Tugas Anestesi Ajeng Febriyanti
Tugas Anestesi Ajeng Febriyanti
Pembimbing :
Dr. Uus Rustandi, Sp.An-KIC
Dr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An. M.kes
Disusun oleh :
AJENG FEBRIYANTI
1102010013
1
1.Sebutkan dan jelaskan Mengenai :
1. LOOK:
Kesadaran; “the talking patient” : pasien yang bisa bicara berarti airway bebas, namun
tetap perlu evaluasi berkala.
Agitasi
Sianosis
Retraksi
2. LISTEN:
Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas setinggi larings
(Stridor inspirasi) atau stinggin trakea (stridor ekspirasi)
Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang membutuhkan napas
pendek untuk bicara menandakan telah terjadi gagal napas
3. FEEL:
Laryngoscope
Endotrakeal tube
Syringes
Stylet
2
Xylocain jelly
Suction canule
Magil forceps
Oropharingeal tube
Spuit 20cc
Plester
Stetoscope
2. Sebutkan Teknik Induksi Anestesi dan Obat-obatan yang digunakan untuk masing-
masing teknik induksi tersebut
Induksi Anastesi
Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar,
3
dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuscular atau rectal. Setelah pasien
Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien.
T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-
faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien
tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.
T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
dimasukkan.
Induksi intravena
o Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intravena dikerjakan
4
anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan
Tidak dianjurkan untuk anak < 3 tahun dan pada wanita hamil.
Ketamin (ketalar)
Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia,
5
(dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis0,1 mg/kg intravena
Induksi intramuscular
Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan secara
intramuskulardengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
Induksi inhalasi
o N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida)
berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan
beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian harus disertai O2 minimal 25%.
o Halotan (fluotan)
Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan anestesinya
cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan analgesi semprot lidokain
6
anestesi kuat. Halotan menghambat pelepasan insulin sehingga mininggikan
halotan, tetapi lebih jarang menimbulkan aritmia. Efek relaksasi terhadap otot
aliran darah otak dan tekanan intracranial dapat dikurangi dengan teknik
otak.
Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari
untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan
gangguan koroner.
o Desfluran (suprane)
Sangat mudah menguap. Potensinya rendah (MAC 6.0%), bersifat
seperti isofluran dan etran. Merangsang jalan napas atas sehingga tidak
Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari
Induksi mencuri
Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa hanya
sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita berikan jarak
beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup muka kita tempelkan.
7
Pelumpuh otot nondepolarisasi Tracurium 20 mg (Antracurium)
o Berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkna
8
4. Asisten melakukan penekanan ringan diatas kartilago krikoid sesaat setelah induksi
(Sellick’s Manuver). Karena kartilago krikoid terbentuk cincin yang tidak putus dan
tidak kempes, tekanan diatas menekan jaringan dibawahnya. Oesophagus lalu kolaps,
dan secra pasif regurgitasi cairan lambung tidak dapat mencapai hipofaring. Tekanan
pada krikoid yang berlebihan (lebih keras daripada yang ditoleransi orang pada
umumnya) dapat menyebabkan ruptur dinding oesophagus posterior.
5. Tidak ada pemberian tes dosis dari tiopental. Dosis induksi diberikan secara bolus.
Seharusnya dosis ini dimodifikasi bila ada indikasi bahwa sistem kardiovaskular
pasien tidak stabil. Agen RSI lain dapat menggantikan thiopental.(seperti propofol,
ketamin)
6. Suksinilkolin (1,5 mg/kgbb) atau recuronium (0,9 -1,2 mg/kgbb) dapat diberikan
segera setelah tiopenthal, walaupun pasien belum hilang kesadarannya.
7. Pasien tidak dilakukan ventilasi secara artifisisal, untuk menghindari pengisian udara
perut dimana hal ini dapat meningkatkan risiko emesis. Setelah reflek spontan pasien
berhenti atau respon otot terhadap rangsang hilang, pasien segera mulai di intubasi.
Penekanan pada cricoid dipertahankan sampai cuff tube endotracheal sudah
dikembangkan dan posisi tube sudah pasti. Modifikasi dari RSI klasik
memperbolehkan ventilasi yang gentle selama tekan krikoid dipertahankan.
8. Bila intubasi mengalami kesulitan, tekanan pada krikoid dipertahankan sampai dan
pasien diventilasi secara gentle dengan oksigen sampai usaha intubasi berikutnya
dapat dilakukan. Bila intubasi tetap tidak berhasil, spontan ventilasi seharusnya
diadakan dan dilakukan intubasi sadar.
9. Setelah selesai pembedahan, pasien harus diekstubasi setelah reflek-reflek jalan napas
kembali dan kesadaran sudah pulih.
3. Jelaskan mengenai
1. Skor mallampati
Mallampati dibagi menjadi 4 grade :
Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas
Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar
faring tidak terlihat
Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat
Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat
9
4. Cara melakukan konfirmasi posisi ETT setelah dilakukan intubasi
Melakukan auskultasi pada bagian paru dextra dan sinistra serta lambung.
5. Skor modifikasi Aldrette
· Postanesthesia Discharge Scoring System
Modifikasi dari Aldrete Score yang juga mencakup pengkajian nyeri, N / V, dan
perdarahan bedah, di samping tanda-tanda vital dan aktivitas.
Score 9 atau 10 menunjukkan kesiapan untuk pindah.
6. Skor Bromage
Kriteria Nilai
Gerakan penuh dari tungkai, 0
Tak mampu ekstensi tungkai, 1
Tak mampu fleksi lutut, 2
Tak mampu fleksi pergelangan kaki, 3
Jika Bromage Score 2 dapat pindah ke ruangan.
Nilai BIS dikendalikan antara 40 sampai 60 dan nilai PRST <3. Intervensi
hemodinamik dilakukan apabila didapatkan penurunan atau kenaikan tekanan darah >30%
daripada tekanan darah awal, nilai BIS<40 atau >60 dan nilai PRST >3.
11
peningkatan dosis propofol rumatan. Bila nilai BIS <40, dilakukan pengurangan dosis
rumatan propofol dan bila BIS>60 dilakukan penambahan dosis rumatan, sedangkan apabila
nilai PRST>3, diberikan penambahan fentanil 1 μg/kgBB.
RABA HALUS:
Gunakan sepotong kapas, beberapa orang lebih menyukai menggunakan ujung jari.
Sentuhkan kapas tersebut diatas kulit.
Peragakan – dengan kedua mata pasien terbuka, tunjukkan padanya bahwa anda akan
meraba kulitnya. Mintalah pasien mangatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan.
TES – perintahkan pasien untuk menutup matanya, lakukan tes pada daerah kulit yang
bermasalah.
• TES NYERI:
Roda bergerigi atau rader sering digunakan Dr. Wartenberg, bisa juga dengan menggunakan
peniti atau jarum tajam dan tumpul.
• Peragakan – Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan bahwa anda ingin
agar pasien memberitahukan apakah jarum yang dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area
yang terganggu dengan jarum dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.
• TES – mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri rangsangan tajam dan
tumpul secara acak, dan perhatikan respon pasien.
• Dermatom – Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang terbatas pada
distribusi segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks spesifik dinamai dermatom.
• Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan untuk melukiskan area
ini dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa harus menempatkan peniti di pusat area baal
merangsang ke arah luar sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas
kehilangan sensorik dapat ditentukan.
Peragakan – “ saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh anda dengan tabung yang
panas atau dingin. Sentuhkan secara acak tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau
daerah kulit yang terganggu.
12
• TES PROPRIOSEPSI (Indera posisi)
Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan memegang sisi lateral
phalanx distal, sementara bagian proksimal phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini
dijelaskan kepada pasien dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya
“keatas” dan “kebawah”. Kemudian pasien menutup mata & pemeriksa menggerakkan
phalanxnya keatas dan kebawah. Pasien hrs menjawab apakah sendinya ke atas atau ke
bawah.
Gunakan garpu tala 128 Hz. Garpu tala dengan frequensi yg lebih tinggi (256 atau 512 Hz)
tidak adekuat.
Peragakan – Pastikan pasien mengerti bahwa dia akan merasakan getaran, dengan
memukulkan garpu tala dan meletakkannya diatas sternum atau dagu.
TES –mintalah pasien menutup matanya, tempatkan garpu tala pada tonjolan tulang, tanyakan
pasien dapat merasakan getaran tersebut.
Letakkan pada sendi metatarsal falangeal, malleolus medialis, tuberositas tibialis, spina iliaka
anterior superior, di lengan dan pada ujung jari, masing-masing sendi interfalangeal,
pergelangan tangan, siku dan bahu. Bila sensasi bagian distal normal, tes tidak perlu
dilakukan pada bagian proksimal
• Streognosis :
Identifikasi taktil obyek dinamai sebagai streognosis. Banyak jenis obyek yang lazim dapat
digunakan seperti uang logam, penjepit kertas, kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak
diakrabi harus dihindari. Ketidak mampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau
agnosia taktil.
• Grafestesia :
Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada kulit dinamai grafestesia.
Angka sekitar 1 cm tingginya digambarkan pada bantalan jari tangan dengan menggunakan
pensil.
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujungdisebut
diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua
titik pada tingkat derajat pemisahan ber-variasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt
dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dpt
menggunakan kompas, jepitan rambut.
13
• Sensory inattention.
Mintalah pasien untuk mengatakan kepada anda bagian mana yang anda sentuh (baik dengan
kapas ataupun dengan jarum). Sentuhlah pada bagian kanan dan kemudian pada bagian
kirinya. Jika pasien dpt membedakan masing-masing secara terpisah, kemudian sentuhkan
kedua bagian pada saat yg sama.
Pengertian Nyeri :
• Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
• Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Fisiologi Nyeri :
• Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
9.Skala/Skor Nyeri :
1. VAS
14
Cara penggunaan Visual Analog Scale (VAS)
VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan
secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level
intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad
pain”(nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai
dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari
batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skornya
yang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skor tersebut dicatat untuk
melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.
2.BPS
BPS digunakan untuk menilai rasa nyeri yang dialami pasien pada prosedur yang
menyakitkan seperti tracheal suctioning ataupun mobilisasi tubuh.
Skala ini sudah divalidasi. BPS terdiri dari tiga penilaian, yaitu ekspresi wajah,
pergerakan ekstremitas, dan komplians dengan mesin ventilator. Setiap subskala diskoring
dari 1 (tidak ada respon) hingga 4 (respon penuh). Karena itu skor berkisar dari 3 (tidak
nyeri) hingga 12 (nyeri maksimal).Skor BPS sama dengan 6 atau lebih dipertimbangkan
sebagai nyeri yang tidak dapat diterima.
15
Item Descrpition Score
Partially tightened 2
Fully tightened 3
Grimacing 4
Partially bent 2
Permanently retracted 4
Fighting ventilator
3
Unable to control ventilation
4
Intra Operatif:
Hipotensi
Bradikardi
Hipoventilasi
Trauma Saraf
16
Trauma Pembuluh darah
Mual Muntah
Gangguan pendengaran
Nyeri di punggung
Retensio Urin
Meningitis
Lebih murah
Caranya Sederhana
Terkadang akan sangat sulit untuk menetukan lokasi dural space dan mendapatkan
cerebrospinal fluid.
Anestesi spinal tidak baik jika digunakan untuk pembedahan dengan jangka 1aktu
lebihdari % jam. <ika operasi atau pembedahan lebih lama dari % jam maka
disarankan
17
13. Sebutkan obat-obatan dan alat-alat untuk resusitasi jantung paru otak
18
14. Sebutkan obat-obatan inotropik
19
Inotropik dibagi dalam dalam dua agen yaitu :
1. Phenylephrine 5. Ephedrine
4. Dopamine 8. Isoproterenol
20