret 2017
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang
dikelolah dan diselenggarakan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi
Tujuan Umum Posyandu yaitu Menunjang percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI),
angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian anak balita (AKABA) di Indonesia melalui
upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan khusus yaitu Meningkatnya peran masyarakat
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan
angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian anak balita. Meningkatnya
peran lintas sektor dalam penyelenggaraan posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan
angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian anak balita. Meningkatnya
cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian anak balita Sasaran
posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya :Bayi, anak balita, Ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS).
Pada kegiatan posyandu tersebut tenaga kesehatan dibantu oleh warga masyarakat setempat
yang disebut kader. Kader inilah yang nantinya menjadi motor penggerak atau pengelola dari
upaya kesehatan primer. Melalui kegiatannya sebagai kader ia diharapkan mampu
menggerakkan masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat swadaya dalam rangka
peningkatkan status kesehatan
Kader kesehatan sebagai mitra strategis puskesmas memiliki peranan yang penting dalam
pelaksanaan program. Kader yang kesehariannya ada bersama masyarakat turut serta
berperan didalam pembangunan kesehatan. Peranan kader sangatlah penting karena kader
bertanggung jawab dalam pelaksanaan posyandu.bila kader tidak aktif maka pelaksanaan
posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau balita dibawa
lima tahun tidak dapat dideteksi secara jelas, Hal ini akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
program posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita
D.3.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan kader kesehatan
2. Meningkatkan kemampuan kader dalam tertib administrasi
3. Melatih kader dalam melakukan pencatatan yang baik
4. Terlaksananya posyandu dengan sistem yang baik
D.3.4. Sasaran
Kader kesehatan
Hari Posyandu yang jatuh setiap tanggal 29 april menjadi momen yang tepat bersama –
sama kader kesehatan melakukan kegiatan penyegaran/refreshing kader. Hal ini dilakukan
selain untuk meningkatkan kembali pengetahuan kader kesehatan juga sebagai evaluasi
kinerja masing – masing kader pada saat pelaksanaan posyandu. Selain itu, penyegaran
kader yang bertepatan dengan hari posyandu ini, menjadi cara untuk lebih mengakrabkan
antar tenaga kesehatan dan kader posyandu.
Peringatan hari posyandu kali ini dilakukan dengan sederhana. Kader kesehatan berkumpul di
puskesmas pada pukul 08.00 wita. Setelah semua perwakilan kader hadir acara dimulai
dengan senam Cerdik bersama. Setelah itu kader diajak bermain games di halaman
puskesmas. Games ini bertujuan untuk meningkatkan kekompakan tim sesama kader
kesehatan. Setelah beristirahat, kemudian acara dilanjutkan dengan kegiatan dalam gedung
dengan pemaparan materi mengenai pentingnya pencatatan pada format SIP yang telah
dibagikan. Acara ditutup dengan sesi kuiz dan foto bersama.
1. Kader masih belum mengerti mengenai Melakukan pendampingan berkala setiap bulan
pengisian pada format SIP
2. Waktu untuk melakukan pendampingan Melakukan pertemuan setiap tiga bulan sekali
terbatas untuk evaluasi secara keseluruhan
D.3.9. Dokumentasi
Tautan Video Dokumentasi : https://youtu.be/ET_Lq6ennLA
Pembangunan kesehatan tidak melulu berhubungan dengan fasilitas kesehatan. Upaya untuk
mencapai kesehatan yang berkualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seringkali kita
berpikir bahwa sarana dan prasarana kesehatan yang memadai sudah cukup dalam
pembangunan kesehatan, namun pada kenyataannya, meningkatkan kualitas kesehatan tidak
semudah membangun gedung puskesmas saja.
Pembangunan kesehatan selain fisik sarananya, juga harus melibatkan “manusianya”. Dalam
hal ini, masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan sudah semestinya juga dilibatkan
dalam pembangunan kesehatan itu sendiri. Bila hanya tenaga kesehatan saja yang
dibebankan tanggungjawab pembangunan kesehatan akan sangat berat. Berbeda halnya bila
masyarakat itu sendiri dilibatkan dan berperan aktif mempromosikan kesehatan. Oleh karena
itu, pelibatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan akan berdampak besar terhadap
peningkatan kualitas kesehatan di masyarakat.
Untuk itu, salah satu kegiatan yang melibatkan peranan komponen masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah pembentukan komunitas peduli kesehatan. Komunitas ini
tidak terbatas pada usia, gender, ataupun tingkat sosial. Adanya komunitas peduli kesehatan
ini pula diharapkan berperan aktif dalam upaya mempromosikan berbagai informasi
kesehatan di komunitas dan masyarakat.
D.4.2. Tujuan
1. Melibatkan masyarakat dalam pembangunan kesehatan secara aktif
2. Membentuk kelompok masyarakat yang peduli terhadap masalah kesehatan
3. Sebagai agen kesehatan dalam mempromosikan informasi kesehatan kepada masyarakat
D.4.4. Sasaran
Remaja Desa Tampunabale
menjadi agen kesehatan sejak dini akan berdampak jangka panjang terhadap perubahan
perilaku dirinya maupun bagi orang lain.
Kegiatan pembentukan ini diawali dengan mengundang remaja desa tampunabale untuk
hadir pada pertemuan perdana pembentukan. Pada rapat perdana, para remaja diberikan
pemahaman tentang mengapa perlunya komunitas ini dan tujuannya apa. Setelah disepakati
dibentuk komunitas, untuk mewadahi kegiatan komunitas ini maka dipandang perlu juga
untuk membentuk taman bacaan masyarakat sebagai tempat berkegiatan. Disepakati nama
komunitas remaja sehat desa adalah Tunas Muda Tampunabale.
No Evaluasi Rekomendasi
Masih ada remaja desa yang belum Sosialisasi komunitas dan kegiatan kepada
1.
tergabung saat pembentukan remaja desa
D.4.9. Dokumentasi
Sudah terbukti medis dan telah diteliti berkali – kali bahwa merokok dapat menyebabkan
gangguan kesehatan. Asap rokok mengandung ribuan racun yang sangat berbahaya bagi
tubuh. Selain dari zat nikotin yang membuat perokok menjadi kecanduan, tidak kurang dari 4
ribu racun yang ada dalam sebatang rokok.
Berbagai fakta yang telah diungkapkan tentang bahaya merokok bagi kesehatan tidak juga
mengurangi minat para perokok untuk berhentu merokok. Bahkan setiap tahunnya, perokok
pemula terus bertambah. Kondisi ini diperparah dengan usia perokok makin hari makin muda.
Tidak hanya usia remaja, anak – anak SD saat ini sudah terbiasa dengan aktivitas merokok.
Banyak faktor yang berperan dalam maraknya para perokok pemula usia muda ini. Dari
lingkungan keluarga dan sosial yang aktif dalam kegiatan merokok, kurangnya pengetahuan
tentang bahaya merokok, hingga gencarnya promosi perusahaan rokok melalui iklan media
massa.
Berbagai upaya untuk menekan angka perokok aktif juga telah dilakukan. Pembatasaan area
merokok atau kawasan tanpa rokok, mewajibkan perusahaan rokok memasang gambar
dampak buruk merokok di bungkus rokok, pembatasan iklan rokok di berbagai media,
penaikan cukai rokok hingga promosi kesehatan.
Dari sekian masalah yang ditimbulkan oleh aktivitas merokok, yang sangat memprihatinkan
adalah terus bertambahnya perokok pemula yang masih di usia remaja. Dengan semakin
mudanya para perokok pemula, maka semakin lama pula paparan asap rokok yang akan
dialami. Hal tersebut berdampak terhadap makin tingginya resiko para perokok terhadap
gangguan kesehatan seperti kanker paru-paru. Bila ini terus dibiarkan, maka tidak hanya
berdampak terhadap individu tetapi juga dilihat dari sudut pandang nasional. Dampak
nasionalnya, bila makin banyak masyarakat yang merokok yang terkena kanker paru – paru
maka biaya kesehatannya pula makin tinggi. Disini lah akan terjadi inefisiensi pembiayaan
kesehatan. Dan secara moral, dampak dari mudahnya remaja menjadi perokok meningkatkan
resikonya terhadap penyalahgunaan narkoba, yang mana merusak generasi penerus bangsa.
D.5.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan siswa dan masyarakat tentang bahaya merokok
2. Mengajak peran serta masyarakat dan siswa agar aktif menolak menjadi perokok pasif
3. Mencegah maraknya / bertambahnya perokok pemula
D.5.4. Sasaran
Siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
Masyarakat Umum yang hadir ke Posyandu dan Posyandu Lansia
No Evaluasi Rekomendasi
D.5.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
Penyuluhan di MTsN 5 Muna : https://youtu.be/NgL4wrCdjRc
Penyuluhan di SD 2-5 Pasikolaga : https://youtu.be/TATLD62u7o0
Penyuluhan di SD 6 Pasikolaga : https://youtu.be/7CQiU5xl_SY
Penyuluhan di Posyandu desa Mataindaha (1) : https://youtu.be/E1Y_DJMCecc
Penyuluhan di Posyandu desa Mataindaha (2) : https://youtu.be/n45NHsVtvz8
Penyuluhan di Posyandu desa Kolese (1) : https://youtu.be/k_U6PkNCkQQ
Penyuluhan di Posyandu desa Kolese (2) : https://youtu.be/yYq0plundrg
Penyuluhan di Posyandu desa Tampunabale : https://youtu.be/M08s49HiSy8
Demonstrasi bahaya asap rokok dengan alat sederhana kepada siswa SD 6 Pasikolaga
Penyuluhan bahaya asap rokok pada ibu – ibu di Posyandu Desa Kolese
Penyuluhan bahaya asap rokok pada ibu – ibu di Posyandu Desa Mataindaha
Bermain Games Ular tangga kehidupan perokok bersama pelajar di MTsN 5 Muna
D.6. PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH PADA IBU MAJELIS TA’LIM
DI MESJID TAMPUNABALE
Pemeriksaan golongan darah merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan oleh semua
orang, terutama pada ibu hamil. Karena banyak ibu hamil yang tidak mengetahui golongan
darahnya, terlebih ibu hamil di daerah pedesaan. Kondisi tersebut akan menyusahkan pihak
medis untuk melakukan transfusi saat mengalami masalah kehamilan tertentu. Untuk
melakukan transfusi darah, diperlukan golongan darah yang sesuai dengan drah ibu hamil.
Jika transfusi yang dilakukan tidak menggunakan golongan darah yang cocok akibatnya bias
menyebabkan pengumpalan darah didalam tubuh ibu hamil dan bisa membahayakan ibu dan
bayi. Oleh sebab itulah, pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil sangatlah penting
dilakukan.
D.6.2. Tujuan
Adapun tujuan dari program ini adalah :
1. Untuk mengetahui golongan darah pada ibu hamil.
2. Untuk Memberikan pengetahuan pada ibu ibu majelis ta’lim tentang pentingnya
mengetahui Golongan darah seseorang
D.6.4. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah semua ibu ibu majelis ta’lim di wilayah kerja puskesmas
Pasikolaga.
No Evaluasi Rekomendasi
1 Ada beberapa pasien tidak Melakukan pemeriksaan Golongan Darah pada
melakukan pemeriksaan Golongan semua Pasien dan menjelaskan Pentingnya
Darah. melakukan pemeriksaan tersebut.
D.6.9. Dokumentasi
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta
(63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta
(80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian
akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta
kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada
negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis
secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak
mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari
kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi
sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995
-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000,
Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal
0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laiki-
laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah
93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin
26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental
emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.
Tujuan Umum :
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta
masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik
Tujuan khusus :
a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM
b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM
c. Terlaksananya tindak lanjut dini
Penyakit tidak menular (PTM) dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan
biaya pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah
agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi
faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang
mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian
bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan
kualitas hidup.
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan
peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut
berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak
lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu
PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik.
Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat
terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri
ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada
keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang
dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiata bagi para pemangku kepentingan
serta pelaksana di lapangan.
D.1.2. Tujuan
1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
2. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
3. Terlaksananya tindak lanjut dini masyarakat desa Tampunabale
D.1.4. Sasaran
Masyarakat umum dengan sasaran utama Lansia.
No Evaluasi Rekomendasi
Untuk pertama kali kegiatan posbindu ptm Petugas kesehatan memberikan arahan dan
1.
dilaksanakan oleh petugas kesehatan. pendampingan kepada kader kesehatan
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
Jumlah Kunjungan
60
50
40
30
Jumlah Kunjungan
20
10
0
Maret April Mei
Saat ini pelayanaan kesehatan tradisional semakin diminati masyarakat dan menjadi salah
satu pilihan dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Berbagai jenis dan cara pengobatan
tradisional telah berkembang dengan pesat , baik yang berasal dari Indonesia maupun luar
negeri meskipun belum mempunyai cukup bukti ilmiah. Kebijakan Kementrian kesehatan
dalam pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional mengarahkan bahwa
pelayanan kesehatan tradisional harus aman, bermanfaat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pemerintah telah menetapkan Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
dalam pasal 48 mengatur bahwa salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan adalah
pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan ramuan.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati ( A Mega Biodiversity
Country) dimana terdapat lebih kurang 30.000 jenis tanaman yang tersebar diseluruh tanah
air, sekitar 9.600 spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies digunakan sebagai
bahan pengobatan tradisional oleh industry obat tradisional. Oleh karena itu keanekaragaman
hayati yang ada di Indonesia merupakan aset dan sumber daya yang harus dipelihara dan
dikelola untuk dapat menjadi warisan leluhur dan bermanfaaat bagi masyarakat untuk
pemeliharaan kesehatan.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu
Primary Health Care (PHC). Pelayanan kesehatan tradisional merupakan suatu bentuk PHC
dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang diselenggarakan melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Wujud peran serta masyarakat dibidang kesehatan diantaranya adalah
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) melalui Tanaman Obat
Keluarga(TOGA).
Keberadaan TOGA pernah dikembangkan diberbagai daerah mulai dari pedesaan sampai
diperkotaan dengan pembudidayaan berbagai jenis tanaman obat yang tumbuh sesuai
spesifikasi daerah masing-masing. Namun demikian keberadaan TOGA di daerah masih
mempunyai permasalahan dan hambatan, diantaranya pengelolaan dan pemanfaatan TOGA
yang belum optimal. Oleh karena itu revitalisasi TOGA perlu dilakukan, agar TOGA dapat
berkembang secara optimal dan dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat sebagai bahan
ramuan yang berkhasiat.
D.1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
b. Tujuan Khusus:
D.1.4. Sasaran
Kegiatan pembinaan dan revitalisasi TOGA dilaksanakan di desa Kolese sebagai percontohan
dan persiapan untuk mengikuti lomba desa. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Maret 2017.
Tahap pertama adalah membuat satu kebun TOGA yang dijadikan sebagai percontohan untuk
masyarakat dalam membuat TOGA dipekarangan rumah masing-masing. Untuk TOGA
percontohan berada di pustu desa Kolese. Sebelum pengolahan lahan para kader kesehatan
terlebih dahulu mengumpulkan jenis tanaman yang akan ditanam di kebun TOGA. Setelah
terkumpul dan didata, kita mengatur jenis tanaman yang akan ditanam apakah merambat,
perdu, umbi-umbian, dan lain-lain.
Peengolahan lahan dilakukan dengan membuat bedeng dan tempat-tempat kecil seperti rak
untuk tempat menanam tanaman obat. Selain jenis tanaman kita juga memperhatikan nilai
estetika dari TOGA agar terlihat indah. Selain itu TOGA harus diberi pagar karena di daerah
Pasikolaga hewan ternak seperti sapi dan kambing masih berkeliaran bebas sehingga bisa
merusak tanaman.
Selanjutnya masyarakat akan mengikuti model kebun TOGA yang ada di Pustu untuk mereka
kembangkan di pekarangan rumah masing-masing.
Sedangakn untuk sosialisasinya dilakukan di Balai Desa dalam bentuk penyuluhan seperti
yang tertera pada kegiatan layar suluh promosi kesehatan di atas.
Evaluasi Rekomendasi
Masyarakat yang masih kurang peduli Melakukan pembinaan yang berkelanjutan
untuk memelihara dan merawat TOGA di agar TOGA yang sudah digerakkan tetap
sekitar pekarangan rumahnya. bisa dimanfaatkan masyarakat secara terus
menerus.
Masyarakat masih belum banyak Melakukan mini Workshop pemanfaatan
mengetahui manfaat dari tanaman yang dan pengolahan obat tradisional bagi
ada di kebun TOGA mereka. masyarakat.
D.1.9. Dokumentasi
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
untuk ememlihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Pelayanan Kesehatan Bergerak merupakan sebuah terobosan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan akses dan ketersediaan pelayanan kesehatan di daerah yang sulit diakses
karena terhalang oleh kondisi geografis. Selain itu PKB juga ditujukan untuk daerah yang
sangat jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.
D.1.2. Tujuan
D.1.4. Sasaran
Kegiatan PKB dilakukan setiap bulan yaitu pada minggu pertama dan minggu ketiga. Karena
pada minggu kedua dilaksanakan posyandu balita dan minggu keempat dilaksanakan
posyandu lansia. Sehingga masyarakat yang jauh dari puskesmas dan terhalang oleh akses
yang susah ke fasilitas kesehatan bisa mendapatkan pelayanan tiap minggu. PKB desa Kolese
dilaksanakan pada hari Kamis dan PKB desa Mataindaha dilaksanakan pada hari Jumat.
Tempat Pelayanan Kesehatan Bergerak adalah di pustu masing-masing desa.
a. Registrasi Pasien
Pasien yang mendaftar untuk berobat dibuatkan rekam medisnya, dan dicantumkan nomor
urut, agar memudahkan saat berobat selanjutnya.
b. Pengukuran berat badan, tinggi badan, dan Tekanan Darah
Perawat melakukan penimbangan berat badan, tinggi badan (jika diperlukan), dan
pengukuran tekanan darah sebelum diperiksa oleh dokter.
c. Pemeriksaan dan Konsultasi dengan Dokter
Selanjutnya pasien masuk ke ruang dokter dan membawa rekam medis. Dokter melakukan
pada pemeriksaan dan memberikan resep kepada pasien.
d. Pelayanan kefarmasian (Penyerahan Obat, Pemberian Informasi Obat, dan Konseling)
Pasien menyerahkan resep dan rekam medis kepada apoteker untuk disiapkan obatnya.
Kemudian apoteker menjelaskan obat yang didapat oleh pasien, jika termasuk kedalam
kriteria konseling maka dilakukan konseling dan dicatat. Pelayanan pada pasien di catat
dalam Patient Medical Record (PMR)
e. Pemeriksaan Laboratorium (Gula darah, Kolesterol, Asam Urat, dan Hb)
Bagi pasien yang ingin melakukan pemeriksaan darah, atau yang direkomendasikan oleh
dokter, maka diperiksakan terlebih dahulu oleh analis, kemudian hasilnya diserahkan ke
dokter untuk ditindaklanjuti.
- Penyuluhan Kesehatan
- Pengobatan
- KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)
- Pelayanan Farmasi Klinik
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Oktober 9
November 72
Desember 26
Januari 25
Februari 9 25
Maret 21 24
April 4 21
Mei 6 20
Total 40 222
Rata-rata/bulan 4 27.75
Grafik kunjungan pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak Desa Mataindaha dari Oktober-Mei 2017
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
Grafik kunjungan Pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak desa Kolese dari Februari – Mei 2017
25
20
15
10
0
Februari Maret April Mei
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha
kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoadmodjo, 2003).
Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) Kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia & lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang berupaya
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia.
Strategi
o Advokasi
o Pemberdayaan Masyarakat
o Kemitraan
Metode
o Konseling/ penyuluhan
o Pemicuan/Ceramah
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat,
sarana, kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta maupun perorangan
yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.
Setiap aktivitas yang dilakukan manusia erat interaksinya dengan tempat-tempat umum,
baik dalam bekerja maupun belajar. Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.
D.1.2. Tujuan
D.1.4. Sasaran
a. Lingkungan sekolah
b. Kantin sekolah
c. Kios
d. Tempat-tempat umum seperti Pasar, , Masjid, Sekolah, Puskesmas, Pustu dan
Perkantoran lainnya.
Pelayanan kesehatan lingkungan berupa Inspeksi Sanitasi Tempat-tempat umum dimulai dari
melakukan pemeriksaan, pengamatan dan wawancara secara langsung dengan mengisi
formulir inspeksi tempat-tempat umum untuk melihat kesehatan fisik lingkungan dan
bangunan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
D.1.7. Pencapaian
Setelah dilakukan inspeksi tempat-tempat umum dan kantin sekolah, belum ada yang
memenuhi syarat kesehatan. Misalnya, lantai yang tidak bersih, tidak tersedia air bersih, WC
yang tidak layak pakai, tidak adanya tempat sampah yang mencukupi, kurangnya tumbuhan
hijau di lingkungan sekolah, penjamah makanan tidak memiliki sertifikat laik sehat, tidak
tersedia air mengalir , tempat penyimpanan makanan tidak saniter.
No Evaluasi Rekomendasi
1. Lantai terlihat kotor Perlu untuk dibersihkan minimal 1 kali
sehari
2. Kurangnya ketersediaan tempat Pengadaan tempat sampah disetiap
sampah ruangan yang kedap air
3. Tidak adanya ketersediaan air Pengadaan reservoir air sehingga bisa
bersih menampung air bersih untuk memenuhi
kebutuhan.
4. Wc yang tidak layak pakai Perlu direnovasi
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi
perumahan
D.2.2. Tujuan
D.2.4. Sasaran
Masyarakat umum
Observasi dan konseling terhadap Kepala Keluarga ataupun anggota rumah tangga yang
dijumpai.
D.2.7. Pencapaian
Dari jumlah rumah yang di inspeksi di kecamatan Pasikolaga sebanyak 922 rumah ternyata
terdapat 9,2 % atau 85 rumah yang memenuhi syarat rumah sehat, sedangkan 91,8 % tidak
memenuhi syarat , hal ini dikarenakan karena masih banyak rumah yang tidak memiliki
jamban keluarga, sumber air bersih, tidak memiliki plafon, lantai tidak kedap air, kepadatan
jumlah penghuni dan tidak memiliki sarana pembuangan limbah. Tim kesehatan selanjutnya
memberikan masukan saran berupa pentingnya menjaga dan meningkatkan kesehatan
melalui kebersihan dari lingkungan dalam dan luar rumah.
No Evaluasi Rekomendasi
1. Masih banyak rumah yang tidak memiliki Menganjurkan setiap rumah
SPAL memiliki sarana pembuangan air
limbah sehingga air tidak
tergenang yang menimbulkan
perkembangbiakan vektor
2. Tidak memiliki jamban keluarga Memeberikan pemahaman dan
penyuluhan kepada masyarakat
pentingnya jamban keluarga
sehingga bisa mencegah penyakit
diare dan penyakit lainny.
3. Kurangnya ketersediaan air bersih Advokasi kepada pemerintah desa
untuk menambah jumlah sumur
gali ataupun sumur bor sehingga
kebutuhan domestic masyarakat
bisa terpenuhi.
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dapat mencegah tingginya
angka kematian. Di Indonesia, angka kematian bayi baru lahir pada anak-anak yang ibunya
mendapatkan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh profesional medis adalah
seperlima dari angka kematian pada anak-anak yang ibunya tidak mendapatkan pelayanan
ini.
Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan masih rendah, yaitu sebesar 55 persen. Lebih dari
setengah perempuan di 20 provinsi tidak mampu atau tidak mau menggunakan jenis fasilitas
kesehatan apapun, sebagai penggantinya mereka melahirkan di rumah mereka sendiri.
Perempuan yang melahirkan di fasilitas kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses
ke pelayanan obstetrik darurat dan perawatan bayi baru lahir, meskipun pelayanan ini tidak
selalu tersedia di semua fasilitas kesehatan.
Sekitar 61 persen perempuan usia 10-59 tahun melakukan empat kunjungan pelayanan
antenatal yang disyaratkan selama kehamilan terakhir mereka. Kebanyakan perempuan hamil
(72 persen) di Indonesia melakukan kunjungan pertama, tetapi putus sebelum empat
kunjungan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan. Kurang lebih 16 persen
perempuan (25 persen dari perdesaan dan 8 persen perempuan perkotaan) tidak pernah
mendapatkan pelayanan antenatal selama kehamilan terakhir mereka. Kualitas pelayanan
yang diterima selama kunjungan antenatal tidak memadai. Kementerian Kesehatan Indonesia
merekomendasikan komponen-komponen pelayanan antenatal yang berkualitas sebagai
berikut: (i) pengukuran tinggi dan berat badan, (ii) pengukuran tekanan darah, (iii) tablet zat
besi, (iv) imunisasi tetanus toksoid, (v) pemeriksaan perut, (vi) pengetesan sampel darah dan
urin dan (vii) informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan. Sekitar 86 dan 45 persen
perempuan hamil masing-masing telah diambil sampel darah mereka dan diberitahu tentang
tanda-tanda komplikasi kehamilan. Akan tetapi, hanya 20 persen perempuan hamil
mendapatkanl lima intervensi pertama secara lengkap, menurut Riskesdas 2010. Kementerian
Kesehatan merekomendasikan agar perempuan mendapatkan suntikan tetanus toksoid
selama dua kehamilan pertama, dengan suntikan penguat sekali selama setiap kehamilan
berikutnya untuk memberikan perlindungan penuh.
Kira-kira 31 persen ibu nifas mendapatkan pelayanan antenatal “tepat waktu.” Ini berarti
pelayanan dalam waktu 6 sampai 48 jam setelah melahirkan, seperti yang ditentukan oleh
Kementerian Kesehatan. Pelayanan pasca persalinan yang baik sangat penting, karena
sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada dua hari pertama dan pelayanan
pasca persalinan diperlukan untuk menangani komplikasi setelah persalinan.
III.5.B. Tujuan
Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif untuk ibu dan anak, menciptakan kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang yang optimal dan berkualitas.
Khusus
1. Menyediakan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, ibu hamil, ibu besalin, ibu
nifas, keluarga berncana, ibu menyusui, pasangan usia subur dan anak
prasekolah secara komprehensif dan berkualitas.
2. Meningkatkan kemampuan ibu yaitu pengetahuan, sikap dan prilaku dengan
cara Konseling Informasi dan Edukasi (KIE)
3. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas.
4. Melakukan deteksi dini kelainan/ penyakit/ gangguan yang diderita oleh ibu
hamil, bersalin dan nifas
5. Melakukan intervensi pada kelainan/ penyakit/ gangguan yang diderita oleh ibu
hamil, bersalin dan nifas secepat mungkin.
6. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem
rujukan yang ada.
7. Meningkatkan kemampuan dan peran masyarakat, keluarga dan anggota
keluarganya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu,bayi balita, anak prasekolah
melalui peran ibu dan keluraga.
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil untuk
mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi tentang gaya hidup,
kehamilan dan persalinan (Backe et al, 2015). Setiap ibu hamil sangat dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali yaitu minimal 1
kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu), minimal 1 kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 14-28 minggu) dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (28-
36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan) termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami atau anggota keluarga. Kunjungan pertama ANC sangat dianjurkan pada usia
kehamilan 8-12 minggu (Backe et al, 2015; Kemenkes RI, 2015; PMK 97, 2014).
D.1.2. Tujuan
Pelayanan ANC bertujuan untuk mendeteksi dini risiko kehamilan baik dari dari pemeriksaan
K1-K4 sekaligus memberikan konseling, informasi dan komunikasi pada ibu hamil yang
menerima pelayan kehamilandari petugas. Meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap
dan prilaku ibu hamil berhubungan dengan perubahan fisiologis pada ibu hamil, mengerti
perkembangan kesehatan kehamilannya serta persiapkan persalinan.
Dalam memberikan pelayanan ANC di puskesmas Pasikolaga baikdi dalam gedung puskesmas
dan posyandu melibatkan petugas puskesmas dan lainnya yaitu :
hamil
D.1.4. Sasaran
Sasaran pada pelayanan Anc yaitu ibu hamil dan keluarga pada 4 desa wilayah kerja
Puskesmas Pasikolaga
Kegiatan pelayanan ibu hamil meliputi : pendaftaran ,menimbang berat badan dan ukur tinggi
badan pemeriksaan tekanan darah, menilai status gizi (ukur lingkar lengan atas),
memeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri), mentukan presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi Tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, memberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan,melakukanTest laboratorium (hb, golongan darah dan protein urin )
Pemeriksaan ibu hamil, pemberian konseling informasi dan edukasi (KIE) pada ibu hamil dan
keluarga (jika keluarga ada saat pemeriksaan), kunjungan rumah dan rujukan internal dan
rujukan lanjut dika ada komplikasi yang tidak dapat ditangan.
No Evaluasi Rekomendasi
1. Terdapat ibu hamil yang tidak Melakukan kunjungan rumah
datang saat pemeriksaan
D.1.9. Dokumentasi
Kegiatan rutin : Pemeriksaan ANC terpadu setiap minggu kedua pada kegiatan posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Pasikolaga
Dari beberapa kajian di Indonesia data menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) terutama bayi baru lahir masih cukup tinggi, tercatat pada tahun
2010 kasus AKI sebanyak 259/100.000kelahiran hidup dan pada tahun 2012 sebesar
359/100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
AKI yang cukup tinggi. Persentase terbanyak terjadi saat proses persalinan ibu hamil dan
kelahiran bayi. Dan selebihnya pada saat hari-hari pertama atau minggu pertama kelahiran.
D.2.2. Tujuan
Pemantauan ibu hamil resiko tinggi ini bertujuan untuk mendapatkan data
secara menyeluruh tentang status kesehatan ibu hamil resiko tinggi sehingga dapat
mencegah komplikasi dan sebagai dasar pengambilan keputusan atau rujukan
tingkat lanjut
4. Keluarga Ibu Hamil Pihak yang membantu dan memotivasi ibu hamil dengan
risiko tinggi
D.2.4. Sasaran
Dilakukan dengan metode door to door oleh tenaga bidan di wilayah kerja Puskesmas
Pasikolaga dan bidan Ns dan pendekatan terhadap pasien ibu hamil risti
No Evaluasi Rekomendasi
1. Terdapat ibu hamil dengan status Diharapkan dukungan dari keluarga dan masyarakat
risiko tinggi yang menolak untuk untuk peduli dan memotivasi ibu hamil untuk dilkukan
di rujuk rujukan
2. Ibu dan keluarga menolak Ibu dan keluarga serta masyarakat dapat
dengan alasan kepercayaan dan memahami penjelasan yang di berikan oleh bidan
faktor biaya yang akan Menyarankan agar setiap ibu hamil membuat kartu
dikeluarkan jaminan kesehatan nasional saat dimulai kehamilan
D.2.9. Dokumentasi
Pemantauan ibu hamil ristri di desa lantogalalo bersama bidan desa serta melakukn pendekatan
terhadap keluarga atas kehamilan ibu
Kematian ibu merupakan salah satu indikator status kesehatan penduduk yang berguna untuk
menggambarkan kesehatan ibu, lingkungan mereka, dan tingkat kesehatan bagi ibu hamil,
nifas dan post-partum (Patonah, 2012). Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas
merupakan penyebab langsung kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi maka semakin
tinggi kasus kematian ibu. Komplikasi sebagai penyebab langsung kematian ibu masih
merupakan masalah global. Adapun jenis komplikasi sebagai penyebab langsung terjadinya
kematian ibu adalah pendarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, dan komplikasi kehamilan
lain 15% (Afdhal, Rismayanti & Wahiduddin,2013).
Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu akibat komplikasi kehamilan yaitu
dengan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Ibu Hamil
(Dwijayanti, 2013).
Diharapkan dengan berjalannya program P4K dapat mengurangi angka kematian ibu. Karena
semua ibu hamil yang telah diberi stiker dapat terpantau oleh semua komponen masyarakat,
suami, keluarga, bidan dan perawat secara cepat dan tepat. Supaya pemantauan berhasil
dengan baik maka dari sisi masyarakat perlu dipersiapkan dengan sistem kesiagaan desa oleh
dan untuk masyarakat (Andira, 2015).
Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi oleh ibu hamil
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, dukungan keluarga, situasi
geografis dan budaya. Kurangnya pengetahuan baik ibu hamil atau masyarakat tentang
kehamilan dan pencegahan komplikasi kehamilan memengaruhi rendahnya cakupan P4K.
Anggapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah sesuatu yang dialami sehingga tidak
memerlukan pemeriksaan dengan perawatan akan menyebabkan ibu hamil termasuk dalam
kelompok resiko tinggi (Pertiwi, 2013).
D.3.2. Tujuan
Semua Ibu hamil dapat merencanakan persalinan sejak awal kehamilan yaitu meliputi tempat
persalinan, penolong persalinan, pendonor darah, tranportasi sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi dalam persalinan.
D.3.4. Sasaran
1. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap ibu hamil saat pertama kali kontak
dengan tenaga kesehatan saat kehamilannya atau pada kunjungan k1 pada kegiatan
posyandu,pemeriksaan hamil dipuskesmas ataupun sweeping ibu hamil.
2. Pencatatan perencanaan persalinan ke stiker P4K
3. Penempelan stiker di rumah ibu hamil
D.3.6. MetodePelaksanaan
1. Wawancara
2. Kunjungan door to door
3. Penempelan stiker P4K
No Evaluasi Rekomendasi
1. Telah dilakukan penempelan stiker Diharapkan semua anggota keluargadapat
P4K pada semua rumah ibu hamil mendukung perencanaan persalian yang
yang terdata telah di buat oleh ibu hamil
3. Saat ditemukan resiko tinggi pada Ibu,suami dan keluarga dapat memahami
ibu hamil terdapat ibu hamil yang penjelasan yang diberikan tenaga
tidak mau dilakukn rujukan dan kesehatan bidan tentang kondisi
tetap ingin merencanakn persalinan kehamilannya dan persiapan persalinan
di rumah yang aman
D.3.9. Dokumentasi
Ibu hamil secara fisiologis mengalami perubahan fisik maupun psikologisnya, karena
perubahan tersebut banyak ibu hamil merasa terganggu. Untuk mengatas hal tersebut,
petugas kesehatan memberikan KIE dan mendiskusikan dengan ibu dan keluarga agar
mereka dapat menerima bahwa hal tersebut bersifat fisiologis. Cara lain mendiskusikan hal ini
adalah dengan adanya kegiatan kelas ibu hamil dengan para ibu hamil .
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20
minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil akan
belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan
(Depkes RI, 2009). Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan,
perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran
(Depkes RI, 2009).
D.4.2. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
D.4.4. Sasaran
Sasaran pada kegiatan kelas ibu hamil adalah ibu hamil dan keluarga yang difasilitasi oleh
bidan
Berikut adalah rincian kegiatan kelas ibu hamil derta sarana dan prasarana yang dibutuhkan :
75 menit
Materii Tanya Buku KIA
jawab,ceramah,demo
ilustrasi dan Praktek
Ceramah, Tanya
IV Evaluasi jawab
materi pertemuan Praktek
(Peningkatan Pengetahuan)
15-20
menit
V Kesimpulan Laptop
VI Senam Bumil
Sarana dan prasarana yang diperlukan : Buku KIA, Ruangan , Alat Tulis , TIkar / Kursi dan
Buku Pedoman Pelaksanaa Kelas Ibu Hamil
Metode yang digunakan ceramah, Tanya jawab , demonstrasi oleh bidan dana di lanjutkan
praktek langsung oleh ibu hamil.
No Evaluasi Rekomendasi
1. Masih terdapat ibu hamil yang tidak Melakukan pendekatan terhadap ibu agar
datang mengikuti kelas ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil karena sangat
banyak manfaatnya
2. Suami/keluarga belum ada yang Menyarankan agar suami dan keluarga ikut
pernah datang untuk mengikuti dalam kegiatan kelas ibu hamil
kegiatan kelas ibu hamil
D.4.9. Dokumentasi
Kegiatan kelas ibu hamil di desa tampunabale dengan media buku KIA
Menurut WHO (2009) prinsip pemberian makanan bayi dan anak yang baik adalah melakukan
inisiasi menyusu dini (IMD), memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, memberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dimulai sejak bayi berusia 6 bulan dan
meneruskan pemberian ASI sampai 2 tahun.
Inisiasi menyusu dini atau IMD merupakan salah satu penentu kesuksesan pemberian ASI
eksklusif 6 bulan. Berbagai studi menunjukkan hubungan yang positif antara IMD dengan
kelangsungan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Manfaat IMD diantaranya adalah mengurangi
risiko terjadinya kematian ibu, meningkatkan kemungkinan keberhasilan ASI eksklusif 6
bulan, mencegah kematian neonatal (kenatian bayi berumur kurang dari 1 bulan) dan
meningkatkan kedekatan dan rasa kasih saying antara ibu dan bayi (Khaula, 2015).
ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Namun sangat disayangkan, rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan
masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi menyebabkan ada kecenderungan
menyepelekan pemberian ASI pada bayi di tengah-tengah masyarakat.
D.5.2. Tujuan
Tujuan program ini adalah menggalakkan kembali Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian
ASI Eksklusif dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan keluarga tentang
pentingnya kedua hal tersebut.
2 Ibu Bersalin Pihak yang diajak untuk melaksanakan program IMD dan
ASI Eksklusif
Berikut ini merupakan pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan ini, antara lain :
D.5.4. Sasaran
Adapun sasaran dalam program ini adalah ibu bersalin dan keluarganya.
D.5.6. MetodePelaksanaan
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini yaitu pendekatan persuasif
dan KIE pada ibu dan keluarga
1. Semua bayi mendapat IMD (jika kondisi Materi tentang IMD dan ASI
ibu memungkinkan) Eksklusif juga akan disampaikan di
Semua ibu mendapat informasi yang dalam kelas ibu hamil agar semua
tepat tentang ASI Eksklusif dan bumil mengetahui secara dini
melaksakannya dengan benar pentingnya kedua hal tersebut
NO Evaluasi Rekomendasi
D.5.9. Dokumentasi
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi adalah
faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan tenaga
kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut, dimana sesuai dengan pesan
pertama kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih.
Namun sampai saat ini di wilayah Indonesia masih banyak pertolongan persalinan dilakukan
oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga banyak merugikan
dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir.
Di beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam menolong
persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan masyarakat.
Berbeda dengan keberadaan bidan yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
Di wilayah kerja Puskesmas Pasikolaga sendiri, jumlah dukun terhitung masih sangat banyak.
Dari 4 desa yang berada di wilayah kerja puskesmas, masih ada lebih dari 13 orang dukun
bayi yang aktif menolong persalinan. Belum lagi dukun bayi yang berasal dari keluarga ibu
hamil itu sendiri yaitu ibu kandung ataupun mertuanya yang sebenarnya tinggal di daerah
lain namun kemudian datang saat ibu sudah waktunya bersalin dan menolong persalinan
tersebut lalu setelah persalinan selesai mereka kembali ke daerah asal mereka.
Untuk menanggulangi perrmasalahan tersebut maka dibuatlah program kemitraan bidan dan
dukun bayi berupa sosialisasi persalinan aman dan penandatanganan MoU kemitraan bidan
dan dukun bayi agar terjalin kerjasama yang baik serta semua persalinan diharapkan dapat
berjalan lebih aman.
D.6.2. Tujuan
Berikut ini merupakan pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan ini, antara lain :
D.6.4. Sasaran
1. Bidan dan pihak kesga Dinkes kab.Muna mempresentasikan materi tentang kemitraan
bidan dengan dukun bayi
2. Diskusi atau tanya jawab tentang permasalahan yang dihadapi kedua belah pihak selama
ini
3. Membuat perjanjian antara Bidan dan Dukun
1. Penyuluhan
2. Diskusi
NO Evaluasi Rekomendasi
1. Persalinan oleh dukun bayi Kemitraan bidan dan dukun bayi perlu dipertahankan
Dukun bayi perlu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan
mulai berkurang yang berbasis kesehatan ibu dan anak agar mereka
paham tentang pentingnya persalinan ditolong oleh
bidan/nakes
D.6.9. Dokumentasi
Petugas Puskesmas Pasikolaga dan team DinKes Kab.muna dalam rangka kemitraan bidan dan dukun
Diskusi yang dipimpin oleh team Dinkes kab.Muna dalam kegiatan kemitraan dukun dan bidan di
Puskesmas Pasikolaga.