Obstetric examination:
Outer examination : abdomen flat, soft, uterine fundus palpable at the level
of umbilicus, uterine contraction was poor, active bleeding (+)
Inspeculo : portio livide, external uterine ostium was opened, fluor (-),
fluxus (+), active bleeding, erosion (+), laceration (+) repaired,
polyp (-)
b. Apa interpretasi hasil pemeriksaan obstetrik?
Hasil Pemeriksaan Nilai normal Interpretasi Mekanisme
abnormal
Uterine contraction
was poor
Portio livide
External ostium
was opened
Flour (-)
Fluxus (+)
Active bleeding
Erosion (+)
Laceration (+)
repaired
Polyp (-)
Mekanisme abnormal :
Faktor predisposisi pada kasus : anak terlalu besar (overdistensi), kehamilan grande-
multipara, (persalinan ditolong dukun) à atonia uteri (tdak ada kontaksi uteri, teraba
lunak dan non tender) uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan pasenta lahir perdarahan masif pasca
persalinan
syok hipovolemik : Penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, pernapasan,
penurunan suhu badan, ekstremitas dingin.
Blood clot di vagina terjadi karena perdarahan di dalam uteri sedangkan uteri tidak
berkontraksi sehingga darah tidak dikeluarkan sepenuhnya, lalu turun dan bergumpal
di vagina.
Di tingkat sel, mekanisme kontraksi ada dua yaitu akut dan kronik. Akut
diakibatkan masuknya ion kalsium ke dalam sel yang di mulai dengan depolarisasi
membran sel. Meningkatnya konsentrasi Ca2+ bebas dalam sel memicu suatu satu
reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan hubungan (cross-bridges) antara
filamen aktin dan miosin sehingga sel berkontraksi. Mekanisme yang kronik
diakibatkan pengaruh hormon yang memediasi transkripsi gen yang menekan atau
meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraction Assosiated Protein). Selain
itu, diperkirakan adanya sinyal biomulekular dari janin yang di terima otak ibu akan
memulai kaskade penurunan progesteron, estrogen, dan peningkatan prostaglandin
dan oksitosin sehingga terjadi kontraksi. Penurunan kontraksi uterus yang terjadi pada
kasus diperkirakan adanya gangguan pada mekanisme kontraksi. Kontraksi uterus
yang melemah menandakan bahwa telah terjadi atoni uteri. Normal nya uterus akan
berkontraksi setelah kelahiran plasenta, jaringan yang merupakan lokasi sintesis
progesteron pada kehamilan. Akibat melemahnya kontraksi uterus, pembuluh darah
tidak berkonstriksi sehingga perdarahan setelah persalinan dapat terjadi seperti pada
kasus ini.
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda,
segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal, sedangkan segmen
bawah yang relatif pasif berubah menjadi dinding yang lebih tipis. Dengan palpasi
abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi yaitu kencang atau
keras, namun pada kasus ini fundus uteri yang berada di segmen atas tidak teraba, hal
ini dapat dikarenakan tidak adanya kontraksi uteri sehingga pada palpasi abdomen
segmen atas dan segmen bawah tidak bisa dibedakan yaitu lembek atau lunak
sehingga fundus uteri seperti tidak teraba.
Lab: Hb 4,7 g/dL; PLT 225.000 /mm3; BT/CT: 3 minutes/12 minutes; ureum:
48,5 mg/dL; creatinine 1,1 mg/dL
d. Apa interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium?
a. Penegakan Diagnosis
Cara penegakan diagnosis
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum
lahir. Biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Warna darah merah segar.
Palpasi uterus Fundus uteri tinggi diatas pusat, uterus lembek, kontraksi
Memeriksa plasenta dan ketuban Plasenta dan ketuban apakah lengkap atau
Robekan rahim
Plasenta suksenturiata
Inspekulo : Untuk melihat robekan pada servix, vaginal dan varises yang
pecah
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan meliputi Hb, HCT, COT, kadar
fibrinogen, tes hemoragik dan lain-lain.
b. Diagnosis kerja
Mrs. A G7P6A0 post partum spontan dengan HPP dini et causa atonia uteri
dengan shock hipovolemik
Perdarahan segera
Nyeri
Perdarahan segera
c. Definisi
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 mL
setelah persalinan vaginal atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal.
Perdarahan dalam jumlah ini dalam waktu kurang dari 24 jam disebut sebagai
perdarahan post partum primer, dan apabila perdarahan ini terjadi lebih dari 24
jam disebut sebagai perdarahan post partum sekunder.
d. Etiologi
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kasus disebabkan karena
atonia uteri. Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi uterus yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Faktor yang menyebabkan terjadinya atonia uteri pada kasus adalah:
Tidak dilakukannya manajemen aktif kala III karena kelahiran yang di tolong
oleh tenaga non medis/dukun
Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep
Kehamilan grande-multipara (kehamilan kelima)
Keadaan umum ibu jelek (ibu mengalami anemia defisiensi Fe)
e. Epidemiologi
Insiden
Umur
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah
20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna,
sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan
akan lebih besar.
f. Faktor Risiko
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Kehamilan multiple
5. Injeksi Magnesium sulfat
6. Perpanjangan pemberian oxytocin
Pemeriksaan inspeksi vagina
Gambar 1. Pemeriksaan Inspekulo