Anda di halaman 1dari 12

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN

KENAIKAN PANGKAT DARI IV/a KE PANGKAT SELANJUTNYA


OLEH :BAMBANG WINARJI

A. Pendahuluan
Peran guru dalam mencerdaskan anak bangsa sangat strategis dan menentukan.
Profesi guru semakin mendapatkan tempat dengan adanya regulasi yang mengatur
profesi guru yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen (UU No 14 Tahun 2005). Berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah
sebagai amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. UU No 20 Tahun 2003) dan UU No 14 Tahun 2005
dilakukan untuk meningkatkan karir, mutu, penghargaan dan kesejahteraan
guru.Dengan demikian, guru diharapkan lebih mampu bekerja sebagai profesional
dalam mengembang tugas dan tanggung jawabnya.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi (PermenPANRB) No. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan Peraturan Bersama
Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010
tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya maka :

1. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan III/a ke III/b wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan
kolektif guru) yang besarnya 3 angka kredit.
2. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan III/b ke III/c wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan
kolektif guru) yang besarnya 3 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya
inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya
teknologi/seni) dengan 4 angka kredit.

3. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan III/c ke III/d wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan

1
kolektif guru) yang besarnya 3 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya
inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya
teknologi/seni) dengan 6 angka kredit.

4. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan III/d ke IV/a wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan
kolektif guru) yang besarnya 4 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya
inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya
teknologi/seni) dengan 8 angka kredit.

5. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan IV/a ke IV/b wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan
kolektif guru) yang besarnya 4 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya
inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya
teknologi/seni) dengan 12 angka kredit.

6. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan IV/b ke IV/c wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan
kolektif guru) yang besarnya 4 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya
inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya
teknologi/seni) dengan 12 angka kredit (dan harus presentasi di depan tim
penilai).

7. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan IV/c ke IV/d wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan
kolektif guru) yang besarnya 5 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya
inovatif (karya tulis ilmiah dengan 14 angka kredit.

8. Guru yang akan naik pangkat dari Golongan IV/d ke IV/e wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan
kolektif guru) yang besarnya 5 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya
inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya
teknologi/seni) dengan 20 angka kredit.

2
Pengembangan profesi guru melalui berbagai kegiatan ilmiah merupakan
kebijakan penting dalam promosi kenaikan pangkat/jabatan guru sesuai dengan
prestasi kerjanya. Guru yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam :
kegiatan pendidikan, proses pembelajaran, pengembangan profesi dan kegaitan
penunjang proses pembelajaran diberikan angka kredit. Penggunaan angka kredit
jabatan fungsional guru sebagai persyaratan seleksi peningkatan karir bertujuan
untuk memberikan penghargaan secara adil dan profesional sebagai wujud
pengakuan profesi guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraannya. Angka
kredit pada hakekatnya merupakan simbol/lambang penilaian kualitas, dengan
demikian seharusnya seorang guru dengan jabatan/pangkat lebih tinggi
memiliki kualitas profesional yang lebih baik dibanding guru dengan
jabatan/pangkat dibawahnya.

Pengembangan profesi yang dapat dilakukan guru untuk memenuhi angka kredit
yang dipersyaratkan dapat berupa kegiatan : 1) Menyusun Karya Tulis Ilmiah; 2)
Menemukan Teknologi Tepat Guna; 3) Membuat alat peraga/bimbingan; 4)
Menciptakan karya seni; dan 5) Mengikuti Kegiatan Pengembangan Kurikulum.
Pilihan untuk kegiatan no 2 sampai dengan 5 petunjuk operasionalnya menurut
Widyoko (Makalah : 2 ; 2008) maka sebagian terbesar guru memilih kegiatan
menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai kegiatan pengembangan profesi.
Salah satu KTI yang sangat dianjurkan dilakukan oleh guru adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).

3
B. Permasalahan
Sedikitnya 344 ribu dari 2,7 juta guru di Indonesia berada pada golongan IV/a.
Namun, dari jumlah tersebut baru sekitar 2.200 guru yang golongan IV/B ke atas.
Sisanya, menumpuk di golongan IV/a karena kesulitan mengumpulkan angka
kredit pengembangan profesi akibat belum mau dan mampu membuat karya tulis
ilmiah. Untuk mencapai golongan kepangkatan IV/b, guru yang memiliki
golongan IV/a harus mengumpulkan angka kredit dari unsur pengembangan
profesi yang besarnya 12. Berkembang di kalangan guru adanya anggapan bahwa
pengumpulan angka kredit dari unsur pengembangan profesi merupakan upaya
untuk menghambat profesiguru. Anggapan ini perlu diluruskan dan disikapi oleh
guru agar benar-benar dapat diberi gelar guru yang profesional.

Pengembangan KTI melalui pelaksanaan PTK. Penelitian yang dimaksudkan


dalam konteks ini, ruang lingkupnya berada di seputar kelas, yaitu penelitian di
kelasnya sendiri. PTK dilakukan oleh para profesional di bidang pendidikan
sebagai suatu cara dalam memecahkan masalah dan meningkatkan mutu proses
pembelajaran maupun mutu pencapaian hasil belajar.

PTK sebagai salah satu bentuk penelitian yang kebanyakan dilakukan oleh guru,
membawa banyak manfaat, diantaranya adalah membantu guru memperbaiki
mutu pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan rasa
percaya diri guru, serta memungkinkan guru secara aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya. Dengan melakukan PTK, membuat guru
menjadi terbiasa meneliti dan menulis sehingga manfaat secara keseluruhan yang
akan diperoleh adalah berlangsungya inovasi pendidikan.

Selain manfaat di atas, bagi guru-guru yang hendak mengajukan kenaikan


pangkat, jabatan, dan keperluan sertifikasi, sangat disyaratkan untuk
melaksanakan penelitian. Sehingga apabila guru memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang baik mengenai PTK, tentu tidak sulit baginya untuk membuat
karya tulis ilmiah untuk melengkapi persyaratan di atas. Kenyataan di lapangan

4
yang ditemui adalah banyaknya guru-guru yang terhambat oleh masalah penelitian
ini dalam proses pengajuan kenaikan pangkat, jabatan ataupun sertifikasi.

Terdapat banyak permasalahan terkait dengan pelaksanan PTK dan hubungannya


dengan kenaikan pangkat guru dari IV/a ke tingkat yang lebih tinggi seperti : guru
kurang memahami PTK, guru ”malas membaca buku dan malas menulis”, guru
kurang memahami profesinya. Dari ketiga permasalahan di atas yang terkait
langsung dengan PTK adalah guru kurang memahami PTK dan menjadi uraian
pokok dalam makalah ini.

C. Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research - CAR) Dalam


Pengembangan Profesi Guru

Penelitian tindakan kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi
sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 dan kemudian gagasan
Lewin ini selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart,
John Elliot, Dave Debut, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat yang mereka
kemukakan, jelas bahwa PTK merupakan salah satu bentuk penelitian di bidang
sosial, termasuk bidang pendidikan, yang menggunakan refleksi diri sebagai
metode utama oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk memperbaiki
berbagai aspek terutama derajat keahlian orang yang melaksanakannya.

Arikunto (2007:3) menyatakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan


terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Artinya bahwa dalam
menuliskan laporan penelitian tindakan yang dikemukakan guru adalah hal-hal
yang dilakukan oleh siswa, bukan yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini guru
diharapkan tidak terlalu menonjolkan tindakannya atau terlalu mendominasi
pembelajaran, sementara siswa terkesan pasif. Akan tetapi berikanlah kesempatan
bagi siswa untuk melakukan proses pembelajaran seaktif mungkin, sementara

5
guru berfungsi sebagai fasilitator saja. Misalnya, pada kegiatan eksperimen,
biarkanlah siswa yang melakukannya, mengamati hasil eksperimen, bahkan
sampai merumuskan pelaporan hasil eksperimen. Guru hanya membantu siswa
jika siswa mengalami kesulitan-kesulitan, serta meluruskan jika ada tindakan atau
konsep siswa yang salah.

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk
meningkatkan profesionalisme seorang guru, antara lain :
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap
terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektif
dan kritis terhadap apa yang ia dan muridnya lakukan.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru
tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa
yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa adanya upaya perbaikan dan
inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang
terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan oleh guru semata-mata
didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia
tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan
penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut
untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi
berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencermati kekurangan dan
mencari berbagai upaya sebagai pemecahan.
Berdasarkan alasan di atas, jelaslah bahwa pelaksanaan PTK sangat penting bagi
seorang guru dalam rangka peningkatan profesionalismenya sebagai seorang
pendidik. Selain itu, yang menjadi tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan
dan peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses belajar-
mengajar, yang mana tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk

6
mendiagnosis keadaan, lalu kemudian mencoba secara sistematis sebagai tindakan
alternatif dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas dan/atau
implementasi program sekolah yang sedang terjadi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki tujuan sebagai berikut:


1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pendidikan dan pembelajaran di dalam dan luar kelas.
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah,
sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan
dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable)
5. Meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya
di sekolah dalam melakukan penelitian berbasis tindakan (PBT)

Masalah yang utama dalam pengembangan profesi guru terutama dalam


melaksanakan PTK adalah ketidakpedulian guru terhadap profesinya karena sudah
merasa cukup dengan kondisi yang ada saat ini. Tanpa melakukan PTK atau yang
sejenisnya guru masih dapat bekerja, masih memperoleh gaji bahkan
mendapatkan tunjangan profesi. PTK diperlukan dan hanya diperuntukkan bagi
guru yang ingin naik pangkat saja. Guru yang tidak ingin naik pangkat tidak perlu
melakukan PTK dan belum merasakan PTK sebagai sebuah kebutuhan. Ada lagi
guru yang akan melaksanakan PTK orientasinya agar laporan PTKnya dapat
dinilai dan diberi angka kredit, kalau laporan PTK yang dilakukannya tidak
mendapatkan angka kredit pengembangan profesi menganggap bahwa PTK yang
telah dilakukannya tidak benar dan gagal. Seharusnya PTK dilakukan semata-
mata untuk mengembangkan profesinya. Menilai dan mengevaluasi diri tentang
kadar keprofesionalitasannya sebagai guru. Akhirnya mereka banyak yang pasrah
pada nasibnya di golongan IV.a. hingga menunggu masa pensiun tiba

7
D. Kompetensi Guru Pembimbing (Konselor) Sekolah Dalam Pengembangan
Profesi Melalui PTK

Secara yuridis formal, guru BK atau Konselor di Indonesia masih dipandang


sebagai guru, namun dari segi pelayanan yang diberikan, guru BK/konselor
memiliki keunikan tersendiri yang dapat dibedakan dengan pelayanan pendidikan
lainnya, khususnya pelayanan yang diberikan oleh guru pengampu mata pelajaran

Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan profesional


konsekwensinya harus dilakukan secara profesional oleh personil yang memiliki
kewenangan dan kemampuan profesional untuk memberikan layanan bimbingan
dan konseling. Kekuatan dan eksistensi suatu profesi muncul dari kepercayaan
publik. Masyarakat percaya layanan yang diperlukan dapat diperoleh dari orang
yang sebagai orang yang berkompeten untuk memberikan layanan. Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia sebagai organisasi profesi pada bidang
bimbingan dan konseling pada kongres ke X di Semarang menetapkan Standar
Kompetensi Konselor Indonesia. Setiap guru BK perlu mengetahui kompetensi
konselor untuk dapat melakukan peningkatan kompetensinya sehingga layanan
bimbingan dan konseling dilaksanakan secara profesional.
Sebagai suatu keutuhan, kompetensi konselor merujuk pada penguasaan konsep,
penghayatan dan perwujudan nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu
dan ujuk kerja profesional yang akuntabel. Konselor adalah pendidik (UU RI no.
20 tahun 2003 pasal 1 ayat 6) karena itu konselor harus berkompetensi sebagai
pendidik. Konselor adalah seorang profesional karenanya layanan bimbingan dan
konseling diatur dan didasarkan dalam kode etik. Konselor bekerja dalam
berbagai seting. Keragaman pekerjaan konselor mengandung maknanya adanya
pengetahuan, sikap dan keterampilan bersama yang harus dikuasasi oleh konselor
dalam seting manapun.
Pada kapasitas sebagai pendidik, konselor berperan dan berfungsi sebagai
pendidik psikologis dengan perangkat pengetahuan dan keterampilan psikologis
yang dimilikinya untuk membantu individu mencapai tingkat perkembangan yang

8
lebih tinggi. Sebagai seorang pendidik psikologis seorang konselor harus
kompeten dalam hal :
1. Penguasaan konsep dan praksis pendidikan
2. Kesadaran dan komitmen etika profesi
3. Penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu
4. Penguasaan konsep dan praksis asesmen
5. Penguasaan konsep da praksis bimbingan dan konseling
6. Pengelolaan program bimbingan dan konseling
7. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling
Perlu ada pengembangan profesi (penelitian) oleh guru BK sehingga layanan
bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh seorang konselor (berlatar
pendidikan bimbingan dan konseling yang idealnya memiliki sertifikasi konselor)
sesuai dengan tujuan BK. Paling tidak layanan diberikan oleh guru pembimbing
yang telah memperoleh pelatihan bimbingan dan konseling yang terakreditasi
ditugaskan oleh kepala sekolah untuk melakukan layanan bimbingan dan
konseling dengan dukungan penuh wali kelas, guru dan pimpinan sekolah sesuai
fungsi dan peran bimbingan dalam kapasitas dan kewenangannya masing-masing.
Para konselor perlu dukungan agar termotivasi mengembangkan diri sebagai
tenaga yang profesional dengan melanjutkan pendidikan untuk memperoleh
sertifikasi konselor dan melengkapi dengan berbagai aktivitas profesi. Para guru
pembimbing yang tidak berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling,
pimpinan sekolah, wali kelas dan guru perlu dukungan agar termotivasi untuk
belajar melakukan layanan bimbingan dan konseling secara benar. Upaya
pengembangan diri dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan staf secara
internal di sekolah, pertemuan pada MGBK di sanggar BK, mengikuti seminar,
workshop maupun pelatihan BK, terlibat dalam organisasi profesi dan
melanjutkan pendidikan. Guru BK (Konselor) sebagaimana guru mata pelajaran
lainnya dapat melakukan PTK dalam rangka pengembangan profesinya dengan
memahami terlebih dahulu karakteristik tugas pokok dan fungsinya. Tetapi
kenyataannya, dalam praktek pelaksanaan PTK tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Guru mulai mengalami kesulitan ketika mulai mengungkapkan
masalah dalam penelitiannya. Dalam hal ini pengalaman dan kemampuan guru

9
yang telah banyak membaca dan banyak menulis sangat menentukan. Ketika guru
tak banyak membaca dan tak banyak menulis, maka bisa dipastikan guru tersebut
akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan masalah penelitian tindakan
kelas, dan mencarikan solusinya.

Oleh karena itu, untuk bisa melaksanakan PTK dengan benar, para guru
(konselor) harus memulainya dengan melihat suasana kelas dan masalah-masalah
yang dihadapi siswa, membaca buku-buku referensi untuk memecahkan masalah,
menuliskan apa-apa yang dihadapi, dan dicarikan obatnya melalui berbagai
metode, strategi, atau media yang cocok diterapkan dalam pembelajaran,
mengamati dengan baik prosesnya sehingga terjadi penelitian yang benar-benar
tercatat hasilnya, dan melaporkannya dalam bentuk laporan PTK dengan
sistematika yang telah ditentukan. Tingkat kebenaran sebuah karya tulis ilmiah
antara rumusan masalah, tujuan, metode, dan hasil penelitiannya harus ada benang
merah yang saling menyatu sehingga menjadi konsisten dalam laporan
penelitiannya.

Contoh Judul PTK untuk Guru BK (Konselor) :


1. Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Kelas XI Semester 2 Melalui
Konseling Eklektif Dengan Perilaku Attending di SMA Islam Al
Hikmah Mayong Tahun Pelajaran 2009/2010”.
2. Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Bimbingan Sosial Materi Tata
Krama dalam Kehidupan Bermasyarakat Siswa Kelas 8.G Semester II
MTs Negeri ........... dengan Bimbingan dan Konseling
3. Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Bidang Bimbingan Pribadi
Materi Psikologi Remaja Siswa Kelas VIII-B Semester II MTs
Negeri ............ Dengan Bimbingan dan Motivasi
4. dll

10
E. Penutup
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu jenis kegiatan pengembangan
profesi yang dapat dilaksanakan oleh guru termasuk di dalamnya guru BK
(Konselor). Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki mutu pendidikan dan
secara langsung akan meningkatkan profesionilatas seorang guru. Pelaksanaan
PTK oleh guru BK (Konselor) harus memperhatikan karakteristik bimbingan
konseling sebagai bidang ilmu dan berpedoman kepada syarat-syarat
pelaksanaannya. PTK bukan bertujuan untuk mengumpulkan angka kredit untuk
kenaikan pangkat dari golongasn IV/a ke tingkat yang lebih tinggi, tetapi dengan
melakukan PTK yang benar sesuai dengan aturan yang ada dan dituliskan
laporannya maka akan memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan
karirnya.

Kita boleh berteori mengenai pengembangan profesi guru melalui PTK demi
peningkatan mutu pendidikan nasional, tetapi jika dianalisis, keberhasilannya
amat ditentukan oleh motivasi, dan tanggung jawab pribadi guru sebagai
kewajiban untuk meningkatkan derajat keprofesionalitasannya.

11
DAFTAR BACAAN
S. Eko Putro Widoyoko (2008). Penelitian Tindakan Kelas Dan Pengembangan
Profesi Guru. Makalah Seminar NasionalPeningkatan Kualitas Profesi Guru
Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Muhammadiyah Purworwjo.14
September 2008.

Suharjono, Aziz Husein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di
Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta.
Depdikbud

Suharsimni Arikunto dan Sipardi. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.


Bumi Aksara. Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai