1. Mrs. A is 40 years old G7P6A0 woman was brought to a midwife by an traditional boirth
attendant due to failure to deliver the baby after pushing for 2 hours. After delivery, she
complained of massive vaginal bleeding and was brought to a hospital. The estimated blood loss
at the time of delivery was 500cc.
a. Apa hubungan usia dan status paritas dengan keluhan pada kasus?
Jawab:
Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya PPP. Dari faktor risiko di atas
umur tua dan paritas tinggi (grandemulti gravida) merupakan faktor risiko utama dengan risiko
relatif mencapai 20 kali. Fungsi reproduksi seorang wanita dengan usia diatas 35 tahun sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar.
Lemahnya tonus atau kontraksi uterus Uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir perdarahan pervaginam yang massif
1. Berikan oksigen.
2. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian
cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi
ibu.
3. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
4. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri.
5. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina).
6. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
7. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan
yang masuk.
Catatan: produksi urin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam)
8. Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis obgyn)
9. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin
(pemeriksaan hematologi rutin) dan penggolongan ABO.
10. Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab.
Penatalaksanaan Lanjutan :
1. Atonia uteri
a. Lakukan pemijatan uterus.
b. Pastikan plasenta lahir lengkap.
c. Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
d. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
e. Bila tidak tersedia Oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
Ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM
setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila
diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5 dosis (1 mg).
f. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit,
dapat diulang setelah 30 menit).
g. Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5 menit.
h. Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder sebagai antisipasi bila
perdarahan tidak berhenti.
Perlu Diingat :
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung oksitosin..
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat/tidak terkontrol,
penderita sakit jantung dan penyakit pembuluh darah tepi.
3. She was put on oxytocin drip and delivered a 4100-gram infant by spontaneous delivery 3 hours
ago with the assistance of the midwife. The placenta was delivered spontaneously and intact. She
received episiotomy and had it repaired.
a. Apa makna klinis dari kalimat diatas?
Jawab:
Oksitosin diberikan guna memperkuat kontraksi otot rahim dan menginduksi persalinan.
Pelaksanaan episiotomy dilakukan karena adanya indikasi.
2. Postpartum, Oxytocin dapat membantu menghasilkan kontraksi uterus pada kala III
persalinan, sehingga dapat mengontrol perdarahan postpartum.
4. Her prenatal course was uncomplicated and had no significant medical history. She had no
history of previous contraception.
Sense: Somnolen
BP: 70/40 mmHg. HR: 121 x/min, RR: 24 x/min. T: 36,4 derajat celcius
Somnolen (Obtundasi,
Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor
yang lambat,mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
Blood Pressure: Sistol : <120 mmHg Hipotensi Hal ini disebabkan adanya
70/40mmHg Diastol: <80 mmHg pendarahan pada vagina
yang banyak, sehingga
mengganggu hemodinamik,
cairan intravascular
mengalami penurunan,
sehingga darah yang
dipompa oleh jantung pun
sedikit, hal ini
mengakibatkan rendahnya
resistensi dari dinding
vaskular karena aliran darah
yang sedikit Hipotensi.
Heart Rate: 121 x/min 80-100 x/menit, Takikardi Peningkatan denyut jantung
merupakan kompensasi dari
jantung itu sendiri untuk
mengatasi kehilangan darah
yang banyak, agar seluruh
jaringan mendapatkan
perfusi darah, menyebabkan
jantung memompa lebih
cepat agar perfusi kejaringan
tetap terjaga.
Temperature: 36,4oC 36,5-37,5oC Terjadi Hal ini karena darah sendiri
sedikit merupakan penghantar panas
penurunan tubuh. Jika terjadi
suhu pendarahan yang banyak,
panas tubuh pun akan
berkurang.
6. Obstetric examination:
Outer examination; Abdominal flat, soft, uterine fundus palpable at the level of
Inspeculo: Portio livide, external ostium was opened, fluor (-) fluxus (+) active bleeding,
erosion (+), laceration (+) repaired, polyp (-)
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan obstetric “outer
examination”?
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan obstetric
“inspeculo”?
7. Lab: Hb 4,7 d/dL; PLT: 225000/mm3; WBC: 20.600/mm3, BT/CT; 3 minutes/12 minutes.
Ureum: 48,5 mg/dL; creatinine: 1,10 mg/dL.