Anda di halaman 1dari 5

SATUAN BRIMOB POLDA JAWA BARAT

SEKSI KESEHATAN DAN JASMANI


POLIKLINIK

KEPUTUSAN KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB


POLRI DAERAH JAWA BARAT
NOMOR : SK / PKP-034 / V / KES.9 / 2022

TENTANG
PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI
DI POLIKLINIK SATBRIMOB POLRI DAERAH JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB POLRI DAERAH JAWA BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Poliklinik Satbrimob Polda Jabar, maka diperlukan
adanya kebijakan tentang Pelayanan Pasien Risiko
Tinggi;;
b. bahwa agar pelayanan pasien risiko tinggi di
Poliklinik Satbrimob Polda Jabar dapat terlaksana
dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pasien;
c. bahwa untuk maksud sebagaimana disebut pada a
dan b maka perlu ditetapkan kebijakan Pelayanan
Pasien Risiko Tinggi melalui keputusan Kepala
Poliklinik Satbrimob Polri Daerah Jawa Barat.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004, tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2014, tentang Klinik;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2017, tentang Keselamatan
Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 tahun 2017, tentang Pedoman
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 tahun 2017, tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 tahun 2018, tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/62/2015, tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015, tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
12. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Kementerian
Kesehatan R.I., 2017

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB POLRI


DAERAH JAWA BARAT TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DI POLIKLINIK
SATBRIMOB POLRI DAERAH JAWA BARAT.

Kesatu : Kebijakan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi di Poliklinik


Satbrimob Polri Daerah Jawa Barat adalah sebagaimana
terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
surat keputusan ini;

Kedua : Pelaksanaan dari kebijakan sebagaimana tercantum dalam


dictum Kesatu dipandu oleh prosedur yang jelas dan baku;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini,
akan diperbaiki sesuai ketentuan.

Ditetapkan di : Sumedang
Tanggal : 2 MEI 2022
KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB POLDA JABAR

YUYUN YUNANDAR, S.KM


AIPDA NRP 8204071
Lampiran SK Kepala Poliklinik Satbrimob
Polda Jawa Barat
Nomor :
Tanggal :

PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI


DI POLIKLINIK SATBRIMOB POLDA JAWA BARAT
1. Pelayanan atau asuhan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan
resiko tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis dan peraturan
perundang-undangan
a. Dilakukan identifikasi pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi sesuai
dengan populasi pasiennya serta penetapan resiko tambahan yang mungkin
berpengaruh pada pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi.
b. Staf dilatih untuk pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi.
c. Pelaksanaan pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi dicatat dalam
rekam medis.
d. Pengembangan pelayanan pasien resiko tinggi dimasukkan kedalam program
Peningkatan Mutu Klinik.
e. Kelompok pasien yang beresiko atau pelayanan yang beresiko tinggi agar
tepat dan efektif dalam mengurangi resiko. Hal-hal yang perlu diperhatikan
untuk mengurangi resiko:
1) Bagaimana perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien
dewasa dengan anak atau keadaan khusus lain.
2) Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja
dan berkomunikasi secara efektif.
3) Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
4) Persyaratan pemantauan pasien.
5) Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yang terlibat dalam
proses asuhan.
6) Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
7) Pengobatan resiko tinggi lainnya antara lain kcl pekat, heparin, meylon
dan sebagainya.

2. Deteksi perubahan kondisi pasien / Early Warning System (EWS)


a. Pelaksanaan EWS dilakukan sesuai pedoman / panduan.
b. Staf klinis dilatih menggunakan EWS.
c. Staf klinis mampu melaksanakan EWS sesuai pedoman / panduan.
d. PPA yang melakukan EWS akan mengisi formulir EWS dan melakukan
dokumentasi didalam berkas rekam medis pasien.
e. Pasien yang telah dilakukan EWS akan dievaluasi perkembangan kondisi dan
tercatat dalam rekam medis pasien.

3. Pelayanan Kasus Emergency


a. Pelayanan kasus emergency atau yang beresiko tinggi terjadinya kasus
emergency diidentifikasi dan dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten di
Instalasi Gawat Darurat.
b. Tenaga medis yang bertugas ditempat dengan resiko terjadinya kasus
emergency tinggi agar dilakukan pelatihan.

4. Pelayanan Resusitasi
a. Pelayanan resusitasi diatur dalam kebijakan tersendiri dan dilakukan sesuai
prosedur yang ada.
b. Pelayanan resusitasi dapat diberikan selama 24 jam setiap hari di seluruh
area Klinik serta peralatan medis untuk resusitasi dan obat yang akan
diberikan pada pasien yang dilakukan bantuan hidup dasar terstandar sesuai
dengan kebutuhan pasien dan pedoman / panduan Code Blue.
c. Bantuan hidup dasar dapat diberikan segera saat dikenali adanya henti napas
dan henti jantung di seluruh area Klinik dan tindak lanjutnya diberikan kurang
dari 5 menit.
d. Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama “Blue Team”
dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi yang diperlukan.
e. Seluruh staf yang bertugas di semua unit Klinik diberikan pelatihan mengenai
bantuan hidup dasar / resusitasi.

5. Asuhan pasien penyakit menular dan penurunan daya tahan (immuno-


suppressed)
a. Asuhan pasien dengan penyakit menular
1) Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularan akibat dari
penyakit atau akibat obat-obatan yang diberikan.
2) Pelayanan pasien penyakit menular seperti TB, HIV AIDS, Difteri dan penyakit
menular lainnya dilakukan di ruang rawat inap khusus / isolasi.
3) Pemantauan dilakukan 24 jam terus-menerus oleh petugas yang kompeten
dan terlatih.
4) Petugas yang memberikan pelayanan dan melakukan perawatan pada pasien
di ruang rawat inap khusus / isolasi menggunakan alat pelindung diri / APD
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
5) Staf dilatih dalam memberikan pelayanan asuhan pasien penyakit menular.
6) Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien tersebut
agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk dirujuk ke Rumah Sakit
dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan dan mampu memberikan asuhan
kepada pasien tersebut.
7) Pelaksanaan asuhan pasien dengan penyakit menular dicatat dalam rekam
medis pasien.
b. Asuhan pasien yang daya tahan tubuhnya diturunkan (Immuno-suppressed)
1) Klinik tidak memberikan pelayanan immuno-supressed.
2) Untuk Pelayanan Immuno-supressed, Klinik akan melakukan Rujukan Ke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang menunjang proses pengobatan dan
perawatan pasien dengan immuno-suppressed.

6. Pelayanan pasien populasi khusus


Asuhan pelayanan khusus terhadap pasien yang lemah, lanjut usia, mereka yang
cacat, anak, yang dengan ketergantungan bantuan serta populasi yang beresiko
disiksa dan resiko tinggi lainnya termasuk pasien dengan resiko bunuh diri.
a. Identifikasi pasien yang lemah, resiko disiksa, seperti pasien lanjut usia yang
tidak tidak mandiri, cacat tubuh, cacat mental, anak-anak, anak dengan
ketergantungan, pasien resiko bunuh diri.
b. Asuhan pasien yang lemah, lanjut usia yang tidak mandiri, cacat tubuh, cacat
mental dengan ketergantungan bantuan diarahkan dan menerima asuhan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur.
c. Asuhan pasien anak dan anak yang ketergantungan bantuan diarahkan dan
menerima asuhan sesuai dengan kebijakan dan prosedur.
d. Populasi pasien dengan resiko kekerasan dan resiko bunuh diri harus
diidentifikasi dan asuhannnya diarahkan serta menerima asuhan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur.
e. Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan dievaluasi secara
berkala.
f. Pemantauan dilakukan 24 jam terus-menerus oleh petugas yang kompeten
dan terlatih.
g. Staf diberi pelatihan tentang pelayanan pasien populasi khusus.
h. Asuhan pasien populasi khusus dicatat dalam rekam medis.

KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB POLDA JABAR

YUYUN YUNANDAR, S.KM


AIPDA NRP 8204071

Anda mungkin juga menyukai