Interpretasi :
Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja
DOWN SYNDROME
Diagnosis banding
1. Hipotiroidisme Kadang-kadang sulit dibedakan. Secara kasar dapat dilihat dari
aktifitasnya, karena anak-anak dengan hipotiroidisme sangat lambat dan malas,
sedangkan anak dengan sindrom down sangat aktif
2. Akondroplasia
3. Rakitis
4. Sindrom turner
Diagnosis kerja
Global developmental delay et causa sindroma down
Definisi
Sindroma Down (SD) adalah suatu kelainan kongenital multipel akibat kelebihan
materi genetik pada kromosom 21 (trisomi). Sindrom Down berkaitan dengan retardasi mental,
kelainan kongenital terutama jantung, dan disfungsi/ penyakit pada beberapa organ tubuh.
Anak dengan SD memiliki berbagai kelainan kongenital dan masalah kesehatan, di antaranya
gangguan pendengaran (75%), otitis media (50%-70%), kelainan mata (60%) termasuk katarak
(15%) dan gangguan refraksi berat (50%), kelainan jantung bawaan (50%), obstructive sleep
apnea (50%-75%), penyakit tiroid (15%), atresia gastrointestinal (12%), dislokasi sendi
panggul yang didapat (6%), leukemia dan penyakit Hirschprung (<1%)
Epidemiologi
Kelainan ditemukan diseluruh dunia pada semua suku bangsa. Diperkirakan angka
kejadian 1,5 : 1000 kelahiran dan terdapat 10 % diantara penderita retardasi mental. Menurut
Biran, sejauh ini diketahui faktor usia ibu hamil mempengaruhi tingkat risiko janin mengidap
SD. Usia yang berisiko adalah ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun. Kehamilan pada usia
lebih dari 40 tahun, risikonya meningkat 10 kali lipat dibanding pada usia 35 tahun. Sel telur
(ovum) semakin menua seiring pertambahan usia perempuan
Etiologi
Seperti telah diketahui manusia yang normal mempunyai 46 kromosom atau 23 pasang
kromosom, yang terdiri dari 22 pasang autosom dan sepasang kromosom sex dalam tiap sel
pada tubuhnya. Tiap pasang autosom ditandai dengan nomor dari mulai nomor 1 sampai
dengan 22. Menurut etiologinya sindrom Down ini dibagi menjadi tiga tipe;
1. Trisomi
Menurut Thompson and Thompson, Cohen (2001): bahwa kelainan kromosom yang
sering terjadi pada sindrom Down adalah trisomi 21. Pada penderita sindrom Down tipe
ini dalam tiap–tiap sel pada tubuhnya terdapat 47 kromosom dengan kelebihan pada
kromosom 21, kelebihan kromosom ini dihasilkan dari suatu proses yang disebut “non–
disjunction“.
2. Translokasi
Translokasi yaitu terjadinya pertukaran segmen antara kromosom–kromosom non–
homolog atau hilangnya sebagian segmen dari sebuah kromosom, sebagian segmen dari
sebuah kromosom. Pada penderita sindrom Down tipe translokasi ini jumlah
kromosomnya normal yaitu 46 kromosom. Apabila kromosom–kromosom pada salah
satu penderita sindroma Down ini diamati secara teliti, didapatkan bahwa walaupun
jumlah sesungguhnya normal, kromosom– kromosomnya sendiri tidak normal. Yang
biasa ditemukan adalah salah satu kromosom 21 menyatu pada kromosom lain,
biasanya kromosom 15 (golongan D). Apabila diteliti dibawah mikroskop, kromosom
15 lebih besar dari biasanya. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran antara sebagian
besar lengan panjang kromosom 21 (golongan D (14 – 15). Pertukaran material
kromosom antara kromosom golongan D (14-15) dengan kromosom 21 (golongan G)
disebut tipe D/G. Selain tipe D/G, juga ditemukan translokasi antara kromosom 21
dengan kromosom golongan G lainnya disebut tipe G/G, tetapi hal tersebut sangat
jarang terjadi.
3. Mosaic
Penderita sindroma Down tipe ini mempunyai dua macam populasi sel di dalam
tubuhnya. Sebagian sel mengandung komplemen kromosom normal dengan hanya
mempunyai dua kromosom 21, sedangkan yang lain mempunyai dua kromosom 21,
sedangkan yang lain mempunyai tiga kromosom 21 (gabungan sel–sel dengan 46
kromosom dan 47 kromosom). Jadi bentuk mosaik adalah suatu jenis dari kelainan
antara sindrom Down dan keadaan normal. Apabila jumlah sel yang mengalami trisomi
dalam populasi sel tubuhnya sedikit, tanda–tanda klinis yang ada seringkali sulit untuk
menentukan, apakah seseorang menderita sindrom Down atau bukan. Makin besar
proporsi sel–sel dengan kromosom normal makin besar kemungkinan anak tampak
normal. Kemungkinan timbulnya mosaik ini karena terjadi “non–disjunction“. Setelah
pembentukan zigot. Pada permulaan zigot mempunyai jumlah kromosom yang normal.
Tetapi kadang–kadang selama awal perkembangan zigot pada waktu pembelahan sel
yang kedua atau mungkin yang ketiga terjadi “non – disjunction”, sebagian hasilnya
beberapa dari sel tersebut mempunyai jumlah kromosom normal yaitu 46 kromosom
dan beberapa sel lagi trisomi 21 yaitu 47 kromosom. Sel–sel yang mempunyai jumlah
kromosom normal yaitu 46 kromosom akan memproduksi sel secara terus menerus
dengan 47 kromosom dan 46 kromosom sedangkan sel dengan hanya 45 kromosom
menjadi letal. Mekanisme yang sebenarnya dari mosaik pada penderita sindrom Down
ini masih belum jelas.
Faktor risiko
Faktor yang memegang peranan dalam terjadinya kelainan kromosom adalah:
1. Umur ibu : biasanya pada ibu berumur lebih dari 30 tahun, mungkin karena suatu
ketidak seimbangan hormonal. Umur ayah tidak berpengaruh
2. Kelainan kehamilan
3. kelainan endokrin pada ibu : pada usia tua daopat terjadi infertilitas relative, kelainan
tiroid.
Definisi
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan Global (KPG)
adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain perkembangan anak,
diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif, personal atau sosial aktivitas hidup
sehari-hari. Istilah KPG dipakai pada anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan pada anak
berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang akurat maka
istilah yang dipergunakan adalah retardasi mental. Anak dengan KPG tidak selalu menderita
retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan seorang anak mengalami KPG
seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral, deprivasi psikososial meskipun aspek kognitif
berfungsi baik.
Epidemiologi
Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan di Amerika
Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari anak-anak berumur<5 tahun. Penelitian
oleh Suwarba dkk. di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan prevalensi KPG adalah
2,3 %. Etiologi KPG sangat bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau abnormalitas
kromosom, asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial sedangkan 20% nya
belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan perkembangan global dapat dicegah
seperti paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intra uterin, serta asfiksia perinatal.
Menurut penelitian Deborah M dkk. Prevalensi KPG di Poliklinik Anak RSUP Sanglah
adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak berumur lebih dari 12 bulan (67%). Rasio laki-
laki dan perempuan hampir sama 1:1,12. Keluhan terbanyak adalah belum bisa berbicara pada
16 (24%), belum bisa berbicara dan berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa berjalan pada 12
(18%) pasien. Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan menengah ditemukan
pada 68% kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30% gizi kurang, 29% mikrosefali, 20%
dicurigai suatu sindrom. Evaluasi perkembangan menunjukkan 40 (60%) terlambat pada
seluruh sektor perkembangan. Etiologi ditemukan pada 61% dengan penyebab terbanyak
adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral disgenesis, palsi serebral.
Etiologi
KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai kelainan
neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan neuromuskular. Tabel
berikut memberikan pendekatan beberapa etiologi KPG :
Kategori Komentar
Genetik atau Sindromik Sindrom yang mudah diidentifikasi,
Teridentifikasi dalam 20% dari misalnya Sindrom Down
mereka yang tanpa tanda-tanda Penyebab genetik yang tidak terlalu
neurologis, kelainan dismorfik, atau jelas pada awal masa kanak-kanak,
riwayat keluarga misalnya Sindrom Fragile X, Sindrom
Velo-cardio-facial (delesi
22q11),Sindrom Angelman, Sindrom
Soto, Sindrom Rett, fenilketonuria
maternal, mukopolisakaridosis, distrofi
muskularis tipe Duchenne, tuberus
sklerosis, neurofibromatosis tipe 1, dan
delesi subtelomerik.
Metabolik Skrining universal secara nasional
Teridentifikasi dalam 1% dari mereka neonatus untuk fenilketonuria (PKU)
yang tanpa tanda-tanda neurologis, dan defisiensi acyl-Co A Dehidrogenase
kelainan dismorfik, atau riwayat rantai sedang.
keluarga Misalnya, kelainan siklus/daur urea
Endokrin Terdapat skrining universal neonatus
untuk hipotiroidisme kongenital
Traumatik Cedera otak yang didapat
Penyebab dari lingkungan Anak-anak memerlukan kebutuhan
dasarnya seperti makanan, pakaian,
kehangatan, cinta, dan stimulasi untuk
dapat berkembang secara normal
Anak-anak tanpa perhatian, diasuh
dengan kekerasan, penuh ketakutan,
dibawah stimulasi lingkungan mungkin
tidak menunjukkan perkembangan yang
normal
Ini mungkin merupakan faktor yang
berkontribusi dan ada bersamaan dengan
patologi lain dan merupakan kondisi
yaitu ketika kebutuhan anak diluar
kapasitas orangtua untuk dapat
menyediakan/memenuhinya
Malformasi serebral Misalnya, kelainan migrasi neuron
Palsi Serebral dan Kelainan Kelainan motorik dapat mengganggu
Perkembangan Koordinasi perkembangan secara umum
(Dispraksia)
Infeksi Perinatal, misalnya Rubella, CMV, HIV
Meningitis neonatal
Toksin Fetus: Alkohol maternal atau obat-
obatan saat masa kehamilan
Anak: Keracunan timbal
Penyebab KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters AV, 2010)