KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR TAHUN
TENTANG
20. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2013 tentang
Layanan Informasi Publik;
22. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor
8801/2011 tentang Izin Operasional Tetap Rumah Sakit Umum Daerah;
3
MEMUTUSKAN :
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kalideres sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Tanggal
FIFY MULYANI
NIP 196904112002122003
4
1. Pelayanan atau asuhan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan resiko
tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis dan peraturan perundang-
undangan
a. Dilakukan identifikasi pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi sesuai
dengan populasi pasiennya serta penetapan resiko tambahan yang mungkin
berpengaruh pada pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi.
b. Staf dilatih untuk pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi.
c. Pelaksanaan pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi dicatat dalam rekam
medis.
d. Pengembangan pelayanan pasien resiko tinggi dimasukkan kedalam program
peningkatan mutu Rumah Sakit.
e. Kelompok pasien yang beresiko atau pelayanan yang beresiko tinggi agar tepat
dan efektif dalam mengurangi resiko. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
mengurangi resiko:
Bagaimana perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien
dewasa dengan anak atau keadaan khusus lain.
Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja dan
berkomunikasi secara efektif.
Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
Persyaratan pemantauan pasien.
Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yang terlibat dalam proses
asuhan.
Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
Pengobatan resiko tinggi lainnya antara lain kcl pekat, heparin, meylon dan
sebagainya.
4. Pelayanan Resusitasi
a. Pelayanan resusitasi diatur dalam kebijakan tersendiri.
b. Pelayanan resusitasi pada pasien tidak mampu tetap dilakukan sesuai prosedur.
c. Pelayanan resusitasi dapat diberikan selama 24 jam setiap hari di seluruh area
Rumah Sakit serta peralatan medis untuk resusitasi dan obat yang akan diberikan
pada pasien yang dilakukan bantuan hidup dasar terstandar sesuai dengan
kebutuhan pasien dan pedoman / panduan Code Blue.
d. Bantuan hidup dasar dapat diberikan segera saat dikenali adanya henti napas dan
henti jantung di seluruh area Rumah Sakit dan tindak lanjutnya diberikan kurang
dari 5 menit.
e. Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama “Blue Team”
dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi yang diperlukan.
f. Seluruh staf yang bertugas di semua unit Rumah Sakit diberikan pelatihan
mengenai bantuan hidup dasar / resusitasi.
i. Saat Darah dan atau produk darah datang dari PMI maka petugas laboratorium
mengecek kesesuaian label pada produk darah dan etiket yang tertera pada
produk darah harus sesuai dengan yang tertera pada formulir permintaan darah.
j. Petugas laboratorium akan melakukan serangkaian pemeriksaan kesesuain darah
atau produk darah meliputi kesesuaian nama pasien, nomor kantong darah,
tanggal kadaluarsa, jenis produk darah, golongan darah, rhesus dan jumlah darah.
k. Setelah pengecekan selesai, petugas laboratorium menghubungi petugas ruangan
dan mengecek kembali kesesuaian produk darah (double cek) antara petugas
laboratorium dan petugas ruangan. Bila sudah sesuai, maka petugas ruangan
dapat mengambil produk darah dengan mengisi buku ekspedisi pengambilan
produk darah dari ruang laboratorium.
l. Darah dan atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus dijamin bebas
dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat ditularkan melalui
transfusi darah dan atau produk darah, yaitu melalui skrining untuk mendeteksi
adanya virus atau bakteri dengan metode NAT (Nucleic Acid Testing) yang
dilakukan oleh PMI.
m.Skrining pemeriksaan HbsAg, Anti HCV dan Anti HIV dilakukan oleh PMI yang
akan dicek kembali oleh petugas laboratorium dan petugas pemberi darah dan
atau produk darah melalui etiket yang tertera pada produk darah.
n. Jika pasien atau keluarga menghendaki untuk dilakukan skrining ulang terhadap
pemeriksaan HbsAg, Anti HCV dan Anti HIV atas permintaan sendiri, maka
pemeriksaan skrining dapat dilakukan di unit laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah Kalideres.
o. Pada pelaksanaan pemberian darah dan atau produk darah harus dilakukan
secara aman dan meminimalkan resiko transfusi.
p. Hanya mereka yang kompeten dan berwenang dalam memberikan pelayanan
darah dan atau produk darah serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pemberian darah.
q. Staf diberikan pelatihan pemberian pelayanan darah dan atau produk darah.
r. Pemberian darah dan atau produk darah harus dicatat direkam medis pasien.
6. Asuhan pasien dengan alat bantu hidup dasar (ventilator) atau pasien koma
a. Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar atau yang
koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
b. Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres tidak memberikan pelayanan Ruang NICU
dan ICU.
c. Bila pasien IGD yang menggunakan alat bantu hidup dasar (ventilator) selama 1 x
24 jam tidak mendapat Rujukan maka pasien akan transit ke Unit Perawatan Kritis
(High Care Unit) untuk pasien anak dan dewasa sampai pasien mendapatkan
Rumah Sakit Tujuan / Rujukan yang dituju dan dijelaskan juga kemungkinan
adanya penurunan kondisi pasien sampai yang terburuk yaitu kematian.
d. Pelayanan Unit Perawatan Kritis (High Care Unit) bagi pasien anak dan dewasa
dengan kondisi respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang stabil, masih
memerlukan pengobatan, perawatan dan observasi ketat.
7
e. Bila pasien bayi baru lahir atau usia 0 – 28 hari yang membutuhkan Bubble CPAP
akan menjalani perawatan di Unit Perawatan Kritis (Perinatologi).
f. Pelayanan unit Perinatologi untuk bayi usia 0 – 28 hari yang tidak memerlukan alat
bantu napas (ventilator), hanya butuh observasi ketat.
g. Rumah Sakit menetapkan persetujuan masuk ruangan (informed consent), kriteria
pasien masuk dan keluar Unit Perawatan Kritis yang meliputi Ruang High Care
Unit (HCU) dan Perinatologi.
h. Pemantauan kondisi pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis (High Care Unit)
dilakukan 24 jam terus-menerus dan dicatat dalam formulir observasi High Care
Unit (HCU) serta formulir catatan terintegrasi.
i. Pemantauan harus dilakukan dengan ketat oleh petugas yang kompeten dan
terlatih.
j. Petugas yang bekerja di Unit Perawatan Kritis harus memiliki sertifikat pelatihan
khusus untuk ruang intensif.
k. Bila Rumah Sakit tidak mampu melakukan asuhan pasien agar diberitahukan
kepada keluarga pasien dan dirujuk ke Rumah Sakit yang mampu melakukan
asuhan pasien tersebut.
l. Pelaksanaan asuhan pasien dengan alat bantu hidup dasar dan pasien koma
meliputi setiap hasil asessmen, rencana asuhan pasien, pemantauan dan tindakan
yang akan diberikan pada pasien koma dan atau pasien dengan alat bantu hidup
harus dicacat dengan lengkap, akurat dan benar dalam berkas rekam medis.
11. Asuhan pada pasien yang mendapat Kemoterapi dan terapi lain yang beresiko
tinggi
a. Rumah Sakit tidak memberikan pelayanan Kemoterapi dan pelayanan lain yang
beresiko tinggi seperti terapi hiperbarik, pelayanan radiologi intervensi.
b. Pelayanan pasien yang mendapat kemoterapi atau pengobatan resiko tinggi lain
diarahkan oleh kebijakan dan prosedur yang sesuai.
c. Bila fasilitas Rumah Sakit tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pada
pasien dengan pelayanan lain yang beresiko tinggi seperti terapi hiperbarik atau
pelayanan radiologi intervensi agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga
untuk dirujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan asuhan
pasien tersebut.
d. Untuk Pelayanan Kemoterapi, Rumah Sakit akan melakukan Rujukan Ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas Pelayanan Kemoterapi.
FIFY MULYANI
NIP 196904112002122003